PROPOSAL
Oleh:
FEBRI SAPUTRI
21328251050
PROPOSAL
Oleh:
FEBRI SAPUTRI
21328251050
i
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
FEBRI SAPUTRI
NIM. 21338251050
Mengetahui,
Program Magister Pendidikan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Yogyakarta
Dr. Dra. Retno Arianingrum, M.Si Prof. Dr. Dra. Eli Rohaeti, M.Si.
NIP. 196812151998022001 NIP. 196912291999032001
iii
DAFTAR ISI
i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
B. Identifikasi Masalah.....................................................................................4
C. Pembatasan Masalah....................................................................................5
D. Rumusan Masalah........................................................................................5
E. Tujuan Penelitian.........................................................................................6
F. Spesifikasi Produk yang Dihasilkan............................................................6
G. Manfaat Penelitian.......................................................................................7
H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan...................................................7
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................9
A. Kajian Teori.................................................................................................9
1. Metode Penelitian Pengembangan.........................................................9
2. Media Pembelajaran.............................................................................10
3. Lembar Kerja Peserta Didik.................................................................14
4. Inquiry Learning..................................................................................16
5. Kearifan Lokal.....................................................................................17
6. Literasi kimia.......................................................................................19
7. Sikap Ilmiah.........................................................................................23
8. Asam Basa............................................................................................26
B. Penelitian yang Relevan.............................................................................27
C. Kerangka Berfikir......................................................................................28
D. Pertanyaan dan Hipotesis Penelitian..........................................................31
1. Pertanyaan Penelitian...........................................................................31
2. Hipotesis Penelitian..............................................................................31
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................33
A. Model Pengembangan................................................................................33
iii
B. Prosedur Pengembangan............................................................................33
C. Desain Uji Coba Produk............................................................................45
1. Desain Penilaian Produk......................................................................45
2. Desain Uji Coba Produk......................................................................46
3. Jenis Data.............................................................................................47
4. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data...........................................48
5. Teknik Analisis Data............................................................................50
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................58
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
dalam pelaksanan pembelajaran di lapangan, minat belajar kimia peserta
didik masih terbilang cukup rendah.
Rendahnya minat peserta didik terhadap kimia memberikan dampak
negatif bagi peserta didik khususnya pada sikap ilmiah mereka. Peserta didik
masih memiliki sikap ilmiah dalam kategori rendah (Fitriani, et al., 2020).
Hal ini menunjukkan bahwa sikap ilmiah peserta didik harus ditingkatkan.
Menurut Penn and Ramnarain (2019), terdapat 3 faktor penting yang harus
dipertimbangkan untuk meningkatkan sikap ilmiah peserta didik, yaitu
metode yang digunakan untuk menyajikan konten, teknik instruksional dan
isu-isu gender.
Penerapan metode pembelajaran yang cenderung mempasifkan
peserta didik dalam mengonstruksi pengetahuannya sendiri menjadi penyebab
rendahnya literasi kimia dan sikap ilmiah mereka. Hal ini dibuktikan dengan
hasil analisis kebutuhan peserta didik yang menyatakan bahwa ceramah
masih menjadi metode pembelajaran yang mayoritas dilakukan. Oleh karena
itu, guru hendaknya dapat memfasilitasi lingkungan belajar peserta didik
yang mendukung seperti penerapan model pembelajaran berbasis inkuiri.
Inkuiri mampu menyediakan lingkungan belajar dimana peserta didik dapat
menentukan apa yang harus dipelajari secara mandiri berdasarkan sudut
pandang mereka terhadap fenomena yang dipelajari (Feyzioğlu & Demirci,
2021).
Kimia merupakan ilmu yang mempelajari fenomena alam yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena alam yang dipelajari salah satunya
ditemukan pada konsep asam basa. Konsep ini merupakan konsep yang
sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan pembelajarannya
dilakukan secara beruntut. Konsep asam basa termasuk dalam prinsip dasar
pelajaran kimia (Prima, et al., 2019). Dengan demikian, materi asam basa
menjadi konsep dasar untuk mempelajari materi lainnya. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, ditemukan beberapa
miskonsepsi yang terjadi pada materi asam basa diantaranya perhitungan pH,
netralisasi, kekuatan asam, dan teori asam dan basa (teori Bronsted Lowry
2
dan Lewis) (Petterson, et al., 2019; Sheppard, 2006; Schmidt-McCormack, et
al., 2019). Hasil analisis kebutuhan menunjukkan bahwa mayoritas peserta
didik masih mengalami kesulitan pada materi asam basa. Hal ini disebabkan
salah satunya karena seringnya penggunaan buku teks sebagai satu-satunya
sumber belajar yang menuntun peserta didik untuk mempelajari topik-topik
tersebut melalui hafalan daripada melalui pemahaman konseptual secara
mendalam (Schmidt-McCormack, et al., 2019). Oleh karena itu, menjadi
urgensi dalam pembelajaran untuk mengembangkan media pembelajaran
yang sesuai dengan karakter peserta didik dan materi pelajaran. Media
pembelajaran sendiri diartikan sebagai alat bantu bagi peserta didik untuk
menyampaikan materi ke dalam bentuk nyata dengan dasar pemahaman
bukan sekedar hafalan (Prima, et al., 2019).
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi
miskonsepsi pada materi asam basa adalah penyajian materi berbasis inkuiri
dan memuat kearifan lokal dalam suatu media pembelajaran. Kearifan lokal
merupakan karakteristik tertentu yang berasal dari suatu wilayah yang
memiliki nilai budaya dan dikembangkan oleh orang-orang lokal dari
generasi ke generasi (Wulaningrum & Priyambodo, 2016). Kearifan lokal
yang ada di sekitar dapat membantu peserta didik memahami hubungan
antara materi sains yang mereka pelajari dan dunia nyata mereka. Melalui
konten kimia berbasis kearifan lokal ini peserta didik juga dapat
meningkatkan kemampuan literasi kimianya sehingga diharapkan dapat
berpengaruh juga pada sikap ilmiah mereka.
Salah satu media yang dapat dikembangkan oleh guru dalam
pembelajaran asam basa untuk meningkatkan kemampuan literasi kimia dan
sikap ilmiah peserta didik adalah media LKPD berbasis inkuiri dan memuat
konten kearifan lokal. LKPD merupakan lembaran yang berisi tugas yang
harus dikerjakan peserta didik (Ekantini & Wilujeng, 2018). LKPD berbasis
inkuiri dapat membantu peserta didik aktif dalam proses pembelajaran dan
mempromosikan pemahaman konsep yang lebih baik (Muskita, et al., 2020).
3
Pengembangan dan penerapan LKPD yang dilakukan oleh guru harus
mengacu pada langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun
(Abdurrahman, et al., 2020), karena dalam penerapannya, aktivitas
pembelajaran dengan LKPD dibimbing oleh guru, sebagai instruktornya
(Novicki, et al., 2017). Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, pemanfaatan
LKPD dalam pembelajaran kimia masih sangat jarang. Selain itu, LKPD yang
dikembangkan saat ini belum ada yang mengaitkan materi dengan konten
kearifan lokal dan menyajikannya dalam bentuk e-LKPD. Padahal jika
ditinjau dari manfaatnya, penggunaan LKPD dalam pembelajaran dapat
membantu peserta didik terlibat lebih aktif dalam pembelajaran,
memonitoring peserta didik dengan memberikan feedback, serta dapat
membantu peserta didik memahami konsep suatu materi (Uyulgan & Akkuzu,
2016; Sgouros, et al., 2018; Abdurrahman, et al., 2020). E-LKPD berbasis
inkuiri dan bermuatan kearifan lokal berarti LKPD elektronik tersebut dalam
konteksnya mengandung topik asam basa yang berbasis konten kearifan lokal
dan disusun mengacu pada langkah-langkah model pembelajaran inkuiri.
Berdasarkan uraian permasalahan, perlu adanya penelitian
pengembangan e-LKPD berbasis inkuiri dan memuat kearifan lokal sebagai
upaya untuk meningkatkan literasi kimia dan sikap ilmiah peserta didik,
sehingga judul dari penelitian ini adalah “Pengembangan E-LKPD berbasis
Inkuiri dan Bermuatan Kearifan Lokal Yogyakarta untuk Meningkatkan
Literasi Kimia dan Sikap Ilmiah Peserta Didik SMA pada Materi Asam
Basa”.
B. Identifikasi Masalah
4
4. Peserta didik masih merasa kesulitan pada beberapa konsep materi kimia
5. Minat peserta didik terhadap materi kimia yang dipelajari masih rendah.
6. Sikap ilmiah peserta didik masih menunjukkan pada kategori rendah.
7. Masih rendahnya kemampuan literasi kimia peserta didik.
8. Masih terdapat banyak miskonsepsi pada pembelajaran kimia terutama
pada materi asam basa.
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
5
2. Bagaimana kelayakan perangkat pembelajaran E-LKPD berbasis inkuiri
dan bermuatan kearifan lokal yang dikembangkan pada materi asam basa
berdasarkan validasi ahli?
3. Bagaimana kepraktisan perangkat pembelajaran E-LKPD berbasis inkuiri
dan bermuatan kearifan lokal yang dikembangkan pada materi asam basa
berdasarkan penilaian guru?
4. Bagaimana respon peserta didik terhadap E-LKPD berbasis inkuiri dan
bermuatan kearifan lokal pada pembelajaran kimia asam basa terhadap
literasi kimia dan sikap ilmiah peserta didik ditinjau dari keterbacaannya?
5. Bagaimana efektivitas E-LKPD berbasis inkuiri dan bermuatan kearifan
lokal pada pembelajaran kimia asam basa terhadap literasi kimia dan sikap
ilmiah peserta didik?
E. Tujuan Penelitian
6
Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini mengembangkan produk
perangkat pembelajaran kimia dalam bentuk LKPD berbasis inkuiri dan
bermuatan kearifan lokal, adapun spesifikasi produk yang dikembangkan
adalah:
a. LKPD ini berisi aktivitas pembelajaran yang memuat konsep materi asam
basa dengan pengantar teks literasi yang bermuatan kearifan lokal dan
mengacu pada langkah-langkah inkuiri.
b. LKPD yang dikembangkan berupa media elektronik berbantuan flipped
PDF.
c. LKPD dikembangkan untuk meningkatkan literasi kimia dan sikap ilmiah
peserta didik.
d. Teks literasi yang digunakan pada LKPD yang dikembangkan merupakan
bacaan yang terkait dengan kearifan lokal Daerah Istimewa Yogyakarta.
e. LKPD yang dikembangkan memuat gambar dengan layout yang dibuat
menarik untuk mendukung teks literasi.
G. Manfaat Penelitian
7
H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
1. Asumsi Pengembangan
Asumsi dalam pengembangan LKPD berbasis inkuiri dan bermuatan
kearifan lokal materi asam basa kelas XI, yaitu:
a. Apabila produk LKPD berbasis inkuiri dan bermuatan kearifan lokal yang
dihasilkan sangat baik (SB) atau Baik (B), maka LKPD ini dapat dikatakan
layak sebagai perangkat pembelajaran kimia asam basa di dalam kelas.
b. Ahli media dan materi yang dipilih memiliki pengetahuan yang luas pada
bidang kimia dan media pembelajaran kimia.
c. E-LKPD berbasis inkuiri dan bermuatan kearifan lokal dinilaikan pada
guru SMA sebagai praktisi merupakan seorang guru yang mengetahui
kesesuaian media pembelajaran bagi peserta didik.
2. Keterbatasan Pengembangan
a. Validasi produk hanya dilakukan oleh ahli media dan materi yang
berjumlah tiga orang.
b. Uji kepraktisan produk hanya dilakukan oleh guru satuan pendidikan
terkait sejumlah lima orang guru kimia SMA.
c. Produk e-LKPD diterapkan pada KD 3.8 dan 4.8 dengan materi pokok
kimia asam basa.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
a. Analysis phase (tahap analisis) yang terdiri dari tahap analisis kebutuhan,
analisis target audiens, analisis tugas dan materi.
b. Design phase (tahap perencanaan) yang terdiri dari tahap spesifikasi
tujuan, spesifikasi kegiatan pembelajaran, identifikasi strategi pedagogi,
perancangan kegiatan pembelajaran dan penyusunan materi.
c. Development phase (tahap pengembangan) yang terdiri atas tahap
menyusun semua konten dan komponen berdasarkan tahap desain,
membangun struktur program pembelajaran, membuat program yang
tersedia pada media yang dipilih.
d. Implementation phase (tahap implementasi), terdiri dari tahap penerapan
materi instruksional pada kehidupan nyata, memberikan
dukungan/motivasi pada pengguna, menggunakan instrumen untuk
evaluasi proses dan hasil pembelajaran dengan program tersebut.
9
e. Evaluation phase (tahap evaluasi), terdiri atas tahap mengevaluasi bahan
ajar, alat dan kegiatan; mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran; dan
mengidentifikasi modifikasi produk untuk kedepannya (Budoya, et al.,
2019; Zhang, 2020; Almelhi, 2021; Fratiwi, et al., 2020; Sarwanto, et al.,
2021).
J. Media Pembelajaran
a. Definisi Media Pembelajaran
Kata “Media” berasal dari bahasa Latin yakni “medius” yang artinya
tengah atau perantara (Munadi, 2013). Media merupakan alat untuk
menyampaikan informasi atau pesan (AH Sanaky, 2013). Pembelajaran
sendiri merupakan alat yang digunakan sebagai perantara dalam proses
pembelajaran. Media pembelajaran dapat diartikan sebagai sarana yang
10
digunakan guru untuk menyampaikan informasi kepada peserta didik melalui
proses pembelajaran (Daryanto, 2011). Menurut Prima, et al. (2019), media
pembelajaran diartikan sebagai alat bantu bagi siswa untuk menyampaikan
materi ke dalam bentuk nyata dengan dasar pemahaman bukan sekedar
hafalan. Media pembelajaran berfungsi sebagai sistem penyampaian informasi
atau untuk komunikasi pendidikan (Branch, et al., 2019).
Kecenderungan media pembelajaran yang digunakan saat ini adalah
media pembelajaran nasional, seperti buku teks yang tersedia di sekolah. Oleh
karena itu perlu pengembangan media pembelajaran berbasis kearifan lokal
untuk memperkenalkan pada generasi sekarang dan membandingkannya
dengan media nasional (Nuanmeesri & Jamornmongkolpilai, 2018). Media
dengan kearifan lokal merupakan media yang menunjukkan karakteristik suatu
daerah, dengan tujuan untuk memperkenalkan kepada peserta didik mengenai
kearifan lokal suatu daerah (Nuanmeesri & Jamornmongkolpilai, 2018). Jadi
pada media tersebut memuat konsep materi yang disajikan dengan konten
kearifan lokal.
b. Jenis Media
Media dibagi menjadi 3 jenis yaitu audio (media yang dapat
didengar), media visual (media yang dapat dilihat), media yang dapat didengar,
dilihat atau digerakkan (Hadi, et al., 2017). Ketiga jenis media tersebut
dijelaskan oleh (Asyhar, 2012) menjadi 10 macam antara lain sebagai berikut:
1) Media audio, merupakan media yang menghasilkan bunyi. Contohnya
adalah audiocassette tape recorder dan radio.
2) Media visual dibagi menjadi media dua dimensi dan media tiga dimensi.
3) Media audio-visual merupakan media yang dapat menghasilkan gambar dan
suara dalam suatu unit media.
4) Media audio motion visual merupakan media yang menghasilkan audio dan
visual yang diterapkan ke dalam kelas, seperti televisi, video tape/cassette
recorder dan sound-film.
5) Media audio still visual: media video dan visual tanpa penampilan motion,
contohnya soundfilmstrip, sound-slides, dan rekaman still pada televisi.
11
6) Media audio semi-motion: media yang berkemampuan menampilkan titik-
titik tetapi tidak dapat menstransmit secara utuh suatu motion yang nyata.
Contonya recorder telewriting.
7) Media motion visual contohnya adalah film bisu dan loop film.
8) Media still visual: gambar, slides, filmstrips, dan OHP.
9) Media audio contohnya adalah telepon, radio, audio, tape recorder dan
audio disk.
10) Media cetak merupakan media yang menampilkan informasi berupa simbol-
simbol tertentu saja dan dalam bentuk cetak seperti buku-buku, modul, dan
majalah.
Jenis bahan ajar noncetak menurut Kelana and Pratama (2019), yakni sebagai
berikut:
1) Audio. Audio merupakan bahan ajar untuk menyampaikan pesan melalui
suara atau bunyi. Contohnya adalah radio.
2) Audio-visual. Audio visual merupakan bahan ajar yang digunakan untuk
menyampaikan pesan melalui suara dan gambar. Contohnya adalah video.
3) Multimedia interaktif. Multimedia interaktif adalah bahan ajar yang
kompleks karena memuat grafik, gambar, animasi, teks, dan suara. Contoh
media ini adalah website dan CD interaktif.
c. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media dalam pembelajaran antara lain penyampaian materi
dapat diseragamkan, proses pembelajaran menjadi menarik, proses
pembelajaran lebih menjadi interaktif, jumlah jam mengajar dan belajar dapat
dikurangi, kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan, proses pembelajaran dapat
dilaksanakan dimana saja dan kapan saja, peran guru dapat berubah ke arah
positif dan produktif (Hadi, et al., 2017). Media visual sendiri dapat
meningkatkan kreativitas peserta didik dan dapat membantu pembelajaran
lebih interaktif (Prima, et al., 2019).
d. Aspek Penilaian Media Pembelajaran
Kriteria kelayakan media pembelajaran menurut BNSP tahun 2014
adalah sebagai berikut:
12
1) Aspek Kelayakan Isi
a) Teknik penyajian
b) Penyajian pembelajaran (langkah-langkah pembelajaran)
c) Keruntutat alur berpikir
d) Pendukung penyajian
3) Aspek Kebahasaan
13
K. Lembar Kerja Peserta Didik
Salah satu bahan ajar berbentuk visual yang memiliki peran penting
dalam kegiatan pembelajaran adalah lembar kerja peserta didik (Prima, et al.,
2019). Menurut Ekantini and Wilujeng (2018), LKPD adalah materi yang
dicetak dalam bentuk lembaran kertas yang berisi tentang materi, rangkuman,
dan instruksi tugas yang harus diselesaikan oleh siswa, yang mengacu pada
kompetensi dasar yang harus dicapai. Pada umumnya, LKPD digunakan dalam
kegiatan kelompok kecil (Novicki, et al., 2017; Heeg, et al., 2020) selama
proses pembelajaran berlangsung (Novicki, et al., 2017; Gyanwali, 2018).
Saat ini, perangkat pembelajaran sangat dikaitkan dengan
perkembangan teknologi, salah satunya adanya perangkat pembelajaran e-
LKPD atau LKPD elektronik. LKPD elektronik setidaknya memuat
seperangkat animasi, simulasi interaktif, dan video yang memudahkan peserta
didik dalam mengkonstruksi pemahaman materi mereka (Oktasari, et al.,
2019).
Tujuan penggunaan LKPD adalah untuk memberi informasi tentang
materi khusus (tidak hanya informasi verbal, mungkin termasuk peta konsep,
gambar, grafik, web, dan lain-lain) tergantung kapan dan bagaimana LKPD
digunakan (Cetin-Dindar, et al., 2018). Selain itu LKPD juga digunakan untuk
menilai siswa pada pelajaran tertentu (asesmen). Selain itu, LKPD juga
berfungsi dalam menyusun konsep materi dan melaksanakan prosedur kegiatan
sesuai langkah-langkah pada rencana pembelajaran (Muskita, et al., 2020).
LKPD setidaknya memuat judul, Kompetensi Dasar (KD), waktu
penyelesaian, materi untuk mengerjakan tugas, informasi singkat, langkah
kerja, tugas yang harus dikerjakan, dan laporan yang harus diselesaikan
(Ekantini & Wilujeng, 2018). Menurut Aydin (2019), LKPD memuat tujuan,
konten/isi, metode dan evaluasi (Aydin, 2019), sedangkan menurut Gyanwali
(2018), LKPD terdiri atas 2 bagian, yaitu latar belakang dan permasalahan
serta pertanyaan. Latar belakang disusun untuk memberikan gambaran umum
pada siswa mengenai konten yang akan dibahas pada bab materi tertentu. Latar
belakang ini mungkin bisa berasal dari bab sebelumnya atau pemahaman siswa
14
sendiri mengenai konsep materi. Permasalahan dan pertanyaan yang terdapat di
LKPD dimaksudkan untuk dibahas, diselesaikan, dan dipecahkan masalahnya
oleh siswa untuk menutup isi bab (Gyanwali, 2018). Pertanyaan dan
permasalahannya merupakan gabungan dari pertanyaan kualitatif dan
kuantitatif seperti dari definisi suatu hal sampai pada perhitungan
matematikanya. Selain itu, pada bagian permasalahan juga mengandung nilai-
nilai tanggung jawab untuk diketahui oleh siswa. Terdapat beberapa jenis
pertanyaan yang termasuk dalam LKPD, antara lain pertanyaan konstan,
pertanyaan perhitungan/kalkulasi, pertanyaan penerapan pengetahuan dan
pertanyaan berfikir kritis (Gyanwali, 2018).
Menurut Sgouros, et al. (2018), pada lembar kerjanya siswa dapat
menuliskan prediksi dan hasil observasi, pengumpulan data, dan kesimpulan
mereka. LKPD ada yang bersifat terbuka dalam pengerjaanya, yakni memiliki
komponen antara lain rangkuman materi, pertanyaan terbuka, bagian
pengonstruksi ide, bagian eksplorasi, dan bagian penyampaian kesimpulan
(Abdurrahman, et al., 2020). Jadi, maksud dari pertanyaan terbuka adalah
jawaban siswa tidak dibatasi oleh suatu hal atau dengan kata lain siswa dapat
menjawab secara bebas.
Beberapa manfaat penggunaan LKPD pada proses pembelajaran
antara lain dapat memfasilitasi siswa untuk belajar (Abdurrahman, et al., 2020),
memotivasi peserta didik untuk terlibat lebih aktif dalam pembelajaran
(Gyanwali, 2018), dan membantu siswa memahami konsep suatu materi
(Uyulgan & Akkuzu, 2016; Sgouros, et al., 2018; Muskita, et al., 2020).
Menurut Bicer (2016), LKPD dapat membantu peserta didik untuk belajar
secara mandiri dan mengelola proses pembelajaran sendiri. LKPD berbasis
inkuiri dapat membantu peserta didik aktif dalam proses pembelajaran dan
memperomosikan pemahaman konsep yang lebih baik (Muskita, et al., 2020).
Pengembangan dan penerapan LKPD harus mengacu pada langkah-langkah
pembelajaran yang telah disusun (Muskita, et al., 2020). LKPD dikembangkan
secara praktis dan memuat materi dalam kehidupan sehari-hari dengan
pertanyaan yang menarik dan diperkaya dengan ilustrasi menarik, grafik, dan
15
gambar agar dapat memberikan kontribusi pembelajaran yang permanen bagi
peserta didik (Bicer, 2016). Kriteria penilaian bahan ajar sebagai pedoman
untuk evaluasi LKPD menurut Depdiknas antara lain komponen kelayakan
konten, komponen bahasa, tampilan, dan grafis (Ekantini & Wilujeng, 2018).
L. Inquiry Learning
Pembelajaran inkuiri didefinisikan sebagai salah satu model
pembelajaran yang memberikan kesempatan pada pesera didik untuk mencari
dan menemukan konsep sendiri melalui kegiatan ilmiah bermakna (Haidar, et
al., 2020; Nasution, 2018). Model pembelajaran inkuiri kerap disebut dengan
model pembelajaran berbasis penemuan. Inkuiri menyediakan lingkungan
dimana peserta didik dapat menentukan apa yang harus dipelajari secara
mandiri berdasarkan sudut pandang mereka (Feyzioğlu & Demirci, 2021).
16
mengeksplorasi masalah oleh peserta didik terlebih dahulu sebelum guru
menjelaskan materi pembelajaran (Liyanage, et al., 2013).
M. Kearifan Lokal
Kearifan lokal dapat menjadi dasar pendidikan karakter di sekolah.
Pengetahuan lokal dapat menjadi sumber nilai-nilai yang baik pada materi
akademik (L & Purwastuti, 2017). Nilai pada kearifan lokal tidak termasuk
dalam agenda pendidikan nasional, tetapi masuk dalam kurikulum sekolah
yang seharusnya dapat disisipkan oleh guru dalam konteks pembelajaran.
17
Kearifan lokal juga dapat diartikan sebagai bagian dari suatu daerah
yang bersifat karakteristik dan memiliki nilai budaya yang dikembangkan oleh
masyarakat lokal dari generasi ke generasi (Wulaningrum & Priyambodo,
2016). Kearifan lokal didefinisikan sebagai pengetahuan dan nilai asli yang
sudah menjadi pedoman berkehidupan masyarakat (Khusniati, et al., 2017).
Konten kearifan lokal terdapat pada beberapa aspek seperti pertanian, industri
rumahan, pengobatan tradisional, konservasi sumber daya alam, komunitas
ekonomi, seni rupa, bahasa dan sastra lokal, agama dan tradisi, serta makanan
lokal (Ratana-Ubol & Henschke, 2015). Kearifan lokal juga memuat konten
filosofi, nilai, norma, etika, ritual, kepercayaan, kebiasaan, adat istiadat (Uge,
et al., 2019).
18
nilai kehidupan masyarakat melalui pendidikan dengan cara mengintegrasikan
kearifan lokal dalam pembelajaran, khususnya sains.
N. Literasi kimia
Salah satu tujuan pendidikan adalah menjadikan peserta didik
memiliki sistem pengetahuan, keterampilan mandiri, efektif dan kreatif
(Ad'hiya & Laksono, 2018). Keterampilan literasi menjadi sesuatu yang
penting untuk diukur pada peserta didik di konteks pendidikan saat ini,
khususnya literasi sains. Literasi sains didefinisikan sebagai komponen
terstruktur dari pemahaman konsep utama ilmu pengetahuan alam; kemampuan
untuk memahami dan mengevaluasi secara kritis konten ilmiah; kemungkinan
masyarakat dalam mengatasi situasi yang terjadi dalam kehidupan nyata
mereka secara ilmiah dan dalam konteks teknologi (Kohen, et al., 2019). Selain
itu, literasi sains juga diartikan sebagai kemampuan dalam memahami sains
secara bermakna dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari
(Cahyana, et al., 2019; Sadhu & Laksono, 2018).
19
National Academy of Science (NAS) mendefinisikan literasi sains
sebagai pengetahuan, konsep ilmiah, dan proses sains yang diperlukan dalam
mengambil keputusan dan berperan dalam bidang sosial, budaya serta
ekonomi. Secara global kondisi literasi sains masih terbilang rendah, seperti
yang terjadi di Indonesia. Hasil PISA Indonesia menduduki peringkat ke-50
dari 57 negara pada tahun 2006; pada tahun 2009 menempati posisi ke-57 dari
63 negara; pada tahun 2012 menempati peringkat 64 dari 65 negara (Sumarni,
et al., 2017). Hasil PISA 2015, Indonesia menempati pada peringkat 64 dari 72
negara dengan nilai rata-rata literasi sains 403, jauh di bawah skor rata-rata
internasional 500 (Cahyana, et al., 2019).
Literasi sains sangat erat kaitannya dengan kimia. Dalam bidang kimia,
literasi sains dikenal dengan literasi kimia, yang merupakan akar dari definisi
literasi sains. Literasi kimia merupakan keterampilan berfikir yang harus
dikembangkan peserta didik sebagai bagian dari belajar kimia (Setyorini, et al.,
2021). Literasi informasi kimia merupakan keterampilan esensial untuk
navigasi, evaluasi, dan digunakan sebagai kekayaan informasi digital ataupun
cetak (Flynn & Amellal, 2016). Literasi kimia merupakan kompetensi yang
tidak sekedar menuntut peserta didik untuk berfikir kritis dan kreatif, namun
juga dapat membantu memecahkan permasalahan dalam dunia nyata siswa
(Wiyarsi, et al., 2020). Literasi kimia didefinisikan sebagai keterampilan untuk
menggunakan pengetahuan kimia, mengidentifikasi permasalahan, menarik
kesimpulan serta membantu untuk membuat keputusan menganai interaksi
manusia dengan alam. Literasi kimia memiliki empat komponen yaitu 1)
komponen yang pertama memuat pengetahuan kimia, yang mendeskripsikan
bagaimana peserta didik harus memahami gagasan kimia dasar dan
karakteristik kimia; 2) kimia kontekstual, yang menggambarkan tentang
kemampuan peserta didik dalam menggunakan pengetahuan kimia untuk
menjelaskan situasi sehari-hari; 3) keterampilan belajar tingkat tinggi, yang
memuat keterampilan bertanya, investigasi informasi yang relevan, dan
mengevaluasi pro/kontra dari suatu perdebatan; 4) komponen terakhir yaitu
memuat aspek afektif, yang menggambarkan kemampuan peserta didik dalam
20
memandang kimia secara rasional dan menerapkan aplikasinya, serta minat
dalam masalah kimia (Cigdemoglu, et al., 2017; Cigdemoglu & Geban, 2015;
Shwartz, et al., 2006).
21
kearifan lokal. Tabel 1 menunjukkan indikator literasi kimia yang digunakan
dalam penelitian.
22
Tabel 1
Indikator literasi kimia
No. Aspek Literasi Kimia Indikator Literasi Kimia
1. Pengetahuan kimia a. Melakukan penyelidikan ilmiah
dan menjelaskan fenomena yang
berkaitan dengan asam basa
b. Menjelaskan fenomena pada
proses reaksi asam basa
c. Menjelaskan konsep dan teori
asam basa
d. Menghitung pH asam basa dan
analisis kekuatan asam basa
2. Kimia kontekstual f. Menjelaskan fenomena dalam
kehidupan sehari-hari yang
berkaitan dengan asam basa
g. Menggunakan pemahaman
tentang kimia sebagai
pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah dalam
kehidupan sehari-hari yang
berkaitan dengan asam basa
h. Menganalisis pro dan kontra
terhadap permasalahan asam
basa yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari
3. Keterampilan belajar tingkat a. Mengajukan pertanyaan dengan
tinggi
kritis pada topik asam basa
b. Mencari informasi mengenai
materi asam basa dan
mengaitkannya dengan
informasi lain
23
c. Menganalisis kerugian dan
manfaat yang berkaitan dengan
fenomena dan permasalahan
asam basa
4. Aspek afektif a. Memiliki pandangan yang tidak
memihak mengenai kimia
b. Berfikir dan bertindak realistis
terhadap aplikasi asam basa
dalam kehidupan
c. Mengekspresikan minat
terhadap masalah kimia
terutama topik asam basa
O. Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah merupakan kecenderungan sikap yang tercermin dari
perilaku seorang individu secara konsisten, rasional dan objektif (Fitriani, et al.,
2020; Astuti, et al., 2020) dalam menghadapi permasalahan tertentu atau
memandang sesuatu (situasi, orang, atau konsep) (Rohaeti, et al., 2020;
Villafane & Lewis, 2016) berdasarkan kepercayaan pribadi seperti baik buruk
atau suka tidak suka (Rohaeti, et al., 2020). Sikap ilmiah dapat disebut sebagai
sikap positif yang dikembangkan dalam pembelajaran sains. Contoh sikap
positif yang harus dimiliki siswa antara lain kemauan untuk menerima dan
peduli dengan orang lain, kerjasama, kejujuran, skeptis, dan memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi, (Hadiati, et al., 2019; Zhu, 2019) obyektif, tanggung
jawab, dan berfikir kritis (Zhu, 2019; Fitriani, et al., 2020; Astuti, et al., 2020).
24
Sikap positif peserta didik dapat dipromosikan melalui proses pembelajaran
inkuiri (Rohaeti, et al., 2020).
Tabel 2.
Kriteria Sikap Ilmiah
25
tekun, hati-hati, jujur, pikiran terbuka
Rohaeti et al. (2020) Rasional, pikiran terbuka, rasa ingin
tahu, jujur, keengganan terhadap
takhayul, berfikir kritis, objektif,
tangguh terhadap keputusan, rendah
hati
Ekawati (2017) Rasa ingin tahu, objektif, terbuka,
ketekunan
Berdasarkan indikator sikap ilmiah pada beberapa penelitian, maka
indikator sikap ilmiah yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.
Aspek Sikap Ilmiah dalam Penelitian
No. Aspek Sikap Ilmiah Indikator Sikap Ilmiah
1. Rasa ingin tahu Antusias dalam mencari informasi
Antusias dalam memecahkan
permasalahan kimia
2. Ketelitian Teliti dalam melakukan penyelidikan
Teliti dalam mengolah informasi
3. Objektif Tidak memanipulasi data hasil
penyelidikan
Mengambil keputusan berdasarkan fakta
4. Pikiran terbuka Memunculkan gagasan baru
Mempertimbangkan gagasan dengan asas
SWOT
5. Rendah hati dalam Menghargai pendapat teman
argumentasi Menerima masukan dan kritikan yang
membangun dari teman
Mengemukakan pendapat dengan rendah
hati
6. Kejujuran Jujur dalam menyelesaikan masalah atau
tugas dari guru
26
7. Berfikir kritis Mampu memecahkan masalah dari
berbagai sudut pandang yang rasional
P. Asam Basa
Asam basa merupakan konsep yang sangat berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari dan pembelajarannya dilakukan secara runtut. Konsep
asam basa termasuk dalam prinsip dasar pelajaran kimia (Prima, et al., 2019).
Oleh sebab itu, materi asam basa menjadi konsep dasar untuk mempelajari
materi lainnya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
ditemukan beberapa miskonsepsi yang terjadi pada materi asam basa
diantaranya perhitungan pH, netralisasi, kekuatan asam, dan teori asam dan
basa (teori Bronsted Lowry dan Lewis) (Petterson, et al., 2019; Sheppard,
2006; Schmidt-McCormack, et al., 2019). Penelitian yang dilakukan oleh (Kim,
et al., 2019), menunjukkan bahwa untuk mempelajari teori asam basa terutama
teori Bronsted Lowry memerlukan sistem berfikir yang lebih untuk
memahaminya. Terdapat beberapa miskonsepsi pada topik asam basa peserta
didik di Indonesia, yakni mengenai teori asam basa, kekuatan asam dan basa,
konsep pH pada larutan elektrolit dan nonelektrolit (Mubarokah, et al., 2018).
a. Pengukuran pH
b. Reaksi netralisasi asam basa
c. Kurva titrasi
d. Kapasitas buffer
Bahan percobaan yang dapat digunakan untuk praktik di rumah antara lain
baking soda, indikator alami seperti kubis ungu dan kunyit, serta asam cuka.
27
pembelajaran asam basa meliputi: identifikasi asam dan basa, pH, buffer,
tetapan asam dan pKa, serta reaksi netralisasi (Brown, et al., 2018).
Tabel 4.
Kompetensi Dasar Topik Materi Asam Basa
Kode KD Kompetensi Dasar
3.8 Menjelaskan konsep asam dan basa serta kekuatannya
dan kesetimbangan pengionannya dalam larutan
4.8 Menganalisis trayek perubahan pH beberapa indikator
yang diekstrak dari bahan alami melalui percobaan
B. Penelitian yang Relevan
28
pengembangan LKPD berbasis pertanyaan terbuka dapat meningkatkan
keterampilan berfikir tingkat tinggi/ HOTS peserta didik.
C. Kerangka Berfikir
29
memudahkan siswa untuk memahami materi secara kontekstual, meningkatkan
kemampuan literasi kimia siswa, meningkatkan sikap ilmiah karena peserta
didik dapat mengakses materi dengan topik fenomena yang ada di sekitarnya
dengan kegiatan inkuiri.
Oleh sebab itu, penelitian ini bermaksud untuk mengembangkan
media pembelajaran E-LKPD berbasis inkuiri dan bermuatan kearifan lokal
untuk materi asam basa. Pada penelitian ini peneliti mengacu pada model
pengembangan 4D yang dikembangkan oleh Thiagarajan. Hasil pengembangan
divalidasi oleh ahli pembelajaran kimia serta hasilnya akan digunakan sebagai
dasar untuk memperbaiki produknya. Poduk E-LKPD yang sudah direvisi
dinilai oleh 5 guru SMA/MA sebagai reviewer. Hasil reviewer tersebut akan
menentukan kualitas dan kelayakan dari media tersebut. E-LKPD juga diujikan
efektivitasnya pada peserta didik dengan desain quasy experiment. Berikut ini
disajikan bagan kerangka berfikir pada penelitian ini.
30
Bagan 1
Kerangka Berfikir
Pembelajaran Kurangnya
kurang Pembelajaran
ketersediaaan bahan kurang
melibatkan siswa ajar yang melatihkan
secara aktif dalam melatihkan
literasi kimia dan kemampuan
membangun mendorong sikap
konsep materi literasi kimia
ilmiah
Mengacu model
inquiry learning
Media
Memuat kearifan
pembelajaran E-
lokal
LKPD
Mendorong sikap
Teks Literasi
ilmiah
31
D. Pertanyaan dan Hipotesis Penelitian
1. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pembatasan masalah, rumusan masalah, serta uraian yang
disampaikan di atas, maka didapatkan beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:
2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini mencakup:
a. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam literasi kimia dan sikap ilmiah
antara peserta didik kelas XI MIPA yang menggunakan E-LKPD dan
tanpa E-LKPD secara simultan.
b. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam literasi kimia antara peserta
didik kelas XI MIPA yang menggunakan E-LKPD dan tanpa E-LKPD.
c. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam sikap ilmiah antara peserta
didik kelas XI MIPA yang menggunakan E-LKPD dan tanpa E-LKPD.
d. Terdapat sumbangan efektif E-LKPD berbasis inkuiri dan bermuatan
kearifan lokal pada materi asam basa terhadap literasi kimia dan sikap
ilmiah peserta didik SMA kelas XI MIPA.
32
e. Terdapat sumbangan efektif E-LKPD berbasis inkuiri dan bermuatan
kearifan lokal pada materi asam basa terhadap literasi kimia peserta didik
SMA kelas XI MIPA.
f. Terdapat sumbangan efektif E-LKPD berbasis inkuiri dan bermuatan
kearifan lokal pada materi asam basa terhadap sikap ilmiah peserta didik
SMA kelas XI MIPA.
f.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Model Pengembangan
1. Define (Pendefinisian)
2. Design (Desain)
3. Development (Pengembangan)
4. Disseminate (Penyebaran)
B. Prosedur Pengembangan
34
Bagan 2.
Skema Tahap Penelitian
Tahap Pendifinisian (Define)
35
1. Tahap Pendefinisian (Define)
Tahap pendefinisian pada penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan informasi mengenai karakteristik peserta didik, permasalahan
yang muncul pada proses pembelajaran, kebutuhan belajar peserta didik,
serta strategi mengajar oleh guru. Adapun menurut Thiagarajan (1974),
terdapat lima tahap pendefinisian yakni:
a. Analisis Ujung Depan (front-end analysis)
Front-end analysis memuat analisis kurikulum, analisis kebutuhan
guru, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, dan strategi
pembelajaran yang diterapkan guru di kelas. Front-end analysis berperan
dalam menetapkan permasalahan dasar yang dihadapi dalam pembelajaran
kimia di SMA. Analisis ini diperoleh dari tahap meninjau kurikulum dan
silabus kimia di SMA serta analisis kebutuhan guru melalui angket atau
wawancara.
b. Analisis Peserta Didik (learner analysis)
Analisis karakteristik peserta didik yaitu meliputi analisis
kemampuan kognitif, afektif, dan psiokomotorik peserta didik terhadap
pembelajaran kimia. Pada penelitian ini yang ditinjau adalah karakteristik
peserta didik terkait kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik terhadap
materi asam basa, keterampilan literasi peserta didik, minat belajar kimia
peserta didik, sikap ilmiah peserta didik, dan strategi pembelajaran yang
diinginkan peserta didik. Data ini diperoleh dari analisis kebutuhan peserta
didik yang diambil melalui angket kebutuhan.
c. Analisis Tugas (task analysis)
Analisis tugas dimasudkan untuk menentukan konten dalam rencana
pembelajaran dengan menjabarkan tugas dari materi secara umum
berdasarkan KI dan KD. Materi pembelajaran yang diteliti pada
pengembangan LKPD ini adalah asam dan basa. Variabel yang akan
dikembangkan pada penelitian ini adalah literasi kimia dengan menyajikan
wacana yang memuat kearifan lokal dan sikap ilmiah yang didukung dengan
pembelajaran inkuiri.
36
d. Analisis Konsep (concept analysis)
Analisis konsep merupakan proses identifikasi konsep utama yang
akan diajarkan dan menyusun konsep tersebut secara terstruktur dan rinci
dengan mengintegrasikan terhadap konsep lain yang relevan dalam materi
asam basa. Konsep materi asam basa pada penelitian ini diintegrasikan
dalam muatan kearifan lokal Daerah Istimewa Yogyakarta, yakni memuat
teori asam basa yang dikaitkan dengan wacana kerajinan enceng gondok,
kekuatan asam basa yang dikaitkan dengan wacana jamasan pusaka,
wedang uwuh dan pewarnaan batik yang dikaitkan dengan indikator alami
asam basa dan pengujian asam basa, jamu yang dikaitkan dengan
perhitungan pH, serta prinsip netralisasi dikaitkan dengan wacana
pengolahan tempe besenguk atau pengolahan umbi gadung. Jumlah set
LKPD yang akan dikembangkan adalah 4 set LKPD.
e. Spesifikasi Tujuan Pembelajaran
Perumusan tujuan pembelajaran didasarkan pada indikator
pencapaian kompetensi (IPK) yang diturunkan dari KI dan KD mengenai
materi asam basa.
2. Tahap Perancangan (Design)
Tahap perancangan digunakan untuk menyiapkan perangkat
pembelajaran yang diperlukan. Langkah-langkah pada tahap perancangan
menurut Thiagarajan (1974) antara lain:
a. Penyusunan standar tes (criterion-test-construction)
Pada tahap ini dilakukan penyusunan instrumen pengambilan data,
yakni lembar validasi, lembar penilaian guru, soal posstest, angket respon
peserta didik untuk mengetahui respon atau tanggapan peserta didik
mengenai produk yang dikembangkan, serta angket sikap ilmiah peserta
didik.
37
b. Pemilihan media pembelajaran
Pemilihan media pembelajaran disesuaikan dengan tujuannya yakni
untuk menyampaikan materi mengenai asam dan basa. Oleh karena itu,
dalam memilih media pembelajaran juga harus menyesuaikan karakteristik
materi pembelajaran dan kebutuhan belajar peserta didik. E-LKPD disusun
menggunakan aplikasi dan disajikan dalam bentuk link website. E-LKPD
terdiri dari bagian awal yang memuat menu (profil/identitas peserta didik,
judul, KD, tujuan pembelajaran, dan petunjuk penggunaan produk), bagian
isi memuat aktivitas yang harus dikerjakan peserta didik, dan bagian
penutup berisi sosl evaluasi, kesimpulan, daftar pustaka, serta identitas
penulis.
c. Pemilihan format (format selection)
Pada penelitian ini format LKPD disesuaikan dengan format LKPD
berbasis inkuiri dengan muatan kearifan lokal yang akan diaplikasikan pada
proses pembelajaran dengan berbantuan teks literasi. Model pembelajaran
inkuiri diintegrasikan dalam langkah-langkah kegiatan peserta didik. E-
LKPD digunakan dalam pembelajaran di kelas secara offline ataupun dapat
juga digunakan secara online.
d. Perancangan awal perangkat pembelajaran (initial design)
Initial design memuat penyusunan perangkat pembelajaran yakni
RPP dan meliputi RPP, instrumen pengambilan data, dan produk E-LKPD.
Selain itu, pada tahap ini juga dilakukan penilaian produk awal oleh peer
reviewer yang terdiri dari 3 orang teman sejawat.
3. Tahap Pengembangan (Develop)
Menurut Thiagarajan (1974) tahap pengembangan terdiri dari 2 hal
yaitu expert appraisal dan developmental testing. Expert appraisal
merupakan teknik yang digunakan untuk menilai kelayakan dari suatu
produk. Produk yang dikembangkan divalidasi atau dinilai kelayakannya
oleh para ahli yang ekspert dibidangnya. Adapun yang dimaksud
developmental testing adalah uji coba produk pada sasaran yang
38
sebenarnya. Hasil dari uji coba direvisi dan diujicobakan ulang sampai
mendapatkan hasil yang efektif.
Tujuan dari langkah ini adalah untuk menghasilkan RPP, E-LKPD,
soal posttest, angket respon, dan angket sikap ilmiah yang sudah direvisi
berdasarkan masukan dan validasi ahli media dan materi (dosen), guru, dan
uji keterbacaan produk oleh peserta didik. Kegiatan pengembangan yang
dilakukan antara lain:
a. Penilaian peer reviewer
Setelah selesai Menyusun produk, tahap berikutnya adalah
menilaian produk kepada peer reviewer yang merupakan 3 orang teman
sejawat. Tujuannya adalah untuk mengetahui keterbacaan produk dan
kelengkapan materinya. Berikut ini kisi-kisi tanggapan peer reviewer
terhadap produk E-LKPD:
Tabel 5
Kisi-kisi Tanggapan Peer Reviewer
39
Ketertarikan terhadap teks literasi 1
yang disajikan
Tabel 6
Kisi-kisi instrumen validasi ahli materi
No Indikator Sub Indikator Nomor butir Jumlah
1 Substansi Kesesuaian 1,2 2
materi dengan
KD
Keakuratan 3 1
materi
Kemutakhiran 4 1
materi
Mendorong 5 1
keingintahuan
Mendorong 6 1
literasi kimia
2 Konstruksi Teknik penyajian 7 1
Pendukung 8 1
40
penyajian
Sistematika 9 1
Penyajian
3 Bahasa Lugas 10 1
Komunikatif 11 1
Dialogis dan 12,13 2
interaktif
4 Evaluasi Kemutakhiran 14,15,16 3
materi dan soal
Jumlah Butir 16
41
background
Konstruksi Teknis Kemudahan dalam 1
penggunaan pengoperasian
Fungsional tombol pada E- 1
LKPD
Keberadaan petunjuk 1
penggunaan
Kualitas video, gambar, 1
grafik, ilustrasi pendukung
Dapat disetting untuk wajib 1
mengerjakan terlebih
dahulu pada halaman yang
dibuka
Bahasa Keterbacaan Kesesuaian ukuran huruf 1
Pemakaian bahasa yang 1
komunikatif dan mudah
dipahami
Dialogis dan Keefektifan kalimat 1
Interaktif Kalimat yang digunakan 1
dalam media atau tulisan
bersifat interaktif
Kesesuaian Konsistensi penggunaan 1
dengan kaidah istilah, ketepatan ejaan dan
Bahasa tata Bahasa
42
Setelah produk divalidasi oleh validator media dan materi, produk
yang dikembangkan dilakukan perbaikan berdasarkan masukan dan komentar
dari validator. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan produk yang lebih baik
dan layak untuk diujicobakan ke lapangan. Selain itu, instrumen soal posttest
diujikan secara terbatas kepada peserta didik, selanjutnya butir soal
ditentukan validitas dan reliabilitas. Soal yang tidak valid dapat diganti dan
direvisi.
e. Penilaian Praktisi
Produk yang telah direvisi berdasarkan saran dan masukan validator
(produk revisi I) dinilaikan ke 5 guru kimia SMA sebagai praktisi
pembelajaran. Saran dan masukan dari guru digunakan sebagai bahan acuan
untuk revisi produk. Skor hasil penilaian produk dianalisis untuk menentukan
kelayakan produk berdasarkan penilaian guru. Berikut kisi-kisi penilaian
produk oleh praktisi yang disajikanpada Tabel 7:
Tabel 8
Kisi-kisi Penilaian Praktisi
43
Ruang Kesesuaian KI dan KD 1
lingkup Kelengkapan materi 1
materi Kejelasan materi 1
Tampilan Ukuran dan jenis font 1
Kesesuaian pemilihan warna 1
Kesesuaian dan kualitas ilustrasi yang 1
digunakan
Kemenarikan desain dan layout 1
Kepraktisa Kemudahan mengakses E-LKPD 1
n Kemudahan penggunaan tombol-tombol 1
Bahasa Bahasa yang digunakan interaktif dan 1
komunikatif
Kejelasan antar kalimat dan paragraf 1
Kesesuaian dengan kaidah dan tata tulis 1
bahasa
Konsistensi penggunaan istilah dan simbol 1
kimia
Kekhasan Langkah-langkah inkuiri yang disetting 1
pada E-LKPD mendorong penyelidikan
ilmiah peserta didik
Teks literasi bermuatan kearifan lokal 1
mendorong literasi peserta didik
Kesesuaian muatan kearifan lokal dengan 1
materi
Kearifan lokal sebagai muatan materi kimia 1
asam basa mendorong pembelajaran
kontekstual
f. Revisi II
44
Pada tahap penilaian produk oleh guru SMA dapat ditemui
kelemahan dan kekurangan produk serta saran dari guru terhadap produk.
Berdasarkan hasil penilaian tersebut kemudian dilakukan perbaikan produk
agar dihasilkan produk yang lebih baik dan layak untuk diujicobakan sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik.
45
g. Uji keterbacaan produk oleh peserta didik
Hasil produk revisi II diujicobakan keterbacaannya dalam jumlah
peserta didik yang terbatas, yakni satu kelas XI MIPA. Pada ujicoba lapangan
ini diperoleh data respon peserta didik terhadap produk E-LKPD berbasis
inkuiri dan bermuatan kearifan lokal. Jumlah peserta didik terbatas
dikarenakan keterbatasan penelitian pada masa pandemi covid-19. Setelah
itu, produk direvisi sebelum diujicobakan efektivitasnya ke lapangan. Berikut
ini disajikan kisi-kisi instrumen keterbacaan oleh peserta didik:
Tabel 9
Kisi-kisi keterbacaan produk
46
2 Konstruksi Teknik penyajian 11 1
Pendukung 12,13 2
penyajian
Penyajian 14,15 2
Pembelajaran
3 Evaluasi Kemudahan 16 1
dalam
penggunaan
Kemanfaatan 17,18 2
Jumlah Butir 18
4. Tahap Penyebaran (Disseminate)
Tahap disseminate terdiri dari summative evaluation, final
packaging, dan diffusion. Pada tahap summative evaluation, produk yang
telah direvisi selanjutnya diujicobakan kepada peserta didik kelas XI yang
melibatkan dua kelas, yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tujuan dari
uji coba produk ini adalah untuk menguji efektivitas produk terhadap literasi
kimia dan sikap ilmiah peserta didik. Desain uji coba produk lapangan
menggunakan desain kuasi eksperimen dengan posttest only design.
Selanjutnya, pada tahap final packaging dan diffusion dilakukan
penyebaran produk kepada guru-guru SMA dan disebarkan melalui publikasi
artikel jurnal agar dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran secara lebih luas.
47
diujicobakan secara terbatas untuk kemudian ditentukan validitas dan
reliabilitasnya. Produk direvisi berdasarkan masukan validator melalui revisi
tahap I. Tahap II, produk direvisi sehingga menjadi revisi produk I yang
selanjutnya dinilaikan pada 5 guru kimia SMA sebagai reviewer. Pada tahap
III, produk direvisi berdasarkan penilaian dan masukan guru. Produk yang
telah melalui tahap revisi II diujicobakan pada satu kelas XI MIPA yang hasil
responnya digunakan sebagai bahan untuk menyempurnakan produk sebelum
diuji efektivitasnya di lapangan. Hasil dari penilaian berupa data kualitatif dan
kuantitatif yang kemudian dianalisis untuk mengetahui kelayakan produk E-
LKPD berbasis inkuiri dan bermuatan kearifan lokal.
48
-: Pembelajaran tanpa menggunakan E-LKPD berbasis inkuiri dan bermuatan
kearifan lokal.
Subjek uji coba efektivitas pada penelitian ini adalah peserta didik kelas
XI MIPA SMAN 1 Kasihan Bantul. Dua kelas diambil secara acak
menggunakan teknik cluster random sampling untuk dijadikan sebagai kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Pengundian secara acak dari 6 kelas XI MIPA
di SMAN 1 Kasihan, muncul kelas XI MIPA 3 dan 4 sebagai kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Untuk uji keterbacaan produk, diambil sampel
pada kelas XI MIPA 2.
3. Jenis Data
49
Data kualitatif diperoleh dari hasil validasi oleh ahli media dan materi
yang berupa masukan dan komentar terkait kelayakan produk yang
dikembangkan, masukan guru, serta respon peserta didik terhadap produk E-
LKPD.
b. Data Kuantitatif
Data yang diperoleh dari penilaian guru, hasil angket respon peserta
didik terhadap penggunaan E-LKPD, dan hasil angket sikap ilmiah yang
berupa skor penilaian dengan skala 1-5. Selain itu, juga terdapat data berupa
skor peserta didik dari hasil posttest.
1) Teknik Angket
Teknik angket digunakan untuk untuk mengumpulkan informasi
mengenai analisis kebutuhan guru, analisis karakteristik peserta didik, respon
peserta didik dari aspek keterbacaan produk, dan sikap ilmiah peserta didik.
Angket untuk analisis kebutuhan guru bersifat terbuka, sedangkan angket
lainnya bersifat tertutup. Angket respon dan sikap ilmiah peserta didik
menggunakan skala Likert yakni dengan skala penilaian 1-5.
2) Teknik tes
Teknik tes penelitian ini menggunakan instrumen soal posttest.
Instrumen tersebut berupa soal-soal essay untuk mengukur kemampuan
literasi kimia peserta didik. Soal posttest berperan untuk mengatahui
efektivitas dari produk E-LKPD yang dikembangkan dalam meningkatkan
literasi kimia peserta didik.
b. Instrumen Penelitian
Berikut ini instrumen penelitian yang digunakan:
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP disusun sebagai pedoman bagi guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran di kelas supaya runtut dan tertata sesuai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun format dari RPP ini antara lain:
50
identitas pelajaran, kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD), indikator
pencapaian kompetensi (IPK), tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
strategi pembelajaran, alat dan bahan, sumber belajar, langkah-langkah
pembelajaran, dan penilaian serta evaluasi. Pada penelitian ini, RPP disusun
sebagai pedoman dalam penentuan tujuan pembelajaran dan sebagai acuan
dalam penyusunan produk. Model pembelajaran yang tercantum dalam RPP
disesuaikan dengan Langkah-langkah aktivitas siswa pada E-LKPD, yakni
mengacu pada model pembelajaran inkuiri.
2) Lembar Kerja Peserta Didik Elektronik
E-LKPD memuat serangkaian kegiatan yang harus dikerjakan oleh
peserta didik untuk meningkatkan kemampuan literasi kimia dan sikap
ilmiah peserta didik. Oleh karena itu, E-LKPD pada penelitian ini disusun
dengan basis pembelajaran inkuiri dan memuat kearifan lokal yang
menyesuaikan kompetensi yang akan dicapai oleh peserta didik pada proses
pembelajaran. Materi pada E-LKPD diintegrasikan dengan muatan kearifan
lokal Yogyakarta.
c. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data antara lain
sebagai berikut:
1) Angket kebutuhan guru, digunakan untuk mendapatkan data analisis
kebutuhan kepada guru kimia SMA, yaitu meliputi kurikulum yang
diterapkan, metode pembelajaran yang digunakan, media pembelajaran
dan bahan ajar yang digunakan, dan laian-lain.
2) Angket kebutuhan peserta didik, digunakan untuk mendapatkan data
kebutuhan dan karakteristik belajar peserta didik SMA.
3) Lembar validasi. Lembar validasi merupakan instrumen yang berisi
butir pernyataan, lembar masukan dan saran oleh ahli media dan materi
terhadap kelayakan produk yang dikembangkan. Data yang diperoleh
dari lembar validasi ini berupa data kualitatif yakni masukan dan
komentar validator terhadap produk yang dikembangkan. Data yang
51
diperoleh dari validasi tersebut digunakan sebagai bahan untuk merevisi
produk tahap I.
4) Angket Penilaian Guru. Instrumen penilaian E-LKPD oleh guru
meliputi syarat substansi, konstruksi, tampilan, dan evaluasi. Angket ini
juga dilengkapi dengan rubrik penilaian sebagai pedoman dalam
mengukur pencapaian instrumen. Data yang diperoleh dari penilaian
guru ini berupa data kualitatif yakni masukan guru terhadap produk
yang dikembangkan dan data kuantitatif berupa skor penilaian dari
reviewer terhadap produk yang dikembangkan. Angket penilaian guru
menggunakan skala Likert dengan rentang sakala 1-5 dengan alternatif
pilihan Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), Kurang Baik (K), dan
Sangat Kurang Baik (SK).
5) Angket Respon Peserta Didik. Instrumen ini digunakan untuk
mengetahui respon peserta didik terhadap produk E-LKPD yang
dikembangkan ditinjau dari aspek keterbacaannya. Data yang diperoleh
dari uji keterbacaan produk oleh peserta didik adalah data kuantitatif
yang berupa skor penilaian. Angket respon peserta didik juga
menggunakan skala Likert dengan skala 1-5.
6) Soal posttest. Instrumen tes ini berupa soal-soal uraian yang berfungsi
untuk mengetahui efektivitas produk yang dikembangkan terhadap
kemampuan literasi peserta didik. Soal posttest digunakan untuk
mengetahui kemampuan literasi peserta didik setelah mengikuti
pembelajaran dengan menerapkan produk E-LKPD. Instrumen ini
memuat beberapa butir pertanyaan yang memuat materi asam basa
diintegrasikan dengan wacana yang bermuatan kearifan lokal.
52
Analisis kualitatif pertama dilakukan berdasarkan data hasil analisis
kebutuhan dari guru dan peserta didik. Data analisis kebutuhan dan analisis
karakteristik peserta didik diperoleh dari angket kebutuhan peserta didik.
Data hasil analisis kebutuhan guru dan peserta didik selanjutnya dianalisis
secara deskriptif dan digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan E-
LKPD. Analisis kualitatif lainnya diperoleh dari hasil validasi oleh ahli
media dan materi serta penilaian reviewer yang berupa komentar dan
masukan terkait produk yang dikembangkan. Masukan dari validator dan
reviewer dijadikan sebagai acuan dalam merevisi produk yang
dikembangkan.
b. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif diperoleh dari penilaian guru, angket respon
peserta didik, angket sikap ilmiah, dan hasil posttest. Hasil analisis data
penilaian guru menunjukkan kualitas dan kelayakan dari produk yang
dikembangkan untuk dapat diterapkan pada lapangan yang lebih luas. Hasil
respon peserta didik terhadap produk bertujuan untuk mengetahui
keterbacaan produk. Hasil analisis data sikap ilmiah peserta didik
menunjukkan kategori atau level sikap ilmiah yang dimiliki peserta didik,
sedangkan hasil analisis posttest menunjukkan ada atau tidaknya
peningkatan literasi kimia dan sikap ilmiah peserta didik.
1) Analisis data penilaian reviewer, data keterbacaan peserta didik,
dan data angket sikap ilmiah.
Analisis kuantitatif berupa data penilaian reviewer, data keterbacaan
peserta didik, dan data angket sikap ilmiah dilakukan menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Mengubah skor secara kuantitatif menggunakan skala Likert berikut:
53
Tabel 10
Kriteria Skala Likert
Skor Kriteria
5 Sangat Baik (SB)
4 Baik (B)
3 Cukup (C)
2 Kurang (K)
1 Sangat Kurang (SK)
b) Menghitung rata-rata dari setiap aspek menggunakan rumus sebagai
berikut:
X=
∑x
n
dengan:
X = skor rata-rata
∑x = skor total masing-masing aspek
n = jumlah penilai
c) Mengkonversikan skor rata-rata setiap aspek menjadi tingkat kualitas
produk secara kualitatif dengan pedoman konversi ideal dengan langkah
sebagai berikut:
i. Menghitung rata-rata ideal dengan menggunakan rumus:
1
X i = skor maksimum ideal + skor minimum ideal)
2
54
Tabel 11
Kriteria Penilaian Skala Likert
55
menjadi seperangkat instrumen yang valid dan layak untuk digunakan
dalam pengambilan data.
3. Reliabilitas instrumen
Suatu instrumen penilaian hasil belajar dikatakan reliabel apabila
instrumen penilaian tersebut dikenakan pada subjek yang sama dan dalam
waktu yang berbeda tetapi memberikan hasil yang tidak jauh berbeda.
Reliabilitas instrumen pada pemelitian ini diterapkan pada instrumen soal
posttest yang berupa soal uraian, angket atau kuisioner. Uji reliabilitasnya
dapat dihitung dengan rumus alpha Cronbach, sebagai berikut:
[ ]
2
r 11 =
k
1−
∑ SBI
k −1 2
SBt
Skor Reliabilitas
<0,50 Rendah
0,50 - 0,60 Cukup
0,70 - 0,80 Tinggi
3) Analisis Uji Manova
i. Variabel terikat pada penelitian dapat diukur pada tingkat rasio atau
interval. Variabel terikat pada penelitian ini adalah literasi kimia dan
sikap ilmiah peserta didik yang merupakan data interval.
56
ii. Variabel bebas terdiri dari dua atau lebih kelompok independen dan
termasuk data kategorial. Pada penelitian ini, variable bebasnya
merupakan E-LKPD berbasis inkuiri dan bermuatan kearifan lokal pada
materi asam basa yang termasuk data kategori.
iii. Ukuran sampel penelitian tidak kurang dari 30 orang untuk setiap
kelompoknya.
iv. Data berdistribusi normal, yaitu data dari setiap kelompok sampel dari
suatu populasi harus berdistribusi normal. Uji normalitas yang
digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan SPSS dengan uji
Shapiro-Wilk dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho: data berdistribusi normal multivariat
Ha: data tidak berdistribusi normal multivariat
Kriteria keputusan dari uji normalitas adalah jika diperoleh sig atau p-
value > 0,05, maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan data
berdistribusi normal multivariat
v. Persepsi dibuat bebas yang menunjukkan bahwa tidak ada kaitan antara
persepsi pada pertemuan tertentu atau antar tim.
vi. Homogenitas matriks kovarian
Uji ini bertujuan untuk mengetahui homogenitas matriks kovarian pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujiannya dilakukan melalui uji
Box’s M, dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho: data berasal dari populasi yang memiliki matriks kovarian homogen
Ha: data berasal dari populasi yang memiliki matriks kovarian tidak
homogen
Kriteria keputusan dari uji normalitas adalah jika diperoleh sig atau p-
value > 0,05, maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan berasal dari
populasi yang memiliki matriks kovarian homogen
vii. Tidak terdapat outlier pada multivariat atau univariat.
viii. Pada setiap kelompok variable bebas, terdapat kaitan yang linier antara
variable terikat. Hubungan tersebut akan muncul pada hasil matrix
scatter plot yang menunjukkan garis lurus atau ditunjukkan oleh nilai R2
57
yang mendekati 1. Variabel terikat pada penelitian ini adalah literasi
kimia dan sikap ilmiah.
ix. Tidak terjadi multikolonieritas pada variable terikat. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan VIP dan nilai toleransi. Variabel terikat dapat dikatakan
tidak terjadi multikolinieritas apabila nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF
< 10.
Ho: Terdapat perbedaan yang signifikan dalam literasi kimia dan sikap
ilmiah antara peserta didik kelas XI MIPA yang menggunakan E-LKPD dan
tanpa E-LKPD secara simultan.
Ha: Terdapat perbedaan yang signifikan dalam literasi kimia dan sikap
ilmiah antara peserta didik kelas XI MIPA yang menggunakan E-LKPD dan
tanpa E-LKPD secara simultan.
Kriteria pengambilan keputusan: Ho ditolak jika nilai sig atau p-value <
0,05.
4) Uji Hipotesis Pertama, Kedua dan Ketiga
a) Hipotesis pertama:
Ho: Terdapat perbedaan yang signifikan dalam literasi kimia dan sikap
ilmiah antara peserta didik kelas XI MIPA yang menggunakan E-LKPD dan
tanpa E-LKPD secara simultan.
58
Ha: Terdapat perbedaan yang signifikan dalam literasi kimia dan sikap
ilmiah antara peserta didik kelas XI MIPA yang menggunakan E-LKPD dan
tanpa E-LKPD secara simultan.
b) Hipotesis kedua:
Ho: Terdapat perbedaan yang signifikan dalam literasi kimia antara peserta
didik kelas XI MIPA yang menggunakan E-LKPD dan tanpa E-LKPD.
Ha: Terdapat perbedaan yang signifikan dalam literasi kimia antara peserta
didik kelas XI MIPA yang menggunakan E-LKPD dan tanpa E-LKPD.
c) Hipotesis ketiga
Ho: Terdapat perbedaan yang signifikan dalam sikap ilmiah antara peserta
didik kelas XI MIPA yang menggunakan E-LKPD dan tanpa E-LKPD.
Ha: Terdapat perbedaan yang signifikan dalam sikap ilmiah antara peserta
didik kelas XI MIPA yang menggunakan E-LKPD dan tanpa E-LKPD.
59
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Romli, S., Distrik, I. W. & Herlina, K., (2020). Development and
Validation of Open Ended Based on Worksheet for Growing Higher
Level Thinking Skills of Students. European Journal of Educational
Research, 9(2), 445-455.
Ad'hiya, E. & Laksono, E. W. (2018). Development and Validation of an
Integrated Assessment Instrumen to Assess Students’ Analytical
Thinking Skills in Chemical Literacy. International Journal of
Instruction, 241-256.
AH Sanaky, H. (2013). Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif. Yogyakarta:
Kaukaban.
Almelhi, A. (2021). Effectiveness of the ADDIE Model within an E-Learning
Environment in Developing Creative Writing in EFL Students. English
Language Teaching, 14(2), 20-36.
Ariawan, I. P. W. & Divayana, D. G. H. (2020). Design of Blended Learning
Based in Tri Kaya Parisudha Using Kelase Platform in Realizing
Hybrid-Superitem Learning in Mathematics Lessons. International
Journal of Instruction, 13(3), 679-698.
Asmoro, S. P., Suciati & Prayitno, B. A. (2021). Empowering Scientific Thinking
Skills of Students with Different Scientific Activity Types through
Guided Inquiry. International Journal of Instruction, 947-962.
Astiningsih, A. D. & Partana, C. F. (2020). Using Android Media for Chemistry
Learning Construction of Motivation and Metacognition Ability.
International Journal of Instruction , 13(1), 279-294.
Astuti, T. N., Sugiyarto, K. H. & Ikhsan, J. (2020). Effect of 3D Visualization on
Students’ Critical Thinking Skills and Scientific Attitude in Chemistry.
International Journal of Instruction, 151-164.
Asyhar, R. (2012). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:
Referensi.
Aydin, M. (2019). Investigating pre-service science teachers’ mobile augmented
reality integration into worksheets. Journal of Biological Education, 1-
17.
Bicer, N. (2016). An evaluation of pre-service Turkish teachers’ skills and
knowledge regarding preparation of worksheets to teaching Turkish to
foreigners. Educ. Res. Rev, 164-173.
Branch, R. M., Lee, H. & Tseng, S. S. (2019). Educational Media and Technology
Yearbook. Springer, 42, 1-456.
60
Brown, C. E., Henry, M. L. & Hyslop, R. M. (2018). Identifying Relevant Acid-
Base Topics in the Context of a Prenursing Chemistry Course to Better
Align Health-Related Instruction and Assessment. Journal of Chemical
Education, 95(6), 920-927.
Budoya, C. M., Kissake, M. M. & Mtebe, J. S. (2019). Instructional Design
enabled Agile Methode using ADDIE Model and Feature Driven
Development Process. International Journal of Education and
Development using Information and Communication Technology, 15(1),
20.
Cahyana, U., Supatmi, S., Erdawati & Rahmawati, Y. (2019). The Influence of
Web-Based Learning and Learning Independence toward Student’s
Scientific Literacy in Chemistry Course. International Journal of
Instruction, 12(4), 655-668.
Calik, M., Ultay, N., Kolomuc, A. & Aytar, A. (2015). A cross-age study of
science student teachers’chemistry attitudes. Chem. Educ. Res. Pract.
Caraballo, R. M., Medina L. M. S., Gomez, S. G. J. & Vensaus, P. (2021).
Turmeric and RGB Analysis: A Low-Cost Experiment for Teaching
Acid-Base Equilibria at Home. Journal of Chemical Education, 98, 958-
965.
Cetin-Dindar, A., Boz, Y., Sonmez, D. Y. & Celep, N. D. (2018). Development of
Pre-Service Chemistry Teachers’ Technological Pedagogical Content
Knowledge. Chem. Educ. Res. Pract.,19, 167-183.
Cigdemoglu, C., Arslan, H. O. & Cam, A. (2017). Argumentation to foster pre-
service science teachers’ knowledge, competency, and attitude on the
domains of chemical literacy of acids and bases. Chem. Educ. Res.
Pract., 288-303.
Cigdemoglu, C. & Geban, O. (2015). Improving Students’ Chemical Literacy
Level on Thermochemical and Thermodynamics Concepts through
Context-Based Approach. Chem. Educ. Res. Pract, 1-15.
Crandell, O. M., Kouyoumdjian, H., Underwood, S. M. & Cooper, M. M. (2018).
Reasoning about Reactions in Organic Chemistry: Starting It in General
Chemistry. Journal of Chemical Education.
Daryanto. (2011). Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa.
Ekantini, A. & Wilujeng, I. (2018). The Development of Science Student
Worksheet Based on Education for Environmental Sustainable
Development to Enhance Scientific Literacy. Universal Journal of
Educational Research, 6(6), 1339-1347.
61
Ekantini, A. & Wilujeng, I. (2018). The Development of Science Student
Worksheet Based on Education for Environmental Sustainable
Development to Enhance Scientific Literacy. Universal Journal of
Educational Research,1339-1347.
Feyzioğlu, E. Y. & Demirci, N. (2021). The Effects of Inquiry-Based Learning on
Students’ Learner Autonomy and Conceptions of Learning. Journal of
Turkish Science Education, 401-420.
Fitriani, A., Zubaidah, S., Susilo, H. & Al Muhdhar, M. H. I. (2020). PBLPOE: A
Learning Model to Enhance Students’ Critical Thinking Skills and
Scientific Attitudes. International Journal of Instruction, 89-106.
Flynn, A. B. & Amellal, D. G. (2016). Chemical Information Literacy
pK[subscript a] Values--Where Do Students Go Wrong?. Journal of
Chemical Education, 93(1), 39-45.
Fratiwi, N. J., Samsudin, A., Ramalis, Taufik R. & Saregar, A. (2020).
Developing MeMoRI on Newton's Laws: For Identifying Student's
Mental Models. European Journal of Educational Research, 9(2), 699-
708.
Gyanwali, G. (2018). In-Class Worksheets for Sdent Egagement and Success.
American Chemical Society, 1280, 115-131.
Hadiati, S., Kuswanto, H., Rosana, D. & Pramuda, A. (2019). The Effect of
Laboratory Work Style and Reasoning with Arduino to Improve
Scientific Attitude. International Journal of Instruction, 321-336.
Hadi, R., Supriyanto & Hasanah, M. (2017). Economic Learning Media
Development Based on Lokal Lokality. International Journal of Higher
Education, 6(3), 188-194.
Haidar, D. A., Yuliati, L. & Handayanto, S. K. (2020). The Effect of Inquiry
Learning with Scaffolding on misconception of Light Material among
Fourth-Grade Students. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 540-553.
Hastuti, I. D., Surahmat, Sutarto & Dafik. (2020). The Effect of Guided Inquiry
Learning in Improving Metacognitive Skill of Elementary School
Students. International Journal of Instruction, 315-330.
Heeg, J., Hundertmark, S. & Schanze, S. (2020). The interplay between individual
reflection and collaborative learning–seven essential features for
designing fruitful classroom practices that develop students’ individual
conceptions. Chem. Educ. Res. Pract.,21, 765-788.
Imaduddin, M., Simponi, N. I., Handayani, R., Mustafidah, E. & Faikhamta, C.
(2020). Integrating Living Values Education by Bridging Indigenous
62
STEM Knowledge of Traditional Salt Farmers to School Science
Learning Materials. Journal of Science Learning, 8-19.
Istiyono, E., Dwandaru, W. S. B., Setiawan, R. & Megawati, I. (2020).
Developing of Computerized Adaptive Testing to Measure Physics
Higher Order Thinking Skills of Senior High School Students and Its
Feasibility of Use. European Journal of Educational Research, 9(1), 91-
101.
Kelana, J. B. & Pratama, F. (2019). Bahan ajar IPA berbasis Literasi Sains.
Bandung: Lekkas.
Khusniati, M., Parmin & Sudarmin. (2017). Lokal Wısdom-Based Scıence
Learnıng Model through Reconstructıon of Indıgenous Scıence to
Improve Student’s Conservatıonıst Character. Journal of Turkish
Science Education, 16-23.
Kim, S., Choi, H. & Paik, S.-H. (2019). Using a Systems Thinking Approach and
a Scratch Computer Program to Improve Student's Understanding of the
Bronsted-Lowry Acid-Base Model. Journal of Chemical Education,
96(12), 2926-2936.
Kohen, Z., Herscovitz, O. & Dori, Y. J. (2019). How to promote chemical
literacy? On-line question posing and communicating with scientists.
Chemistry Education Research and Practice.
Kousa, P., Kavonius, R. & Aksela, M. (2018). Low-achieving students’ attitudes
towards learning chemistry and chemistry teaching methods. Chem.
Educ. Res. Pract, 431-441.
Liyanage, D., Lo, S. M. & Hunnicutt, S. S. (2013). Student Discourse Networks
and Instructor Facilitation in Process Oriented Guided Inquiry Physical
Chemistry Classes. Chemistry Education Research and Practice, 1-21.
L, R. S. & Purwastuti, A. (2017). Lokal Wisdom-Based Character Education
Model in Elementary. Sino-US English Teaching, 14(5), 299-308.
Margunayasa, I. G., Dantes, N., Marhaeni, A. & Suastra, I. W. (2019). The Effect
of Guided Inquiry Learning and Cognitive Style on Science Learning
Achievement. International Journal of Instruction, 737-750.
Montes, L. H., Ferreira, R. A. & Rodriguez, C. (2013). Explaining secondary
school students’ attitudes towards chemistry in Chile. Chemistry
Education Research and Practice,1-12.
Mubarokah, F. D., Mulyani, S. & Indriyanti, N. Y. (2018). Identifying Student's
Misconceptions of Acid-Base Concepts Using a Three-Tier Diagnostic
Test: A Case of Indonesia and Thailand. Journal of Turkish Science
Education, 15, 51-58.
63
Muskita, M., Subali, B. & Djukri. (2020). Effects of Worksheets Base the Levels
of Inquiry in Improving Critical and Creative Thinking. International
Journal of Instruction, 13(2), 519-532.
Nainggolan, V. A., Situmorang, R. P. & Hastuti, S. P. (2021). Learning
Bryophyta: Improving Student's Scientific Literacy through Problem
Based-Learning. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 7(1), 71-82.
Nasution, W. N. (2018). The Effects of Inquiry-based Learning Approach and
Emotional Intelligence on Students’ Science Achievement Levels.
Journal of Turkish Science Education,104-115.
Ngaisah, F., Murni, R., Puguh, K., Faradilla, N. & Halim, L. (2018). Science
Teachers' Practical Knowledge of Inquiry-Based Learning. Journal of
Turkish Science Education, 87-96.
Novicki, A., Hill, J. L. & Canelas, D. A. (2017). Cooperative learning in organic
chemistry increases student assessment of learning gains in key
transferable skills. Chem.Educ.Res.Pract, 18, 441-456.
Nuanmeesri, S. & Jamornmongkolpilai, S. (2018). The Development of the
Virtual Learning Media of the Sacred Object Artwork. The Turkish
Online Journal of Educational Technology, 17(1), 198-209.
Oktasari, D., Jumadi, J., Warsono, W., Hariadi, M. H. &Syari, L. (2019). 3D
Page-Flipped Worksheet on Impulse-Momentum to Develop
Students'Scientific Communication Skills. Jurnal Pendidikan IPA
Indonesia, 211-219.
Parmin, Sajidan, Ashadi, Sutikno & Maretta, Y. (2017). Preparing Prospective
Teachers in Integrating Science and Lokal Wisdom through Practicing
Open Inquiry. Journal of Turkish Science Education, 13(2), 3-14.
Penn, M. & Ramnarain, U. (2019). South African university students’ attitudes
towards chemistry learning in a virtually simulated learning
environment. Chem. Educ. Res. Pract.
Petterson, M. N., Watts, F. M., Synder-White, E. P., Archer, S. R., Shultz, G.V. &
Finkenstaedt-Quinn, S. A. (2019). Eliciting student thinking about acid–
base reactions via app and paper–pencil based problem solving. Chem.
Educ. Res. Pract., 21, 878-892.
Prima, R. B., Bernard, M. & Rohaeti, E. (2019). Developing Interactive Learning
Media for School Level Mathematics through Open-ended Approach
Aided by Visual Basic Application for Excel. Journal on Mathematics
Education, 10(1), 59-68.
Purnama, S. (2013). Metode Penelitian dan Pengembangan (Pengenalan
Mengembangkan Produk Pembelajaran Bahasa Arab). Literasi, 4(1), 19-
64
32.
Ramdiah, S., Abidinsyah, A., Royani, M., Husamah, H. & Fauzi, A. (2019). South
Kalimantan Lokal Wisdom-Based Biology Learning Model. European
Journal of Educational Research, 9(2), 659-663.
Ratana-Ubol, A. & Henschke, J. A. (2015). Cultural Learning Processes through
Lokal Wisdom: A Case Study on Adult and Lifelong Learning in
Thailand. International Journal of Adult Vocational Education and
Technology, 6(2), 41-60.
Rohaeti, E., Prodjosantoso, A. K. & Irwanto. (2020). Research-Oriented
Collaborative Inquiry Learning Model: Improving Students' Scientific
Attitudes in General Chemistry. Journal of Baltic Science Education,
108-120.
Rukim, U. (2020). Urip.Info. [Online]
Available at: https://www.urip.info/2020/08/perubahan-konten-
kurikulum-kimia-selama.html?m=1
[Accessed 23 February 2022].
Sadhu, S. & Laksono, E. L. (2018). Development and Validation of an Integrated
Assessment for Measuring Critical Thinking and Chemical Literacy in
Chemical Equilibrium. International Journal of Instruction, 11(3), 557-
572.
Sarwanto, Fajari, L. E. W. & Chumdari. (2021). Open-Ended Questions to Assess
Critical-Thinking Skills in Indonesian Elementary School. International
Journal of Instruction, 14(1), 615-630.
Schmidt-McCormack, J. A., Judge, J., Spahr, K., Yang, E., Pugh, R., Karlin, A.,
Sattar, A., Thompson, B. C., Gere, A. R. & Shultz, G. V. (2019).
Analysis of the role of a writing-to-learn assignment in student
understanding of organic acid–base concepts. Chem. Educ. Res. Pract.,
20(2), 383-398.
Setyorini, A. D., Yamtinah , S., Mahardiani, L. & Saputro, S. (2021). A Rasch
Analysis of Item Quality of the Chemical Literacy Assessment for
Investigating Student's Chemical Literacy on Chemical Rate Concepts.
European Journal of Educational Research, 10(4), 1769-1779.
Sgouros, G., Michailidi , E. & Stavrou, D. (2018). Development and
dissemination of a teaching learning sequence on nanoscience and
nanotechnology in a context of communities of learners. Chem. Educ.
Res. Pract., 19, 1065-1080.
Sheppard, K. (2006). High school students’ understanding of titrations and related
acid-base phenomena. Chemistry Education Research and Practice,
65
7(1), 32-45.
Shwartz, Y., Ben-Zvi, R. & Hofstein, A. (2006). The Use of Scientific Literacy
Taxonomy for Assessing the Development of Chemical Literacy among
High-School Students. Chemistry Education Research and Practice,
7(4), 203-225.
Spitha, N., Doolittle, P. S., Buchberger, A. R. & Pazicni, S. (2021). Simulation-
Based Guided Inquiry Activity for Deriving the Beer−Lambert Law.
Journal of Chemical Education, 1705-1711.
Sudria, I. B. N., Redhana, I. W., Kirna, I. M. & Aini, D. (2018). Effect of Kolb's
Learning Styles under Inductive Guided-Inquiry Learning on Learning
Outcomes. International Journal of Instruction, 89-102.
Sumarni, W., Sudarmin, Wiyanto, Rusilowati, R & Susilaningsih, E. (2017).
Chemical Literacy of Teaching Candidates Studying The Integrated
Food Chemistry Ethnosciences Course. Journal of Turkish Science
Education, 14(3), 60-72.
Supartini, T., Weismann, I. T. J., Hengki, W. & Helaluddin. (2020). Development
of Learning Methods through Songs and Movements to Improve
Children's Cognitive and Psychomotor Aspects. European Journal of
Educational Research, 9(4), 1615-1633.
Supena, I., Darmuki, A. & Hariyadi, A. (2021). The Influence of 4C
(Constructive, Critical, Creativity, Collaborative) Learning Model on
Student's Learning Outcomes. International Journal of Instruction,
14(3), 873-892.
Uge, S., Neolaka, A. & Yasin, M. (2019). Development of Social Studies
Learning Model Based on Lokal Wisdom in Improving Students’
Knowledge and Social Attitude. International Journal of Instruction,
375-387.
Uyulgan, M. A. & Akkuzu, N. (2016). An epistemological inquiry into organic
chemistry education: exploration of undergraduate students’ conceptual
understanding of functional groups. Chemistry Education Research and
Practice, 17(1), 36–57.
Villafane, S. M. & Lewis, J. E. (2016). Exploring a measure of science attitude for
different groups of students enrolled in introductory college chemistry.
Chem. Educ. Res. Pract., 17(4), 731-742
Widoyoko, E. P. (2011). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Wiyarsi, A., Pratomo, H. & Priyambodo, E. (2020). Vocational High School
Students’ Chemical Literacy on Context-Based Learning: A Case of
66
Petroleum Topic. Journal of Turkish Science Education, 17(1), 147-161.
Wulaningrum , S. & Priyambodo, E. (2016). Development of Teaching Aids
Based on Lokal Wisdom as a Chemistry Learning Media for Senior High
School’ Students. International Jurnal of Education Research Review,
1(1).
Zhang, J. (2020). The Construction of College English Online Learning
Community under ADDIE Model. English Language Teaching, 13(7),
46-51.
Zhu, Y. (2019). How Chinese students’ scientific competencies are influenced by
their attitudes?. International Journal of Science Education, 41(15), 1-
19.
67