Manusia sebagai sumber daya merupakan modal atau aset utama organisasi,
sebagai penggerak utama (perencana dan pelaku aktif) organisasi dalam upaya
mencapai tujuannya. Oleh sebab itu keberadaannya pun (dalam
organisasi/perusahaan) harus dikelola dengan baik, dari hulu ke hilir. Mulai dari
perencanaan SDM yang dibutuhkan (kualitas dan kuantitas) pada saat ini dan masa
yang akan datang, pengadaan (rekruitmen, seleksi, penempatan, orientasi dan induksi),
pelatihan dan pengembangan, perawatan (kompensasi dan tunjangan, reward and
punishmen, pengembangan karir, K3), penilaian kinerja (evaluasi), sampai pada
pemberhentian (PHK dan Pensiun). Hal inilah yang kemudian dikenal dengan fungsi
MSDM. Perencanaan SDM sebagai fungsi MSDM paling awal sudah dijelaskan pada
tulisan terdahulu. Saat ini kita akan fokus berbicara tentang fungsi selanjutnya, yaitu
Human Resources Procurement (Pengadaan SDM).
Definisi lain dikemukakan oleh Mangkunegara (2009: 33) yang mengatakan bahwa:
Proses penarikan SDM (recruitment) dimulai dari pencarian pelamar dan diakhiri
dengan diterimanya sekelompok surat lamaran. Jadi, hasilnya nanti akan berupa
sekelompok pelamar yang akan dipilih melalui proses seleksi.
Seleksi yang dilaksanakan secara bersaing dengan jumlah pesaing yang cukup
banyak dan dilaksanakan secara terbuka (open competition) akan memberikan hasil
seleksi yang paling baik diantara semua yang ikut bersaing. Hasil seleksi yang
bersaing ditentukan pula oleh mutu dan standar materi yang dipersaingkan yang
mempunyai sifat dapat diukur (measurable). Unsur ini biasanya berkenaan dengan
hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan, kecakapan, pengetahuan,
keterampilan, sikap dan kepribadian. Setelah diperoleh sumber daya manusia yang
berkualitas, maka mereka inilah yang kemudian menjadi calon dan diangkat menjadi
pegawai serta diserahi tugas dan tanggung jawab yang sesuai. Apabila manusia
sudah masuk dalam organisasi apapun sifat dan kualitasnya, maka tahap berikutnya
adalah bagaimana memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sumber daya
manusia yang telah dimiliki perusahaan.
b. Proses Seleksi Tenaga Kerja
Di dalam proses seleksi dikenal dua sistem, yaitu sistem gugur (successive
hurdles) dan sistem kompensatori (compensatory approach). Pada sistem yang
pertama, seorang peserta mengikuti tahap seleksi satu demi satu secara bertahap.
Jika tidak lulus pada satu tahap, maka peserta dinyatakan gugur dan tidak dapat
mengikuti tahap seleksi berikutnya. Pada sistem kompensatori, peserta mengikuti
seluruh tahap seleksi atau seluruh tes yang diberikan. Kelulusan peserta ditentukan
dengan mengevaluasi nilai atau hasil dari seluruh tahap atau tes itu. Nilai tinggi
pada satu tahap atau tes dapat mengkompensasi nilai rendah pada tahap atau tes
yang lain.
Karakteristik tes dalam seleksi sebuah tes atau instrument seleksi yang baik
menurut Sofyandi (2008: 106) harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu:
1) Standarisasi, sebuah tes yang baik harus memiliki keseragaman prosedur
dan kondisi bagi semua peserta.
2) Objektivitas, untuk setiap jawaban yang sama harus diberikan hasil/nilai yang
sama. Hasil/nilai tes tidak boleh didasarkan pada atas subjektivitas terhadap
aspek-aspek tertentu dari peserta tes.
3) Norma, setiap tes harus memiliki norma, kerangka acuan untuk
membandingkan prestasi pelamar. Tanpa norma, hasil seorang peserta tidak
dapat diklasifikasikan: apakah nilainya baik atau buruk, apakah ia lulus atau
tidak, apakah nilainya lebih baik atau lebih buruk dibandingkan peserta lain.
4) Reliabilitas, berarti bahwa sebuah alat seleksi (biasanya sebuah tes)
memberikan hasil yang konsisten setiap kali seseorang menempuh tes ini.
5) Validitas, berarti bahwa alat seleksi (biasanya sebuah tes) berhubungan
secara signifikan dengan prestasi kerja atau dengan criteria lain yang
relevan. Dengan kata lain, sebuah tes dikatakan valid jika ia benar-benar
mengukur apa yang ingin diukur.
Teknik-teknik seleksi pegawai menurut Mangkunegara (2009: 35) yaitu:
1) Tes Pengetahuan Akademik
Tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan materi pengetahuan
akademik calon pegawai. Materi tes yang diberikan harus disesuaikan
dengan bidang pendidikan dan tingkat pendidikan calon pegawai. Di samping
itu pula diberikan materi tes yang berhubungan dengan bidang pekerjaan
yang ditawarkan kepadanya.
2) Tes psikologis
Tes psikologi ini diberikan oleh ahli psikologi (psikolog). Tes psikologis
mengungkap kemampuan potensial dan kemampuan nyata calon pegawai. Di
samping itu pula dapat diungkap minat, bakat, motivasi, emosi, kepribadian,
dan kemampuan khusus lainnya yang ada pada calon pegawai. Beberapa tes
psikologis yang diberikan untuk seleksi pegawai antara lain tes bakat, tes
kecenderungan untuk berprestasi, tes minat bidang pekerjaan, tes
kepribadian.
3) Wawancara
Wawancara adalah pertemuan antara dua orang atau lebih secara
berhadapan (face to face) dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu (ibid,
2009: 37). Wawancara seleksi merupakan salah satu teknik seleksi pegawai
yang dilakukan dengan cara tanya jawab langsung untuk mengetahui data
pribadi calon pegawai. Tujuan wawancara seleksi adalah untuk mengetahui
apakah calon pegawai memenuhi persyaratan kualifikasi yang telah
ditentukan perusahaan.
c. Cara Seleksi
Ada 2 (dua) cara dalam melakukan seleksi, yaitu:
1. Cara Seleksi Berdasarkan Ilmu Pengetahuan (Ilmiah)
Merupakan cara seleksi yang mendasarkan pada data yang diperoleh dari
persyaratan jabatan. Seleksi ilmiah didasarkan pada hal-hal berikut.
Metode kerja yang sistematis
Berdasarkan pada syarat jabatan
Berorientasi pada prestasi kerja
Berorientasi pada kebutuhan riil tenaga kerja
Berpedoman pada peraturan dan ketentuan yang berlaku
2. Cara Seleksi Berdasarkan Non Ilmiah
Dalam cara seleksi non ilmiah pada umumnya mengutamakan data atau
informasi yang diperoleh dari surat lamaran sampai dengan referensi atau
rekomendasi dari pihak yang dipercaya. Seleksi non ilmiah dinilai berdasarkan
faktor subyektif seperti:
Bentuk tulisan dalam surat lamaran
Cara berbicara dalam wawancara
Tampang penampilan
Cara seleksi non ilmiah ini hasilnya agak sulit dipertanggung jawabkan, sebab calon
tenaga kerja yang tulisannya jelek, cara berbicara yang kurang lancar belum tentu
mengindikasikan orang bodoh atau tidak cocok memegang suatu jabatan tertentu.
d. Tujuan Seleksi
Ada beberapa tujuan diselenggarakannya seleksi (bagi
organisasi/perusahaan maupun pelamar), antara lain:
1) Menjamin perusahaan memiliki karyawan yang tepat untuk suatu jabatan/
pekerjaan.
2) Memastikan keuntungan investasi SDM perusahaan.
3) Mengevaluasi dalam mempekerjakan dan penempatan pelamar sesuai
minat.
4) Memperlakukan pelamar secara adil dan meminimalkan diskriminasi.
5) Memperkecil munculnya tindakan buruk karyawan yang seharusnya tidak
diterima.
e. Kendala-Kendala Seleksi
Ada beberapa kendala yang bisa terjadi dalam proses seleksi (selection),
antara lain:
1) Tolak Ukur
Kendala tolak ukur adalah kesulitan untuk menentukan standar tolak ukur
yang akan digunakan mengukur kualifikasi-kualifikasi selektif secara
obyektif. Misal mengukur kejujuran dan kesetiaan.
2) Penyeleksi
Kendala penyeleksi adalah kesulitan mendapatkan penyeleksi yang
benar-benar qualified, jujur dan obyektif penialiannya.
3) Pelamar
Kendala pelamar adalah kesulitan untuk mendapatkan jawaban yang jujur
dari pelamar.
Untuk mengurangi kendala-kendala ini perlu dilakukan kebijaksanaan seleksi secara
bertingkat, karena semakin banyak tingkatan seleksi yang dilakukan semakin cermat
dan teliti penerimaan karyawan.
3. Penempatan (Placement)
Setelah didapat karyawan/tanaga kerja hasil seleksi, tahap selanjutnya adalah
penempatan tenaga kerja. Penempatan tenaga kerja adalah menempatkan tenaga
kerja yang terpilih pada jabatan yang ditentukan. Untuk menempatkan tenaga kerja
yang lulus seleksi, manajer harus mempertimbangkan beberapa faktor yang mungkin
sangat berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan. Faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan dalam penempatan karyawan/tenaga kerja antara lain:
a. Prestasi akademis
Prestasi akademis yang dimiliki tenaga kerja selama mengikuti pendidikan
sebelumnya harus dipertimbangkan, khususnya dalam penempatan tenaga kerja
tersebut untuk menyelesaikan tugas pekerjaan, serta mengemban wewenang dan
tanggung jawab. Prestasi akademis yang perlu dipertimbangkan tidak terbatas
pada jenjang terakhir pendidikan tetapi termasuk jenjang pendidikan yang pernah
dialaminya.
b. Pengalaman
Pengalaman bekerja pada pekerjaan sejenis, perlu mendapatkan pertimbangan
dalam penempatan tenaga kerja. Kenyataan menunjukan makin lama tenaga kerja
bekerja, makin banyak pengalaman yang dimiliki tenaga kerja yang bersangkutan.
Sebaliknya, makin singkat masa kerja, makin sedikit pengalaman yang diperoleh.
Pengalaman bekerja banyak memberikan keahlian dan keterampilan kerja.
Sebaliknya, terbatasnya pengalaman kerja mengakibatkan tingkat keahlian dan
keterampilan yang dimiliki makin rendah.
c. Kesehatan fisik dan mental
Pengujian/tes kesehatan berdasarkan laporan dari dokter yang dilampirkan pada
surat lamaran, maupun tes kesehatan khusus yang diselenggarakan selama
seleksi, sebenarnya tidak menjamin tenaga kerja benar-benar sehat jasmani
maupun rohani. Kadang-kadang hasil pengujian kesehatan yang dilakukan oleh
doketer umum, khususnya pada Pusat Kesehatan Masyarakat setempat tak
ubahnya hanya formalitas saja. Meskipun zaman reformasi, tetapi banyak
persyaratan fundamental yang dapat dibeli. Praktek ini banyak dijumpai pada para
calon yang mengajukan lamaran ke perusahaan swasta, terutama pada industri
tekstil. Tidak mustahil setelah tenaga kerja tersebut bekerja dalam waktu yang
relatif singkat terkena penyakit yang mengganggu pekerjaan. Apalagi yang
bersangkutan ditempatkan pada bagian yang membutuhkan tenaga yang kuat atau
mengoperasikan mesin-mesin produksi, tenun dan sebagainya.
d. Status perkawinan
Formulir diberikan kepada para pelamar agar keadaan pribadi pelamar diketahui
dan menjadi sumber pengambilan keputusan, khususnya dalam bidang
ketenagakerjaan. Status perkawinan dapat menjadi bahan pertimbangan,
khususnya menempatkan tenaga kerja yang bersangkutan. Tenaga kerja wanita
yang memiliki suami atau anak perlu dipertimbangkan penempatannya. Sebaliknya,
tenaga kerja yang bersangkutan tidak ditempatkan pada perusahaan yang jauh dari
tempat tinggalnya, baik kantor cabang maupun kantor pusat.
e. Usia
Dalam menempatkan tenaga kerja, faktor usia tenaga kerja yang lulus seleksi perlu
dipertimbangkan seperlunya. Hal ini untuk menghidarkan renadahnya produktifitas
yang dihasilkan oleh tenaga kerja bersangkutan. Tenaga kerja yang umurnya
sudah agak tua, sebaiknya ditempatkan pada pekerjaan yang tidak membutuhkan
tenaga fisik dan tanggung jawab yang berat, cukup diberikan pekerjaan yang
seimbang dengan kondisi fisiknya. Sebaliknya tenaga kerja yang masih mudah dan
energik, sebaliknya diberikan pekerjaan yang agak berat dibandingkan dengan
tenaga tua.
4. Pembekalan (Orientation)
Orientasi adalah program yang dirancang untuk menolong pegawai baru (yang
lulus seleksi) mengenal pekerjaan dan perusahaan tempatnya bekerja. Program
orientasi sering juga disebut dengan induksi. Yakni memperkenalkan para karyawan
dengan peranan atau kedudukan mereka, dengan organisasi dan dengan karyawan
lain. Orientasi dilaksanakan karena semua pegawai baru membutuhkan waktu untuk
dapat menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan kerjanya yang baru.
Orientasi ada 2 (dua) jenis, Pertama Induksi, yaitu tahap awal dalam
karyawan/pegawai baru mempelajari apa yang akan dilakukan, dimana meminta
bantuan, apa peraturan, dan sebagainya. Kedua Sosialisasi, yaitu proses yang
berjangka lebih panjang dimana karyawan baru mempelajari norma-norma sistem nilai,
dan pola perilaku yang diisyaratkan oleh organisasi dan kelompok.
a. Aspek Orientasi
Menurut Martoyo (1994), terdapat beberapa aspek yang tercakup dalam program
orientasi, yaitu :
a. Atasan
b. Pelatih
c. Rekan Sekerja
d. Bagian Bimbingan Karyawan
a. Upah/gaji
b. Cuti dan libur
c. Jam istirahat
d. Latihan dan pendidikan
e. Konseling
f. Asuransi
g. Program pensiun
h. Pelayanan organisasi terhadap karyawan
i. Program rehabilitas
a. Lokasi Pekerjaan
b. Tugas-tugas pekerjaan
c. Kebutuhan keamanan
d. Fungsi jabatan
e. Sasaran-sasaran pekerjaan
f. Hubungan/keterkaitan dengan pekerjaan lainnya.
Tidak semua program di atas harus dijalankan pada masa orientasi. Ruang
lingkup program orientasi yang diberikan sangat tergantung pada kondisi organisasi,
dan posisi atau jabatan yang akan dipegang oleh pegawai baru. Sebagai contoh, ruang
lingkup program orientasi yang diberikan pada pegawai baru yang akan menduduki
jabatan yang cukup tinggi lebih luas dari pegawai baru yang menduduki jabatan yang
rendah.
Namun demikian sejumlah informasi umum patut diberikan pada semua pegawai baru.
Informasi tersebut meliputi :
Sedangkan hal-hal khusus yang berhubungan dengan pekerjaan yang perlu diketahui
oleh pekerja baru adalah :
a. Kondisi kerja
b. Upah dan jaminan sosial
c. Program kesehatan dan keselamatan
d. Program pelayanan
e. Uraian jabatan (Job Description)
f. Tempat dan peralatan kerja
g. Teman/bawahan dalam bekerja
h. Dan lain-lain yang sesuai dengan kebutuhan penyesuaian diri.
Ditinjau dari aspek waktu, masa orientasi dapat dilakukan dalam beberapa jam,
beberapa minggu atau beberapa bulan. Pengenalan mengenai perusahaan dan atau
pekerjaan pada pegawai baru dalam masa orientasi bukanlah yang pertama. Karena
pada saat proses seleksi secara langsung maupun tidak, pegawai baru telah
diperkenalkan dengan kedua hal tersebut. secara umum informasi mengenai
perusahaan dan tugas dapat memberikan melalui wawancara, pertemuan dan diskusi
grup, buku saku, film atau kombinasi dari semuanya.
b. Keberhasilan Orientasi
Agar orientasi berhasil guna, menurut French (1986) prosedur orientasi layaknya
melalui perencanaan di mana program tersebut dikhususkan untuk memecahkan
persoalan spesifik pegawai baru. Menurutnya pula bahwa kunci proses program
orientasi pada pendekatan yang digunakan. Pendekatan yang partisipatif, sambutan
yang hangat, dan perhatian pada individu merupakan hal yang vital dalam program
orientasi.
Masa percobaan memang akan mengurangi resiko kesalahan yang dibuat dalam
rekrutmen dan seleksi, namun tidak menghilangkannya sama sekali. Karena bisa jadi
pada masa percobaan mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk lolos dari masa
percobaan tersebut. Mereka tidak akan menampakkan sifat aslinya.
Referensi
Hasibuan, Malayu S.P. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: CV.
Haji Masagung
Jusup, Al Haryono. 2005. Dasar-dasar Akuntansi Jilid I. Yogyakarta: STIE
YKPN
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Munawir, S. 2002. Akuntansi Keuangan dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE UGM
Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung:
CV. Mandar Maju
Siagian, Sondang P. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
Sofyandi, Herman. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sutrisno, Edi. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group