Anda di halaman 1dari 16

PAPER

SOLUSIO PLASENTA

Makalah ini dibuat untuk melengkapi persyaratan


Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Umum Haji Medan

Oleh:

Anis Tasia Laia


102121019

Pembimbing:
dr. Ahmad Khuwailid, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang mana telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior Rumah Sakit Umum Haji Medan. Makalah ini
bertujuan agar bagian SMF Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Haji Medan
dengan judul “Solusio Plasenta” penulis dapat memahami lebih dalam teori-teori yang
diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik SMF Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah
Sakit Umum Haji Medan dan mengaplikasikannya untuk kepentingan klinis kepada pasien.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Ahmad Khuwailid, Sp.OG yang telah
membimbing penulis dalam makalah ini.
Dalam penulisan laporan kasus ini, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran, pendapat, koreksi,
dan tanggapan yang membangun agar penulisan dapat lebih baik dikemudian harinya.

Medan, 12 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 2

A. Definisi ....................................................................................................... 2

B. Klasifikasi……………………………………………………… 2

C. Epidemiologi ............................................................................................. 4

D. Etiologi ....................................................................................................... 4

E. Patogenesis ................................................................................................. 5

F. Manifestasi Klinis ...................................................................................... 6

G. Diagnosis..................................................................................................... 7

H. Diagnosis Banding ..................................................................................... 7

I. Tatalaksana ................................................................................................ 7

J. Komplikasi.................................................................................................. 9

K. Prognosis .................................................................................................... 10

BAB III KESIMPULAN ...................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan suatu proses fisiologik yang hampir selalu terjadi pada setiap
wanita. Kehamilan terjadi setelah bertemunya sperma dan ovum, tumbuh dan berkembang
di dalam uterus 37 minggu atau sampai 42 minggu. Kehamilan merupakan penyumbang
terbesar Angka Kematian Ibu (AKI) yang disebabkan oleh faktor perdarahan (28%),
eklampsia (24%), infeksi (11%), komplikasi aborsi (5%), partus lama (5%), komplikasi
masa nifas (8%), emboli obstetri (3%) dan lain-lain (16%).1

Perdarahan pada ibu hamil dibedakan atas perdarahan antepartum (perdarahan


sebelum janin lahir) dan perdarahan postpartum (setelah janin lahir). Perdarahan
antepartum merupakan perdarahan jalan lahir setelah kehamilan usia 20 minggu dengan
insiden 2-5%. Perdarahan postpartum adalah perdarahan obstetric yang terjadi pada
kehamilan trimester ketiga dan yang terjadi setelah anak dan plasenta lahir pada umumnya
adalah perdarahan yang berat, dan jika tidak segera mendapatkan penanganan yang cepat
bisa mendatangkan syok yang fatal. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan muda di
sebut abortus sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Yang
termasuk perdarahan antepartum adalah plasenta previa, solutio placenta, rupture uteri.1

Solusio plasenta merupakan terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari


implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu atau berat janin diatas
500 gr dan sebelum janin lahir.1,2 Terlepasnya plasenta dapat sebagian (parsialis), atau
seluruhnya (totalis) atau hanya rupture pada tepinya (rupture sinus marginalis). 2 Faktor-
faktor yang dapat meningkatkan kejadian solusio plasenta yaitu ibu hamil dengan
hipertensi, paritas ibu, kehamilan ganda, usia ibu dan riwayat solusio sebelumnya. 1 Proses
solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang
menyebabkan hematoma retroplasenter.2

1
2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Solusio plasenta adalah lepasnya sebagian atau seluruh plasenta yang terimplantasi
normal diatas 22 minggu sebelum lahirnya anak. Istilah lain yang sering dipergunakan
pada solusio plasenta adalah abruptio placentae, ablatio placentae, accidental
hemaemorrhage, premature separation of the normally implanted placenta. Pelepasan
plasenta sebelum minggu ke-22 disebut abortus. Pelepasan plasenta yang terimplantasi
rendah, tidak disebut solusio plasenta melainkan plasenta previa.3

B. KLASIFIKASI

a. Menurut derajat lepasnya plasenta :2,5


1. Solusio plasenta parsialis : bila hanya sebagian saja plasenta terlepas dari
tempat perlengketannya.
2. Solusio plasenta totalis : bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat
perlengketannya.
3. Ruptur sinus marginalis : plasenta dapat terlepas hanya pada pinggirnya saja.

b. Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam :


1. Solusio plasenta yang nyata/tampak (Revealed / external hemorrhage)
Terjadi perdarahan pervaginam yang perdarahannya merembes antara plasenta
dan miometrium untuk seterusnya menyelinap di bawah selaput ketuban dan
akhirnya memperoleh jalan ke kanalis servikalis dan ke luar melalui vagina.5
Gejala klinis sesuai dengan jumlah kehilangan darah, tidak terdapat
ketegangan uterus atau hanya ringan.2
2. Solusio plasenta yang tersembunyi (Concealed / internal hemorrhage)
Perdarahan tidak keluar melalui vagina karena bagian plasenta sekitar masih
melekat pada dinding rahim, selaput ketuban masih melekat pada dinding
rahim, perdarahan masuk ke dalam kantung ketuban setelah selaput ketuban
pecah karenanya, ataupun bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel
3

ketat pada segmen bawah rahim. Solusio dengan perdarahan tertutup


menimbulkan bahaya ibu karena pembentukan hematoma retroplasenta yang
luas bisa menyebabkan koagulopati.5 Gejalanya uterus tegang dan hipertonus,
sering terjadi fetal distress berat.2
3. Solusio plasenta tipe campuran (mixed)
Terjadi perdarahan baik retroplasental atau pervaginam, uterus tetanik.2

Gambar 1. Solusio plasenta dengan perdarahan keluar dan tersembunyi.

c. Menurut tingkat gejala klinis yang timbul :


1. Solusio plasenta ringan
Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% atau ada yang menyebutkan
kurang dari 1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar biasanya kurang dari 250
ml. Tumpahan darah yang keluar terlihat seperti pada haid bervariasi dari
sedikit hingga banyak. Gejala-gejala perdarahan sulit dibedakan dari plasenta
previa, kecuali warna darah yang kehitaman. Komplikasi terhadap ibu dan
janin belum ada.5
2. Solusio plasenta sedang
Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25% tetapi belum mencapai
separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar lebih banyak dari 250 ml, tetapi
belum mencapai 1000 ml. Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah jelas seperti
rasa nyeri pada perut yang terus menerus, denyut jantung janin menjadi cepat,
hipotensi, dan takikardi.5
3. Solusio plasenta berat
4

Luas plasenta yang terlepas sudah melebihi 50% dan jumlah darah yang keluar
telah mencapai 1000 ml atau lebih. Pertumpahan darah bisa terjadi keluar dan
kedalam bersama-sama. Gejala-gejala dan tanda-tanda klinis jelas, keadaan
umum penderita buruk disertai syok, dan hampir semua janinnya telah
meninggal. Komplikasi koagulopati dan gagal ginjal yang ditandai pada
oliguri biasanya telah ada.5

d. Berdasarkan derajatnya :4
1. Derajat 0 didiagnosa setelah persalinan, jika retroplasenta didapat jendela
darah.
2. Derajat 1 : ibu baik, janin masih hidup.
3. Derajat 2 : ibu shock, janin hidup.
4. Derajat 3 i: ibu shock, janin meninggal.

C. EPIDEMIOLOGI

Kejadian solusio plasenta sangat bervariasi dari 1 diantara 75 sampai 830 persalinan
dan merupakan penyebab 20-35% kematian perinatal. Walau angka kejadiannya
cenderung menurun akhir-akhir ini, morbiditas perinatal masih cukup tinggi, termasuk
gangguan neurologis pada tahun pertama kehidupan. Solusio plasenta sering berulang
pada kehamilan berikutnya. Kejadiannya tercatat 1 diantara 8 kehamilan.3

D. ETIOLOGI

Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui dengan jelas. Namun
beberapa hal dibawah ini diduga merupakan faktor-faktor yang berpengaruh pada kejadian
solusio plasenta, antara lain sebagai berikut :2

a. Hipertensi esensial atau pre eklampsi.


b. Tali pusat yang pendek karena pergerakan janin yang banyak atau bebas.
c. Trauma abdomen seperti terjatuh tertelungkup, tendanan anak yang sedang di
gendong.
d. Tekanan rahim yang membesar pada vena cava inferior.
e. Uterus yang sangat kecil.
5

f. Umur ibu (<20 tahun atau >35 tahun).


g. Ketuban pecah dini.
h. Mioma uteri.
i. Defisiensi asam folat.
j. Perdarahan retroplasenta.
k. Pengecilan yang tiba-tiba pada hidramnion dan gameli.
l. Peredaran darah ibu terganggu sehingga suplay darah ke janin tidak ada.
m. Kekuatan rahim ibu berkurang pada multiparitas.
n. Merokok, alkohol dan kokain.

E. PATOFISIOLOGI

Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk
hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila
perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta,
perdarahan darah antara uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejala pun
belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada pemeriksaan
didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah yang berwarna
kehitam-hitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus
yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi
menghentikan perdarahannya. Akibatnya hematoma retroplasenter akan bertambah besar,
sehingga sebagian dan seluruh plasenta lepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan
menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina atau menembus selaput ketuban
masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan ektravasasi di antara serabut-serabut
otot uterus. Apabila ektravasasinya berlangsung hebat, maka seluruh permukaan uterus
akan berbercak biru atau ungu. Hal ini disebut uterus couvelaire (perut terasa sangat
tegang dan nyeri).2

Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter, maka banyak


trombosit akan masuk ke dalam peredaran darah ibu, sehinga terjadi pembekuan
intravaskuler dimana-mana yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan
fibrinogen. Akibatnya terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan
darah tidak hanya di uterus tetapi juga pada alat-alat tubuh yang lainnya. Keadaan janin
tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian besar
6

atau seluruhnya terlepas, akan terjadi anoksia sehingga mengakibatkan kematian janin.
Apabila sebagian kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau juga
akan mengakibatkan gawat janin. Waktu sangat menentukan beratnya gangguan
pembekuan darah, kelainan ginjal, dan keadaan janin. Makin lama penanganan solusio
plasenta sampai persalinan selesai, umumnya makin hebat komplikasinya. 2

Pada solusio plasenta, darah dari tempat pelepasan akan mencari jalan keluar antara
selaput janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar dari serviks hingga terjadilah
perdarahan keluar atau perdarahan terbuka. Terkadang darah tidak keluar, tetapi
berkumpul di belakang plasenta membentuk hematom retroplasenta. Perdarahan semacam
ini disebut perdarahan ke dalam atau perdarahan tersembunyi. Solusio plasenta dengan
perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas karena seluruh perdarahan
tertahan di dalam dan menambah volume uterus. Umumnya lebih berbahaya karena
jumlah perdarahan yang keluar tidak sesuai dengan beratnya syok. Perdarahan pada
solusio plasenta terutama berasal dari ibu, namun dapat juga berasal dari anak. 2

F. MANIFESTASI KLINIS

Berikut adalah gejala dan tanda yang ditemukan pada solusio plasenta :3

1. Perdarahan – Disertai nyeri yang juga timbul di luar his.


2. Anemia dan syok – Beratnya sering tidak sesuai dengan banyaknya darah
yang keluar.
3. Rahim keras – Seperti papan dan nyeri ketika dipegang karena isi rahim
bertambah dengan darah berkumpul di belaknag plasenta, sehingga rahim
teregang (uterus en bois).
4. Palpasi sukar – Karena rahim keras.
5. Fundus uteri – Semakin lama semakin naik.
6. Bunyi jantung – Biasanya tidak ada.
7. Pemeriksaan dalam – Senantiasa teraba ketuban yang senantiasa tegang
(karena isi rahim bertambah).
8. Proteinuria – Kerap kali terjadi disertai preeklampsia.

G. DIAGNOSIS
7

Gambaran yang klasik dari solusio plasenta adalah terjadinya perdarahan yang
berwarna tua keluar melalui vagina (80% kasus), rasa nyeri perut, fundus uteri tambah
naik karena hematoma retroplasenta, uterus teraba tegang dan keras (wooden uterus) baik
waktu his maupun di luar his, serta nyeri tekan di tempat plasenta terlepas. Gambaran
klinis bervariasi sesuai dengan berat ringannya solusio plasenta. Pada solusio plasenta
ultrasonografi tidak memberikan kepastian diagnosa karena kompleksitas gambaran
retroplasenta yang normal mirip dengan gambaran perdarahan retroplasenta pada solusio
plasenta sehingga diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gambaran klinis. Diagnosis
definitif hanya bisa ditegakkan setelah partus dengan melihat adanya hematoma
retroplasenta. Saat pemeriksaan plasenta biasanya tampak cekung dan tipis di bagian
plasenta yang terlepas dan adanya darah beku di belakang plasenta.5

Trias diagnosa solusio plasenta : nyeri abdomen, nyeri tekan uterus dengan tonus
tinggi dan perdarahan vaginam.4

H. DIAGNOSIS BANDING

1. Plasenta previa
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplntasi rendah sehingga menutupi
sebagian/ seluruh ostium uteri internum. Implantasi plasenta normalnya terjadi
di dinding depan, dinding belakang rahim, atau fundus uteri.3

2. Ruptura uteri
Adalah terjadinya diskontinuitas pada dinding uterus. Perdarahan yang terjadi
dapat keluar melalui vagina atau ke intraabdomen.6

I. TATALAKSANA

Tujuan utama penatalaksaan ibu dengan solusio plasenta adalah mencegah kematian
ibu, menghentikan sumber perdarahan, serta jika janin masih hidup, mempertahankan
janin lahir hidup.2

a) Tatalaksana Umum3,6
8

 Perhatian! Kasus ini tidak boleh ditatalaksana pada fasilitas kesehatan dasar,
harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. Tatalaksana berikut ini
hanya boleh dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.
 Pengobatan : transfusi darah yang memadai, oksigenasi, antibiotik dan pada
syok berat diberikan kortikosteroid dosis tinggi.
 Jika terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi) dengan tanda-tanda
awal syok pada ibu, lakukan persalinan segera :
- Jika pembukaan serviks lengkap, lakukan persalinan dengan ekstrasi
vakum.
- Jika pembukaan serviks belum lengkap, lakukan persalinan dengan
seksio sesarea.
 Waspadalah terhadap kemungkinan perdarahan pascasalin.
 Jika perdarahan ringan atau sedang dan belum terdapat tanda-tanda syok,
tindakan bergantung pada denyut jantung janin (DJJ) :
- DJJ normal : lakukan SC
- DJJ tidak terdengar namun nadi dan tekanan darah ibu normal :
pertimbangkan persalinan pervaginam
- DJJ tidak terdengar dan nadi serta tekanan darah ibu bermasalah :
pecahkan ketuban dengan kokher. Tujuannya tidak untuk
menghentikan perdarahan segera, tetapi untuk mengurangi regangan
dinding rahim. Dengan demikian persalinan menjadi lebih cepat.
 Jika kontraksi jelek, perbaiki dengan pemberian oksitosin
(pemberian infus oksitosin sebanyak 5 IU dala 500 cc
glukos5%).
 Jika serviks kenyal, tebal, dan tertutup, lakukan SC setelah
pemecahan ketuban dan pemberian oksitosin dalam 2 jam
belum juga memunculkan his. Anak juga harus masih hidup.
 Histerektomi dilakukan bila ada atonia uteri berat yang tidak
dapat diatasi dengan usaha-usaha yang lazim.
- DJJ abnormal (kurang dari 100 atau lebih dari 180/menit) : lakukan
persalinan pervaginam segera, atau SC bila persalinan pervaginam
tidak memungkinkan.
 Lakukan uji pembekuan darah sederhana :
9

- Ambil 2 ml darah vena ke dalam tabung reaksi kaca yang bersih, kecil,
dan kering (kira-kira 10 mm x 75 mm)
- Pegang tabung tersebut dalam genggaman untuk menjaganya tetap
hangat
- Setelah 4 menit, ketuk tabung secara perlahan untuk melihat apakah
pembekuan sudah terbentuk, kemudian ketuk setiap menit sampai
darah membeku dan tabung dapat dibalik
- Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya
bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan
koagulopati
- Jika dijumpai koagulopati, berikan darah lengkap (whole blood) segar,
atau bila tidak tersedia, pilih salah satu di bawah ini berdasarkan
ketersediaannya: fresh frozen plasma, packed red cell, kriopresipitat
dan konsentrasi trombosit.

b) Tatalaksana khusus :3
 Untuk mengatasi hipofibrinogenemia substitusi dengan human fibrinogen 10g
atau darah segar, hentikan fibrinolisis dengan trasylol IV (penghambat
proteinase inhibitor) 200.000 IU. Selanjutnya bila perlu, berikan 100.000
IU/jam dalam infus.
 Untuk merangsang diuresis, beri manitol. Diuresis dinilai baik bila melampaui
30-40cc/jam.

J. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu maupun janin :2


a. Komplikasi pada ibu
 Perdarahan yang dapat menimbulkan turunnya tekanan darah sampai keadaan
syok.
 Gangguan pembekuan darah : masuknya trombosit ke dalam sirkulasi darah
menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan diserti hemolisis, terjadinya
penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu pembekuan
darah.
10

 Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat


menimbulkan produksi urin makin berkurang.
 Perdarahan postpartum : pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi
infiltrasi darah ke otot rahim, sehingga mengganggu kontraksi dan
menimbulkan perdarahan karena atonia uteri, kegagalan pembekuan darah
menambah bertanya perdarahan.
 Koagulopati konsumtif, DIC: solusio plasenta merupakan penyebab
koagulopati konsumtif yang tersering pada kehamilan.
 Utero renal reflex
 Ruptur uter

b. Komplikasi pada janin


 Asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin, karena perdarahan yang
tertimbun dibelakang plasenta yang mengganggu sirkulasi dan nutrisi kearah
janin. Rintangan kejadian asfiksia sampai kematian janin dalam rahim
tergantung pada beberapa sebagian plasenta telah lepas dari implantasinya di
fundus uteri.
 Kelainan susunan sistem saraf pusat
 Retardasi pertumbuhan
 Anemia

K. PROGNOSIS

Pada solusio plesenta berat, prognosis sang anak buruk, kematian anak mencapai
90%. Solusio plasenta juga berbahaya bagi ibu, tetapi dengan persediaan darah yang
cukup dan pengelolaan yang baik, kematian dapat ditekan sampai 1%. Prognosis
bergantung kepada besar bagian plasenta yang terlepas, volume perdarahan, keparahan
hipofibrinogenemia, ada tidaknya pre eklampsia, jenis perdarahan (tampak atau
tersembunyi) dan lama solusio plasenta berlangsung.3
11

BAB III

KESIMPULAN

Solusio plasenta adalah lepasnya sebagian atau seluruh plasenta yang terimplantasi
normal diatas 22 minggu sebelum lahirnya anak. Istilah lain yang sering dipergunakan pada
solusio plasenta adalah abruptio placentae, ablatio placentae, accidental hemaemorrhage,
premature separation of the normally implanted placenta. Klasifikasi solusio plasenta terbagi
atas menurut derajat lepasnya plasenta, berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan
pervaginam, menurut tingkat gejala klinis yang timbul, dan berdasarkan derjatnya. Kejadian
solusio plasenta sangat bervariasi dari 1 diantara 75 sampai 830 persalinan dan merupakan
penyebab 20-35% kematian perinatal. Walau angka kejadiannya cenderung menurun akhir-
akhir ini, morbiditas perinatal masih cukup tinggi, termasuk gangguan neurologis pada tahun
pertama kehidupan. Solusio plasenta sering berulang pada kehamilan berikutnya.
Kejadiannya tercatat 1 diantara 8 kehamilan.

Etiologi solusio plasenta belum diketahui secara pasti namun dipengaruhi oleh
hipertensi, trauma, tali pusat yang pendek, uterus yang sangat kecil, usia lanjut, multiparitas,
ketuban pecah dini, mioma uteri, merokok, alkohol dan kokain. Solusio plasenta dimulai
dengan perdarahan di desidua basalis yang menyebabkan hematoma desidua yang
mengangkat lapisan – lapisan diatasanya. Hematoma semakin lama semakin membesar
sehingga bagian plasenta lambat laun terlepas dan tak berfaal. Akhirnya hematoma mencapai
tepi plasenta dan mengalir keluar diantara selaput janindan dinding rahim. Trias diagnose
solution plasenta : nyeri abdomen, nyeri tekan uterus dengan tonus tinggi dan perdarahan
vaginam. Penanganan solusio plasenta yaitu atasi shock, transfuse, pengosongan rahim,
keadaan janin menentukan penanganan persalinan.

Prognosis bergantung kepada besar bagian plasenta yang terlepas, volume perdarahan,
keparahan hipofibrinogenemia, ada tidaknya pre eklampsia, jenis perdarahan (tampak atau
tersembunyi) dan lama solusio plasenta berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wulandari, I. A. 2018. Hubungan Paritas Ibu (Primipara Dan Multipara) Terhadap


Kejadian Solusio Plasenta Di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2018. Jurnal
Kesehatan Delima Pelamonia, 2(1), 36-40.

2. Indayani, R. 2018. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil pada Ny. T G2P1A0 Umur 34


Tahun Hamil 38 Minggu dengan Solusio Plasenta di Puskesmas Bangsri I Kabupaten
Jepara. Doctoral dissertation. Semarang : Universitas Muhammadiyah.

3. Rosyidah, Rafhani., Azizah, Nurul. 2019. Buku Ajar Mata Kuliah Obstetri Patologi.
Jawa Timur : UMSIDA Press.

4. Supriyatiningsih, dr. 2017. Buku Ajar Pengetahuan Obstetri dan Ginekologi untuk
Pendidikan Profesi Dokter. Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Amalia, Novien. 2017. Gambaran Perdarahan Antepartum pada Ibu Hamil Rawat
Inap dan Rawat Jalan di RSUP H. Adam Malik Medan Pada Tahun 2013-2015.
Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara.

6. Suhadi, Agung. 2016. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai