BAB II
TINJAUAN LAHAN RUMAH SAKIT
A. Profil dan Gambaran Umum Rumah Sakit dan Ruang IRNA III B
RSUD KOTA Mataram
a) Profil Rumah Sakit
a. Wawancara
Bedasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh
Gina Anggraini pada tanggal 29 Juli 2019 bahwa RSUD
Kota Mataram mulai beropersional dan memberikan
pelayanan pada masyarakat sejak maret 2010, rumah
sakit ini merupakan rumah sakit milik pemerintah
Kota Mataram yang terletak di Kecamatan Mataram,
Rumah sakit ini sudah terakreditasi B, dan memiliki
fasilitas yang sudah cukup lengkap.
b. Observasi
Berdasarkan hasil observasi profil rumah sakit
didapatkan bahwa RSUD Kota Mataram merupakan salah
satu rumah sakit milik pemerintah Kota Mataram yang
terletak di Kecamatan Mataram. Berdiri dilahan
seluas 20.473 m dengan luas bangunan 7.063m2. RSUD
2
4) Tujuan
a) Menjadi rumah sakit rujukan utama wilayah NTB
yang berstandar internasional
b) Menciptakan kepuasan bagi semua pasien dan
karyawan kota mataram
c) Menjadi pusat pendidikan yang menciptakan
tenaga-tenaga kesehatan yang berkualitas dan
berdaya saing
d) Menjadi pusat penelitian unuk penemuan-
penemuan baru bidang kesehatan yang berguna
bagi seluruh masyarakat
e) Meningkatkan sumber daya manusia yang
berkualitas, beretika dan professional.
c. Teori
Berdasarkan pendapat PERSADA rumah sakit,
Visi adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi
masa depan yang ingin dicapai Rumah Sakit melalui
penyelenggaraan tugas dan fungsi dalam kurun waktu
5 (lima) tahun yang akan datang. Visi menjelaskan
arah atau suatu kondisi ideal dimasa depan yang
ingin dicapai (clarity of direction) berdasarkan
kondisi dan situasi yang terjadi saat ini yang
menciptakan kesenjangan (GAP) antara kondisi saat
ini dan masa depan yang ingin dicapai. Visi dan
Misi Rumah Sakit menunjukkan apa yang menjadi cita-
cita layanan terbaik Rumah Sakit dalam upaya
mewujudkan visi dan misi kepala daerah maupun dalam
upaya mencapai kinerja pembangunan daerah pada
aspek kesejahteraan, layanan dan peningkatan daya
saing daerah dengan mempertimbangkan permasalahan
dan isu strategis yang relevan.
8
b. Observasi
8) Poliklinik Saraf
9) Poliklinik Kulit & Kelamin
10) Poliklinik Mata
11) Poliklinik THT
12) Poliklinik Gigi Umum dan Spesialis
(orthodentis, periodontia, Penyakit Mulut&
Bedah Mulut)
13) Poliklinik Rehabilitasi Medik & Fisioterapi
14) Poliklinik Gizi
15) Poliklinik Jantung
16) Poliklinik Paru
17) Poli khusus
g) PELAYANAN POLI SPESIALIS SORE
1) Poliklinik Penyakit Dalam
2) Poliklinik Anak
3) Poliklinik Saraf
4) Poliklinik Bedah Anak
5) Poliklinik Jantung
6) Poliklinik THT
7) Poliklinik Kandungan ( Obgyn )
h) PELAYANAN PENUNJANG
1) Instalasi Farmasi
2) Instalasi Laboratorium
3) Instalasi Radiologi
4) Instalasi Gizi
5) Instalasi Kesehatan Lingkungan
6) Instalasi Perawatan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
7) Rekam Medis
8) Instalasi CSSD
9) Kamar Jenazah
i) Hemodialisa
j) Mataram Emergency Medical Service: Pelayanan
Penanganan dan Penjemputan Pasien Gawat Darurat
GRATIS Hotline Call (0370) 620009 / 081907455552
16
k) STROKE CENTER
l) BDRS (Bank Darah Rumah Sakit)
m) Terapi Hiperbarick Chamber
n) Cathlab
o) Laboratorium Inseminasi
p) Pendaftaran E Reservasi online RSUD Kota Mataram
q) Pengantar Obat RSUD KOTA MATARAM (artis cantik)
c. Teori
Persyaratan teknis ruang dalam bangunan rumah sakit
Ruang rawat jalan berdasrakan UU No. 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
a) Letak ruang rawat jalan harus mudah diakses dari
pintu masuk utama rumah sakit dan memiliki akses
yang mudah ke ruang rekam medis, ruang farmasi,
ruang radiologi, dan ruang laboratorium.
b) Ruang rawat jalan harus memiliki ruang tunggu
dengan kapasitas yang memadai dan sesuai kajian
kebutuhan pelayanan.
c) Desain ruangan pemeriksaan pada ruang rawat jalan
harus dapat menjamin privasi pasien.
d) Dalam hal terdapat ruangan pemeriksaan untuk pasien
menular pada ruang rawat jalan, letak dan desain
ruangan pemeriksaan untuk pasien menular harus
dapat mengontrol penyebaran infeksi.
Standar ruangan yang ada di rumah sakit :
1) Rawat Jalan
2) Ruang Rawat Inap
3) Ruang Gawat Darurat
4) Ruang Operasi
5) Ruang Perawatan Intensif
6) Ruang Kebidanan dan Penyakit Kandungan
7) Ruang Rehabilitasi Medik
8) Ruang Radiologi
9) Persyaratan Ruang Radioterapi
17
B. Pengumpulan Data
1. Data Umum Ruangan
- UNSUR INPUT / MASUKAN
a. Ketenagaan dan Pasien (M1-Man)
1) Distribusi Tenaga perawat dan non perawat
Perawat
a) Kajian data
- Wawancara :
Berdasartkan hasil wawancara oleh Erin
pebriansyah kepada perawat IRNA IIIB
dapatkan bahwa jumlah tenaga keperawatan S2
Sebanyak 1 orang, S1 Keperawatan +Ners
sebanyak 9 orang dan D3 Keperawatan
sebanyak 12 orang.
- Observasi :
Berdasarkan hasil observasi yang
disesuaikan dengan hasil wawancara perawat
IRNA IIIB didapatkan data sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Distribusi tenaga keperawatan
berdasarkan tingkat pendidikan diruang IRNA
III B RSUD Kota Mataram
No Kualifikasi Jumlah Persentase
%
1 S2 Keperawatan 1 4 %
2 S1 Keperawatan+Ners 9 41 %
3 D3 Keperawatan 12 55 %
Jumlah 22 100%
Non Perawat
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
ruangan, ruang IRNA IIIB memiliki dokter
umum sebanyak 7 orang, dokter spesialis
sebanyak 7 orang, tenaga administrasi
sebanyak 2 orang, cleaning service sebanyak
4 orang, Apoteker sebanyak 1 orang, Asisten
Apoteker sebanyak 1 orang, dan Ahli Gizi
sebanyak 1 orang. Di ruang IRNA III B tidak
ada dokter umum dan dokter spesialis yang
tetap berada diruang, dokter umum dan
dokter spesialis datang keruangan ketika
ada pasien yang ditangani.
- Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang
disesuaikan dengan data hasil wawancara
didapatkan bahwa jumlah tenaga non perawat
dapat dilihat di tabel dibawah :
Tabel 2.2 Distribusi tenaga non keperawatan
berdasarkan tingkat pendidikan diruang IRNA
III B RSUD Kota Mataram
4 Apoteker 1 orang 4%
5 Asisten Apoteker 1 orang 4%
6 Ahli Gizi 1 orang 4%
7 Cleaning service 4 orang 16%
Jumlah 25 orang 100%
22
c) Kajian Pustaka
Keberhasilan rumah sakit dalam
memberikan pelayanan kesehatan salah satu
indikator ditentukan oleh pemberian asuhan
keperawatan yang berkualitas. Asuhan
keperawatan yang berkualitas memerlukan sumber
daya yang sesuai kualitas dan profesional
perawat dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya. Praktik profesional yang merupakan
yang harus tetap dipelihara dan ditingkatkan
dalam rangka mempertahankan akuntabilitas dan
standar kinerja yang tinggi.
23
2) Kebutuhan ketenagaan
a)Kajian Data
Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara di perawat IRNA
III B tanggal 29 Juli 2019 dengan kepala
ruangan, untuk perhitungan jumlah tenaga
perawat yang dibutuhkan dihitung berdasarkan
tingkat ketergantungan pasien.
Observasi
Berdasarkan hasil observasi didapatkan
hasil perhitungan kebutuhan jumlah perawat
sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien
pada tanggal 29 Juli 2019 dengan tingkat
ketergantungan pasien yaitu minimal, parsial
dan total.
Tabel 2.3. Tingkat ketergantungan pasien dan
kebutuhan tenaga perawat tanngal 29 Juli 2019
di Ruang IRNA III B RSUD Kota Mataram.
Tingkat
Jumlah Kebutuhan Tenaga
ketergantungan
Tingkat
ketergan Jumlah Pagi Sore Malam
tungan
Minimal 17×0,17= 17×0,14 17×0,07
17
2,89 = 2,38 =1,19
Parsial 5×0,15= 5×0,10=
5 5×0,27= 1,35
0,75 0,5
Total 5×0,3= 5×0,20=
5 5×0,36= 1,8
1,5 1
Jumlah 27 6,04= 6 4,63= 5 2,69 = 3
Total tenaga keperawatan:
Pagi : 6 orang
Siang : 5 orang
Malam : 3 orang +
14 orang perawat
Jumlah tenaga lepas per hari
86×14 = 4,3 orang = 4 orang
279
24
Keterangan :
A : Jam efektif/24 jam
B : (BOR x jumlah TT) jumlah pasien
rata-rata/hari
C : Jumlah hari libur
(2) Menurut Douglas (1984)
Penghitungan jumlah tenaga
keperawatan menurut Douglas dihitung
berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien untuk setiap shiftnya seperti
tabel 2.3 berikut:
b) Observasi
Dari hasil observasi jadwal dinas di Ruang
IRNA III B RSUD Kota Mataram pada tanggal 29
Juli 2019 jumlah tenaga dalam satu hari, yaitu
:
- Pagi : 8 orang yang terdiri dari 1 Kepala
ruangan, 1 Ketua tim, 1 Kasif dan 5 Perawat
Pelaksana
- Siang : 4 orang yang terdiri dari 1 KASIF
dan 3 Perawat Pelaksana
- Malam : 4 orang yang terdiri dari 1 KASIF
dan 3 Bidan pelaksana
- Libur : 4 orang yang terdiri dari KASIF dan
3 Perawat Pelaksana
- Cuti : 1 orang
c) Tinjauan Teori
Berdasarkan Paragraf 4 UU No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan ‘UUK’ khususnya Pasal
77 Ayat (1) UUK mewajibkan setiap pengusaha
untuk melaksanakan ketentuan waktu kerja.
Ketentuan waktu kerja ini telah diatur oleh
Pemerintah, yaitu :
Waktu kerja 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam
dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1
minggu.
28
d) Masalah
Tidak ada masalah dalam pembagian jadwal shift
karena KASIF dan perawat pelaksana yang
bertugas atau shift malam akan libur atau
lepas dinas.
4) Pasien
a) Kajian Data
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan Perawat
tanggal 29 Juli 2019, ruang IRNA III B
merupakan ruang rawat inap kelas III yang
memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien
rawat gabung
- Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
Pada tanggal 29 Juli 2019 pada buku
register pasien bahwa Ruang IRNA III B
merupakan ruang rawat gabung. Jumlah pasien
yang dirawat selama periode Mei- Juli 2019
yaitu:
29
c) Kajian Pustaka
Menurut WHO pasien adalah seseorang yang
sedang ke instansi kesehatan yang membutuhkan
pelayanan medis atau keperawatan yang
terganggu kondisi kesehatannya baik jasmani
maupun rohani.
5) Penyakit
a) Kajian data
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan pearawat
IRNA IIIB didapatkan bahwa penyakit
terbanyak di ruang irna III B adalah TBC
- Observasi :
Berdsarkan hasil observasi yang dilakukan,
didaptkan data sebagai berikut:
Jumlah penyakit terbanyak selama periode
Mei-Juli 2019 dapat dilihat pada tabel
berikut.
30
c) Kajian Teori
Penyakit adalah perihal hadirnya
sekumpulan respon tubuh yang tidak normal
terhadapt agen, dimana manusia memiliki
toleransi yang sangat terbatas atau bahkan
tidak memiliki toleransi sama sekali
(Elizabeth J. Crown, 2011).
31
d) Masalah
Belum adanya leflet untuk 10 penyakit
terbanyak di ruangan.
6) Pelatihan Tenaga Keperawatan
a) Kajian Data
- Wawancara
Berdasartkan hasil wawancara pada tanggal
29 Juli 2019 kepada perawat Ruangan IRNA
III B di dapatkan bahwa, perawat yang
mengikuti pelatihan Service Excellent
sebnyak 22 orang, pelatihan EKG sebanyak 11
orang, pelatihan BHD 22 orang, Emergency
cardio 2 orang, PMKP 3 orang.
- Observasi :
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
oleh Dian Meiriani pada tanggal 30 April
2018 didapatkan data catatan riwayat
pelatihan tenaga keperawatan, yang dapat
dilihat di tabel dibawah.
Tabel 2.7 Distribusi Pelatihan yang Dilakukan
Oleh Tenaga Keperawatan di Ruang IRNA III B
RSUD Kota Mataram
No Jenis Pelatihan Sudah mengikuti
1 SERVICE EXELENT 22 Orang
2 EKG 11 Orang
3 BHD 22 Orang
4 EMERGENCY CARDIO 2 Orang
5 PMKP 3 Orang
c) Kajian Teori
Sistem Rujukan Kesehatan merupakan
suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang
melaksanaakan pelimpahan wewenang atau
tanggung jawab timbal balik, terhadap suatu
kasus penyakit atau masalah kesehatan secara
vertikal dalam arti dari unit terkecil atau
berkemampuan kurang kepada unit yang lebih
mampu atau secara horizontal dalam arti antar
unit-unit yang setingkat kemampuannya
(Trihono, 2005).
8) Mahasiswa praktik
a) Kajian data
Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat
IRNA III B bahwa jumlah mahasiswa praktik
periode bulan Mei-Juli 2019 sebanyak 3
institusi di antaranya mahasiswa stikes yarsi
berjumlah 12 orang, mahasiswa kebidanan
Observasi
b) Analisa data
35
c) Kajian pustaka
Pendidikan dan praktik keperawatan profesional
merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan
dalam mengembangkan calon perawat secara
komprehensif dalam hal pengetahuan (Sardtjito,
2011).Mahasiswa keperawaran berhak mendapatkan
bimbingan yang optimal dari pembimbing, baik
pembimbing klinik maupun pembimbing akademik
(Pusdiknakes). Ikatan rumah sakit pendidikan
Indonesia (IRSPI) yang dikutip oleh Aditama
2011 menyatakan bahwa untuk menjadi rumah
sakit pendidikan perlu memiliki sumber daya
yang profesional seperti di bawah ini:
Organisasi
Sarana fasilitas medik maupun penunjang
Jumlah dan pariasi teaching material
Budaya profesional dan atmosfir akademik
Transformasi prilaku pada peserta didik
Perpustakaan
b. Material(M2)
36
1. Bangunan
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat
IRNA IIIB pada tanggal 29 Juli 2019 Ruangan
IRNA III B merupakan salah satu ruangan rawat
inap di RSUD Kota Mataram yang melayani
perawatan pasien rawat gabung. Ruang IRNA III
B terletak di lantai 2.
b) Observasi
Berdasarkan hasil observasi tanggal 29-30 Juli
2019 ruang IRNA III B memiliki 8 ruangan
dengan kapasitas 35 bed, terdiri dari: ruang
B1 yaitu ruang saraf ada 5 bed pasien, B2
yaitu ruang saraf ada 3 bed pasien, ruang B3-
B4 yaitu ruang jantung masing-masing ruangan
terdapat 5 bad, B5-B6 yaitu ruang paru ada
masing-masing ruangan terdapat 5 bed pasien
dan ruang isolasi sebelah kiri ada 3 bed
pasien sebelah kanan ada 4 bed pasien. Jarak
bad antar paisen di ruang IRNA III B yaitu ±
80 cm Ruang IRNA III B RSUD Kota Mataram di
pimpin oleh kepala ruangan, wakil kepala
ruangan, perawat primer (Katim), penanggung
jawab shift dan perawat pelaksana. Di ruang
IRNA III B terdapat 1 kepala ruangan, 1 wakil
kepala ruangan, 2 KATIM, dan 18 perawat
associate.
37
c) Kajian Teori
Standar ruang rawat inap berdasarkan permenkes
nomor 24 tahun 2016.
38
Tabel 2.15 Distribusi Alat Non Medis Ruang IRNA III ARSUD
Kota Mataram
No
c) Masalah Nama Alat Jumlah Kondisi Ideal Usulan
1 Tempat Tidur 32 buah Baik 1 : 1 -
2 Meja pasien 32 buah Baik 1 : 1 -
3 Kipas angin 9 buah Baik 4/ -
ruangan
4 Kursi roda 1 buah Baik 3/ Ditambah 2
ruangan
5 Branchart 32 buah Baik 1/ -
ruangan
6 Jam dinding 2 buah Baik 2/ -
ruangan
7 Timbangan 2 buah Baik 1/ -
ruangan
8 Kamar mandi 9 buah Baik 1 : 5 -
10 Wastafel 9 buah Baik 2/ -
ruangan
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
ruangan yang dilakukan oleh Dwi Anggun Pratiwi
pada tanggal 01 Mei 2018, kepala ruangan
mengatakan obat-obatan dan bahan habis pakai 10
penyakit terbanyak selalu disediakan di ruangan.
b) Observasi
Berdasarkan hasil observasi dilakukan oleh Dwi
Anggun Pratiwi pada tanggal 01 Mei 2018
didapatkan bahwa ruangan selalu menyediakan
obat-obatan 10 penyakit terbanyak diruangan dan
ruangan selalu menyediakan bahan-bahan habis
pakai, seperti hand scon, hand rab, kasa, kapas,
alkohol, betadin dan lain-lain.
4. Administrasi penunjang
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
ruangan yang dilakukan oleh Dwi Anggun Pratiwi
pada tanggal 01 Mei 2018, ruang IRNA 3 A sudah
memiliki administrasi penunjang seperti buku
injeksi, buku observasi, lembar dokumentasi,
buku operan, TTV, buku timbang terima, buku
Visit dokter.
b) Observasi
Berdasarkan hasi observasi yang dilakukan oleh
Dwi Anggun Pratiwi pada tanggal 01 Mei 2018,
ruang IRNA III A memiliki administrasi
penunjang seperti :
- Buku injeksi
- Buku observasi
- Lembar dokumentasi
- Buku TTV
- Buku timbang terima
44
- SOP
- SAK
- Buku visite
c) Kajian Teori
Pelaksanaan proses manajemen pelayanan
keperawatan sangat memerlukan adanya
pengelolaan fasilitas dan peralatan sebagai
faktor pendukung dan penunjang terlaksananya
pelayanan keperawatan yang efektif. Standar
fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun
keperawatan telah ditetapkan oleh masing-masing
institusi dengan memperhatikan jenis alat,
bahan / warna, ukuran, jenis kegiatan, jumlah
yang dibutuhkan, juga didasarkan atas
pertimbangan bahan yang dipakai, disimpan
maupun dicuci. Penyediaan alat-alat menggunakan
pedoman buku standar Fasilitas dan Peralatan
Keperawatan Ruang IRNA III A RSUD Kota
Mataram. Standar tersebut meliputi alat medis
dan non medis.
c. Metode(M3-Methode)
1) Aplikasi MPKP
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara di ruang
IRNA III B RSUD Kota Mataram yang dilakukan
pada tanggal 29 juli 2019, metode
keperawatan yang digunakan adalah metode
MPKP modular yaitu perpaduan antara Tim dan
primer, metode ini sudah diterapkan dengan
baik. Di ruang IRNA III B RSUD Kota Mataram
menerapkan 1 orang yang menjadi kepala
ruangan, 1 wakil karu,2 PP (PP1 dan PP2), 4
orang penanggung jawab shif dan di masing-
45
PP I PP II
PA PA
PA PA
PA PA
PA PA
PA PA
PA PA
PA
PA
PA
PA
PA
PA
c) Kajian teori
46
3. Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang
terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuahan keperawatan
terhadap sekelompok klien. Ketua tim
bertanggung jawab membuat perencanaan dan
evaluasi asuahan keperawatan untuk semua
klien yang ada di bawah tanggung jawab
timnya. Anggota tim melaksanakan asuhan
keperawatan kepada klien sesuai perencanaan
yang telah dibuat oleh ketua tim. Tujun
perawatan ini adalah memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik dengan
menggunakan sejumlah staff yang tersedia.
Keuntungan dari metode ini adalah:
49
2) TIMBANG TERIMA
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
pada tanggal 29 Juli 2019, didapatkan bahwa
perawat di ruang IRNA III B sudah
melaksanakan timbang terima sesuai dengan
alur timbang terima seperti melaporkan jumlah
pasien, keadaan pasien, keluhan pasien,
tindakan yang sudah dan belum, menyampaikan
masalah sudah teratasi apa belum teratasi.
b) Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
timbang terima diruang IRNA III B RSUD Kota
Mataram sudah dilakukakan setiap pergantian
shift (3 kali) dan setiap ada pasien baru,
52
c) Kajian teori
Timbang terima sering disebut dengan operan
atau over hand. Operan adalah suatu cara
dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan
klien. Harus dilakukan seefektif mungkin
dengan secara singkat, jelas dan lengkap
tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan
perkembangan saat itu Informasi yang
disampaikan harus akurat, sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna.
Tujuan Umum: Mengkomunikasikan keadaan pasien
dan menyampaikan informasi yang penting.
Tujuan Khusus:
53
tindakan
Tindakan
Masalah
1. Teratasi
2. Belum teratasi
3. Teratasi sebagian
4. Muncul masalah baru
(Nursalam, 2012)
a) Efek fisiologis
Kualitas tidur termasuk tidur siang
tidak seefektif tidur malam, banyak
gangguan dan biasanya diperlukan waktu
istirahat umtuk menebus kurang tidur selama
kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik
kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk
dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan
gangguan pencernaan.
b) Efek psikologis
Efek ini berpengaruh adanya gangguan
kehidupan keluarga, efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan
untuk berinteraksi dengan teman, dan
mengganggu aktivitas kelompok dalam
57
b) Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama 3 hari di ruang IRNA III B belum
pernah dilakukan ronde keperawatan.
c) Kajian Teori
Ronde keperawatan merupakan metode
untuk menggali dan membahas secara mendalam
masalah keperawatan yang terjadi pada pasien
dengan melibatkan tim keperawatan, kepala
ruangan, dokter, ahli gizi dan melibatkan
pasien secara langsung sebagai fokus
kegiatan.
d) Masalah
Ronde keperawatan belum pernah dilakukan.
59
b) Kajian teori
Sentralisasi obat adalah pengelolahan
obat dimana seluruh obat yang akan diberikan
kepada pasien diserahkan pengelolahan
sepenuhnya oleh perawat (Nursalam, 2002).
Tujuan penggelolaan obat adalah menggunakan
obat secara bijaksana dan menghindari
pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan
keperawatan pasien dapat terpenuhi. Hal-hal
berikut ini adalah beberapa alasan yang
paling sering mengapa obat perlu
disentralisasikan:
1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu
pasien
60
Dokter
Kordinasi dengan
perawat
Farmasi/apotik
Pasien/keluarga
- Surat perstujuan
setralisasi obat
dari perawat
PP/Perawat yang menerima - Lembar serah terima
obat
- Buku serah
terima/masuk obat
Pengaturan & pengelolaan
obat oleh perawat
62
Pasien/keluarga
Pembagian Obat Perawat
5) SUPERVISI
a) Kajian Data
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan pada tanggal 29 Juli 2019,
supervisi keperawatan sudah dilakukan
sesuai dengan standart keperawatan, Namun
supervisi yang dilakukan di Ruang IRNA III
B hanya bersifat tidak langsung sesuai
dengan keadaan ruangan dan tidak ada
penjadwalan yang rutin tentang kegiatan
supervisi karna apabila terjadwal perawat
bisa menyiapkan dirinya, supervisi yang
dilakukan biasanya dilakukan dengan
sistem razia dan kapanpun bisa dilakukan
baik itu pagi, siang maupun tengah malam,
selain itu tidak ada pendokumentasian
kegiatan yang sudah di supervisi, rumah
sakit juga memiliki seksi keperawatan yang
setiap hari melakukan supervisi ke setiap
ruangan akan tetapi supervise yang
dilakuan belum terdokumentasi.
- Observasi
66
c. M5 (Marketing)
a) Kajian Data
- Wawancara
leaflet.
- Observasi
b) Kajian Teori
masyarakat.
(cotlete,1997).
anggota dewan.
c) Masalah
Mutu
Patient Safety
1) Medication error/Kesalahan pengobatan
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
ruangan dan data yang diperoleh dari bulan
Januari - Maret 2018 diruang IRNA III A
didapatkan bahwa tidak pernah terjadi
kesalahan dalam pemberian obat, pemberian
obat dilakukan secara benar sesuai indikasi
dokter.
- Observasi
Berdasarkan hasil observasi data anggka
kejadian kesalahan pengobatan dari bulan
januari-maret 2018 tidak didapatkan data
terjadinya kesalahan pengobatan (0%).
2) Angka kejadian jatuh
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
ruangan dan data yang diperoleh dari bulan
Januari - Maret 2018 diruang IRNA III A
didapatkan bahwa 100% pasien tidak pernah
mengalami jatuh selama dilakukan perawatan di
ruang IRNA III A, Meskipun banyak pasien yang
meimiliki resiko jatuh akan tetapi selalu
76
5) Kepuasan Pasien
Berdasarkan hasil wawacara dengan kepala
ruangan IRNA III A didapatkan bahwa kuesioner
kepuasan pasien tetap diukur setiap bulanya.
6) Kepuasan perawat
Berdasarkan hasil wawacara dengan kepala
ruangan IRNA III A didapatkan bahwa kuesioner
kepuasan parawat tetap diukur setiap bulanya.
- Tahap 1: Persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini
menuntut perawat untuk mengevaluasi yang
diindentifikasi pada tahap perencanaan.
- Tahap 2: Intervensi
Fokus tahap pelaksanaan tindakan
perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan
tindakan dari perencanaan untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan
tindakan keperawatan meliputi tindakan:
Independen, dependen, dan interdependen.
- Tahap 3: Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus
diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan
akurat terhadap suatu kejadian dalam proses
keperawatan.
Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat kriteria
keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat
dengan jalan membandingkan antara proses
dengan pedoman/rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari
dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.
Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:
- Proses asuhan keperawatan, berdasarkan
criteria/ rencana yang telah disusun.
- Hasil tindakan keperawatan,berdasarkan
criteria keberhasilan yang telah di
rumuskan dalam rencana evaluasi.
Hasil Evaluasi
83
a) Kajian data
a) Visi, misi organisasi.
1)Wawancara
2)Observasi
3)Masalah
b) Filosofi keperawatan
1)Wawancara
2)Observasi
3)Masalah
c)Peraturan organisasi
85
1)Wawancara
2)Observasi
3)Masalah
1)Wawancara
2)Observasi
log book.
b. Kajian teori
Planning (perencanaan) sebuah proses
yang dimulai dengan merumuskan tujuan
organisasi, sampai dengan menyusun dan
menetapkan rangkaian kegiatan untuk
86
a)Wawancara
(Modul).
b)Observasi
c)Masalah
a)Wawancara
jumlah ruangan.
b)Observasi
c)Masalah
3)Uraian tugas
88
a)Wawancara
pelaksana.
b)Observasi
tugas.
4)Metode penugasan
a)Wawancara
orang.
b)Observasi
a)Wawancara
b)Observasi
tidak terisi.
c)Masalah
keperawatan.
a)Wawancara
orang.
b)Observasi
3. Pengarahan (Actuating)
1)Motivasi kepada perawat
a)Wawancara
b)Observasi
2)Komunikasi
a)Wawancara
91
b)Observasi
c)Masalah
timbang terima/operan.
3)Pendelegasian.
a)Wawancara
b)Observasi
c)Masalah
SPO.
4)Timbang terima
a)Wawancara
belum.
b)Observasi
masih kurang.
c)Masalah
4. Pengawasan (Controling)
1)Indikator mutu.
a)Wawancara
digunakan.
b)Observasi
TOTAL SKOR
85,7 %
a)Wawancara
sakit.
b)Observasi
cukup.
c)Masalah
lengkap.
D. UNSUR OUTPUT
a. Efisiensi Ruang Rawat
1) BOR
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
oleh Fahrurrozi pada tanggal 01 Mei 2018
dengan Kepala Ruangan IRNA III A, BOR sudah
dihitung setiap bulanya.
97
b) Observasi
Berdasarkan data yang didapat dirunagan BOR
selama 3 bulan terahir, didapatkan hasil yaitu
bulan Januari : 87,16 %, Februari : 91,52% dan
Maret : 93, 54 %. Hal ini menunjukkan hasil
sudah mencapai standar (60%-85%) yang berarti
beban kerja perawat tidak terlalu berat
sehingga berimplikasi pada kinerja perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan yang lebih
maksimal.
c) Kajian Teori
BOR (Bed Occupancy Rate) menunjukkan tinggi
rendahnya pemanfaatan tempat tidur yang
tersedia di rumah sakit dalam jangka waktu
tertentu, bila nilai ini mendekati 100 %
berarti ideal. Standar nasional dalam satu
tahun adalah : 75,85%.
2) LOS
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
oleh Fahrurrozi pada tanggal 01 Mei 2018
dengan Kepala Ruangan IRNA III A, LOS sudah
dihitung setiap bulanya.
b) Observasi
Berdasarkan data yang didapat dirunagan BOR
selama 3 bulan terahir, didapatkan hasil yaitu
bulan Januari : 1,41 hari, Februari : 3,42
hari dan Maret : 3,4 hari. Angka ini
menunjukan lama rata-rata hari perawatan
sesuai dengan standar nasional yang telah
98
3) BTO
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
oleh Fahrurrozi pada tanggal 01 Mei 2018
dengan Kepala Ruangan IRNA III A, BTO sudah
dihitung setiap bulanya.
b) Observasi
Berdasarkan kajian yang dilakukan dari bulan
Januari - Maret 2018, menunjukkan frekuensi
pemakaian tempat tidur rumah sakit di IRNA
III A RSUD Kota Matarambulan januari yaitu
7,56 kali, februari : 8,25 kali dan maret :
7,34 kali. Angka ini menunjukkan tingkat
pemakaian tempat tidur Ruang IRNA III A RSUD
Kota Mataram di atas standar hal ini sesuai
dengan pendapat DEPKES RI.
c) Kajian Teori
BTO (Bed Turn Over) menunjukkan frekuensi
pemakaian tempat tidur rumah sakit dalam satu
satuan waktu tertentu. Jadi BTO memberikan
gambaran tentang tingkat pemakaian tempat
tidur rumah sakit. Standar 5 - 45 kali untuk
4) TOI
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
oleh Fahrurrozi pada tanggal 01 Mei 2018
dengan Kepala Ruangan IRNA III A, TOI sudah
dihitung setiap bulanya.
b) Observasi
Berdasarkan kajian yang dilakukan dari bulan
Januari - Maret 2018 menunjukan waktu rata-
rata suatu tempat tidur kosong atau waktu
antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh
pasien sampai dengan diisi lagi. Waktu rata-
rata tempat tidur di RSUD Kota Mataram ruang
IRNA III A adalah 3 hari. Angka ini
menunjukan rata-rata suatu tempat tidur
kosong atau waktu antara satu tempat tidur
ditinggalkan oleh pasien sudah sangat sesuai
dengan standar, hal tersebut sesuai dengan
pendapat DEPKES RI (2006) yang mengatakan
bahwa standar untuk rumah sakit dalam satu
tahun 1-3 hari.
c) Kajian Teori
TOI (Turn Over Interval) menunjukkan waktu
rata-rata suatu tempat tidur kosong atau
waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan
oleh pasien sampai dengan diisi lagi. Standar
1-3 hari untuk rumah sakit dalam satu tahun.
E. ANALISIS SWOT
Weakness
1. Pelatihan-pelatihan yang diikuti Oleh Tenaga 1 2 2
Keperawatan di IRNA III A masih perlu dioptimalkan.
TOTAL
1 2
O-T
Treathened
1. Adanya tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan 0,3 3 0,9 3,8-3 =
pelayanan yang lebih professional 0,8
2. Persaingan antara rumah sakit swasta semakin meluas 0,3 3 0,9
dengan promosi yang menarik.
3. Semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya 0,2 3 0,6
kesehatan
4. Semakin tingginya kesadaran masyarakat akan hukum. 0.2 3 0,6
TOTAL
1 3
2. Sarana dan Prasarana (M2)
a. Internal faktor(IFAS)
Strenght
1. IRNA III A merupakan salah satu Instalasi Rawat Inap 0,3 4 1,2
103
3 Methode (M3)
1. MAKP
a. Internal Faktor (IFAS):
Strength
1. Mengaplikasikan MAKP Moduler (Tim-Primer) 0,3 4 1,2
2. Mempunyai standar asuhan keperawatan yang sudah baku 0,3 3 0,9
yaitu NANDA NIC-NOC
3. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat 0,2 4 0,8
dengan tim kesehatan lain
4. Ketenagaan keperawatan sudah memenuhi syarat untuk 0,2 3 0,6 S-W
MAKP (S1-Keperawatan 7 orang)
TOTAL 1 3,5 3,5-3 =
0,5
Weakness
1. Ruangan belum memiliki visi, misi, dan motto sebagai 1 3 3
acuan melaksanakan kegiatan pelayanan
TOTAL 1 3
b. Eksternal faktor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya mahasiswa profesi ners praktik manajemen 0,3 4 1,2
keperawatan O-T
2. Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi 0,3 3 0,9 3,7-3,5 =
perawat 0,2
3. Adanya kebijakan rumah sakit tentang pelaksanaan MAKP 0,4 4 1,6
TOTAL 1 3,7
Threatened
1. Persaingan antar rumah sakit yang semakin ketat 0,1 4 0,4
2. Adanya tuntutan masyarakat yang semakin tinggi 0,2 4 0,8
terhadap peningkatan pelayanan keperawatan yang lebih
105
professional
3. Adanya kesadaran masyarakat/pasien/keluarga akan 0,2 3 0,6
tanggung jawab dan tanggung gugat
4. Semakin tingginya kesadaran masyarakat akan 0,2 3 0,6
pentingnya kesehatan
5. Persaingan dengan masuknya perawat asing 0,2 4 0,8
6. Bebasnya pers yang dapat langsung menyebarkan 0,1 3 0,3
informasi dengan cepat
TOTAL 1 3,5
2. Sentralisasi obat
a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. Tersedianya sarana dan prasarana untuk pengelolaan 0,1 4 0,3
sentralisaasi obat
2. Sentralisasi obat sudah dilakukan secara optimal serta 0,2 4 0,6
obat oral sudah sesuai dengan alur sentralisasi obat
3. Kepala ruangan mendukung kegiatan sentralisasi obat
4. Sudah dilaksanakan kegiatan sentralisasi obat oleh 0,1 3 0,2
perawat berkolaborasi dengan depo farmasi 0,2 3 0,6
5. Adanya kemauan perawat untuk melakukan sentralisasi 0,2 4 0,4 S-W
obat 2,7-2 =
6. Adanya lembar pendokumentasian obat yang diterima 0,2 3 0,6 0,7
setiap status pasien
TOTAL 1 2,7
Weakness
1. Pelaksanaan penjelasan terkait format tanda serah 1 2 2
terima setelah pemberian obat dari perawat kepada
pasien belum optimal.
TOTAL 1 2
106
TOTAL 1 3,5
b. Eksternal faktor (EFAS)
Opportunity
107
Weakness
1. Keterbatasan waktu dan tenaga perawat 0,3 4 1,2
2. Format discharge planning sudah ada akan tetapi belum 0,6 3 1,2
dilakukan dengan optimal
109
TOTAL 1 2,4
b. Eksternal factor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya mahasiswa profesi ners yang melakukan praktik 0,5 4 2
manajemen keperawatan
2. Adanya kerja sama yang baik antara mahasiswa praktik 0,5 4 2
dengan perawat klinik T-O
TOTAL 1 4 4-3,6 =
Threatened. 0,4
1. Adanya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan 0,4 3 1,2
keperawatan yang professional.
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya 0,3 4 1,2
kesehatan
3. Persaingan antar-RS yang semakin ketat. 0,3 4 1,2
TOTAL 1 3,6
4. Dokumentasi keperawatan
a.Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Tersedia sarana dan prasarana dokumentasi untuk tenaga 0,1 3 0,3
kesehatan (sarana administrasi penunjang)
2. Sudah ada sistem pendokumentasian PES/SOAP 0,3 3 0,9 S-W
3. Format asuhan keperawatan sudah ada (NANDA, NIC-NOC) 0,4 4 1,6 3,2-2,5 =
4. Adanya kesadaran perawat tentang tanggung jawab dan 0,7
tanggung gugat. 0,2 2 0,4
TOTAL
1 3,2
Weakness
1. Dari observasi status pasien, pengisian dokumentasian 0,5 2 1,0
110
1 3
Weakness:
1. Ronde keperawatan tidak dilakukan secara rutin 0,4 4 1,6
2. Belum terbentuk tim khusus pelaksana ronde keperawatan 0,6 3 1,8
TOTAL
1 3,4
b. Eksternal factor (EFAS)
Opportunity:
1. Kerja sama yang baik antara tenaga medis dan ahli gizi 0,2 3 0,6
2. Adanya pelatihan manajemen keperawatan untuk T-O
meningkatkan pengetahuan perawat tentang manajemen 0,3 3 0,9 2,5-2,7 =
3. Tersedianya kesempatan untuk melaksanakan ronde 0,1
keperawatan apabila ada mahasiswa praktek.
4. Adanya kerjasama yang baik antara perawat klinik 0,2 2 0,4
dengan mahasiswa profesi
TOTAL 0,3 2 0,6
1 2,5
Threatened:
1. Ketidakikutsertaan para medis lain dalam melakukan 0,4 3 1,2
ronde keperawatan
2. Tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan Asuhan 0,3 2 0,6
Keperawatan semakin tinggi.
3. Persaingan dalam pemberian pelayanan semakin kuat 0,3 2 0,6
TOTAL 1 2,4
4 MONEY(M4)
Money (M4)
a. Internal faktor(IFAS)
Strenght S-W
112
1. Adanya tambahan dari jasa medic, untuk pasien dengan 0,3 3 0,9 3-0 = 3
biaya BPJS yang dapat diklim setelah perawatan
2. Adanya pendapatan dari jasa pelayanan rumah sakit 0,3 3 0,9
berupa remunerasi
3. Adanya pendapatan dari jasa pelayanan di IRNA 3 A 0,4 3 1,2
TOTAL 1 3
Weakness 1 0 0
- TOTAL
TOTAL
1 3,4
Weakness
1. Promosi kesehatan di ruangan IRNA III A belum 1 3 3
dilakukan secara optimal.
TOTAL 1 1
F. IDENTIFIKASI MASALAH
a. INPUT
1. MAN
optimal
2. MATERIAL
kursi roda
3. METODE
primer (modul)
4. MONEY
a)
5. MARKETING
b. PROSES
1. Perencanaan
kedisiplinan.
2. Organiasi
3. Pengarahan
4. Pengendalian
a)
c. OUTPUT
1.
116
7 Pelaksanaan 4 4 4 4 256 I
timbang terima
belum optimal,
khususnya dari
shif sore ke malam
8 Ronde keperawatan 3 2 2 3 36
belum pernah
dilakukan
9 Promosi kesehatan 3 2 2 6 36
di ruangan IRNA
III A belum
dilakukan secara
optimal.
10 Supervisi sudah 4 2 3 3 72
dilakukan akan
tetapi belum
optimal dalam
pendokumentasian
11 SAK 10 penyakit 5 4 3 3 180 III
terbanyak masih
kurang
12 Struktur 3 3 2 2 36
organisasi ruangan
belum sesuai
dengan MPKP yang
di gunakan
118
roda
planning
roda tambahan
Tabel 2.14 Rencana kegiatan residensi manajemen keperawatan di ruang IRNA III ARSUD Kota Mataram
No Kegiatan Tujuan Waktu Ruang Sasaran Metode Hasil yang Penanggung
diharapkan Jawab
1 Membuat dan Timbang 02 Mei IRNA Kepala Diskusi Dapat menjadi Afriza,
mensosialisasikan terima dapat 2018 III A Ruangan, dan acuan dalam Aulia,
alur, proses, dan berjalan Seluruh Role melakukan Arianto,
prosedur timbang dengan perawat play operan/timbang Mery
terima untuk optimal ruang terima
ruangan khusunya IRNA II
Mampu melakukan
dalam komunikasi
komunikasi yang
dengan pasien
maksimal saat
harus lebih
proses timbang
dioptimalkan
terima
Meningkatkan
pelayanan prima
dan profesional
Meningkatkan
kepuasan pasien
2 Membuat media Discharge 02 Mei IRNA Kepala Role Discharge Ozy,
sosialisasi planning 2018 III A Ruangan Play planning dapat azizah,
berupa leflet IRNA III dilakukan dengan budi ayu,
dapat
untuk pasien yang A, Katim optimal angga
mau pulang dan dilakukan dan
Terdapat poster
membuat poster dengan Perawat
alur discharge
alur discharge Pelaksana
optimal planning di IRNA
planing IRNA III
III A
A
Terdapat media
sosialisasi
berupa leflet 10
penyakit
117
terbanyak di
IRNA III A
3 Melengkapi SAK Memberikan 02 Mei IRNA Kepala diskusi SAK 10 penyakit Fardany,
standard 2018 Tiwi, Rio,
yang kurang III A Ruangan terbanyak
asuhan IRNA III lengkap Merry
keperawatan
A, Katim SAK dapat
yang optimal
dan digunakan oleh
untuk 10
Perawat Ruangan III A
penyakit
Pelaksana sebagai acuan
terbanyak
IRNA III
A
4 Melengkapi Alat-alat 02 Mei IRNA Kepala diskusi Termometer di
medis maupun 2018 ruangan ruangan memenuhi
thermometer di III A
non medis dan ketua standard ruangan
ruang IRNA III A diruangan
tim Dilakukanya
sesuai dengan
dan berdiskusi pengaadan korsi
standard
roda tambahan
dengan kepala ruangan
ruangan untuk
pengadaan korsi
roda tambahan