BAB I
Pendahuluan
2.1 Alat
Alat – alat yang digunakan dalam percobaan ini, antara lain corong pisah, statif,
klem, beaker glass dan gelas ukur. Adapun rangkaian alat pada percobaan ekstraksi cair –
cair sebagai berikut :
2.2 Bahan
Pada percobaan ekstraksi cair – cair, Bahan – bahan yang digunakan adalah
larutan cengkih, larutan HCl, pelarut petroleum eter, pelarut karbon tetraklorida.
2.2.1 Larutan Minyak Cengkih
Minyak cengkih adalah minyak atsiri yang dihasilkan dari penyulingan bagian
tanaman cengkih, terutama daun dan bunga cengkih. Minyak cengkih mengandung
eugenol sebanyak 78 – 98 %. Zat tersebut dihasilkan dari kelenjar minyak yang terdapat
pada permukaan badan bunga cengkih.
2.2.2 Larutan HCl
Larutan HCl (asam klorida) merupakan larutan akuatik dari gas hidrogen klorida
yang memiliki titik didih -85,05oC. HCl harus disimpan dalam wadah yang tertutup dan
tidak boleh disimpan dalam wadah yang mengandung logam karena akan menyebabkan
korosif pada logam. Bila terjadi kontak dengan kulit, segera bilaslah dengan air pancuran
dan jika tertelan beri air minum kepada korban (paling banyak dua gelas), serta konsultasi
kepada dokter jika merasa tidak sehat. (Merck, 2017).
2.2.3 Pelarut Petroleum Eter
Petroleum Eter memiliki rumus kimia C7H7BrMg merupakan pelarut non polar
campuran hidrokarbon cair yang bersifat mudah menguap, mudah terbakar, dan
menyebabkan iritasi pada kulit. Petroleum eter tidak memiliki warna dengan rentang didih
60 – 90 oC. Senyawa ini harus ditempatkan jauh dari jangkauan api dan wadah
penyimpanan harus tertutup rapat. Jika terhirup senyawa ini langsung pergi ke tempat
terbuka dan hirup udara segar dan jika terkena kulit, cuci dengan sabun dan bilas dengan
air yang banyak. (Aldrich, 2014).
2.2.4 Pelarut Karbon Tetraklorida
Senyawa kimia yang memiliki rumus CCl4 dan memiliki titik didih 76,54o C ini
merupakan senyawa yang banyak digunakan dalam sintesis kimia organik. Senyawa ini
bersifat tidak mudah terbakar dan cenderung stabil. Namun, memiliki sifat karsinogenik
dan menyebabkan iritasi jika bersentuhan dengan kulit. Jika mata terkena senyawa ini,
maka harus segera dibilas dengan air mengalir kurang lebih selama 15 menit dengan mata
terbuka dan jika terkena kulit langsung bilas dengan air mengalir. (Sciencelab, 2013)
SAMPEL
Dipasangkan corong pisah dan katup penutupnya pada statif dan klem.
(dipastikan kran pada corong pisah tertutup).
Dipastikan katup dan keran corong pisah dalam keadaan tertutup, lalu
dilepaskan corong pisah dari klem.
Dibuka kran pada corong pisah dan diletakkan beaker glass tepat di bawah
corong pisah.
HASIL
SAMPEL
Dipasangkan corong pisah dan katup penutupnya pada statif dan klem.
(dipastikan kran pada corong pisah tertutup).
Dipastikan katup dan keran corong pisah dalam keadaan tertutup, lalu
dilepaskan corong pisah dari klem.
Dilakukan pengocokan dengan ujung tangan kanan memegang katup
bagian atas corong pisah, sedangkan tangan kiri memegang kran corong
pisah.
Dibuka kran pada corong pisah dan diletakkan beaker glass tepat di bawah
corong pisah.
HASIL
BAB III
Data Hasil Percobaan
No Perlakuan Pengamatan
Dipasangkan corong pisah dan katup Corong pisah terpasang pada statif dan
1.
penutupnya pada statif dan klem. klem.
Dipasangkan corong pisah dan katup Corong pisah terpasang pada statif dan
1.
penutupnya pada statif dan klem. klem.
Dipisahkan antara lapisan bawah dan Didapatkan lapisan bawah, yaitu larutan
atas menggunakan beaker glass minyak cengkih yang terlarut di dalam
5.
dengan memperhatikan batas lapisan karbon tetraklorida pada beaker glass
yang jelas. yang merupakan fasa organik.
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum ekstraksi cair – cair yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa metode pemisahan senyawa organik dengan metode ekstraksi cair – cair dapat
dilakukan oleh praktikan. Prinsip dasar ekstraksi cair – cair ini adalah pencampuran suatu
larutan dengan pelarut lain yang tidak saling melarutkan dengan pelarut asal. Hal tersebut
dikarenakan kedua larutan yang bergabung memiliki densitas yang berbeda, sehingga akan
terpisah dan membentuk beberapa lapisan sesaat setelah penambahan pelarut. Dan
meskipun digunakan pelarut organik dengan berat jenis yang lebih ringan maupun lebih
berat dari air, praktikan tetap bisa melakukan ekstraksi cair – cair berdasarkan perbedaan
kelarutan.
5.2 Saran
Pada praktikum ekstraksi cair – cair ini, praktikan disarankan teliti melihat batas
lapisan pada corong pisah dan segera menutup kran apabila mencapai batas lapisan. Dan
sebelum praktikum dilaksanakan, sebaiknya praktikan bisa memahami konsep ekstraksi
cair – cair, sehingga praktikum dapat berjalan dengan baik.
Daftar Pustaka
Aldrich, Sigma (2014). Safety Data Sheet. Diakses pada 22 September 2021,
https://www.sigmaaldrich.com.
King, C. Judson (2013). Separation Process. Second Edition, Mineola, Dover Publication
Inc.
Martono, Agus HP. (2013). Efek Kenaikan pH Pada Mekanisme Ekstraksi Cair – Cair
Terhadap Asam – Asam Karboksilat. Jurnal Gradien, 2(1), pp. 130 – 133.
Mauricio, A., Rostagno, and M. Prado, Juliana (2013). Natural Product Extraction :
Principles and Applications. Cambridge : The Royal Society of Chemistry.
Merck (2017). Lembaran Data Keselamatan Bahan. Diakses pada 23 September 2021,
https://www.merckmilipore.com.
Mirwan, A. (2013). Keberlakuan Model HB-GFT Sistem n-heksana – Mek – Air Pada
Ekstraksi Cair – Cair Kolom Isian. 2(1), pp. 32 – 39.
Prayudo, A. N., Novian, O. and Antaresti (2015). Koefisien Transfer Massa Kurkumin
Dari Temulawak. Jurnal Ilmiah Widya Teknik, 14(1), pp. 26 – 31.
Sciencelab (2013). Carbon Tetrachloride MSDS. Diakses pada 22 September 2021,
https://www.sciencelab.com.
LAMPIRAN
Tugas dan Diskusi
1. Lakukan perhitungan berapakah jumlah partikel solut (total 300 partikel) yang akan
terdistribusi ke dalam solvent 2 dan berapa yang akan terdistribusi ke dalam solvent, Jika
dilakukan ekstraksi dengan 4 kali 50 mL pelarut pengekstrak solvent 2 dan diketahui nilai
Kd = 2
Jawab :
KD = ( (𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙−𝑥)/
𝑥/ 𝑉𝑎𝑞
𝑉 𝑜𝑟𝑔
)
2 = ( (300 𝑥/0,1
− 𝑥)/ 0,05 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
)
0,1 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
x = (300 – x) 0,05 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
x = 2 (300 – x)
x = 600 – 2x
3x = 600
x = 200 partikel
4. Buatlah persamaan reaksi HCl dengan basa organik 4-kloroanilin membentuk garam
anilin !
Jawab :
6. Jelaskan tujuan ekstraksi tahap kedua dengan menggunakan pilihan pelarut pengekstrak
NaHCO3 !
Jawab :
Senyawa yang tersisa pada corong pisah setelah dilakukan ekstraksi pertama adalah asam
benzoat dan 1,4-dibromobenzena dalam pelarut organik. Azam benzoat yang bersifat asam
akan diekstrak terlebih dahulu dan agar senyawa ini dapat membentuk garam dalam fasa
air, maka ditambahkan pelarut basa, yaitu NaHCO3. NaHCO3 ini akan menerima proton
dari asam benzoate dan pada saat berjalan melewati pelarut organik dan membentuk ion
benzoat yang sangat mudah larut dalam air dan membentuk garam benzoat pada lapisan
bawah.
7. Buatlah persamaan reaksi NaHCO3 dengan asam organik, asam benzoat membentuk garam
benzoat !
Jawab :
8. Jelaskan proses pemurnian masing - masing komponen padatan hasil pemisahan dari
campurannya, baik untuk asam benzoate, 4-kloroanilin dan 1,4 diklorobenzena !
Jawab :
Untuk asam benzoat => garam benzoat hasil pemisahan dari campuran pada labu
Erlenmeyer B ditambahkan HCl ke dalamnya sebesar 10 ml hingga berada pada suasana
asam (pH 2) lalu diletakkan pada penangas es hingga terbentuk endapan asam benzoat dan
dilakukan penyaringan dengan corong buchner.
Persamaan reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut :
Untuk 4-kloroanilin => garam anilin hasil pemisahan dari campuran pada labu erlenmenyer
A ditambahkan NaOH ke dalamnya sebesar 10 ml hingga benda pada suasana basa (pH 11-
12) lalu diletakkan pada penangas es hingga terbentuk endapan 4-kloroanilin dan dilakukan
penyaringan dengan corong buchner dan didapatkan padatan 4-kloroanilin.
Untuk 1,4-dibromobenzena => 1,4-dibromobenzena yang tercampur dalam pelarut eter
pada labu Erlenmeyer C dipanaskan hingga pelarut eter menguap dan didapatkan padatan
1,4-dibromobenzena.
(Merck, 2017)
(Merck, 2017)
(Aldrich, 2014)
(Aldrich, 2014)
(Sciencelab, 2013)
(Sciencelab, 2013)