Anda di halaman 1dari 22

PERKEMBANGAN MUSIKAL, PSIKOLOGIS, SOSIAL, DAN FISIK ANAK

SEKOLAH DASAR
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perencanaan
Pembelajaran Musik
Dosen Pengampu : Dr. Rita Milyartini, M.Si.

Oleh :
Kelompok I
Rahmawati Daeli 1904144 Bella Shelomita H 2001449
Felix Imantaka 2010000 Bellaviersa Maryulen J 2003670
Nathania Natasha G 2007877 Caroline 2009795
Ronasari Rebecca T 2007386 Piter Sembiring 2003055
Gaby Veronica S 2006132 Nisrina Ayu Gurnita 2003611

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI MUSIK


FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN
UNIVESITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas anugrah-
Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas makalah Perencanaan Pembelajaran Musik yang
berjudul ”Perkembangan Musikal, Psikologis, Sosial dan Fisik”.
Makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perencanaan
Pembelajaran Musik, juga untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam belajar yang
bersangkutan dengan materi yang disampaikan di dalam makalah ini.
Sebagai manusia, penyusunan makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan,
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan-
perbaikan selanjutnya.
Terima kasih.

Bandung, 14 Oktober 2021


                                                                                                                                  

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar belakang.........................................................................................................2
1.2 Rumusan masalah...................................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................3
1. Perkembangan Musikal........................................................................................5
A. .............................................................................6
B. .................................................................................7
C. .....................................................................................9
2. Perkembangan Psikologis......................................................................................10
B.................................................................................11
C.............................................................................12
D.................................................................................16
3. Perkembangan Sosial............................................................................................17
A.................................................................................17
B.................................................................................17
C.................................................................................17
4. Perkembangan Fisik...............................................................................................18
A..................................................................................19
B..................................................................................19
C..................................................................................20
D..................................................................................20
BAB III PENUTUP..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan fisik pada anak sekolah dasar terjadi seiring dengan perkembangan
kemampuan mereka seperti kecerdasan, pengetahuan, motorik, psikologis, komunikasi,
dan kemampuan mereka dalam memahami sesuatu seperti perkembangan pengetahuan
musikalitas. Hal ini terjadi karena suatu faktor tertentu mulai dari pengaruh orang sekitar
sampai dengan asupan pendidikan akademis atau moralitas yang mereka pahami.
Karakteristik yang muncul pada anak SD secara umum juga perlu kita pahami guna
mengetahui apa saja hal yang bisa kita lakukan dalam mengajar dan membimbing anak
SD sesuai dengan pola perkembangan mereka

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa saja perkembangan musikalitas yang terjadi pada anak SD?
1.2.2 Bagaimana proses perkembangan tersebut terjadi pada anak SD?
1.2.3 Apa yang menjadi penyebab perkembangan secara positif dan negatif pada anak
SD?
1.2.4 Apa saja yang dapat mempengaruhi perkembangan anak SD terhadap pertumbuhan
fisik mereka?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Dapat mengerti penjelasan dari Perkembangan Musikal
1.3.2 Dapat mengerti penjelasan dari Perkembangan Psikologis
1.3.3 Dapat mengerti penjelasan dari Perkembangan Sosial
1.3.4 Dapat mengerti penjelasan dari Perkembangan Fisik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Musikal
Perkembangan musikal pada anak sekolah dasar telah terjadi yag meliputi aspek
musikalitas yaitu perkembangan kemampuan melodis (perbedaan pitch, absolute
pitch, dan keahiran tonalitas), perkembangan kemampuan harmonis, representasi anak
terhadap musik serta pengaruh lingkungan terhadap perkembangan musik

1. Perkembangan kemampuan melodis


a. Perbedaan pitch
Picth adalah ketepatan tinggi rendahya nada yang berkaitan dengan frekuensi.
Anak pada usia sekolah dasar telah memiliki kemampuan tersebut namun tidak
secra akurat. Bentley (1966) mengatakan bahwa anak usia 7 tahun dapat
membedakan perbedaan pitch dari 440 Hz turun menjadi 428 Hz dan kemampuan
ini meningkat pada usia 12 tahun dimana anak dapat mengenali perbedaan 8 nada.
Sergeant dan Boyle meneliti bahwa anak akan mampu mengenali perbedaan pitch
jika suatu nada dipertentangkan dengan nada yang lain. Contohnya adalah
memainkan dua not dimana not pertama dimainkan dengan pitch lebih tinggi dari
not kedua atau not pertama dan not kedua memiliki pitch yang sama. Hasil pada
anak usia 11 – 12 tahun adalah 50 % menjawab dengan benar. Perkembangan
kemampuan perbedaan pitch pada anak usia 6 tahun sampai di tahap dimana anak
sudah dapat membedakan picth jika suatu nada dipertentangkan namun anak
masih sulit untuk menjelaskan konsep naik turun dari kedua nada tersebut (Hair,
1977)

b. Absolute Pitch (Titik nada mutlak)


Absolute pitch atau perfect pitch adalah kemampuan untuk mengenali dan
mengidentifikasi nama nada atau not tanpa adanya referensi not yang diberikan
sebelumnya. Orang yang memiliki kemampuan ini dapat dengan tepat
menyebutkan letak nada, misalnya C tengah, C D E F G. Ada juga yang
menyebutkan solmisasinya; do re mi fa sol (identifikasi solfegio), atau
menyebutkan nama lagu yang memiliki nada tersebut (Wards dan Burns, 1982)
Absolute pitch ini masih menjadi perdebatan di antara para peneliti dan para
musisi. Salah satu argumen yang beredar saat ini adalah absolute pitch merupakan
kemampuan yang dibawa seseorang sejak lahir. Beberapa peneliti yang
mengatakan ini adalah:
 hadir di usia awal anak-anak, biasanya sebelum usia lima tahun.
(Grebelnik, 1984)
 diperoleh dengan sangat cepat (Burns and Campbell, 1994)
 diperoleh tanpa berusaha (Takeuchi and Hulse, 1993); dan
 berlangsung secara turun temurun (Revesz, 1953)

Nan Bahr, Mark Bahr dan Carol A. Christensen dari universitas


Queensland, Australia melakukan penelitian terhadap 13 orang yang berusia
antara 17 tahun – 60 tahun. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil yang berbeda
dari setiap partisipan terhadap warna nada dari instrumen musik, warna not (hitam
dan putih) dan jangkauan pitch. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini
adalah absolute pitch adalah kemampuan yang bermacam-macam. Manipulasi
dari warna nada instrumen musik membawa pengaruh yang berbeda bagi setiap
partisipan. Ini berarti bahwa kemampuan absolute pitch tidak begitu saja
melibatkan frekuensi suara. Kemampuan absolute pitch tergantung pada beberapa
jenis atribut suara seperti tonalitas, warna nada dan jangkauan pitch. Hal ini sama
seperti pendapat Takeuchi dan Husle di atas bahwa absolute pitch adalah
kemampuan yang multi dimensi.
2. Perkembangan kemampuan harmonis
Valentine (1942) melakukan sejumlah studi di tahun 1910 tentang interval
mana yang lebih disukai pada anak usia 6 – 14 tahun. Sampel penelitiannya terdiri
dari 200 anak sekolah yang membuat penilaian dengan menjawab suka, tidak suka
atau tidak tahu terhadap 12 interval yang dipresentasikan dengan piano. Valentine
merujuk major second, minor seventh, major seventh dan minor second sebagai
discord dan delapan interval yang lain sebagai concord. Dia menemukan bahwa
tidak ada preferensi bahwa concord lebih disukai daripada discord sampai anak
usia 9 tahun. Pada anak usia 11 tahun, anak lebih menyukai concord dan sekaligus
menunjukkan bahwa mereka tidak menyukai discord. Pada usia 12 dan 13 tahun,
Valentine menemukan bahwa preferensi ini makin berkembang mengikuti pola
orang dewasa yaitu lebih menyukai discord.

3. Representasi anak terhadap musik


Menurut Heinz Werner, anak-anak tidak sanggup berpikir secara murni
konseptual tetapi mereka sering memahami dunia secara konkrit seperti gambar-
gambar dari hal khusus. Pikiran anak yang seperti gambar dapat terlihat ketika
mereka diminta untuk mendefinisikan kata-kata. Werner memunculkan topik
persepsi fisiognomik yang dihubungkan dengan persepsi anak-anak. Persepsi
fisiognomik (ilmu firasat) mengikuti kualitas dinamis dan ekspresif benda-benda.
Bagi orang dewasa yang rasional, persepsi fisiognomik tepat hanya
jika stimuli berjiwa. Kita akan merasa bodoh untuk memahami emosi di dalam
bebatuan, pohon, gelas dan benda-benda tidak berjiwa lainnya. Bagi anak-anak,
situasinya sangat berbeda. Anak-anak, karena tidak memiliki ikatan
diri/lingkungan yang jelas, memahami seluruh dunia penuh kehidupan dan
gerakan. Contohnya ketika anak melihat sebatang kayu patah menjadi dua, si
anak mungkin akan menganggap kayu merasa sakit.

Goodnow (1971) melakukan penelitian dengan cara mempresentasikan


tepukan ritmis kepada anak-anak dan meminta mereka untuk menuliskan pola
ritmis tersebut. Usia pra sekolah belum dapat menggambarkan jarak pemisah antar
ketuk, mereka hanya menggambar bulatan-bulatan yang mewakili ketukan. Mulai
usia 5 tahun, gambar mulai membentuk pola dua kelompok di mana kelompok
pertama terpisah dengan kelompok kedua. Pada usia 5 – 7 tahun anak mulai
mengenal ukuran, posisi dan pemisahan untuk menjelaskan interval waktu.
Penelitian dengan bentuk yang sama juga dilakukan oleh Bamberger. Dari hasil
penelitiannya Bamberger mengatakan bahwa pendidikan musik formal
memfasilitasi anak belajar menulis dan membaca notasi, namun hal tersebut akan
menghilangkan kepekaan anak terhadap figure dan rasa musikal akan ritmis

4. Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan musikal


Maria Manturzewska, peneliti dari institut penelitian pendidikan musik
Chopin Academy of Music, melakukan penelitian terhadap tahapan perkembangan
hidup dari musisi profesional. Beliau meneliti 165 orang musisi di Polandia yang
berusia 21 – 89. Hasil yang didapat dari kuesioner dan wawancara tersebut adalah:
1. Dilihat dari latar belakang keluarga, 50% musisi mengikuti jejak ayahnya
untuk bermusik dan lebih dari 25% musisi yang mengikuti jejak ibunya untuk
menjadi musisi. Hanya 5% musisi yang berasal dari keluarga yang tidak
memiliki tradisi atau bakat musik. Pengecualian adalah ada 2 musisi hebat
yang berasal dari keluarga yang tidak memiliki tradisi atau bakat musik. Ini
berarti bahwa kebiasaan musikal dalam keluarga merupakan faktor yang
penting untuk dipertimbangkan meski tidak serta merta menjadi syarat utama
untuk membangun karir profesional.

2. Ditinjau dari status sosial ekonomi, hampir 50% musisi berasal dari keluarga
kaum terpelajar dan 20,8% dari keluarga para ahli keterampilan teknik. Hanya
4% musisi profesional yang berasal dari keluarga petani. Setelah 40 tahun ke
depan pun hasil yang diperoleh tetap sama bahwa mayoritas dari musisi
profesional berasal dari kaum terpelajar dan minoritas dari kaum petani
(hanya 1%). Ini sama dengan teori yang telah disebutkan dalam buku The
Developmental Psychology of Music bahwa status sosial ekonomi
mempengaruhi perkembangan kemampuan musikal seseorang.
3. Tempat kelahiran juga merupakan faktor yang mempengaruhi seorang musisi.
Mayoritas dari para musisi yang diwawancara lahir di kota baik itu kota besar
maupun kota kecil. Hanya sedikit sekali orang yang lahir di daerah pedesaan
yang mengejar karir sebagai musisi profesional. Dari grafik penelitian tentang
tempat kelahiran disimpulkan bahwa karir musikal bergantung secara kuat
pada kondisi lingkungan dan biografi. Penjelasan yang masuk akal untuk ini
adalah keadaan sekitar keluarga dan fasilitas sosio kultural mempermudah
akses untuk pendidikan musik, sekolah musik, intitusi dan model yang
memiliki fungsi sejajar dalam perkembangan minat musik, motivasi dan karir.

4. Usia saat pertama kali belajar musik mempengaruhi tingkat kemahiran


seorang musisi di masa depan. Hipotesis dari grafik penelitian adalah bila
seseorang mulai belajar musik di usia 9 tahun untuk menjadi seorang pemain
piano atau biola yang hebat (virtuoso) maka dia tidak akan dapat mencapai
level tersebut karena tidak akan mampu meraih kemahiran dalam hal
kemampuan musikal dan tingkat motivasi dilihat dari tingkat perkembangan
hidup. Seseorang yang terlambat untuk memulai belajar musik dapat meraih
kompetensi secara internasional hanya sebagai composer dan konduktor.

5. Lama masa belajar musik mempengaruhi seseorang untuk menjadi musisi


profesional. Masa pendidikan yang dibutuhkan kira-kira 16 tahun baik itu di
dalam atau di luar sekolah musik dibawah bimbingan yang sistematis dari
seorang guru yang memenuhi kualifikasi dan perlu diingat bahwa lamanya
waktu yang dihabiskan untuk belajar tidak berhubungan dengan karir di
bidang musik. Ada catatan khusus disini bahwa motivasi dan
kepribadian serta kompetensi dan gengsi sosio profesional guru akan
menginspirasi murid untuk menjadi seorang musisi profesional.

6. Musisi profesional rata-rata mencapai prestasi artistiknya di usia 25 – 45


tahun. Di lain pihak, musisi terebut mencapai prestasi mengajar tertingginya
setelah selesai periode di mana dia mencapai prestasi tertinggi untuk
artistiknya. Para musisi mulai tertarik untuk lebih serius mengajar musisi-
musisi yang muda ketika mereka merasa lelah dengan aktivitas konser
mereka sendiri. Hanya ketika mereka serius untuk berhenti berkonserlah
mereka siap untuk berkonsentrasi secara penuh dalam membangun karir dan
prestasi para muridnya. Ini menjelaskan mengapa guru dari para juara
kompetisi internasional biasanya sudah berusia separuh baya.

6. Data yang didapat dari hasil wawancara memperlihatkan bahwa usia rata-rata
para musisi professional tersebut saat pensiun dari karir bermusik mereka
adalah 70 tahun. Ada beberapa musisi yang bahkan masih aktif berkarir
sampai usia mereka 90 tahun.
B. Perkembangan Psikologi

Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani Psychology yang merupakan
gabungan dan kata pysche dan logos. Pysche berarti jiwa dan logos berarti ilmu.
Secara harfiah psikologi diartikan sebagai ilmu jiwa. Dimyati Mahmud (1989)
menjelaskan bahwa manusia menghayati kehidupan kejiwaan berupa kegiatan
berfikir, berfantasi, mengingat, sugestif, sedih, dan senang, berkemauan dan
sebagainya. Gejala jiwa pada manusia dibedakan menjadi gejala pengenalan
(kognisi), gejala perasaan (afeksi), gejala kehendak (konasi), dan gejala campuran
(psikomotorik).
Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990) menyatakan bahwa Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat
secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung. Dakir (1993)
menyatakan bahwa psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya
dengan lingkungannya. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa psikologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik individu
maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa
tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun
yang tidak disadari.

Pengertian Pendidikan
Menurut Whiterington (1982:10) bahwa pendidikan adalah proses
pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Itu artinya bahwa
tindakan-tindakan belajar yang berlangsung secara terus menerus akan menghasilkan
pertumbuhan pengetahuan dan perilaku sesuai dengan tingkatan pembelajaran yang
dilalui oleh individu sendiri melalui proses belajar-mengajar, karena itu untuk
mencapai hasil yang diharapkan, metode dan pendekatan yang benar dalam proses
pendidikan sangat diperlukan. Menurut Poerbakawatja dan Harahap dalam Muhibbin
Syah (2001) menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha secara sengaja dari
orang dewasa untuk meningkatkan kedewasaan yang selalu diartikan sebagai
kemampuan untuk bertanggung jawab terhadap segala perbuatannya. Dari definisi-
definisi tersebut terdapat kesimpulan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang
dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara
individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan. Psikologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari penerapan teori-
teori psikologi dalam bidang pendidikan. Dalam psikologi pendidikan dibahas
berbagai tingkah laku yang muncul dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya mengajarkan dan latihan.
Dalam proses belajar-mengajar dapat dikatakan bahwa inti permasalahan
psikiologis terletak pada anak didik, bukan berarti mengabaikan persoalan psikologi
seorang pendidik, namun dalam hal seseorang telah menjadi seorang pendidik maka ia
telah melalui proses pendidikan dan kematangan psikologis sebagai suatu kebutuhan
dalam mengajar. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu
kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah
(2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai
guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan
proses belajar mengajar peserta didik.”

Pengertian Perkembangan
Para ahli psikologi setuju dengan pengertian perkembangan sebagai suatu
proses perubahan yang mengarah pada kemajuan. Perkembangan menyebabkan
tercapainya kemampuan dan sifat-sifat psikis yang baru. Perubahan yang
dimaksudkan sebagai pencapaian sifat-sifat psikis yang baru, tidak terlepas dari
perubahan yang terjadi pada struktur biologis, meskipun tidak semua perubahan-
perubahan kemampuan dan sifat-sifat psikis dipengaruhi oleh perubahan struktur
biologis. Atau dengan kata lain Perkembangan dapat dikatakan sebagai proses
perubahan fungsi-fungsi psiko-fisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-
fungsi psikis, ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam kurun waktu
tertentu menuju kedewasaan.
Perkembangan dapat diartikan pula sebagai proses transmisi dari konstitusi
psiko-fisik yang herediter, dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan yang
menguntungkan. Perkembangan menunjukan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses
yang menuju kedepan dan tidak dapat di ulang kembali. Dalam perkembangan
manusia terjadi perubahan-perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak
dapat di ulangi. Perkembangan menunjukan pada perubahan-perubahan dalam suatu
arah yang bersifat tetap dan maju. Perubahan struktur biologis yang berkaitan dengan
perkembangan psikis adalah pertumbuhan dan kematangan. pertumbuhan menunjukan
perubahan kuantitaf, Nampak dalam perubahan ukuran dan struktur tubuh.
Perkembangan tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar,
melainkan didalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung
secara terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi fungsi jasmaniah dan rohaniah
yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan,
pematangan dan belajar. Perkembangan menghasilkan bentuk bentuk dan cirri-ciri
kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ketahap yang
lebih tinggi.
1. Karakteristik Perkembangan Anak-Anak Usia Sekolah Dasar
Banyak para pendidik yang kurang perhatian dalammempelajari pola
pertumbuhan maupun perkembangan peserta didik yang sebenarnya sangat berguna
demi kelancaran proses pembelajaran. Dengan kurang fahamnya pendidik dengan
pola pertumbuhan maupun perkembangan peserta didiknya maka akan terjadi
beberapa hambatan dalam proses pembelajaran seperti kurang dipahaminya materi
yang disampaikan pendidik.
Karakteristik perkembangan anak yang berada di kelas awal SD adalah anak
yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa
perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi
kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak
perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya
pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol
tubuh dan keseimbangannya. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia kelas
awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi,
mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya
perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya
pemahaman terhadap ruang dan waktu.
Anak usia SD (6-12 tahun) disebut sebagai masa anak-anak (midle childhood).
Pada masa inilah disebut sebagai usia matang bagi anak-anak untuk belajar. Hal ini
dikarenakan anak-anak menginginkan untuk menguasai kecakapan-kecakapan baru
yang diberikan oleh guru di sekolah, bahwa salah satu tanda permulaan periode
bersekolah ini ialah sikap anak terhadap keluarga tidak lagi egosentris melainkan
objektif dan empiris terhadap dunia luar. Jadi dapat disimpulkan bahwa telah ada
sikap intelektualitas sehingga masa ini disebut periode intelektual. Hal ini sejalan
dengan pendapat bahwa masa usia sekolah ini sering disebut sebagai masa intelektual
atau masa keserasian sekolah (Lara Fridani, 2009 h. 26) Pada masa ini secara relatif
anak-anak mudah untuk dididik daripada masa sebelumnya dan sesudahnya.
Memahami tentang murid berarti memahami gejala atau kondisi yang dimiliki.
Untuk mengetahui karakteristik gerak siswa SD, terlebih dahulu perlu untuk
memahami tingkat perkembangan siswa SD menurut tingkat usianya. Secara umum
sifat siswa SD antara lain:
1. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai mahluk
biolgis
2. Belajar bergaul dengan teman sebaya
3. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya
4. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung
5. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari
6. Mengembangkan kata hati
7. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi
8. Mengembangkan sifat positif. (Sudarwan Danim, 2010, h. 84)
9. Mempunyai sifat patuh terhadap aturan.
10. Kecenderungan untuk memuji diri sendiri.
11. Suka membandingkan diri dengan orang lain
12. Jika tidak dapat menyelesaikan tugas, maka tugas tersebut dianggap tidak
penting
13. Realistis, dan rasa ingin tahu yang besar
14. Kecenderungan melakukan kegiatan kehidupan yang bersifat praktis dan nyata
(Depdikbud, 1978)
15. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal yang khusus pada
mata pelajaran, bakat dan minat
16. gemar membentuk kelompok teman sebaya untuk bermain bersama.
(Mohammad Surya, 2013, h.)

Pada jenjang pendidikan SD dapat diperinci menjadi dua fase, yaitu:


a. Masa kelas rendah SD, kira-kira umur 6 tahun atau 7 tahun - umur 9 tahun atau 10
tahun
Secara khusus karakteristik siswa SD kelas rendah (kelas 1, kelas 2, dan kelas 3)
adalah sebagai berikut:
a) Karakteristik Umum
 Waktu reaksinya lambat
 Koordinasi otot tidak sempurna
 Suka berkelahi
 Gemar bergerak, bermain, memanjat
 Aktif bersemangat terhadap bunyi-bunyian yang teratur

b) Karakteristik Kecerdasan
 Kurangnya kemampuan pemusatan perhatian
 Kemauan berpikir sangat terbatas
 Kegemaran untuk mengulangi macam-macam kegiatan

c) Karakteristik Sosial
 Hasrat besar terhadap hal-hal yang bersifat drama
 Berkhayal dan suka meniru
 Gemar akan keadaan alam
 Senang akan cerita-cerita
 Sifat pemberani
 Senang mendapat pujian

d) Kegiatan Gerak yang Dilakukan


 Menirukan. Anak-anak SD pada tingkat rendah, dalam bermain senang
menirukan sesuatu yang dilihatnya. Gerak-gerak apa yang dilihat di TV
ataupun gerak-gerak yang secara langsung dilakukan oleh orang lain,
teman ataupun binatang.
 Manipulasi. Anak-anak kelas rendah secara spontan menampilkan gerak-
gerak dari objek yang diamatinya. Tetapi dari pengamatan objek tersebut
anak menampilkan gerak yang disukainya.

b. Masa kelas tinggi SD, kira-kira umur 9 tahun atau 10 tahun - umur 12 tahun atau
13 tahun. Sedangkan karakteristik anak SD pada tingkat tinggi memiliki sedikit
persamaan dengan kelas rendah. Karakteristik kelas tinggi yang dimaksud antara
lain:
a) Karakteristik Umum
 Waktu reaksinya cepat
 Koordinasi otot sempurna
 Gemar bergerak dan bermain
b) Karakteristik Kecerdasan
 Mempunyai kemampuan pemusatan perhatian
 Kemampuan berpikir lebih banyak

c) Karakteristik Sosial
 Tidak suka pada hal-hal yang bersifat drama
 Gemar pada lingkungan sosial
 Senang pada cerita-cerita lingkungan sosial
 Sifat pemberani tetapi masih menggunakan logika

d) Kegiatan Gerak yang Dilakukan


 Anak memiliki kemamouan dalam menampilkan suatu kegiatan yang lebih
tinggi. Jadi mempunyai kemampuan untuk mengekspresikan dari kegiatan
yang dilakukan.
 Artikulasi (articulation). (H. Sunarto, 1995)

2. Tugas-tugas perkembangan selama masa sekolah dasar


Anak-anak yang memasuki kelas satu sekolah dasar berada dalam periode
transisi dari pertumbuhan pesat masa anak-anak awal ke fase perkembangan yang
lebih bertahap. Perubahan dalam perkembangan mental maupun sosial menjadi ciri
khas masa-asa sekolah awal. Beberapa tahun kemudian, ketik anak-anak mnecapai
kelas sekolah dasar yang lebih tinggi, mereka mendekati akhir masa anak-anak dan
memasuki masa pra-remaja. Keberhasilan anak-anak di sekolah khususnya berperan
penting selama masa-masa sekolah awal, karena pada saat sekolah dasarlah mereka
terutama mendefinisikan diri sebagai siswa (Carnegie Corporation of New York,
1996).
Ketika anak-anak melewati kelas-kelas sekolah dasar, perkembangan fisik
mereka mengalami perlambatan kalau dibandingkan dengan masa anak-anak lebih
awal. Anak-anak berubah relatif sedikit dalam ukuran tubuh selama masa-masa
sekolah dasar. Untuk menggambarkan anak khas pada masa-masa sekolah dasar, kita
harus menggambarkan seorang anak dalam kondisi fisik yang baik. Anak perempuan
sedikit lebih pendek dan lebih ringan daripada anak laki-laki hingga sekitar usia 9
tahun, ketika tinggi dan bobot badan kirakira sama untuk laki-laki dan perempuan.
Perkembangan otot dikalahkan perkembangan tulang dan kerangka. Hal ini dapat
menyebabkan penyakit yang umumnya dikenal sebagai growing pain (penyakit kaki
anak-anak yang sedang mengalami pertumbuhan). Juga, otototot yang sedang tumbuh
membutuhkan banyak olahraga, dan kebutuhan ini mungkin saja mempunyai andil
bagi ketidakmampuan anak sekolah dasar berdiam dengan tenang dalam waktu lama.
Pada saat anak-anak memasuki sekolah dasar, mereka telah mengembangkan banyak
kemampuan motorik dasar yang mereka butuhkan untuk keseimbangan, berlari,
melompat, dan melempar. Selama bagian terakhir kelas empat, banyak anak
perempuan memulai dorongan pertumbuhan utama yang akan berhenti hingga masa
puber. Dorongan ini mulai dengan pertumbuhan pesat lengan dan kaki. Pada saat ini
tidak ada perubahan yang menyertainya dalam ukuran bagian badan. Hasilnya ialah
penampilan yang kurus atau yang seluruhnya terdiri atas lengan dan kaki. Karena
pertumbuhan tulang ini terjadi sebelum perkembangan otot dan tulang rawan terkait,
anak-anak pada tahap pertumbuhan ini untuk sementara kehilangan beberapa
koordinasi dan kekuatan tubuh.
Pada awal kelas lima, hampir semua anak perempuan memulai dorongan
pertumbuhan mereka. Selain itu, pertumbuhan otot dan tulang rawan anggota tubuh
mulai terjadi dalam diri wanita mengalami kedewasaan lebih awal, dan mereka
mendapatkan kembali kekuatan dan koordinasi mereka. Pada akhir kelas lima, anak
perempuan biasanya akan lebih tinggi, lebih berat dan lebih kuat daripada anak laki-
laki. Pria berada 12 hingga 18 bulan di belakang wanita dalam pertumbuhan, sehingga
bahkan anak laki-laki yang mengalami kedewasaan awal tidak memulai dorongan
pertumbuhan mereka hingga usia 11 tahun. Karena itu, pada awal kelas enam,
kebanyakan anak perempuan akan mendekati puncak dorongan pertumbuhan mereka,
dan semua anak laki-laki yang mengalami kedewasaan awal akan melanjutkan
pertumbuhan lambat dan tetap masa-masa anak-anak akhir. Anak perempuan biasanya
akan memulai periode menstruasi mereka pada usia 13 tahun. Bagi anak laki-laki,
akhir masa pra-remaja dan permulaan awal remaja diukur oleh ejakulasi pertama,
yang terjadi antara usia 13 dan 16 tahun.

3. Tantangan Psikologis Pada Fase Childhood


Masa sekolah: 6 – 12 tahun, atau jenjang Sekolah Dasar (SD) Perkembangan
jasmaniah dan penyesuaian diri di sekolah dan lingkungan pengaruh dari luar rumah
dapat menjadi sumber gejolak emosi
a. Tipe-tipe tempramen anak
1) Tipe Mudah
Ciri-cirinya:
Mewakili suasana hati yang positif, cenderung tidak senang.
Dengan cepat dapat membentuk kebiasaan yang teratur dan mudah
menyesuaikan diri dengan pengalaman, situasi dan orang-orang baru.

2) Tipe Sulit
Ciri-cirinya:
Cenderung bereaksi secara negatif dan sering menangis
Cenderungkan reaksi negatif terhadap kegiatan rutin, sehingga memberi kesan
sangat sulit untuk hidup secara teratur (misalnya keteraturan dalam makan,
tidur, mandi dll)
Lambat dalam mencari pengalaman-pengalaman baru sehingga menyesuaikan
diri dengan lingkungan, situasi, serta orang-orang disekitar, dan makan baru
pun sulit.

b. Tipe Slow to Warm Up


Ciri-ciri:
Memiliki ciri-ciri antara tipe sulit dan mudah
Tingkat aktifitasnya rendah
Cenderung menunjukkan Suasana hati yang negatif (tetapi sedikit lebih baik
daripada tipe sulit)
Penyesuaian dirinya juga lamban dan suasana hati anak tipe ini cenderung rendah
intensitasnya. Semasa bayi ia tidak terlalu senang dibandingkan dengan tipe anak
sulit. Lewat bujuk Akhirnya ia dapat ditenangkan

4. Pentingnya AKAP bagi Pola Asuh Anak


 Awarenes (Keberadaan)
 Knowledge (Pengetahuan)
 Attitude (sikap)
 Practise (Penerapan)

5. Syarat Pola Asuh


 Utamakan kehangatan atau kasih sayang yang mendalam. Kehangatan akan lebih
menyenangkan hati anak dengan kedua tipe temperamen ini sehingga kadar emosi
negatifnya menurun.
 Saat memberlakukan bahasa, Orangtua harus tegas dan tegar (konsisten), sehingga
anak akhirnya belajar bahwa orangtuanya tidak main-main dengan aturan yang
sudah ditetapkan.
 Orangtua tidak  boleh memaksakan kehendaknya. Ada rambu-rambu yang harus
ditaati oleh orangtua dan anak. Anak-anak  usia Sekolah umumnya sudah dapat
diajak berbicara atau berdiskusi tentang rambu-rambu ini, sehingga penerapannya
menjadi lebih mudah. Hendaknya Orangtua sudah mempersiapkan alasan-alasan
yang dapat diterima anak, yaitu aturan yang tidak terlalu mengada-ngada. 
 Dalam mengasuh dan membesarkan anak yang termasuk mudah, Mayke
mengingatkan agar jangan sampai orangtua malah mengabaikannya.  Hal ini
umumnya seringterjadi pada orangtua yang memiliki anak dengan 2 tipe berbeda,
misalnya yang satutipe sulit dan yang lain mudah.  Ayah atau ibu lantas lebih
memperhatikan anak yang sulit dan selalu berusaha “memenangkannya”. 
Tindakan ini tidak hanya akan membahayakan anak denga tipe mudah tapi juga
yang bertipe sulit.  Anak tipe mudah akan mengalami frustrasi karena merasa
selalu dikalahkan dan berakhir menjadi anak bermasalah.

6. Sasaran Pendidikan Moral


a) Membina dan menanamkan nilai moral dan norma.
b) Meningkatkan dan memperluas tatanan nilai keyakinan seseorang atau kelompok.
c) Meningkatkan kualitas diri manusia, kelompok atau kehidupannya 
d) Menangkal, memperkecil dan meniadakan hal-hal negatif.
e) Membina dan mengupayakan terlaksananya dunia yang diharapkan (The Expected
World).
f) Melakukan klarifikasi Nilai intrinsik dari suatu nilai moral dan norma dan
kehidupan secara umum.

7. Tiga Lingkungan yang Aman/ Kondusif untuk melalukan Pendidikan Moral


a) Lingkungan Keluarga
b) Lingkungan Pendidikan
c) Lingkungan Masyarakat

8. Lingkungan Keluarga Paling Efektif


Peran keluarga dalam pendidikan nilai adalah mendukungnya terjadi proses
identifikasi, internalisasi,panutan dan reproduksi langsung dari nilai-nilai moral yang
hendak  ditanamkan sebagai pola asuh dari kehidupan keluarga. Secara operasional
yang perlu diperhatikan dalam konteks pendidikan moral di lingkungan keluarga
adalah penanaman nilai-nilai kejujuran dalam segenap aspek kehidupan
keluarga.Sikap dan Perilaku Orangtua sebagai panutan. Harus dilakukan sejak anak
masih kecil dengan membiasakan mereka kepada peraturan-peraturan dan sifat-sifat
baik serta adil. Pendidikan moral terbaik berasal dari agama yang disampaikan dengan
tegas dan benar. 

9. Faktor Penyebab Rendahnya Nilai-Nilai Religi dan Moral


a) Serapan bentuk-bentuk budaya Hedonisme dan materialistik dari dunia barat
melalui media khususnya media elektronik.
b) Dunia pendidikan Indonesia sangat pelit pelajaran tentang moral dan religi. Pada
sekolah umumPelajaran agama hanya 2 jam pelajaran dalam seminggu.
c) Proses pendidikan agama hanya mementingkan aspek cognitif saja atau conatif
dan tidak pada aspek affektif ( Rasa Beragama).
d) Kesadaran Orangtua akan penanaman nilai-nilai religi dan moral untuk anak-
anaknya ssangat rendah. Pada Orangtua lebih mengutamakan pendidikan umum,
pencapaian gelar akademik setinggi-tingginya, tapi tidak memperdulikan
bagaiman moral dan agamanya. 

C. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial anak merupakan kemampuan yang dimiliki anak yang berkaitan
dengan cara anak berperilaku dalam kehidupan sosialnya sesuai normanilai masyarakat
sehingga anak dapat menjadi individu yang bermanfaat dalam kehidupan masyarakat.
Perkembangan sosial anak dapat bersumber dari kemampuan anak untuk belajar
menghadapi berbagai respons lingkungan terhadap dirinya. Respon tersebut dapat
bersumber dari anak lain sebagai teman bermain, orang yang lebih dewasa baik di lingkup
keluarga maupun diluar keluarga, kelompok dan masyarakat pada umumnya yang
ditandai dengan adanya proses penyesuaian diri yang baik dengan individu yang lain
(Kusbiantoro, 2015). Di samping itu, anak dengan perkembangan sosial yang baik akan
memiliki perhatian terhadap kegiatan anak-anak seusianya, keinginan untuk dapat bergaul
dengan teman dalam kelompok.
Perkembangan sosial adalah proses saat anak belajar berinteraksi atau bersosialisasi
dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Melansir dari SCAN of Northern Virginia,
perkembangan sosial biasanya merujuk pada bagaimana seorang anak mengenal dan
bersahabat dengan teman-temannya. Selain itu, perkembangan sosial yang baik juga
membuat anak mampu menangani konflik dengan teman-temannya. kemampuan sosial
anak juga terlihat saat ia mulai lebih peduli dengan pendapat dan pemikiran orang lain.
Sayangnya, sisi negatif yang mungkin diperoleh anak dari pemahamannya mengenai
pendapat orang lain yakni ia rentan mengalami tekanan dari teman seusianya. Ambil
contohnya ketika ada salah satu teman yang mengejeknya, anak menjadi lebih peka dan
perasa. Hal ini tentu berpengaruh pada suasana hati (mood) anak dan pemikirannya
mengenai dirinya sendiri. Namun di sisi lain, rasa empati anak masih akan terus
berkembang di usia tahap mengembangkan pemahaman mengenai sesuatu yang “salah”
dan “benar”. Hal ini kadang membuat si Anak berbohong maupun melakukan perilaku
lain yang perlu dibimbing lebih lanjut agar ia paham mana hal yang boleh dilakukan dan
tidak boleh.
Perkembangan sosial anak usia sekolah dasar dideskripsikan sebagai berikut:
 Anak mulai menyukai permainan yang melibatkan imajinasi dan fantasi,ingin
menghabiskan waktu bermain dengan orangtuanya, teman, maupun guru di sekolah.
 Anak cenderung suka bermain dengan teman-teman yang memiliki jenis kelamin
sama. Misalnya anak laki-laki bermain dengan anak laki-laki, begitu pula dengan
anak perempuan.
 Anak sudah dapat mulai memahami perasaan orang lain, tentu dengan bantuan atau
dorongan dari orangtua, pengasuh, atau orang lain di dekatnya.
 Rasa humor anak sedang berkembang, contohnya dengan mulai mengerti lelucon
sederhana yang mudah ia pahami dan membaca buku-buku bergambar.
 Anak mulai memahami norma sosial dan perilaku yang baik untuk dilakukan.
 Anak memiliki rasa empati yang kuat sehingga mampu memahami dan peka terhadap
perasaan orang lain.
Beberapa anak mulai tertarik ingin tahui mengenai hubungan antara anak laki-laki dan
perempuan. Menurut C.S Mott Children’s Hospital, pada perkembangan anak Sekolah
dasar ini, emosi anak cenderung sudah lebih stabil ketimbang usia sebelumnya. Sebagian
besar anak di usia Sekolah dasar juga biasanya sudah memiliki teman dekat atau sahabat
entah di sekolah maupun di rumah. Persahabatan yang anak jalin membuatnya merasa
senang saat teman berada di dekatnya dan kesepian saat teman dekatnya pergi, misalnya
pindah sekolah atau pindah rumah. Bahkan, anak mulai tertarik untuk memahami
hubungan pertemanan antara anak laki-laki dan perempuan. Melalui persahabatan juga
anak belajar bahwa hubungan pertemanan dekat yang ia jalin kadang memiliki perbedaan
sifat, sikap, dan perilaku. Pendidikan anak usia dini sangatlah penting, karena di usia 0-6
tahun anak membentuk karakter pendidikannya. Di usia tersebut anak-anak harus
membentuk dirinya untuk dapat menghadapi masa sekolah dan masa depan
Untuk mendukung perkembangan kepribadian anak pra sekolah hendaknya bukan
hanya menitikberatkan pada ditandainya dengan kemampuan anak untuk dapat
menyesuaikan diri melalui proses sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Kemampuan
sosial juga berhubungan dengan penghargaan terhadap nilai dan norma yang ada
dimasyarakat Ketidakmatangan dalam kecerdasan sosial akan mengakibatkan berbagai
masalah pada kehidupan anak diusia perkembangan selanjutnya seperti kurang percaya
diri, selalu menutup diri, keras kepala, dan sebagainya, bahkan dapat menyebabkan
munculnya berbagai perilaku menyimpang lainnya. Ketidakseimbangan kecerdasan
dengan keterampilan secara sosial menyebabkan anak kurang mendapat kesempatan
untuk mengembangkan aspek sosial dan emosi.

D. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik merupakan suatu proses perubahan kemampuan kerja organ-
organ tubuh dan perubahan kapasitas fungsional ke arah yang lebih terorganisir. Usia
sekolah dasar adalah masa dimana anak senang bermain. Hal ini sering dijumpai saat di
luar jam sekolah ataupun jam setelah pulang sekolah, seperti bermain sepeda, lari larian,
bermain sepak bola yang biasanya banyak dilakukan oleh anak laki-laki khususnya.
Secara tidak sadar bahwa aktivitas tersebut akan mempengaruhi perkembangan fisik
maupun motorik pada anak.
Menurut, (tim dirjen pembinaan kesma, 1997 dan Narendra 2003 dalam Chamidah 2009).
Ukuran penilaian pertumbuhan fisik sebagai berikut:
1. Berat Badan
Pada usia 6 tahun, anak seharusnya telah memiliki berat badan ideal pada kisaran 20
kg. Sementara itu, saat memasuki usia 7 tahun, berat nya pun meningkat. Diusia ini
berat badan ideal anak usia 7 tahun yakni sekitar 23 kg dan setiap tahunnya
seharusnya memiliki peningkatan pada berat badan

2. Tinggi Badan
Pada usia 6 tahun, anak seharusnya memiliki tinggi ideal yaitu 115 cm dengan berat
20 kg seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kemudiam, saat menginjak umur 7
tahun seharusnya sudah berada pada kisaran 122 cm dengan berat badan idealnya 23
kg.

3. IMT
Melalui IMT dapat mengetahui apakah status gizi anak normal atau tidak dengan cara
menghitung IMT (indeks massa tubuh). IMT adalah hasil perhitungan dari
perbandingan berat badan dan tinggi badan melalui rumus BB/TB2 (kg/m2).
Ciri perkembangan fisik anak yang mendasar pada anak usia dasar 7 hingga
usia 9 tahun, anak perempuan umumnya lebih pendek dan ringan dari pada anak laki-
laki. Pada usia 9 sampai 10 tahun, anak perempuan lazimnya memiliki tinggi badan
dan berat badan yang sama dengan anak laki-laki. Pada usia sekitar 11 tahun anak
perempuan lebih tinggi dan berat dibandingkan anak laki-laki. Di usia ini,
perkembangan anak lebih banyak kemampuan motorik dasarnya yang digunakan
untuk menyeimbangkan badan, berlari-lari, melompat dan melempar (Trianingsih,
2016). Akhir masa anak usia dasar berlangsung dari enam tahun sampai anak
mencapai masa pubertas, yaitu: untuk anak perempuan sekitar sebelas tahun, dan
untuk anak laki-laki sekitar dua belas tahun. Perkembangan fisik yang lambat
dipengaruhi oleh imunisasi, asupan gizi, dan kesehatan.
Perkembangan fisik anak usia dasar akan menentukan perilakunya sehari-hari
secara langsung ataupun tidak langsung. Pertumbuhan fisik seorang anak akan
menentukan keterampilan gerak anak. Secara tidak langsung perkembangan fungsi
fisik akan mempengaruhi anak terhadap cara pandang kepada dirinya dan cara
memandang orang lain.
Karakteristik anak sekolah dasar yang berkaitan aktivitas fisik umumnya anak akan
senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang
praktik langsung (Alim, 2009). Berkaitan dengan konsep tersebut maka dapat
dijabarkan sebagai berikut;
1. Karakteristik pertama anak usia sekolah dasar senang bermain. Seorang pendidik
diharuskan paham dengan perkembangan anak, memberikan aktivitas fisik dengan
model pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa mampu merasakan
kesenangan seperti bermain ketika dalam kegiatan belajar. Materi dibuat dalam
bentuk games, terutama pada siswa sekolah dasar kelas rendah yang masih cukup
kental dengan zona bermain.
2. Karakteristik kedua anak usia sekolah dasar senang bergerak. Anak usia SD
berbeda dengan orang dewasa yang telah mampu betah duduk berjam-jam, namun
anak-anak tidak akan sama bahkan kemungkinan duduk tenang maksimal 30
menit dan itu semua hanya beberapa siswa saja. Sehingga peran pendidik harus
mampu membuat pembelajaran yang senantiasa bergerak dinamis, permainan
menarik yang memberi stimulus pada minat gerak anak.
3. Karakteristik ketiga anak usia sekolah dasar senang beraktivitas kelompok.
Umumnya anak usia sekolah dasar senang mengelompok dirinya dengan teman
se-usianya. Konsep pembelajaran di kelas dapat dibuat model tugas kelompok,
dengan memberi materi melalui tugas sederhana untuk diselesaikan bersama.
Misalnya anak usia sekolah dasar diberi tugas materi gerak sederhana menjelaskan
menembak bola, maka untuk dapat memperoleh jawaban mereka akan
mempraktikkan dahulu kemudian memaparkannya sesuai dengan kemampuan
masing-masing anak.
4. Karakteristik keempat anak usia sekolah dasar senang praktik langsung. Anak usia
sekolah dasar senang melakukan kegiatan secara dipraktikkan langsung, bukan
teoretik.

Menurut, Sugiyanto, 2008:2.6 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik anak


secara garis besar terdiri dari 2 faktor sebagai berikut:
1. Faktor internal
a) Jenis kelamin
b) Keturunan dan genetik
c) Gangguan emosional
2. Faktor Eksternal
a) Gizi
b) Status sosial dan ekonomi
c) Suku bangsa
d) Aktivitas fisik
Menurut Kuhlen dan Tomson mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu
meliputi empat aspek, yaitu;
1. Sistem syaraf yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi
2. Otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik
3. Kelenjar endokrin yang menyebabkan munculnya pola tingkah laku baru
4. Struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi
Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan anak sekolah dasar dapat diidentifikasi dengan
adanya tanda-tanda perubahan seperti yang terjadi pada anak SD secara umum,
terkadang juga hal khusus dapat terjadi karena suatu faktor kejadian atau fenomena
tertentu yang mengakibatkan timbulnya kemampuan istimewa terhadap seorang anak
atau terhambatnya proses perkembangan anak sehingga terjadi sebuah perbedaan
fondasi karakter pada anak-anak
Saran
Peranan orang lain seperti keluarga, lingkungan, dan guru di sekolah sangatlah
penting dalam memantau dan membimbing anak pada tahap SD. Dengan tindakan ini,
diharapkan para anak di tingkat SD dapat menjadi tahap awal dalam membentuk
kepribadian anak yang baik dan menekan penyebab dari timbulnya kekurangan akibat
dari gangguan pada proses perkembangan anak
DAFTAR PUSTAKA
Hidayatullah, Riyan. 2020. Perkembangan Musikal Pada Anak Usia Sekolah.
Lampung: Researchgate
https://www.researchgate.net/profile/Riyan-Hidayatullah/publication/
340683026_Perkembangan_musikal_anak_usia_sekolah
Developmental Phase of School-Age Child Psychology (generasimaju.co.id)

https://cimahikota.go.id/index.php/artikel/detail/863-perkembangan-dan-
permasalahan-psikologis-anak-usia-sd-(6-12-tahun)

https://www.jurnaldidaktika.org/contents/article/download/71/53

Anda mungkin juga menyukai