Anda di halaman 1dari 20

Analisis Moda Entri Penyedia Jasa....

, Muhammad Fawaiq 25

ANALISIS MODA ENTRI PENYEDIA JASA RITEL INDONESIA KE ASEAN:


STUDI KASUS PADA ALFAMART

Analysis on Indonesian Retail Services Entry Mode into ASEAN:


A Case Study on Alfamart

Muhammad Fawaiq
Pusat Kebijakan Perdagangan Internasional, BP2KP, Kementerian Perdagangan-RI,
Jl. M.I. Ridwan Rais No.5 Jakarta Pusat, muhammadfawaiq@yahoo.co.id

Naskah diterima: 11/11/2014 Naskah direvisi: 28/1/2015 Disetujui diterbitkan: 21/4/2015

Abstrak

Studi ini bertujuan untuk menganalisis moda entri jasa ritel Indonesia ke negara-negara ASEAN
sesuai dengan komitmen setiap negara di AFAS Paket 8. Metode yang digunakan adalah analisis
deskriptif dan indeks Hoekman. Hasil studi menunjukkan bahwa Alfamart masuk ke pasar jasa ritel
Filipina tanpa memanfaatkan kerjasama AFAS. Hal ini disebabkan Filipina masih menutup jasa
ritelnya pada kerjasama tersebut. Moda entri yang digunakan Alfamart untuk masuk ke Filipina
adalah waralaba. Suksesnya Alfamart menjadi tolak ukur untuk mengembangkan alternatif moda
entri ke negara-negara ASEAN lainnya sesuai dengan hasil pemetaan peluang akses pasar di
AFAS Paket 8. Moda Entri yang diusulkan tersebut yaitu: a) Waralaba untuk negara yang belum
terbuka (indeks Hoekman 0) yaitu Brunei Darussalam dan Laos, b) Usaha patungan pada negara-
negara yang membuka akses pasar dengan pembatasan (indeks Hoekman 0,5) yaitu Malaysia
dan Myanmar, dan c) Kepemilikan saham penuh pada negara-negara yang membuka akses pasar
tanpa pembatasan (indeks Hoekman 1) yaitu Vietnam, Kamboja, Singapura dan Thailand. Faktor
kunci suksesnya ekspor jasa ritel dalam kasus ini adalah mitra bisnis lokal yang membeli master
franchise. Untuk itu, pemerintah dapat berperan dalam promosi dan misi dagang ke luar negeri
untuk menarik mitra bisnis.

Kata Kunci: Perdagangan Jasa, AFAS, Jasa Ritel, Peluang Ekspor, Moda Entri

Abstract

The aim of this study is to analyze the mode of entry of Indonesia’s retail supplier into ASEAN
countries in accordance with the commitment of each country in AFAS Package 8. The methods
deployed in this study are the Hoekman Index and descriptive analysis. The study results show that
Alfamart has entered into the Philippine market retail services without utilizing AFAS cooperation.
This is due to Philippines’s policy that still close its retail services market on such cooperation.
The mode of entry used by Alfamart is franchise service. The success of Alfamart can be a
benchmark to develop alternative modes of entry into other ASEAN countries in accordance
with market access opportunities mapping of AFAS package 8. The alternatives of entry modes
proposed in this study are: a) franchise for countries that does not have open access yet (indeks
Hoekman 0) such as Brunei Darussalam and Laos, b) joint ventures in countries which have
limited open access (indeks Hoekman 0.5) such as Malaysia and Myanmar , c) and wholly owned
subsidiary in countries with full access into the market without restrictions (indeks Hoekman 1)
such as Vietnam, Cambodia, Singapore and Thailand. A key factor which contributes to the
success of retail service exports is local business partners who purchases master franchise.
For that, the government can play a decisive role in promoting trade missions abroad to attract
business partners.

Keywords: Trade in services, AFAS, Retail Services, Export Opportunities, Mode of Entry
JEL Classification: F13, F14, F16, F21, F23
PENDAHULUAN (2009), paket kedelapan (2010). Adapun
Pada prinsipnya, kerjasama paket AFAS yang telah diratifikasi oleh
perdagangan jasa setara dengan Pemerintah Indonesia adalah Paket
perdagangan barang. Hal ini disebabkan 8 (delapan). Ratifikasi AFAS Paket 8
karena pada setiap kerjasama melalui Peraturan Presiden Republik
perdagangan prinsip single undertaking Indonesia Nomor 59 Tahun 2014.
digunakan. Berdasarkan prinsip ini, Nomenklatur sektor dan cara
segala subyek perundingan harus perdagangan jasa yang diacu pada
disetujui pada waktu yang sama. Prinsip perundingan AFAS adalah General
single undertaking pada perdagangan Agreement on Trade in Services
jasa merupakan mandat dari Artikel 19 (GATS), dalam hal ini yaitu Dokumen
General Agreement on Trade in Services WTO nomor MTN.GNS/W/120 (WTO,
(GATS) (WTO, 2014). 1991). Nomenklatur ini juga diatur dalam
Pada Perundingan-perundingan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014
kerjasama perdagangan yang Tentang Perdagangan yaitu Pasal 2
dilaksanakan oleh Indonesia seperti yang memberikan penjelasan mengenai
di regional ASEAN, Indonesia-Japan jasa-jasa yang diatur yaitu sebanyak
Economic Partnership Agreement 12 sektor yaitu: 1) Jasa Bisnis; 2) Jasa
(IJEPA), dan ASEAN+1, setiap negara Komunikasi; 3) Jasa Konstruksi dan
telah memberikan komitmen untuk yang terkait; 4) Jasa Distribusi; 5) Jasa
membuka sektor jasa yang dicantumkan Pendidikan; 6) Jasa Lingkungan; 7)
dalam Schedule of Commitment (SOC). Jasa Keuangan; 8) Jasa Kesehatan
Hal ini merupakan peluang dan tantangan dan Sosial; 9) Jasa Pariwisata dan yang
bagi Indonesia dalam memanfaatkan terkait; 10) Jasa Rekreasi, Budaya dan
akses pasar jasa negara-negara Olah Raga; 11) Jasa Transportasi; dan
mitra kerjasama dan juga merupakan 12) Jasa Lainnya. Pada ayat 3, jasa
tantangan masuknya penyedia jasa dapat diperdagangkan baik di dalam
asing ke Indonesia. Diantara kerjasama- negeri maupun melampaui batas wilayah
kerjasama yang telah dilakukan oleh negara. Selanjutnya mengenai cara
Indonesia tersebut, kerjasama pada perdagangan jasa yang melampaui
ASEAN Framework Agreement on batas negara diatur pada pasal 39. Cara
Services (AFAS) Paket 8 merupakan perdagangan jasa tersebut dibagi ke
komitmen tertinggi yang diberikan oleh dalam 4 cara, yaitu pasokan lintas batas
Indonesia dan negara-negara ASEAN (cross border supply), konsumsi di luar
lainnya (Ishido, 2012). negeri (consumption abroad), keberadaan
Kerjasama AFAS dilaksanakan komersial (consumption abroad), dan
berdasarkan suatu road map yang perpindahan manusia (presence of natural
dimulai pada tahun 1997 (initial person). Cara perdagangan jasa ini juga
package), kemudian dilanjutkan paket diatur dalam dokumen WTO nomor S/L/92
kedua (1998), paket ketiga (2001), paket (WTO, 2001).
keempat (2004), paket kelima (2006), Salah satu sektor jasa yang dibuka
paket keenam (2007), paket ketujuh oleh sebagian besar negara ASEAN

26 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 9 NO. 1, JULI 2015 : 25-43


Analisis Moda Entri Penyedia Jasa...., Muhammad Fawaiq 27

di AFAS Paket 8 adalah sektor jasa Paket 8 dapat disesuaikan dengan


distribusi. Hal ini merupakan peluang pendekatan moda entri. Untuk itu
Indonesia untuk meningkatkan ekspor studi ini melakukan pemetaan pada
jasa ritelnya yang terus defisit dalam 5 peluang akses pasar jasa ritel di AFAS
(lima) tahun terakhir. Pada tahun 2009 Paket 8. Hasil pemetaan ini kemudian
defisit neraca perdagangan Indonesia dikombinasikan dengan pendekatan
dengan dunia di sektor jasa distribusi moda entri suatu penyedia jasa dari
(termasuk jasa ritel) sebesar USD 3 milyar, satu negara ke negara yang lain. Moda
kemudian turun menjadi USD 1 milyar entri tersebut dibagi menjadi 2 (dua)
pada tahun 2013 (WTO, 2014). Namun pendekatan yaitu pendekatan moda entri
demikian, pertumbuhan ekspor sektor tanpa ekuitas (nonequity modes of entry)
jasa distribusi Indonesia ke dunia pada dan pendekatan moda entri berbasis
periode 2009-2013 rata-rata sebesar ekuitas (equity-based modes of entry)
21 persen, lebih tinggi dari rata-rata (Ball, et. al, 2012). Pendekatan moda entri
pertumbuhan impornya yang sebesar 7 tanpa ekuitas dapat dilakukan dengan
persen (WTO, 2014). Hal ini menunjukkan cara mengekspor, proyek turnkey,
semakin baiknya kinerja ekspor sektor perijinan, waralaba, kontrak manajemen,
jasa distribusi Indonesia. Untuk dapat dan kontrak manufaktur dan pendekatan
meningkatkan kinerja ekspor jasa moda entri yang berbasis pada ekuitas
Indonesia, salah satu upaya yang dapat biasanya dalam bentuk kepemilikan
dilakukan adalah dengan usaha ekpor modal penuh (wholly owned subsidiary),
jasa melalui commercial presence (mode usaha patungan (joint venture) dan
3). Commercial presence, berdasarkan strategi aliansi (strategic alliances) (Ball
artikel 28 General Agreement on Trade in et al., 2012).
Services (GATS), adalah dalam bentuk Hasil perundingan perdagangan jasa
pendirian usaha atau profesional melalui di AFAS Paket 8 ini merupakan suatu
konstitusi, akuisisi, atau pemeliharaan peluang akses pasar bagi penyedia jasa
suatu badan hukum atau penciptaan dan ritel Indonesia. Peluang akses pasar
pemeliharaan suatu kantor perwakilan ini belum dimanfaatkan sepenuhnya
atau kantor cabang antara wilayah oleh penyedia jasa ritel Indonesia.
negara mitra dagang dengan tujuan Hal ini terlihat dari hasil desk research
untuk menyediakan jasa (WTO, 2013). dimana hingga tahun 2014 ini, hanya
Dengan diberikannya komitmen pada terdapat 1 (satu) perusahaan jasa ritel
moda commercial presence oleh negara- Indonesia yang mengekspor jasanya
negara ASEAN khususnya di sektor ke luar negeri yaitu PT Sumber Alfaria
jasa ritel dan grosir di perjanjian AFAS, Trijaya, Tbk (Alfamart) (Tempo, 2014).
penyedia jasa domestik Indonesia dapat Kurang optimalnya pemanfatan ini dapat
mendirikan usaha di negara-negara disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
ASEAN sebagai salah satu bentuk penyedia jasa dan pemangku kepentingan
ekspor jasa. mengenai peluang serta moda entri
Ekspor jasa ritel ini dapat dilakukan dalam memasuki pasar jasa ASEAN.
apabila peluang akses pasar di AFAS Pengetahuan mengenai moda entri ini
sangat penting untuk mendorong dan dan untuk mengetahui moda entri jasa
memfasilitasi ekspansi usaha (Isa et al., ritel Indonesia ke negara-negara ASEAN
2014). Untuk itu, studi ini melakukan studi adalah studi kasus yang kemudian
kasus pada Alfamart untuk menganalisis disesuaikan dengan teori moda entri
pendekatan-pendekatan moda entri dari perusahaan ke luar negeri.
penyedia jasa ini dalam mengekspor Indeks Hoekman merupakan suatu
jasa ritel. Studi kasus ini akan dijadikan metode indeksasi yang diusulkan oleh
patokan dalam menentukan moda Hoekman untuk mengukur tingkat
entri penyedia jasa ritel ke luar negeri komitmen suatu negara pada kerjasama
sesuai dengan tingkat keterbukaan perdagangan jasa yang dituangkan
negara-negara ASEAN di AFAS Paket dalam jadwal komitmen yang sesuai
8. Pemetaan peluang serta moda entri dengan bentuk komitmen di General
merupakan satu paket informasi untuk Agreement on Trade in Services (GATS)
mendorong ekspor jasa ritel. (Ishido, 2012). Bentuk indeksasi pada
metode ini adalah sebagai berikut: jika
METODE suatu negara memberikan komitmen
Metode Analisis pada SOC-nya berupa none (dibuka
Analisis studi ini dibagi ke dalam tiga tanpa pembatasan) diberikan indeks
aspek yaitu pemetaan peluang pasar 1, jika dibuka dengan pembatasan
yang tercipta dari hasil perundingan diberikan indeks 0,5 dan jika ditutup
AFAS, tantangan masuknya ritel (unbound) diberikan indeks 0. Metode ini
asing asal negara-negara ASEAN ke juga digunakan dalam studi Fawaiq dan
Indonesia dan analisis moda entri untuk Resnia (2012) yang meneliti mengenai
masuk ke pasar jasa ritel negara-negara peluang dan tantangan sektor jasa
ASEAN. Alat analisis yang digunakan konstruksi Indonesia dalam AFAS dan
untuk memetakan peluang akses pasar Studi Ishido (2012) mengenai liberalisasi
jasa ritel di setiap negara ASEAN adalah perdagangan jasa di ASEAN+1.
Indeks Hoekman, analisis deskriptif Berdasarkan uraian tersebut, Indeks
dilakukan untuk mengetahui tingkat Hoekman dapat digambarkan sebagai
keterbukaan pasar jasa ritel Indonesia berikut.

Tabel 1. Indeksasi dengan Indeks Hoekman

No Komitmen di Moda 3 Indeks Hoekman


1 None (Komitmen penuh) 1
2 Limitation (terbuka dengan pembatasan) 0,5
3 Unbound (tertutup) 0
Sumber: Ishido (2012), disesuaikan.

Pemetaan tingkat komitmen melalui Salah satu kolom penting dari SOC
indeksasi dengan indeks Hoekman akan adalah kolom pembatasan akses pasar.
menggambarkan peluang akses pasar Setiap negara ASEAN memberikan
jasa ritel di moda 3 setiap negara ASEAN. tingkat komitmen yang berbeda-beda

28 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 9 NO. 1, JULI 2015 : 25-43


Analisis Moda Entri Penyedia Jasa...., Muhammad Fawaiq 29

di kolom pembatasan akses pasar. penyedia jasa yang telah sukses masuk
Berdasarkan dokumen WTO nomor ke pasar negara-negara ASEAN. Dari
S/L/92, tingkat komitmen tersebut studi kasus ini kemudian disesuaikan
yaitu komitmen penuh apabila suatu dengan literatur-literatur terkait. Metode
negara menuliskan kata none yang juga studi kasus juga dilakukan oleh Dakora
dapat diartikan bahwa negara tersebut dan Bytheway (2014) yang meneliti
membuka akses pasarnya secara mengenai isu-isu moda entri dalam
penuh, komitmen pembatasan apabila internasionalisasi ritel Afrika Selatan.
suatu negara membuka sektor jasanya Menurut Yin dalam Dakora dan Bytheway
tetapi masih diberikan pembatasan- (2014), metode studi kasus diperbolehkan
pembatasan yang dicantumkan pada untuk menguji fenemona dalam kontek
kolom ini dan tidak diberikan komitmen sebenarnya, terutama ketika fenomena
(no commitment) yang diartikan bahwa tersebut tidak menunjukkan batas yang
suatu negara masih menutup sektor jasa jelas. Secara khusus, studi Dakora dan
ritelnya atau dituliskan kata unbound. Bytheway mengukur bagaimana setiap
Analisis kedua yaitu analisis deskriptif moda entri diterapkan di negara Afrika
mengenai tantangan masuknya ritel asing dapat memitigasi resiko dan proses yang
ke Indonesia. Tantangan masuknya ritel rumit.
asing pada studi ini difokuskan pada hasil Secara khusus, studi Dakora dan
perundingan sektor jasa serta melalui Bytheway (2014) mengukur bagaimana
Daftar Negatif Investasi (DNI). Lebih setiap moda entri diterapkan di negara
lanjut studi ini akan membandingkan Afrika yang dapat memitigasi resiko dan
tingkat keterbukaan hasil perundingan proses yang rumit. Dengan mengetahui
liberalisasi sektor jasa di AFAS Paket pendekatan moda entri yang digunakan
Delapan dengan DNI. oleh Alfamart, dapat dibuat usulan-
Analisis ketiga adalah analisis usalan pendekatan moda entri pada
mengenai moda entri penyedia jasa ritel penyedia jasa ritel lain di Indonesia untuk
Indonesia ke negera-negara ASEAN. mengekspor jasanya ke negera-negara
Untuk mengetahui moda entri penyedia ASEAN lainnya. Komponen untuk
jasa ritel Indonesia ke negara-negara menganalisis pendekatan moda entri
ASEAN dilakukan studi kasus pada disajikan pada gambar 1.

(2) (3)
(1)
Entry Country
Company
Mode

Gambar 1. Komponen Dasar Dalam Pendekatan Moda Entri.


Sumber: Dakora dan Bytheway (2014)
Gambar 1 menunjukkan alur analisis akses pasar jasa ritel negara-negara
moda entri penyedia jasa domestik ASEAN di AFAS Paket 8. Pemetaan
Indonesia dalam memasuki pasar tersebut dilakukan dengan cara
ASEAN. Alur tersebut dimulai dari indeksasi dengan Indeks Hoekman.
deskripsi penyedia jasa domestik yang Berdasarkan peta tingkat komitmen
telah mengekspor jasanya yaitu Alfamart negara-negara ASEAN di AFAS Paket
(kotak 1), kemudian menganalisis 8 dapat diketahui peluang akses pasar
pendekatan moda entri yang digunakan jasa ritel. DNI Indonesia digunakan untuk
(kotak 2) dan ke negara mana penyedia menganalisis tantangan masuknya ritel
jasa tersebut mengekspor jasanya. asing ke Indonesia.
Untuk menganalisis kesesuaian moda SOC merupakan bagian penting
entri (kotak 2) yang dipilih dengan dari hasil perundingan yang berisikan
tingkat keterbukaan pasar jasa ritel informasi mengenai komitmen tingkat
pada masing-masing negara ASEAN liberalisasi sektor jasa. SOC terdiri dari
(kotak 3) di perlukan suatu pemetaan dua bagian dan empat kolom pada
komitmen dan kemudian disesuikan masing-masing bagian tersebut. Kedua
dengan pendekatan yang dipilh oleh bagian SOC yaitu komitmen horisontal
Alfamart. Adapun deskripsi Alfamart di dan komitmen sektor spesifik. Komitmen
dalam negeri ditujukan untuk mengetahui horisontal mengatur pembatasan-
kinerja ekspansi usahanya di tingkat pembatsan keterbukaan sektor jasa
domestik. Kinerja perdagangan jasa secara umum dan berlaku untuk semua
Alfamart ditentukan melalui data tingkat sektor yang dicantumkan dalam komitmen
kepemilikan gerai Alfamart yang dimiliki sektor spesifik dan komitmen sektor
oleh masyarakat. spesifik mengatur tingkat komitmen atau
keterbukaan pada masing sektor dan
Data subsektor.
Jenis data dan sumber data yang Keempat kolom SOC adalah kolom
digunakan dalam studi ini terdiri dari pertama daftar sektor dan subsektor yang
data sekunder dan data primer. Data dibuka, kolom kedua pembatasan pada
sekunder diperoleh dari beberapa akses pasar, kolom ketiga pembatasan
instansi. Data sekunder tersebut adalah pada perlakuan nasional dan kolom
schedule of commitment (SOC) negara- keempat adalah komitmen tambahan.
negara anggota ASEAN yang diperoleh Kolom pembatasan akses pasar
dari website ASEAN-Sekretariat, DNI berdasarkan Para 39 GATS (WTO, 2001)
Indonesia dalam Peraturan Presiden memuat enam pembatasan-pembatasan
Republik Indonesia Nomor 39 Tahun yaitu 1) Jumlah penyedia jasa; 2) Total
2014 dan data laporan keuangan nilai transaksi atau aset; 3) Jumlah
perusahaan 5 (lima) tahun terakhir jasa yang beroperasi dan kuantitas dari
(2009-2013) yang diperoleh dari situs output; 4) Jumlah total natural person; 5)
Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Restriksi atau kebutuhan mengenai jenis
Data SOC negara-negara ASEAN dari entitas legal atau joint venture; dan
digunakan untuk memetahkan peluang 6) Partisipasi modal asing.

30 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 9 NO. 1, JULI 2015 : 25-43


Analisis Moda Entri Penyedia Jasa...., Muhammad Fawaiq 31

Kolom perlakuan nasional memuat Dari hasil studi kasus dengan Filipina,
beberapa hal seperti 1) Deskriminasi pada dapat dibuat suatu alternatif moda
subsidi dan tindakan-tindakan keuangan entri ke negara-negara ASEAN lainnya
lainnya; 2) Kewarganegaraan yaitu berdasarkan hasil pemetaan tingkat
warga negara atau permanen residen; komitmen melalui Indeksasi dengan
3) Persyaratan mengenai perijinan, Indeks Hoekman.
kualifikasi dan registrasi; 4) Persyaratan
alih teknologi dan pelatihan; 5) HASIL DAN PEMBAHASAN
Persyaratan muatan lokal;6) Larangan Analisis Peluang Pasar Jasa Ritel di
kepemilikan lahan atau properti; 7) negara-negara ASEAN
Pembatasan pada jaminan portabilitas Pada perundingan AFAS Paket 8,
dan penggunaan dana pendidikan beberapa negara-negara ASEAN telah
(WTO, 2001). Komitmen tambahan memberikan komitmen pada subsektor
berhubungan dengan kualifikasi, teknik jasa ritelnya. Hal ini merupakan peluang
standar, persyaratan perizinan atau bagi Indonesia untuk memanfaatkan
prosedur dan atau regulasi domestik hasil perundingan ini. Beberapa negara
lainnya (WTO, 2001). Jumlah dan seperti Kamboja, Singapura, Thailand
jenis usaha yang mungkin dibuka juga dan Vietnam telah memberikan
dijadwalkan dalam kolom komitmen komitmen penuh pada sektor jasa
tambahan. Hal ini dapat menjadi unik ini. Komitmen penuh tersebut berarti
untuk anggota tertentu, atau kelompok bahwa subsektor jasa ritel yang dibuka
anggota dapat menyetujui seperangkat tersebut tidak diberikan pembatasan
komitmen tambahan (WTO, 2001). Data seperti pembatasan akses pasar dan
sekunder lainnya yaitu data laporan pembatasan perlakuan nasional.
keuangan dalam 5 (lima) tahun terakhir Negara-negara lainnya seperti Malaysia
digunakan untuk mendeskripsikan dan Myanmar juga membuka sektor
penyedia jasa ini pada tingkat domestik. jasa tersebut namun masih memberikan
Data primer diperoleh dari hasil pembatasan-pembatasan. Indonesia,
wawancara dengan pemangku Brunei Darussalam, Laos dan Filipina
kepentingan di jasa ritel dan grosir. masih menutup atau belum memberikan
Berdasarkan hasil pengumpulan data komitmen pada sektor jasa ini. Untuk
dan informasi diketahui bahwa hanya moda 4 (movement of natural person),
PT Sumber Alfaria Trijaya, Tbk yang hanya Malaysia yang memberikan
sedang mengekspor jasanya ke luar komitmen pada moda 4 subsektor jasa
negeri. Wawancara mendalam (in-depth ritel. Komitmen negara-negara ASEAN
interview) hanya akan dilaksanakan pada pada AFAS Paket 8 (delapan) di moda
satu perusahaan yang telah mengekspor 3 dan moda 4 sektor jasa ritel disajikan
jasanya tersebut. Data primer dari hasil pada Gambar 2.
wawancara ini akan disesuaikan dengan
literatur untuk menganalisis pendekatan
moda entri perusahaan ke Filipina.
1

0,5

0
MA NT MA NT MA NT MA NT MA NT MA NT MA NT MA NT MA NT MA NT

Brunei Kamboja Indonesia Laos Malaysia Myanmar Filipina Singapura Thailand Vietnam

Mode 3 Mode 4

Gambar 2. Peta Peluang Ekspor Subsektor Jasa Ritel Indonesia ke


Negara-negara ASEAN Melalui Moda 3 dan Moda 4.
Keterangan : Dibuka tanpa pembatasan (1), dibuka dengan pembatasan (0,5) dan tidak dibuka (0);
kolom pembatasan akses pasar (MA) dan kolom pembatasan perlakuan nasional (NT).
Sumber : ASEAN Secretariat. (2014), diolah

Gambar 2 menunjukkan bahwa 3. Thailand


Kamboja, Singapura, Thailand dan Jenis subsektor jasa ritel yang dibuka
Vietnam memberikan peluang ekspor oleh Thailand di AFAS Paket 8
jasa ritel paling besar bagi Indonesia. (delapan) ini yaitu subsektor jasa ritel
Adapun peluang ekspor Indonesia yang hanya menjual bahan bakar
pada subsektor jasa ritel berdasarkan kendaraan bermotor.
jenis barang yang diperbolehkan untuk 4. Vietnam
dijual oleh penyedia jasa ritel asing di Berdasarkan komitmen Vietnam pada
negara-negara tersebut yaitu (ASEAN AFAS Paket 8 (delapan), Vietnam
Secretariat, 2014): memberikan komitmen penuh di
1. Kamboja kolom akses pasar dan perlakuan
Penyedia jasa ritel asing di Kamboja nasional pada jasa ritel dan grosir di
hanya diijinkan menjual makanan, AFAS Paket 8 tanpa membatasi jenis
non makanan, peralatan radio barang yang dijual.
dan televisi, alat-alat musik, music Gambar 2 juga menunjukkan bahwa
scores, rekaman audio dan video, Malaysia dan Myanmar membuka
kendaraan bermotor, serta suku subsektor jasa ritelnya tetapi masih
cadang kendaraan bermotor. memberikan pembatasan-pembatasan
2. Singapura baik di kolom akses pasar maupun
Produk-produk yang diperbolehkan perlakuan nasional. Komitmen Malaysia
untuk dijual oleh ritel asing asal dan Myanmar di AFAS Paket 8 secara
ASEAN di Singapura yaitu kendaraan rinci, yaitu (ASEAN Secretariat, 2014):
bermotor, aksesoris serta suku 1. Malaysia
cadang kendaraan bermotor, dan Malaysia tidak membatasi jenis
snowmobile. Beberapa produk yang barang yang diperbolehkan untuk
tidak diperbolehkan untuk dijual dijual oleh ritel-ritel asal negara-
adalah produk-produk farmasi dan negara ASEAN tetapi memberikan
medis, alat-alat bedah, dan alat-alat pembatasan pada kolom akses pasar
ortopedi. dan masih menutup kolom perlakuan

32 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 9 NO. 1, JULI 2015 : 25-43


Analisis Moda Entri Penyedia Jasa...., Muhammad Fawaiq 33

nasional. Bentuk pembatasan yang persyaratan di bidang penanaman


diberikan Malaysia pada kolom modal. Berdasarkan Peraturan tersebut,
pembatasan akses pasar yaitu supermarket dengan luas lantai kurang
pembatasan pada pemilikan modal dari 1.200 meter persegi, department
asing maksimum sebesar 51 persen store dengan luas lantai kurang dari 2.000
dengan minimum modal ditetapkan meter persegi dan minimarket termasuk
berdasarkan pedoman partisipasi compenience store dan community store
asing yang dikeluarkan oleh pihak dengan luas lantai kurang dari 40 meter
yang berwenang di Malaysia. persegi harus sepenuhnya berasal dari
Pada kolom perlakuan nasional, modal dalam negeri.
Malaysia tidak memberikan komitmen Subsektor jasa yang baru diatur pada
atau masih menutup yang berarti Perpres 39 Tahun 2014 adalah subsektor
bahwa Malaysia dapat melakukan jasa compenience store dan community
diskriminasi pada penyedia jasa ritel store. Subsektor jasa compenience store
asing. dan community store ini belum diatur
2. Myanmar dalam daftar negatif investasi Indonesia
Komitmen Myanmar pada jasa sebelumnya yaitu Peraturan Presiden
ritel adalah tidak membatasi jenis Nomor 36 Tahun 2010 (Perpres 36
barang yang dijual oleh penyedia Tahun 2010). Belum diaturnya subsektor
jasa asing. Pembatasan pada kolom jasa tersebut pada Perpres 36 Tahun
market akses adalah modal asing 2010 menyebabkan masuknya penyedia
yang diijinkan maksimal sebesar 35 jasa asing di subsektor tersebut di
persen dan harus melakukan joint Indonesia seperti Seven Eleven dan
venture dengan perusahaan lokal Lawson. Masuknya Seven Eleven dan
di Myanmar. Pembatasan lainnya Lawson tersebut disebabkan karena
adalah organisasi maupun orang mendapatkan ijin sebagai restoran dari
asing di Myanmar tidak diperbolehkan Kementerian Pariwisata dengan dasar
memiliki lahan tetapi boleh menyewa hukumnya Perpres 36 Tahun 2010 yang
lahan pemerintah dalam jangka memperboleh kepemilikan modal asing
waktu yang panjang. sebesar 100 persen pada restoran
(Tobing, 2013). Adapun perbandingan
Tantangan Masuknya Ritel Asing Asal antara Perpres 39 2014 dengan komitmen
Negara-negara ASEAN di AFAS 8 pada sektor jasa ritel dan grosir
Komitmen Indonesia di AFAS Paket 8 disajikan pada Tabel 1.
yang hanya membuka grosir dengan luas Berdasarkan Tabel 1, tidak ada
lantai lebih dari 5.000 meter persegi tidak peluang bagi ritel asing dengan luas lantai
bertentangan dengan regulasi domestik kurang dari 400 meter persegi untuk
Indonesia sebagaimana yang tercantum menanamkan modalnya di Indonesia.
dalam Peraturan Presiden Nomor 39 Hal ini merupakan peluang bagi penyedia
Tahun 2014 (Perpres 39 Tahun 2014) jasa ritel domestik Indonesia untuk
tentang bidang usaha yang tertutup berkembang di dalam negeri.
dan bidang usaha yang terbuka dengan
Alfamart Sebagai Penyedia Jasa Ritel tahun 2002, perusahaan ini bergerak
Pertama Indonesia yang Berekspansi dalam kegiatan usaha perdagangan
ke Luar Negeri eceran untuk produk konsumen dengan
PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk mengoperasikan jaringan minimarket
(Alfamart) didirikan di Indonesia pada dengan nama “Alfamart” yang beroperasi
tanggal 22 Februari 1989. Ruang lingkup di beberapa tempat di Jakarta, Cileungsi,
kegiatan perusahaan antara lain meliputi Tangerang, Cikarang, Bandung, Sidoarjo,
usaha dalam bidang perdagangan eceran Cirebon, Cilacap, Semarang, Lampung,
untuk produk konsumen. Kegiatan usaha Malang, Bali, Klaten, Makasar, Balaraja,
perusahaan ini dimulai pada tahun Palembang, Bogor, Jember, Medan,
1989 yang bergerak dalam bidang Banjarmasin, Jambi dan Pekanbaru
perdagangan terutama rokok. Sejak (BEI, 2014a).
Tabel 1. Perbandingan Peraturan Domestik Indonesia dengan Komitmen di
AFAS Paket 8 Pada Sektor Jasa Ritel dan Grosir

Subsektor di Komitmen di AFAS 8


No Daftar Negatif Pernyataan AFAS Paket Pembatasan Pembatasan
Investasi 8 (delapan) Akses Pasar Perlakuan
Nasional

1 Supermarket Modal dalam Jasa Secara spesifik Unbound


dengan luas negeri 100 perdagangan dicantumkan kecuali
lantai penjualan persen grosir untuk pada komitmen tercantum
kurang dari 1200 makanan dan horisontal. pada komitmen
meter persegi minuman serta horisontal.
tembakau dengan
luas lantai lebih
dari 5.000 meter
persegi (CPC
6222)

2 Minimarket Modal dalam Jasa Secara spesifik Unbound kecuali


dengan luas negeri 100 perdagangan dicantumkan tercantum
lantai penjualan persen grosir untuk pada komitmen pada komitmen
kurang dari 400 tekstil, pakaian horisontal. horisontal.
meter persegi dan alas kaki
termasuk dengan luas
compenience lantai lebih dari
store dan 5.000 meter
community store persegi (CPC
6223)

3 Department Modal dalam


Store dengan negeri 100
luas lantai persen
penjualan
kurang dari 2000
meter persegi

Sumber: Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2014 dan Ditjen KPI (2014), diolah

34 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 9 NO. 1, JULI 2015 : 25-43


Analisis Moda Entri Penyedia Jasa...., Muhammad Fawaiq 35

Penyedia jasa domestik Indonesia memiliki pangsa pasar sebesar 33,3% di


ini memiliki visi dan misi untuk bidang minimarket dan 21,5% di bidang
mengembangkan usahanya ke luar perdagangan moderen (BEI, 2014b).
negeri. Visi perusahaan ini yaitu “menjadi Pencapaian ini merupakan modal bagi
jaringan distribusi ritel terkemuka yang perusahaan ini untuk mencapai misinya
dimiliki oleh masyarakat luas, berorientasi untuk berekspansi ke luar negeri.
kepada pemberdayaan pengusaha kecil,
pemenuhan kebutuhan dan harapan Analisis Pertumbuhan Gerai Alfamart
konsumen, serta mampu bersaing secara Untuk pengembangan usaha di
global”. Salah satu misi dari Alfamart dalam negeri, Alfamart terus menambah
terkait dengan ekspor jasa ritel ke luar jumlah gerai minimarketnya dalam
negeri yaitu membangun organisasi 5 (lima) tahun terakhir (2009-2013).
global yang terpercaya, sehat dan terus Total gerai pada tahun 2009 sebanyak
tumbuh dan bermanfaat bagi pelanggan, 3.373 gerai meningkat 154% menjadi
pemasok, karyawan, pemegang saham 8.557 gerai pada tahun 2013. Bentuk
dan masyarakat pada umumnya. kepemilikan setiap gerai minimarket
Perusahaan ini merupakan satu-satunya milik Alfarmat dibagi menjadi dua jenis
perusahaan asal Indonesia yang masuk yaitu kepemilikan sendiri dan waralaba.
dalam daftar 50 besar perusahaan Jumlah gerai berdasarkan jenis
go public di Asia Pasifik versi Forbes kepemilikan disajikan pada Gambar 3.
(Bisnis, 2014). Selain itu, perusahaan ini

9000
8000 2506
7000
2045
6000
1672 6051
5000
1275 5018
4000
4125
3000 883 3537
2000 2490
1000
0
2009 2010 2011 2012 2013

Milik Sendiri Waralaba

Gambar 3. Perkembangan Usaha Alfamart Berdasarkan Jumlah Gerai.


Sumber: BEI (2014a), diolah
Berdasarkan gambar tersebut, 2009-2013 kepemilikan gerai yang
sebagian besar gerai Alfamart dimiliki diwaralabakan meningkat rata-rata
oleh Alfamart sendiri dan sisanya dimiliki sebesar 30% per tahun yang lebih tinggi
oleh mitra kerjasama di dalam negeri. dari peningkatan jumlah yang dimiliki
Porsi kepemilikan pada tahun 2009 yaitu sendiri (25% per tahun). Peningkatan
73,8% dimiliki oleh Alfamart dan 26,2% jumlah gerai yang diwalabakan daripada
diwaralabakan, kemudian pada tahun yang dimiliki sendiri menunjukkan
2010 porsi gerai yang di waralabakan tingginya minat investor lokal untuk
meningkat menjadi 26,5%. Sejak tahun membeli jasa ritel Alfamart. Hal ini
juga menunjukkan peningkatan kinerja Rp 10.555 milyar pada tahun 2009
perdagangan jasa Alfamart di dalam menjadi Rp 34.897 milyar pada tahun
negeri. 2013. Pendapatan Alfamart rata-rata
Pendapatan perusahaan juga meningkat sebesar 27%. Pertumbuhan
menunjukkan peningkatan dalam 5 (lima) pendapatan Alfamart disajikan pada
tahun terakhir (2009-2013) dari sebesar Gambar 4 sebagai berikut.
40.000
34.897
35.000

30.000
dalam milyar rupiah

25.000 23.366

20.000 18.227
14.064
15.000
10.555
10.000

5.000

-
2009 2010 2011 2012 2013

Gambar 4. Perkembangan Usaha Alfamart Berdasarkan Pendapatan Usaha.


Sumber: BEI (2014a), diolah

Analisis Moda Entri (Mode of Entry) masih menutup jasa ritelnya di perjanjian
Penyedia Jasa Ritel Indonesia ke AFAS Paket 8. Dengan demikian,
Negara-negara ASEAN Studi Kasus Alfamart tidak dapat memanfaatkan
pada Alfamart akses pasar jasa Filipina melalui hasil
Informasi mengenai ekspor jasa perjanjian ini dengan pendekatan moda
Alfamart ke Filipina diperoleh dari entri yang berbasis ekuitas atau Alfamart
Tempo (2014). Informasi ini kemudian tidak dapat melakukan penanaman
dikonfirmasi dengan nara sumber yang modal di jasa ritel negara ini. Oleh
menangani bidang ini yaitu Direktur karena itu, pendekatan yang dapat
Teknologi Informasi melalui in-depth dilakukan untuk masuk ke pasar jasa ritel
interview. Berdasarkan hasil wawancara Filipina adalah pendekatan moda entri
mendalam, nara sumber membenarkan tanpa ekuitas. Komponen dasar dalam
bahwa perusahaan ini telah berhasil pendekatan moda entri yang tunjukkan
masuk ke pasar jasa ritel Filipina pada pada Gambar 1 dan dalam studi kasus ini
tahun 2014. Negara yang dipilih Alfamart dapat digambarkan menjadi Gambar 5.
ini merupakan salah satu negara yang

Penyedia Jasa Ritel :


Alfamart
Moda entri:
- 33% pangsa Pasar Negara: Filipina
Moda entri yang dipilih
nasional; Negara ini belum membuka
adalah pendekatan moda
- Peningkatan kinerja sektor jasa ritel pada
entri tanpa ekuitas yaitu
perdagangan jasa kerjasama AFAS 8
waralaba (franchise)
dalam negeri;
- Telah berhasil
mengekspor jasanya

Gambar 5. Komponen Dasar Moda Entri Alfamart ke Filipina.

36 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 9 NO. 1, JULI 2015 : 25-43


Analisis Moda Entri Penyedia Jasa...., Muhammad Fawaiq 37

Gambar 5 menunjukkan bahwa Subway, dan Pizza Hut) (Ball et al.,


tanpa pemanfaatan peluang akses pasar 2012). Bentuk lain dari franchise ini
dari hasil perundingan, penyedia jasa adalah hotel (intercontinental), jasa bisnis
ritel Indonesia dapat mengekspor jasa (Muzak, UPS Store), tempat kebugaran
ritel. Dalam kasus Alfamart, penyedia (Curves, Jazercise), pemeliharaan
jasa ini memilih moda entri yang tepat gedung (Services Master, Nationwide
untuk masuk ke pasar jasa ritel Filipina Exterminating), dan real estate (ReMax)
yaitu moda entri tanpa ekuitas dengan (Ball et al., 2012). Dari 94 penyedia
cara waralaba. Lebih lanjut nara sumber jasa ritel dari Ingris yang melakukan
menjelaskan bahwa pendekatan waralaba aktifitas internasional, 34 diantaranya
ini sangat tergantung pada mitra usaha menggunakan pendekatan waralaba
yang berminat membeli master franchise. sebagai moda entrinya (Alexander dan
Menurut Kotabe dan Helsen dalam Doherty dalam Ovcina, 2010).
Dakora dan Bytheway (2014), sistem Dalam kaitannya dengan pendekatan
master franchise mengijinkan pemegang waralaba, Rondan dan Garcia (2012)
waralaba dalam hal ini pengusaha lokal mengidentifikasi beberapa faktor yang
untuk menjual waralaba lokal (local dapat menjelaskan alasan dalam
franchise) pada wilayah tertentu, dan memilih pendekatan ini dibandingkan
sistem ini merupakan cara cerdas untuk dengan mengembangkan unit yang
memanfaatkan peluang pasar di luar dimiliki sendiri (investasi). Faktor-faktor
negeri. Menurut Ovcina (2010), industri tersebut yaitu nilai investasi awal, jumlah
restoran cepat saji dan industri ritel pekerja pada unit yang diwaralabakan,
merupakan industri yang menerapkan umur perusahaan, dan negara asal.
moda entri waralaba pada banyak kasus Dengan variabel terikat yaitu jumlah unit
untuk masuk ke pasar jasa negara lain. yang diwaralabakan diketahui hubungan
Lebih lanjut Ovcina menerangkan bahwa dari faktor-faktor tersebut yaitu nilai
pendekatan waralaba, jika dilihat dari investasi awal (negatif), jumlah pekerja
sudut pandang industri, memungkinkan (positif), umur perusahaan (negatif), dan
suatu usaha melakukan ekspansi ke negara asal penyedia jasa berpengaruh
suatu pasar secara cepat dengan resiko positif. Lebih lanjut Rondan dan Garcia
yang rendah. menjelaskan bahwa nilai investasi awal
Selain Alfamart, beberapa penyedia merupakan suatu yang dibayarkan oleh
jasa ritel Afrika Selatan yang telah pembeli waralabah dimana semakin
berhasil mengekspor jasanya keluar tinggi nilai investasi awal maka jumlah unit
negeri juga melakukan pendekatan yang diwaralabakan semakin sedikit. Hal
waralaba (Dakora dan Bytheway, 2014). ini berarti bahwa untuk dapat berkembang
Pendekatan waralaba untuk masuk ke diluar negeri serta dapat bersaing dengan
pasar luar negeri ini juga diterapkan penyedia jasa ritel lainnya, maka Alfamart
oleh sekitar 500 perusahaan Amerika harus dapat menetapkan investasi awal
Serikat dengan sekitar 50.000 gerai di yang lebih rendah.
seluruh dunia dalam bentuk restoran Mendapatkan mitra lokal merupakan
cepat saji (seperti McDonald’s, KFC, strategi usaha yang penting yang
dilakukan oleh Alfamart. Dijelaskan oleh dan restriksi jasa ritel di setiap negara-
nara sumber bahwa strategi bermitra negara ASEAN. Hal ini merupakan
dengan pembeli master franchise di dasar pertimbangan dalam pemilihan
Filipina merupakan strategi awal (tahap moda entri di tingkat penyedia jasa.
pengenalan) di Filipina. Ke depan dengan Restriksi pemerintah merupakan
semakin terbukanya pasar Filipina, salah satu faktor yang mempengaruhi
Alfamart akan melakukan pendekatan pemilihan pendekatan moda entri (Lu,
usaha patungan (joint venture). Strategi Karvopa dan Fiore, 2011). Lebih lanjut
ini juga dilakukan oleh Walmart ketika dijelaskan oleh Lu, Karvopa dan Fiore
masuk ke pasar negara lain (Ball et al., bahwa ketika masuk ke pasar suatu
2012). Dengan semakin meningkatnya negara dengan restriksi tinggi, penyedia
tingkat keterbukaan suatu negara, jasa ritel memilih pendekatan moda entri
Walmart juga semakin meningkatkan dengan kontrol rendah. Pendekatan
kepemilikan ekuitasnya seiring dengan moda entri dengan kontrol rendah ini
semakin terbukanya akses pasar jasa yang lebih baik adalah waralaba (Chen
suatu negara yang telah dimasukinya dan Mujtaba, 2007; Lu, Karvopa dan
(Ball et al., 2012). Untuk membangun Fiore, 2011).
sistem distribusi Alfamart di Filipina, Pendekatan waralaba (franchise)
penyedia jasa ini mengirimkan ahlinya yang dilakukan oleh Alfamart untuk
sebanyak 10–15 orang yang akan bekerja masuk ke pasar Filipina yang masih
serta melakukan alih pengetahuan menutup sektor jasanya merupakan
selama 2 tahun. Selain itu, dalam masa suatu alternatif baru bagi penyedia
pengenalan di Filipina, Alfamart Indonesia jasa Indonesia untuk memanfaatkan
dapat berperan sebagai agen distribusi pasar jasa ritel negara lain yang belum
untuk jaringannya di Filipina. meliberalisasi moda 3 jasa ritelnya.
Penelitian Rompho et al. (2014) Negara-negara tersebut yaitu Brunei
menjelaskan bahwa beberapa perusahaan Darussalam dan Laos. Untuk negara-
Thailand termasuk perusahaan jasa negara yang telah membuka jasa ritelnya
telah melakukan ekspansi ke negara dengan tingkat keterbukaan penuh
ASEAN lainnya dengan cara bermitra seperti Kamboja, semua pendekatan
dengan pengusaha lokal walaupun yang moda entri (tanpa ekuitas maupun
paling sukses dan berkembang melalui berbasis ekuitas) dapat dilakukan. Untuk
merger dan akuisisi. Lebih lanjut Rompho negara-negara yang membuka jasa ritel
menjelaskan bahwa bermitra dengan tetapi masih menetapkan pembatasan
perusahaan lokal perlu dilakukan untuk terutama pembatasan kepemilikan
masuk ke pasar tertentu disebabkan oleh modal asing, ekspor jasa ritel dapat
regulasi dari negara tersebut. menggunakan pendekatan joint venture.
Pendekatan joint venture ini dapat
Keterkaitan Antara Moda Entri dengan dilakukan di Malaysia dan Myanmar.
Peluang Akses Pasar di AFAS Malaysia memberikan batas maksimum
Hasil pemetaan AFAS Paket 8 dapat kepemilikan modal asing sebesar 51%
menggambarkan peluang akses pasar dan Myanmar dengan kepemilikan

38 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 9 NO. 1, JULI 2015 : 25-43


Analisis Moda Entri Penyedia Jasa...., Muhammad Fawaiq 39

modal asing minimal sebesar 35%. ASEAN berdasarkan hasil liberalisasi


Alternatif pendekatan moda entri perdagangan jasa ritel di AFAS Paket 8
jasa ritel Indonesia ke negara-negara ditunjukkan pada Gambar 6.

Penyedia PELUANG AKSES PASAR JASA


Jasa Ritel RITEL DI AFAS 8
Indonesia
Belum ada komitmen (tertutup):
1). Brunei Darussalam;
Tanpa Ekuitas Waralaba 2). Laos;
3). Filipina
Moda Usaha
Terbuka dengan pembatasan:
Entri patungan 1). Malaysia;
Ekuitas 2). Myanmar

Kepemilikan Terbuka tanpa pembatasan:


1).Vietnam;
modal penuh 2). Kamboja;
3). Singapura;
4). Thailand.

Gambar 6. Alternatif Pendekatan Moda Entri Penyedia Jasa Ritel Indonesia


ke Negara-negara ASEAN Berdasarkan Peluang Pasar di AFAS 8.

Bentuk dasar pendekatan moda India sangat restriktif pada modal asing
entri disajikan Gambar 1 kemudian terutama di jasa ritel sehingga Walmart
disesuaikan dengan hasil studi kasus harus melakukan joint venture dengan
pada Alfamart menjadi Gambar 5 mitra lokal dengan kepemilikan saham
kemudian disesuaikan dengan peluang dibawa 51% (minoritas) (Ball et al.,
pasar di AFAS Paket 8 pada Gambar 2 2012). Pendekatan joint venture dengan
dan diperoleh Gambar 6. Pendekatan bermitra dengan pengusaha lokal juga
moda entri lainnya seperti pendekatan dilakukan oleh Walmart di Tiongkok
dengan ekuitas (usaha patungan karena negara ini juga sangat restriktif
dan kepemilikan modal penuh) juga bagi ritel asing. Hal penting yang dapat
diterapkan oleh penyedia jasa ritel dipelajari dari ekspor jasa yang dilakukan
multinasional asal Amerika Serikat yaitu oleh Walmart adalah pentingnya peran
Walmart dalam mengekspor jasanya mitra bisnis di negara tujuan.
ke luar negeri seperti Kanada, Eropa, Moda entri penyedia jasa ke
RRT, India, Mexico, Brazil, Argentina luar negeri dapat berupa moda entri
(Ball et al., 2012). Walmart melakukan dengan ekuitas dan non ekuitas. Studi
pendekatan moda entri yang berbeda Isa et al. (2014) menunjukkan bahwa
untuk masuk ke negara tersebut seperti sebesar 71,9% perusahaan jasa
di Argentina menggunakan pendekatan konstruksi Malaysia mengadopsi kedua
kepemilikan saham penuh, di Meksiko, pendekatan moda entri yaitu ekuitas
Brazil dan India menggunakan (equity) dan tanpa ekuitas (non-equity)
pendekatan joint venture (Ball et al., hanya 28,1% perusahaan memilih
2012). Pada tahun 1990-an, pemerintah pendekatan ekuitas.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI menunjukkan kenaikan yang signifikan
KEBIJAKAN antara tahun 2009-2013 sebesar 41%
Peluang ekspor jasa ritel Indonesia yang menunjukkan minat dari investor
ke negara-negara ASEAN jika dilihat domestik. Ekspansi dalam negeri
dari tingkat komitmen serta jenis Alfamart juga menunjukkan peningkatan
barang yang diijinkan untuk dijual yang yang cukup penting dari 3.373 gerai
terbesar adalah di Vietnam kemudian pada tahun 2009 menjadi 8.557 pada
Kamboja, Singapura dan Thailand. tahun 2013.
Vietnam membuka sektor jasa tanpa Analisis moda entri menunjukkan
menentukan pembatasan pada akses bahwa Alfamart masuk ke Filipina
pasar maupun perlakuan nasional melalui pendekatan tanpa ekuitas yaitu
serta tidak membatasi jenis barang waralaba dengan cara menjual master
yang dijual oleh penyedia jasa asing. franchise. Pendekatan berbasis pada
Kamboja, Singapura dan Thailand juga ekuitas belum dapat dilakukan karena
memberikan komitmen penuh namun Filipina belum membuka sektor jasa
belum membuka semua jenis barang ritelnya. Hal penting yang diproleh dari
yang dapat dijual di ritelnya. Malaysia analisis moda entri ini adalah Alfamart
dan Myanmar telah membuka sektor justru mengekspor jasanya di negara
jasa ritelnya namun masih menetapkan yang masih menutup sektor jasa
pembatasan-pembatasan. Sedangkan ritelnya. Dengan demikian, penyedia
Indonesia, Brunei Darussalam dan jasa ritel Indonesia dapat mengekspor
Filipina belum membuka sektor jasa jasa ritelnya tanpa memanfaatkan
ritelnya. Komitmen yang diberikan hasil perundingan. Alternatif lain dalam
Indonesia di AFAS Paket 8 ini telah pemilihan pendekatan moda entri dalam
sesuai dengan peraturan domestik memanfaatkan hasil AFAS Paket 8
Indonesia yaitu DNI. (Gambar 6) adalah pendekatan moda
Satu-satunya penyedia jasa entri tapa ekuitas dapat diterapkan pada
ritel Indonesia yang telah berhasil negara-negara yang masih menutup
mengekspor jasanya adalah Alfamart. sektor jasa ritelnya, dan pendekatan
Hal ini merupakan bagian dari visi dan misi moda entri dengan ekuitas pada
penyedia jasa ini. Alfamart merupakan negara-negara yang telah membuka
penyedia jasa domestik Indonesia jasa ritelnya.
dengan perdapatan dan gerai yang terus Beberapa hal yang dapat dilakukan
tumbuh dalam 5 tahun (2009-2013). oleh pemerintah dalam mendukung
Alfamart juga merupakan penyedia ekspor jasa ritel ke luar negeri antara
jasa yang diminati oleh investor dalam lain melakukan negosiasi akses pasar,
negeri yang terlihat dari tingginya minat melakukan misi dagang dan mengikuti
investor dalam negeri untuk membeli pameran dagang di luar negeri serta
jasa ritel milik Alfamart yang terlihat sosialisasi peluang akses pasar.
dari semakin meningkatnya jumlah Negosiasi akses pasar jasa di ASEAN
gerai Alfamart yang diwaralabakan. dibawa kerangka AFAS Paket delapan
Jumlah gerai yang diwaralabakan juga telah memberikan peluang akses pasar

40 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 9 NO. 1, JULI 2015 : 25-43


Analisis Moda Entri Penyedia Jasa...., Muhammad Fawaiq 41

bagi penyedia jasa domestik Indonesia Kerjasama Perdagangan Internasional.


pada beberapa negara ASEAN seperti Untuk itu, ijinkanlah penulis memberikan
yang dipetakan pada Gambar 2, namun ucapan terimakasih kepada Bapak
masih ada beberapa negara yang belum Martua Sihombing sebagai Kepala Pusat
membuka akses pasarnya secara Kebijakan Kerjasama Perdagangan
penuh sehingga terbuka kesempatan Internasional, Ibu Dewi Kartikawati,
negosiasi lanjutan di paket-paket Bapak Bambang Sumarjono dan Bapak
AFAS selanjutnya sehingga pada saat Yudi Risman Hadianto.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) DAFTAR PUSTAKA
dimulai penyedia jasa ritel Indonesia ASEAN Secretariat. (2014). Annexes to
dapat masuk ke negara-negara ASEAN the Protocol to Implement the Eighth
tanpa terhambat oleh pembatasan- Package of Commitments under
pembatasan. Misi dagang menurut Ball, the ASEAN Framework Agreement
et. al. (2012) merupakan salah satu on Services. Diunduh 24 Juli 2014
dari http://www.asean.org/news/
dukungan pemerintah yang menyertakan
item/member-countries-horizontal-
pengusaha yang mengunjungi suatu commitments-schedules-of-specific-
negara dengan tujuan mencari commitments-and-the-list-of-most-
peluang bisnis. Diharapkan dalam favoured-nation-exemptions.
misi dagang Indonesia ke depan Alexander, N. and A.M. Doherty. (2009).
dapat mengikutsertakan pengusaha- International Retailing. New York:
pengusaha yang bergerak dibidang jasa Oxford University Press.
Ball, D., M. Geringer, M. Minor and J.
khususnya jasa ritel. Melihat pentingnya
McNeet. (2012). International Business:
peran mitra bisnis dalam mendukung The Challenge of Global Competition.
ekspor jasa Alfamart, peran pemerintah New York: The McGraw Hill Companies.
dibutuhkan dalam hal promosi jasa BEI. (2014a). Laporan Keuangan PT.
ritel untuk mendapatkan mitra bisnis Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. Diunduh
di luar negeri. Pemerintah juga dapat 25 Juli 2014 dari http://www.idx.co.id/
mendukung ekspor jasa ritel dengan id-id/beranda/perusahaantercatat/
laporankeuangandantahunan.aspx.
cara sosialisasi peluang akses pasar
BEI. (2014b). Management Presentation
hasil perundingan ke penyedia jasa. Hal PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. Diunduh
ini penting karena berdasarkan studi 6 Januari 2015 dari http://corporate.
Senik dan Sham (2011), pemerintah alfamartku.com:8000/data/Image/MP%20
berperan dalam mendukung kecerdasan Q1%202014 %20Upload%20Web.pdf.
internasionalisasi perusahaan selain Bisnis. (2014, Setember 02). Top 50 Asia
dari faktor jaringan usaha dan keinginan 2014: Alfamart Peringkat 48, China &
India Kuasai Asia. Diundu 20 September
dari perusahaan untuk berekspansi.
2014 dari http://market.bisnis.com/
read/20140902/192/254328/top-50-
UCAPAN TERIMA KASIH asia-2014-alfamart-peringkat-48-china-
Terwujudnya Buletin ini tidak india-kuasai-asia.
terlepas dari dukungan teman-teman Chen, L.Y. and Mujtaba, B. (2007), “The
serta kesempatan yang diberikan choice of entry mode strategies and
oleh para atasan di Pusat Kebijakan decisions for international market
expansion”, Journal of American Peraturan Presiden Republik Indonesia
Academy of Business, Vol. 10, (2) 38- Nomor 59 Tahun 2014 Tentang
322. Pengesahan Protocol to Implement The
Dakora, E.A.N. and A.J. Bytheway. (2014). Eighth Package of Commitments Under
Entry Mode in the Internationalization of The ASEAN Framework Agreement on
South African Retailing. Mediterranean Services (Protokol Untuk Melaksanakan
Journal of Social Sciences, Vol. 5, (44), Komitmen Paket Kedelapan dalam
205-194. Persetujuan Kerangka Kerja Asean di
Fawaiq, M. dan R. Resnia. (2012). Peluang Bidang Jasa). 2014. Jakarta.
dan Tantangan Sektor Jasa Konstruksi Rompho, N., T. Robert., S. Boon-it., K.
Indonesia dalam AFAS. Journal of World Siripullop. (2014). Strategy Execution
Trade Studies, Vol. III, (1), 93-109. by Thai Large Companies for ASEAN
Isa, C.M.M., H.M. Saman, S.R.M. Nasir, Economic Community. International
dan C.N. Preece. (2014). International Journal of Business and Management,
Market Entry Mode Choices By Vol. 9, (5), 138-144.
Malaysian Construction Firms Using Rondan, F.J., A.N. Garcia. (2012). Reasons
Multinomial Regression Model. for the expansion in franchising: is it all
ESTEEM Academic Journal, Vol. 10, said?. The Service Industries Journal.
(1), 1-21. Vol. 32, (6), 861–882.
Ishido, H. (2012). “Liberalization of Trade Senik, Z.C. and R.M Sham. (2011). SME
in Services under ASEAN+n FTA: A Internationalization Intelligence
Mapping Exercise”. Journal of East Information and Knowledge on
Asian Economic Integration, Vol. 16, International Opportunities. Gadjah
(2), 155-204. Mada International Journal of Business,
Lu, Y., E.E. Karvopa dan A.M. Fiore. (2011) Vol. 13, (2), 161-183.
Factors Influencing International Tempo. (2014, Mei 20). Alfamart Bakal
Fashion Retailers’ Entry Mode Choice. Berekspansi ke Filipina. Diunduh 20
Journal of Fashion Marketing and Agustus 2014 dari http://www.tempo.
Management. Vol. 15, (1), 58-75. co/read/news/2014/05/20/090578955/
Ovcina, D. (2010). The Dynamics of Alfamart-Bakal-Ekspansi-ke-Filipina.
Market Entry and Expansion Strategy Tobing, L. (2013). Masalah Legalitas
in Emerging Markets: The Case of Usaha 7-Eleven di Indonesia. Diunduh
Wal-Mart in Latin America. Sheffield 16 September 2014 dari http://
Business School at Sheffield Hallam www.hukumonline.com/klinik/detail/
University Program. Sheffield. lt51593c256be7e/masalah-legalitas-
Peraturan Presiden Republik Indonesia usaha-7-eleven-di-indonesia.
Nomor 36 Tahun 2010 Tentang Daftar Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014
Bidang Usaha Tertutup dan Bidang Tentang Perdagangan. 2014. Jakarta.
Usaha Terbuka dengan Persyaratan World Trade Organization (WTO). (1991).
di Bidang Penanaman Modal. 2010. Services Sectoral Classification List
Jakarta. (MTN.GNS/W/120) (Geneva: WTO
Peraturan Presiden Republik Indonesia Secretariat), 1-7.
Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Daftar World Trade Organization (WTO). (2001).
Bidang Usaha Tertutup dan Bidang Guidelines For The Scheduling Of
Usaha Terbuka dengan Persyaratan Specific Commitments Under The
di Bidang Penanaman Modal. 2014. General Agreement On Trade In
Jakarta. Services (Document S/L/92). (Geneva:

42 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 9 NO. 1, JULI 2015 : 25-43


Analisis Moda Entri Penyedia Jasa...., Muhammad Fawaiq 43

WTO Secretariat), 3-13. World Trade Organization (WTO). (2014b).


World Trade Organization (WTO). (2014a). The Integrated Trade Intelligence Portal
Services negotiations. Diunduh 24 Juli (I-TIP). Diunduh 24 Juli 2014 dari
2014 dari http://www.wto.org/english/ http://itip.wto.org/services/%28S%28m
tratop_e/serv_e/s_negs_e.htm qgvau023vcez3soiwdsdwhz%29%29/
ChartResults.aspx.
44 Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, VOL. 9 NO. 1, JULI 2015 : 25-43

Anda mungkin juga menyukai