Anda di halaman 1dari 34

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan akhir praktikum Kimia Analitik

Disusun Oleh :
Irinus Kum
4100210007
Aurum

Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti responsi Praktikum Kimia Analitik


Program Studi Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Koordinator Praktikum Asisten Praktikum

Diyoko S.T. Ghazi Ismail Sastrawiguna


NIP : 1973 0381 NIM : 410018082
Dosen Penanggung Jawab Praktikum

Dra.Hj.Srining Peni, M.Sc


NIP: 1973 0037
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan

rahmat pertolongan dan anugerah-Nya sehingga saya dapat menyusun Laporan

Akhir Praktikum Kimia Analitik ini dengan dengan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah laporan akhir praktikum ini adalah

untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Praktikum Kimia Analitik. Selain itu,

makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang cara melakukan

pencampuran larutan untuk melihat reaksi yang terjadi serta untuk mengenali alat-

alat praktikum laboratorium kimia.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Srining Peni, M.Sc selaku

Dosen Kimia Analitik Serta Bapak Diyoko S.T. dan Para Asisten Dosen (ASDOS)

yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan

wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat

saya sebutkan semua, terima kasih atas bantuannya sehingga saya dapat

menyelesaikan tugas ini.

Saya menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi

kesempurnaan makalah ini.


Daftar isi

Halaman Pengesahan………………………………………………………………I

Kata Pengantar………………………………………………………………...…..II

Daftar Isi……………………………………………………………………….....III

Daftar Gambar………………………………………………………………..…..IV

Daftar Tabel…………………………………………………………………….....V

BabI Pendahuluan………………………………………………………………..1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….1

1.2 Maksud dan Tujuan…………………………………………………….….1

BabII Percobaan……………………………………………..…………………...2

2.1 Pengenalan Alat-Alat Praktikum……………………………………………..2

2.1.1 Dasar Teori…………………………………………………...………..2

2.1.2 Laporan pengenalan Alat-Alat Praktikum………………………..….…9

2.1.3 Alat dan Bahan Percobaan………………………………..…….….…..9

2.1 Penyaringan Endapan, Pengenalan Bau Gas & Penggunaan Kertas Lakmus..11

2.1.1 Dasar Teori……………………………..……………………………..11

2.1.2 Alat dan Bahan Percobaan………………………………………….....11

2.1.3 Cara Kerja………………………………………………….………….12

2.1.4 Laporan Penyaringan Endapan Bau Gas & Penggunaan Kertas Lakmus……13

2.2 Identifikasi Anion………………………………………………………..….13

2.2.1 Dasar Teori………………………………………………………...….13


2.2.2 Alat dan Bahan Percobaan…………………………………………….14

2.2.3 Cara Kerja……………………………………………………………..14

2.2.4 Laporan Analisis Anion…………………………………………...…..15

2.3 Identifikasi Kation…………………………………………………………..15

2.4.1 Dasar Teori……………………………………………………………15

2.4.2 Alat dan Bahan Percobaan…………………………………………….17

2.4.3 Cara Kerja…………………………………………………..…………17

2.4.4 Laporan Analisis Kation…………………………………………...….18

2.5 Pengenceraan Dengan Labu Ukur………………………………………..…18

2.5.1 Dasar Teori………………………………………………...………….18

2.5.2 Alat dan Bahan Percobaan………………………………………….....19

2.5.3 Cara Kerja………………………………………………..……………19

2.5.4 Laporan Pengenceran Dengan Labu Ukur……………………….……20

2.6 Analisis Kuantitatif……………………………………...……………….….20

2.6.1 Dasar Teori…………………………………………....………………20

2.6.2 Alat dan Bahan Percobaan…………………………………………….21

2.6.3 Cara Kerja……………………………….………………………...…..21

2.6.4 Laporan Analisis Kuantitatif…………………………………….…….22

2.7 Standarisasi Larutan Asam dan Basa…………………………………....…..22

2.7.1 Dasar Teori……………………………………………………………22

2.7.2 Alat dan Bahan Percobaan………………………………………...…..23

2.7.3 Cara Kerja……………………………………………………..………23

2.7.4 Laporan Standarisasi Larutan Asam dan Basa………………………...24

Bab III Kesimpulan…………………………………………….……………….25


BAB IV Kritik dan Saran……………………………………………………….26

Daftar Pustaka……………………………………………………….………….27
Daftar gambar

2.1.2 Gambar1 Gelas Kimia…………………………………………..……………1


2.1.2 Gambar2 Elemeyer…………………………………….…………………….2

2.1.2 Gambar3 Gelas Ukur………………………………………………..……….2


2.1.2 Gambar4 Labu Ukur…………………………………………………………2
2.1.2 Gambar5 Pipet Tetes………………………………...……………………….3

2.1.2 Gambar6 Pipet Ukur…………………………………………..……………..3


2.1.2 Gambar7 Pipet Gondok………………………………………………………3

2.1.2 Gambar8 Spatula…………………………………………………………….4


2.1.2 Gambar9 Rak Tabung Reaksi…………………………….……………...…..4

2.1.2 Gambar10 Penjepit Kayu………………………….…………………………5


2.1.2 Gambar11 Arloji……………………….……………….……………………5

2.1.2 Gambar12 Filler……………..……………………………………………….5


2.1.2 Gambar13 Corong Kaca……………………………………………………..6

2.1.2 Gambar14 Corong Pisah……………………………………………………..6


2.1.2 Gambar15 Oven………………………………………...……………………7

2.1.2 Gambar16 Desikator………………………………………………..………..7


2.1.2 Gambar17 Hotplate………………………………………………..…………7

2.1.2 Gambar18 PH Meter……………………………………………………..…..8


2.1.2 Gambar19 Mortar dan pestle………………………………………………...8
2.1.2 Gambar20 Kaki Tiga……………………………………...…………………8
2.1.2 Gambar21 Plat Tetes………………………………………...……………….9

2.1.2 Gambar22 Pikhonometer……………………………………..…..………….9


2.1.2 Gambar23 Kawat Niktom……………………………………………….…..9
Daftar tabel

2.1.4 Tabel1 Penyaringan Endapan Bau Gas & Kertas Lakmus………..………….13

2.3.4 Tabel2 Analisis Anion………………..……………………………..……………..15

2.4.4 Tabel3 Analisis Kation……………….…………………………………………...16

2.5.4 Tabel4 Pengenceran Dengan Labu Ukur…….…………………………………18

2.6.4 Tabel5 Analisis Kuantitatif………………………………..………………………20

2.7.4 Tabel6 Standarisasi Larutan Asam Dan Basa………………………….………22


Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya kimia analit dibagi mejadi dua yaitu kimia analit kualitatif dan kimia

analit kuantitatif. Kimia analit kualitatif adalah suatu analisa yang bertujuan untuk

mengidentifikasi penyusun-penyusun suatu zat, campuran-campuran zat atau

larutan-larutan yang biasanya unsur-unsur penyusun zat tersebut bergabung dengan

yang satu dengan yang lain, sedangkan kimia analitik kuantitatif dimaksudkan

untuk menentukan perbandingan relative dari penyusun- penyusun tersebut.

Jadi dengan demikian jelaslah bahwa kimia Analitik kualitatif harusdilakukan

sebelum kimia analit kuantitatif, karena analisa secara kualitatif akanmemberikan

suatu petunjuk tentang penyusun-penyusun yang ada dan terdapatdalam suatu zat

yang akan dianalisa, disamping itu juga akan membantu sebagai pemandu pada

metode-metode yang akan digunakan dalam analisa secara kuantitatif.

1.2 Maksud dan Tujuan

merupakan salah satu rangkaian kegiatan akademik untuk mengembangkan

kemampuan dasar kompetensi khususnya aspek psikomotorik dan afektif dalam hal

kemampuan keterampilan dasar di laboratorium. Selain itu, untuk mengetahui layak

atau tidaknya alat ukur volume yang digunakan di laboratorium.


Bab II

Percobaan

2.1 Pengenalan alat dan bahan

2.1.1 Dasar Teori

Pengenalan alat-alat kimia dan cara penggunaannya merupakan suatu keharusan

bagi orang-orang yang akan berkecimpung dalam bidang ilmu kimia. Keberhasilan

suatu praktikum atau penelitian sangat ditentukan oleh penguasaan praktikan atau

peneliti terhadap alat-alat yang digunakannya. Di dalam laboratorium ada berbagai

macam alat mulai dari yang sederhana seperti alat-alat gelas sampai pada peralatan

yang cukup rumit.

2.1.2 Laporan pengenalan alat-alat praktikum

1. Gelas Kimia

Gelas kimia adalah sebagai tempat untuk melarutkan zat

yang tidak butuh ketelitian tinggi, misalnya pereaksi/reagen

untuk analisis kimia kualitatif atau untuk pembuatan larutan

standar sekunder pada analisis titrimetri/volumetri.

Gambar1 Gelas Kimia


2. Elemeyer

Erlenmeyer adalah jenis labu laboratorium yang banyak

digunakan. Alat berbentuk kerucut dengan leher silinder

dan dasar yang datar Fungsi labu erlenmeyer adalah untuk

mencampur, mengukur dan menyimpan cairan. Umumnya

erlenmeyer terbuat dari kaca borosilikat sehingga tahan

Gambar2 Elemeyer ketika dipanaskan. Ukuran labu erlenmeyer bervariasi

mulai dari 50 – 500 ml.

3. Gelas ukur

Fungsi gelas ukur adalah sebagai alat untuk mengukur

volume larutan, mulai dari volume 10mL hingga 2L.

Gelas ukur berbentuk pipa dan umumnya terbuat dari

bahan plastik (polipropilen) yang dilengkapi dengan

bagian bawah yang lebar, sebagai kaki untuk menjaga

Gambar3 Gelas ukur kestabilan gelas ukur.

4. Labu ukur

Volumetric Flask atau labu takar adalah alat kimia, yang

digunakan untuk mengencerkan larutan hingga mencapai

volume tertentu. Alat yang terbuat dari kaca berbentuk labu

ini juga bisa digunakan untuk menyisakan larutan kimia

Gambar4 Labu ukur analitik dengan konsentrasi dan jumlah yang berakurasi

tinggi. Keakuratan yang tinggi ini dikarenakan oleh bagian lehernya yang terdapat
sebuah lingkaran gradasi, volume, toleransi, suhu kalibrasi dan kelas gelas. Pada

lehernya juga terdapat tanda batas yang menunjukkan ukuran volume, mulai 1 mL

hingga 2 L.

5. Pipet tetes

Pipet digunakan untuk memindahkan volume cairan yang

telah terukur. Alat ini terdiri dari beberapa jenis dengan

bentuk, fungsi, dan tingkat ketelitian yang berbeda. Macam-

macam pipet diantaranya yaitu; Pipet tetes, pipet ukur dan

Gambar5 Pipet tetes pipet volume: Pipet tetes. Sesuai dengan namanya, pipet

yang satu ini mampu memindahkan cairan dalam jumlah yang sangat kecil yaitu

berupa tetesan. Hal ini dikarenakan bentuk dari pipet ini yang berupa pipa kecil

yang ditutupi dengan karet di bagian atasnya.

6. Pipet ukur

Fungsi Pipet ukur adalah untuk memindahkan larutan

secara terukur sesuai dengan volume. Pada pipet ini juga

terdapat skala yang menunjukan volume tersebut.

Gambar6 Pipet ukur Ukuran volume terbesat pipet ukur sendiri adalah 50 ml.

7. Pipet gondok

Pipet gondok atau pipet volume. Berbeda dengan pipet

tetes, pipet volume memiliki ukuran yang lebih besar

sehingga mampu memindahkan cairan dari wadah ke

wadah. Peralatan laboratorium ini merupakan alat ukur

Gambar7 Pipet gondok kuantitatif dengan tingkat ketelitian tinggi. Pipet volume
memiliki bagian menggelembung ditengahnya. Fungsinya adalah untuk mengambil

larutan dengan volume yang tepat dan sesuai dengan label yang tertera pada bagian

yang menggelembung tersebut.

Pipet gondok atau pipet volume. Berbeda dengan pipet tetes, pipet volume memiliki

ukuran yang lebih besar sehingga mampu memindahkan cairan dari wadah ke

wadah. Peralatan laboratorium ini merupakan alat ukur kuantitatif dengan tingkat

ketelitian tinggi. Pipet volume memiliki bagian menggelembung ditengahnya.

Fungsinya adalah untuk mengambil larutan dengan volume yang tepat dan sesuai

dengan label yang tertera pada bagian yang menggelembung tersebut.

8. Spatula

Kedua jenis spatula ini digunakan untuk mengambil

bahan kimia bentuk padatan atau kristal. Untuk

mengambil zat zat yang memiliki reaksi pada logam

maka digunakan spatula plastik. Sebaliknya. Zat-zat

Gambar8 Spatula yang tidak memiliki reaksi pada logam.

9. Rak tabung reaksi

Rak tabung reaksi adalah alat yang umumnya terbuat

dari kayu. Ia mempunyai 12 lubang dengan 12 cekungan

dibawahnya untuk menyimpan tabung reaksi. Ukuran

Gambar9 Rak tabung gas rak ini sekitar 20 x 10 cm. Pada bagian lainnya, terdapat

6 batang kayu yang berfungsi sebagai tempat tabung reaksi dikeringkan. Secara

ringkas. Fungsi tabung reaksi adalah sebagai tempat menyimpan tabung reaksi,

mengeringkan dan menjaga tabung reaksi agar tidak berjamur.


10. Penjepit kayu

Penjepit tabung reaksi terbuat dari kayu dan digunakan

untuk menjepit tabung reaksi disaat proses pemanasan.

Atau bisa juga digunakan untuk mengambil kertas

saring dan benda-benda lab lain disaat kondisi alat

Gambar10 Penjepit kayu tersebut panas.

11. Arloji

Gelas berbentuk bundar dengan beragam diameter ini

memiliki beberapa fungsi, di antaranya: Penutup gelas

kimia ketika tengah proses pemanasan sampel

Gambar11 Arloji (penguapan). Sebagai tempat untuk mengeringkan

padatan dalam desikator. Sebagai tempat benda yang tengah berada dalam proses

pengamatan dan Sebagai tempat untuk menyimpan bahan yang akan ditimbang.

12. Filler

Filler adalah alat yang digunakan untuk menyedot

larutan, yang biasanya dipasang pada pangkal pipet.

Alat laboratorium ini dilengkapi dengan karet yang

resistan terhadap bahan kimia, sehingga dijamin aman

Gambar12 Filler dan tidak mudah rusak.


13. Corong kaca

Corong gelas adalah alat laboratorium yang digunakan

untuk memudahkan dan memasukkan cairan ke dalam

wadah/peralatan gelas di laboratorium. Alat yang satu ini

memiliki bentuk seperti kerucut dan memiliki bentuk

Gambar13 Corong kaca batang corong seperti pipa silinder yang panjang. Alat

gelas yang satu ini biasanya memiliki beberapa ukuran diameter, yakni 50 mm

sampai 120 mm. Peralatan gelas yang satu ini juga memiliki ukuran yang beragam,

mulai dari yang paling besar 200 mm hingga terkecil 50 mm. Fungsinya adalah

untuk memindahkan atau memasukkan larutan dari satu wadah ke wadah lainny

14. Corong pisah

Corong pisah berbentuk kerucut dengan tutup setengah

bola ini biasanya digunakan dalam proses ekstraksi cair.

Yaitu proses memisahkankomponen-komponen fase

pelarut dengan densitas yang berbeda. Corong pisah atau

Gambar14 Corong pisah corong pemisah memiliki bagian penyumbat di atasnya

dan keran dibawahnya. Alat lab kimia ini dibuat dari kaca borosilikat. Sedangkan

kerannya terbuat dari teflon ataupun kaca.


15. Oven

Oven merupakan alat laboratorium yang memiliki peranan

yang sang penting. Alat ini digunakan untuk memanaskan

dan mengeringkan sampel, melakukan proses sterilisasi,

dll. Prinsip kerja dari oven adalah melakukan pemansan

Gambar15 Oven secara tertutup sehingga suhu dan waktunya bias diatur.

16. Desikator

Desikator adalah alat kimia yang berfungsi sebagai tempat

untuk menyimpan sampel bebas air. Alat ini berbentuk

layaknya panci dua susun dengan bagian penutup yang

dilapisi vaseline, sehingga akan sulit dibuka dalam keadaan

Gambar16 Desikator dingin. Di bagian bawahnya diisi dengan bahan pengering

berupa silika gel. Ada dua jenis desikator yang bisa digunakan dalam laboratorium,

yaitu desikator biasa dan desikator vakum. Bedanya, pada desikator vakum tersedia

katup yang bisa dibuka tutup, serta dihubungkan oleh selang.

17. Hotplate

Hotplate adalah alat di laboratorium kimia yang

digunakan untuk memanaskan campuran/sampel.

Sampel yang akan dipanaskan ditempatkan ke dalam

erlenmeyer atau gelas kimia. Kemudian pada hotplate

Gambar17 Hotplate terdapat tombol yang diputar untuk menghidupkan dan

mematikannya. Cara penggunaan alat ini cukup sederhana kita tinggal menyalakan
kemudian menempatkan sampel diatas hotplate, kemudian diatur suhunya sesuai

yang diinginkan

18. PH meter

PH meter berfungsi untuk mengukur ph dari suatu sampel.

Alat ini menggunakan batrei yang dapt diisi kembali.

Gambar18 PhMeter

19. Mortar dan pestle

Mortar dan Pestle atau dalam bahasa Indonesia

dinamai Lesung dan Alu. Fungsi alat laboratorium ini

adalah untuk menghancurkan atau menghaluskan

suatu bahan atau zat yang masih bersifat padat atau

Gambar19 Mortar&pestle kristal. Dalam laboratorium biologi mortar dan alu ini

juga digunakan untuk menghancurkan atau menghaluskan bahan – bahan praktek

seperti daun, biji-bijian, akar, protein, DNA, RNA dll. Perlu diketahui juga, Mortal

(lesung) adalah bagian wadah sedangkan pestle (alu) adalah bagian batang yang

kita pegang mortar.

20. Kaki tiga

Kaki tiga dalam alat laboratorium adalah besi yang

mempunyai 3 kaki yang memiliki fungsi sebagai penyangga

ring. Fungsi kaki tiga adalah sebagai penahan kawat kasa

dan penyangga ketika proses pemanasan.

Gambar20 Kaki tiga


21. Plate tetes

Fungsi Plat tetes adalah sebagai penguji keasaman suatu

larutan atau mereaksikan larutan . Plat tetes terbuat dari

bahan porselen dan umumnya tersedia dalam jumlan 6,

Gambar21 Plate tetes 12 dan 16 lubang tetes.

22. pikhonometer

Pikhonometer adalah alat yang digunakan untuk

menentukan massa jenis dari suatu cairan. Sebuah

piknometer biasanya terbuat dari kaca, dengan

Gambar22 Pikhonomoter penyumbat ketat dengan pipa kapiler yang melaluinya,

sehingga gelembung udara dapat lolos dari alat tersebut.

23. Kawat nikrom

Fungsi kawat krom adalah untuk mengidentifikasi zat

dengan cara uji nyala.

Gambar23 Kawat nikrom

2.1.3 Alat dan bahan percobaan

Alat-alat yang dipakai dalam analisis kimia baik yang klasik maupun instrumental

dari tahap persiapan sampai tahap pengukuran sebagian besar terbuat dari gelas.

Selain itu ada pula alat yang terbuat dari porselin, besi dan karet.

Bahan yang sering digunakan dalam analisis-analisis kimia tersedia dalam bentuk

cair, atau padat dan dikemas dalam botol plastik atau botol gelas yang gelap. Semua

kemikalia dibuat oleh pabrik dengan kemurnian yang berbeda-beda.


2.2 Penyaringan Endapan, Pengenalan Bau Gas Dan Penggunaan Kertas

Lakmus

2.2.1 Dasar teori

Gas NH3 adalah gas yang mempunyai bau. Gas ini dapat dibuat dengan

mereaksikan amonium klorida dengan larutan NaOH dan dipanaskan dalam tabung

reaksi. Adanya gas ini dapat diketahui dengan cara membau. Cara membau

langsung dengan hidung jangan sekali-kali dilakukan untuk gas yang berbahaya.

Cara membau yang realatif aman adalah dengan mengipas-ngipaskan tangan diatas

mulut tabung dan hidung kita jarank relatif jauh berusaha membau gas yang keluar.

kertas lakmus (ada dua macam warna, biru dan merah) digunakan sebagai

indikator/petunjuk, apakah senyawa tersebut bersifat asam atau basa dengan

melihat perubahan warnanya. Pengenceran adalah cara yang sangat ekonomis.

Biasanya senyawa kimia yang dibeli demikian pekatnya, sehingga larutan ini harus

diencerkan. Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (kensentrasi

tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume yang lebih besar.

2.2.2 Alat dan Bahan Percobaan

Alat: Bahan:

1. Pipet Larutan COCI12

2. Corong Lsrutan Na2CO3 0,1m

3. Saring

4. Tabung reaksi

5. Spatula
2.2.3 Cara Kerja

Pertama percobaan penyaringan pengendapan campurkan CaCl2 dengan Na2CO

dengan masing-masing sebanyak 0,1 mol. Reaksinya cairan yang awalnya berwarna

bening akan menjadi putih. Larutan tadi kemudian dicampurkan dengan kertas

lakmus maka reaksinya akan kembali jadi bening. Dan dapat disimpulkan bahwa

jika larutan CaCl2 dilarutkan bersamaan dengan NaCO3 akan menimbulkan warna

yang keruh dan jika dissaring kembali berubah jadi semula

Kedua penciuman bau gas zat yang dicampurkan dari larutan NH4Cl jika dicampur

dengan NaOH 0,1 mol yang kemudian dipanaskan. Reaksinya NH4Cl jika

dipanaskan bersamaan dengan NaOH dalam wadah yang sama akan menimbulkan

bau. Kesimpulannya setelah NH4Cl dipanaskan bersamaan dengan NaOH 0,1 mol

akan menimbulkan bau gas.

Penggunaan kertas lakmus. Kertas lakmus akan mengalami perubahan pada kertas

lakmus reaksinya akan berubah warna dari larutan NH4Cl dan NaOH 0,1 mol yang

dipansakan tadi. Disimpilkan bahwa warna kertas lakmus ketika adanya uap larutan

yang dipanaskan berwarna pink kemudian berubah jadi biru.


2.1.4 Laporan Penyaringan Endapan Bau Gas dan Penggunaan Kertas Lakmus

No Percobaan Pengamatan Reaksi Kesimpulan

Penyaringan CaCl2 dan Na2CO Warna cairan berubah Jika larutan CaCl2
Pengendapan yang dicampurkan dari yang awalnya dilarutkan bersamaan
1 dengan masing2 bening mnjadi putih dengan NaCO3 akan
sebanyak 0,1M. seperti warna asap menimbulkan warna
larutan tadi kemudian yang keruh dan jika
dicamurkan atau disaring kembali akan
disaring dengan berubah menjadi
kertas maka reaksi semula
timbul adalah
kembali jadi bening.

Larutan NH4Cl jika Setelah lakukan


Penciuman bau gas Zat yang dicampur
1. di panaskan percobaan reaksinya
reaksi dari larutan
bersamaan dengan zat-zat tersebut akan
NH4Cl jika campur
2. NAOH dalam wadah menimbulkan bau gas.
dengan larutan NaOH
yang sama akan
3. 0,1M yang kemudian
menimbulkan bau
dipanaskan
4.

Perubahan Pada kertas Warna kertas lakmjus


Penggunaan2kertas Terjadi perubahan
lakmus ketika adanya uap dari
lakmus pada kertas lakmus larutan yang
3 perubahan warna dipanaskan pink
akibat dari larutan kemudian berubah jadi
yang dipanaskan tadi biru

2.3 Identifikasi Anion


2.3.1 Dasar teori
Anion adalah ion bermuatan negatif, misalnya ion yang tertarik ke anoda

(elektroda positif) dalam elektrolisis. Dalam tabung hampa elektronik, anoda

menarik elektron dari katoda, dalam alat elektronik vakum, elektron dipancarkan

anoda dan mengalir ke katoda.&ation adalah ion yang bermuatan positif, yaitu ion
yang tertarik ke katoda selamaelektolisis. Dalam alat elektronik vakum, elektron

dipancarkan oleh katoda atau mengalir ke anoda.

Ikatan ion terjadi akibat gaya tarik menarik antara ion positif dan ion negatif.

Atom yang mempunyai energi ionisasi rendah memberikan ikatan ion dengan atom

yangmempunyai afinitas elektron tinggi atau antara atom-tom yang mempunyai

kelektro negatifan yang tinggi. jika struktur ion stabil dan muatan ion kecil

mengakibatkan atom dengan mudah membentuk suatu ion.

2.3.2 Alat Dan Bahan

Alat: Bahan:

1. Tabung reaksi CaCl2, H2SO4, NH4OH

2. Pipet MgCl2, NaoH, NO2CO3

2.3.3 Cara Kerja

Siapkan sampel yang akan di periksa. Lalu, ambil beberapa tetes larutan

MgCl2 dengan NaOH kemudian dicampurkan kedalam tabung reaksi. Maka

reaksi antara MgCL2+NaOH menghasilkan cairan yang tetap bening. Pada

percobaan kedua ambil beberapa tetes larutan MgCl kemudian dicampurkan

dengan Na2CO3 dalam tabung reaksi. Larutan MgCl+NaCO3 jika

dicampurkan akan menghasilkan warna larutan yang keruh.


2.3.4 Laporan Analisis Anion

No Percobaan Pengamatan Reaksi Kesimpulan

1 Larutan Ambil beberapa tetes Larutan MgCl+NaOH Dari percampuran


Mgcl+NaOH larutan MgCl menghasilkan cairan larutan MgCl+ NaOH
kemudian dicampur yang tetap bening tetap menghasilkan
dengan NaOH dalam warna larutan yang
tabung reaksi bening

2 Larutan MgCl Ambil beberapa tetes Larutan MgCl2 dan Percampuran larutan
dan Na2Co3 larutan MgCl2 Na2Co3 jika MgCl2+Na2CO3
kemudian dicampur dicampur akan menghasilkan
dengan NaOH dalam menghasilkan warna berubahnya warna
tabung reaksi larutan yang keruh larutan yang asam
bening menjadi
keruh

2.4 Identifikasi Kation

2.5.1 Dasar Teori

Penggolongan kation-kation ini didasarkan pada produk hasil reaksi dengan suatu

reagensia. Reagen yang umum digunakan adalah HCl, H2S, (NH4)2S,

(NH4)2CO3. Kation biasanya bereaksi dengan reagen tertentu yang ditandai

dengan terbentuknya endapanatau tdak. Jadi, bisa dikatakan bahwa klasifikasi

kation yang paling umum didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida,

sulfida dan karbonat dari kation tersebut. Klasifikasi sebagai berikut.

• Golongan I
Kation golongan ini membentuk endapan-endapan dengan asam klorida

encer. Kation pada golongan ini adalah timbal (Pb), merkuri (Hg+) dan perak (Ag).

• Golongan II

Kation golongan II akan memberikan endapan jika direaksikan dengan hidrogen

sulfida, dalam suasana asam mineral encer. Kation golongan II masih dibedakan

menjadi:

Kation yang dapat larut dalam polisulfida, yaitu: timah (III), arsenik (III), arsenik

(V), timah (II), stibium (III), stibium (V), dan timah (IV).oKation yang tidak

dapat larut dalam polisulfida, yaitu: bismuth, tembaga, merkuri (Hg2+), dan

kadmium (Cd2+).

• Golongan III

Kation golongan III akan membentuk endapan jika direaksikan dengan ammonium

sulfida dalam suasana netral/amoniak. Kation golongan III tidak dapat bereaksi

dengan H2S atau HCl encer. Kation golongan III adalah kobalt (II), nikel (II), besi

(II), kromium (III), alumunium, seng dan mangan.

• Golongan IV

Kation golongan ini tak bereaksi dengan reagensia golongan I, II, dan III. Kation-

kation ini membentuk endapan dengan adanya ammonium klorida, dalam suasana

netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini adalah kalsium, strontium dan

barium.

• Golongan V
Kation golongan V tidak bereaksi dengan reagen golongan I, II, III, dan IV. Kation

yang termasuk dalam golongan ini adalah magnesium, natrium, kalium,

ammonium, litium, dan hidrogen.

2.4.2 Alat Dan Bahan Percobaan

Alat: Bahan:

1. Tabung reaks H2SO4, NH4OH, MgCl2,NaOH

2. Pipet Na2CO3, CaCl2

2.4.3 Cara Kerja

Siapkan sampel yang akan diperiksa lalu, campurkan CaCl2 dengan H2SO4.

Ambil beberapa tetes kedua larutan yang dicampur kemudian dimasukan ke

dalam tabung reaksi. Reaksi antara kedua larutan CaCl2+H2SO4 tersebut akan

menghasilkan cairan berwarna keruh. Dapat disimpulkan larutan H2SO4

dicampurkan dengan CaCl2 menghasilkan warna keruh

Campurkan CaCl2 dengan NH4OH ambil beberapa tetes kemudian reaksinya

antaranya menghasilkan cairan yang berwarna keruh. Kesimpulan larutan

CaCl2+NH4OH jika dicampurkan dalam suatu tabung reaksi maka akan

menghasilkan warna yang keruh.

Tahap selanjutnya ambil beberapa tetes larutan MgCl2 kemudian dicampurkan

dengan NH4OH akan menghasilkan larutan berwarna bening. Kesimpulannya

dengan mencampurkan larutan MgCl dengan NH4OH tidak menghasilkan

cairan berwarna keruh melainkan berwarna bening.


2.4.4 Laporan Analisis Kation

No Percobaan Pengamatan Reaksi Kesimpulan

1 Mencampurkan Ambil beberapa Larutan Larutan H2SO4


CaCl dengan tetes larutan CaCl2 CaCl2+H2SO4+2 dicampur dengan
H2SO4 dan H2SO4 HCL, CaCl2
kemudian menghasilkan menghasilkan
dimasukan kedalam cairan berwarna warna larutan yang
tabung reaksi keruh keruh

2 Mencampurkan Ambil beberapa CaCl2+NH4OH Larutan


CaCl2 dengan tetes larutan CaCl2 menghasilkan CaCl2+NH4OH
NH3OH kemudian dicampur cairan yang jika dicampurkan
dengan NH4OH berwarna keruh dalam tabung reaksi
menghasilkan
larutan berwarna
keruh

Ambil beberapa MgCl dan Dengan


3 Larutan MgCl tetes larutan MgCl2 NH4OH mencampurkan
dan NH4OH dan kemudian menghasilkan larutan MgCl2 dan
dicampurkan cairan berwarna NH4OH tidak
dengan NH4OH bening menghasilkan
cairan berwarna
keruh melainkan
bening

2.5 Pengenceran Dengan Labu Ukur


2.5.1 Dasar Teori
Gas NH3 adalah gas yang mempunyai bau. Gas ini dapat dibuat dengan

mereaksikan amonium klorida dengan larutan NaOH dan dipanaskan dalam tabung

reaksi. Adanya gas ini dapat diketahui dengan cara membau. Cara membau

langsung dengan hidung jangan sekali-kali dilakukan untuk gas yang berbahaya.

Cara membau yang realatif aman adalah dengan mengipas-ngipaskan tangan diatas

mulut tabung dan hidung kita jarank relatif jauh berusaha membau gas yang keluar.

kertas lakmus (ada dua macam warna, biru dan merah) digunakan sebagai
indikator/petunjuk, apakah senyawa tersebut bersifat asam atau basa dengan

melihat perubahan warnanya.

Pengenceran adalah cara yang sangat ekonomis. Biasanya senyawa kimia yang

dibeli demikian pekatnya, sehingga larutan ini harus diencerkan. Proses

pengenceran adalah mencampur larutan pekat (kensentrasi tinggi) dengan cara

menambahkan pelarut agar diperoleh volume yang lebih besar.

2.5.2 Alat Dan Bahan Percobaan

Alat: Bahan:

1. Labu ukur Aquades, Hcl

2. Gelas ukur

3. Elemeyer

2.5.3 Cara Kerja

Percobaan dilakukan dengan encerkan larutan HCL terhadap Aquades di dalam

labu ukukur. Masukan HCL kedalam gelas ukur sebanyak 250ml, lalu

dimasukan kedalam labu ukur dan ditambahkan aquades. Reaksinya

HCL+H2O = Cl2+2H3O terjadi pengenceran HCL.

Perhitungan:

Dik: N1= 0,1 N Dit..V1…? 0,1V1=12,5

N2= 0,05 N V1xN1=V2xN2 V1=125ml

V2= 250ml V1x0,1=250x0,05


Dapat disimpulkan bahwa hasil dari percobaan tersebut adalah proses pengenceran

dari larutan HCL yang dicampurkan oleh aquades dengan labu ukur dan

menghasilkan senyawa CL2+H3O.

2.5.4 Laporan Pengenceran dengan Labu ukur

No Percobaan Pengamatan Reaksi Kesimpulan

1 Pengenceran Memasukan HCL+H2O dan Hasil dari


larutan HCL larutan HCL Cl2 dan 2H3O percobaan tersebut
terhadap kedalam gelas terjadi adalah proses
aquades di ukur sebanyak pengenceran pengenceran dari
dalam labu ukur 250ml, lalu terhadap larutan larutan HCL yang
dimasukan HCL dicampurkan oleh
kedalam labu aquades dengan
ukur dan labu ukur dan
tambahkan menghasilkan
aquades senyawa Cl2+H3O

2.6 Analisis Kuantitatif

2.6.1 Dasar Teori


Analisa kuantitatif adalah suatu analisa yang digunakan untuk mengetahui

kadar suatuzat (Svehla, 1985). Analisa kuantitatif berkaitan dengan penetapan

beberapa banyaksuatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang

ditetapkan tersebut,yang sering kali dinyatakan sebagai k!nstituen atau analit,

menyusun sebagian ke"ilatau sebagian besar sampel yang di analisis (day and

uderwood). Pengertian laindari analisa kuantitatif adalah analisa yang bertujuan

untuk mengetahui jumlah kadar senyawa kimia dalam suatu bahan atau campuran

bahan (Sumardjo, 1997).


2.6.2 Alat Dan Bahan Percobaan

Alat: Bahan:

1. Gelas ukur HCL

2. Buret NaOH

3. Labu elemeyer FenoftFalent (PP)

4. Statik

2.6.3 Cara Kerja

Campurkan beberapa larutan HCL+NaOH+PP untuk menganalisi titrasi volume.

Memasukan larutan HCL ke dalam gelas ukur sebanyak 20ml, masukan kedalam

labu elemeyer lalu tambahkan indikator pp dan masukan NaOH pada buret dan

dikocok hingga tidak berubah warna. Reaksinya pp berubah warnah agak merah

jambu.

Perhitungan:

Dik: M1= 0,1 ml Dit..M2..? 6,95= 20M2

V1= 69,5 ml V1xM1= V2xM2 M2= 0,35ml

V2= 20 ml 69,5x0,1= 20xM2

Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa asam basa yang digunakan pp

dapat merubah warna larutan menjadi merah jambu ketika larutan mencapai PH8.
2.6.4 Laporan Analisis Kuantitatif

No Percobaan Pengamatan Reaksi Kesimpulan

1 Campurkan Memasukan larutan Indikator Dari hasil percobaan ini


beberapa HCL ke dalam gelas titrasi yang dapat disimpulkan bahwa
larutan ukur 20ml, sebanyak digunakan asam basa yang
HCL,NaOH, masukan kedalam labu adalah digunakan pp dapat
dan PP elemeyer lalu penofpalent merubah warna larutan
tambahkan indikator pp bereaksi menjadi merah jambu
masukan larutan NaOH merubah ketikalarutan mencapai
pada buret yang telah warna agak PH8
terpasang lalu masukan merah jambu
NaOH pada labu
elemeyer di kocok
hingga tidak berubah
warna

2.7 Standarisasi Larutan Asam Dan Basa

2.7.2 Dasar teori


Standardisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar sekunder

ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer (John

Kenkel, 2003). Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi

(biasanya sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu

zat berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang

dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik

yg menyatakan banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit.

Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau

ditentukan konsentrasinya atau strukturnya.

Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam titrasi

biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan larutan

yang dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran (W Haryadi, 1990).


Pengenceran adalah proses penambahan pelarut yg tidak diikuti terjadinya reaksi

kimia sehingga berlaku hukum kekekalan mol.

2.7.2 Alat Dan Bahan

Alat: Bahan:

1. Labu ukur Cuka

2. Labu elemeyer NaOH

3. Gelas ukur Indikatot PP

4. Corong Aquades

5. Buret Asam Oksalat

2.6.3 Cara Kerja

Menguji asam cuka yang dicampurkan dengan larutan NaOH dan diuji dengan

indikator pp. Masukan cuka 20ml ke dalam gelas ukur, lalu masukan NaOH

kedalam labu ukur dan campurkan dengan aquades 20m asam cuka yang diencerkan

dalam gelas ukur besar. Masukan larutan dalam elemeyer 2-3 tetes indikator pp,

dicampur dengan 50ml NaOH yang telah dimasukan kedalam buret. Reaksinya

berubah warna menjadi merah jambu. Kesimpulannya indikator pp merubah warna

pada asam cuka.

Percobaan kedua mereaksikan asam oksalat terhadap larutan campur indikator.

Masukan asam oksalat 0,5gr ke dalam labu ukur, dicampurkan aquades masukan

larutan 25ml ke dalam labu elemeyer dicampurkan 10ml aquades dan masukan

beberapa tetes indikator pp, lalu campur dengan asam oksalat yang telah dimasukan

ke dalam buret. Indikator yang digunakan adalah pp bereaksi menetralkan hasil

reaksi indikator pp, asam oksalat menentukan larutan.


Dik: V1= 21,5ml Dit..N2..? 2,15=25N2

V2= 0,1n V1xN1=V2xN2 N2=0,086Ml

N1= 25ml 21,5x0,1=25xN2

2.7.4 Laporan Standarisasi Larutan Asam Dan Basa

No Percobaan Pengamatan Reaksi Kesimpulan

1 Menguji asam Masukan asam cuka Indikator yang Dari hasil percobaan ini
cuka yang 20ml ke dalam gelas digunakan adalap pp, disimpulkan bahwa
dicampurkan ukur, lzlu NaOH bereaksi merubah indikator tetap bereaksi
dengan masukan dalm labu warna larutan agak merubah warna asam
larutan NaOH ukur dicampur merah jambu cuka
dan diuji aquades masukan
dengan 20ml asam cuka
indikator pp diencerkan dalmgelas
ukur besar. Masukan
larutan dalm elemeyer
teteskan 2-3 indikator
pp. dicampur NaOH
yang telah dimasukan
dalam buret.
2. Dari percobaan ini
Masukan asam
Mereaksikan Indikator yang dapat disimpulkan
oksalat 0,5gr kedalam
asam oksalat digunakan adalah pp, bahwa, larutan asam
labu ukur,
terhadap bereaksi menetralkan oksalat dapat
dicampurkan
larutan hasil reaksi dari menetralkan warna
aquades masukan
campuran indikator pp, dari reaksi larutan
larutan NaOH 5ml ke
indikator pp menentukan warna indikator pp
dalam labu elemeyer
dicampurkan 10ml larutan.
aquades dan
masukan beberapa
tetes indikator pp,
lalu campur dengan
asam oksalt yang
telah dimasukan ke
dalam buret.
Bab III

Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan tentang Reaksi Kimia, maka dapat

diambil beberapa kesimpulan :

1. Setiap Zat dapat mengalami perubahan kimia yang ditandai dengan

terjadinya reaksi kimia. Adapun faktor yang menandai terjadinya perubahan

kimia adalah terjadi perubahan warna, terjadi perubahan suhu, timbulnya

endapan, timbulnya gas, timbulnya bau, dan habisnya zat yang bereaksi.

2. Serta zat-zat yang dapat mengalami perubahan jika diencerkan bersamaan

dengan larutan yang dapat mengalami perubahan kimia, dapat disimpulkan

juga bahwa analisis kuantitatif dapat menentukan perbandingan relative dari

penyusun-penyusun suatu zat, larutan, atau unsur-unsur yang bergabung

dengan unsur yang lainnya.


Bab IV

Kritik Dan Saran

Dalam laporan ini tentunya masih banyak kekurang tentang penjelasan cara

penggunaan alat-alat praktikum dan proses pengenceran larutan-larutan untuk itu,

bagi pembaca cari artikel atau jurnal yang lebih lengkap tentang penjelasan proses

proses pengengenceran larutan dan alat-alat praktikum.


Daftar Pustaka

1. Cokrosarjiwanto. 1997. Kimia Analitik Kualitatif I. Yogyakarta : UNY

Press.

2. Keenan, dkk. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

3. Day and Underwood, Analisis Kimia Kuantitatif, Penerbit Erlangga, Jakarta

Harris and

4. James, Joyce. 2008. Principles of Science For Nurse california: Blackwell

Publishing.

Anda mungkin juga menyukai