Anda di halaman 1dari 29

1

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL INoSIT


(Integration Nature of Science in Inkuiri with Technology) UNTUK
MENINGKATKAN KOMPETENSI LITERASI SAINS SISWA PADA
MATERI OPTIKA GEOMETRI KELAS XI SMA

PROPOSAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kependidikan
(S1) pada Jurusan Pendidikan Fisika

OLEH
AHMAD WAHID ZUL FEBRIAN
A1K119082

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat
dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan tugas Proposal Seminar Fisika dengan waktu yang telah direncanakan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada banginda Nabi Besar
Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu membantu
perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.
Penyusunan proposal ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Seminar
Fisika . Dalam penyusunan proposal ini, tentu banyak pihak yang telah memberikan
bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu, Penyusun ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada : Dosen Pengampuh Mata Kuliah Seminar Fisika , Bapak
Dr. Amiruddin Takda, M.Si dan rekan-rekan mahasiswa.
Penyusun menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan maka
saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan
semua urusan dan semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya
bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.

Kendari, Oktober 2022

Penyusun
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................................
1.3 TUJUAN PENELITIAN.........................................................................................
1.4 MANFAAT PENELITIAN.....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................
2.1 PENGERTIAN LITERASI.....................................................................................
2.2 PENGERTIAN LITERASI SAINS........................................................................
2.3 PENGERTIAN PEMBELAJARAN FISIKA........................................................
2.4 MODEL PEMBELAJARAN..................................................................................
2.5 MODEL PEMBELAJARAN INOSIT...................................................................
2.6 VALIDITAS DAN RELIABILITAS......................................................................
BAB III PENUTUP..............................................................................................................
3.1 KESIMPULAN........................................................................................................
3.2 PENUTUP.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era society 5.0. dipahami sebagai era global yang ditandai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Era perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat menjadi momentum dalam peningkatan
kualitas sumber daya manusia (SDM), termasuk SDM Indonesia. Upaya dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia ini, harus didukung oleh berbagai
ranah aspek kehidupan, salah satunya pendidikan. Pendidikan merupakan salah
satu kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi untuk memajukan sesuatu serta
dapat menciptakan sumber daya manusia yang mampu bersaing di abad ke-21
(Sole, 2018). Pendidikan merupakan aspek yang paling potensial dalam
meningkatkan SDM Indonesia, karena dalam praktiknya, pendidikan berkaitan
dengan penyampaian ilmu pengetahuan serta nilai-nilai kehidupan. Melalui hal
tersebut, pendidikan dijadikan sebagai garda terdepan dalam upaya peningkatan
kualitas SDM berbasiskan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan telah mengarahkan praksis pembelajaran untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik berdasarkan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Salah satu anjuran untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
tercantum dalam standar kelulusan Permendikbud No. 54 Tahun 2013 yang
berbunyi “Bagi peserta didik tingkat SMA sederajat, pada ranah kognitif
diupayakan peserta didik memiliki pengetahuan factual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban”.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa proses pembelajaran
pada jenjang pendidikan SMA diarahkan untuk mengembangkan kemampuan
literasi sains peserta didik dalam bingkai pengembangan ilmu pengetahuan dan
5

teknologi. Sebagai bagian dari mata pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik
pada jenjang menengah atas, mata pelajaran fisika pun diarahkan untuk dapat
mengembangkan kemampuan literasi sains peserta didik melalui
pembelajarannya. Sebagaimana hal ini dicantum dalam permendiknas No. 22
Tahun 2006 mengenai standar isi pembelajaran fisika yang menyatakan bahwa,
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada jenjang
SMA/MA/SMALB dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pembelajaran fisika merupakan pembelajaran yang
mempelajari fenomena fenomena alam dan segala peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari (Mundilarto, 2002).
Hasil PISA diketahui bahwa capaian literasi peserta didik Indonesia
rendah pada aspek literasi sains yaitu aspek konteks, pengetahuan, kompetensi,
dan sikap. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil penelitian Rakhmawan,
Setiabudi, dan Mudzakir yang menunjukkan bahwa hasil N-Gain pada aspek
sikap (14,83%) memiliki nilai lebih rendah dibandingkan dengan ketiga aspek
literasi sains lainnya, yaitu aspek konten (56,19%), aspek proses (48,93%), dan
aspek konteks (49,91%). Rendahnya literasi sains siswa di Indonesia
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: (1) Lemahnya pemahaman siswa
terhadap konsep dasar sains; (2) Siswa hanya mempelajari sains sebatas teori
saja siswa belum mampu mengaplikasikan konsep sains dalam kehidupan
sehari-hari; (3) Lemahnya siswa dalam mengungkapkan pikiran dalam bentuk
tulisan dan menghubungkan informasi-informasi dalam teks bacaan; (4)
Rendahnya kemampuan siswa dalam membaca, menginterpretasikan data
dalam bentuk gambar, tabel, diagram dan bentuk penyajian lainnya; (5)
Rendahnya kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi seperti
memecahkan permasalahan, bernalar ilmiah, berpikir kritis dan berpikir kreatif
(Rustaman, 2006)
Berdasarkan hasil observasi terhadap pengelolaan pembelajaran fisika
pada SMA Negeri 9 Kendari belum mengarah kepada indikator pencapaian
6

literasi sains dalam proses belajar mengajar. Hal ini didukung dengan alat-alat
laboratorium yang dimiliki sekolah belum memenuhi standar, lembar kerja
peserta didik masih bersifat standar, dimana guru hanya menayangkan video
dan memberikan lembar kerja kepada peerta didik, dan guru-guru fisika secara
umum belum mengintegrasikan tekhnologi, informasi, dan komunikasi dalam
pembelajaran yang bersifat abstrak. Kondisi pembelajaran tersebut yang
merupakan elemen untuk mengajarkan literasi sains di sekolah, dari hasil
observasi tersebut diduga sekolah kurang berkontribusi terhadap literasi sains
peserta didik.
Permasalahan literasi sains peserta didik dalam pembelajaran dapat
diatasi dengan penggunaan model dan media dalam pembelajaran. Dimana
model pembelajaran yang di gunakan oleh pendidik harus bervariasi agar ilmu
yang disampaikan bisa diserap oleh siswa. Berbagai jenis penelitian yang
berkaitan dengan model pembelajaran sudah dilakukan untuk meningkatkan
literasi sains peserta didik. Akan tetapi, hasil yang diperoleh belum maksimal
dalam peningkatan literasi sains peserta didik secara menyeluruh. Sebagaimana
penelitian yang dilakukan oleh Ardiningtyas (2019) yang masih memiliki
kekurangan yakni belum meningkatkan keterampilan literasi sains pada siswa
secara menyeluruh. Sedangkan pada penelitian Nugraheny (2021) dapat
memfasilitasi peserta didik untuk mendapatkan memahami hakikat sains dan
mengembangkan aspek-aspek Nature of Science pada peserta didik, akan tetapi
hanya pada materi-materi tertentu. Pada penelitian pertiwi (2019) memiliki
kekurangan yang sama yakni tidak memberi dampak positif terhadap
peningkatan literasi sains siswa.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, diyakini bahwa
salah satu alternative tindakan yang dapat meningkatkan literasi sains siswa,
maka perlu dilakukan suatu kegiatan pembelajaran yang dikemas sedemikian
rupa sehingga mampu meningkatkan kompetensi literasi sains siswa. Salah satu
model pembelajaran yang dapat digunakan dalam meningkatkan kompetensi
7

literasi sains peserta didik yaitu dengan menggunakan model pembelajaran


INoSIT. Model INoSIT adalah model pembelajaran secara terintegrasi inkuiri
dan hakikat sains yang berbantuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
atau dengan istilah integrated nature of science in inquiry technology (INoSIT).
Model INoSIT ini dapat membelajarkan literasi sains baik pada konsep konkrit
maupun pada konsep abstrak. Pada konsep yang konkrit memerlukan bantuan
peralatan laboratorium. Sedangkan pada konsep yang abstrak memerlukan
bantuan teknologi dalam bentuk simulasi interaktif. Tujuan dari model ini
adalah menginterpretasi TIK dengan model inkuiri yang berorientasi Nature of
Science (NoS) melalui pendekatan multi representasi untuk meningkatkan
literasi sains peserta didik (Takda, 2019).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu diadakan penelitian yang
berjudul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INoSIT UNTUK
MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA MATERI OPTIKA
GEOMETRI KELAS XI SMA”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan suatu
permasalah penelitian yaitu Bagaimana penerapan model pembelajaran INoSIT
dalam meningkatkan literasi siswa pada materi optika geometri kelas XI IPA
SMA.

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan dari penelitian ini adalah
Untuk mengevaluasi penerapan model pembelajaran INoSIT dalam
meningkatkan literasi siswa pada materi optika geometri kelas XI IPA SMA.
8

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut.


1. Bagi peneliti, sebagai pengalaman pertama dan penambahan wawasan
mengenai pengembangan perangkat pembelajaran model INoSIT.
2. Bagi peneliti lain, sebagai referensi lain untuk melakukan penelitian lebih
lanjut dan mengembangkan perangkat pembelajaran model INoSIT.
3. Bagi sekolah, sebagai salah satu sumbangan pemikiran untuk meningkatkan
mutu pendidikan sekolah.
4. Bagi guru, pengembangan perangkat pembelajaran model INoSIT
diharapkan dapat menjadi alternatif dalam proses belajar mengajar di kelas.
5. Bagi siswa, antara lain sebagai berikut.
a) Menambah ketertarikan dalam mempelajari fisika.
b) Meningkatkan kompetensi literasi sains dalam menyelesaikan masalah
fisika.
c) Meningkatkan pemahaman belajar fisika sehingga mampu
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang bersifat abstrak.

E. Defenisi Operasional
Definisi operasioanl variabel penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Pengembangan perangkat pembelajaran adalah serangkaian proses atau
kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu perangkat pembelajaran
berdasarkan teori pengembangan yang telah ada.
b. Literasi sains melalui ilmu pendidikan adalah mengembangkan kemampuan,
secara kreatif memanfaatkan bukti yang sesuai berdasarkan pengetahuan
ilmiah dan keterampilan, terutama dengan relevansi untuk kehidupan sehari-
hari dan karir, dalam memecahkan masalah ilmiah secara pribadi menantang
namun bermakna serta membuat keputusan sosio-ilmiah yang
bertanggungjawab.
9

c. Pembelajaran sains berbasis inkuiri adalah peserta didik mengembangkan


pemahaman melalui menggunakan mental dan keterampilan fisik untuk
memperoleh bukti tentang hakikat dan perilaku dari alam semesta. Cara
belajar ini konsisten dengan pandangan modern tentang hakikat dari aktivitas
sains dan bagaimana belajar dilakukan. Belajar melalui inkuiri tidak berarti
peserta didik belajar dengan pemahaman dan mengaplikasikan pengetahuan
mereka, tetapi juga mereka belajar tentang bagaimana belajar.
d. Model INoSIT adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan TIK
dalam bentuk simulasi interaktif untuk melatih peserta didik secara eksplisit
NoS dan inkuiri ilmiah untuk meningkatkan kemampuan literasi sains baik
pada konsep konkrit maupun pada konsep yang abstrak.
e. Validitas adalah kualitas instrumen yang akan digunakan. Validitas
menyatakan kelayakan isi dari suatu produk.
f. Kepraktisan adalah kemudahan suatu instrumen dalam menjalankan suatu
program yang diukur dengan data respon siswa.
g. Efektivitas Instrumen Pembelajaran merupakan taraf tingkat keberhasilan
suatu instrumen pembelajaran dalam mencapai tujuan yang telah
direncanakan.
10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Literasi
Istilah literasi terus berkembang sejalan dengan berkembangnya
teknologi informasi dan komunikasi. Literisi menurut Abidin, dkk (2017: 3)
diartikan sebagai konsep yang akan berkembang dan terus berpengaruh pada
penggunaan berbagai media digital dalam proses pembelajaran di kelas,
sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sedangkan, menurut Indarto (2017: 12)
literasi adalah kegiatan memahami dan mengakses melalui berbagai aktivitas
yang dilakukan seperti membaca, menulis, dan melakukan kegiatan praktik
yang disesuaikan dengan pengetahuan dan hubungan sosial.
Literasi meliputi pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
peserta didik untuk mengakses, memahami, menganalisis dan mengevaluasi
informasi, membuat makna, mengekspresikan pikiran dan emosi, memunculkan
ide dan pendapat, menjalin hubungan dengan orang lain dan berinteraksi dalam
kegiatan di sekolah dan kegiatan di luar sekolah. Pendapat lain juga diutarakan
oleh Faizah, dkk (2016: 2) terkait pengertian literasi dalam konteks konteks
gerakan literasi sekolah, yaitu kemampuan dalam mengakses, menggunakan,
dan memahami sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas yang ,meliputi
kegiatan melihat, menyimak, membaca, menulis, dan berbicara.
Berdasarkan beberapa uraian terkait pengertian literasi, dapat
disimpulkan bahwa literasi adalah suatu konsep untuk mengembangkan
kemampuan secara kompleks dalam memahami dan mengakses informasi
melalui berbagai aktifitas yang mencakup pengetahuan dan keterampilan.
Kemampuan dalam literasi tidak hanya untuk peserta didik di sekolah, akan
tetapi bagi masyarakat umum. Penerapan literasi dapat dilakukan di sekolah, di
lingkungan keluarga, bahkan dalam lingkup yang lebih luas yaitu masyarakat.
11

Aspek literasi adalah literasi dasar yang harus dikuasai oleh


masyarakat Indonesia untuk menjadi manusia yang dapat bertahan dan bersaing
dalam memajukan negara Indonesia seiring dengan perkembangan zaman.
Adapun aspek literasi menurut Ibrahim, dkk (2017: 5) sebagai berikut: Literasi
baca/tulis, literasi sains, literasi digital, literasi numerasi, literasi finansial, dan
literasi budaya.

B. Literasi Sains
Secara harfiah, literasi sains terdiri dari kata yaitu literatus yang berarti
melek huruf dan scientia yang diartikan memiliki pengetahuan. Literasi sains
merupakan kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi
pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka
memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan
yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (OECD, 2003).
Literasi sains menurut PISA diartikan sebagai “ the capacity to use
scientific knowledge, to identify questions and to draw evidence-based
conclusions in order to understand and help make decisions about the natural
world and the changes made to it through human activity”. Berdasarkan
pemaparan tersebut literasi sains dapat didefinisikan sebagai kemampuan
menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik
kesimpulan berdasarkan buktibukti, dalam rangka memahami serta membuat
keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap
alam melalui aktivitas manusia. Unsur pokok yang terdapat pada literasi sains
menurut Harlen (2004: 64) diantaranya adalah :
a. concepts or ideas, which help understanding of scientific aspects of the
world around and which enable us to make sense of new experiences by
linking them to what we already know;
12

b. processes, which are mental and physical skills used in obtaining,


interpreting and using evidence about the world around to gain knowledge
and build understanding;
c. attitudes or dispositions, which indicate willingness and confidence to
engage in enquiry, debate and further learning.
d. understanding the nature (and limitations) of scientific knowledge
C. Penelitian Pengembangan

D. Pembelajaran Fisika
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan
pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (Suardi,2018).
Sedangkan menurut Riyana (2009), pembelajaran merupakan suatu kegiatan
yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber
untuk belajar. Fisika merupakan ilmu yang bersifat empiris, artinya setiap hal
yang dipelajari dalam fisika didasarkan pada hasil pengamatan tentang alam
dan gejala-gejalanya (Zemansky,1993). Fisika merupakan bagian dari ilmu
sains yang disusun berdasarkan fakta, fenomenafenomena alam, hasil
pemikiran, dan hasil eksperimen (Halliday,2010).
Dari beberapa uraian diatas pembelajaran fisika merupakan proses
belajar mengajar yang mempelajari tentang gejala dan kejadian alam yang
bertujuan memperoleh pengetahuan, keterampilan, perubahan sikap, dan emosi
yang dikembangkan melalui pengalaman belajar. Pembelajaran fisika tidak
hanya menuntut siswa untuk menghafal tetapi siswa juga harus mampu
mempelajari konsep fisika dan persoalan fisika yang harus dipecahkan dengan
13

rumus yang sesuai dengan persoalan yang dihadapi. Sehingga pada saat
pembelajaran fisika siswa tidak cukup diajarkan melalui satu ranah, tetapi perlu
adanya interaksi antara siswa dan guru maupun siswa dengan siswa sehingga
siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan mampu membangun pengetahuan
dari pengalaman siswa.

E. Model Pembelajaran INoSIT


Berdasarkan uraian dari model pembelajaran Siklus Belajar 5 E dan
model pembelajran berbasis Inkuiri Takda (2019) mengemukakan hasil analisis
terhadap kelemahan dari model pembelajaran siklus belajar BSCS 5E dan
kelemahan model pembelajaran IBL untuk melatih literasi sains bagi peserta
didik, maka dapat disimpulkan beberapa kelemahan dari kedua model tersebut
adalah: (1) kurang efektif, karena memerlukan banyak aktu dalam melakukan
kegiatan investigasi; (2) kesulitan melakukan investigasi sains secara sistematis
(pengumpulan data, analisis, interpretasi data, dan pengomunikasian); (3)
kesulitan menyiapkan peralatan dan matei; (4) kurang cukup perhatian pada
aktivitas stident-centered yang berhubungan pada berbagai representasi, dan (5)
sulit memahami dan melakukan investigasi pada konsep-konsep abstrak.
Untuk mengatasi kelemahan model pembelajaran siklus belajar BSCS
5E dan model pembelajaran IBL yang selama ini digunakan untuk mengajarkan
literasi sains di sekolah, maka salah satu alternatif solusinya adalah
mengembangkan model pembelajaran secara terintegrasi inkuiri dan hakikat
sains yang berbantuan teknologi informasidan komunikasi (TIK) atau dengan
istilah integrated nature of science (NoS) in inquiry technology (INoSIT).
Model INoSIT ini dapat membelajarkan literasi sains baik pada konsep konkrit
maupun pada konsep abstrak. Pada konsep yang konkrit memerlukan bantuan
peralatan laboratorium atau KIT. Sedangkan pada konsep yang abstrak
memerlukan bantuan teknologi dalam bentuk simulasi interaktif. Tujuan dari
model ini adalah menginterpretasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
14

dengan model inkuiri yang berorientasi nature of science (NoS) melalui


pendekatan multi representasi untuk melatihkan literasi sains peserta didik.
Inkuiri mengharuskan peserta didik meminta dan menyaring pertanyaan,
mendesain dan melakukan investigasi, mengumpulkan dan menganalisis data,
membuat interpretasi dan kesimpulan, dan melaporkan hasil yang diperoleh.
Tujuan utama dari model INoSIT adalah mengintegrasikan TIK dalam
bentuk simulasi interaktif untuk melatih siswa secara eksplisit NoS dan inkuiri
ilmiah untuk meningkatkan kemampuan literasi sains baik pada konsep konkrit
maupun pada konsep yang abstrak agar menjadi lebih berkembang (more
developed) (Takda, 2019). Hal ini sesuai dengan Permendikbud Nomor 20
Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Pendidikan Dasar dan
Menengah, dinyatakan bahwa kualifikasi kemampuan lulusan SMA dan
sederajat khususnya pada dimensi keterampilan adalah memiliki kemampuan
berfikir dan tindakan yang kreatif, produktif, kritis, kolaboratif dan komunikatif
dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain secara mandiri.

F. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran merupakan pegangan bagi guru dalam
melaksanakan pembelajaran baik dikelas, laboratorium, dan lapangan untuk
setiap kompetensi dasar (Devi dkk,2009). Permendikbud No. 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa
penyusunan perangkat pembelajaran merupakan bagian dari perencanaan
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan
RPP yang mengacu pada standar isi. Menurut Kemp j e dalam (trianto,2011)
menuliskan bahwaterdapat sepuluh unsur rencana dalam perancangan
pembelajaran yang diantaranya yakni identifikasi masalah, analisis peserta
didik, analisis tugas, rumusan indikator, penyusunan indicator, penyusunan
evaluasi, strategi pembelajaran, sumber belajar, merinci pelayanan penunjang,
15

menyiapkan evaluasi hasil belajar, dan revisi perangkat pembelajaran.


Pernagkat pembelajaran yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah
RPP, LKPD, dan instrumen penilaian model INoSIT.
1) RPP
RPP merupakan rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu
pertemuan atau lebih untuk mencapai kompetensi dasar yang dikembangkan
dari silabus (Kemendikbud, 2013). Menurut majid (2009), unsur-unsur
penting yang harus ada pada RPP adalah apa yang akan diajarkan,
bagaimana mengajarkannya, dan bagaimana mengevaluasi hasil kerjanya
yaitu dengan meerancang jenis evaluasi untuk mengukur daya serap peserta
didik terhadap materi yang mereka pelajari.
2) LKPD
LKPD ada
3) Instrumen Penilaian
G. Validitas dan Reliabilitas
Validitas adalah tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang
digunakan. Intrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang
dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya di ukur, Dengan demikian, instrumen yang
valid merupakan instrumen yang benar-benar tepat untuk mengukur apa yang
hendak di ukur. Atau bisa dikatakan Validitas (Validity) yaitu sejauh mana
suatu alat ukur tepat dalam mengukur suatu data, dengan kata lain apakah alat
ukur yang dipakai memang mengukur sesuatu yang ingin diukur. Misalnya bila
kita ingin mengukur sebuah kalung emas, maka kita gunakan timbangan emas.
Suatu variable atau pertanyaan dikatakan valid bila skor variable atau
pertanyaan tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor total.
Reliabilitas adalah ukuran yang menujukkan bahwa alat ukur yang
digunakan dalam penelitian keperilakukan mempunyai keandalan sebagai alat
ukur, diantaranya di ukur melalui konsistensi hasil pengukuran dari waktu ke
16

waktu jika fenomena yang diukur tidak berubah. Atau dapat dikatakan
Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten bila diukur beberapa kali dengan alat ukur yang
sama. Penelitian memerlukan data yang betul-betul valid dan reliabel. Dalam
rangka urgensi ini, maka kuesioner sebelum digunakan sebagai data penelitian
primer, terlebih dahulu diujicobakan ke sampel uji coba penelitian. Uji coba ini
dilakukan untuk memperoleh bukti sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat
ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Pertanyaan dikatakan reliabel apabila
jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu
ke waktu.
Pengukuran reliabilitas pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua
cara pertama Repeated Measure, pertanyaan ditanyakan pada responden
berulang pada waktu yang berbeda, (misalnya sebulan kemudian), dan
kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya. Kedua One
Shot, di sini pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan
dengan pertanyaan lain. Pada umumnya pengukuran reliabilitas sering
dilakukan dengan one shot dengan beberapa pertanyaan. Pengujian reliabilitas
dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu. Jika pertanyaannya tidak
valid, maka pertanyaan tersebut dibuang. Pertanyaan yang sudah valid baru
secara bersama-sama diukur reliabilitasnya.
Biasanya untuk keperluan uji instrumen/kuesioner ini, responden yang
digunakan adalah pada lokasi yang berbeda dengan lokasi penelitian namun
memiliki karakteristik yang sama. Biasanya jumlah responden yang digunakan
adalah 10% dari jumlah sampel penelitian. Uji reliabilitas berguna untuk
menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan
lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan
data yang konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen mencirikan tingkat
konsistensi. Banyak rumus yang dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas
diantaranya adalah rumus Spearman Brown:
17

2r b
r 11= ...........................................................................................1.1
1+r b
Dengan:
r11 adalah reliabilitas
rb adalah nilai koefisien korelasi
Nilai koefisien reliabilitas atau Alpha (Cronbach) yang baik adalah
diatas 0,7 (cukup baik), di atas 0,8 (baik). Pengukuran validitas dan reliabilitas
mutlak dilakukan, karena jika instrument yang digunakan sudah tidak valid dan
reliable maka dipastikan hasil penelitiannya pun tidak akan valid dan reliable.
Sugiyono (2007) menjelaskan perbedaan antara penelitian yang valid dan
reliable dengan instrument yang valid dan reliable dapat diartikan penelitian
yang valid artinya bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan
data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Artinya, jika objek
berbentuk segi empat, sedangkan data yang terkumpul berbentuk segitiga maka
hasil penelitian tidak valid. Sedangkan penelitian yang reliable bila terdapat
kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam objek kemarin
berbentuk segi empat, maka sekarang dan besok tetap segi empat (Janti, 2014).

H. Kepraktisan
Kepraktisan perangkat pembelajaran merupakan kemudahan
penggunaan perangkat yang digunakan siswa dengan menggunakan perangkat
pembelajaran tersebut (Suliyana dan Riyana, 2009). Perangkat pembelajaran
yang dikembangkan dapat dikatakan praktis jika memenuhi dua kriteria, yaitu
praktis secara teoritis dan praktis secara praktek. Praktis secara teoritis adalah
penilaian para ahli dalam lembar validasi perangkat pembelajaran. Penilaian
secara praktek adalah penilaian pengguna dalam angket respon siswa.
Perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika dalam kriteria validasi
18

menunjukkan nilai minimal baik sesuai dengan kategori presentase angket


respon pengguna media yang telah dimodifikasi.

I. Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian oleh Devita Cahyani Nugraheny dan Ari Widodo yang berjudul
“PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NATURE OF
SCIENCE TERHADAP PEMBELAJARAN SAINS” yang menghasilkan nilai
signifikansi lebih kecil dari nilai α=0,05. Dimana dengan menerapkan model
pembelajaran Nature of Science maka berpengaruh secara signifikan
terhadap pembelajaran sains.
2. Peneilitian oleh Devia Ardiningtyas dan Budi Jatmoko yang berjudul
“Peningkatan Literasi Sains Siswa SMA Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Inkuir Terbimbing Dan Model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah” yang menghasilkan bahwa Pembelajaran fisika dengan model
inkuiri terbimbing dan pembelajaran berdasarkan masalah dapat
meningkatkan kemampuan literasi sains siswa pada materi Getaran
Harmonis dengan taraf signifikasi 0,05 dan rata-rata n-gain pada kedua kelas
berkategori sedang.
3. Penelitian oleh Sudirgayasa, Suastra, dan Ristanti yang berjudul
“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS NATURE OF
SCIENCE (NOS) TERHADAP KEMAMPUAN APLIKASI KONSEP
BIOLOGI DAN PEMAHAMAN NOS SISWA DALAM PEMBELAJARAN
BIOLOGI DI SMA NEGERI 1 MARGA” yang menghasilkan bahwa nilai
rata-rata kemampuan aplikasi konsep biologi siswa MPBNoS sebesar 80,81
dibandingkan dengan nilai rata-rata kemampuan aplikasi konsep biologi
siswa MPL sebesar 61,79, secara umum dapat dikatakan bahwa kemampuan
siswa MPBNoS dalam mengaplikasikan konsep biologi lebih baik dari siswa
MPL. Sedangkan berdasarkan nilai rata-rata pemahaman NoS siswa
19

MPBNoS sebesar 79,17 dibandingkan dengan nilai rata-rata pemahaman


NoS siswa MPL sebesar 54,04, secara umum dapat dikatakan bahwa
kemampuan siswa MPBNoS dalam memahami NoS lebih baik dari siswa
MPL.
20

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan penelitian dan
pengembangan (research and development). Menurut Borg and Gall (1989:
782), yang dimaksud dengan research dan development (R & D) adalah proses
mengembangkan dan menvalidasi produk pendidikan (a process used develop
and validate educational product). Tujuan utama dari metode penelitian ini
bukanlah untuk menghasilkan teori baru maupun menguji teori yang sudah
ada, melainkan untuk menghasilkan sebuah produk baru atau mengembangkan
produk yang sudah ada yang berguna untuk pembelajaran di sekolah dimana
produk pendidikan yang dikembangkan yaitu perangkat pembelajaran yang
terdiri dari silabus, RPP, LKPD dan lembar evaluasi literasi sains. Produk yang
dikembangkan adalah Perangkat pembelajaran model INoSIT untuk
meningkatkan kompetensi literasi sains peserta didik kelas XI SMA.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Pelaksanaan penelitian melalui uji coba terbatas dan uji coba luas
model INoSIT ini telah dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran
20220/2023. Adapun tempat pelaksanaan uji coba terbatas model INoSIT
adalah pada kelas XI IPA 5 SMA Negeri 9 Kendari.

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah perangkat pembelajaran fisika SMA
berupa LKPD pada materi optika geometri. Sedangkan tahap implementasi
yang menjadi subjeknya adalah peserta didik kelas X IPA 5 SMA Negeri 9
Kendari sebanyak 30 peserta didik dengan kegiatan pembelajaran dilakukan
secara tatap muka.
21

D. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas terdiri atas RPP, LKPD materi optika geometri serta
model pembelajaran INoSIT, sedangkan Variabel terikat yaitu literasi sains.

E. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian 4D. Menurut
Thiagarajan (1974) model pengembangan 4D terdiri atas 4 tahap utama yaitu :
Define (Pendefinisian), Design (Perancangan), Develop (Pengembangan), dan
Disseminate (Penyebaran). Dalam memudahkan proses penelitian, maka
disusunlah alur rancangan dan desain penelitian pengembangan model 4D
menurut Thiangarajan (1974) memuat tahapan-tahapan pengembangan dan
penelitian.

1) Tahap Define (Pendefinisian)


Tujuan pada tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan
kebutuhan-kebutuhan pembelajaran dengan menganalisis tujuan dan batasan
materi. Kegiatan dalam tahap ini yaitu:
a) Analisis awal-akhir
Kegiatan analisis awal-akhir ini dilakukan untuk menetapkan
masalah dasar yang diperlukan dalam pengembangan perangkat
pembelajaran. Pada tahap ini ditetapkan masalah dasar dan dilakukan
analisis pada model pembelajaran relevan sehingga diperoleh model
pembelajar yang dianggap paling ideal. Berdasarkan hasil observasi awal
pada SMA Negeri 9 Kendari, diketahui guru-guru fisika masih
mengalami kesulitan untuk mengembangkan perangkat serta perangkat
pembelajaran kontekstual, alat-alat laboratorium yang dimiliki sekolah
belum memenuhi standar dan guru-guru fisika secara umum belum
22

mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran untuk mengajarkan konsep


abstrak. Sehingga pengetahuan sains peserta didik perlu ditingkatkan.

b) Analisis peserta didik


Analisis peserta didik merupakan telaah karakteristik peserta
didik yang sesuai dengan rancangan dan pengembangan perangkat
pembelajaran. Karakteristik tersebut meliputi pengetahuan sains
peserta didik, mengevaluasi dan menginterpretasi data dan bukti sains.
Pada sekolah SMAN 1 Tirawuta, peserta didik kelas XII IPA berada
pada usia 16-17 tahun. Berdasarkan hasil observasi, sebagian peserta
didikmemiliki kemampuan untuk mengoperasikan perangkat
multimedia. Pengalaman peserta didik selama belajar ialah mencari
informasi tentang materi pembelajaran menggunakan perangkat
multimedia berupa handphone atau laptop yang terhubung ke internet.

c) Analisis Konsep
Analisis konsep ditujukan untuk mengidentifikasi, merinci dan
menyusun secara sistematis konsep-konsep yang relevan yang akan
diajarkan berdasarkan analisis awal-akhir. Analisis ini merupakan dasar
dalam menyusun tujuan pembelajaran. Berdasarkan analisis awal-akhir,
maka dilakukan identifikasi terhadap materi- materi pelajaran fisika pada
kelas XII yang cenderung kompleks dan rumit untuk dipahami oleh
peserta didik. Secara rinci materi arus listrik searah fisika yang dipilih
untuk dikembangkan. Dalam materi ini terdapat tuntutan untuk
pemahaman teoritis, perhitungan dan juga eksperimen. Materi arus listrik
searah fisika akan disusun berdasarkan konsep peningkatan kemampuan
literasi sains yang harus disampaikan kepada peserta didik secara
sistematis. Konsep ini akan dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari,
tentunya yang relevan terhadap materi arus listrik searah.
23

d) Analisis tugas
Analisis ini merupakan pengidentifikasian tugas atau
kemampuan berfikir sains yang dilakukan peserta didik selama
pembelajaran. Pengetahuan sains peserta didik dalam menyelesaikan
tugas selama

Define Analisis Awal-Akhir


(Tahap Pendefinisian)
Analisis Peserta Didik

Analisis tugas Analisis Konsep

Spesifikasi Tujuan Pembelajaran

Penyusunan Tes

Desain Pemilihan Media


(Tahap Perancangan)
Pemilihan Format

Validasi perangkat

Revisi metode berdasarkan masukan dari


para pakar pada saat validasi

Develop
Uji coba terbatas dengan peserta didik
(Tahap Pengembangan)

Revisi Produk berdasarkan hasil uji


coba
Uji coba lebih lanjut dengan jumlah
peserta didik yang sesuai dengan
kelas sesungguhnya
24

Dissemate
Guru Fisika SMA
( Tahap Penyebaran)

F. Teknik Pengumpulan Data


1. Kevalidan Perangkat Pembelajaran
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar
validasi kepada para ahli. Lembar validasi digunakan untuk mengetahui
kevalidan perangkat pembelajaran model INoSIT sebelum diterapkan dalam
proses pembelajaran. Selain itu, lembar validasi digunakan untuk
mendapatkan masukan berupa kritik atau saran dari validator untuk
perbaikan produk perangkat pembelajaran yang dikembangkan.
2. Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan angket
dan tes kepada siswa. Lembar angket digunakan untuk mengetahui
kepraktisan perangkat pembelajaran model INoSIT setelah diterapkan dalam
proses pembelajaran.Selain itu, Lembar angket digunakan untuk
mendapatkan respon positif dari pengguna dalam produk perangkat
pembelajaran yang dikembangkan.
3. Keefektivitas Perangkat Pembelajaran
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan pre-test
dan post test Soal hasil belajar kepada siswa. Hasil belajar digunakan untuk
mengetahui keefektifan perangkat pembelajaran setelah diterapkan dalam
proses pembelajaran.

G. Teknik Analisis Data


25

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data
validasi perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, LKPD), keterlaksanaan
pembelajaran, aktivitas peserta didik, penilaian tes literasi sains, serta data
respon peserta didik. Adapun tahapan pengumpulan data dan analisis data
dilakukan sebagai berikut:

1. Analisis validasi perangkat pembelajaran


Analisis terhadap data hasil validasi perangkat pembelajaran
dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif dengan skor rata-rata yang
diberikan oleh para validator dan anlisis kategori. Analisis terhadap
perangkat pembelajaran meliputi: Silabus, RPP, LKPD,penilaian literasi
sains. Kategori terhadap skor rata-rata yang diberikan oleh setiap validator

mengacu pada kriteria yang telah dirumuskan oleh Arikunto (2010), seperti
pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Kriteria Penilaian Validasi Perangkat Pembelajaran model INoSIT
Indikator Skor Kategori Keterangan
Indikator Skor Kategori Keterangan
3,25 < Skor ¿ 4,0 Sangat Valid Dapat digunakan tampa revisi
2,50 < Skor ¿ 3,25 Valid Dapat digunakan dengan sedikit
revisi
1.75 < Skor ¿ 2,50 Kurang Valid Dapat digunakan dengan banyak
revisi
1.0 < Skor ¿ 1,75 Tidak Valid Belum dapat digunakan dan
masih memerlukan konsultasi

2. Analisis keterlaksanaan model pembelajaran INoSIT


Analisis terhadap data hasil keterlaksanaa pembelajaran INoSIT
yang diperoleh dari dua orang pengamat dengan memberikan rentang skor
26

tertinggi dari 1 sampai 4 dengan skor 1 berarti tidak baik, skor 2 berarti
kurang baik, skor 3 berarti baik, dan skor 4 berarti sangat baik.
Berdasarkanskor rata-rata yang diberikan oleh dua orang pengamat, maka
selanjutnya dikonsultasikan dengan kriteria yang telah ditetapkan Arikunto
(2010), seperti diuraikan pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Kriteria Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran model INoSIT
Indikator Skor Kategori Keteranga
3,25 < Skor ¿ 4,0 Sangat Valid Sangat baik
2,50 < Skor ¿ 3,25 Valid Baik
1.75 < Skor ¿ 2,50 Kurang Valid Kurang Baik
1.0 < Skor ¿ 1,75 Tidak Valid Tidak Baik

3. Analisis aktivitas Peserta Didik Dalam Pembelajaran Model INoSIT


Analisis terhadap aktivitas peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran model INoSIT dianalisis secara deskriptif kuantitatif dalam
bentuk persentase dengan persamaan

f
P= x 100 %
N
Keterangan:
P = Persentase aktivitas peserta didik
f = jumlah frekuensi kategori pengamatan
N = jumlah frekuensi seluruh kategori pengamatan

4. Analisis Data Kompetensi Literasi Sains


Berdasarkan hasil penelitian terhadap penerapan perangkat
pembelajaran model INoSIT yang dianalisis dengan menggunakan statistik
deskriptif-kualitatif dalam bentuk rata-rata, persentase, kategori melalui uji
27

normalized gain score (n-gain) dan pengujian hipotesis Untuk melihat


kefektivan model pembelajaran INoSIT dalam pembelajaran maka
dilakukan analisis terhadap nilai gain ternormalisasi (n-gain) yang
diperoleh dari hasil pretest dan posttest pada instrumen literasi sains
didasarkan pada gain rata-rata ternormalisasi (g), menurut Hake (1998)
sebagai perbandingan antara gain rata-rata aktual (G) terhadap peluang
maksimal gain rata-rata (G)max

( )
%(G) %( S f )−%(S i)
(g ) = =
%(G)max ⟨100 %−%( Si )⟩

Keterangan
Sf = rata- rata kelas pada keadaam akhir ( posttest)
Si = rata- rata kelas pada keadaam awal (pretest)

Rata- rata Gain Ternormalisasi Kategori


g ¿ 0,7 Tinggi
0,7>g ¿ 0,3 Sedamg
g < 0,3 Rendah
28

DAFTAR PUSTAKA
Abbas, M. Y. H. 2018. Faktor-faktor kesulitan belajar fisika pada peserta didik kelas
IPA Sekolah Menengah Atas. Jurnal Pendidikan Fisika. 6(1): 45-49

Akbar, S. 2013. Instrument Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja

Arsyad, A. 2006. Perangkat pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Bloch, S. C. 2007. Excel untuk Insinyur dan Ilmuwan. Jakarta: Erlangga.

Djaali, H., dan P. Muljono. 2007. Pengukuran dalam bidang pendidikan. Jakarta:
Grasindo.

Fakriyah. 2014. Penerapan Problem Based Learning Dalam Upaya Mengembangkan


Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia.
3(1) : 95-101

Giancoli, D. C. 2014. Fisika Prinsip dan aplikasi . Edisi ketujuh. Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.

Halliday, D., R. Resnick, dan J. Walker.2010. Fisika Dasar Edisi 7 jilid 2. Jakarta:
Erlangga.

Janti. 2014. Analisis Validitas Dan Reliabilitas Dengan Skala Likert Terhadap
Pengembangan Si/Ti Dalam Penentuan Pengambilan Keputusan Penerapan
Strategi Planning Pada Industri Garmen. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi
Sains & Teknologi (SNAST). : 1979-911X

Mulyatiningsih, E. 2014. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung:


Alfabeta.

Riyana. 2009. Perangkat pembelajaran. Bandung : CV. Wacana Prima.

Sears dan Zemansky. 1993. Fisika Universitas Jilid 1. jakarta: Erlangga.

Serwey, R. A., dan J. W. Jewett. 2004. Physics for Scientists and Engineers.
California: Thomson Brooks Cole.
29

Suardi. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Deepublish.

Sudjana, N. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Remaja


Rosdakarya.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suliana, F., dan Y. Wicaksono. 2015. Tips and Trik Programer Macro Excel
Profesional Bandung: Andi Offset.

Tipler, P. A. 1991. Physics for Scientists and Engineers.Third Edition.kota:Worth


Publisher, Inc. Terjemahan B.

Soegijono. 1996. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga.

Wicaksono, Y. 2014. Mengelolah Database Eksternal menggunakan Excel. Jakarta:


PT. Elex Media Komputindo.

Yamasari, Y. 2010. Pengembangan Perangkat pembelajaran Matematika Berbasis


ICT yang berkualitas. Surabaya: Raya Cipta.

Yusuf,A. M. 2015. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Anda mungkin juga menyukai