Anda di halaman 1dari 52

DIABETIC FOOT ULCER E.

C DM TIPE II
UNCONTROLLED + HIPERTENSI STAGE II +
HEMATEMESIS MELENA E.C STRESS ULCER DD
GASTRITIS EROSIF

apt. Hani Hazarani, S.Farm


DIABETES MELLITUS
DEFINISI

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2020,


Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya.
KLASIFIKASI DM BERDASARKAN ETIOLOGI:

(American Diabetes Association, 2020)


PATOGENESIS DM TIPE II

• Resistensi insulin pada sel otot dan hati,


serta kegagalan sel beta pankreas
telah dikenal sebagai patofisiologi

1 kerusakan sentral dari DM tipe 2.

• Organ lain yang juga terlibat pada DM


tipe 2 adalah jaringan lemak
(meningkatnya lipolisis), gastrointestinal
(defisiensi inkretin), sel alfa pankreas
(hiperglukagonemia), ginjal

2
(peningkatan absorpsi glukosa), dan
otak (resistensi insulin), yang ikut
berperan menyebabkan gangguan
toleransi glukosa.

(Pedoman Pengelolaan & Pencegahan DM


tipe II, Perkeni 2021)
Kriteria Diagnosa DM tipe II

(Pedoman Pengelolaan & Pencegahan DM


tipe II, Perkeni 2021)
PENATALAKSAAN DM TIPE II

Tujuan

Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas hidup, dan
mengurangi risiko komplikasi akut.

Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit


mikroangiopati dan makroangiopati.

Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan
darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara komprehensif.

(Pedoman Pengelolaan & Pencegahan DM


tipe II, Perkeni 2021)
Terapi Non Farmakologi

• Pemberian edukasi meliputi antara lain pemahaman


Edukasi tentang penyakit, pengendalian penyakit, komplikasi yang
ditimbulkan penyakit, pemantauan gula darah dan
kemampuan merawat diri sendiri bagi penderita DM.

• Pengaturan pola makan yang baik, sehat dan


Terapi Nutrisi seimbang akan menurunkan berat badan, sehingga
asupan glukosa ke dalam tubuh terkontrol dan
mengurangi beban kerja insulin.

Aktifitas Fisik • Aktifitas fisik meliputi kegiatan jasmani dan latihan


jasmani.

(Pedoman Pengelolaan & Pencegahan DM


tipe II, Perkeni 2021)
Terapi Farmakologi
Sasaran Kendali Glukosa Darah : HBA1C < 7%

(Pedoman Pengelolaan & Pencegahan DM


tipe II, Perkeni 2021)
PROFIL OBAT ANTIHIPERGLIKEMIA ORAL
Golongan Obat Cara Kerja Utama Efek Samping Utama Penurunan HbA1c
Menurunkan produksi glukosa hati
Metformin dan meningkatkan sensitifitas Dispepsia, diare, asidosis laktat 1,0-1,3%
terhadap insulin
Meningkatkan sensitifitas terhadap
Tiazolidinedion Edema 0,5-1,4%
insulin
BB naik
Sulfonilurea Meningkatkan sekresi insulin 0,4-1,2%
hipoglikemia
BB naik
Glinid Meningkatkan sekresi insulin 0,5-1,0%
hipoglikemia
Penghambat Alfa-Glukosidase Menghambat absorpsi glukosa Flatulen, tinja lembek 0,5-0,8%
Meningkatkan sekresi insulin dan
Penghambat DPP-4 Sebah, muntah 0,5-0,9%
menghambat sekresi glucagon
Menghambat reabsorbsi glukosa
SGLT-2 inhibitor Infeksi saluran kemih dan genital 0,5-0,9%
di tubulus distal

(Tatalaksana DM Tipe 2 Dewasa, Kemenkes 2020)


TERAPI INSULIN

INSULIN DIPERLUKAN PADA KEADAAN :


 KETOASIDOSIS DIABETIK
 HIPERGLIKEMIA HIPEROSMOLAR NON KETOTIK
 HIPERGLIKEMIA DENGAN ASIDOSIS LAKTAT
 STRES BERAT (INFEKSI SISTEMIK, OPERASI BESAR, INFARK MIOKARD AKUT, STROKE)
 KEHAMILAN DENGAN DM ATAU DIABETES MELITUS GESTASIONAL (DMG) YANG TIDAK TERKENDALI DENGAN PERENCANAAN MAKAN
 GANGGUAN FUNGSI GINJAL ATAU HATI YANG BERAT
 PENURUNAN BERAT BADAN YANG CEPAT
 GAGAL DENGAN KOMBINASI OBAT ANTIHIPERGLIKEMIA ORAL DOSIS OPTIMAL
 KONTRAINDIKASI DAN ATAU ALERGI TERHADAP OBAT ANTIHIPERGLIKEMIA ORAL
 KONDISI PERIOPERATIF SESUAI DENGAN INDIKASI

(Pedoman Pengelolaan & Pencegahan DM


tipe II, Perkeni 2021)
PENENTUAN DOSIS INSULIN (ADA, 2020)
CARA MENGHITUNG INSULIN HARIAN TOTAL (IHT) MENURUT CHENG
DAN ZINMAN (2005):
TERAPI INSULIN PADA PASIEN RAWAT INAP

Kebutuhan insulin harian total (IHT) dapat didasarkan pada dosis insulin sebelum
perawatan atau dihitung sebagai 0,5-1 unit/kg BB/hari

Terapi insulin dapat diberikan secara infus intravena kontinyu atau subkutan

Kebutuhan Insulin subkutan berupa : Insulin basal (40 – 50 % dari IHT); Insulin
prandial (disesuaikan dengan sumsi jumlah insulin yang dibutuhkan); Insulin
Koreksional (dosis biasanya sekitar 10-20% dari kebutuhan IHT)

(Konsensus penggunaan Insulin, Perkeni 2015)


REGIMEN TERAPI DOSIS INSULIN TERBAGI PADA PASIEN
RAWAT INAP

(Konsensus penggunaan Insulin, Perkeni 2015)


DURASI KERJA INSULIN

Jenis Insulin Onset Puncak Durasi Aksi


Insulin kerja pendek ± 30 menit -1 jam 2-4 jam 6-8 jam
(short acting insulin)
Insulin kerja cepat (rapid- acting ± 15 menit 1-2 jam 3-6 jam
insulin)
Insulin kerja sangat cepat ± 9 menit 1-2 jam 3-6 jam
(ultra-fast acting insulin)
Insulin kerja menengah(intermediate 1-2 jam 6-10 jam ± 12 jam
acting insulin)
Insulin kerja panjang 1-1,5 jam Hampir tanpa puncak 12-24 jam
(long-acting insulin)
Insulin kerja ultra panjang (ultra-long 30-90 menit Tanpa puncak 36-42 jam
acting insulin)
Insulin campuran tetap kerja pendek 30-60 menit 2-12 jam 18-24 jam
dan menengah
Insulin campuran tetap kerja cepat 10-20 menit 1-4 jam 18-24 jam
dan menengah (premix insulin)
Insulin campuran tetap kerja cepat ± 15 menit 72 menit ± 24 jam
dan ultra panjang (co-formulation
insulin)

(Tatalaksana DM Tipe 2 Dewasa, Kemenkes 2020)


HIPERTENSI PADA DIABETES MELLITUS
Definisi dari hipertensi yaitu bila tekanan darah sistolik lebih dari 140 dan atau tekanan darah diastolik
lebih dari 90. Diagnosis hipertensi ditegakkan bila dalam beberapa kali pemeriksaan dan pada hari
berbeda terdapat peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg.

Target pengobatan pada pasien DM tipe 2 dengan hipertensi tanpa disertai penyakit
kardiovaskular aterosklerotik atau risiko kejadian kardiovaskular aterosklerotik 10 tahun ke depan
<15%, adalah tekanan darah sistolik <140 mmHg dan dan tekanan darah diatolik <90 mmHg.

Pada pasien dengan risiko kejadian kardiovaskular aterosklerotik 10 tahun ke depan >15%, harus
mencapai target tekanan darah sistolik <130 mmHg dan tekanan darah diastolik < 80 mmHg.

Pada wanita hamil dengan diabetes, dan sebelumnya menderita hipertensi dan sudah mendapat terapi
antihipertensi maka target tekanan darah adalah ≤135/80 mmHg untuk mengoptimalisasi kesehatan ibu
dan mengurangi risiko gangguan pertumbuhan janin.

(American Diabetes Association, 2020)


KLASIFIKASI HIPERTENSI

Kategori TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Optimal < 120 < 80


Normal < 130 < 85
Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi derajat I 140-159 90-99

Hipertensi derajat II 160-179 100-109

Hipertensi derajat III  180  110

(The Joint National Committee (JNC) VIII)


PATOFISIOLOGI HIPERTENSI
TATALAKSANA HIPERTENSI PADA DIABETES MELLITUS

Terapi Non Farmakologi

Pada pasien dengan tekanan darah >120/80 mmHg


diharuskan melakukan perubahan gaya hidup.

Modifikasi gaya hidup dengan cara menurunkan berat


badan, meningkatkan aktivitas fisik, menghentikan merokok
dan alkohol serta mengurangi konsumsi garam (<1500
mg/hari), meningkatkan konsumsi buah dan sayuran (8-10
porsi per hari), produk daily low-fat (2-3 porsi per hari)

(American Diabetes Association, 2020)


TERAPI FARMAKOLOGI

(American Diabetes Association, 2020)


DIABETIC FOOT ULCER

Diabetic Foot Ulcer atau


Ulkus Kaki Diabetik
disebabkan oleh :

Iskemi Neuropati Infeksi


PATOFISOLOGI ULKUS KAKI DIABETIK
KLASIFIKASI ULKUS KAKI DIABETIK

Menurut PEDIS

Menurut Wagner
Derajat Infeksi Ulkus Kaki Diabetik

(American Diabetes Association, 2020)


PENATALAKSANAAN ULKUS KAKI DIABETIK

Kendali metabolik • Pengendalian keadaan metabolik sebaik mungkin seperti


pengendalian kadar glukosa darah, lipid, albumin,
(metabolic control) hemoglobin dan sebagainya.

Kendali vaskular • Perbaikan asupan vaskular (dengan operasi atau


angioplasti), biasanya dibutuhkan pada keadaan ulkus
(vascular control) iskemik.

• Pengobatan infeksi harus diberikan secara agresif jika


Kendali infeksi terlihat tanda-tanda klinis infeksi. Kolonisasi pertumbuhan
(infection control) organisme pada hasil usap, namun tidak disertai tanda-
tanda klinis, bukan merupakan infeksi.
• Pembuangan jaringan terinfeksi dan nekrosis secara teratur. Perawatan lokal
Kendali luka pada luka, termasuk kontrol infeksi, dengan konsep TIME:
• o Tissue debridement (membersihkan luka dari jaringan mati)
(wound control) o Inflammation and Infection Control (kontrol inflamasi dan infeksi)
o Moisture Balance (menjaga keseimbangan kelembaban)
o Epithelial edge advancement (mendekatkan tepi epitel)

Kendali tekanan • Mengurangi tekanan karena tekanan yang berulang dapat menyebabkan
ulkus, sehingga harus dihindari. Hal itu sangat penting dilakukan pada ulkus
(pressure control) neuropatik. Pembuangan kalus dan memakai sepatu dengan ukuran yang
sesuai diperlukan untuk mengurangi tekanan.

Penyuluhan • Penyuluhan yang baik. Seluruh pasien dengan diabetes perlu diberikan
(education control) edukasi mengenai perawatan kaki secara mandiri.

(American Diabetes Association, 2020)


HEMATEMESIS MELENA

Hematemesis Melena

Muntah darah berwarna


merah dalam bentuk Keluarnya tinja yang
darah segar ataupun lengket dan hitam
kecoklatan akibat seperti aspal dengan
bercampur dengan bau yang khas
asam lambung

(Managing acute upper GI Bleeding, preventing recurrences. Cleveland Clin J Med. 2010)
Upper GI
Bleeding Lower GI
Bleeding

Perbedaan Perdarahan SCBA Perdarahan SCBB

Manifestasi Klinik Hematemesis dan/ Hematokezia

umumnya melena

Aspirasi Nasogastrik Berdarah Jernih

Rasio (BUN:Kreatinin) Meningkat > 35 < 35

Aukultasi Usus Hiperaktif Normal

(Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas, FKUI 2009)


ETIOLOGI

Non-
Varises varises

Varises Ulkus peptik


Gastroesofageal

Mallory-Weiss Gastritis erosif


tears

(Pengelolaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. FKUI. 2009)


TERAPI FARMAKOLOGI HEMATEMESIS MELENA NON VARISES

Transfusi PRC • Sesuai pendarahan yang terjadi dan kadar Hb

Pengganti • Sementara menunggu transfuse darah, dapat


diberikan terapi pengganti plasma misalnya
Plasma dextran/hemacel atau NaCl 0,9% atau RL

• PPI dalam bentuk bolus maupun drip tergantug kondisi pasien jika
tidak dapat diberikan Antagonis H2 Reseptor
Medikamentosa • Sitoprotektor: Sukralfat tiap 8-6 jam; Teprenon 1 tab tiap 8 jam;
Rebamipide 100 mg tiap 8 jam
• Injeksi Vitamin K 1 ampul tiap 8 jam

(PPK Penyakit Dalam RSMH, 2016)


SUBJEKTIF
Nama Pasien RBMK (71 tahun)
No RM 6259
Ruang Rawat Lematang 1.1
Tanggal MRS 26 November 2021 (23:17)
Alergi Tidak Ada
Tinggi Badan 150 cm
Beran Badan 45 kg
Riwayat Penyakit • Riwayat penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 sejak 20
tahun yang lalu dengan terapi obat oral (pasien
lupa nama obat)
• Riwayat Hipertensi sejak beberapa bulan terakhir

Riwayat Operasi Riwayat Operasi Debridement tanggal 23 November


2021 di RSUD BARI Palembang
SUBJEKTIF

Keluhan Utama
• Luka di kaki sebelah kiri

Riwayat Penyakit Sekarang


• Pasien mengeluh luka di kaki kiri sejak 10 hari yang
SMRS. Luka dirasakan tidak sembuh-sembuh. Luka
tampak kehitaman sejak 2 hari SMRS. Demam (-)
Objektif

Tanggal 27/11 28/11 29/12 30/12 1/12 2/12 3/12 4/12 5/12 6/12 7/12 8/12 9/12 10/12

Tekanan Darah
170/90 138/84 160/80 150/80 240/173 145/91 134/93 121/96 127/80 110/60 141/76 156/77 137/82 173/87
(mmHg)

Nadi (kali/menit)
96 88 82 80 81 102 77 108 104 130 99 104 117 118

Pernapasan
(kali/menit) 22 20 22 22 20 20 20 24 24 32 30 28 32 25

Suhu (celcius)
36,8 36,1 36,67 36,6 36,5 36,1 36 36,6 36,5 36,8 36,4 36,1 39 37

Skala nyeri 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Tanggal Kadar GDS Follow Up Kondisi Pasien
Pasien baru masuk dari IGD dengan keluhan nyeri pada luka kaki kiri,
rencana transfusi PRC 2x200 cc (Hb 8,6)
27 November 2021 -
Rencana Operasi Amputatum Gangren Pedis Sinistra, DPJP dr. Gama

- GDS 17.00 : 121 g/dL Pasien mendapat terapi antibiotik Ceftriaxone, analgesik Ketorolak IV dan
- GDS 22.00 : 188 g/dL Omeprazole IV
28 November 2021

- GDS 12.00 : 191 g/dL • Follow Up hasil HBA1C : 11,6


- GDS 17.00 : 271 g/dL • Pasien belum mendapat terapi untuk kondisi DM dan Hipertensi
29 November 2021 - GDS 22.00 : 302 g/dL • Rencana konsul ulang ke Div Endokrin.
• Rencana CT Angiografi pro amputasi
- GDS 06.00 : 222 g/dL • Transfusi PRC 2x200
- GDS 12.00 : 246 g/dL • Follow up hasil CT Angiografi
30 November 2021 - GDS 17.00 : 287 g/dL • GV luka pasien
- GDS 22.00 : 283 g/dL • Pasien belum mendapat terapi untuk kondisi DM dan Hipertensi
- GDS 06.00 : 221 g/dL RB dengan Endokrin, pasien mendapat terapi :
- GDS 12.00 : 293 g/dL • Novorapid 3x10 IU; Levemir 1x16 IU, Candesartan 1x16 mg;
1 Desember 2021 - GDS 17.00 : 318 g/dL Amlodipin 1x10 mg.
• Jika GDS >200, insulin bisa dinaikkan 25%
- GDS 06.00 : 235 g/dL • GDS 22.00 : 61 g/dL -> advice dr jaga minum air gula
- GDS 12.00 : 197 g/dL • GDS 23.00 : 69 g/dL -> dr jaga visit, terapi D40% 2 fls lanjut IVFD
2 Desember 2021 - GDS 17.00 : 113 g/dL D10% gtt x/min
• GDS 00.00 : 233 g/dL
- GDS 06.00 : 178 g/dL - Pasien mengalami kondisi hipoglikemik setelah pemberian kombinasi insulin basal
- GDS 17.00 : 112 g/dL dan prandial, insulin basal di stop
- Hasil lab tgl 26/11 : Ureum: 118 & Cr 1,64  konsul div ginjal hipertensi ->
- GDS 22.00 : 48 g/dL
3 Desember 2021 - GDS 22.15 : 174 g/dL
USG TUG, Candesartan 1x8 mg
- Hasil CT Angiografi -> Aterosklerosis -> Terapi tambahan Atorvastatin 1x20 mg
- Cek urin, kultur pus, cek DR, DK ulang
- GDS 22.00 : 48 g/dL, injeksi D40% 2 fls -> GDS 22.15 : 174 g/dL
- GDS 06.00 : 194 g/dL - Hasil Labor (3/12) : Hb 12,6 ; Ur 64 ; Cr 0,70 (Perbaikan Klinis) ; Peningkatan
- GDS 12.00 : 234 g/dL Leukosit dari 16.450 (26/11) jadi 25.150 (3/12) -> FU hasil kultur
- Penurunan Dosis Novorapid 8 IU- 8 IU-8 IU -> menghindari kondisi hipoglikemik
4 Desember 2021 - GDS 18.00 : 176 g/dL
pada malam hari -> edukasi & kolaborasi dgn perawat insulin diinjeksikan setelah
- GDS 22.00 : 135 g/dL makan

- GDS 12.00 : 107 g/dL - Pukul 05.00 subuh pasien mengalami desaturase : SPO2 76 % terpasang O2 NRM
- GDS 17.00 : 137 g/dL 10 LPM -> SPO2 98%
- Injeksi D40% 2 fls -> 151 g/dL
5 Desember 2021 - GDS 22.00 : 63 g/dL
- Desaturasi SPO2 85 % -> konsultasi anestesi pasien penurunan kesadaran ec syok
- GDS 22.30 : 151 g/dL sepsis GCS : E2V3M4
- Rencana pindah ICU menunggu keputusan keluarga
- GDS 10.00 : 107 g/dL - GCS E2M4V2 ; SPO2 90 % on NRM 15 LPM -> Keluarga menolak diintubasi &
- GDS 17.00 : 156 g/dL pindah ICU
- Ceftriaxone -> stop ; Meropenem 1 gr tiap 8 jam
- GDS 22.00 : 180 g/dL
6 Desember 2021 - Hasil kultur pus : meropenem “R” -> stop ; Amikasin (MIC <=2) 500 mg tiap 12 jam
(monitoring fungsi ginjal dan FU hasil USG TUG)
- Hasil USG TUG -> tidak ditemukan kelainan pada ginjal
- GDS 06.00 : 180 g/dL - GCS E1M2V2 SPO2 90 % on NRM 10 LPM, terpasang NGT -> cairan
- GDS 12.00 : 200 g/dL kehitaman
- Konsul div Gastro -> Terapi Drip Omeprazole 40 mg dalam 100 cc NACL
- GDS 17.00 : 136 g/dL
0,9% habis dalam 5 jam (selama 72 jam) ; Sukralfat 10 cc tiap 6 jam ; as.
- GDS 23.00 : 162 g/dL
7 Desember 2021 Tranexamat 3x500 IV ; Vit K 3x1 IV
- Cek Lab, Cek AGD, Cek Urinalisa
- Insulin stop jika pasien tidak makan
- Rencana GV tiap 3 hari, rencana transfusi PRC jika HB < 8
- Hasil Lab Leukosit (7/12) 17.950 (Perbaikan)

- GDS 06.00 : 162 g/dL - Mendapat terapi cairan NaCl 0,9 % gtt xx/min
- GDS 11.00 : 183 g/dL - Penurunan dosis Novorapid 3x8 IU, injeksi diberikan setelah pasien
8 Desember 2021 - GDS 17.00 : 224 g/dL mendapat diet cair
- Konsul gizi -> Pasien mendapat diet cairan jernih D10 6x50 cc

- GDS 06.00 : 173 g/dL - Pasien mengalami demam ec syok sepsis -> PCT fls 3x500 jika T 38,5
- GDS 12.00 : 216 g/dL - Penggunaan Amikasin Hari ke 4 -> Evaluasi penggunaan antibiotic (tanda
infeksi dan fungsi ginjal) -> konfirmasi ke dr. Rizki (Bedah alih rawat ke dr.
9 Desember 2021 - GDS 18.00 : 112 g/dL
Yulianto)
- GDS 22.00 : 158 g/dL - Drip Omeprazol hari ke 3, setelah selesai ganti dengan omeprazole IV tiap
12 jam
- GDS 06.00 : 165 g/dL
- GDS 12.00 : 197 g/dL - Amikasin Hari ke 5 -> confirm dr. Yulianto -> advice : Cek ulang DR, DK,
10 Desember 2021 - GDS 17.00 : 116 g/dL fungsi ginjal & Rencana kultur ulang jika kondisi pasien memungkinkan
- Penambahan terapi antibiotic metronidazole fls 500 mg tiap 12 jam

11 Desember 2021 - Pasien Meninggal Dunia pukul 06.00


PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PEMERIKSAAN HBA1C
PEMERIKSAAN URINALISA DAN AGD
PEMERIKSAAN USG TUG DAN
CT ANGIOGRAFI
HASIL KULTUR PUS
PROFIL PENGOBATAN
ASSESMENT
Problem Medik Subjektif Objektif Terapi Analisa DRP Plan
Ceftriaxone 1 g tiap 12 jam Berdasarkan Infectious Disease Society of America Terapi sesuai • Monitoring efektifitas
2012, mayoritas bakteri patogen penyebab ulkus antibiotik dan perbaikan
diabetikum adalah kelompok gram negative. Sehingga tanda-tanda infeksi
• Skala Nyeri : 3 Sefalosporin generasi ke 3 seperti ceftriaxone dapat • Disarankan pengambilan
Nyeri pada luka
• Luka berupa Ulkus dijadikan terapi antibiotik empiris sebelum ada hasil kultur pus untuk
DIABETIK FOOT kaki sebelah kiri,
Diabetikum dengan skor kultur pemilihan antibiotik
ULCER (ULKUS dirasa tidak
definitif yang tepat
PEDIS 9
DIABETIKUM) sembuh-sembuh
• Leukosit (26/11) :
16.450 Ketorolak 30 mg tiap 8 jam Menurut Lexicomp, Ketorolak merupakan pilihan Terapi sesuai • Monitoring efek samping
analgesic non opioid dengan dosis 15 – 30 mg tiap 6 obat seperti gangguan GI
jam, dan tidak boleh lebih dari 120 mg/hari • Monitoring fungsi ginjal

Meropenem 1 g tiap 8 jam Berdasarkan PPAB Penyakit Dalam RSMH, Menurut hasil • Konfirmasi ke dokter,
meropenem merupakan antibiotik empiris untuk kultur pus sarankan penggantian
kondisi sepsis pada Geriatri. (6/12/2021), antibiotik yang sensitif
bakteri resisten berdasarkan hasil kultur
Leukosit (3/12) : 25.150 terhadap -> diganti Amikasin 500
Penurunan HR 130 x/m meropenem mg tiap 12 jam
SEPSIS kesadaran e.c RR 32 x/m
Amikasin 500 mg tiap 12 Menurut hasil kultur pus, bakteri patogen yang Terapi sesuai • Monitoring efektifitas
syok sepsis Desaturasi : SPO2 90 % on
jam menginfeksi yaitu Proteus Mirabilis, Amikasin antibiotik dan perbaikan
NRM
merupakan AB spectrum luas yang sensitif terhadap klinis tanda infeksi
gram (-) sesuai dengan hasil kultur • Monitoring fungsi ginjal
(kadar Ureum & SCr)
Problem Medik Subjektif Objektif Terapi Analisa DRP Plan
DIABETIK FOOT Penurunan kesadaran Leukosit (3/12) : 25.150 Metronidazole 500 Berdasarkan Infectious Disease Terapi sesuai • Monitoring efektifitas
e.c syok sepsis HR 130 x/m mg tiap 12 jam IV Society of America 2012, kombinasi antibiotik dan perbaikan
ULCER (ULKUS
RR 32 x/m antibiotik definif dengan metronidazole klinis tanda infeksi
DIABETIKUM) +
Desaturasi : SPO2 90 % pada terapi ulkus yang sudah kronis, • Monitoring fungsi ginjal
SEPSIS
on NRM dalam dan bau dapat meningkatkan (kadar Ureum & SCr)
perbaikan klinis karena metronidazole
juga memiliki efek antiprotozoa yang
biasanya terdapat pada ulkus kronis
yang telah membusuk

DIABETES MELLITUS Lemas, lesu HBA1C 11,6 • Novorapid 10 IU Berdasarkan ADA 2020 dan Perkeni • Interaksi Obat: • Konfirmasi ke dokter
Glukosa Puasa : 137 g/dL tiap 8 jam 2015, pasien rawat inap dengan DM tipe Novorapid + Levemir dapat terkait interaksi obat
TIPE 2
• Levemir 16 IU tiap 2 uncontrolled dengan HBA1C > 9 meningkatkan efek hipoglikemia yang menyebabkan
24 jam diberikan terapi kombinasi insulin basal pada pasien terjadinya ESO
dan prandial untuk mendapatkan respon • Monitoring dan evaluasi
penurunan glukosa yang optimal. penggunaan insulin pada
pasien -> Levemir distop
Perhitungan Dosis dan dosis Novorapid
Insulin diturunkan sebanyak 2
IHT : 1 IU x 45 kg = IU
45 IU/hari
Menurut Perkeni 2015 & ADA 2020, • Efek Samping Obat • Kolaborasi dan edukasi
• Insulin Basal
Insulin Harian Total pada pasien DM Pasien mengalami hipoglikemia ke perawat untuk
40% x 45 = 18 IU
tipe 2 : 1 IU/kgBB. Pemberiannya dapat sebanyak 2 kali setelah menginjeksikan
• Insulin Prandial
dibagi dengan perbandingan 60% insulin pemberian kombinasi insulin dan novorapid setelah pasien
60% x 45 = 27 IU
prandial (dibagi 3) & 40% insulin basal. 1 kali setelah pemberian insulin makan untuk
27 IU dibagi 3
Apabila belum sesuai target GDS dapat prandial yang telah diturunkan mrnghindari kondisi
= 9 IU tiap ac
ditingkatkan 2 IU atau 25 % dosisnya hipoglikemia
• Monitoring GDS dan
tanda hipoglikemia
Problem Medik Subjektif Objektif Terapi Analisa DRP Plan

HIPOGLIKEMIA Pucat, bibir kering • HR 110 x/m Injeksi D40 % 2 fls Menurut PPK Penyakit Dalam Terapi sesuai • Monitoring GDS tiap 1-2
• GDS 61 g/dL RSMH 2016, manajemen terapi jam
untuk pasien hipoglikemia adalah • Monitoring tanda
dengan injeksi bolus D40% hipoglikemia
sebanyak 2 fls (50 ml) lalu
dilanjutkan dengan IVFD D10% 1
kolf tiap 6 jam

HIPERTENSI ST II - TD 173/87 mmHg • Amlodipine 10 mg tiap 24 Menurut ADA 2020, terapi lini Terapi Sesuai • Monitoring tekanan
jam pertama Hipertensi pada pasien darah pasien
• Candesartan 8 mg tiap DM adalah ACEI atau ARB dapat
24 jam dikombinasi dengan CCB atau
diuretic HCT dengan target
terapi TD <140/90 mmHg

ATEROSKLEROSIS - Hasil CT Angiografi Atorvastatin 20 mg tiap 24 Berdasarkan ADA 2020, pasien Terapi sesuai • Monitoring kadar lemak
menunjukkan terdapat jam DM disertai penyakit darah (kolesterol total,
kondisi aterosklerosis aorta kardiovaskuler direkomendasikan LDL, HDL, dan
abdominalis terapi statin dengan target LDL Trigliserida)
< 70 mg/dL
Problem Medik Subjektif Objektif Terapi Analisa DRP Plan

HEMETAMESIS NGT berwarna kehitaman • Pada hasil urinalisa • Drip Omeprazole 40 mg Menurut PPK Penyakit Dalam Terapi Sesuai • Monitoring tanda
menunjukkan pada urin dalam 100 cc NS 0,9% RSMH 2016, tatalaksana untuk pendarahan (warna
MELENA
ditemukan darah, habis dalam 5 jam pasien hematemesis melena non selang NGT, kadar Hb)
leukosit esterase, selama 72 jam varises yaitu:
sedimen urin berupa • Sukralfat syr 10 cc tiap • PPI dalam bentuk bolus
leukosit dan eritrosit 6 jam maupun drip tergantug
• Asam Tranexamat 500 kondisi pasien jika tidak
mg tiap 8 jam IV dapat diberikan Antagonis H2
• Vitamin K 1 amp (10 mg) Reseptor
tiap 8 jam IV • Sitoprotektor: Sukralfat tiap
• Setelah 72 jam, drip 8-6 jam; Teprenon 1 tab tiap
Omeprazole diganti 8 jam; Rebamipide 100 mg
dengan Omeprazole 40 tiap 8 jam
mg tiap 12 jam IV • Injeksi Vitamin K 1 ampul tiap
8 jam

DEMAM Demam, gelisah T : 39 • Paracetamol fls 1 g jika Menurut Lexicomp parasetamol Terapi sesuai • Monitoring efek terapi
demam (T : 38,5) merupakan pilihan antipiretik obat (demam turun)
yang relative aman untuk • Monitoring fungsi hati
menurunkan demam. Maksimal untuk pemakaian PCT
dosis PCT adalah 4 g/hari jangka panjang
PELAPORAN MESO
SOAP
ANALISIS BIAYA PERAWATAN

1 • Lama perawatan : 14 hari

2 • Biaya Obat : Rp 1.713.460

3 • Biaya selama perawatan : Rp 16.990.460

4 • Tarif INA-CBGs :

5 • Selisih :
RINCIAN BIAYA OBAT DAN BMHP SELAMA PERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai