OLEH:
Ilham Purnama Pandju
Stambuk 102200015
UNIVERSITAS GORONTALO
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN 2020
I. PENDAHULUAN
Jika manusia dituntut untuk produktif, maka dalam diri manusia itu
harus ada proses produksi, sedangkan proses produksi akan terjadi jika
semua faktor produksi cukup keberadaannya dan dinamik dalam fungsinya.
Jika bahan, alat, tempat (material) dan manusia sebagai faktor produksi
(capital). maka kedudukan manusia lebih dari sekedar labour (yang dominan
tenaganya) dan manusialah yang aktif berinteraksi dengan material, dan
besarnya interaksi ini terukur pada determinannya manusia dalam
pencapaian tujuan produksi.
Usaha yang kompleks dan tidak murah ini belum juga menjamin
kesesuaian antara calon pegawai dengan jabatan yang bakal diisinya.
Ketidakcocokan bisa karena ternyata si calon itu tidak memenuhi sejumlah
syarat kerja, atau malah si calon itu sendiri yang — setelah ia tahu lebih
banyak mengenai pekerjaannya — merasa kurang pas dengan kedudukan
barunya.Bila ini keadaannya, maka dapat diperkirakan bahwa cepat atau
lambat si pegawai itu akan “mental” atau hengkang dari tempat kerja. Hal
yang amat merugikan perusahaan sekiranya pegawai tersebut sebenarnya
termasuk pekerja yang baik dan penuh potensi.
B. Tujuan
Hal-hal yang perlu direncanakan dalam pengadaan SDM, antara lain sebagai
berikut.
1) Penentuan jumlah dan kualitas SDM yang akan diperlukan.
2) Sumber calon karyawan dan cara-cara penarikannya.
3) Dasar, sistem, metode, dan tingkat-tingkat seleksi yang akan
dilakukan.
4) Kualifikasi-kualifikasi dan prosedur seleksi yang akan dilakukan.
5) Cara-cara penempatan calon pegawai yang akan dilakukan.
Seleksi ada tiga tingkat yaitu Seleksi tingkat pertama adalah seleksi yang
dilakukan menurut prosedur yang telah ditetapkan perusahaan yang
bersangkutan dan jika lulus maka pelamar dinyatakan diterima dengan
status karyawan percobaan atau calon pegawai (capeg). Seleksi tingkat
kedua adalah seleksi yang dilakukan selama masa percobaan (capeg)
dengan cara mengamati dan menilai mental, perilaku, kedisiplinan, dan
kemampuan nyata calon karyawan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
Jika seleksi tingkat kedua ini lulus maka calon pegawai tersebut mengikuti
seleksi tingkat ketiga. Seleksi tingkat ketiga adalah seleksi dengan mengikuti
prajabatan atau pelatihan, jika lulus maka calon karyawan (calon pegawai)
diangkat menjadi pegawai tetap.
D. Penempatan Karyawan/Placement
Hal lain yang dapat membuat “orang baru” dalam perusahaan semakin
betah adalah apabila dalam bulan-bulan pertama ia sudah dilibatkan dalam
beberapa persoalan perusahaan yang cukup penting. Ini kesempatan pula
baginya untuk menyumbangkan pikirannya dalam rangka pemecahan
masalah. Syukur-syukur bila sumbang sarannya benar-benar diperhatikan
dan — kalau memang itu usul yang pantas — diterapkan. Secara psikologis
hal ini dapat diterangkan sebagai proses daur pengalaman yang
menguatkan perilaku tertentu yang dikehendaki. Dalam proses seperti ini,
urutan-urutan kejadian adalah sebagai berikut: ada pegawai baru dalam
perusahaan, sebagai orang baru ia akan mengacu pada atasannya dalam
perusahaan, bila atasan atau pimpinan perusahaan itu memberi
kesempatan padanya untuk berperan aktif dalam suatu pemecahan
persoalan maka pegawai baru tersebut akan memperoleh rasa puas yang
sifatnya menguatkan keputusannya semula untuk masuk dalam
perusahaan.
Terdapat dua cara yang dapat dilakukan pada karyawan baru pada
saat penempatan yatu:
1. Orientasi
Untuk para manajer baru yang tugasnya berhubungan dengan
banyak unit lain dalam perusahaan, maka ada baiknya ia pun
mengenali fungsi dan tugas unit-unit itu. Beberapa perusahaan besar
bahkan mengharuskan para manajer tersebut untuk mengikuti
hands-on training di beberapa unit yang relevan. Ini pengalaman
yang penting mengingat bahwa dalam tugasnya kelak sang manajer
bakal berhubungan banyak dengan unit-unit tersebut sehingga perlu
memahami pola kerjanya sedetail mungkin.
2. Sistem Mentor
Banyak pula perusahaan yang menggunakan sistem mentor dalam
program orientasi tenaga manajerial baru. Yang biasa dikaryakan
untuk tugas mentor ini adalah para eksekutif senior. Cara ini
memungkinkan manajer baru untuk lebih cepat mengenal medan. la
pun akan menyerap informasi-informasi (dan “trick-trick”) dalam
tugasnya yang mungkin tak bisa diperoleh melalui pola orientasi lain.
Mentor akan memberi tahu titik-titik bahaya yang perlu dihindari,
kesempatan-kesempatan mana yang bakal muncul dan
dimanfaatkan, serta 100 hal- hal lain (kecil maupun besar) yang bisa
membuat manajer baru lebih efektif lebih cepat. Yang penting, si
mentor memberi informasi tidak berdasarkan kerangka teoritis belaka
tetapi sudah dicampurnya dengan unsur pengalaman dan
kebijaksanaan yang diperoleh melalui proses kerja bertahun-tahun.
Penting pula bagi manajer baru yang sedang dalam masa orientasi
seperti di atas untuk memperoleh umpan balik yang cukup.
Performance appraisal (penilaian karya) terhadap aktivitas kerjanya
tiap 3 bulan selama satu atau dua tahun dinilai banyak ahli
perusahaan sebagai tidak berlebihan. Tak perlu terlalu repot
melaksanakan ini, cukup satu session tatap muka untuk
mengutarakan apa yang telah dilakukan selama ini, mana yang
dianggap benar atau efektif, mana yang kurang tepat, dan kira-kira
apa yang bakal dihadapinya dalam waktu yang akan datang.
III. KESIMPULAN
http://masudama.blogspot.com/2012/12/pengadaan-sumber-daya-
manusia_5.html?m=1
http://marzukinoor.org
Noor,M.Si., Prof. Dr. Marzuki, “Perguruan Tinggi Muhammadiyah Dan
Pengembangan Modal Insani (Human Capital)”. Universitas Muhammadiyah
Metro. Siswanto, HB., 2005 “Pengantar Manajemen”. Jakarta: Bumi Aksara.
http://www.slideshare.net/adeiraputra/modul3-pengadaan-karyawan
http://www.wikipedia.id