Anda di halaman 1dari 115

5

BAB II
TINJAUAN LAHAN RUMAH SAKIT

A. Profil dan Gambaran Umum Rumah Sakit dan Ruang IRNA III B
RSUD KOTA Mataram
a) Profil Rumah Sakit
a. Wawancara
Bedasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh
Gina Anggraini pada tanggal 29 Juli 2019 bahwa RSUD
Kota Mataram mulai beropersional dan memberikan
pelayanan pada masyarakat sejak maret 2010, rumah
sakit ini merupakan rumah sakit milik pemerintah
Kota Mataram yang terletak di Kecamatan Mataram,
Rumah sakit ini sudah terakreditasi B, dan memiliki
fasilitas yang sudah cukup lengkap.
b. Observasi
Berdasarkan hasil observasi profil rumah sakit
didapatkan bahwa RSUD Kota Mataram merupakan salah
satu rumah sakit milik pemerintah Kota Mataram yang
terletak di Kecamatan Mataram. Berdiri dilahan
seluas 20.473 m dengan luas bangunan 7.063m2. RSUD
2

Kota Mataram terletak di jalan raya Bung Karno


pagutan, dengan batas wilayah sebelah utara dan
selatan berbatasan dengan komplek pertokoan Bung
Karno, sebelah barat berbatasan dengan jalan raya
Bung Karno pagutan, dan sebelah timur berbatasan
dengan perumahan Gebang Mataram.
Rumah sakit umum Kota Mataram mulai
beropersional dan memberikan pelayanan pada
masyarakat sejak maret 2010 berdasarkan surat
keputusan walikota nomor: 163/11/2010 tentang ijin
penyelenggaraan operasional pelayanan.
6

b) Motto, Visi, Misi, dan Tujuan RSUD Kota Mataram


a. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat III B
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram, Rumah sakit
ini sudah memiliki motto, visi, misi dan tujuan yang
jelas selain itu visi, misi dan tujuan rumah sakit
juga dipajang dalam bentuk baliho, bener maupun di
kalender RSUD Kota Mataram.
b. Observasi
Berdasarkan hasil observasi di RSUD Kota Mataram
sudah memiliki dan memajang motto, visi, misi dan
tujuan di sudut rumah sakit dalam bentuk baliho,
bener maupun dalam bentuk kalender.
Adanya motto, visi, misi dan tujuan RSUD Kota
Mataram, yang didapatkan di profil rumah sakit
diantaranya sebagai berikut :
a. Motto, Visi, Misi, dan Tujuan
1) Motto
Melayani dengan SMILE yaitu Senyum, Mutu,
Inovatif, Lengkap dan Efisien.
2) Visi
Rumah sakit pilihan masyarakat dalam bidang
Pelayanan Kesehatan, Pendidikan dan Penelitian
yang berstandar Internasional.
3) Misi
a) Memberikan Pelayanan Kesehatan yang
komprehensif, berkualitas dan profesional
b) Melaksanakan pendidikan dan penelitian
kesehatan yang berkelanjutan dan berkualitas
c) Meningkatkan kompetensi SDM yang berdaya saing
d) Meningkatkan Kesejahteraan Karyawan/karyawati
e) Meningkatkan sarana prasarana sesuai standard
RS pendidikan dan kemajuan IPTEKDOK
7

4) Tujuan
a) Menjadi rumah sakit rujukan utama wilayah NTB
yang berstandar internasional
b) Menciptakan kepuasan bagi semua pasien dan
karyawan kota mataram
c) Menjadi pusat pendidikan yang menciptakan
tenaga-tenaga kesehatan yang berkualitas dan
berdaya saing
d) Menjadi pusat penelitian unuk penemuan-
penemuan baru bidang kesehatan yang berguna
bagi seluruh masyarakat
e) Meningkatkan sumber daya manusia yang
berkualitas, beretika dan professional.

Sumber : Kalender dan Dokumen Kasi Keperawatan


RSUD Kota Mataram 2019.

c. Teori
Berdasarkan pendapat PERSADA rumah sakit,
Visi adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi
masa depan yang ingin dicapai Rumah Sakit melalui
penyelenggaraan tugas dan fungsi dalam kurun waktu
5 (lima) tahun yang akan datang. Visi menjelaskan
arah atau suatu kondisi ideal dimasa depan yang
ingin dicapai (clarity of direction) berdasarkan
kondisi dan situasi yang terjadi saat ini yang
menciptakan kesenjangan (GAP) antara kondisi saat
ini dan masa depan yang ingin dicapai. Visi dan
Misi Rumah Sakit menunjukkan apa yang menjadi cita-
cita layanan terbaik Rumah Sakit dalam upaya
mewujudkan visi dan misi kepala daerah maupun dalam
upaya mencapai kinerja pembangunan daerah pada
aspek kesejahteraan, layanan dan peningkatan daya
saing daerah dengan mempertimbangkan permasalahan
dan isu strategis yang relevan.
8

Penyusunan misi dan visi rumah sakit


merupakan fase penting dalam tindakan strategis
rumah sakit. Hal ini sebagai hasil penafsiran
terhadap lingkungan yang berubah. Penafsiran-
penafsiran yang dilakukan dengan cerdas akan
mendorong pemimpin untuk berpikir mengenai misi
organisasi dan keadaan organisasi yang dicita-
citakan. Pemikiran ini merupakan dasar untuk
menetapkan strategi pengembangan lembaga. Lebih
lanjut, pemimpin rumah sakit memerlukan pernyataan
misi dan visi sebagai isi komunikasi dalam
meningkatkan komitmen seluruh pihak terkait.
Berdasarkan konsep dari Kaplan dan Norton terdapat
hubungan misi dan visi sampai pada strategi, hasil
pelaksanaan strategi harus dapat mencerminkan
berjalannya misi dan juga merupakan langkah-langkah
untuk tercapainya visi lembaga. Menetapkan misi dan
visi bukanlah proses yang mudah.
Pernyataan misi dan visi tidak dianjurkan
disusun atas dasar tugas pelatihan ataupun tuntutan
akreditasi. Pernyataan misi dan visi merupakan
hasil pemikiran bersama dan disepakati oleh seluruh
anggota rumah sakit. Dalam konsep learning
organization menurut Senge, diperlukan suatu visi
bersama (shared vision). Visi bersama ini
memberikan fokus dan energy untuk pengembangan
organisasi.
Misi rumah sakit merupakan pernyataan
mengenai mengapa sebuah rumah sakit didirikan, apa
tugasnya, dan untuk siapa rumah sakit tersebut
melakukan kegiatan. Sebagai contoh, salah satu misi
rumah sakit keagamaan adalah melayani masyarakat
miskin dan membutuhkan pertolongan kesehatan.
Sementara itu, misi sebuah rumah sakit for profit
9

salah satunya adalah melayani masyarakat dengan


sebaik-baiknya. Rumah sakit for-profit juga
berusaha memenuhi harapan pemegang saham yaitu
memperoleh keuntungan. Dengan demikian pernyataan
misi tergantung pada sifat lembaga dan pemilik
rumah sakit. Misi sebaiknya dapat menggambarkan
tugas, cakupan tindakan yang dilakukan, kelompok
masyarakat yang dilayaninya, pengguna yang harus
dipuaskan, dan nilainya.
Perincian misi mencakup pernyataan mengenai
tujuan yang akan dicapai oleh lembaga. Beberapa
sifat misi adalah sebagai berikut (Ginter dan
Duncan):
1) Misi merupakan pernyataan tujuan rumah sakit
secara luas, tetapi jelas batasannya. Dalam misi
Henry Ford Health Service secara jelas diungkap
tujuan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan
penelitian. Sementara itu, RSUD Banyumas
terbatas mencantumkan tugas pelayanan kesehatan.
RS ini tidak mempunyai tugas penelitian maupun
pendidikan. Pernyataan misi ditulis untuk
dikomunikasikan ke seluruh sumber daya manusia
serta seluruh stakeholder.
2) Pernyataan misi sebaiknya bersifat tahan lama
tetapi dapat berubah. Tujuan organisasi yang
tercakup dalam misi dapat berubah tetapi tidak
terlalu sering berganti. Dengan sifat misi yang
dapat bertahan lama maka sumber daya manusia
rumah sakit dapat mempunyai komitmen terhadap
tujuan lembaga. Sebagai contoh, misi rumah sakit
pendidikan harus dipahami, sehingga dokter yang
bekerja pada rumah sakit pendidikan akan
mempunyai komitmen sebagai seorang
pendidik. Komitmen sebagai pendidik ini bersifat
10

spesifik dan harus bertahan lama. RSUD Banyumas,


di tahun 2000 sedang merintis menjadi rumah
sakit pendidikan untuk Fakultas Kedokteran UGM.
Apabila hal ini benar terjadi maka misi rumah
sakit akan ditambah dengan misi pendidikan dan
penelitian.
3) Misi sebuah rumah sakit sebaiknya menggaris
bawahi keunikan lembaga. Hal ini dilihat pada
pergantian misi sebuah rumah sakit kusta.
Setelah penyakit kusta berkurang drastis, rumah
sakit kusta berubah misi menjadi rumah sakit
umum. Akan tetapi, rumah sakit tersebut masih
mempunyai keunikan karena merupakan rumah sakit
umum yang dikenal mempunyai misi
rehabilitasinya.
4) Pernyataan misi sebaiknya mencantumkan jangkauan
pelayanan, kelompok masyarakat yang dilayani dan
pasar penggunanya. Misi sebuah lembaga sebaiknya
menyatakan kebutuhan manusia akan peran lembaga.
Penulisan misi sebenarnya merupakan proses yang
penting dan sebaiknya melibatkan pemimpin puncak
serta para stakeholder kunci. Pengamatan
menunjukkan bahwa penulisan misi sering
dilakukan secara mendadak atau didasarkan pada
kebutuhan untuk lulus akreditasi dan mengikuti
pelatihan.
5) Proses penyusunan misi sebaiknya memperhatikan
berbagai hal. Pernyataan-pernyataan ini dapat
dianggap sebagai check list untuk penyusunan
misi yang benar (Ginter dkk, 1995; Truitt,
2001). Cara Menulis Visi Visi dapat digambarkan
sebagai konsep keadaan masa depan yang
diinginkan oleh lembaga. Guna mencapai tujuan
ini, beberapa hal yang perlu dicermati dalam
11

menulis visi. Penulisan visi merupakan suatu


seni yang tidak mempunyai aturan tentang
panjang-pendek kalimat, mencakup berbagai hal
secara komprehensif ataupun hanya sebagian saja.
Akan tetapi, yang perlu bahwa penulisan visi
harus menggugah semangat, inspirasi, dan
komitmen. Beberapa hal yang perlu dicermati
dalam menulis visi antara lain sebagai berikut:
1) Penulisan visi sebaiknya menggunakan bahasa
yang sederhana, jelas, dan mudah dipahami.
Elemen kunci suatu visi adalah kenyataan
bahwa visi mampu menterjemahkan keadaan masa
depan yang kompleks menjadi pernyataan yang
mudah untuk dimengerti dan dipahami oleh
semua orang.
2) Penyusunan visi sebaiknya memperhitungkan
jangkauan waktu. Dalam hal ini visi disusun
dengan jangkauan waktu yang cukup lama untuk
dapat mengadakan perubahan dramatis, tetapi
cukup cepat untuk mendapatkan komitmen
dari anggota organisasi. Penulisan visi itu
haruslah realistis, dapat dipercaya, serta
mempunyai nalar.
3) Penetapan visi sebaiknya memenuhi syarat
sebab-akibat yang hipotetis. Sebagai contoh,
keadaan keuangan rumah sakit yang membaik
akan dapat tercapai apabila mutu pelayanan
semakin bertambah tinggi.
4) Visi tersebut harus pula menciptakan suasana
mendesak untuk dilaksanakan. Penulisan visi
sebaiknya tidak berdasarkan pada formalitas
dokumen, tetapi berdasarkan kebutuhan
lembaga.
12

5) Visi yang ditulis dengan baik dapat digunakan


oleh pihak manajemen untuk mendapatkan
konsensus yang solid bahwa visi tersebut
merupakan hal yang dikehendaki dan
dapat dicapai. Oleh karena itu, pemimpin
tertinggi harus dapat mengembangkan visi dan
menggunakannya secara dinamis.
Ciri-ciri sebuah visi:
1) Visi haruslah memberi ilham, tidak hanya
berupa sasaran-sasaran kuantitatif untuk
dicapai tahun depan. Oleh karena itu, visi b
aiasanya tidak ditulis dalam angka
kuantitatif.
2) Visi harus jelas, menantang, dan mengarah ke
pelayanan yang prima.
3) Visi harus bermakna untuk pihak yang terkait,
luwes, dan berlaku untuk suatu periode waktu.
Visi dapat mengalami perubahan dan harus
selalu ditantang terus.
4) Visi merupakan lampu pengarah yang harus
dicapai oleh seluruh anggota rumah sakit.
5) Visi harus dapat memberi kekuatan dan
pemberdayaan bagi semua pihak.
6) Visi bersifat mempersiapkan masa depan tanpa
meninggalkan pengalaman masa lalu.
7) Visi haruslah dapat terukur secara detail,
bukan sesuatu yang abstrak. Dengan syarat ini
maka pencapaian visi merupakan sesuatu yang
nyata dan terukur.
13

c) Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan


a. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat
ruang IRNA III B RSUD Kota Mataram, RSUD Kota
Mataram memiliki jenis pelayanan diantaranya
Pelayanan Gawat Darurat yang terdiri dari Instalasi
Gawat Darurat (IGD) dan Pelayanan Ambulance,
Pelayanan Perawatan Intensive yang terdiri dari,
Intensive Care Unit (ICU), Intensive Cardiac Care
Unit (ICCU), Neonatal Intensive Care Unit (NICU),
Pediatric Intensive Care Unit (PICU), Pelayanan
Ruang Operasi, Pelayanan Rawat Inap terdiri dari
ruang Rawat Inap Kelas I, II dan III, Rawat Inap
Kelas VIP dan VVIP (Gedung Graha Mentaram),
Pelayanan Ruang Bersalin dan Nifas, Pelayanan Rawat
Jalan yang terdiri dari Poliklinik Eksekutif,
Poliklinik Bedah, Poliklinik Bedah Tulang,
Poliklinik Kandungan & Keperawatan, Poliklinik
Penyakit Dalam, Poliklinik Anak, Poliklinik Bedah
Anak, Poliklinik Saraf, Poliklinik Kulit & Kelamin,
Poliklinik Mata, Poliklinik THT, Poliklinik Gigi
Umum dan Spesialis (orthodentis, periodontia,
Penyakit Mulut& Bedah Mulut), Poliklinik
Rehabilitasi Medik & Fisioterapi, Poliklinik Gizi,
Poliklinik Jantung, Poliklinik Paru dan Poli khusus.
Pelayanan Polispesialis Sore yang terdiri dari
Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Anak,
Poliklinik Saraf, Poliklinik Bedah Anak, Poliklinik
Jantung, Poliklinik THT, Poliklinik Kandungan
(Obgyn). Pelayanan penunjang yang terdiri dari
Instalasi Farmasi, Instalasi Laboratorium, Instalasi
Radiologi, Instalasi Gizi, Instalasi Kesehatan
Lingkungan, Instalasi Perawatan Sarana Rumah Sakit
(IPSRS, Rekam Medis, Instalasi CSSD. Ruang Kamar
14

Jenazah, Ruang Hemodialisa, Mataram Emergency


Medical Service, STROKE CENTER, BDRS (Bank Darah
Rumah Sakit), Terapi Hiperbarick Chamber, Cathlab,
Laboratorium Inseminasi, Pendaftaran Online dan yang
terahir Pengantar Obat RSUD KOTA MATARAM.

b. Observasi

Berdasarkan hasil observasi profil ruangan dan


pengecekan langsung yang dilakukan oleh Gina
anggraini tanggal 29 juli 2019 didapatkan data
ruangan yaitu sebagai berikut :
a) PELAYANAN GAWAT DARURAT
1) Instalasi Gawat Darurat (IGD)
2) Pelayanan Ambulance (MEMS PSC)
b) PELAYANAN PERAWATAN INTENSIVE:
1) Intensive Care Unit (ICU)
2) Intensive Cardiac Care Unit (ICCU)
3) Neonatal Intensive Care Unit (NICU)
4) Pediatric Intensive Care Unit (PICU)
c) PELAYANAN RUANG OPERASI:
1) Instalasi Bedah Sentral
d) PELAYANAN RAWAT INAP
1) Rawat Inap Kelas I, II dan III
2) Rawat Inap Kelas VIP dan VVIP (Gedung Graha
Mentaram)
e) PELAYANAN RUANG BERSALIN dan NIFAS
f) PELAYANAN RAWAT JALAN
1) Poliklinik Eksekutif
2) Poliklinik Bedah
3) Poliklinik Bedah Tulang
4) Poliklinik Kandungan & Keperawatan
5) Poliklinik Penyakit Dalam
6) Poliklinik Anak
7) Poliklinik Bedah Anak
15

8) Poliklinik Saraf
9) Poliklinik Kulit & Kelamin
10) Poliklinik Mata
11) Poliklinik THT
12) Poliklinik Gigi Umum dan Spesialis
(orthodentis, periodontia, Penyakit Mulut&
Bedah Mulut)
13) Poliklinik Rehabilitasi Medik & Fisioterapi
14) Poliklinik Gizi
15) Poliklinik Jantung
16) Poliklinik Paru
17) Poli khusus
g) PELAYANAN POLI SPESIALIS SORE
1) Poliklinik Penyakit Dalam
2) Poliklinik Anak
3) Poliklinik Saraf
4) Poliklinik Bedah Anak
5) Poliklinik Jantung
6) Poliklinik THT
7) Poliklinik Kandungan ( Obgyn )
h) PELAYANAN PENUNJANG
1) Instalasi Farmasi
2) Instalasi Laboratorium
3) Instalasi Radiologi
4) Instalasi Gizi
5) Instalasi Kesehatan Lingkungan
6) Instalasi Perawatan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
7) Rekam Medis
8) Instalasi CSSD
9) Kamar Jenazah
i) Hemodialisa
j) Mataram Emergency Medical Service: Pelayanan
Penanganan dan Penjemputan Pasien Gawat Darurat
GRATIS Hotline Call (0370) 620009 / 081907455552
16

k) STROKE CENTER
l) BDRS (Bank Darah Rumah Sakit)
m) Terapi Hiperbarick Chamber
n) Cathlab
o) Laboratorium Inseminasi
p) Pendaftaran E Reservasi online RSUD Kota Mataram
q) Pengantar Obat RSUD KOTA MATARAM (artis cantik)
c. Teori
Persyaratan teknis ruang dalam bangunan rumah sakit
Ruang rawat jalan berdasrakan UU No. 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
a) Letak ruang rawat jalan harus mudah diakses dari
pintu masuk utama rumah sakit dan memiliki akses
yang mudah ke ruang rekam medis, ruang farmasi,
ruang radiologi, dan ruang laboratorium.
b) Ruang rawat jalan harus memiliki ruang tunggu
dengan kapasitas yang memadai dan sesuai kajian
kebutuhan pelayanan.
c) Desain ruangan pemeriksaan pada ruang rawat jalan
harus dapat menjamin privasi pasien.
d) Dalam hal terdapat ruangan pemeriksaan untuk pasien
menular pada ruang rawat jalan, letak dan desain
ruangan pemeriksaan untuk pasien menular harus
dapat mengontrol penyebaran infeksi.
Standar ruangan yang ada di rumah sakit :
1) Rawat Jalan
2) Ruang Rawat Inap
3) Ruang Gawat Darurat
4) Ruang Operasi
5) Ruang Perawatan Intensif
6) Ruang Kebidanan dan Penyakit Kandungan
7) Ruang Rehabilitasi Medik
8) Ruang Radiologi
9) Persyaratan Ruang Radioterapi
17

10) Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)


11) Ruang Sterilisai
12) Ruang Farmasi
13) Ruang Tenaga Kesehatan
14) Ruang Pendidikan dan Latihan
15) Ruang Kantor dan Administrasi
16) Ruang Ibadah, Ruang Tunggu
17) Ruang Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit
18) Ruang Menyusui
19) Ruang Mekanik
20) Ruang Instalasi Gizi
21) Laundry
22) Kamar Jenazah
23) Ruang Pengelolaan Limbah
24) Pelataran Parkir yang mencukupi
20

B. Pengumpulan Data
1. Data Umum Ruangan
- UNSUR INPUT / MASUKAN
a. Ketenagaan dan Pasien (M1-Man)
1) Distribusi Tenaga perawat dan non perawat
Perawat
a) Kajian data
- Wawancara :
Berdasartkan hasil wawancara oleh Erin
pebriansyah kepada perawat IRNA IIIB
dapatkan bahwa jumlah tenaga keperawatan S2
Sebanyak 1 orang, S1 Keperawatan +Ners
sebanyak 9 orang dan D3 Keperawatan
sebanyak 12 orang.
- Observasi :
Berdasarkan hasil observasi yang
disesuaikan dengan hasil wawancara perawat
IRNA IIIB didapatkan data sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Distribusi tenaga keperawatan
berdasarkan tingkat pendidikan diruang IRNA
III B RSUD Kota Mataram
No Kualifikasi Jumlah Persentase
%
1 S2 Keperawatan 1 4 %

2 S1 Keperawatan+Ners 9 41 %

3 D3 Keperawatan 12 55 %

Jumlah 22 100%

Sumber data : jadwal sift ruangan


21

Non Perawat
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
ruangan, ruang IRNA IIIB memiliki dokter
umum sebanyak 7 orang, dokter spesialis
sebanyak 7 orang, tenaga administrasi
sebanyak 2 orang, cleaning service sebanyak
4 orang, Apoteker sebanyak 1 orang, Asisten
Apoteker sebanyak 1 orang, dan Ahli Gizi
sebanyak 1 orang. Di ruang IRNA III B tidak
ada dokter umum dan dokter spesialis yang
tetap berada diruang, dokter umum dan
dokter spesialis datang keruangan ketika
ada pasien yang ditangani.
- Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang
disesuaikan dengan data hasil wawancara
didapatkan bahwa jumlah tenaga non perawat
dapat dilihat di tabel dibawah :
Tabel 2.2 Distribusi tenaga non keperawatan
berdasarkan tingkat pendidikan diruang IRNA
III B RSUD Kota Mataram

No Klasifikasi Jumlah Persentase


%
1 Dokter Umum 7 orang 28 %

2 Dokter Spesialis 7 orang 28 %

3 Tenaga administrasi 2 orang 8 %

4 Apoteker 1 orang 4%
5 Asisten Apoteker 1 orang 4%
6 Ahli Gizi 1 orang 4%
7 Cleaning service 4 orang 16%
Jumlah 25 orang 100%
22

Sumber: Data primer yang diolah dari


dokumentasi
b) Analisis data
Berdasarkan tabel 2.1 dapat dilihat bahwa
tingkat pendidikan perawat diruang IRNA III B
RSUD Kota Mataram yang paling banyak adalah D3
Keperawatan sebanyak 12 orang yaitu 55%
sedangkan yang paling sedikit S2 sebanyak 1
orang yaitu 4%. Dimana latar belakang kepala
ruangan adalah S2 keperawatan. Berdasarkan
table 2.2 data tenaga non medis dapat dilihat
bahwa tenaga non keperawatan dokter umum
(tetap) yaitu sebanyak 7 orang, spesialis 7
orang, tenaga administrasi 2 orang, cleaning
service sebanyak 4 orang.

c) Kajian Pustaka
Keberhasilan rumah sakit dalam
memberikan pelayanan kesehatan salah satu
indikator ditentukan oleh pemberian asuhan
keperawatan yang berkualitas. Asuhan
keperawatan yang berkualitas memerlukan sumber
daya yang sesuai kualitas dan profesional
perawat dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya. Praktik profesional yang merupakan
yang harus tetap dipelihara dan ditingkatkan
dalam rangka mempertahankan akuntabilitas dan
standar kinerja yang tinggi.
23

2) Kebutuhan ketenagaan
a)Kajian Data
Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara di perawat IRNA
III B tanggal 29 Juli 2019 dengan kepala
ruangan, untuk perhitungan jumlah tenaga
perawat yang dibutuhkan dihitung berdasarkan
tingkat ketergantungan pasien.
Observasi
Berdasarkan hasil observasi didapatkan
hasil perhitungan kebutuhan jumlah perawat
sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien
pada tanggal 29 Juli 2019 dengan tingkat
ketergantungan pasien yaitu minimal, parsial
dan total.
Tabel 2.3. Tingkat ketergantungan pasien dan
kebutuhan tenaga perawat tanngal 29 Juli 2019
di Ruang IRNA III B RSUD Kota Mataram.
Tingkat
Jumlah Kebutuhan Tenaga
ketergantungan
Tingkat
ketergan Jumlah Pagi Sore Malam
tungan
Minimal 17×0,17= 17×0,14 17×0,07
17
2,89 = 2,38 =1,19
Parsial 5×0,15= 5×0,10=
5 5×0,27= 1,35
0,75 0,5
Total 5×0,3= 5×0,20=
5 5×0,36= 1,8
1,5 1
Jumlah 27 6,04= 6 4,63= 5 2,69 = 3
Total tenaga keperawatan:
Pagi : 6 orang
Siang : 5 orang
Malam : 3 orang +
14 orang perawat
Jumlah tenaga lepas per hari
86×14 = 4,3 orang = 4 orang
279
24

Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk


bertugas pada tanggal 29 juli di Ruang IRNA
III B RSUD Kota Mataram adalah:
= 14 orang + 3 orang struktural (kepala
Ruangan, PP I dan PP II) + 4 orang lepas
dinas =21 orang

Sumer Data : Data Rekam Medis Pasien


b) Analisa data
Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa
kebutuhan tenaga kesehatan di Ruang IRNA III
B RSUD Kota Matarampada tanggal 29 juli 2019
sebanyak 21 orang, hal ini ditentukan
berdasarkan tingkat ketergantungan pasien.
c) Kajian Pustaka
Penetapan jumlah tenaga keperawatan
adalah suatu proses membuat perencanaan untuk
menentukan berapa banyak dan dengan kriteria
tenaga yang seperti apa pada suatu Ruangan
pada setiap shiftnya. Beberapa ahli
mengembangkan beberapa formula untuk
menetapkan jumlah tenaga tersebut. Formula
juga dapat digunakan untuk menilai dan
membandingkan apakah tenaga yang ada saat ini
sesuai, kurang atau berlebihan.
Beberapa ahli telah mengembangkan
formula untuk menetapkan jumlah tenaga
tersebut. Formula tersebut antara lain:
(1) Menurut Gillies (1982)
Kebutuhan tenaga perawat secara
kuantitatif dapat dirumuskan dengan
perhitungan sebagai berikut:

Tenaga perawat = A x B x 365


(365 – C) x jam kerja/hari
25

Keterangan :
A : Jam efektif/24 jam
B : (BOR x jumlah TT)  jumlah pasien
rata-rata/hari
C : Jumlah hari libur
(2) Menurut Douglas (1984)
Penghitungan jumlah tenaga
keperawatan menurut Douglas dihitung
berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien untuk setiap shiftnya seperti
tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.4 Klasifikasi Ketergantungan Pasien Menurut Douglas

SumbeSumber: Douglas (1984)


Kebutuhan perawat
Klasifikasi
Pagi Sore Malam
Minimal 0,17 0,14 0,07
Intermediate 0,27 0,15 0,10

Maksimal 0,36 0,3 0,20

Sedangkan klasifikasi derajat


ketergantungan pasien terhadap
keperawatan berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
(1) Perawatan minimal memerlukan waktu 1–2
jam/24 jam, dengan kriteria:
- Kebersihan diri, mandi, ganti
pakaian dilakukan sendiri
- Makan, minum dilakukan sendiri
- Ambulasi dengan pengawasan
26

- Observasi tanda-tanda vital


dilakukan tiap shiftt
- Pengobatan minimal, status psikologi
stabil
- Persiapan pengobatan memerlukan
prosedur
(2) Intermediate memerlukan waktu 3-4
jam/24 jam dengan kriteria:
- Kebersihan diri dibantu, makan minum
dibantu
- Observasi tanda-tanda vital tiap 4
jam
- Ambulasi dibantu, pengobatan lebih
dari sekali
- Folley kateter, intake output
dicatat
- Pasien dengan pemasangan infus,
persiapan pengobatan memerlukan
prosedur
(3) Perawatan maksimal atau total
memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam dengan
kriteria:
- Segala diberikan atau dibantu
- Posisi diatur, observasi tanda-tanda
vital tiap 2 jam
- Makan memerlukan NT, menggunakan
terapi intra vena
- Pemakaian suction
- Gelisah/disorientasi
27

3) Pembagian Jam Kerja (Shift)


a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan Perawat
IRNA III B RSUD Kota Mataram pada tanggal 29
Juli 2019 Kepala Ruangan, Katim, KASIF dan
perawat pelaksana dinas 6 hari kerja dalam 1
minggu.

b) Observasi
Dari hasil observasi jadwal dinas di Ruang
IRNA III B RSUD Kota Mataram pada tanggal 29
Juli 2019 jumlah tenaga dalam satu hari, yaitu
:
- Pagi : 8 orang yang terdiri dari 1 Kepala
ruangan, 1 Ketua tim, 1 Kasif dan 5 Perawat
Pelaksana
- Siang : 4 orang yang terdiri dari 1 KASIF
dan 3 Perawat Pelaksana
- Malam : 4 orang yang terdiri dari 1 KASIF
dan 3 Bidan pelaksana
- Libur : 4 orang yang terdiri dari KASIF dan
3 Perawat Pelaksana
- Cuti : 1 orang
c) Tinjauan Teori
Berdasarkan Paragraf 4 UU No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan ‘UUK’ khususnya Pasal
77 Ayat (1) UUK mewajibkan setiap pengusaha
untuk melaksanakan ketentuan waktu kerja.
Ketentuan waktu kerja ini telah diatur oleh
Pemerintah, yaitu :
 Waktu kerja 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam
dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1
minggu.
28

 Waktu kerja 8 jam dalam 1 hari dan 40 jam


dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1
minggu.
Penghitungan jam kerja di Ruang IRNA III B:
jam / 6 hari kerja = 6,67 jam = 7 jam/hari
Jadi, jumlah jam kerja di Ruang IRNA IIIB RSUD
Kota Mataram yaitu 7 jam/hari

d) Masalah
Tidak ada masalah dalam pembagian jadwal shift
karena KASIF dan perawat pelaksana yang
bertugas atau shift malam akan libur atau
lepas dinas.

4) Pasien
a) Kajian Data
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan Perawat
tanggal 29 Juli 2019, ruang IRNA III B
merupakan ruang rawat inap kelas III yang
memberikan pelayanan rawat inap bagi pasien
rawat gabung
- Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
Pada tanggal 29 Juli 2019 pada buku
register pasien bahwa Ruang IRNA III B
merupakan ruang rawat gabung. Jumlah pasien
yang dirawat selama periode Mei- Juli 2019
yaitu:
29

Tabel 2.5 Distribusi Jumlah Pasien di Ruang


IRNA III B RSUD Kota Mataram Periode Mei-
Juli 2019

No Bulan Jumlah (orang) Persentasi


%
1Mei 198 orang 33 %
2Juni 221 orang 37 %
3Juli 184 orang 30 %
Jumlah 603 orang 100%
Sumber: Buku Register Pasien
b) Analisis data
Dari tabel 2.5 di atas dapat dilihat bahwa
jumlah pasien yang berkunjung ke RSUD Kota
Mataram dalam 3 bulan terakhir adalah 603
pasien dengan rata-rata perbulannya ± 184
orang.

c) Kajian Pustaka
Menurut WHO pasien adalah seseorang yang
sedang ke instansi kesehatan yang membutuhkan
pelayanan medis atau keperawatan yang
terganggu kondisi kesehatannya baik jasmani
maupun rohani.

5) Penyakit
a) Kajian data
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan pearawat
IRNA IIIB didapatkan bahwa penyakit
terbanyak di ruang irna III B adalah TBC
- Observasi :
Berdsarkan hasil observasi yang dilakukan,
didaptkan data sebagai berikut:
Jumlah penyakit terbanyak selama periode
Mei-Juli 2019 dapat dilihat pada tabel
berikut.
30

Tabel 2.6 Distribusi Jenis Penyakit Terbesar Di


Ruang IRNA III B RSUD Kota Mataram Periode Mei-
Juli 2019
No Jenis penyakit Jumlah Persentase %
1 TBC (Tuberculosis) 89 23 %
2 SNH (Stroke Non 45 12 %
Hemoragik)
3 Pneumonia 41 11 %
4 DM (Diabetes 40 10 %
Melitus)
5 PPOK (Penyakit paru 38 10%
obstruksi kronis)
6 CHF (congestif 32 8 %
hearth failure)
7 CKD (chronic kidney 29 7,%
disease)
8 AF/RVR(Atrial 26 7 %
fibrilasi)
9 ADHF(Acute 25 6 %
decompensated heart
failure)
10 CKR(Cidera Kepala 18 5 %
Ringan)
Jumlah 383 100%

Sumber: Data Primer Ruang IRNA III B


b) Analisa data
Berdasarkan tabel 2.10 diatas dapat diketahui
10 besar penyakit di Ruang IRNA III B periode
bulan mei 2019, kasus terbanyak adalah TBC
dengan presentase 23% atau 89 kasus.

c) Kajian Teori
Penyakit adalah perihal hadirnya
sekumpulan respon tubuh yang tidak normal
terhadapt agen, dimana manusia memiliki
toleransi yang sangat terbatas atau bahkan
tidak memiliki toleransi sama sekali
(Elizabeth J. Crown, 2011).
31

d) Masalah
Belum adanya leflet untuk 10 penyakit
terbanyak di ruangan.
6) Pelatihan Tenaga Keperawatan
a) Kajian Data
- Wawancara
Berdasartkan hasil wawancara pada tanggal
29 Juli 2019 kepada perawat Ruangan IRNA
III B di dapatkan bahwa, perawat yang
mengikuti pelatihan Service Excellent
sebnyak 22 orang, pelatihan EKG sebanyak 11
orang, pelatihan BHD 22 orang, Emergency
cardio 2 orang, PMKP 3 orang.
- Observasi :
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
oleh Dian Meiriani pada tanggal 30 April
2018 didapatkan data catatan riwayat
pelatihan tenaga keperawatan, yang dapat
dilihat di tabel dibawah.
Tabel 2.7 Distribusi Pelatihan yang Dilakukan
Oleh Tenaga Keperawatan di Ruang IRNA III B
RSUD Kota Mataram
No Jenis Pelatihan Sudah mengikuti
1 SERVICE EXELENT 22 Orang
2 EKG 11 Orang
3 BHD 22 Orang
4 EMERGENCY CARDIO 2 Orang
5 PMKP 3 Orang

Sumber : data catatan riwayat pelatihan


b) Analisa data
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa
tenaga keperawatan di IRNA III B RSUD Kota
Mataram yang telah mengikuti pelatihan,
service exelent 22 orang, EKG 11 orang, BHD 22
32

orang, emergency cardio 2 orang dan yang


mengikuti pelatihan PMKP 3 orang
c) Kajian Pustaka
Sumber daya manusia atau tenaga kerja
adalah unsur terpenting dalam institusi. Salah
satu indikator keberhasilan rumah
sakit/pelayanan sosial dalam memberikan
pelayanan kesehatan ditentukan oleh pemberian
asuhan keperawatan yang berkualitas. Asuhan
keperawatan yang berkualitas memerlukan SDM
yang sesuai dengan kualitas yang tinggi dan
profesional sesuai dengan tugas dan
fungsinya.Dan Kualitas yang tinggi dan
professional dikembangkan melalui pelatihan
Medis dari dalam dan luar Rumah Sakit.Menurut
Djojoibroto (1997) konsep pengembangan SDM
atau disebut juga Human Resource Development
(HRD) mempunyai tiga program, yaitu:
1) Training, yaitu aktifitas dimana proses
belajar diarahkan kepada pekerjaan saat
ini.
2) Education, yaitu aktifitas dimana proses
belajar diarahkan pada pekerjaan yang akan
datang.
3) Development, yaitu aktifitas dimana proses
belajar tidak diarahkan untuk pekerjaan
pegawai yang bersangkutan secara langsung.
d) Masalah
Masih sedikit perawat yang mengikuti pelatihan
emergency cardio yaitu sebanyak 2 orang
33

7) Sistem Rujukan Kesehatan


a) Kajian Data
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat
IRNA III B rujukan terbanyak berasal dari
IGD, kemudian ICU, POLI, PICU maupun OK.
- Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
diruangan rujukan terbanyak berasal dari
IGD.
Tabel 2.8 Jumlah asal rujukan pasien selama
Periode bulan Mei-Juli 2019 dapat dilihat pada
tabel
Jumlah Prosentase
Asal Rujukan
No (Orang) (%)
1 Poli 10 Orang 2%
2 IGD 503 orang 83%
3 PJT 30 orang 5%
4 III A 2 orang 0.3%
5 ICU 20 orang 3,3%
6 III C 7 orang 1.1%
7 SC 20 ORANG 3.3%
8 IRNA II 7 ORANG 1.1%
9 I A 1 ORANG 0.1%
10 OK 2 ORANG 0.3%
11 PICU 1 ORANG 0.1%
Jumlah 603 100%

Sumber : Data RM bulan Mei-Juli 2019


b) Analisa data
Dari data diatas dapat dilihat bahwa asal
rujukan pasien pada bulan Mei-Juli 2019 di
ruang IRNA III B RSUD Kota Mataram dapat
dilihat bahwa asal rujukan tertinggi adalah
IGD yaitu sebanyak 503 orang dengan persentase
83%.
34

c) Kajian Teori
Sistem Rujukan Kesehatan merupakan
suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang
melaksanaakan pelimpahan wewenang atau
tanggung jawab timbal balik, terhadap suatu
kasus penyakit atau masalah kesehatan secara
vertikal dalam arti dari unit terkecil atau
berkemampuan kurang kepada unit yang lebih
mampu atau secara horizontal dalam arti antar
unit-unit yang setingkat kemampuannya
(Trihono, 2005).

8) Mahasiswa praktik
a) Kajian data
Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat
IRNA III B bahwa jumlah mahasiswa praktik
periode bulan Mei-Juli 2019 sebanyak 3
institusi di antaranya mahasiswa stikes yarsi
berjumlah 12 orang, mahasiswa kebidanan

Observasi

Tabel 2.12 Distribusi Data Mahasiswa Praktik


Di Ruang IRNA III B RSUD Kota Periode Mei-Juli
2019

No Institusi Jumlah Lama


1 STIKES MATARAM 12 ORANG 3 MINGGU
2 STIKES YARSI 12 ORANG 4 MINGGU
3 AKBID BAKTI
KENCANA
4 STIKES MATARAM 23 ORANG 7 MINGGU
Total

b) Analisa data
35

c) Kajian pustaka
Pendidikan dan praktik keperawatan profesional
merupakan aspek yang tidak dapat dipisahkan
dalam mengembangkan calon perawat secara
komprehensif dalam hal pengetahuan (Sardtjito,
2011).Mahasiswa keperawaran berhak mendapatkan
bimbingan yang optimal dari pembimbing, baik
pembimbing klinik maupun pembimbing akademik
(Pusdiknakes). Ikatan rumah sakit pendidikan
Indonesia (IRSPI) yang dikutip oleh Aditama
2011 menyatakan bahwa untuk menjadi rumah
sakit pendidikan perlu memiliki sumber daya
yang profesional seperti di bawah ini:
 Organisasi
 Sarana fasilitas medik maupun penunjang
 Jumlah dan pariasi teaching material
 Budaya profesional dan atmosfir akademik
 Transformasi prilaku pada peserta didik
 Perpustakaan

b. Material(M2)
36

1. Bangunan
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat
IRNA IIIB pada tanggal 29 Juli 2019 Ruangan
IRNA III B merupakan salah satu ruangan rawat
inap di RSUD Kota Mataram yang melayani
perawatan pasien rawat gabung. Ruang IRNA III
B terletak di lantai 2.
b) Observasi
Berdasarkan hasil observasi tanggal 29-30 Juli
2019 ruang IRNA III B memiliki 8 ruangan
dengan kapasitas 35 bed, terdiri dari: ruang
B1 yaitu ruang saraf ada 5 bed pasien, B2
yaitu ruang saraf ada 3 bed pasien, ruang B3-
B4 yaitu ruang jantung masing-masing ruangan
terdapat 5 bad, B5-B6 yaitu ruang paru ada
masing-masing ruangan terdapat 5 bed pasien
dan ruang isolasi sebelah kiri ada 3 bed
pasien sebelah kanan ada 4 bed pasien. Jarak
bad antar paisen di ruang IRNA III B yaitu ±
80 cm Ruang IRNA III B RSUD Kota Mataram di
pimpin oleh kepala ruangan, wakil kepala
ruangan, perawat primer (Katim), penanggung
jawab shift dan perawat pelaksana. Di ruang
IRNA III B terdapat 1 kepala ruangan, 1 wakil
kepala ruangan, 2 KATIM, dan 18 perawat
associate.
37

DENAH RUANG IRNA III B

c) Kajian Teori
Standar ruang rawat inap berdasarkan permenkes
nomor 24 tahun 2016.
38

a. Letak ruang rawat inap harus di lokasi yang


tenang, aman, dan nyaman.
b. Ruang rawat inap harus memiliki akses yang
mudah ke ruang penunjang pelayanan lainnya.
c. Ruangan perawatan pasien di ruang rawat
inap harus dipisahkan berdasarkan jenis
kelamin, usia, dan jenis penyakit.
1. Ruangan Perawatan
a. Ukuran ruangan rawat inap tergantung kelas
perawatan dan jumlah tempat tidur.
b. Jarak antar tempat tidur 2,4 m atau antar
tepi tempat tidur minimal 1,5 m.
c. Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh
memiliki tingkat porositas yang tinggi.
d. Antar tempat tidur yang dibatasi oleh tirai
maka rel harus dibenamkan / menempel di
plafon, dan sebaiknya bahan tirai non
porosif.
e. Setiap tempat tidur disediakan minimal 2
(dua) kotak kontak dan tidak boleh ada
percabangan/ sambungan langsung tanpa
pengamanan arus.
f. Harus disediakan outlet oksigen. Jumlah
tempat tidur menyesuaikan dengan
klasifikasi RS dan kajian kebutuhan
pelayanan.
g. Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran
udara baik alami maupun mekanik. Untuk
ventilasi mekanik minimal total pertukaran
udara 6 kali per jam, untuk ventilasi alami
harus lebih dari nilai tersebut.
h. Ruangan perawatan pasien harus memiliki
bukaan jendela yang aman untuk kebutuhan
pencahayaan dan ventilasi alami.
39

i. Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan


alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
intensitas cahaya 250 lux untuk penerangan,
dan 50 lux untuk tidur.
j. Ruang perawatan harus menyediakan nurse
call untuk masing-masing tempat tidur yang
terhubung ke pos perawat (nurse station).
k. Di setiap ruangan perawatan harus
disediakan kamar mandi. Kamar mandi ini
mengikuti persyaratan kamar mandi
aksesibilitas.
2. Ruangan Pos Perawat (Nurse Station)
a) Luas ruangan pos perawat minimal 8 m2 atau
3-5 m2 per perawat, disesuaikan dengan
kebutuhan. Satu pos perawat melayani
maksimal 25 tempat tidur.
b) Luas ruangan harus dapat mengakomodir
lemari arsip dan lemari obat.
c) Disediakan instalasi untuk alat komunikasi.
d) Disediakan fasilitas desinfeksi tangan
(handsrub).
e) Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan
alami. Untuk pencahayaan buatan dengan
intensitas cahaya 200 lux untuk penerangan.
3. Ruangan Tindakan
a) Luas ruangan per tempat tidur resusitasi
12-20 m2.
b) Bahan bangunan yang digunakan tidak boleh
memiliki tingkat porositas yang tinggi.
Jumlah ruangan tindakan menyesuaikan dengan
kajian kebutuhan kapasitas
c) Setiap tempat tidur disediakan minimal 5
(lima) kotak kontak dan tidak boleh ada
40

percabangan/sambungan langsung tanpa


pengamanan arus.
d) Harus disediakan outlet gas medik yang
terdiri dari oksigen, udara tekan medik dan
vakum medik.
e) Ruangan harus dijamin terjadinya pertukaran
udara baik alami maupun mekanik dengan
total pertukaran udara minimal 15 kali per
jam.
f) Ruangan harus mengoptimalkan pencahayaan
alami.
g) Untuk pencahayaan buatan dengan intensitas
cahaya 300 lux.
d. Masalah
Jarak bad pasien belum sesuai dengan standar
ruangan.
2. Peralatan Medis dan Non-Medis
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
ruangan yang dilakukan oleh Dwi Anggun Pratiwi
pada tanggal 30 April 2018, alat medis dan
alat non medis sudah memenuhi standard rumah
sakit.
b) Observasi :
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di
Ruang IRNA III A didapatkan data sebagai
berikut :
Tabel 2.14 Distribusi Alat Medis Ruang IRNA
III A RSUD Kota Mataram

No. Nama Alat Jumlah Kondisi Ideal Usulan

1 Stetoskop 3 buah Baik 2/ruangan -

2 Lemari Es 1 buah Baik 1/ruangan -

3 Com stainless 3 buah Baik 3/ruangan -


41

4 Tabung O2 2 buah Baik 2/ -


ruangan

5 Senter 2 buah Baik 2/ -


ruangan

6 Bak injeksi 3 buah Baik 2/ -


ruangan

7 Ember sampahp asien 10 Baik 1 : 1 -


buah

8 Lemari kaca 1 buah Baik 1/ruangan -

9 Lemari besi 1 buah Baik 1/ruangan -

10 Tensi meter 2 buah Baik 2/ -


ruangan

11 Pinset anatomis 2 buah Baik 2/ -


ruangan

12 Pinset cirurgis 2 buah Baik 2/ -


ruangan

13 Gunting nekrotomi 2 buah Baik 2/ -


ruangan

14 Gunting perban 2 buah Baik 2/ -


ruangan

15 Bengkok 3 buah Baik 2/ -


ruangan

16 Suction 2 buah Baik 2/ -


ruangan

17 Telepon 1 buah Baik 1/ruangan -

18 Computer 1 buah Baik 1/ruangan -

19 Alat pemadam 1 buah Baik 1/ruangan -


kebakaran

20 Lemari obat 2 buah Baik 2/ -


ruangan

21 Kereta obat 2 buah Baik 1/ruangan -

22 Standard baskom 10 Baik 2/ -


buah ruangan

23 Standard infuse 32 Baik 1 : 1 -


buah
42

24 Amubage 2 buah Baik 1/ruangan -

25 Termometer 3 buah Baik 5/ruangan Ditambah


2

26 GDS 1 buah Baik 1/ruangan -

27 EKG 1 buah Baik 1/ruangan -

28 Troli emergency 1 buah Baik 1/ruangan -

39 Hieting set 3 buah Baik 3/ruangan -

30 Syring pump 4 buah Baik - -

31 Infuse pump 8 buah Baik - -

32 Nebulizer 2 buah Baik 2/ruangan -

Tabel 2.15 Distribusi Alat Non Medis Ruang IRNA III ARSUD
Kota Mataram
No
c) Masalah Nama Alat Jumlah Kondisi Ideal Usulan
1 Tempat Tidur 32 buah Baik 1 : 1 -
2 Meja pasien 32 buah Baik 1 : 1 -
3 Kipas angin 9 buah Baik 4/ -
ruangan
4 Kursi roda 1 buah Baik 3/ Ditambah 2
ruangan
5 Branchart 32 buah Baik 1/ -
ruangan
6 Jam dinding 2 buah Baik 2/ -
ruangan
7 Timbangan 2 buah Baik 1/ -
ruangan
8 Kamar mandi 9 buah Baik 1 : 5 -
10 Wastafel 9 buah Baik 2/ -
ruangan

Perlunya penambahan alat seperti thermomether,


kursi roda.
3. Consumbale (Obat-obatan dan bahan habis pakai)
43

a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
ruangan yang dilakukan oleh Dwi Anggun Pratiwi
pada tanggal 01 Mei 2018, kepala ruangan
mengatakan obat-obatan dan bahan habis pakai 10
penyakit terbanyak selalu disediakan di ruangan.

b) Observasi
Berdasarkan hasil observasi dilakukan oleh Dwi
Anggun Pratiwi pada tanggal 01 Mei 2018
didapatkan bahwa ruangan selalu menyediakan
obat-obatan 10 penyakit terbanyak diruangan dan
ruangan selalu menyediakan bahan-bahan habis
pakai, seperti hand scon, hand rab, kasa, kapas,
alkohol, betadin dan lain-lain.
4. Administrasi penunjang
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
ruangan yang dilakukan oleh Dwi Anggun Pratiwi
pada tanggal 01 Mei 2018, ruang IRNA 3 A sudah
memiliki administrasi penunjang seperti buku
injeksi, buku observasi, lembar dokumentasi,
buku operan, TTV, buku timbang terima, buku
Visit dokter.
b) Observasi
Berdasarkan hasi observasi yang dilakukan oleh
Dwi Anggun Pratiwi pada tanggal 01 Mei 2018,
ruang IRNA III A memiliki administrasi
penunjang seperti :
- Buku injeksi
- Buku observasi
- Lembar dokumentasi
- Buku TTV
- Buku timbang terima
44

- SOP
- SAK
- Buku visite
c) Kajian Teori
Pelaksanaan proses manajemen pelayanan
keperawatan sangat memerlukan adanya
pengelolaan fasilitas dan peralatan sebagai
faktor pendukung dan penunjang terlaksananya
pelayanan keperawatan yang efektif. Standar
fasilitas dan alat-alat kedokteran maupun
keperawatan telah ditetapkan oleh masing-masing
institusi dengan memperhatikan jenis alat,
bahan / warna, ukuran, jenis kegiatan, jumlah
yang dibutuhkan, juga didasarkan atas
pertimbangan bahan yang dipakai, disimpan
maupun dicuci. Penyediaan alat-alat menggunakan
pedoman buku standar Fasilitas dan Peralatan
Keperawatan Ruang IRNA III A RSUD Kota
Mataram. Standar tersebut meliputi alat medis
dan non medis.

c. Metode(M3-Methode)

1) Aplikasi MPKP
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara di ruang
IRNA III B RSUD Kota Mataram yang dilakukan
pada tanggal 29 juli 2019, metode
keperawatan yang digunakan adalah metode
MPKP modular yaitu perpaduan antara Tim dan
primer, metode ini sudah diterapkan dengan
baik. Di ruang IRNA III B RSUD Kota Mataram
menerapkan 1 orang yang menjadi kepala
ruangan, 1 wakil karu,2 PP (PP1 dan PP2), 4
orang penanggung jawab shif dan di masing-
45

masing penanggung jawab shif terdapat 3


atau 4 orang Perawat Asosiatif (perawat
pelaksana) dengan total perawat aktif
diruanagan 22 orang.
b) Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan di ruang IRNA III B RSUD Kota
Mataram sudah menerapkan MPKP Modifikasi
Tim Primer (Modul) yang sudah berjalan
dengan cukup baik, namun belum
dimaksimalkan pada saat operan/timbang,
supervise, maupun discharge paling.
Struktur organisasi ruang IRNA III B
KARU
WAKIL KARU

PP I PP II

PA PA

PA PA
PA PA

PA PA

PA PA

PA PA

PA
PA
PA
PA
PA

PA

c) Kajian teori
46

Menurut Grant and Massey dan Marquis &


Huston, jenis metode pemberian asuhan
keperawatan telah dijabarkan sebagai berikut:
1. Metode Kasus
Metode ini merupakan metode tertua
(tahun 1880) dimana seorang klien dirawat
oleh seorang perawat selama 8 jam
perawatan. Setiap perawat ditugaskan untuk
melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat
yang berbeda untuk setiap shif dan tidak
ada jaminan bahawa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan
satu pasien satu perawat dan hal ini
umumnya dilaksanankan untuk perawat Privat
atau untuk keperawatan khusus seperti di
Ruang rawat intensif.
 Kelebihan dari metode ini adalah:
1) Sederhana dan langsung
2) Garis pertanggung jawaban jelas
3) Kebutuhan klien cepat terpenuhi
4) Memudahkan perencanaan tugas
 Kekurangan dari metode ini adalah:
1) Belum dapat diidentifikasi perawat
penanggung jawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan
mempunyai kemampuan dasar yang sama
3) Tak dapat dilakukan oleh perawatt
baru atau kurang pengalaman
4) Mahal, perawat professional termasuk
melakukan tugas non professional
2. Metode Fungsional
47

Metode ini dilakukan pada kelompok


besar klien. Pelayanan keperawatan dibagi
menurut tugas yang berbeda dan dilaksanakan
oleh perawat yang berbeda dan tergantung
pada kompleksitas dari setiap tugas.
Misalnya fungsi menyuntik, membagi obat,
perawatan luka. Metode ini merupakan
manajemen klasik yang menekankan pada
efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang lebih mudah. Semua prosedur
ditentukan untuk dipakai sebagai standar.
Perawat senior menyibukkan diri dengan
tugas manajerialnya sedangkan asuhan
keperawatan klien diserahkan kepada perawat
junior.
Meskipun sistem ini efisien namun
penugasan secara fungsi tidak memberikan
kepuasan kepada klien terfragmentasi
menurut tugas atau perasat yang dilakukan.
Seecara kerja yang diawasi membosankan
perawat karena berorientasi pada tugas dan
sisitem ini baik dan berguna untuk situasi
dimana Rumah Sakit kekurangan tenaga
perawat, namun disisi lain asuhan ini tidak
profesional dan tidak berdasar pada masalah
klien.
48

 Keuntugan dari metode ini adalah:


1) Lebih sedikit membutuhkan perawat
2) Efisien
3) Tugas mudah dijelaskan dan diberikan
4) Para staff mudah menyesuaikan dengan
tugas
5) Tunggu cepat selesai
 Kerugian dari metode ini adalah
1) Tidak efektif
2) Fragmentasi pelayanan
3) Membosankan
4) Komunikasi minimal
5) Tidak holistic
6) Tidak professional
7) Tidak memberikan kepuasan kepada
klien dan perawat

3. Metode Tim
Metode ini menggunakan tim yang
terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuahan keperawatan
terhadap sekelompok klien. Ketua tim
bertanggung jawab membuat perencanaan dan
evaluasi asuahan keperawatan untuk semua
klien yang ada di bawah tanggung jawab
timnya. Anggota tim melaksanakan asuhan
keperawatan kepada klien sesuai perencanaan
yang telah dibuat oleh ketua tim. Tujun
perawatan ini adalah memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik dengan
menggunakan sejumlah staff yang tersedia.
 Keuntungan dari metode ini adalah:
49

1) Berikan kepuasan bagi perawat dan


klien
2) Kemampuan anggota tim dikenal dan di
manfaatkan secara optimal
3) Komperehensip dan holitik
4) Produktif, kerjasama, komunikasi, dan
moral
 Kerugian dari metode ini adalah:
1) Tidak efektif bila pengaturan tidak
baik
2) Membutuhkan banyak kerja sama dan
komunikasi
3) Membingungkan bila komposisi tim
sering di ubah
4) Banyak kegiatan keperawatan dilakukan
oleh perawat non professional
4. Metode primer
Metode ini merupakan suatu metode
penugasan kerja terbaik dalam suatu
pelayanan dengan semua staff keperawatan
yang professional. Pada metode ini setiap
perawat primer memberikan tanggung jawab
penuh secara menyeluruh terhadap
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan mulai dari pasien masuk sampe
keluar dari rumah sakit, mendorong peraktek
kemandirian perawat, ada kejelasan antara
pembuat rencana asuhan dan pelaksana.
Penangung jawab dilaksanakan oleh
perawat primer (Primary/Nurse/PN). Setiap
PN merawat 4-6 klien dan bertanggung jawab
terhadap klien selama 24 jam dari klien
masuk sampe dengan pulang.
 Kelebihan dari modal primer ini adalah:
50

1) Model ini bersipat kontinu dan


komprehensif dalam melakukan proses
keperawatan kepada klien
2) Perawat primer mendapat akutabilitas
yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri
3) Pasien merasa di manusiakan karena
terpenuhinya kebutuhan secara
individu.
4) Asuhan yang diberikan bermutu tinggi
dan tercpai pelayanan yang efektif
terhadap perawatan, dukungan,
proteksi, informasi dan advokasi.
 Kelemahan dari modal ini adalah model
ini hanya dapat dilaksankan oleh perawat
yang dimiliki pengetahuan dan pengalaman
yang memadai dengan kriteria:
1) Asertif
2) Mampu mengatur diri sendiri
3) Kempuan pengambilan keputusan yang
tepat
4) Penguasaan klinik
5) Akuntabel dan mampu berkomunikasi dan
berkolaborasi dengan berbagai disiplin
5. Metode Modifikasi: MAKP Tim-Primer
(Moduler)
Model MAKP Tim dan Primer digunakan
secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut
Sitoris (2002) penetapan system model MAKP
ini didasarkan pada beberapa alasan
berikut:
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara
murni, karena perawat primer harus
51

mempunyai latar belakang pendidikan S-1


Keperawatan atau setara.
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara
murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada
berbagai tim
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut
diharapkan komunitas asuhan keperawatan
dan akuntabilitas asuhan keperawatam
terdapat pada primer, karena saat ini
perawat yang ada di RS sebagian besar
adalah lulusan D-3 Keperawatan, bimbingan
tentang asuhan keperawatan diberikan oleh
perawat primer/ketua tim.
d) Masalah
Belum optimalnya pelaksanaan MPKP Modifikasi

Tim Primer (Modul).

2) TIMBANG TERIMA
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
pada tanggal 29 Juli 2019, didapatkan bahwa
perawat di ruang IRNA III B sudah
melaksanakan timbang terima sesuai dengan
alur timbang terima seperti melaporkan jumlah
pasien, keadaan pasien, keluhan pasien,
tindakan yang sudah dan belum, menyampaikan
masalah sudah teratasi apa belum teratasi.

b) Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
timbang terima diruang IRNA III B RSUD Kota
Mataram sudah dilakukakan setiap pergantian
shift (3 kali) dan setiap ada pasien baru,
52

perawat diruangan sudah melaksanakan timbang


terima seperti melaporkan jumlah pasien,
keadaan pasien, keluhan pasien, dan tindakan
yang sudah dan belum dilakukan. Timbang
terima di ruang IRNA III B biasanya dipimpin
oleh karu, katim ataupun kasif. Timbang
terima pertama dilakukan di ners station
ruang IRNA III B kemudian ke bed
pasien/ruangan pasien dan kembali ke ners
station ruang IRNA III B. Dalam
pelaksanaannya timbang terima biasanya
dilakukan pada pertukaran shif malam ke pagi
dan shif pagi ke sore, dan pada saat shif
sore ke malam biasanya dilakukan di ruangan
saja dan tidak ke masing-masing bed pasien,
sehingga komunikasi antara perawat dan pasien
masih kurang.

c) Kajian teori
Timbang terima sering disebut dengan operan
atau over hand. Operan adalah suatu cara
dalam menyampaikan dan menerima sesuatu
(laporan) yang berkaitan dengan keadaan
klien. Harus dilakukan seefektif mungkin
dengan secara singkat, jelas dan lengkap
tentang tindakan mandiri perawat, tindakan
kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan
perkembangan saat itu Informasi yang
disampaikan harus akurat, sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna.
Tujuan Umum: Mengkomunikasikan keadaan pasien
dan menyampaikan informasi yang penting.
Tujuan Khusus:
53

- Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien


(data fokus)
- Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan
dalam pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien
- Menyampaikan hal penting yang harus
ditindaklanjuti oleh perawat dinas
berikutnya
- Menyusun rencana kerja untuk dinas
berikutnya
Manfaat bagi perawat:
- Meningkatkan kemampuan komunikasi antar
perawat
- Menjalin suatu hubungan kerjasama dan
bertanggungjawab antar perawat
- Perawat dapat mengikuti perkembangan klien
secara paripurna
- Peningkatan pemahaman pelaksanaan timbang
terima pasien
- Terhindar dari kekeliruan pemberian
tindakan keperawatan
- Menimbulkan rasa aman
- Meningkatkan percaya diri/bangga
Manfaat bagi pasien:
- Klien dapat menyampaikan masalah secara
langsung bila ada yang belum terungkap
 
Manfaat bagi Rumah sakit
- Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada
klien secara komprehensi
Alur Operan
PASIEN

Diagnosis medis Diagnosa keperawatan


masalah kolaboratif (didukung data)
54

tindakan

Telah dilakukan Belum dilakukan

Tindakan

Masalah
1. Teratasi
2. Belum teratasi
3. Teratasi sebagian
4. Muncul masalah baru

(Nursalam, 2012)

 Standar timbang terima:


1) Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian
shift.
2) Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung
jawab pasien (PP/Katim).
3)Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan
dinas
4)Informasi yang disampaikan harus akurat,
singkat,sistematis dan menggambarkan kondisi
pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan
pasien.
5)Operan harus berorientasi pada permasalahan
pasien
6)Pada saat operan di kamar pasien, menggunakan
volume suara yang cukup sehingga pasien
55

disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang


rahasia bagi klien. Sesuatu yang dianggap
rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara
langsung didekat klien
7)Sesuatu yang diangggap membuat klien terkejut
dan syok sebaiknya dibicarakan di Nurse
Station.
 Tahapan dan Bentuk Pelaksanaan Operan
Operan memiliki 3 tahapan yaitu:
1) Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang
akan melimpahkan tanggung jawab. Meliputi
factor informasi yang akan disampaikan oleh
perawat jaga sebelumnya.
2) Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat
yang akan pulang dan dating melakukan
pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan
itu sendiri yang berupa pertukaran informasi
yang mungkin adanya komunikasi dua arah
anatar perawat yang shift sebelumnya kepada
perawat shift yang datang.
3) Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang
datang tentang tanggung jawab dan tugas yang
dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat
yang menerima operan untuk melakukan
pengecekan data informasi pada medical record
atau pada pasien lansung.
Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam
melakukan pergantian shift atau operan jaga,
diantaranya (Nursalam. 2002):
a) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
b) Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan
perlu mempersiapkan hal-hal apa yang
disampaikan.
56

c) Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan


kepada penanggung jawab shift yang selanjutnya
meliputi:
 Kondisi atau keadaan klien secara umum
 Tidak lanjut untuk dinas yang menerima operan
 Rencana kerja untuk dinas yang menerima
operan
d) Penyampain operan di atas (point c) harus
dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru
e) Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari
kedua shift bersama-sama secara lansung melihat
keadaan klien.
 Efek Shift Kerja atau Operan
Shift kerja atau operan memiliki efek-
efek yang sangat mempengaruhi diri seorang
perawat sebagai pemberi pelayanan kepada
pasien. Efek-efek dari shift kerja atau
operan:

a) Efek fisiologis
Kualitas tidur termasuk tidur siang
tidak seefektif tidur malam, banyak
gangguan dan biasanya diperlukan waktu
istirahat umtuk menebus kurang tidur selama
kerja malam. Menurunnya kapasitas fisik
kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk
dan lelah. Menurunnya nafsu makan dan
gangguan pencernaan.
b) Efek psikologis
Efek ini berpengaruh adanya gangguan
kehidupan keluarga, efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan
untuk berinteraksi dengan teman, dan
mengganggu aktivitas kelompok dalam
57

masyarakat. Saksonno (1991) mengemukakan


pekerjaan malam berpengaruh terhadap
kehidupan masyarakat yang biasanya
dilakukan pada siang atau sore hari.
Sementara pada saat itu bagi pekerja malam
dipergunakan untuk istirahat atai tidur,
sehinggga tidak dapat berpartisipasi aktif
dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih
dari lingkungan masyarakat.
c) Efek kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift
malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis
dan efek psikologis. Menurunnya kinerja
dapat mengakibatkan kemampuan mental
menurun yang berpengaruh terhadap perilau
kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas
kendali pemantauan.

d) Efek terhadap kesehatan


Shift kerja menyebabkan gangguan
gastrointestinal, masalah ini cendrung
terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja
juga dapat menjadi maalah terhadap
keseimbangan kadar gula dalam darah bagi
penderita diabetes.
e) Efek terhadap keselamatan kerja
Survey pengaruh shift erja terhadap
kesehatan dan keselamatan krja yang
dilakukan Smith et. Al (dalam Adiwardana,
1989), melaporkan bahwa frekuensi
kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir
rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata
jumlah kcelakaan 0,69% pertenaga kerja.
58

Tetapi tidak semua penilaian menyebutkan


bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industry
terjadi pada shift malam. Terdapat suatu
kenyataan bahwa kecelakaan cendrung banyak
terjadi selama shift pagi dan lebih banyak
terjadi pada shift malam.
d) Masalah
Timbang terima belum dilakukan dengan
optimal.
3) RONDE KEPERAWATAN
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di
IRNA III B belum pernah dilakukan ronde
keperawatan, dikarenakan adanya beberapa
kendala seperti jadwal visite dokter yang
tidak menentu dan kesiapan dari tenaga medis
maupun paramedis lainnya.

b) Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
selama 3 hari di ruang IRNA III B belum
pernah dilakukan ronde keperawatan.

c) Kajian Teori
Ronde keperawatan merupakan metode
untuk menggali dan membahas secara mendalam
masalah keperawatan yang terjadi pada pasien
dengan melibatkan tim keperawatan, kepala
ruangan, dokter, ahli gizi dan melibatkan
pasien secara langsung sebagai fokus
kegiatan.
d) Masalah
Ronde keperawatan belum pernah dilakukan.
59

4) PROGRAM SENTRALISASI OBAT


a) Kajian data
Berdasarkan observasi dan wawancara
alur sentralisasi obat yang terdapat di Ruang
IRNA III B RSUD Kota Mataram berawal dari
adanya resep yang dibuat oleh dokter yang
kemudian diberikan kepada keluarga
selanjutnya obat diambil ke bagian farmasi
setelah obat didapatkan, obat tersebut
diserahkan ke tenaga kesehatan (perawat)
diruangan, kemudian perawat ruangan menerima
obat dan disimpan dilemari obat (loker),
kecuali obat oral langsung diberikan ke
keluarga pasien oleh bagian farmasi
(apoteker) dan telah dijelaskan dosis,
kegunaan, dan efek dari obat.

b) Kajian teori
Sentralisasi obat adalah pengelolahan
obat dimana seluruh obat yang akan diberikan
kepada pasien diserahkan pengelolahan
sepenuhnya oleh perawat (Nursalam, 2002).
Tujuan penggelolaan obat adalah menggunakan
obat secara bijaksana dan menghindari
pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan
keperawatan pasien dapat terpenuhi. Hal-hal
berikut ini adalah beberapa alasan yang
paling sering mengapa obat perlu
disentralisasikan:
1. Memberikan bermacam-macam obat untuk satu
pasien
60

2. Menggunakan obat yang mahal dan bermerek,


padahal obat standar yang lebih murah
dengan mutu yang terjamin memiliki
efektifitas dan keamanan yang sama.
3. Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti
dibuat “hanya untuk mencoba”
4. Menggunakan dosis yang lebih besar dari
pada yang diperlukan
5. Memberikan obat kepada pasien yang tidak
mempercayainya, dan yang akan membuang
atau lupa untuk minum
6. Memesan obat lebih dari pada yang
dibutuhkan, sehingga banyak yang tersisa
sesudah batas kadaluarsa
7. Menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan
obat menjadi efektif
8. Meletakkan obat ditempat yang lembab,
terkena cahaya atau panas
9. Mengeluarkan obat (dari tempat
penyimpanan) terlalu banyak pada suatu
waktu sehingga dipakai berlebihan atau
dicuri(Mc. Mahon, 1990).
Tekhnik Pengelolaan Obat (sentralisasi):
1. Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya
dilakukan oleh perawat.
2. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah
kepala ruangan yang secara operasional
dapat didelegasikan kepada staf yang
ditunjuk
3. Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta
menggontrol penggunaan obat
4. Penerimaan obat
5. Obat yang telah diresepkan ditunjukkan
kepada perawat dan obat yang telah diambil
61

oleh keluarga diserahkan kepada perawat


dengan menerima lembar obat.
6. Perawat menuliskan nama pasien, register
jenis obat, jumlah dan sediaan (bila perlu)
dalam kartu kontrol, dan diketahui (ditanda
tangani) oleh keluarga atau pasien dalam
buku masuk obat. Keluar pasien selanjutnya
mendapatkan penjelasan kapan atau bila obat
tersebut akan habis, serta penjelasan
tentang 5 T (Jenis, dosis, waktu, pasien
dan cara pemberian).
7. Pasien atau keluarga selanjutnya
mendapatkan salinan obat yang harus diminum
beserta kartu sediaan obat
8. Obat yang telah diserahkan selanjutnya
disimpan oleh perawat dalam kontak obat.

Alur pelaksanaan sentralisasi obat

Dokter
Kordinasi dengan
perawat
Farmasi/apotik

Pasien/keluarga
- Surat perstujuan
setralisasi obat
dari perawat
PP/Perawat yang menerima - Lembar serah terima
obat
- Buku serah
terima/masuk obat
Pengaturan & pengelolaan
obat oleh perawat
62

Obat Minum/Oral Obat Injeksi

Pasien/keluarga
Pembagian Obat Perawat

a) Obat telah diterima untuk selanjutnya disalin


dalam buku daftar pemberian obat.
b) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya
diberikan oleh perawat dengan memperhatikan
aluryang tercantum dalam buku daftar
pemberian obat dengan terlebih dahulu
dicocokan dengan terapi yang diinstruksikan
dokter dan kartu obat yang ada pada pasien
c) Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan
macam obat, kegunaan obat, jumlah obat dan
efek samping. Usahakan tempat atau wadah obat
kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi.
Pantau efek samping pada pasien.
d) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa
setiap pagi oleh kepala ruang atau petugas
yang ditunjuk kepada dokter penanggung jawab
pasien.
 Penambahan Obat Baru
a) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan
jenis, dosis atau perubahan alur pemberian
obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam
buku masuk obat dan sekaligus dilakukan
perubahan dalam kartu sediaan obat.
b) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin
(sewaktu saja)
 Obat Khusus
63

a) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan


memiliki harga, yang cukup mahal, menggunakan
alur pemberian yang cukup, besar atau hanya
diberikan dalam waktu tertentu/sewaktu saja.
b) Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan
kartu khusus obat dilaksanakan oleh perawat
ketua tim
c) Informasi yang diberikan kepada pasien atau
keluarga, nama obat, kegunaan obat, waktu
pemberian, efek samping, penanggung jawab
pemberian dan wadah obat sebaiknya diserahkan
atau ditunjukkan kepada keluarga setelah
pemberian. Usahakan terdapat saksi dari
keluarga saat pemberian obat.
 Menyimpan Persediaan Obat
a) Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis
obat, jumlah obat dan menulis etiket dan alamat
pasien pasien. Penyimpanan stok (pesediaan)
yang teratur dengan baik merupakan bagian
penting dari manejemen obat. Obat yang diterima
dicatat dalam buku besar persediaan atau dalam
kartu persediaan.
b) Sistem kartu persediaan.
Sebuah kartu pesediaan (kartu stok)
kadang-kadang digunakan untuk menggantikan buku
besar persediaan.Kartu ini berfungsi seperti
seperti buku besar persediaan, yakni neraca
dikeseirnbangkan dengan menambahkan barang yang
diterima dan mengurangi dengan jumlah barang
ditempatkan pada, halaman yang terpisah, tetapi
dalam sistem kartu persediaan, masing-msing
barang dituliskan dalam kartu yang terpisah.
c) Lemari obat
64

Periksa keamanan mekanisme kunci dan


penerangan lemari obat serta lemari pendingin.
Periksa persediaan obat, pemisahan antara, obat
untuk penggunaan oral (untuk diminum) dan obat
luar (pedoman, 1990). Manajemen rumah sakit
perlu dilengkapi dengan manajemen farmasi yang
sistematis karena obat sebagai salah satu bahan
yang dapat menyembuhkan penyakit tidak dapat
diadakan tanpa sistematika perencanaan
tertentu.Obat harus ada, dalam persediaan
setiap rumah sakit sebagi bahan utama dalam
rangka mencapai misi utamanya sebagai health
provider. Menejemen farmasi rumah sakit adalah
seluruh upaya dan kegiatan yang dilaksanakan di
bidang farmasi sebagi salah satu penunjang
untuk tercapainya tujuan. Upaya dan kegiatan
ini meliputi: penetapan standart obat,
perencanaan, pengadaan obat, penyimpanan,
pendistribusian/saran/informasi tentang obat,
monitoring efek camping obat. Faktor kunci yang
perlu diperhatikan dalam pelayanan kepada
pasien meliputi: pelayanan yang cepat, ramah
yang baik (Yoga, 2003). Obat akan memberi
manfaat kepada para pengguna dan juga
bermanfaat dalam pengendalian biaya runah
sakit. Persediaan obat, baik dari segi jenis
maupun volume, harus selalu mencukupi kebutuhan
tanpa ada efek samping seperti kadaluarsa dan
rusak, tujuan obat adalah penggunaan obat yang
tepat untuk pasien yang memerlukan penggobatan.
Obat-obatan dikeluarkan dari tempat penyimpanan
yang terkunci atau dari lemari penyimpanan,
oleh orang bertugas menangani persediaan obat
kepada bagian yang menggunakan. Obat digunakan
65

secara teratur dan dalam jumlah yang diketahui:


hal ini memungkinkan pemantauan (observasi) dan
pengawasan penggunaan obat. Kegiatan yang
dilakukan dalam mengawasi pengeluaran obat akan
memungkinkan perawat mengetahui kapan melakukan
pemesanan ulang, mencocokan pemakaian obat
dengan pengobatan pasien, segera sadar akan
ketidakcocokan dalam pemberian obat, memeriksa
perubahan pemakaian obat.

5) SUPERVISI
a) Kajian Data
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan pada tanggal 29 Juli 2019,
supervisi keperawatan sudah dilakukan
sesuai dengan standart keperawatan, Namun
supervisi yang dilakukan di Ruang IRNA III
B hanya bersifat tidak langsung sesuai
dengan keadaan ruangan dan tidak ada
penjadwalan yang rutin tentang kegiatan
supervisi karna apabila terjadwal perawat
bisa menyiapkan dirinya, supervisi yang
dilakukan biasanya dilakukan dengan
sistem razia dan kapanpun bisa dilakukan
baik itu pagi, siang maupun tengah malam,
selain itu tidak ada pendokumentasian
kegiatan yang sudah di supervisi, rumah
sakit juga memiliki seksi keperawatan yang
setiap hari melakukan supervisi ke setiap
ruangan akan tetapi supervise yang
dilakuan belum terdokumentasi.
- Observasi
66

Berdasarkan hasil observasi supervisi


sudah dilakukan dengan sistem razia dan
tidak menentu oleh kasi keperawatan RSUD
Kota Mataram, supervisi juga dilakukan
oleh kepala ruangan akan tetapi tidak ada
pendokumentasian hasil supervisi.
b) Kajian Teori
Supervisi merupakan upaya untuk
membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan
pihak yang di supervisi agar mereka dapat
melaksanakan tugas kegiatan yang telah
ditetapkan secara efisien dan efektif
(Sudjana, 2012).
c) Masalah
Supervisi belum dilakukan dengan optimal

6) PENERIMAAN PASIEN BARU (PBB)


a) Kajian data
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat
yang ada diruanagan apabila ada pasien
baru yang datang akan diterima terlebih
dahulu oleh perawat yang ada diruangan,
setelah diterima dan dilakuan operan
antara pengantar dan penerima pasien baru
baik secara lisan maupun tulisan
- Observasi
Berdasarkan hasil observasi penerimaaan
pasien baru sudah dilakukan dengan baik
dan memiliki format pengkajian dan
pendokumentasien yang sudah baku.
b) Analisa data
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi
penerimaan pasien baru sudah dialkukan dengan
67

baik dan memiliki format pengkajian dan


pendokumentasian yang sudah baku.
7) DISCHARGE PLANNING
a) Kajian data
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
pada tanggal 29 Juli 2019, pelaksanaan
discharge planning di ruang IRNA III B
masih dilakukan secara lisan belum ada
media gambar/lembar balik maupun leaflet
yang dapat dibawa pulang oleh pasien atau
keluarga pasien sebagai media untuk
perawatan pasien secara mandiri di rumah
(perawatan lanjutan) dismping itu alur
discharge planning diruangan belum ada
diruangan.
- Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan
dari tanggal 29 Juli 2019 - 30 Juli 2019
pelaksanaan Discharge planning di ruang
IRNA III B masih dilakukan secara lisan
belum ada media gambar/lembar balik maupun
leaflet yang dapat dibawa pulang oleh
pasien atau keluarga) dismping itu alur
discharge planning diruangan belum ada
diruangan.
b) Kajian teori
Discharge Planning (Perencanaan
Pulang) merupakan komponen sistem perawatan
berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan
klien secara berkelanjutan dan bantuan untuk
perawatan berlanjut pada klien dan membantu
keluarga menemukan jalan pemecahan masalah
dengan baik, pada saat tepat dan sumber yang
68

tepat dengan harga yang terjangkau (Doengoes


& Moorhouse, 2000).
Tujuan utama adalah membantu klien dan
keluarga untuk mencapai tingkat kesehatan
yang optimal. Discharge planning yang efektif
juga menjamin perawatan yang berkelanjutan di
saat keadaan yang penuh dengan
stress. Rencana pulang yang dimulai pada saat
pasien masuk rumah sakit dan secara periodik
diperbaiki mencapai tahap akhir dan segera
dilaksanakan, Periksa apakah pasien/orang
terdekat telah mendapat instruksi tertulis
atau instruksi verbal tentang penanganan,
obat-obatan dan aktivitas yang boleh
dilakukan di rumah. Tanda dan gejala yang
menunjukkan perlunya kontak yang terus-
menerus dengan pelayanan kesehatan perlu
ditinjau.
o Manfaat dilakukan discharge planning:
1. Menurunkan jumlah kekambuhan, penurunan
kembali di rumah sakit, dan kunjungan ke
ruangan kedaruratan yang tidak perlu
kecuali untuk beberapa diagnosa.
2. Membantu klien untuk memahami kebutuhan
setelah perawatan dan biaya pengobatan.
3. Bahan pendokumentasian keperawatan
Hal-hal yang perlu diperhatikan yakni
meskipun pasien telah dipulangkan, penting
bagi pasien dan keluarga mengetahui apa yang
telah dilaksanakan dan bagaimana mereka dapat
meneruskan untuk meningkatkan status kesehatan
pasien. Selain itu, ringkasan pulang tersebut
dapat disampaikan oleh perawat
praktisi/perawat home care dan mungkin dikirim
69

ke dokter primer/dokter yang terlibat untuk


dimasukkan dalam catatan institusi untuk
meningkatkan kesinambungan perawatan dengan
kerja yang kontinu ke arah tujuan dan
pemantauan kebutuhan yang berubah (Doenges &
Moorhouse). Discharges Planning harus
disesuaikan dengan: Kebutuhan klien,
tersedianya tim kesehatan, Dimulai sejak awal
masuk rumah sakit,Disusun oleh tim.
c) Masalah
Pelaksanaan discharge planning belum optimal
b. Sumber Dana (M4-Money)
a) Kajian Data
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala
Ruangan IRNA III A RSUD Kota Mataram sumber
dana untuk operasional berasal dari BLUD,
anggaran BPJS, umum dan dinas sosial. Tidak
ada sumber dana lain. Sehingga berdampak pula
pada minimnya anggaran operasional dan
pengelolaan keuangan tidak dilakukan secara
mandiri oleh ruang IRNA III A RSUD Kota
Mataram dan di ruang IRNA III A juga tidak
mempunyai bendahara tetapi yang menjadi admin
mengelola uang iuran yang di keluarkan oleh
staf ruang IRNA III A. Segala kebutuhan
dilakukan dengan penyusulan ulang dari ruangan
yang di sampaikan ke perawat penunjang yang
kemudian perawat penunjang menyampaikan ke
bagian keuangan dengan menyesuaikan dengan
kondisi keuangan yang ada. Kemudian
standarisasi gaji tenaga perawat belum
menggunakan standar UMR. Gaji tenaga perawat
PNS: Gaji pokok PNS + Remunerasi, sedangkan
70

untuk perawat kontrak: Gaji kontrak +


Remunerasi.
- Observasi
Berdasarkan data yang diperoleh dari bagian
administrasi ruang IRNA III A RSUD Kota
Mataram adminnya mempunyai catatan untuk uang
iuran setiap bulannya.
b) Kajian Teori
Sesuai dengan ketentuan umum PP No. 6 Tahun
2000 perjan adalah Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) sebagaimana diatur dalam UU no 9 tahun
1969 dimana seluruh modalnya oleh pemerintah dan
merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan
serta tidak terbagi atas saham-saham, jadi rumah
sakit perjan tetap merupakan aset dari Depkes.
Pengelolaan RS perjan dilakukan oleh direksi
serta dibentuk dewan pengawas untuk melakukan
pengawasan (Djoyo Sugito, 2002).
Salah satu fungsi rumah sakit adalah
memberikan pelayanan kesehatan, baik medis maupun
non medis, dalam kaitaan tersebut agar pelayanan
Rumah Sakit dapat berjalan seoptimal mungkin dan
dapat dirasakan oleh masyarakat maka untuk itu
Rumah Sakit perlu mempersiapkan peralatan atau
bahan medis, non medis atau jasa pemborongan.
 Sumber dana Rumah Sakit yaitu:
1) Daftar isian proyek pemerintah pusat dari
anggaran pendapatan Belanja Negara (APBN)
2) Daftar isian kegiatan dari anggaran
pendapatan belanja negara
3) Pendapatan fungsional dari pendapatan
pelayanan rumah sakit.
c) Masalah
71

Untuk pembiayaan Rumah sakit bersumber dari:


BLUD, ABN dan APBN.

c. M5 (Marketing)

a) Kajian Data

- Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian

humas didapatkan bahwa rumah sakit memiliki

marketing yang sangat baik, dan banyak

melakukan promosi diantaranya melalui media

cetak, baliho, pamplet, brosur, seminar, dan

melakukan pelatihan/in house training seperti

emergency cardiac, BHD, dan service excelent.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala

ruang IRNA III A RSUD Kota Mataram, Diruangan

tidak melakukan marketing secara khusus,

ketika perawat melakukan dischage

planning/transfer pasien belum atau tidak

disertai dengan pemberian brosur atau

leaflet.

- Observasi

Sudah di maksimalkannya alat-alat promosi

kesehatan seperti banner, di ruang IRNA III A

terdapat beberapa poster seperti langkah cuci

tangan dan moment cuci tangan dan leaflet 10

penyakit terbanyak belum dilengkapi.


72

b) Kajian Teori

Pemasaran adalah salah satu kegiaan dalam

perekonomian yang membantu dalam menciptakan

nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu sendiri

menentukan harga barang dan jasa. Factor

penting dalam menciptakan nilai terebut

adalah produksi, pemasaran dan

konsumsi.Pemasaran menjadi penghubung antara

kegiatan produksi dan komsumsi. Menurut

Kotler (1997), pemasaran adalah suatu proses

social dan manajerial yag didalamnya individu

dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,

menawarkan dan mempertukarkan produk yang

bernilai kepada pihak lain. Sedangkan rumah

sakit sebagai salah satu penyedia layanan

kesehatan merupakan institusi yang penting

untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat.

Jumlah rumah sakit yang semakin meningkat

membuat setiap rumah sakit saling bersaing

untuk mendapatkan pelanggan. Oleh karena itu,

pemasaran rumah sakit yang baik akan dapat

membantu rumah sakit untuk terus bertahan

dalam persaigan dan berkembang menjadi lebih

baik. Keluarnya peremenkes No.


73

80/Menkes/Per/III/90 yang menyatakan bahwa

badan hokum termasuk perorangan diperkenankan

memiliki dan mengelola rumah sakit dengan

sifat profit oriented, membuat rumah sakit

sadar untuk menerapkan menajemen pemasaran

untuk bias mempertahankan eksistensinya.

Sehingga tidak mengherankan jika keadaan ini

memaksa pihak rumah sakit, baik rumah sakit

swasta maupun rumah sakit pemerintah untuk

menerapkan manajemen pemasaran yang modern,

dengan melaksanakan proses pemasaran yang

baik, termasuk promosi yang termasuk kedalam

bauran pemasaan. Artinya, rumah sakit akan

melakukan berbagai upaya promosi dalam rangka

menarik minat consoling sebanyak-banyaknya.

Managemen pemasaran adalah proses

perencanaan dan pemekiran, pnetapan harga,

promosi, serta penyaluran gagasan, harga,

serta penyaluran gagasan, barang, dan jasa

untuk menciptakan pertukaran yang memuasakan

tujuan-tujuan individu dan orgnisasi

(cotlete,1997).

Promosi dapat di lkukan berbagai cara,salah

satunya adalah iklan. Namaun bolehkan rumah

sakit beriklan? Selama ini pengelola rumah

sakit,baik Pemeritah maupun swasta berpedoman


74

dan meyakini bahwa rumah sakit tidak boleh

beriklan.Banyak alasan yang di kemukakan

antara lain tidak etis jika rumah sakit

mengharapkan kesakitan dari pasien untuk

kemudian pasien tersebut dating kerumah sakit

yang mereka kelola. Namun ketika rumah sakit

memutuskan untuk beriklan,rumah sakit harus

benar-benar siap. Jika tidak, mereka akan

berhadapan dengan undang-undang perlindungan

konsumen seperti yang dialami oleh RS

Siloamgeleneages, Hiffokaruaci yang pernah

memiliki pengalaman tidak menyenangkan saat

mereka berusaha melakukan promosi di media

massa. Saat pembukaan, RS Siloam berupaya

untuk menarik minat pelanggan dengan memasang

iklan pemberitahuan dan informasi sebanyak

setengah halaman di salah media cetak, pada

iklan tersebut di cantumkan mengenai

fasilitas kesehatan dan tenaga medis yang di

miliki oleh rumah sakit tersebut. Tetapi

ternyata iklan tersebut mendapat sambutan

yang tidak menyenangkan dari anggota DPR

karna dinilai tidak etis. Dengan adanya

kejadian ini, Rumah sakit lainnya berfikir

dua kaliuntuk meiklankan rumah sakit mereka


75

karena takut akan menjadi masalah dengan

anggota dewan.

c) Masalah

Promosi kesehatan di ruangan IRNA III A belum

dilakukan secara optimal.

Mutu

Patient Safety
1) Medication error/Kesalahan pengobatan
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
ruangan dan data yang diperoleh dari bulan
Januari - Maret 2018 diruang IRNA III A
didapatkan bahwa tidak pernah terjadi
kesalahan dalam pemberian obat, pemberian
obat dilakukan secara benar sesuai indikasi
dokter.
- Observasi
Berdasarkan hasil observasi data anggka
kejadian kesalahan pengobatan dari bulan
januari-maret 2018 tidak didapatkan data
terjadinya kesalahan pengobatan (0%).
2) Angka kejadian jatuh
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
ruangan dan data yang diperoleh dari bulan
Januari - Maret 2018 diruang IRNA III A
didapatkan bahwa 100% pasien tidak pernah
mengalami jatuh selama dilakukan perawatan di
ruang IRNA III A, Meskipun banyak pasien yang
meimiliki resiko jatuh akan tetapi selalu
76

dilakukan pencegahan sesuai dengan prosedur


yang ada dirumah sakit.
- Observasi
Berdasarkan hasil observasi data anggka
kejadian jatuh diruang IRNA III A dari bulan
januari-maret 2018 tidak didapatkan data
terjadinya pasien jatuh ditempat tidur (0%).
3) Angka kejadian phlebitis
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dan data yang
diperoleh dari ruang IRNA III A dari bulan
Januari - April 2018 tercatat 656 paisen yang
terpasang Intervena line (IVL), dari 656
paisen yang terpasang IVL tidak ada yang
mengalami plebitis (0%).
- Observasi
Berdasarkan hasil observasi data anggka
kejadian phlebitis diruang IRNA III A dari
bulan januari-maret 2018 tidak didapatkan
data terjadinya pasien yang mengalami
plebitis (0%).
4) Angka kejadian dekubitus
- Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dan data
yang diperoleh dari ruang IRNA III A dari
bulan Januari - Mare 2018 tidak terdapat
pasien yang mengalami dekubitus (0%) dari
total 62 pasien yang masuk IRNA III A yang
mengalami imobilisasi.
- Observasi
Berdasarkan hasil observasi data anggka
kejadian dekubitus diruang IRNA III A dari
bulan januari-maret 2018 tidak didapatkan
data kejadian dekubitus (0%).
77

5) Kepuasan Pasien
Berdasarkan hasil wawacara dengan kepala
ruangan IRNA III A didapatkan bahwa kuesioner
kepuasan pasien tetap diukur setiap bulanya.

6) Kepuasan perawat
Berdasarkan hasil wawacara dengan kepala
ruangan IRNA III A didapatkan bahwa kuesioner
kepuasan parawat tetap diukur setiap bulanya.

C. Data Khusus Ruangan (Fungsi Manajemen Keperawatan


Diruangan)
- UNSUR PROSES
a) PROSES ASUHAN KEPERAWATAN
1) Kajian Data
a) Pengkajian
Setelah dilakukan observasi dan
wawancara dengan kepala ruangan IRNA III A
RSUD Kota Mataram menggunakan format
pengkajian asuhan keperawatan untuk setiap
pasien yang sudah baku (Nanda NIC NOC).
b) Diagnosa keperawatan
Setelah dilakukan observasi dan
wawancara dengan kepala ruangan IRNA III A
RSUD Kota Mataram menggunakan format
diagnosa keperawatan untuk setiap pasien
yang sudah baku (Nanda NIC NOC).
c) Perencanaan
Setelah dilakukan observasi dan
wawancara dengan kepala ruangan IRNA III A
Kota Mataram menggunakan format rencana
keperawatan untuk setiap pasien yang sudah
baku (Nanda NIC NOC).
d) Implementasi
78

Setelah dilakukan observasi dan


wawancara dengan kepala ruangan IRNA III A
RSUD Kota Mataram menggunakan format
implementasi yang dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang ditulis di Nanda NIC NOC.
e) Evaluasi
Setelah dilakukan observasi dan
wawancara dengan kepala ruangan IRNA III A
RSUD Kota Mataram menggunakan format
evalusi keperawatan dengan menggunakan
SOAP.
2) Kajian Teori
 Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari
proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang
klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial
dan lingkungan. Pengkajian merupakan langkah
pertama dari proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien
sehingga akan diketahui berbagai permasalahan
yang ada (Pengantar Konsep Dasar Keperawatan).
Pengkajian keperawatan adalah proses
sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan
komunikasi data tentang klien (Fundamental
Keperawatan).
Tujuan pengkajian adalah mengumpulkan
data objektif dan subjektif dari klien.Adapun
data yang terkumpul mencakup klien, keluarga,
masyarakat, lingkungan, atau kebudayaan.(Mc
Farland & mc Farlane).
79

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan


selama pengkajian antara lain:
a) Memahami secara keseluruhan situasi yang
sedang dihadapi oleh klien dengan cara
memperhatikan kondisi fisik, psikologi,
emosi, sosialkultural, dan spiritual yang
bisa mempengaruhi status kesehatannya.
b) Mengumpulkan semua informasi yang
bersangkutan dengan masa lalu, saat ini
bahkan bahkan sesuatu yang berpotensi
menjadi masalah bagi klien guna membuat
suatu database yang lengkap. Data yang
terkumpul berasal dari perawat-klien selama
berinteraksi dan sumber yang lain. (Gordon,
1987;1994)
c) Memahami bahwa klien adalah sumber
informasi primer.
d) Sumber informasi sekunder meliputi anggota
keluarga, orang yang berperan penting dan
catatan kesehatan klien.
Metode pengumpulan data meliputi:
o Melakukan interview/wawancara.
o Riwayat kesehatan/keperawatan
o Pemeriksaan fisik
o Mengumpulkan data penunjang hasil
laboratorium dan diagnostik lain serta
catatan kesehatan (rekam medik).
 Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah
menganalisis data subjektif dan objektif untuk
membuat diagnosa keperawatan. Diagnosa
keperawatan melibatkan proses berpikir
kompleks tentang data yang dikumpulkan dari
80

klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi


pelayanan kesehatan yang lain.
The North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA, 2010) mendefinisikan
diagnosa keperawatan semacam keputusan klinik
yang mencakup klien, keluarga, dan respon
komunitas terhadap sesuatu yang berpotensi
sebagai masalah kesehatan dalam proses
kehidupan. Dalam membuat diagnosa keperawatan
dibutuhkan ketrampilan klinik yang baik,
mencakup proses diagnosa keperawatan dan
perumusan dalam pembuatan pernyataan
keperawatan. Proses diagnosa keperawatan
dibagi menjadi kelompok interpretasi dan
menjamin keakuratan diagnosa dari proses
keperawatan itu sendiri. Perumusan pernyataan
diagnosa keperawatan memiliki beberapa syarat
yaitu mempunyai pengetahuan yang dapat
membedakan antara sesuatu yang aktual, risiko,
dan potensial dalam diagnosa keperawatan.
- Perumusan diagnosa keperawatan:
o Actual: Menjelaskan masalah nyata saat
ini sesuai dengan data klinik yang
ditemukan.
o Resiko: Menjelaskan masalah kesehatan
nyata akan terjadi jika tidak dilakukan
intervensi.
o Kemungkinan: Menjelaskan bahwa perlu
adanya data tambahan untuk memastikan
masalah keperawatan kemungkinan.
o Wellness: Keputusan klinik tentang
keadaan individu, keluarga atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat
81

sejahtera tertentu ketingkat sejahtera


yang lebih tinggi.
o Syndrom: diagnose yang terdiri dar
kelompok diagnosa keperawatan actual dan
resiko tinggi yang diperkirakan
muncul/timbul karena suatu kejadian atau
situasi tertentu.
 Perencanaan
Perencanaan adalah penyusunan rencana
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan,
untuk menanggulangin masalah sesuai dengan
diagnosis keperawatan yang telah ditentukan.
Tujuan perencanaan yakni Untuk
mengidentifikasi tujuan klien, Untuk
menentukan prioritas asuhan. Menentukan hasil
yang diperkirakan, Untuk merancang strategi
keperawatan, Untuk mencapai tujuan
keperawatan.
Langkah-langkahnya yakni Menentukkan
urutan prioritas masalah, Merumuskan tujuan
keperawatan yang akan dicapai, Menentukan
rencana tindakan yang akan dicapai.
 Implementasi
Implementasi Merupakan inisiatif dari
rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing orders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu
rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan
untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien.Adapun
tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah
sebagai berikut:
82

- Tahap 1: Persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini
menuntut perawat untuk mengevaluasi yang
diindentifikasi pada tahap perencanaan.
- Tahap 2: Intervensi
Fokus tahap pelaksanaan tindakan
perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan
tindakan dari perencanaan untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan
tindakan keperawatan meliputi tindakan:
Independen, dependen, dan interdependen.
- Tahap 3: Dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus
diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan
akurat terhadap suatu kejadian dalam proses
keperawatan.
 Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat kriteria
keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat
dengan jalan membandingkan antara proses
dengan pedoman/rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan membandingkan antara tingkat
kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari
dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan
tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.
Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:
- Proses asuhan keperawatan, berdasarkan
criteria/ rencana yang telah disusun.
- Hasil tindakan keperawatan,berdasarkan
criteria keberhasilan yang telah di
rumuskan dalam rencana evaluasi.
 Hasil Evaluasi
83

Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu:


- Tujuan tercapai, apabila pasien telah
menunjukan perbaikan/kemajuan sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
- Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan
itu tidak tercapai secara maksimal,
sehingga perlu di cari penyebab dan cara
mengatasinya.
- Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak
menunjukan perubahan/kemajuan sama sekali
bahkan timbul masalah baru. Dalam hal ini
perawat perlu untuk mengkaji secara lebih
mendalam apakah terdapat data, analisis,
diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain
yang tidak sesuai yang menjadi penyebab
tidak tercapainya tujuan. Setelah seorang
perawat melakukan seluruh proses
keperawatan dari pengkajian sampai dengan
evaluasi kepada pasien, seluruh tindakannya
harus didokumentasikan dengan benar dalam
dokumentasi keperawatan.
b) PROSES MANAJEMEN PELAYANAN/OPERASIONAL
Manajemen pelayanan keperawatan merupakan
proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui
staf keperawatan: asuhan keperawatan, pengobatan
dan rasa aman kepada klien, keluarga dan
masyarakat. Manajer keperawatan harus
merencanakan, organisir, mengarahkan dan
mengontrol serta efektif dan ekonomis. Swanburg
mengatakan manajemen pelayanan keperawatan
berhubungan dengan fungsi manajemen: perencanaan,
pengorganisasian, pengaturan staf, memimpin dan
mengendalikan aktivitas upaya keperawatan.
1. Perencanaan
84

a) Kajian data
a) Visi, misi organisasi.

1)Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala

ruangan, Ruangan IRNA III A belum memiliki

Visi Misi, karena selama ini mengikuti dan

menerapkan visi misi rumah sakit.

2)Observasi

Hasil pengamatan diruangan IRNA III A tidak

terlihat visi misi keperawatan yang terpajang

di dinding ruangan yang dapat terbaca dengan

mudah oleh semua orang yang melewatinya.

3)Masalah

IRNA III A belum memiliki Visi misi ruangan.

b) Filosofi keperawatan

1)Wawancara

Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan

belum ada filosofi keperawatan diruangan.

2)Observasi

Dari hasil observasi ruangan belum ada

filosofi keperawatan di ruangan agar menjadi

dasar dalam bekerja.

3)Masalah

Belum ada filosofi di ruangan IRNA III A

sebagai dasar dalam bekerja.

c)Peraturan organisasi
85

1)Wawancara

Menurut kepala ruangan rumah sakit memiliki

peraturan yang merujuk ke depkes, tetapi

dalam pelaksanaannya tetap mengikuti aturan

yang ada Di RS.

2)Observasi

Ada uraian peraturan kepegawaian yang sudah

ditetapkan dirumah sakit.

3)Masalah

Dalam peraturan organisasi masih ada beberapa

yang tidak sesuai atau tidak mengikuti

peraturan rumah sakit.

d)Pembuatan rencana harian

1)Wawancara

Menurut Kepala Ruangan diruangan sudah

membuat rencana harian dalam bentuk catatan

harian yang baku yaitu log book.

2)Observasi

Dari hasil observasi dari aktivitas harian

perawat ruangan sudah sesuai dengan rencana

aktivitas yang diberikan dan sudah memiliki

log book.

b. Kajian teori
Planning (perencanaan) sebuah proses
yang dimulai dengan merumuskan tujuan
organisasi, sampai dengan menyusun dan
menetapkan rangkaian kegiatan untuk
86

mencapainya. Melalui perencanaan akan dapat


ditetapkan tugas–tugas staf. Dengan tugas –
tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai
pedoman untuk melakukan supervisi dan
evaluasi serta menetapkan sumber daya yang
dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan
tugas–tugasnya.
2. Pengorganisasian
1)Struktur organisasi

a)Wawancara

Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan

sudah ada struktur organisasi diruangan yang

terdiri dari 1 katim dan 4 KASIF dalam

mengaplikasikan MPKP Modifikasi Tim Primer

(Modul).

b)Observasi

Adanya struktur organisasi yang dipajang di

dinding ruangan nurse station.

Struktur Organisasi IRNA III A RSUD Kota


Mataram
87

c)Masalah

Struktur organisasi ruangan belum sesuai

dengan MPKP Modifikasi Tim Primer (Modul).

2)Pengorganisasian perawatan klien

a)Wawancara

Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan

untuk pengorganisasian perawatan klien sudah

dibagi oleh kepala ruangan atau katim sesuai

dengan tingkat ketergantungan pasien dan

jumlah ruangan.

b)Observasi

Berdasarkan Hasil pengamatan ada 1 Ketuatim

dan 4 KASIF diruangan IRNA III A yang dibuat

sesuai tugas sehari-hari. Pembagian tanggung

jawab terhadap pasien disesuaikan dengan tim

dan tugas masing-masing.

c)Masalah

Perawatan klien belum sesuai dengan MPKP

Modifikasi Tim Primer (Modul).

3)Uraian tugas
88

a)Wawancara

Dari hasil wawancara kepala ruangan setiap

perawat sudah mempunyai uraian tugas masing-

masing dari karu, katim, hingga perawat

pelaksana.

b)Observasi

Dari hasil observasi sudah ada aturan dalam

uraian tugas dari karu, katim, hingga perawat

pelaksana yang sudah di tetapkan, dan

melaksanakan tugas sesuai dengan uraian

tugas.

4)Metode penugasan

a)Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala

Ruangan IRNA III A, metode penugasan yang

diterapkan adalah metode MPKP Modifikasi Tim

Primer (Modul), dibentuk menjadi 4 tim yang

masing-masing tim terdiri dari 1 orang katim

dan 3 orang perawat pelaksana dan dibagi

dalam jadwal shif pagi, siang dan malam.

Untuk piket pagi terdapat penambahan Perawat

pelaksana dari perawat cadangan yaitu 1

orang.

b)Observasi

Berdasarkan observasi yang diproleh dapat

dianalisa bahwa Ruang IRNA III A telah di


89

terapkan Model MAKP Modifikasi Tim Primer

(Modul), dan sudah berjalan sesuai prosedur

namun dalam proses operan atau timbang terima

belum maksimal karena masih jarang untuk

langsung ke masing-mmasing bed pasien.

5)Pendokumentasian asuhan keperawatan

a)Wawancara

Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan

untuk pendokumentasian keperawatan langsung

ada di rekam medis pasien yang diisi setiap

hari oleh perawat jaga.

b)Observasi

Tersedia lembar penulisan standar asuhan

keperawatan. Sementara dari pelaksanaannya

sendiri, untuk pengkajian data awal pasien

masuk hingga evaluasi ada beberapa item yang

tidak terisi.

c)Masalah

Belum optimalnya kegiatan audit dokumentasi

keperawatan.

6)Pengaturan Jadwal Dinas

a)Wawancara

Menurut kepala ruangan pengaturan shif dinas

sudah tersusun per satu bulannya, disusun

oleh Kepala ruangan dan disahkan oleh Kasi

Keperawatan. Dibentuk menjadi 4 tim yang


90

masing-masing tim terdiri dari 1 orang katim

dan 3 orang perawat pelaksana dan dibagi

dalam jadwal shif pagi, siang dan malam.

Untuk piket pagi terdapat penambahan Perawat

pelaksana dari perawat cadangan yaitu 1

orang.

b)Observasi

Format daftar shif diruangan menggunakan

proporsi jumlah perawat yang ada dan sudah

tersusun per satu bulannya.

3. Pengarahan (Actuating)
1)Motivasi kepada perawat

a)Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala

ruangan didapatkan informasi bahwa Motivasi

kepada perawat selalu dilakukan, dalam bentuk

motivasi Ekstrinsik tentang kedisiplinan dan

tentang keselamatan pasien.

b)Observasi

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

oleh Afriza Kurniawan motivasi sudah

diberikan kepada perawat pelaksana, ketua tim

atau KASIF apabila hasil kerja menurun.

2)Komunikasi

a)Wawancara
91

Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan

didapatkan informasi bahwa komunikasi antara

perawat diruangan berjalan dengan baik.

b)Observasi

Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh

dapat dianalisa bahwa diruang IRNA III A

untuk komunikasi berjalan dengan baik. Dimana

setiap melakukan tindakan selalu

dikomunikasikan terlebih dahulu, misalnya

ketika perawat pelaksana melakukan tindakan

kepada pasien selalu dikomunikasikan kepada

ketua tim terlebih dahulu, Tapi pada saat

timbang terima komunikasi antara perawat

dengan pasien masih kurang.

c)Masalah

Komunikasi antar perawat sudah cukup baik,

dan dalam penerapannya komnunikasi dengan

pasien masih kurang, terutama pada saat

timbang terima/operan.

3)Pendelegasian.

a)Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara mengenai

pendelegasian kepada perawat dan

pelaksanaannya di Ruang IRNA III A kepala

ruangan menyatakan bahwa, pendelegasian di

ruangan itu kadang-kadang di lakukan jika ada


92

kondisi yang memungkinkan untuk di lakukan.

dan tempat di lakukannya pendelegasian yaitu

di ruang jaga perawat. Namun dalam

pelaksanaan pendelegasian tersebut tidak

terjadwal dan terencana.

Dari hasil wawancara kepala ruangan

mengatakan bahwa pendelegasian dilakukan

biasanya oleh dokter ke kepala ruangan atau

yang mewakilkan jika ada pasien yang butuh

resep atau dari kepala ruangan ke ketua tim.

b)Observasi

Berdasarkan observasi yang diperoleh dapat

dianalisa bahwa diruang IRNA III A dalam

melakukan pendelegasian biasanya oleh dokter

ke kepala ruangan atau yang mewakilkan jika

ada pasien yang butuh resep.

c)Masalah

Dalam pelaksanaan pendelegasian belum sesuai

dengan alur pendelegasian yang tertuang di

SPO.

4)Timbang terima

a)Wawancara

Dari hasil wawancara kepala ruangan

mengatakan bahwa perawat di ruang IRNA III A

sudah melaksanakan timbang terima sesuai

dengan alur timbang terima seperti melaporkan


93

jumlah pasien, keadaan pasien, keluhan

pasien, tindakan yang sudah dan belum dan

menyampaikan masalah sudah teratasi apa

belum.

b)Observasi

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan

timbang terima diruang IRNA III A RSUD Kota

Mataram sudah dilakukakan setiap pergantin

shift dan setiap ada pasien baru, perawat

diruangan sudah melaksanakan timbang terima

seperti melaporkan jumlah pasien, keadaan

pasien, keluhan pasien, dan tindakan yang

sudah dan belum dilakukan. Timbang terima

pertama dilakukan di ners station ruang IRNA

III A kemudian ke bed pasien/ruangan pasien

dan kembali ke ners station ruang IRNA III A.

Dalam pelaksanaannya timbang terima belum

dilakukan per pasien, tapi hanya dilakukan di

ruangan dan tidak ke masing-masing bed

pasien, komunikasi antara perawat dan pasien

masih kurang.

c)Masalah

Timbang terima sudah dilakukan sesuai dengan

alur timbang terima, tapi dalam

pelaksanaannya tidak dilakukan per bed pasien


94

dan komunikasi komunikasi antara perawat dan

pasien masih kurang.

4. Pengawasan (Controling)
1)Indikator mutu.

a)Wawancara

Dari hasil wawancara kepala ruangan

mengatakan bahwa untuk penilaian indikator

mutu sudah ada tim penilaian dari rumah sakit

dan sudah ada indikator tetap yang sudah

digunakan.

b)Observasi

Berdasarkan hasil survey tersebut maka

didapatkan hasil yang cukup memuaskan yaitu

85,7% dimana hasil ini didapatkan berdasarkan

pada hasil survey terhadap penanggung jawab

ruangan selaku kepala ruangan di IRNA III A.

Tabel 2.13. Distribusi indikator mutu ruang


IRNA III A

No Aspek yang dinilai Skor Ket.


1 BOR dihitung setiap satu 1
bulan
2 ALOS diukur setiap satu 1
bulan
3 TOI diukur setiap bulan 1
4 Angka lari catat setiap 0
bulan
5 Angka pengekangan fisik 1
dihitung setiap bulan
95

6 Angka infeksi nosokomial 1


dicatat setiap bulan
7 Angka cedera diukur setiap 1
bulan
Jumlah 6
Sumber: Data primer IRNA III A

TOTAL SKOR

NILAI = TOTAL SKOR X 100 / 7 = 6 X 100/7 =

85,7 %

Berdasarkan data yang didapatkan,

diketahui hasil survey pengendalian indikator

mutu ruang IRNA III A RSUD Kota Mataram

memiliki presentase yang cukup bagus yaitu

85,7%, hampir semua indikator mutu dicatat

dan dihitung setiap bulannya.

2)Pelaksanaan SOP dan SAK

a)Wawancara

Dari hasil wawancara kepala ruangan

mengatakan bahwa asuhan keperawatan yang

diberikan sudah mengacu pada SOP dan SAK

diruangan yang sudah ditetapkan oleh rumah

sakit.

b)Observasi

Ruang IRNA III A RSUD kota Mataram sudah

memiliki standar pelayanan namun belum

lengkap sesuai dengan 10 penyakit terbanyak

di ruangan. Standar asuhan keperawatan (SAK)


96

untuk 10 penyakit terbanyak di Ruang IRNA III

A RSUD kota Mataram masih belum lengkap.

Berdasarkan hasil pembagian kepada 7 orang

perawat di ruang IRNA III A RSUD Kota

Mataram, didapatkan 90% memiliki tingkat

kinerja dalam Kriteria cukup.

SOP tindakan keperawatan di ruang IRNA III A

RSUD Kota Mataram dari hasil pengkajian bahwa

sudah terdapat SOP tetap diruang IRNA III A

yang sudah disusun oleh rumah sakit.

Berdasarkan hasil pembagian kuesioner kepada

7 orang perawat di ruang IRNA III A RSUD Kota

Mataram, didapatkan 90% memiliki tingkat

kinerja dalam kriteria baik dan didapatkan

10% memiliki tingkat kinerja dalam kriteria

cukup.

c)Masalah

Untuk SAK yang ada di Ruang IRNA III A masih

belum lengkap sedangkan untuk SOP nya sudah

lengkap.

D. UNSUR OUTPUT
a. Efisiensi Ruang Rawat
1) BOR
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
oleh Fahrurrozi pada tanggal 01 Mei 2018
dengan Kepala Ruangan IRNA III A, BOR sudah
dihitung setiap bulanya.
97

b) Observasi
Berdasarkan data yang didapat dirunagan BOR
selama 3 bulan terahir, didapatkan hasil yaitu
bulan Januari : 87,16 %, Februari : 91,52% dan
Maret : 93, 54 %. Hal ini menunjukkan hasil
sudah mencapai standar (60%-85%) yang berarti
beban kerja perawat tidak terlalu berat
sehingga berimplikasi pada kinerja perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan yang lebih
maksimal.
c) Kajian Teori
BOR (Bed Occupancy Rate) menunjukkan tinggi
rendahnya pemanfaatan tempat tidur yang
tersedia di rumah sakit dalam jangka waktu
tertentu, bila nilai ini mendekati 100 %
berarti ideal. Standar nasional dalam satu
tahun adalah : 75,85%.

BOR:Jumlah pasien x 100 %


Jumlah TT x hari perawatan

2) LOS
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
oleh Fahrurrozi pada tanggal 01 Mei 2018
dengan Kepala Ruangan IRNA III A, LOS sudah
dihitung setiap bulanya.
b) Observasi
Berdasarkan data yang didapat dirunagan BOR
selama 3 bulan terahir, didapatkan hasil yaitu
bulan Januari : 1,41 hari, Februari : 3,42
hari dan Maret : 3,4 hari. Angka ini
menunjukan lama rata-rata hari perawatan
sesuai dengan standar nasional yang telah
98

ditetapkan untuk RSU yaitu 3 hari (DEPKES,


2006).
c) Kajian Teori
LOS (Length of Stay) menunjukkan rata-rata
lamanya perawatan setiap pasien, Lama waktu
rawat yang baik maksimum 12 hari, standar
Nasional untuk rumah sakit dalam satu tahun
adalah 1-3 hari (DEPKES 2006).

LOS:Jumlah lama dirawat_


Jumlah pasien keluar (hidup dan mati)

3) BTO
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
oleh Fahrurrozi pada tanggal 01 Mei 2018
dengan Kepala Ruangan IRNA III A, BTO sudah
dihitung setiap bulanya.
b) Observasi
Berdasarkan kajian yang dilakukan dari bulan
Januari - Maret 2018, menunjukkan frekuensi
pemakaian tempat tidur rumah sakit di IRNA
III A RSUD Kota Matarambulan januari yaitu
7,56 kali, februari : 8,25 kali dan maret :
7,34 kali. Angka ini menunjukkan tingkat
pemakaian tempat tidur Ruang IRNA III A RSUD
Kota Mataram di atas standar hal ini sesuai
dengan pendapat DEPKES RI.
c) Kajian Teori
BTO (Bed Turn Over) menunjukkan frekuensi
pemakaian tempat tidur rumah sakit dalam satu
satuan waktu tertentu. Jadi BTO memberikan
gambaran tentang tingkat pemakaian tempat
tidur rumah sakit. Standar 5 - 45 kali untuk

BTO:Jumlah pasien keluar (hidup dan mati)


Jumlah tempat tidur
99

rumah sakit dalam satu tahun, sedangkan yang


baik lebih dari 40 kali (Djojodibroto, 1997).

4) TOI
a) Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
oleh Fahrurrozi pada tanggal 01 Mei 2018
dengan Kepala Ruangan IRNA III A, TOI sudah
dihitung setiap bulanya.
b) Observasi
Berdasarkan kajian yang dilakukan dari bulan
Januari - Maret 2018 menunjukan waktu rata-
rata suatu tempat tidur kosong atau waktu
antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh
pasien sampai dengan diisi lagi. Waktu rata-
rata tempat tidur di RSUD Kota Mataram ruang
IRNA III A adalah 3 hari. Angka ini
menunjukan rata-rata suatu tempat tidur
kosong atau waktu antara satu tempat tidur
ditinggalkan oleh pasien sudah sangat sesuai
dengan standar, hal tersebut sesuai dengan
pendapat DEPKES RI (2006) yang mengatakan
bahwa standar untuk rumah sakit dalam satu
tahun 1-3 hari.
c) Kajian Teori
TOI (Turn Over Interval) menunjukkan waktu
rata-rata suatu tempat tidur kosong atau
waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan
oleh pasien sampai dengan diisi lagi. Standar
1-3 hari untuk rumah sakit dalam satu tahun.

TOI : (Jumlah TT x Periode)- Hari perawatan


Jumlah pasien keluar (hidup dan Mati)
100

Tabel 2.22 Indikator Efisiensi Ruangan IRNA III A


Standar Nasional RSU
No Indikator Standar
1 BOR 60 – 85 %
2 LOS 1 – 3 hari
3 BTO 40 – 50 kali
4 TOI 1 – 3 hari
Sumber : Depkes RI,2002
101

E. ANALISIS SWOT

No ANALISIS SWOT BOBOT RATING BOBOT X RATING


1 Man (M1)
a. Internal faktor(IFAS)
Strenght
1.Jenis ketenagaan:
a. S2 Keperawatan 1 orang 0,2 4 0,8
b. S1 + Ners 6 orang
c. DIII keperawatan 16 orang
d. Dokter umum 5 orang
e. Dokter spesialis 18 orang,
f. Administrasi 2 orang,
g. Apoteker 1 orang,
h. asisten apoteker 1 orang,
i. ahli gizi 1 orang,
j. cleaning service 5 orang
2. IRNA III A merupakan salah satu Instalasi Rawat Inap 0,2 4 0,8 S-W
di RSUD Kota Mataram yang sudah paripurna. 4-2 = 2
3. Adanya pelatihan perawat 0,2 4 0,8
4. Perawatan pasien sudah disesuaikan dengan tingkat 0,2 4 0,8
ketergantungan
0,2 4 0,8
5. Jumlah pasien sudah disesuaikan dengan jumlah
kebutuhan perawat
TOTAL 1 4,0
102

Weakness
1. Pelatihan-pelatihan yang diikuti Oleh Tenaga 1 2 2
Keperawatan di IRNA III A masih perlu dioptimalkan.
TOTAL
1 2

b. Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity
1. Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa fakultas 0,4 4 1,6
keperawatan dengan RSUD Kota Mataram
2. Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisme 0,4 4 1,6
perawat
3. Adanya program agreditasi RS dari pemerintah dimana 0,2 3 0,6
MPKP merupakan salah satu penilaian
TOTAL 1 3,8

O-T
Treathened
1. Adanya tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan 0,3 3 0,9 3,8-3 =
pelayanan yang lebih professional 0,8
2. Persaingan antara rumah sakit swasta semakin meluas 0,3 3 0,9
dengan promosi yang menarik.
3. Semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya 0,2 3 0,6
kesehatan
4. Semakin tingginya kesadaran masyarakat akan hukum. 0.2 3 0,6
TOTAL
1 3
2. Sarana dan Prasarana (M2)
a. Internal faktor(IFAS)
Strenght
1. IRNA III A merupakan salah satu Instalasi Rawat Inap 0,3 4 1,2
103

di RSUD Kota Mataram yang sudah paripurna. S-W


2. RSUD Kota Mataram merupakan rumah sakit yang dijadikan 3,6-3,5 =
sebagai RS Pendidikan, penelitian dan rujukan. 0,3 4 1,2 0,1
3. Terdapat administrasi penunjang (seperti : buku
injeksi, buku TT, buku visite dokter, SOP, SAK, buku 0,2 3 0,6
operand an lain-lain) yang memadai
4. Adanya nurse station 0.2 3 0,6
TOTAL 1 3,6
Weakness
1. Alat-alat medis masih ada yang kurang (thermometer 0,5 3 1,5
dan korsi roda)
2. Jarak antar bed belum memenuhi estándar ruangan 0,5 4 2,0
TOTAL
1 3,5
b. Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya pengadaan sarana dan prasarana yang rusak dari 0,5 3 1,5
bagian pengadaan barang
2. Adanya program pelatihan/seminar khusus tentang 0,5 4 2
pengoprasian alat
TOTAL 1 3,5
Treathened O-T
1. Persaingan antara rumah sakit swasta semakin meluas 0,4 3 1,2
dengan promosi yang menarik. 3.5-2,7 =
2. Semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya 0,3 2 0,6 0,8
kesehatan
3. Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat untuk 0,3 3 0,9
melengkapu sarana dan prasarana
TOTAL 1 2,7
104

3 Methode (M3)
1. MAKP
a. Internal Faktor (IFAS):
Strength
1. Mengaplikasikan MAKP Moduler (Tim-Primer) 0,3 4 1,2
2. Mempunyai standar asuhan keperawatan yang sudah baku 0,3 3 0,9
yaitu NANDA NIC-NOC
3. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat 0,2 4 0,8
dengan tim kesehatan lain
4. Ketenagaan keperawatan sudah memenuhi syarat untuk 0,2 3 0,6 S-W
MAKP (S1-Keperawatan 7 orang)
TOTAL 1 3,5 3,5-3 =
0,5
Weakness
1. Ruangan belum memiliki visi, misi, dan motto sebagai 1 3 3
acuan melaksanakan kegiatan pelayanan

TOTAL 1 3
b. Eksternal faktor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya mahasiswa profesi ners praktik manajemen 0,3 4 1,2
keperawatan O-T
2. Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi 0,3 3 0,9 3,7-3,5 =
perawat 0,2
3. Adanya kebijakan rumah sakit tentang pelaksanaan MAKP 0,4 4 1,6

TOTAL 1 3,7

Threatened
1. Persaingan antar rumah sakit yang semakin ketat 0,1 4 0,4
2. Adanya tuntutan masyarakat yang semakin tinggi 0,2 4 0,8
terhadap peningkatan pelayanan keperawatan yang lebih
105

professional
3. Adanya kesadaran masyarakat/pasien/keluarga akan 0,2 3 0,6
tanggung jawab dan tanggung gugat
4. Semakin tingginya kesadaran masyarakat akan 0,2 3 0,6
pentingnya kesehatan
5. Persaingan dengan masuknya perawat asing 0,2 4 0,8
6. Bebasnya pers yang dapat langsung menyebarkan 0,1 3 0,3
informasi dengan cepat

TOTAL 1 3,5
2. Sentralisasi obat
a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. Tersedianya sarana dan prasarana untuk pengelolaan 0,1 4 0,3
sentralisaasi obat
2. Sentralisasi obat sudah dilakukan secara optimal serta 0,2 4 0,6
obat oral sudah sesuai dengan alur sentralisasi obat
3. Kepala ruangan mendukung kegiatan sentralisasi obat
4. Sudah dilaksanakan kegiatan sentralisasi obat oleh 0,1 3 0,2
perawat berkolaborasi dengan depo farmasi 0,2 3 0,6
5. Adanya kemauan perawat untuk melakukan sentralisasi 0,2 4 0,4 S-W
obat 2,7-2 =
6. Adanya lembar pendokumentasian obat yang diterima 0,2 3 0,6 0,7
setiap status pasien
TOTAL 1 2,7

Weakness
1. Pelaksanaan penjelasan terkait format tanda serah 1 2 2
terima setelah pemberian obat dari perawat kepada
pasien belum optimal.
TOTAL 1 2
106

b. Eksternal faktor (EFAS)


Opportunity
1. Adanya mahasiswa profesi ners yang praktik manajemen 0,5 3 1,5
keperawatan
2. Kerjasama yang baik antara perawat dan mahasiswa 0,5 3 1,5
praktek
TOTAL 1 3
Threatened
1. Adanya tuntutan masyarakat yang semakin tinggi 0,4 3 1,2 T-O
terhadap peningkatan pelayanan keperawatan yang lebih 3-3 = 0
professional
2. Adanya kesadaran masyarakat/pasien/keluarga akan 0,3 3 0,9
tanggung jawab dan tanggung gugat
3. Semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya 0,3 3 0,9
kesehatan
TOTAL 1 3
3. Supervisi
a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. Kepala ruangan mendukung dan melaksanakan supervise 0,6 4 2,4
2. Terdapat tenaga kompeten yang dapat menjadi 0,4 4 1,6 S-W
supervisor 4-3,5 =
TOTAL 1 4 0,
Weakness
1. Supervisi belum dilaksanakan dengan optimal. 0,5 4 2,0
2. Belum ada dokumentasi supervise yang jelas 0,5 3 1,5

TOTAL 1 3,5
b. Eksternal faktor (EFAS)
Opportunity
107

1. Adanya mahasiswa profesi ners yang praktik manajemen 0,3 3 0,9


keperawatan
2. Adanya teguran dari kepala ruangan bagi perawat yang 0,3 3 0,9
tidak melaksanakan tugas dengan baik
3. Hasil supervise dapat dilakukan sebagai pedoman untuk 0,4 2 0,8
Daftar Penilaian Prestasi Pegawai (DP3) O-T
TOTAL 1 2,6
Threatened 2.6-3 =
1.Tuntutan pasien sebagai konsumen untuk mendapatkan 1 3 3 -0,4
pelayanan yang professional
TOTAL 1 3
2. Timbang Terima
a. Internal faktor (IFAS)
Strength
1. Kepala ruangan ataupun ketua tim memimpin kegiatan 0,3 4 1,2
timbang terima setiap pagi
2. Adanya laporan jaga setiap shift 0,2 3 0,6
3. Timbang terima sudah merupakan kegiatan rutin yang 0,2 3 0,6
telah dilaksanakan
4. Adanya kemauan perawat untuk melakukan timbang terima 0,2 4 0,8
5. Pendokumentasian timbang terima ditulis langsung pada S-W
status pasien. 0,1 3 0,3 3,5-3 =
TOTAL 0,5
1 3,5
Weakness
1. Pelaksanaan timbang terima belum optimal, khususnya 1 3 3
dari shif sore ke malam
TOTAL 1 3

b. Eksternal factor (EFAS)


Opportunity
108

1. Adanya mahasiswa profesi ners yang praktik manajemen 0,3 3 0,9


keperawatan
2. Adanya kerja sama yang baik antara mahasiswa profesi 0,4 3 1,2
ners yang praktik dengan perawat ruangan
3. Kebijakan RS (bidang keperawatan) tentang timbang 0,3 4 1,2
terima. O-T
TOTAL 1 3,3 3,3-3 =
Treathened 0,3
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat 0,5 3 1,5
untuk mendapatkan pelyanan keperawatan yang
professional
2. Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang tanggung 0,5 3 1,5
jawab dan tanggung gugat perawat sebagai pemberi
Asuhan keperawatan. 1 3
TOTAL
3. Discharge Planning
a. Internal faktor (IFAS
Strength
1. Tersedianya sarana dan prasarana discharge planning di 0,4 3 1,2
ruangan untuk pasien pulang (format atau kartu DP)
2. Adanya control brobat 0,4 3 1,2
3. Perawat memberikan pendidikan kesehatan secara 0,2 4 0,8 S-W
informal kepada pasien / keluarga selama dirawat atau 3,2-2,4=
pulang. 3,2 0,8
TOTAL 1

Weakness
1. Keterbatasan waktu dan tenaga perawat 0,3 4 1,2
2. Format discharge planning sudah ada akan tetapi belum 0,6 3 1,2
dilakukan dengan optimal
109

TOTAL 1 2,4
b. Eksternal factor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya mahasiswa profesi ners yang melakukan praktik 0,5 4 2
manajemen keperawatan
2. Adanya kerja sama yang baik antara mahasiswa praktik 0,5 4 2
dengan perawat klinik T-O
TOTAL 1 4 4-3,6 =
Threatened. 0,4
1. Adanya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan 0,4 3 1,2
keperawatan yang professional.
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya 0,3 4 1,2
kesehatan
3. Persaingan antar-RS yang semakin ketat. 0,3 4 1,2

TOTAL 1 3,6

4. Dokumentasi keperawatan
a.Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Tersedia sarana dan prasarana dokumentasi untuk tenaga 0,1 3 0,3
kesehatan (sarana administrasi penunjang)
2. Sudah ada sistem pendokumentasian PES/SOAP 0,3 3 0,9 S-W
3. Format asuhan keperawatan sudah ada (NANDA, NIC-NOC) 0,4 4 1,6 3,2-2,5 =
4. Adanya kesadaran perawat tentang tanggung jawab dan 0,7
tanggung gugat. 0,2 2 0,4
TOTAL
1 3,2

Weakness
1. Dari observasi status pasien, pengisian dokumentasian 0,5 2 1,0
110

tidak lengkap; waktu, nama, dan jam belum dicantumkan,


respons pasien pasca tindakan kurang terpantau.
2. SAK dan SOP belum maksimal digunakan. 0,5 3 1,5
TOTAL
1 2,5
b.Eksternal factor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya program pelatihan 0,2 2 0,4
2. Peluang perawat untuk meningkatkan pendidikan 0,2 3 0,6
(pengembangan SDM)
3. Mahasiswa profesi ners praktik manajemen untuk 0,2 2 0,4
mengembangkan sistem pendokumentasian PES
4. Kerja sama yang baik antara perawat dan mahasiswa 0,2 3 0,6 T-O
5. Sistem MPKP yang diterapkan mahasiswa profesi ners 0,2 2 0,4 2,4-2 =
TOTAL 0,4
1 2,4
Threatened
1. Tingkat kesadaran masyarakat (pasien dan keluarga) 0,5 2 1
akan tanggung jawab dan tanggung gugat.
2. Persaingan RS dalam memberikan pelayanan keperawatan. 0,5 2 1
TOTAL 1 2
5. RONDE KEPERAWATAN
a. Internal faktor (IFAS)
Strength:
1. Ruangan mendukung adanya kegiatan ronde keperawatan 0,3 3 0,9 S-W
2. Adanya kemauan perawat untuk berubah dan berkembang 3-3,4 =
3. Terdapat tenaga kompeten untuk melakukan ronde 0,3 3 0,9 -0,4
keperawatan (S1 + Ners 6 orang, S1 keperawatan 1 orang
serta D3 keperawatan 16 orang) 0,4 3 1,2
TOTAL
111

1 3
Weakness:
1. Ronde keperawatan tidak dilakukan secara rutin 0,4 4 1,6
2. Belum terbentuk tim khusus pelaksana ronde keperawatan 0,6 3 1,8
TOTAL
1 3,4
b. Eksternal factor (EFAS)
Opportunity:
1. Kerja sama yang baik antara tenaga medis dan ahli gizi 0,2 3 0,6
2. Adanya pelatihan manajemen keperawatan untuk T-O
meningkatkan pengetahuan perawat tentang manajemen 0,3 3 0,9 2,5-2,7 =
3. Tersedianya kesempatan untuk melaksanakan ronde 0,1
keperawatan apabila ada mahasiswa praktek.
4. Adanya kerjasama yang baik antara perawat klinik 0,2 2 0,4
dengan mahasiswa profesi
TOTAL 0,3 2 0,6

1 2,5
Threatened:
1. Ketidakikutsertaan para medis lain dalam melakukan 0,4 3 1,2
ronde keperawatan
2. Tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan Asuhan 0,3 2 0,6
Keperawatan semakin tinggi.
3. Persaingan dalam pemberian pelayanan semakin kuat 0,3 2 0,6

TOTAL 1 2,4

4 MONEY(M4)
Money (M4)
a. Internal faktor(IFAS)
Strenght S-W
112

1. Adanya tambahan dari jasa medic, untuk pasien dengan 0,3 3 0,9 3-0 = 3
biaya BPJS yang dapat diklim setelah perawatan
2. Adanya pendapatan dari jasa pelayanan rumah sakit 0,3 3 0,9
berupa remunerasi
3. Adanya pendapatan dari jasa pelayanan di IRNA 3 A 0,4 3 1,2

TOTAL 1 3

Weakness 1 0 0
- TOTAL

b. Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity
1. Adanya tuntutan dari masyarakat akan keterbukan maslah
pembiaayaan 1 4 4
TOTAL 1 4
T-O
Treathened 4-3 = 1
1. Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat untuk 1 3 3
mendapatkan pelayanan yang lebih professional sehingga
membutuhkan pendanaan yang lebih besar untuk mendanai
sarana dan prasarana
TOTAL 1 3
5 Marketing (M5)
a. Internal faktor(IFAS)
Strenght
1. Adanya penyebaran kuesioner kepuasan pasien yang 0,3 4 1,2 S-W
dilakukan setiapsatu kali sebulan 3,4-3 =
2. Rata-rata BOK baik 0,2 4 0,8 0,4
3. Sebagai tempat praktek mahasiswa keperawatan baik itu
113

mahasiswa profesi ners, S1, D4 maupun D3 Keperawatan 0,2 3 0,6

TOTAL
1 3,4
Weakness
1. Promosi kesehatan di ruangan IRNA III A belum 1 3 3
dilakukan secara optimal.
TOTAL 1 1

b. Eksternal Faktor (EFAS)


Opportunity
1.Adanya mahasiswa S-1 keperawatan yang praktek 0,5 4 2,0
manajment
2.Kerjasama yang baik antara perawat dan mahasiswa 0,5 3 1,5 T-O
TOTAL 3,5-3 =
1 3,5 0,5
Treathened
2. Adanya peningkatan standar masyarakat yang harus 0,5 3 1,5
dipenuhi
3. Persaingan antara rumah sakit swasta semakin meluas 0,5 3 1,5
dengan promosi yang menarik.
TOTAL 1 3
114

F. IDENTIFIKASI MASALAH

Dari hasil analisis menggunakan analisis SWOT ditemukan

beberapa masalah sebagai berikut:

a. INPUT

1. MAN

a) Pelatihan tenanga keperawatan masih belum

optimal

2. MATERIAL

a) Masih kurang alat medis seperti thermomether dan

kursi roda

b) Jarak bed pasien belum sesuai standar

3. METODE

a) Belum optimalnya pelaksanaan MPKP model tim

primer (modul)

b) Pelaksanaan timbang terima belum optimal,

khususnya dari shif sore ke malam

c) Discharge planning belum dilakukan dengan optimal

d) Ronde keperawatan yang belum pernah dilaksanakan

e) Suvervisi sudah dilakukan akan tetapi belum

optimal dalam pendokumentasian.

4. MONEY

a)

5. MARKETING

a) Promosi kesehatan di ruangan IRNA III A belum

dilakukan secara optimal


115

b. PROSES

1. Perencanaan

a) Belum ada filosofi di ruang irna III A sebagai

dasar dalam bekerja

b) Masih ada beberapa yang sesuai atau tidak

mengikuti peraturran rumah sakit, seperti

kedisiplinan.

2. Organiasi

a) Struktur organisasi ruangan belum sesuai dengan

MPKP yang di gunakan

3. Pengarahan

a) Komunikasi antar perawat suda cukup baik, dalam

penerapannya komunikasi dengan pasien masih

kurang terutama pada saat timbang terima

b) SAK 10 penyakit terbanyak masih kurang

4. Pengendalian

a)

c. OUTPUT

1.
116

E. Prioritas Masalah Manajemen Keperawatan di ruang IRNA III

Seleksi alternatif menggunakan pembobotan CARL, yaitu:


No Masalah C A R L Total Urutan
117
1 Pelatihan- 3 2 2 2 24
pelatihan yang
diikuti Oleh
Tenaga Keperawatan
di IRNA III A
masih belum
optimal
2 Jarak antar bed 3 2 3 3 54
pasien belum
menmenuhi standard
ruangan
3 Masih kurang alat 4 4 3 3 144 IV
medis seperti
thermomether dan
kursi roda
4 IRNA III A belum 3 3 3 3 81
memiliki visi misi
ruangan.
5 Belum optimalnya 4 2 3 2 48
pelaksanaan MPKP
model tim primer
(modul)
6 Discharge planning 4 3 4 4 192 II
belum dilakukan
dengan optimal

7 Pelaksanaan 4 4 4 4 256 I
timbang terima
belum optimal,
khususnya dari
shif sore ke malam

8 Ronde keperawatan 3 2 2 3 36
belum pernah
dilakukan

9 Promosi kesehatan 3 2 2 6 36
di ruangan IRNA
III A belum
dilakukan secara
optimal.
10 Supervisi sudah 4 2 3 3 72
dilakukan akan
tetapi belum
optimal dalam
pendokumentasian
11 SAK 10 penyakit 5 4 3 3 180 III
terbanyak masih
kurang

12 Struktur 3 3 2 2 36
organisasi ruangan
belum sesuai
dengan MPKP yang
di gunakan
118

F. Alternatif Penyelesaian Masalah

Dari masalah-masalah yang berhasil diindentifikasi,

dengan mempertimbangkan sumberdaya, waktu, kewenangan dan

kemampuan untuk mengatasi masalah yang ada, sesuai dengan

diatas maka terdapat 12 masalah. Dari prioritas masalah

tersebut, maka skor tertinggi akan dilakukan rencana

tindak lanjut (masalah I,II dan III). Tindak lanjut yang

akan diambil mempertimbangkan keterbatasan waktu, sumber

daya, dana keuangan dan kemampuan.

Prioritas masalah yang sudah ditetapkan sesuai dengan

persetujuan dari ruangan adalah:

1. Pelaksanaan timbang terima belum optimal, khususnya

dari shif sore ke malam

2. Discharge planning belum dilakukan dengan optimal

3. SAK 10 penyakit terbanyak masih kurang

4. Masih kurang alat medis seperti thermomether dan kursi

roda

Rencana kegiatan meliputi:

1. Membuat dan mensosialisasikan alur, proses, dan

prosedur timbang terima untuk ruangan khusunya dalam

komunikasi dengan pasien harus lebih dioptimalkan

2. Membuat media sosialisasi berupa leflet untuk pasien

yang mau pulang dan membuat poster alur discharge

planning

3. Melengkapi SAK yang kurang


119

4. Melengkapi thermometer di ruang IRNA III A dan

berdiskusi dengan kepala ruangan untuk pengadaan korsi

roda tambahan
Tabel 2.14 Rencana kegiatan residensi manajemen keperawatan di ruang IRNA III ARSUD Kota Mataram
No Kegiatan Tujuan Waktu Ruang Sasaran Metode Hasil yang Penanggung
diharapkan Jawab
1 Membuat dan Timbang 02 Mei IRNA Kepala Diskusi  Dapat menjadi Afriza,
mensosialisasikan terima dapat 2018 III A Ruangan, dan acuan dalam Aulia,
alur, proses, dan berjalan Seluruh Role melakukan Arianto,
prosedur timbang dengan perawat play operan/timbang Mery
terima untuk optimal ruang terima
ruangan khusunya IRNA II
 Mampu melakukan
dalam komunikasi
komunikasi yang
dengan pasien
maksimal saat
harus lebih
proses timbang
dioptimalkan
terima
 Meningkatkan
pelayanan prima
dan profesional
 Meningkatkan
kepuasan pasien
2 Membuat media Discharge 02 Mei IRNA Kepala Role  Discharge Ozy,
sosialisasi planning 2018 III A Ruangan Play planning dapat azizah,
berupa leflet IRNA III dilakukan dengan budi ayu,
dapat
untuk pasien yang A, Katim optimal angga
mau pulang dan dilakukan dan
 Terdapat poster
membuat poster dengan Perawat
alur discharge
alur discharge Pelaksana
optimal planning di IRNA
planing IRNA III
III A
A
 Terdapat media
sosialisasi
berupa leflet 10
penyakit
117

terbanyak di
IRNA III A

3 Melengkapi SAK Memberikan 02 Mei IRNA Kepala diskusi  SAK 10 penyakit Fardany,
standard 2018 Tiwi, Rio,
yang kurang III A Ruangan terbanyak
asuhan IRNA III lengkap Merry
keperawatan
A, Katim  SAK dapat
yang optimal
dan digunakan oleh
untuk 10
Perawat Ruangan III A
penyakit
Pelaksana sebagai acuan
terbanyak
IRNA III
A
4 Melengkapi Alat-alat 02 Mei IRNA Kepala diskusi  Termometer di
medis maupun 2018 ruangan ruangan memenuhi
thermometer di III A
non medis dan ketua standard ruangan
ruang IRNA III A diruangan
tim  Dilakukanya
sesuai dengan
dan berdiskusi pengaadan korsi
standard
roda tambahan
dengan kepala ruangan
ruangan untuk
pengadaan korsi
roda tambahan

Anda mungkin juga menyukai