Anda di halaman 1dari 14

1

KATA PENGANTAR

Ucapan rasa syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menulis makalah ini
dengan judul “Alga Hijau (Chlorophyta)”.
Dalam penyelesaian makalah ini kami banyak mendapatkan pengarahan,
bimbingan dan bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Sudarmadji, Ibu Hari Sulistyowati dan Bapak Rendy Setiawan selaku
dosen mata kuliah Fikologi yang telah banyak memberikan pengarahan dan
kesempatan kepada kami selama pengerjaan sampai terselesaikannya makalah
ini.
2. Orang tua, teman-teman Mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jember yang banyak membantu
dalam mendukung menyelesaikan makalah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini belum sempurna, oleh
sebab itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga bermanfaat bagi kami khususnya dan
bagi pembaca umumnya. Amin.

Jember, 10 April 2016

Penyusun

BAB I . PENDAHULUAN
2

1.1 Latar Belakang


Alga adalah organisme berklorofil, tubuhnya merupakan thalus, alat
reproduksi pada umumnya berupa sel tunggal, meskipun ada juga alga yang
alat reproduksinya berupa banyak sel (Sulisetjono, 2009).
Chlorophyta (alga hijau) adalah salah satu kelas dari alga yang sel-selnya
bersifat eukariotik (materi inti dibungkus oleh membran inti), pigmen korofil
terdapat dalam jumlah terbanyak sehingga alga ini berwarna hijau. Pigmen
lain yang dimiliki adalah Karoten dan Xantofil. Klorofil dalam pigmen lain
terdapat dalam kloroplas yang bentuknya bermacam-macam antara lain
mangkuk, gelang, pita spiral, jala dan bintang (Hasnunida, 2007).
Lebih dari 7000 spesies alga hijau telah diidentifikasi. Sebagian besar
diantaranya hidup di air tawar, akan tetapi ada juga yang merupakan spesies
laut. Berbagai spesies alga hijau uniselular hidup sebagai plankton atau
menghuni tanah yang lembab atau salju. Beberapa spesies lainnya hidup
secara simbiotik di dalam eukariota lainnya, yang memberikan sebagian
produk fotosintesisnya untuk cadangan makanan inangnya. klorophyta
merupakan salah satu alga hidup simbiotik dengan fungsi dalam kumpulan
mutualistik yang dikenal sebagai lichen atau lumut kerak (Romimohtarto,
2007).
Alga hujau berkembang biak dengan membelah dengan membentukan
zoospora aseksual berflagella, atau secara seksual yaitu isogami dan
heterogami. Alga hujau ini uniselular, motil, dan tersebar luas di tanah dan di
air tawar. Ukurannya berkisar antara 3 sampai 30 μm pada bentuk-bentuk
yang umum, dan alga ini motil, kecuali selama pembelahan sel (Birsyam,
1992).
1.2 Rumusan Masalah
1. Menjelaskan ciri-ciri, habitat chlorophyta.
2. Menjelaskan evolusi dan filogeni chlorophyta.
3. Menjelaskan struktur fisiologi dan taksonomi chlorophyta.
4. Menjelaskan perananan chlorophyta dalam kehidupan sehari-hari.

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui ciri-ciri, habitat chlorophyta.
2. Untuk mengetahui evolusi dan filogeni chlorophyta.
3. Untuk mengetahui struktur fisiologi dan taksonomi chlorophyta.
4. Untuk mengetahui perananan chlorophyta dalam kehidupan sehari-hari.
3

BAB II. PEMBAHASAN

Alga adalah tumbuhan laut yang di kelompokkan dalam 2 kelompok besar


yaitu makro alga (berukuran besar) dan mikro alga (berukuran kecil). Semua jenis
alga selnya memiliki inti dan plastid. Pada plastidnya mengandung zat warna
derivat klorofil yaitu klorofil-a atau klorofil-b atau kedua-duanya dan zat warna
lain seperti fikosianin, fikosantin , fikoeritrin, santofil, dan karoten yang nantinya
akan menentukan nama dari kelompok alga tersebut (Tjitrosoepomo, 2005).
Alga terdiri atas 8 divisi menurut Sze (1986) yang didasarkan pada
morfologi dan pigmen pengektasi cahaya untuk fotosintesis, antara lain : divisi
Cyanophyta (cyanobacteria atau blue-green algae), divisi Prochlorophyta, divisi
Chlorophyta (green algae), divisi Chrysophyta, divisi Rhodophyta (red algae),
divisi Pyrrophyta (=Pyrrhophyta=Dinophyta), divisi Cryptophyta, dan divisi
Euglenophyta (euglenoids).

2.1 Karakter Umum Alga Hijau (Chlorophyta)


4

Chlorophyceae disebut juga alga hijau yang tergolong ke dalam divisi


Chlorophyta. Kelompok ini merupakan eukariotik dan memiliki vegetasi terbesar
dibandingkan dengan kelompok lainnya. Tubuh alga ini berupa thallus. Struktur
thallustersebut terbagi atas Blade, Stipe dan Holdfast. Blade adalah bagian daun
yang berbentuk pipih dari tallus. Holdfast adalah bagian dari tallus berada di
bawah yang berfungsi sebagai struktur yang merekat pada substrat. Stipe adalah
struktur yang mendukung blade (Castro dan Huber, 2003).
Alga hijau atau kelas Chlorophyceae sangat melimpah di perairan hangat
(trofik) dan tercatat sedikitnya 12 genus alga hijau di Indonesia, diantaranya :
Caulerpa, Ulva, Valonia (V. ventricosa), Dictyosphaera (D. caversona),
Halimeda, Chaetomorpha, Codium, marga Udotea, Tydemania (T. expeditionis),
Burnetella (B. nitida), Burgenesia (B. forbisii), dan Neomeris (N. annulata)
(Romimohtarto dan Juwana 2009).
2.1.1 Ciri-ciri umum Chlorophyta :
1. Bentuk talus/struktur vegetatif
a. uniseluler nonmotil/kokoid / bulat : Chlorella sp.
b. uniseluler motil/berflagela: Chlamydomonas sp.
c. koloni nonmotil (kokoid ): Pediastrum sp., Hydrodictyon sp.
d. koloni motil (sel-sel dalam koloni mempunyai flagela) Volvox sp.
e. lembaran yang monostromatik: Monostroma sp.
f. berbentuk silinder yang beruang di tengah: Enteromorpha sp.
g. berbentuk filamen: bercabang: Cladophora sp.
h. tidak bercabang: Oedogonium sp., Spirogyra sp.
i. berbentuk sifon/spnositik: Caulerpa sp., Codium sp.
j. berbentuk helaian/lembaran yang distromatik: Ulva sp.
k. palmeloid: Tetraspora sp.
l. dendroid: Prasinocladus sp.
m. heterotrikh: Coleochaeta sp., Stigeoclonium sp.
2. Mengandung klorofil a dan klorofil b, serta pigmen tambahan karoten
(kuning kemerahan) dan xantofil (kuning).
3. Mempunyai inti sel
4. Mempunyai dinding sel yang tersusun 2 lapisan, lapisan dalam
mengandung selulose dan lapisan luar tersusun atas pektin.
5. Hasil fotosintesis berupa amilum dan tersimpan dalam kloroplas.
6. Perkembangbiakan secara vegetatif, seksual dan aseksual.
5

7. Cadangan makanan berupa amilum, tersusun oleh amilosa dan


amilopektin.
8. Sebagian anggota memiliki flagel.

2.1.2 Habitat
Secara umum alga hijau terdapat didaerah yang terpapar cahaya matahari.
Alga hijau hidup di air tawar, ditanah atau tembok yang lembab, di salju, dan
menempel ditubuh tumbuhan maupun hewan. Contoh alga hijau yang hidup
bersimbiosis mutualisme dengan organisme eukariotik lain yaitu antara
Chlorophyta dengan lumut kerak yaitu Trebouxia dan Pseudotrebouxia.

Gambar 1 : Xanthoria parietina

2.2 Evolusi dan Filogeni Alga Hijau (Chlorophyta)


Sejarah evolusi alga hijau untuk terjadi di zaman Silurian (435-460 tahun
yang lalu). Arah evolusi alga hijau adalah perubahan dari uniseluler menjadi
koloni-koloni. Perkembangan evolusi alga dipelajari dalam teori endosymbiosis.
Awal perkembangannya yaitu berasal dari organisme prokariotik yang
bersimbiosis dengan organisme sel inangnya. Hasil dari proses simbiosis
membentuk berbagai macam organisme seluler yang terspesifikasi menjadi alga
hijau (Chlorophyta) dan alga merah (Rhodophyta) yang mampu melakukan
fotosisntesis.
6

Gambar 2 : Evolusi Alga

Gambar 3 : Proses Evolusi Algae


Copyright © 2002 Pearson Education, Inc., publishing as Benjamin Cummings

Adapun untuk konsep filogenetik secara molekular pada tahun 1990 an


menunjukkan bahwa ada dua garis keturunan yang utama pada tanaman hijau,
yang pertama yaitu terdiri dari alga charophycean dan tanaman darat
(Streptophyta), garis keturunan lainnya yang terdiri dari sisa alga hijau
(Chlorophyta ) (Bremer, 1985) .
7

2.3 Fisiologi
2.3.1 Susunan Sel
1. Dinding sel
Dinding sel tersusun atas 2 lapisan yaitu lapisan dalam yang tersusun atas
selulosa dan lapisan luar tersusun atas pektin tetapi beberapa bangsa Volvocales
dindingnya tidak mengandung selulosa, melainkan tersusun oleh glikoprotein.
Dinding sel Caulerpales mengandung xylan atau mannan. Beberapa jenis
Chlorophyceae mempunyai tipe pigmentasi dinding sel yang berbeda yang
berguna dalam sistem klasifikasi berdasarkan taksa.
2. Kloroplas
Kloroplas terbungkus oleh sistem membran rangkap. Pigmen yang
terdapat dalam kloroplas yaitu klorofil a dan klorofil b, beta karoten serta berbagai
8

macam xantofil (lutein, violaxanthin, zeaxanthin) kloroplas dalam sel letaknya


mengikuti bentuk dinding sel misalnya jika terletak di bagian parietal atau
ditengah lumen sel (bagian axial yaitu muogotia) contohnya pada Ulotrix.
Umumnya setiap setiap sel memiliki satu kloroplas tetapi pada Siponoles dan
Zygnemales terdapat lebih dari satu kloroplas setiap sel (Dawes, 1998). Bentuk
kloroplas sangat bervariasi. Variasi bentuk kloroplas adalah sebagai berikut:
1. Bentuk mangkuk : Chlamydomonas
2. Bentuk sabuk (girdle) : Ulothrix
3. Bentuk cakram : Chara
4. Bentuk anyaman : Oedogonium
5. Bentuk spiral : Spirogyra
6. Bentuk bintang : Zygnema
Amilum dari Chlorophyceae seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Tersusun atas
amilosa dan amilopektin. Amilosa adalah rantai peptida yang tidak bercabang dan
rantai yang bercabang amilopektin. Umumnya amilum tersebut terbentuk dalam
granula dengan badan protein dalam plastida yang disebut pirenoid. Tetapi
beberapa jenis tidak mempunyai pirenoid. Kelompok tersebut merupakan
golongan Chlorophyceae. Jumlah pirenoid juga dijadikan tolok ukur
pengelompokan jenis dalam taksonomi.

3. Inti Sel (Nukleus)


Chlorophyceae mempunyai inti sel seperti pada tumbuhan tingkat tinggi
yaitu diselubungi oleh membran inti dan terdapat kromatin. Umumnya hanya
terdapat satu inti atau tunggal, tetapi untuk anggota jenis yang tergolong dalam
bangsa Siphonales memiliki inti lebih dari satu.

4. Reproduksi
Chlorophyta bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual
dapat dilakukan dengan cara pembelahan sel vegetatif (Vegetatif cell division) dan
menggunakan spora yang disebut akinet (Sze, 1986). Spora akinet berkembang
diluar dinding sel (Bold dan Wynne, 1985). Beberapa spora makrobentik disebut
sebagai zoospora karena dapat bergerak seperti hewan. Zoospora dibagi menjadi
dua yaitu aplanospora dan autospora (Bold dan Wynne, 1985). Sedangkan untuk
9

seksual dengan fertilisasi gamet. Terdapat beberapa tipe dari reproduksi seksual
yaitu isogamus, anisogamus dan oogami. Isogamus yaitu memiliki ciri morfologi
gamet berflagella dengan ukuran yang sama misalnya pada Gonium dan Ulva.
Anisogamus adalah gamet yang memiliki flagella tetapi berbeda ukuran
contohnya Codium dan Bryopsis. Oogami merupakan gamet yang memiliki
ukuran dan bentuk yang berbeda yaitu sperma (memiliki flagella) dan ovum (tidak
memiliki flagella) Volvox dan Oedogonium (Bold dan Wynne, 1985).

2.4 Sistematika
2.4.1 Taksonomi Chlorophyta
Alga hijau termasuk dalam: Kingdom Eukariot, Divisi Chlorophyta. Divisi
Chlorophyta dibagi menjadi dua subkelas yaitu Prasinophyta dan Tetraphytina.
Subkelas Prasinophyta terdiri atas kelas Prasinophyceae sedangkan subkelas
Tetraphytina dibagi menjadi lima kelas yaitu Trebouxyophyceae,
Chlorodendrophyceae, Chlorophyceae, Dasycladophyceae, dan Ulvophyceae.
Divisi chlorophyta menurut Luning (1990), dibagi menjadi 11 ordo. Ordo-ordo
tersebut antara lain ordo chlorococcales, prasiolales, ulotrichales, trentepohliales,
ulvales (famili monostromaceae dan ulvaceae), cladophorales (famili
cladophoraceae, anadyomenaceae), acrosiphoniales, caulerpales (famili
caulerpaceae, udoteaceae, caulerpaceae, derbesiaceae, phyllosiphoniaceae),
siphonocladales, dan dasycladales. Alga hijau merupakan salah satu anggota dari
alga yang memiliki lebih dari 7000 spesies (May, 2007).

2.5 Faktor Pembatas


1. Salinitas
Salinitas menjadi faktor utama yang berpengaruh terhadap zona intertidal
dikarenakan berada dalam area pasang surut air laut. Kenaikan dan penurunan air
laut secara periodik menyebabkan salinitas pada zona ini sangat mempengaruhi
kelangsungan hidup organisme terutama makroalga. Luning (1990) menyatakan
10

bahwa pertumbuhan makroalga secara umum yaitu pada kisaran salinitas 30°C-
32°C. Penyebab perubahan salinitas biasanya terjadi akibat adanya hujan lebat
sehingga salinitas pada zona intertidal berkurang dan apabila melebihi batas dapat
menyebabkan kematian organisme (Nybakken, 1993).
2. Suhu
Suhu merupakan salah satu ciri karateristik di pantai. Di zona intertidal
temperatur mempengaruhi organisme sehingga suhu harus tetap berada dalam
kisaran yang normal untuk survive. Nybakken (1993) menyatakan bahwa
peningkatan suhu yang ekstrim dapat menyebabkan kematian organisme akibat
pengeringan habitat oleh suhu yang terlalu tinggi.
3. Intensitas cahaya
Intensitas cahaya pada perairan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup organisme terutama yang memiliki kloroplas. Organisme yang mempunyai
kloroplas sangat bergantung terhadap sinar matahari untuk aktivitas fotosintesis.
Seaweed banyak ditemukan di zona littoral karena pada zona ini intensitas cahaya
sangat banyak diterima untuk aktivitas metabolisme (Luning, 1990).
4. Substrat
Subtrat merupakan media hidup organisme yang memiliki berbagai
karateristik. Substrat di zona intertidal memiliki tipe yang berbeda seperti
berpasir, berbatu, berlumpur (Kadi, 2005).

2.6 Manfaat
Chlorophyta mempunyai manfaat yang sangat besar, baik untuk manusia
maupun lingkungannya. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut :
 Manfaat positif :
1. Digunakan sebagai bahan makanan karena mengandung sumber
serat bagi manusia. Contoh Volvox yang dapat digunakan sebagai
sayuran (Setyawan, 2011).
2. Dibudayakan sebagai sumber pakan ditempat pembenihan ikan.
Contoh: chlorella, Dunaliella, Tetraselmis, Sceredosmus
11

3. Pigmen klorofil sangat efektif dalam melakukan fotosintesis


sehingga algae hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem
perairan (Setyawan, 2011).
4. Sebagai plankton, berperan penting dalam rantai makanan di
perairan tawar.
5. Menghasilkan oksigen dan hasil fotositensis yang diperlukan oleh
hewan lain untuk bernafas.

 Manfaat negatif :
1. Beberapa jenis yang dinding selnya belendir jika blooming → bau
busuk.
2. Beberapa jenis dari ordo Zygnemantales berupa filamen
panjangdapat membelit benih ikan dan mematikan, contohnya
Spyrogyra, Hydrodyction.
12

BAB III. PENUTUP

a. Kesimpulan
Chlorophyta adalah alga hijau yang selnya bersifat eukariotik. Alge
hijau hidup didaerah yang terpapar sinar matahari. Alga hijau hidup di
air tawar, ditanah atau tembok yang lembab, di salju, dan menempel
ditubuh tumbuhan maupun hewan. Chlorophyta memiliki 2 lapisan
dinding sel yaitu selilosa dan peptin. Alga hijau bereproduksi secara
seksual dan aseksual. Reproduksi secara aseksual dengan pembelahan
sel secara vegetative sedangkan reproduksi secara seksual dengan cara
isogami, anisogami, dan oogami.

DAFTAR PUSTAKA

Birsyam, Inge. L. 1992. Botani Tumbuhan Rendah. Bandung : ITB Bandung.

Bold, H. C & M. J. Wynne. 1985. Introduction of the Algae Structure and


Reprodduction Second Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc Englewood
Cliffs.
13

Bremer, K. 1985. Summary of green plant phylogeny and classification.


Cladistics, 1: 369–385.

Hasnunida Neni. 2007. Buku Ajar Botani Tumbuhan Rendah. Bandarlampung:


UNILA.

Dawes, C. J. 1998. Marine Botany 2nd ed. Canada: John Wiley & Sons, Inc.

http://www.flickr.com/photos/sybe/sets/72057594079289363/.

Kadi, A. 2005. Beberapa Catatan Kehadiran Marga Sargassum di Perairan


Indonesia. Jurnal Oseana.

Luning, K. 1990. Seaweed Their Environment, Biogeography, and Ecophysiology.


New York: John Wiley & Sons, Inc.

May, Suellen. 2007. Invasive Aquatic and Wetland Plants. New York: Chelsea
House Publishers.

Nybakken, J.W. 1993. Marine Biology An Ecilogical Approach Third Edition.


New York: Harper Collins Collage Publisher.

Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 2009. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang


Biota Laut. Jakarta : Djambatan.

Romimohtarto, Kasijan dan Juwana Sri. 2007. Biologi Laut. Jakarta: Djambatan.

Setyawan, I. B. 2011. Divisi Clorophyta. Malang: Universitas Muhamadiyah


Malang.

Sulisetjono. 2009. Bahan Serahan Alga. Malang: Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Maliki Malang.

Sze, P. 1986. Algae Second Edition. Australia : Wm.C.Brown Publishers.

Tjitrosoepomo, G. 2005. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Universitas Gajah


Mada.
14

Anda mungkin juga menyukai