PROPOSAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kependidikan
(S1) pada Jurusan Pendidikan Fisika
OLEH
AHMAD WAHID ZUL FEBRIAN
A1K119082
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat
dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan tugas Proposal Seminar Fisika dengan waktu yang telah direncanakan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada banginda Nabi Besar
Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu membantu
perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.
Penyusunan proposal ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Seminar
Fisika . Dalam penyusunan proposal ini, tentu banyak pihak yang telah memberikan
bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu, Penyusun ingin menyampaikan
ucapan terima kasih kepada : Dosen Pengampuh Mata Kuliah Seminar Fisika , Bapak
Dr. Amiruddin Takda, M.Si dan rekan-rekan mahasiswa.
Penyusun menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan maka
saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan
semua urusan dan semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya
bagi penulis dan para pembaca pada umumnya.
Penyusun
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................................
1.3 TUJUAN PENELITIAN.........................................................................................
1.4 MANFAAT PENELITIAN.....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................
2.1 PENGERTIAN LITERASI.....................................................................................
2.2 PENGERTIAN LITERASI SAINS........................................................................
2.3 PENGERTIAN PEMBELAJARAN FISIKA........................................................
2.4 MODEL PEMBELAJARAN..................................................................................
2.5 MODEL PEMBELAJARAN INOSIT...................................................................
2.6 VALIDITAS DAN RELIABILITAS......................................................................
BAB III PENUTUP..............................................................................................................
3.1 KESIMPULAN........................................................................................................
3.2 PENUTUP.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era society 5.0. dipahami sebagai era global yang ditandai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Era perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat menjadi momentum dalam peningkatan
kualitas sumber daya manusia (SDM), termasuk SDM Indonesia. Upaya dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia ini, harus didukung oleh berbagai
ranah aspek kehidupan, salah satunya pendidikan. Pendidikan merupakan salah
satu kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi untuk memajukan sesuatu serta
dapat menciptakan sumber daya manusia yang mampu bersaing di abad ke-21
(Sole, 2018). Pendidikan merupakan aspek yang paling potensial dalam
meningkatkan SDM Indonesia, karena dalam praktiknya, pendidikan berkaitan
dengan penyampaian ilmu pengetahuan serta nilai-nilai kehidupan. Melalui hal
tersebut, pendidikan dijadikan sebagai garda terdepan dalam upaya peningkatan
kualitas SDM berbasiskan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan telah mengarahkan praksis pembelajaran untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik berdasarkan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Salah satu anjuran untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
tercantum dalam standar kelulusan Permendikbud No. 54 Tahun 2013 yang
berbunyi “Bagi peserta didik tingkat SMA sederajat, pada ranah kognitif
diupayakan peserta didik memiliki pengetahuan factual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban”.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa proses pembelajaran
pada jenjang pendidikan SMA diarahkan untuk mengembangkan kemampuan
literasi sains peserta didik dalam bingkai pengembangan ilmu pengetahuan dan
5
teknologi. Sebagai bagian dari mata pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik
pada jenjang menengah atas, mata pelajaran fisika pun diarahkan untuk dapat
mengembangkan kemampuan literasi sains peserta didik melalui
pembelajarannya. Sebagaimana hal ini dicantum dalam permendiknas No. 22
Tahun 2006 mengenai standar isi pembelajaran fisika yang menyatakan bahwa,
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada jenjang
SMA/MA/SMALB dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pembelajaran fisika merupakan pembelajaran yang
mempelajari fenomena fenomena alam dan segala peristiwa yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari (Mundilarto, 2002).
Hasil PISA diketahui bahwa capaian literasi peserta didik Indonesia
rendah pada aspek literasi sains yaitu aspek konteks, pengetahuan, kompetensi,
dan sikap. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil penelitian Rakhmawan,
Setiabudi, dan Mudzakir yang menunjukkan bahwa hasil N-Gain pada aspek
sikap (14,83%) memiliki nilai lebih rendah dibandingkan dengan ketiga aspek
literasi sains lainnya, yaitu aspek konten (56,19%), aspek proses (48,93%), dan
aspek konteks (49,91%). Rendahnya literasi sains siswa di Indonesia
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: (1) Lemahnya pemahaman siswa
terhadap konsep dasar sains; (2) Siswa hanya mempelajari sains sebatas teori
saja siswa belum mampu mengaplikasikan konsep sains dalam kehidupan
sehari-hari; (3) Lemahnya siswa dalam mengungkapkan pikiran dalam bentuk
tulisan dan menghubungkan informasi-informasi dalam teks bacaan; (4)
Rendahnya kemampuan siswa dalam membaca, menginterpretasikan data
dalam bentuk gambar, tabel, diagram dan bentuk penyajian lainnya; (5)
Rendahnya kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi seperti
memecahkan permasalahan, bernalar ilmiah, berpikir kritis dan berpikir kreatif
(Rustaman, 2006)
Berdasarkan hasil observasi terhadap pengelolaan pembelajaran fisika
pada SMA Negeri 9 Kendari belum mengarah kepada indikator pencapaian
6
literasi sains dalam proses belajar mengajar. Hal ini didukung dengan alat-alat
laboratorium yang dimiliki sekolah belum memenuhi standar, lembar kerja
peserta didik masih bersifat standar, dimana guru hanya menayangkan video
dan memberikan lembar kerja kepada peerta didik, dan guru-guru fisika secara
umum belum mengintegrasikan tekhnologi, informasi, dan komunikasi dalam
pembelajaran yang bersifat abstrak. Kondisi pembelajaran tersebut yang
merupakan elemen untuk mengajarkan literasi sains di sekolah, dari hasil
observasi tersebut diduga sekolah kurang berkontribusi terhadap literasi sains
peserta didik.
Permasalahan literasi sains peserta didik dalam pembelajaran dapat
diatasi dengan penggunaan model dan media dalam pembelajaran. Dimana
model pembelajaran yang di gunakan oleh pendidik harus bervariasi agar ilmu
yang disampaikan bisa diserap oleh siswa. Berbagai jenis penelitian yang
berkaitan dengan model pembelajaran sudah dilakukan untuk meningkatkan
literasi sains peserta didik. Akan tetapi, hasil yang diperoleh belum maksimal
dalam peningkatan literasi sains peserta didik secara menyeluruh. Sebagaimana
penelitian yang dilakukan oleh Ardiningtyas (2019) yang masih memiliki
kekurangan yakni belum meningkatkan keterampilan literasi sains pada siswa
secara menyeluruh. Sedangkan pada penelitian Nugraheny (2021) dapat
memfasilitasi peserta didik untuk mendapatkan memahami hakikat sains dan
mengembangkan aspek-aspek Nature of Science pada peserta didik, akan tetapi
hanya pada materi-materi tertentu. Pada penelitian pertiwi (2019) memiliki
kekurangan yang sama yakni tidak memberi dampak positif terhadap
peningkatan literasi sains siswa.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, diyakini bahwa
salah satu alternative tindakan yang dapat meningkatkan literasi sains siswa,
maka perlu dilakukan suatu kegiatan pembelajaran yang dikemas sedemikian
rupa sehingga mampu meningkatkan kompetensi literasi sains siswa. Salah satu
model pembelajaran yang dapat digunakan dalam meningkatkan kompetensi
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat dirumuskan suatu
permasalah penelitian yaitu Bagaimana penerapan model pembelajaran INoSIT
dalam meningkatkan literasi siswa pada materi optika geometri kelas XI IPA
SMA.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan dari penelitian ini adalah
Untuk mengevaluasi penerapan model pembelajaran INoSIT dalam
meningkatkan literasi siswa pada materi optika geometri kelas XI IPA SMA.
8
D. Manfaat Penelitian
E. Defenisi Operasional
Definisi operasioanl variabel penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Pengembangan perangkat pembelajaran adalah serangkaian proses atau
kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu perangkat pembelajaran
berdasarkan teori pengembangan yang telah ada.
b. Literasi sains melalui ilmu pendidikan adalah mengembangkan kemampuan,
secara kreatif memanfaatkan bukti yang sesuai berdasarkan pengetahuan
ilmiah dan keterampilan, terutama dengan relevansi untuk kehidupan sehari-
hari dan karir, dalam memecahkan masalah ilmiah secara pribadi menantang
namun bermakna serta membuat keputusan sosio-ilmiah yang
bertanggungjawab.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Literasi
Istilah literasi terus berkembang sejalan dengan berkembangnya
teknologi informasi dan komunikasi. Literisi menurut Abidin, dkk (2017: 3)
diartikan sebagai konsep yang akan berkembang dan terus berpengaruh pada
penggunaan berbagai media digital dalam proses pembelajaran di kelas,
sekolah, dan lingkungan masyarakat. Sedangkan, menurut Indarto (2017: 12)
literasi adalah kegiatan memahami dan mengakses melalui berbagai aktivitas
yang dilakukan seperti membaca, menulis, dan melakukan kegiatan praktik
yang disesuaikan dengan pengetahuan dan hubungan sosial.
Literasi meliputi pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
peserta didik untuk mengakses, memahami, menganalisis dan mengevaluasi
informasi, membuat makna, mengekspresikan pikiran dan emosi, memunculkan
ide dan pendapat, menjalin hubungan dengan orang lain dan berinteraksi dalam
kegiatan di sekolah dan kegiatan di luar sekolah. Pendapat lain juga diutarakan
oleh Faizah, dkk (2016: 2) terkait pengertian literasi dalam konteks konteks
gerakan literasi sekolah, yaitu kemampuan dalam mengakses, menggunakan,
dan memahami sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas yang ,meliputi
kegiatan melihat, menyimak, membaca, menulis, dan berbicara.
Berdasarkan beberapa uraian terkait pengertian literasi, dapat
disimpulkan bahwa literasi adalah suatu konsep untuk mengembangkan
kemampuan secara kompleks dalam memahami dan mengakses informasi
melalui berbagai aktifitas yang mencakup pengetahuan dan keterampilan.
Kemampuan dalam literasi tidak hanya untuk peserta didik di sekolah, akan
tetapi bagi masyarakat umum. Penerapan literasi dapat dilakukan di sekolah, di
lingkungan keluarga, bahkan dalam lingkup yang lebih luas yaitu masyarakat.
11
B. Literasi Sains
Secara harfiah, literasi sains terdiri dari kata yaitu literatus yang berarti
melek huruf dan scientia yang diartikan memiliki pengetahuan. Literasi sains
merupakan kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi
pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka
memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan
yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (OECD, 2003).
Literasi sains menurut PISA diartikan sebagai “ the capacity to use
scientific knowledge, to identify questions and to draw evidence-based
conclusions in order to understand and help make decisions about the natural
world and the changes made to it through human activity”. Berdasarkan
pemaparan tersebut literasi sains dapat didefinisikan sebagai kemampuan
menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik
kesimpulan berdasarkan buktibukti, dalam rangka memahami serta membuat
keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap
alam melalui aktivitas manusia. Unsur pokok yang terdapat pada literasi sains
menurut Harlen (2004: 64) diantaranya adalah :
a. concepts or ideas, which help understanding of scientific aspects of the
world around and which enable us to make sense of new experiences by
linking them to what we already know;
12
D. Pembelajaran Fisika
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan
pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (Suardi,2018).
Sedangkan menurut Riyana (2009), pembelajaran merupakan suatu kegiatan
yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber
untuk belajar. Fisika merupakan ilmu yang bersifat empiris, artinya setiap hal
yang dipelajari dalam fisika didasarkan pada hasil pengamatan tentang alam
dan gejala-gejalanya (Zemansky,1993). Fisika merupakan bagian dari ilmu
sains yang disusun berdasarkan fakta, fenomenafenomena alam, hasil
pemikiran, dan hasil eksperimen (Halliday,2010).
Dari beberapa uraian diatas pembelajaran fisika merupakan proses
belajar mengajar yang mempelajari tentang gejala dan kejadian alam yang
bertujuan memperoleh pengetahuan, keterampilan, perubahan sikap, dan emosi
yang dikembangkan melalui pengalaman belajar. Pembelajaran fisika tidak
hanya menuntut siswa untuk menghafal tetapi siswa juga harus mampu
mempelajari konsep fisika dan persoalan fisika yang harus dipecahkan dengan
13
rumus yang sesuai dengan persoalan yang dihadapi. Sehingga pada saat
pembelajaran fisika siswa tidak cukup diajarkan melalui satu ranah, tetapi perlu
adanya interaksi antara siswa dan guru maupun siswa dengan siswa sehingga
siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan mampu membangun pengetahuan
dari pengalaman siswa.
F. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran merupakan pegangan bagi guru dalam
melaksanakan pembelajaran baik dikelas, laboratorium, dan lapangan untuk
setiap kompetensi dasar (Devi dkk,2009). Permendikbud No. 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa
penyusunan perangkat pembelajaran merupakan bagian dari perencanaan
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan
RPP yang mengacu pada standar isi. Menurut Kemp j e dalam (trianto,2011)
menuliskan bahwaterdapat sepuluh unsur rencana dalam perancangan
pembelajaran yang diantaranya yakni identifikasi masalah, analisis peserta
didik, analisis tugas, rumusan indikator, penyusunan indicator, penyusunan
evaluasi, strategi pembelajaran, sumber belajar, merinci pelayanan penunjang,
15
waktu jika fenomena yang diukur tidak berubah. Atau dapat dikatakan
Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten bila diukur beberapa kali dengan alat ukur yang
sama. Penelitian memerlukan data yang betul-betul valid dan reliabel. Dalam
rangka urgensi ini, maka kuesioner sebelum digunakan sebagai data penelitian
primer, terlebih dahulu diujicobakan ke sampel uji coba penelitian. Uji coba ini
dilakukan untuk memperoleh bukti sejauh mana ketepatan dan kecermatan alat
ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Pertanyaan dikatakan reliabel apabila
jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu
ke waktu.
Pengukuran reliabilitas pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua
cara pertama Repeated Measure, pertanyaan ditanyakan pada responden
berulang pada waktu yang berbeda, (misalnya sebulan kemudian), dan
kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya. Kedua One
Shot, di sini pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan
dengan pertanyaan lain. Pada umumnya pengukuran reliabilitas sering
dilakukan dengan one shot dengan beberapa pertanyaan. Pengujian reliabilitas
dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu. Jika pertanyaannya tidak
valid, maka pertanyaan tersebut dibuang. Pertanyaan yang sudah valid baru
secara bersama-sama diukur reliabilitasnya.
Biasanya untuk keperluan uji instrumen/kuesioner ini, responden yang
digunakan adalah pada lokasi yang berbeda dengan lokasi penelitian namun
memiliki karakteristik yang sama. Biasanya jumlah responden yang digunakan
adalah 10% dari jumlah sampel penelitian. Uji reliabilitas berguna untuk
menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan
lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama akan menghasilkan
data yang konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen mencirikan tingkat
konsistensi. Banyak rumus yang dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas
diantaranya adalah rumus Spearman Brown:
17
2r b
r 11= ...........................................................................................1.1
1+r b
Dengan:
r11 adalah reliabilitas
rb adalah nilai koefisien korelasi
Nilai koefisien reliabilitas atau Alpha (Cronbach) yang baik adalah
diatas 0,7 (cukup baik), di atas 0,8 (baik). Pengukuran validitas dan reliabilitas
mutlak dilakukan, karena jika instrument yang digunakan sudah tidak valid dan
reliable maka dipastikan hasil penelitiannya pun tidak akan valid dan reliable.
Sugiyono (2007) menjelaskan perbedaan antara penelitian yang valid dan
reliable dengan instrument yang valid dan reliable dapat diartikan penelitian
yang valid artinya bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan
data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Artinya, jika objek
berbentuk segi empat, sedangkan data yang terkumpul berbentuk segitiga maka
hasil penelitian tidak valid. Sedangkan penelitian yang reliable bila terdapat
kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam objek kemarin
berbentuk segi empat, maka sekarang dan besok tetap segi empat (Janti, 2014).
H. Kepraktisan
Kepraktisan perangkat pembelajaran merupakan kemudahan
penggunaan perangkat yang digunakan siswa dengan menggunakan perangkat
pembelajaran tersebut (Suliyana dan Riyana, 2009). Perangkat pembelajaran
yang dikembangkan dapat dikatakan praktis jika memenuhi dua kriteria, yaitu
praktis secara teoritis dan praktis secara praktek. Praktis secara teoritis adalah
penilaian para ahli dalam lembar validasi perangkat pembelajaran. Penilaian
secara praktek adalah penilaian pengguna dalam angket respon siswa.
Perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika dalam kriteria validasi
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan penelitian dan
pengembangan (research and development). Menurut Borg and Gall (1989:
782), yang dimaksud dengan research dan development (R & D) adalah proses
mengembangkan dan menvalidasi produk pendidikan (a process used develop
and validate educational product). Tujuan utama dari metode penelitian ini
bukanlah untuk menghasilkan teori baru maupun menguji teori yang sudah
ada, melainkan untuk menghasilkan sebuah produk baru atau mengembangkan
produk yang sudah ada yang berguna untuk pembelajaran di sekolah dimana
produk pendidikan yang dikembangkan yaitu perangkat pembelajaran yang
terdiri dari silabus, RPP, LKPD dan lembar evaluasi literasi sains. Produk yang
dikembangkan adalah Perangkat pembelajaran model INoSIT untuk
meningkatkan kompetensi literasi sains peserta didik kelas XI SMA.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah perangkat pembelajaran fisika SMA
berupa LKPD pada materi optika geometri. Sedangkan tahap implementasi
yang menjadi subjeknya adalah peserta didik kelas X IPA 5 SMA Negeri 9
Kendari sebanyak 30 peserta didik dengan kegiatan pembelajaran dilakukan
secara tatap muka.
21
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas terdiri atas RPP, LKPD materi optika geometri serta
model pembelajaran INoSIT, sedangkan Variabel terikat yaitu literasi sains.
E. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian 4D. Menurut
Thiagarajan (1974) model pengembangan 4D terdiri atas 4 tahap utama yaitu :
Define (Pendefinisian), Design (Perancangan), Develop (Pengembangan), dan
Disseminate (Penyebaran). Dalam memudahkan proses penelitian, maka
disusunlah alur rancangan dan desain penelitian pengembangan model 4D
menurut Thiangarajan (1974) memuat tahapan-tahapan pengembangan dan
penelitian.
c) Analisis Konsep
Analisis konsep ditujukan untuk mengidentifikasi, merinci dan
menyusun secara sistematis konsep-konsep yang relevan yang akan
diajarkan berdasarkan analisis awal-akhir. Analisis ini merupakan dasar
dalam menyusun tujuan pembelajaran. Berdasarkan analisis awal-akhir,
maka dilakukan identifikasi terhadap materi- materi pelajaran fisika pada
kelas XII yang cenderung kompleks dan rumit untuk dipahami oleh
peserta didik. Secara rinci materi arus listrik searah fisika yang dipilih
untuk dikembangkan. Dalam materi ini terdapat tuntutan untuk
pemahaman teoritis, perhitungan dan juga eksperimen. Materi arus listrik
searah fisika akan disusun berdasarkan konsep peningkatan kemampuan
literasi sains yang harus disampaikan kepada peserta didik secara
sistematis. Konsep ini akan dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari,
tentunya yang relevan terhadap materi arus listrik searah.
23
d) Analisis tugas
Analisis ini merupakan pengidentifikasian tugas atau
kemampuan berfikir sains yang dilakukan peserta didik selama
pembelajaran. Pengetahuan sains peserta didik dalam menyelesaikan
tugas selama
Penyusunan Tes
Validasi perangkat
Develop
Uji coba terbatas dengan peserta didik
(Tahap Pengembangan)
Dissemate
Guru Fisika SMA
( Tahap Penyebaran)
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data
validasi perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, LKPD), keterlaksanaan
pembelajaran, aktivitas peserta didik, penilaian tes literasi sains, serta data
respon peserta didik. Adapun tahapan pengumpulan data dan analisis data
dilakukan sebagai berikut:
mengacu pada kriteria yang telah dirumuskan oleh Arikunto (2010), seperti
pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Kriteria Penilaian Validasi Perangkat Pembelajaran model INoSIT
Indikator Skor Kategori Keterangan
Indikator Skor Kategori Keterangan
3,25 < Skor ¿ 4,0 Sangat Valid Dapat digunakan tampa revisi
2,50 < Skor ¿ 3,25 Valid Dapat digunakan dengan sedikit
revisi
1.75 < Skor ¿ 2,50 Kurang Valid Dapat digunakan dengan banyak
revisi
1.0 < Skor ¿ 1,75 Tidak Valid Belum dapat digunakan dan
masih memerlukan konsultasi
tertinggi dari 1 sampai 4 dengan skor 1 berarti tidak baik, skor 2 berarti
kurang baik, skor 3 berarti baik, dan skor 4 berarti sangat baik.
Berdasarkanskor rata-rata yang diberikan oleh dua orang pengamat, maka
selanjutnya dikonsultasikan dengan kriteria yang telah ditetapkan Arikunto
(2010), seperti diuraikan pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Kriteria Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran model INoSIT
Indikator Skor Kategori Keteranga
3,25 < Skor ¿ 4,0 Sangat Valid Sangat baik
2,50 < Skor ¿ 3,25 Valid Baik
1.75 < Skor ¿ 2,50 Kurang Valid Kurang Baik
1.0 < Skor ¿ 1,75 Tidak Valid Tidak Baik
f
P= x 100 %
N
Keterangan:
P = Persentase aktivitas peserta didik
f = jumlah frekuensi kategori pengamatan
N = jumlah frekuensi seluruh kategori pengamatan
( )
%(G) %( S f )−%(S i)
(g ) = =
%(G)max ⟨100 %−%( Si )⟩
Keterangan
Sf = rata- rata kelas pada keadaam akhir ( posttest)
Si = rata- rata kelas pada keadaam awal (pretest)
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, M. Y. H. 2018. Faktor-faktor kesulitan belajar fisika pada peserta didik kelas
IPA Sekolah Menengah Atas. Jurnal Pendidikan Fisika. 6(1): 45-49
Djaali, H., dan P. Muljono. 2007. Pengukuran dalam bidang pendidikan. Jakarta:
Grasindo.
Giancoli, D. C. 2014. Fisika Prinsip dan aplikasi . Edisi ketujuh. Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Halliday, D., R. Resnick, dan J. Walker.2010. Fisika Dasar Edisi 7 jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Janti. 2014. Analisis Validitas Dan Reliabilitas Dengan Skala Likert Terhadap
Pengembangan Si/Ti Dalam Penentuan Pengambilan Keputusan Penerapan
Strategi Planning Pada Industri Garmen. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi
Sains & Teknologi (SNAST). : 1979-911X
Serwey, R. A., dan J. W. Jewett. 2004. Physics for Scientists and Engineers.
California: Thomson Brooks Cole.
29
Suliana, F., dan Y. Wicaksono. 2015. Tips and Trik Programer Macro Excel
Profesional Bandung: Andi Offset.