7 - Dheni Putra Erawan - Laporan Fitokimia
7 - Dheni Putra Erawan - Laporan Fitokimia
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
yang diambil dari tanaman disebut simplisia nabati. Zat aktif yang terdapat
obat menjadi simplisia menjadi sangat penting karena tidak semua hasil
baku tanaman obat yang bersifat musiman (Najir, 2018). Untuk itu perlu
tanaman segar dan selanjutnya hasil olahan disari. Penyarian yang disebut
dengan ekstraksi juga melibatkan pelarut atau cairan penyari. Ekstrak yang
1
dihasilkan berupa ekstrak cair kemudian dipekatkan dengan cara
cair menjadi uap pada beberapa suhu dibawah titik didihnya (Assomadi &
I.2 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Verbenaceae
Genus : Vitex
bertangkai, helaian anak daun berbentuk bulat telur sungsang, ujung dan
3
hijau, permukaan bawah berambut rapat warna putih, penjang 4-9,5 cm,
ungu muda, keluar dari ujung tangkai. Buahnya berbentuk bulat dan daun
(Dalimartha, 2008).
2008).
influenza, demam, migren, sakit kepala (cephalgia), sakit gigi, sakit perut,
diare, mata merah, rematik, beri-beri, batuk, luka terpukul, luka berdarah,
muntah darah, eksim, haid tidak teratur, prolapsus uteri, dan pembuluh
setelah bersalin. Buahnya digunakan untuk obat cacing dan peluruh haid.
4
II.2 Simplisia
a. Simplisia Nabati
bagian tanaman dan eksudat tanaman (isi sel yang spontan keluar
b. Simplisia Hewani
hewan atau zat yang dihasilkan hewan yang masih belum berupa
2020).
5
c. Simplisia Pelikan atau Mineral
dari bumi berupa bahan pelikan atau mineral, baik telah diolah
atau belum dan tidak berupa zat kimia murni. Contohnya: serbuk
seng (Zn) dan serbuk tembaga (Cu) (Depkes RI, 1979; Utami dkk.,
1985), seperti:
1) Kulit batang atau klika (korteks) diambil dari batang utama dan
6
5) Bunga (flos) dapat berupa kuncup, bunga mekar atau
bawah tanah
dengan tangan
masak
b. Sortasi Basah
c. Pencucian
Agar bahan baku bersih dan bebas dari tanah atau kotoran yang
menggunakan air PDAM, air sumur, atau air sumber yang bersih.
7
air sebaiknya dicuci sesingkat mungkin agar zat yang terkandung
d. Perajangan
e. Pengeringan
(Maryani, 2003).
8
Tabel 1. Persyaratan kadar air setiap tanaman
No Bagian Tanaman Kadar Air (%)
1. Kulit Batang <10
2. Batang <10
3. Kayu <10
4. Daun <5
5. Bunga <5
6. Pucuk <8
7. Akar <10
8. Rimpang <8
9. Buah <10
10. Biji <10
11. Kulit Buah <8
12. Bulbus <8
Sumber: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Cara Pembutatan Simplisia
1985
f. Sortasi Kering
(Maryani, 2003).
9
h. Pemeriksaan Mutu
2016), yaitu :
a. Cahaya
c. Oksidasi
d. Dehidrasi
10
e. Absorbsi air
lingkunga sekitarnya
f. Kontaminasi
wadah)
g. Serangga
h. Kapang
Bila kadar air simplisia masih tinggi, maka akan mudah ditumbuhi
kapang, jamur, ragi, dan jasad renik lain yang dapat menguraikan
konsumen.
a. Parameter spesifik
11
rasa, bentuk dan warna yang tidak serupa dengan tanaman
b. Parameter nonspesifik
lebih dari 1%. Semakin tinggi kadar abu tidak larut asam
12
tanah atau pasir, bahkan unsur logam perak, timbal maupun
dapat berupa serbuk sangat kasar, kasar, agak kasar, halus, dan sangat
Sangat kasar 8 20 60
Kasar 20 40 60 20 60 40
Setengah kasar 40 40 80 40 60 60
Halus 60 40 100 80 60 120
Sangat halus 80 100 80 120 100 120
Sumber: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia, Edisi IV.
1995.
II.3 Ekstraksi
larut terpisah dari zat yang tidak larut dari bagian tanaman, bagian hewan
termasuk biota laut dengan pelarut/penyari zat. Zat atau senyawa yang
terlarut/tersari tadi merupakan zat aktif dari dalam sel. Tujuan dari penyari
ini adalah menarik senyawa aktif yang terdapat dalam bahan alam tersebut
(Sutrisna, 2016).
13
II.3.2 Jenis-jenis Ekstraksi
didasarkan atas sifat bahan maupun senyawa kandungan bahan yang akan
a. Ekstraksi konvensional
1) Infudasi
(Sutrisna, 2016).
2) Sokhletasi
14
Sokletasi merupakan metode penyarian berkesinambungan
2016).
3) Digesti
4) Refluks
15
berkesinambungan. Simplisia direndam dalam cairan penyari ke
5) Maserasi
pelarut pada suhu kamar selama 3-5 hari dan dilakukan sesekali
konsentrasi, sehingga zat aktif akan keluar dari sel terlarut dalam
2016).
16
6) Perkolasi
b. Ekstraksi Modern
17
perlakuan yang sama. Diekstraksi kembali sampai warna filtrat
2020).
18
3) Supercritical Fluid Extraction (SFE)
dan padatan maka disebut titik tripel suatu zat. Daerah di atas
(Tc dari 31°C dan Pc dari 72 bar), dan penerapan yang luas. Salah
19
II.3.3 Pemilihan Pelarut
yang digunakan.
d. Aktivitas kimia pelarut, pelarut harus bahan kimia yang stabil dan
penguapan, titik didih antara pelarut dan solut tidak boleh terlalu
dekat. Dari segi ekonomi akan lebih menguntungkan bila ttik didih
masuk dan keluar secara mudah dari bahan agar bisa mengalami
20
II.3.4 Jenis-jenis Ekstrak
hasil proses ektraksi atau penyarian suatu matriks atau simplisia menurut
(Nasyanka, 2020) :
2020). Syarat mutu kadar air dari ekstrak cair adalah >30%
mutu kadar air dari ekstrak kental adalah 5-30% (Marpaung &
Septiyani, 2020).
mutu kadar air dari ekstrak kering adalah <10% (Marpaung &
Septiyani, 2020).
dua fasa antara liquid gas dan liquid cair dengan menggunakan media
penguapan sebagian dari pelarut sehingga didapatkan larutan zat cair pekat
21
yang konsentrasinya lebih tinggi yang bertujuan untuk memekatkan larutan
yang terdiri dari zat terlarut yang tidak mudah menguap dan pelarut yang
mengandung zat yang sulit menguap (non-volatile solute) dan pelarut yang
pada perbedaan titik didih yang sangat besar antara zat-zat yang terlarut
penguapan, yaitu :
a. Deksikator
terdapat gel silika yang berfungsi sebagai zat penguap uap air
(Saifuddin, 2014).
22
Gambar 9. Desikator
b. Pemanasan Sederhana
2014).
23
d. Freeze drying
telah beku tanpa melalui fase cair terlebih dahulu atau melalui
e. Rotary Evaporator
titik didihnya (Nasyanka, 2020). Prinsip kerja dari alat ini yaitu
24
terkandung didalam ekstrak tidak rusak oleh suhu tinggi
lebih tinggi. Tujuan dari evaporasi itu sendiri yaitu untuk memekatkan
larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tak mudah menguap dan pelarut
pelarutnya tidak rusak oleh suhu tinggi, sehingga ekstrak yang didapatkan
25
dengan kenaikan titik didih. Tekanan bisa dibuat vakum untuk menurunkan
titik didih cairan sehingga proses penguapan semakin cepat (Khamdila dkk.,
(Lestari, 2019).
bentuk gas menjadi cair. Bahan pendingin dari kompresor dengan suhu dan
ke fluida pendingin yaitu air. Sebagai akibat dari kehilangan panas, bahan
(Ihsan, 2019) :
kondensor)
26
BAB III
METODE KERJA
III.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu ayakan, gunting, oven,
pisau, talenan, alat sokletasi, batu didih, botol coklat, corong, baskom,
heating mantle, klem, kondensor, labu alas bulat, statif, cawan porselen,
III.1.2 Bahan
(Vitex trifolia L.), silika gel, metanol, air, es batu, dan kertas saring.
Hal yang pertama dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang
yang ikut terbawa saat pengumpulan bahan baku. Setelah itu pencucian
27
tanaman yang terlalu kering atau hal lain yang dapat menurunkan kualitas
hingga halus lalu diayak menggunakan nomor ayakan 4 atau nomor ayakan
pengemasan dan diberi label yang berisi nama simplisia dan tanggal
Masukkan batu didih ke dalam labu alas bulat dan tambahkan 350 ml
metanol kemudian pasang pada heating mantel. Rangkai alat sokletasi dan
pompa dan selang air kemudian alirkan air ke dalam kondensor. Nyalakan
Masukkan ekstrak cair ke dalam labu alas bulat dan tidak melebihi setengah
dari volume total labu alas bulat yang digunakan, kemudian pasang pada
28
temperatur waterbath rotavapor pada suhu 60℃. Kemudian nyalakan
vakum, set alat pengatur rotasi pada sekitar 150 rpm. Catat dan amati
selesai ketika ekstrak didalam labu alas bulat sudah terlihat lebih pekat dari
buka keran udara agar tekanan didalam dan diluar sama, kemudian angkat
labu alas dari waterbath dan lepas. Masukkan hasil ekstrak kedalam cawan
kental.
29
BAB IV
IV.1 Hasil
IV.2 Pembahasan
sampel daun legundi adalah 2000 g dan setelah dikeringkan menjadi 600
g. Berdasarkan hasil tersebut maka delta bobot dari sampel adalah 30%.
30
pengeringan adalah pengurangan volume bahan. Kehilangan air dan
perubahan tampilan fisik produk seperti warna, tekstur dan aroma. Hal yang
juga mengakibatkan hilangnya kandungan zat aktif bahan. Oleh karena itu
banyaknya zat aktif bahan yang hilang (Manalu & Adinegoro, 2018).
ekstrak yang lebih banyak, pelarut yang digunakan lebih sedikit (efisiensi
bahan), waktu yang digunakan lebih cepat, dan sampel diekstraksi secara
induk obat (Puspitasari & Proyogo, 2017). Namun, pada metode sokletasi
31
Berdasarkan tabel perolehan ekstrak, setelah dilakukan penguapan
ekstrasi hanya dilakukan pada waktu yang singkat dan kurang maksimal.
bobot simplisia awal (g) yang dinyatakan dalam bentuk persen (%)
(Kristanti, 2008).
32
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
delta bobot 30%. Nilai tersebut menunjukkan banyaknya senyawa zat yang
akan kembali ke dalam labu alas bulat dan dapat menyari simplisia lagi
V.2 Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
Anam, C., & Agustini, T. W. 2014. Pengaruh Pelarut Yang Berbeda Pada
Ekstraksi Spirulina Platensis Serbuk Sebagai Antioksidan Dengan
Metode Soxhletasi. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Perikanan, 3(4), 106-112.
Assomadi, A. F., & Lathif, F. N. 2008. Model Alat Desalinasi dengan
Evaporasi dan Kondensasi Menjadi Satu Sistem
Ruangan (Doctoral dissertation, Tesis. Program Magister Teknik
Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Surabaya, Indonesia).
Atika, V. & Isnaini. 2019. Pengaruh Pengeringan Konvensional Terhadap
Karakterisasi Fisik Indigo Bubuk. Prosiding Seminar Nasional
Kimia.
Dalimartha, Setiawan. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5.
Jakarta: Pustaka Bunda.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Cara Pembuatan
Simplisia. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia,
Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Farmakope Herbal
Indonesia. Edisi II. Jakarta: Direktorat Jenderal Kefarmasian dan
Alat Kesehatan.
Evifania, R. D., Apridamayanti, P., & Sari, R. 2020. Uji parameter spesifik
dan nonspesifik simplisia daun senggani (Melastoma
malabathricum L.). Jurnal Cerebellum, 6(1), 17-20.
Fadarina, I. P., & Fajar, 2020. R. Efisiensi Mesin Pengering Beku Vakum
Pada Pengeringan Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Machine
Efficiency Of Vacuum Freeze Dryer In Red Chili (Capsicum
annuum L.) DRYING. jurnal kinetika 11(1); 1-8
Habibi, N.A., Fathia, S., & Utami, CT. 2019. Perubahan Karakteristik Bahan
Pangan pada Keripik Buah dengan Metode Freeze Drying
(Review). Jurnal Sains Terapan. 5(2); 67-76.
Hapsari, F., & Sujati, N. M. 2019. Efisiensi Kinerja Evaporator pada
Pengolahan Limbah Radioaktif Cair Pusat Teknologi Limbah
Radioaktif Batan. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 4(4),
48-58.
34
Hariana, Arief. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Ihsan, S. 2019. Analisis Bentuk Aliran Pada Kondensor Tipe Shell Dan Tube
Menggunakan Simulasi Cfd (Computational Fluid
Dynamics). Journal of Industrial Engineering and Operation
Management, 1(1).
Khamdila, A., Wilastari, S., & Saleh, A. 2019. Menjaga Kestabilan Suhu
Ruang Evaporator Berdampak Pada Hasil Produksi Air Tawar
Fresh Water Generator. Jurnal Sains Dan Teknologi
Maritim, 19(2), 111-120.
Kristanti, A.N. 2008. Buku Ajar Fitokimia. Surabaya : Airlangga University
Press.
Kurnia, D.R., dkk. 2015. Isolasi Mikroorganisme Anarob Limbah Cair Tekstil
Menggunakan Desikator Sebagai Incubator Anaerobic. Jurnal
Fluida 11 (1).
Lestari, Y. 2019. Perbandingan Kerja Alat Pengeringan Tipe Spray Dryer
dan Freeze Dryer dalam Proses Pengeringan Bahan Berbentuk
Cair. Jurnal Ilmiah Kohesi, 3(3).
Manalu, L. P., & Adinegoro, H. 2018. Kondisi proses pengeringan untuk
menghasilkan simplisia temuputih standar. Jurnal
Standardisasi, 18(1), 63-70.
Marpaung, M.P. & Septiyani, D. 2020. Penentuan Parameter Spesifik dan
Nonspesifik Ekstrak Kental Etanol Batang Akar Kuning (Fibraurea
chloroleuca Miers). Journal of Pharmacopolium, 3, 2.
Maryani, Herti & Suharmiati. 2003. Khasiat dan Manfaat Daun Dewa dan
Sambung Nyawa : Sehat dengan Ramuan Tradisional. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa
Aktif. Jurnal Kesehatan. 7(2), 362-363.
Najir, Ahmad. 2018. Ekstraksi Senyawa Bahan Alam. Yogyakarta:
Deepublish.
Nasyanka, A.L. 2020. Pengantar Fitokimia : D3 Farmasi. Pasuruan :
Penerbit Qiara Media.
Natsir, M.H., dkk. 2019. Teknologi Pengolahan Bahan Pakan Ternak. Bogor
: UB Press.
35
Puspitasari, A. D., & Proyogo, L. S. 2017. Perbandingan metode ekstraksi
maserasi dan sokletasi terhadap kadar fenolik total ekstrak etanol
daun kersen (Muntingia calabura). Cendekia Eksakta, 2(1).
Rachman, D. 2009. Jenis-Jenis Ekstraksi. Jakarta : UI.
Rinawati, R., Pangesti, G. G., & Juliasih, N. L. G. R. 2020. Green Analytical
Chemistry: Pemanfaatan Supercritical Fluid Extraction (Sfe) Dan
Microwave-Assisted Extraction (Mae) Sebagai Metode Ekstraksi
Senyawa Diterpena Pada Minyak Biji Kopi Shangrai. Analit:
Analytical and Environmental Chemistry, 5(1), 24-33.
Saifuddin, A. 2014. Senyawa Alam Metabolit Sekunder Teori, Praktik dan
Teknik Pemurnian. Yogyakarta: Deepublish.
Sastrahidyat, Rochdjatun. 2016. Penyakit pada Tumbuhan Obat-Obatan,
Rempah-Bumbu dan Stimula. Malang : UB Press.
Setyawan, A., Purnomo, S., Sugito, B., Mas’udi, M. U., & Budiyono, B. 2018.
Analisis Kuantitatif Konsentrat Dan Destilat Hasil Proses
Evaporasi. Prosiding
Utami, N. F., Sutanto, S., Nurdayanty, S. M., & Suhendar, U. 2020.
Pengaruh Berbagai Metode Ekstraksi Pada Penentuan Kadar
Flavonoid Ekstrak Etanol Daun Iler (Plectranthus
scutellarioides). FITOFARMAKA:Jurnal Ilmiah Farmasi, 10(1), 76-
83.
Sulaiman, T. S., Aryani, D., & Murti, Y. B. 2015. Chewable Lozenges of
Legundi Leaf Extract (Vitex trifolia L.) With Variations in The
Proportion of Base Glycerine-Gelatin. Majalah Obat
Tradisional, 20(2), 103-109.
Sutrisna, EM. 2016. Herbal Medicine: Suatu Tinjauan Farmakologis.
Surakarta: Muhammadiyah Press.
Wardaniati, I. & Yanti, R. 2018. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
Propolis Lebah Trigona (Trigona itama) Menggunakan Metode
DPPH. Journal of Pharmacy and Sciences. Vol. 2.
Widaryanto, Eko & Azizah, Nur. 2018. Perspektif Tanaman Obat Berkhasiat
(Peluang, Budidaya, Pengolahan Hasil, dan Pemanfaatan).
Malang : UB Press.
Yulianti, W., Ayuningtyas, G., Martini, R., & Resmeiliana, I. (2020).
Pengaruh Metode Ekstraksi Dan Polaritas Pelarut Terhadap
Kadar Fenolik Total Daun Kersen (Muntingia calabura L). Jurnal
Sains Terapan, 10(2), 41-49.
36
LAMPIRAN
Lampiran 1
bobot akhit
Bobot Delta (%) = x 100%
bobot awal
600 g
= 2000 g x 100%
= 30%
Lampiran 2
Perhitungan Rendemen
Penyelesaian
Cawan porselen I
Cawan porselen II
37
Cawan porselen III
Cawan porselen IV
Cawan porselen V
Sehingga,
Bobot ekstrak
% Rendemen = × 100%
Bobot simplisia
2,1 g
% Rendamen = × 100%
10 g
= 21 %
38
Lampiran 3
Sampel
Lampiran 4
Skema Kerja Ekstraksi Sokletasi
Sampel simplisia
Pasang kondensor
Nyalakan mantle heating
Ekstrak cair
39
Lampiran 5
Skema Kerja Penguapan Pelarut
Ekstrak Cair
Ekstrak Kental
40
Lampiran 6
Gambar Ekstrak
41