Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO A

BLOK XI

KELOMPOK 8
Dosen Pembimbing : dr. Budi Utama, M. Biomed

Nama Anggota :
Taris Ade Sulistiani 702020002
Ayu Karisma 702020010
Regina Salsabila Putri Sani 702020013
Ridho Stiawan 702020016
Luthfi Abiyyu Mahfuzh 702020021
M. Daffa Adriansyah Inazda 702020047
Asmida Putri Pratiwi 702020061
Rashieka Adawiya Azzahra 702020069
Salwa Salsabila Yamani 702020075
Angellica Griselda Zahra 702020103
Khofifah 702020115

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEBANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial Skenario A
Blok XI Semester 4. Shalawat seiring salam selalu tercurah kepada junjungan
kita, Nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan
pengikutnya hingga akhir zaman.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,
guna perbaikan tugas-tugas selanjutnya.
Dalam penyelesain tugas tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini kami sampaikan rasa hormat dan
terimakasih kepada:
1. Yth, dr. Budi Utama, M. Biomed selaku Pembimbing Tutorial .

2. Semua Anggota dan pihak yang terkait dalam pembuatan laporan


ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial
ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita
selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.

Palembang, 21 Maret 2021

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………………ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………....…..1
1.2 Maksud dan Tujuan…………………………………………………………….…,….1
1.3 Manfaat…………………………………………………………………………..……1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………..….…2
2.1 Data Tutorial……………………………………………………………………….…2
2.2 Skenario Tutorial………………………………………………………………….….2
2.3 Klarifikasi Istilah……………………………………………………………………..3
2.4 Identifikasi Masalah……………………………………………………………….…4
2.5 Prioritas Masalah……………………………………………………………….….…5
2.6 Analisis Masalah…………………………………………………………………...…5
2.6 Kesimpulan…………………………………………………………………………..39
2.7 Kerangka Konsep……………………………………………………………...……..39
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………40

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu strategi pembelajaran sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi


(KBK) ini adalah Tutorial. Tutorial merupakan pengimplementasian dari
metode Problem Based Learning (PBL). Dalam tutorial mahasiswa dibagi
dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok dibimbing oleh
seorang tutor/dosen sebagai fasilitator untuk memecahkan kasus yang ada.
Pada blok XI yaitu blok Sistem Digestif dilaksanakan tutorial studi kasus
skenario yang berjudul “Berenang di Kali”

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial ini, yaitu:

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari


sistem pembelajaran di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan
metode analisis dan diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran Tutorial.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari studi kasus ini, yaitu:

1. Melatih mahasiswa dalam menganalisis masalah dengan menerapkan


metode pembelajaran Problem Based Learning
2. Melatih mahasiswa dalam kerja sama kelompok

3. Melatih mahasiswa dalam memecahkan masalah dalam kegiatan tutorial.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial


Tutor : dr. Budi Utama, M.Biomed
Moderator : Ridho Stiawan
Sekretaris Meja : Salwa Salsabila Yamani
Sekretaris Papan : Regina Salsabila Putri Sani
Waktu : Senin, 21 Maret 2022
Pukul 13.00 – 15.30
Rabu, 23 Maret 2022
Pukul 13.00 – 15.00

Peraturan Tutorial:

1. Saling menghormati antar sesama peserta tutorial


2. Menggunakan komunikasi yang baik dan tepat
3. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan pendapat
4. Boleh menjawab/mengajukan pertanyaan setelah ditunjuk oleh moderator
5. Tidak mengaktifkan alat komunikasi selama proses tutorial berlangsung
6. Izin saat akan keluar ruangan
7. Tepat waktu

2.2 Skenario Tutorial


“BERENANG DI KALI”
Hidayat, anak laki-laki, usia 6 tahun, datang ke Puskesmas bersama ibunya dengan
keluhan BAB cair sejak 3 hari yang lalu dengan frekuensi 3-4 kali dalam sehari, jumlah setiap
BAB sekitar ¼ gelas. Sejak 1 hari yang lalu, BAB cair disertai dengan darah dan lendir, disertai
dengan demam dan tampak kesakitan pada daerah perut terutama setiap kali ingin BAB.
Belakangan ini Hidayat sering berenang di kali, karena saat ini musim hujan dan selama
berenang sesekali dia terminum air kali. Hidayat juga sering makan tanpa mencuci tangan.
Sejak 12 jam yang lalu, Hidayat belum BAK. Riwayat imunisasi dasar lengkap.
Pemeriksaan fisik:
2
Keadaan umum: Compos mentis, BB: 20 kg, TB: 118 cm
Tanda vital: Nadi: 120 x/menit, isi tegangan kurang, RR: 28 x/menit, Temp.: 38,5oC
Kepala : konjungtiva pucat (-/-), sklera kuning (-/-), mata cekung (+/+), mukosa mulut kering.
Thoraks:
• Paru-paru : tidak ada kelainan
• Jantung : bunyi jantung I dan II normal, bising tidak ada
Abdomen: Cembung, bising usus meningkat, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit kembali
lambat.
Ekstremitas: Kuku tampak kotor, teraba lembab.
Pemeriksaan Laboratorium:
Darah rutin: Hb 12g/dl, Leukosit 13.000/mm3, Ht 36 vol%, Trombosit 200.000/mm3, hitung
jenis 2/1/4/65/26/2.
Feses rutin:
Makroskopis: darah (+), lendir (+)
Mikroskopis: leukosit 10/lpb, eritrosit: 8-10/lpb

2.3 Klarifikasi Istilah


No. Istilah Keterangan
1. Mukosa membrane mucus yang melapisi bagian struktur tubuler
(Dorland ed. 30
2. Turgor keadaan menjadi turgid; sensasi penuh yang normal atau
yang lain (Dorland ed. 30).
3. BAB pembuangan tinja dari rectum (Dorland ed. 29).
4. Bising usus suara yang terbentuk oleh Gerakan peristaltic khusus yang
disebabkan adanya kontraksi di sepanjang jalur pencernaan
(Dorland ed. 30).
5. Feses kotoran yang dikeluarkan dari usus (Dorland ed. 30).
6. Konjungtiva membrane halus yang melapisi kelopak mata dan menutupi
bola mata (Dorland ed. 29).
7. Demam peningkatan temperature tubuh di atas normal (37c) (Dorland
ed. 28).
8. Leukosit sel darah putih, sel darah tidak berwarna yang mampu
bergerak secara ameboid dengan fungsi nya untuk
melindungi tubuh terhadap mikroorganisme (dorland 30).
9. Lendir sesuatu yang cair dan pekat (seperti ingus dan dahak) (KBBI
2019).
10. Disentri sejumlah kelainan yang ditandai dengan peradangan usus
terutama colon, yang disertai dengan nyeri perut dan sering
BAB mengandung darah dan lendir (Dorland ed. 29).

2.4 Identifikasi Masalah


1. Hidayat, anak laki-laki, usia 6 tahun, datang ke Puskesmas bersama ibunya dengan
keluhan BAB cair sejak 3 hari yang lalu dengan frekuensi 3-4 kali dalam sehari,
jumlah setiap BAB sekitar ¼ gelas.
2. Sejak 1 hari yang lalu, BAB cair disertai dengan darah dan lendir, disertai dengan
demam dan tampak kesakitan pada daerah perut terutama setiap kali ingin BAB.
3. Belakangan ini Hidayat sering berenang di kali, karena saat ini musim hujan dan
selama berenang sesekali dia terminum air kali. Hidayat juga sering makan tanpa
mencuci tangan. Sejak 12 jam yang lalu, Hidayat belum BAK. Riwayat imunisasi
dasar lengkap.
4. Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: Compos mentis, BB: 20 kg, TB: 118 cm
Tanda vital: Nadi: 120 x/menit, isi tegangan kurang, RR: 28 x/menit, Temp.:
38,5oC
Kepala : konjungtiva pucat (-/-), sklera kuning (-/-), mata cekung (+/+), mukosa
mulut kering.
Thoraks:
• Paru-paru : tidak ada kelainan
• Jantung : bunyi jantung I dan II normal, bising tidak ada
Abdomen: Cembung, bising usus meningkat, hepar dan lien tidak teraba, turgor
kulit kembali lambat.
Ekstremitas: Kuku tampak kotor, teraba lembab.

4
5. Pemeriksaan Laboratorium:
Darah rutin: Hb 12g/dl, Leukosit 13.000/mm3, Ht 36 vol%, Trombosit
200.000/mm3, hitung jenis 2/1/4/65/26/2.
Feses rutin:
Makroskopis: darah (+), lendir (+)
Mikroskopis: leukosit 10/lpb, eritrosit: 8-10/lpb

2.5 Prioritas Masalah


Identifikasi masalah no.1
Hidayat, anak laki-laki, usia 6 tahun, datang ke Puskesmas bersama ibunya dengan keluhan
BAB cair sejak 3 hari yang lalu dengan frekuensi 3-4 kali dalam sehari, jumlah setiap BAB
sekitar ¼ gelas.1
Alasan : jika tidak segera ditangani dapat menimbulkan komplikasi dan dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari.

2.6 Analisis Masalah


1. Hidayat, anak laki-laki, usia 6 tahun, datang ke Puskesmas bersama ibunya dengan
keluhan BAB cair sejak 3 hari yang lalu dengan frekuensi 3-4 kali dalam sehari, jumlah
setiap BAB sekitar ¼ gelas.
a. Bagaimana anatomi, fisiologi, dan histologi pada kasus?
Jawab :
Anatomi dan Fisiologi :
1. Intestinum Tenue (Usus Halus)
Intestinum tenue merupakan bagian terpanjang dari tractus gastrointestinalis dan
terbentang dari ostium pyloricum gaster sampai plica ileocaecale. Struktur
berupa tabung ini panjangnya sekitar 6-7 meter dengan diameter yang
menyempit dari permulaan sampai ujung akhir, yang terdiri dari duodenum,
jejunum, dan ileum.
a. Duodenum
Bagian pertama dari intestinum tenue adalah duodenum. Struktur ini berbentuk
seperti huruf C. bersebelahan dengan caput pancreas, panjangnya sekitar 20-25
cm dan berada di atas umbilicus: lumennya adalah yang terlebar dibandingkan
bagian intestinum tenue yang lain (Gambar 4.43). Struktur ini terletak
5
retroperitoneale kecuali bagian awalnya, yang dihubungkan dengan hepar oleh
suatu ligamenturn hepatoduodenale, yang merupakan bagian dari omentum
minus. Duodeni terbagi menjadi 4 bagian :

1. Pars superior (bagian pertama) terbentang dari ostium pyloricum gaster sampai
collum vesicae fellea, berada tepat di sisi kanan corpus vertebrae LI, dan
berjalan di anterior ductus choledochus, arteria gastroduodenalis, vena portae
hepatis, dan vena cava inferior. Secara klinis, permulaan bagian ini disebut
sebagai ampulia atau duodenal cap, dan ulcus duodenalis paling sering ditemui
2. Pars descendens (bagian kedua) duodeni berada tepat di sisi kanan garis tengah
tubuh dan terbentang dari collum vesica fellea sampai ke tepi bawah vertebra
LIII. Permukaan anteriornya disilang oleh colon transversum, diposteriornya
terdapat ren dextra, dan di medialnya terdapat caput pancreas. Bagian duodeni
ini berisi papilla duodeni major, yang merupakan pintu masuk bersama bagi
ductus choledochus dan ductus pancreaticus, dan papilla duodeni mijor, yang
merupakan pintu masuk bagi ductus pancreaticus accessorius, dan pertemuan
dari pre-enteron dan mesenteron tepat di bawah papilla duodeni major.
3. Pars inferior/horizontalis (bagian ketiga) duodeni adalah bagian yang
terpanjang, menyilang vena cava inferior, aorta, dan columna vertebralis.
Bagian ini disilang di anteriornya oleh arteria dan vena mesenterica superior.
4. Pars ascendens (bagian keempat) duodeni berjalan naik pada, atau di sisi kiri
6
5. dari, aorta sampai kira-kira di tepi atas vertebra LII dan berakhir sebagai flexura
duodenojejunalis.

b. Jejunum
Jejunum dan ileum merupakan dua bagian akhir intestinum tenue. Jejunum
merupakan 2/5 bagian proximal. Sebagian besar jejunum berada di kuadran kiri
atas abdomen dan lebih besar diameternya serta memiliki dinding yang lebih
tebal dibandingkan ileum. Lapisan bagian dalam mukosa jejunum ditandai
dengan adanya banyak lipatan menonjol yang mengelilingi lumennya (plicae
circulares). Karakteristik unik jejunum lainnya adalah adanya arcade arteriae
yang kurang jelas dan vasa recta (arteri-arteri lurus) yang lebih panjang
dibandingkan dengan yang ada di ileum. Suplai arterial jejunum termasuk
arteriae jejunales dari arteria mesenterica superior.

c. Ileum
Ileum menyusun tiga perlima bagian distal intestinum tenue dan sebagian besar
berada di kuadran kanan bawah. Dibandingkan dengan jejunum, ileum memiliki
dinding yang lebih tipis, lipatanlipatan mucosa (plicae circulares) yang lebih
sedikit dan kurang menonjol, vasa recta yang lebih pendek, lemak mesenterium
lebih banyak, dan lebih banyak arcade arteriae. Ileum bermuara ke dalam
intestinum crassum, tempat caecum dan colon ascendens bertemu. Daerah
pertemuan ini dikelilingi oleh dua lipatan yang menonjol ke dalam lumen
intestinum crassum (plica ileocaecale). Lipatan-lipatan plica ileocaecale ini
bertemu pada ujung-ujungnya dan membentuk peninggian. Musculature ileum
berlanjut sampai di setiap lipatan, membentuk suatu sphincter. Fungsi plica
ileocaecale termasuk mencegah refluks/kembalinya isi lumen dari caecum ke
dalam ileum, dan mengatur jalannya isi lumen ileum menuju caecum.

2. Intestinum crassum (usus besar)


Intestinum crassum terbentang dari ujung distal ileum hingga anus, panjangnya
sekitar 1.5 meter pada orang dewasa. Intestinum crassum mengabsorbsi cairan
dan garam-garam dariisi lumen intestinum, dengan demikian membentuk fcces,
dan terdiri dari caccum, appendix vermiformis, colon, rectum, dan canalis analis
7
Usus besar terdiri dari :
1) Colon Ascendens (Kanan) Panjangnya sekitar 13 cm terletak di bawah abdomen
sebelah kanan, membujur ke atas dari dari ileum ke bawah hati.
2) Colon Transversum (Atas) Panjangnya sekitar 38 cm, membujur dari colon
descendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica
dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.
3) Colon Descendens (Kiri) Panjangnya sekitar 25 cm, terletak di bawah abdomen
bagian kiri membujur dari atas ke bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan
ileum kiri bersambung dengan kolon sigmoid.
4) Colon Sigmoid (Bawah) Colon sigmoid merupakan lanjutan colon descendens,
terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf
S, ujung bawahnya berhubungan dengan rectum.
5) Usus Buntu (caecum)
Usus buntu atau caecum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar (Drake R, 2012).

Histologi :
Saluran pencernaan umumnya mempunyai sifat struktural tertentu yang terdiri
atas 4 lapisan utama yaitu: lapisan mukosa, submukosa, lapisan otot, dan lapisan
serosa.

8
A. Lapisan mukosa terdiri atas
1) Epitel pembatas;
2) Lamina propria yang terdiri dari jaringan penyambung jarang yang kaya
akan pembuluh darah kapiler dan limfe dan sel-sel otot polos, kadang-
kadang mengandung juga kelenjar-kelenjar dan jaringan limfoid; dan
3) Muskularis mukosa.
B. Lapisan submukosa terdiri atas jaringan penyambung jarang dengan banyak
pembuluh darah dan limfe, pleksus saraf submukosa (juga dinamakan
Meissner), dan kelenjar-kelenjar dan/atau jaringan limfoid.
C. Lapisan otot tersusun atas:
1) Sel-sel otot polos, berdasarkan susunannya dibedakan menjadi 2 sub
lapisan menurut arah utama sel-sel otot yaitu sebelah dalam (dekat lumen),
umumnya tersusun melingkar (sirkuler); pada sublapisan luar, kebanyakan
memanjang (longitudinal).
2) Kumpulan saraf yang disebut pleksus mienterik (atau auerbach), yang
terletak antara 2 sub lapisan otot.
3) Pembuluh darah dan limfe.
D. Serosa merupakan lapisan tipis yang terdiri atas
1) Jaringan penyambung jarang, kaya akan pembuluh darah dan jaringan
adiposa dan
2) Epitel gepeng selapis (mesotel)
1) Rongga mulut (cavitas oris) dibatasi oleh epitel gepeng berlapis tanpa tanduk.

9
Atap mulut tersusun atas palatum keras (durum) dan lunak (molle), keduanya
diliputi oleh epitel gepeng berlapis. Uvula palatina merupakan tonjolan konis
yang menuju ke bawah dari batas tengah palatum lunak (Eroschenko, 2015).
2) Lidah merupakan suatu massa otot lurik yang diliputi oleh membran mukosa.
Serabut-serabut otot satu sama lain saling bersilangan dalam 3 bidang,
berkelompok dalam berkas- berkas, biasanya dipisahkan oleh jaringan
penyambung. Papilae lidah merupakan tonjolan-tonjolan epitel mulut dan
lamina propria yang diduga bentuk dan fungsinya berbeda. Terdapat 4 jenis
papilae. Papila filiformis, papila fungiformis, papila foliatae, papila
circumfalateae (Eroschenko, 2015).
3) Oesofagus bagian saluran pencernaan ini merupakan tabung otot yang berfungsi
menyalurkan makanan dari mulut ke lambung. Oesofagus diselaputi oleh epitel
berlapis gepeng tanpa tanduk. Pada bagian ujung distal oesofagus, lapisan otot
hanya terdiri sel-sel otot polos, pada bagian tengah, campuran sel-sel otot lurik
dan polos, dan pada ujung proksimal, hanya sel-sel otot lurik (Eroschenko,
2015).
4) Lambung merupakan segmen saluran pencernaan yang melebar, yang fungsi
utamanya adalah menampung makanan yang telah dimakan, mengubahnya
menjadi bubur yang liat yang dinamakan kimus (chyme). Permukaan lambung
ditandai oleh adanya peninggian atau lipatan yang dinamakan rugae. Invaginasi
epitel pembatas lipatan-lipatan tersebut menembus lamina propria, membentuk
alur mikroskopik yang dinamakan gastric pits atau foveolae gastricae. Sejumlah
kelenjar-kelenjar kecil, yang terletak di dalam lamina propria, bermuara ke
dalam dasar gastric pits ini. Epitel pembatas ketiga bagian ini terdiri dari sel-sel
toraks yang mensekresi mukus. Lambung secara struktur histologis dapat
dibedakan menjadi: kardia, korpus, fundus, dan pylorus (Eroschenko, 2015).
5) Usus halus (intestinum tenue) relatif panjang – kira-kira 6 m – dan ini
memungkinkan kontak yang lama antara makanan dan enzim-enzim pencernaan
serta antara hasil-hasil pencernaan dan sel-sel absorptif epitel pembatas. Usus
halus terdiri atas 3 segmen: duodenum, jejunum, dan ileum. Handout
Mikroskopi Anatomi Sistem Digesti 5 Membran mukosa usus halus
menunjukkan sederetan lipatan permanen yang disebut plika sirkularis atau
valvula Kerkringi.
10
Pada membran mukosa terdapat lubang kecil yang merupakan muara kelenjar
tubulosa simpleks yang dinamakan kelenjar intestinal (kriptus atau kelenjar
Lieberkuhn). Kelenjar-kelenjar intestinal mempunyai epitel pembatas usus
halus dan sel-sel goblet (bagian atas). Sel toraks adalah sel-sel absorptif yang
ditandai oleh adanya permukaan apikal yang mengalami spesialisasi yang
dinamakan ”striated border” yang tersusun atas mikrovili (Eroschenko, 2015).
6) Usus besar (intestinum crassum) terdiri atas membran mukosa tanpa lipatan
kecuali pada bagian distalnya (rektum) dan tidak terdapat vili usus. Epitel yang
membatasi adalah toraks dan mempunyai daerah kutikula tipis. Fungsi utama
usus besar adalah:
- Untuk absorpsi air dan
- Pembentukan massa feses,
- Pemberian mukus dan pelumasan permukaan mukosa, dengan demikian
banyak sel goblet (Eroschenko, 2015)

b. Apa makna keluhan BAB cair sejak 3 hari yang lalu dengan frekuensi 3-4 kali
dalam sehari, jumlah setiap BAB sekitar ¼ gelas?
Jawab :
Menandakan bahwa pasien mengalami diare. Diare adalah suatu keadaan
pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan
peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari pada
neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir darah. Diare pada dasarnya
adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya dengan konsistensi
yang lebih encer.
Maknanya Hidayat mengalami diare akut dengan kriteria
1. BAB cair
2. Lebih dari 3 hari
3. Jumlah BAB ¼ gelas
4. Kurang dari 14 hari (Sudoyo, 2009).

c. Bagaimana frekuensi dan jumlah normal BAB pada anak-anak?


Jawab :

11
Diare adalah kejadian frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir dan darah atau lendir saja dalam satu hari (24 jam). Dua kriteria
penting harus ada yaitu BAB cair dan sering (Mirsiyanto, dkk, 2020).

d. Apa etiologi dari BAB cair?


Jawab :
1) Malabsorpsi : Kandungan nutrient makanan yang berupa karbohidrat, lemak
maupun protein dapat menimbulkan intoleransi, malabsorpsi maupun alergi
sehingga terjadi diare pada anak maupun bayi. Malabsorbsi teridiri dari karbohidrat
yaitu disakarida (laktosa, maltosa, sukrosa) dan monosakarida (glukosa, fruktosa,
galaktosa), lemak terutama Long Chain Triglycerida dan protein berupa asam
amino, B lactoglobulin.
2) Penyebab lain (psikis) : Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak
dapat menyebabkan diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak balita, umumnya
terjadi pada anak yang lebih besar (Juffrie dkk, 2015).
3) Berbagai penyebab diare yaitu menyimpan makanan matang pada suhu kamar,
pemberian susu formula sebelum waktunya, menggunakan botol susu yang tidak
bersih, menggunakan air minum yang tercemar bakteri yang berasal dari feses, tidak
mencuci tangan setelah buang air besar, membuang feses (termasuk feses bayi)
dengan kurang benar (Rahayu, 2017).

e. Bagaimana patofisiologi dari BAB cair pada kasus?


Jawab :
Infeksi bakteri secara fecal oral à bakteri tahan asam lambung sehingga dapat
masuk ke usus halus à multiplikasi bakteri di lapisan submukosa usus à sekresi
enterotoksin à toksin menempel di mukosa usus à meningkatnya konsentrasi
cAMP intrasel à absorbsi NaCl menurun dan sekresi H2O, Cl-, K+ meningkat oleh
sel kripta usus à sekresi cairan di usus meningkat à mikroorganisme keluar
bersama feses cairà BAB cair dengan frekuensi meningkat (Price & Wilson,
2014).

12
f. Apa dampak dari BAB cair?
Jawab :
1. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) mengakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hypokalemia, dan
sebagainya).
2. Gangguan gizi pada penderita diare dapat terjadi karena kurangnya asupan
makanan, gangguan penyerapan makanan, dan katabolisme.
3. Kejadian diare pada umumnya disertai dengan kerusakan mukosa usus,
keadaan ini dapat diikuti dengan gangguan pencernaan karena deplesi
enzim. Akibat lebih lanjut adalah timbulnya hidrolisis nutrien yang kurang
tercerna sehingga dapat menimbulkan peningkatan hasil metabolismen yang
berupa substansi karbohidrat dan asam hidrolisatnya. Keadaan ini akan
merubah ekologi mikroba isi usus. Bakteri tumbuh lampau akan
memberikan kemungkinan terjadinya dekonjugasi garam empedu sehingga
terjadi peningkatan jumlah asam empedu yang dapat menimbulkan
kerusakan mukosa usus lebih lanjut. Keadaan ini dapat pula disertai dengan
gangguan mekanisme ketahanan local pada usus, baik yang disebabkan oleh
kerusakan mukosa usus maupun perubahan ekologi isi usus.
4. Dehidrasi (ringan/sedang/berat)
Penyebab utama kematian diare adalah dehidrasiakibat kehilangan cairan
dan elektrolit melalui feses. Diare dapat menyebabkan dehidrasi sedang dan
berat. Sementara itu dehidrasi dapat menyebabkan kematian padahal
berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan kejadian diare (Zubaidah
dan Maria, 2020).
5. Acute Kidney Injury
Pada diare, dehidrasi menyebabkan penurunan volume ekstraselular yang
menyebabkan perfusi jaringan berkurang. Peningkatan kecepatan nadi
terjadi sebagai kompensasi karena jantung berusaha untuk meningkatkan
keluaran (output) dalam menghadapi volume pukulan (stroke volume) yang
berkurang. Perfusi jaringan yang berkurang juga menghambat fungsi ginjal
sehingga menyebabkan asidosis dan uremia (pada diare asidosis diperberat
dengan kehilangan bikarbonat). Penyampaian oksigen pada jaringan
menyebabkan pula asidosis laktat. Apabila terdapat pengurangan dalam
13
pemasukan kalori yang menyertainya atau ketidakmampuan untuk
menstabilisasi kalori yang masuk, dapat timbul ketoasidosis. Fungsi ginjal
terganggu karena berkurangnya perfusi ginjal, sedangkan ginjal dalam
keadaan normal (Yusuf dkk, 2011).
6. Sepsis
Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. Banyak
dampak yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain:
pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan
reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan
destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan
mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorpsi
(Perangin-angin, 2014).

g. Bagaimana klasifikasi dari feses?


Jawab :

14
1. Tipe 1
Tinja ini mempunyai ciri berbentuk bulat-bulat kecil seperti kacang, sangat
keras, dan sangat sulit untuk dikeluarkan. Biasanya ini adalah bentuk tinja
penderita konstipasi kronis.
2. Tipe 2
Tinja ini mempunyai ciri berbentuk sosis,permukaanya menonjol-nonjol dan
tidak rata, dan terlihat seperti akan terbelah menjadi berkeping-keping. Biasanya
tinja jenis ini dapat menyumbat WC, dapat menyebabkan ambeien, dan
merupakan tinja penderita konstipasi yang mendekati kronis.
3. Tipe 3
Tinja ini mempunyai ciri berbentuk sosis, dengan permukaan yang kurang rata,
dan ada sedikit retakan. Tinja seperti ini adalah tinja penderita konstipasi ringan.
4. Tipe 4
Tinja ini mempunyai ciri berbentuk seperti sosis atau ular. Tinja ini adalah
bentuk tinja penderita gejala awal konstipasi.
5. Tipe 5
Tinja ini mempunyai ciri berbentuk seperti bulatan-bulatan yang lembut,
permukaan yang halus, dan cukup mudah untuk dikeluarkan. Ini adalah bentuk
tinja seseorang yang ususnya sehat.
6. Tipe 6
Tinja ini mempunyai ciri permukaannya sangat halus, mudah mencair, dan
biasanya sangat mudah untuk dikeluarkan. Biasanya ini adalah bentuk tinja
penderita diare.
7. Tipe 7
Tinja mempunyai ciri berbentuk sangat cair (sudah menyerupai air) dan tidak
terlihat ada bagiannya yang padat. Ini merupakan tinja penderita diare kronis
(Helmalia & Fadhliani, 2019).

Interpretasi :
Tipe 1 dan 2 menunjukkan konstipasi
Tipe 3 dan 4 menunjukkan feses normal
Tipe 5, 6, dan 7 menunjukkan diarre.

15
h. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin pada kasus?
Jawab :
Usia :
Prevalensi diare tertinggi dengan kelompok usia dalam bulan adalah pada
anak umur 12 sampai 23 bulan, diikuti umur 24 sampai 35 bulan dan umur 0
sampai 11 bulan. Prevalensi diare tertinggi dengan kelompok usia dalam tahun
adalah pada anak umur 1 sampai 4 tahun, diikuti umur kurang dari satu tahun.
Berdasarkan data tersebut dapat diprediksi penderita diare terbanyak diderita
oleh kelompok umur 1 sampai 4 tahun karena anak mulai aktif bermain dan
berisiko terkena infeksi.
Meskipun usia hidayat bukan usia yang rentan terkena diare akan tetapi
diare dapat terjadi pada hidayat akibat kurangnya higine, terminum air kali.
Jenis kelamin :
Tidak ada hubungan jenis kelamin untuk diare, karena diare bisa terjadi pada
semua kelompok jenis kelamin (Chen, 2014).

i. Apa saja klasifikasi diare?


Jawab :
a. Berdasarkan lama diare
1) Diare Akut
Diare akut dimana terjadi sewaktu-waktu dan berlangsung selama 14
hari dengan pengeluaran tinjak lunak atau cair yang dapat atau tanpa disertai
lendir atau darah. Diare akut dapat menyebabkan dehidrasi dan bila kurang
megonsusmsi makanan akan mengakibatkan kurang gizi ( Ernawati, 2012).
2) Diare Kronik
Diare kronik berlangsung secara terus-menerus selama lebih dari 2
minggu atau lebih dari 14 hari secara umum diikuti kehilangan berat badan secara
signifikan dan malasah nutrisi (Sodikin, 2011).
3) Diare persisten
Diare persisten adalah diare akut dengan atau tanpa disertai darah berlanjut
sampai 14 hari atau lebih. Jika terdapat dehidrasi sedang atau berat
diklasifikasikan sebagai berat atau kronik. Diare persisten menyebabkan
kehilangan berat badan karena pengeluaran volume faces dalam jumlah banyak
16
dan berisiko mengalami diare (Sodikin, 2011).
Diare persisten dibagi menjadi dua yaitu diare persisten berat dan diare
persisten tidak berat atau ringan. Diare persisten berat merupakan diare yang
berlangsung selama ≥ 14 hari, dengan tanda dehidrasi, sehingga anak
memerlukan perawatan di rumah sakit. Sedangkan diare persisten tidak berat
atau ringan merupakan diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih yang
tidak menunjukkan tanda dehidrasi (Ariani, 2016).
4) Diare malnutrisi berat
Diare malnutrisi berat disebabkan karena infeksi. Infeksi dapat
menyebabkan anak mengalami malnutrisi karena selama sakit,mengalami
infeksi, anak mengalami penurunan asupan makanan, gangguan pertahanan dan
fungsi imun (Kuntari, 2013).

b. Berdasarkan patofisiologik diklasifikasi menjadi dua yaitu:


1) Diare sekresi
Diare sekresi disebabkan karena infeksi virus baik yang patogen
maupun apatogen, hiperperistaltik usus yang dapat disebabkan oleh bahan-
bahan kimia misalnya keracunan makanan atau minuman yang terlalu pedas,
selain itu juga dapat disebabkan defisiensi imun atau penurunan daya tahan
tubuh
2) Diare osmotik
Diare osmotik disebabkan karena meningkatnya tekanan osmotik
intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia, makanan
tertentu seperti buah, gula/manisan, permen karet, makanan diet dan pemanis obat
berupa karbohidrat yang tidak diabsorbsi seperti sorbitol atau fruktosa (Octa, dkk,
2014). Diare osmotik dapat terjadi akibat gangguan pencernaan kronik terhadap
makanan tertentu seperti buah, gula/manisan dan permen karet.

2. Sejak 1 hari yang lalu, BAB cair disertai dengan darah dan lendir, disertai dengan
demam dan tampak kesakitan pada daerah perut terutama setiap kali ingin BAB.
a. Apa makna Sejak 1 hari yang lalu, BAB cair disertai dengan darah dan lendir,

17
disertai dengan demam dan tampak kesakitan pada daerah perut terutama setiap kali
ingin BAB?
Jawab :
Maknanya adalah Hidayat mengalami disentri. Disentri adalah salah satu jenis
penyakit diare akut yang disertai dengan tinja cair yang bercampur dengan darah
dan lendir dikarenakan bakteri penyebab disentri telah menembus dinding kolon
sehingga tinja yang melewati usus besar akan berjalan sangat cepat tanpa diikuti
proses absorbsi air (Munfaati, dkk., 2015).

Hidayat juga mengalami tenesmus. Tenesmus adalah sensasi tidak


menyenangkan dari pengosongan rektum yang tidak lengkap dan mungkin
merupakan gejala yang menyusahkan bagi pasien yang menderita massa rektum.
Tidak seperti nyeri nosiseptif atau nyeri viseral, sedikit yang dipahami tentang jalur
fenotipe nyeri ini (Liu dan Flamer, 2018).

b. Apa hubungan keluhan utama dengan keluhan tambahan pada kasus?


Jawab :
Diare dapat disebabkanoleh berbagai jenis patogen. Patogen ini dapat masuk ke
dalam saluran pencernaan dari makananyang terkontaminasi atau personal hygiene
yang kurang ke Patogen yang masuk akan menembus masukke usus sehingga
menyebabkan mukosa usus rusak dan terjadi reaksi inflamasi. Reaksi
inflamasi/peradangan inilah yang menyebabkan rasa tidak nyaman/sakit perut, serta
menyebabkan demam (Price dan Wilson,2014).

c. Apa etiologi dari BAB cair yang disertai dengan darah dan lendir?
Jawab :
BAB cair disertai darah dan lender disebut juga dengan disentri. Berdasarkan
etiologi disentri dibagi menjadi :
- Disentri basiler
Disebabkan oleh Shigella.sp. Shigella adalah basil non motil, gram negatif,
famili enterobacteriaceae. Ada 4 spesics Shigella, yaitu S.dysentriac,
S.flexneri, S.bondii dan S.sonnei. Terdapat 43 serotipe O dari shigclla.
S.sonnei adalah satu-satunya yang mempunyai serotipe tunggal. Karena
18
kekebalan tubuh yang didapat bersifat scrotipc spesifik. maka seseorang
dapat terinfeksi beberapa kali oleh tipe yang berbeda. Genus ini memiliki
kemampuan menginv asi scl epitel intestinal dan menyebabkan infeksi
dalam jumlah 102-103 organisme. Penyakit ini kadang-kadang bersifat
ringan dan kadang-kadang berat. Suatu keadaan lingkungan yang jelek akan
menyebabkan mudahnya penularan penyakit. Secara klinis mempunyai
tanda-tanda berupa diare, adanya lendir dan darah dalam tinja, perut terasa
sakit dan tenesmus.
- Amoeba (Disentri amoeba)
Disebabkan Entamoeba hystolitica. E.histolytica merupakan protozoa usus,
sering hidup sebagai mikroorganisme komensal (apatogen) di usus besar
manusia. Apabila kondisi mengijinkan dapat berubah menjadi patogen
dengan cara membentuk koloni di dinding usus dan menembus dinding usus
sehingga menimbulkan ulserasi. Siklus hidup amoeba ada 2 bentuk, yaitu
bentuk trofozoit yang dapat bergerak dan bentuk kista. Bentuk trofozoit ada
2 macam, yaitu trofozoit komensal (berukuran < 10 mm) dan trofozoit
patogen (berukuran > 10 mm). Trofozoit komensal dapat dijumpai di lumen
usus tanpa menyebabkan gejala penyakit. Bila pasicn mengalami diarc,
maka trofozoit akan keluar bersama tinja. Sementara trofozoit patogen yang
dapat dijumpai di lumen dan dinding usus (intraintestinal) maupun luar usus
(ekstraintestinal) dapat mengakibatkan gejala disentri. Diameternya lebih
besar dari trofozoit komensal (dapat sampai 50 mm) dan mengandung
beberapa eritrosit di dalamnya. Hal ini dikarenakan trofozoit patogen sering
menelan eritrosit (hacmatophagous trophozoite). Bentuk trofozoit ini
bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala penyakit namun cepat mati
apabila berada di luar tubuh manusia.Bentuk kista juga ada 2 macam, yaitu
kista muda dan kista dewasa. Bentuk kista hanya dijumpai di lumen usus.
Bentuk kista bertanggung jaw ab terhadap terjadinya penularan penyakit
dan dapat hidup lama di luar tubuh manusia serta tahan terhadap asam
lambung dan kadar klor standard di dalam sistem air minum. Diduga
kekeringan akibat penyerapan air di sepanjang usus besar menyebabkan
trofozoit berubah menjadi kista (Arifputera, dkk, 2014).

19
d. Bagaimana patofisiologi dari BAB cair yang disertai dengan darah dan lendir?
Jawab :
Infeksi bakteri à bakteri menempel pada mukosa usus à mukosa teriritasi, sekresi
meningkat dan absorbsi menurun à enterotoksin mengaktifkan 2nd messenger à
enterotoksin merangsang pengeluaran mucus oleh sel goblet à karena cairan,
mukus tidak bisa menyatukan feses à elektrolit disekresikan ke lumen dengan air
à air keluar dengan cairan sebagai pertahanan untuk mengeluarkan bakteri à
karena cairan, mukus tidak bisa menyatukan feses à Bab cair disertai darah dan
lender (Heuther S, dkk, 2019).

e. Bagaimana patofisiologi dari demam dan tampak kesakitan pada daerah perut
terutama setiap kali ingin BAB?
Jawab :
Air yang terminum terkontaminasi dan hygine yang buruk à Infeksi bakteri fecal
oral à masuk saluran pencernaan à sekresi enterotoksin à multiplikasi bakteri
pada epitel mukosa usus à bakteri merusak secara invasive (enterovasif) à
peradangan pada mukosa usus à agregsi makrofag mengeluarkan mediator
inflamasi à mempengaruhi set point hipotalamus àpengeluaran asam arakidonat
à Suhu meningkat à DEMAM

Air yang terminum terkontaminasi dan hygine yang buruk à Infeksi bakteri fecal
oral à masuk saluran pencernaan à multiplikasi bakteri pada epitel mukosa usus
à bakteri merusak secara invasive (enterovasif) à peradangan pada mukosa usus
à terbentuk ulkus pada mukosa usus à Lumen menyempità disfungsi usus à
makanan tidak dapat diabsorpsi sempurna à peningkatan sekresi air dan elektrolit
à distensi usus à hiperperistaltik à Nyeri perut saat ingin BAB(Tenesmus)
(Price & Wilson, 2014).

3. Belakangan ini Hidayat sering berenang di kali, karena saat ini musim hujan dan selama
berenang sesekali dia terminum air kali. Hidayat juga sering makan tanpa mencuci
tangan. Sejak 12 jam yang lalu, Hidayat belum BAK. Riwayat imunisasi dasar lengkap.
20
a. Apa hubungan berenang di kali dan terminum air di kali dengan keluhan yang
dialami Hidayat?
Jawab :
Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab utama diare yaitu
tidak memadainya penyediaan air bersih, air tercemar oleh tinja, kekurangan
sarana kebersihan, pembuangan tinja yang tidak higienis, kebersihan
perorangan dan lingkungan yang buruk serta penyiapan dan penyimpanan
makanan tidak seharusnya dilakukan (Chandra, Sander, 2005). Menurut
Bunister (2006) Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung
menjadi faktor pencetus terjadinya diare, terdiri dari faktor agent, penjamu,
lingkungan dan prilaku. Faktor lingkungan yang dominan menyebabkan
meningkatnya kerentanan diare adalah sarana penyediaan air bersih dan
pembuangan tinja (Achmadi, Umar Fahmi, 2008), kedua faktor ini akan
berinteraksi bersama dengan prilaku manusia yang buruk seperti kebiasaan
tidak mencuci tangan sebelum makan atau setelah Buang Air Besar (BAB) serta
kebiasaan jarang memotong kuku (Noersaid, 1999). Apabila faktor lingkungan
tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan prilaku
manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dapat terjadi dengan lebih
cepat dan mudah (Depkes, 2005).
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur
fecal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan
atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya, air minum, jari-jari tangan,
makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air yang tercemar
(Depkes, 2005)

b. Apa makna Hidayat juga sering makan tanpa mencuci tangan?


Jawab :
Maknanya adalah makan tanpa mencuci tangan dapat menyebabkan
mikroorganisme tidak sengaja tertelan saat sedang makan, sehingga dapat
menyebabkan Hidayat mengalami diare.

c. Apa makna sejak 12 jam yang lalu, Hidayat belum BAK?


Jawab :
21
Maknanya Hidayat mengalami hipovolemia, hal itu dikarenakan hidayad
terkena diare sehingga cairan yang masuk ke intralumen akan dikeluarkan
dalam bentuk feses yang membuat cairan di intravascular berkurang sehingga
somad mengalami oliguria (Sherwood, 2014).

d. Apa saja klasifikasi dari dehidrasi dan apa interpretasinya pada kasus?
Jawab :
Dehidrasi dibagi menjadi 3, yaitu :
1) Tanpa dehidrasi, apabila tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan
sebagai diare dengan dehidrasi berat atau ringan/sedang.
2) Dehidrasi ringan/sedang, terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut
gelisah, rewel/mudah marah, mata cekung, mata cekung, merasa haus
dan minum dengan lahap, cubitan kulit perut kembali lambat.
3) Dehidrasi berat, terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut yaitu letargis
atau tidak sadar, mata cekung, tidak bisa minum atau malas minum, dan
cubitan kulit perut kembali sangat lambat.

Dehidrasi pada kasus adalah dehidrasi derajat 2 karena :


- Pasien masih sadar(cpos mentis)
- Mata cekung
- Turgor lambat (Depkes, 2013).

e. Apa hubungan Riwayat imunisasi dasar lengkap dengan keluhan yang dialami
Hidayat?
Jawab :
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Setelah anak diimunisasi,
berarti tubuh diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal
atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit
yang lain. Jadi, untuk kasus ini Tidak ada hubungan antara imunisasi dasar
lengkap dengan keluhan yang dialami Hidayat (Kantor & Semarang, 2010).

f. Apa dampak jika seseorang makan tanpa mencuci tangan?


22
Jawab :
- Infeksi saluran pernapasan, karena mencuci tangan dengan sabun dapat
melepaskan kuman-kuman pernapasan yang terdapat pada tangan dan
permukaan telapak tangan, dan dapat menghilangkan kuman penyakit
lainnya.
- Diare karena kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-
oral, sehingga mencuci tangan pakai sabun dapat mencegah penularan
kuman penyakit tersebut.
- Infeksi cacing, mata dan penyakit kulit, dimana penelitian telah
membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran pernapasan,
penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian penyakit
kulit, infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk
ascariasis dan trichuriasis (Mustikawati, 2017).

g. Apa saja bakteri yang menyebabkan penyakit gastrointestinal?


Jawab :
Disentri Basiller
Bakteri :
- Shigella (shigellosis) à tersering (± 60%)
- Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
- Salmonella
- Campylobacter jejuni à terutama bayi

Disentri Amoeba Etiologi :


- Entamoeba hystolitica à sering pada anak > 5 tahun
Amoebiasis merupakan suatu keadaan terdapatnya Entamoeba histolytica
dengan atau tanpa manifestasi klinik, dan disebut juga sebagai penyakit bawaan
makanan (Food Diseases). Entamoeba histolytica juga dapat menyebabkan
penyakit dysentry Amoeba. Penyebaran penyakit ini lebih banyak dijumpai di
daerah tropis dan subtropis, terutama pada daerah yang tingkat
perekonomiannya rendah serta buruknya sistem sanitasi. Penyakit ini sering
ditemukan di tempat-tempat pelayanan umum seperti penjara, rumah sosial, dan
23
rumah sakit jiwa (Zein, dkk, 2004).

1. Infeksi non-invasif.
a. Stafilococcus aureus
Keracunan makanan karena stafilokokkus disebabkan asupan makanan yang
mengandung toksin stafilokokkus, yang terdapat pada makanan yang tidak
tepat cara pengawetannya. Enterotoksin stafilokokus stabil terhadap panas.
b. Bacillus cereus
B. cereus adalah bakteri batang gram positip, aerobik, membentuk spora.
Enterotoksin dari B. cereus menyebabkan gejala muntah dan diare, dengan
gejala muntah lebih dominan.
c. Clostridium perfringens
C perfringens adalah bakteri batang gram positip, anaerob, membentuk spora.
Bakteri ini sering menyebabkan keracunan makanan akibat dari enterotoksin
dan biasanya sembuh sendiri.
d. Vibrio cholerae
V cholerae adalah bakteri batang gram-negatif, berbentuk koma dan
menyebabkan diare yang menimbulkan dehidrasi berat, kematian dapat terjadi
setelah 3 – 4 jam pada pasien yang tidak dirawat
e. Escherichia coli patogen
E. coli patogen adalah penyebab utama diare pada pelancong

2. Infeksi Invasif
a. Shigella
Shigella adalah penyakit yang ditularkan melalui makanan atau air. Organisme
Shigella menyebabkan disentri basiler dan menghasilkan respons inflamasi
pada kolon melalui enterotoksin dan invasi bakteri
b. Salmonella nontyphoid
Salmonella nontipoid adalah penyebab utama keracunan makanan di Amerika
Serikat. Salmonella enteriditis dan Salmonella typhimurium merupakan
penyebab. Awal penyakit dengan gejala demam, menggigil, dan diare, diikuti
dengan mual, muntah, dan kejang abdomen. Occult blood jarang terjadi.
Lamanya berlangsung biasanya kurang dari 7 hari.
24
c. Salmonella typhi
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi adalah penyebab demam tiphoid.
Demam tiphoid dikarakteristikkan dengan demam panjang, splenomegali,
delirium, nyeri abdomen, dan manifestasi sistemik lainnya. Penyakit tiphoid
adalah suatu penyakit sistemik dan memberikan gejala primer.
d. Vibrio non-kolera
Spesies Vibrio non-kolera telah dihubungkan dengan mewabahnya
gastroenteritis. V parahemolitikus, non-01 V. kolera dan V. mimikus telah
dihubungkan dengan konsumsi kerang mentah. Diare terjadi individual,
berakhir kurang 5 hari (Zein, dkk, 2004).

4. Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: Compos mentis, BB: 20 kg, TB: 118 cm
Tanda vital: Nadi: 120 x/menit, isi tegangan kurang, RR: 28 x/menit, Temp.:
38,5oC
Kepala : konjungtiva pucat (-/-), sklera kuning (-/-), mata cekung (+/+), mukosa
mulut kering.
Thoraks:
• Paru-paru : tidak ada kelainan
• Jantung : bunyi jantung I dan II normal, bising tidak ada
Abdomen: Cembung, bising usus meningkat, hepar dan lien tidak teraba, turgor
kulit kembali lambat.
Ekstremitas: Kuku tampak kotor, teraba lembab.
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik pada kasus?
Jawab :
KEADAAN UMUM
Kesadaran Compos mentis Normal
IMT BB : 20 kg IMT : 14,36
TB : 118 cm Berat badan kurang
Nadi 120x/menit Takikardi
Isi tegangan kurang Dehidrasi
RR 28x/menit Normal
Temperature 38,5°C Meningkat
Febris
Kepala Konjungtiva pucat (-/-) Normal
Sklera kuning (-/-) Normal
Mata cekung (+/+) Dehidrasi
Mukosa mulut kering Dehidrasi
Thorax Paru-paru : Normal
• Tidak ada kelainan
Jantung :
• Bunyi jantung I dan II
normal
• Bising tidak ada
Abdomen Cembung Abnormal
Bising usus meningkat Hipermortilitas Usus
Hepar lien tidak teraba Normal
Turgor kulit kembali Dehidrasi
melambat
Ekstremitas - Kuku tampak kotor Abnormal
- Terasa lembab

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan fisik pada kasus?


Jawab :
Takikardi :
Infeksi bakteri secara fecal oral à bakteri tahan asam lambung sehingga dapat
masuk ke usus halus à multiplikasi bakteri di lapisan submukosa usus
àsekresi enterotoksin à toksin merusak sel endotel vaskular à perdarahan à
disentri à ekskresi cairan meningkat à dehidrasi à merangsan respon saraf
simpatis à vasokontriksi perifer à kontraksi jantung meningkat à Takikardi
Demam :
Infeksi bakteri secara fecal oral à bakteri tahan asam lambung sehingga dapat
masuk ke usus halus à multiplikasi bakteri di lapisan submukosa usus
àaktivasi reaksi inflamasi à meningkatnya pirogen endogen dan pirogen
26
eksogen à perdarahan regulasi termostat tubuh di hipotalamus à Demam
Mata Cekung, mukosa mulut kering :
Infeksi bakteri secara fecal oral à bakteri tahan asam lambung sehingga dapat
masuk ke usus halus à multiplikasi bakteri di lapisan submukosa usus
àsekresi enterotoksin à toksin merusak sel endotel vaskular à perdarahan à
disentri à ekskresi cairan meningkat à dehidrasi àmata cekung dan mukosa
mulut kering
Cembung :
Infeksi bakteri secara fecal oral à bakteri tahan asam lambung sehingga dapat
masuk ke usus halus à multiplikasi bakteri di lapisan submukosa usus à
sekresi enterotoksin à toksin menempel di mukosa usus à meningkatnya
konsentrasi cAMP intrasel à absorbsi NaCl menurun dan sekresi H2O, Cl-, K+
meningkat oleh sel kripta usus à sekresi cairan di usus meningkat à
mikroorganisme keluar bersama feses cairà BAB cair dengan frekuensi
meningkat à cairan di usus menurun ditambah metabolisme bakteri yang
menghasilkan CO2 à akumulasi gas di usus meningkat à perut kembung
(meteorismus)
Bising Usus Meningkat :
Infeksi bakteri secara fecal oral à bakteri tahan asam lambung sehingga dapat
masuk ke usus halus à multiplikasi bakteri di lapisan submukosa usus à
sekresi enterotoksin à toksin menempel di mukosa usus à meningkatnya
konsentrasi cAMP intrasel à absorbsi NaCl menurun dan sekresi H2O, Cl-, K+
meningkat oleh sel kripta usus à sekresi cairan di usus meningkat à
mikroorganisme keluar bersama feses cairàgerakan peristaltik usus meningkat
à bising usus meningkat
Turgor kulit lambat :
Infeksi bakteri secara fecal oral à bakteri tahan asam lambung sehingga dapat
masuk ke usus halus à multiplikasi bakteri di lapisan submukosa usus
àsekresi enterotoksin à toksin merusak sel endotel vaskular à perdarahan à
disentri à ekskresi cairan meningkat à dehidrasi àturgor kulit lambat
(Kowalak, 2020)

27
c. Bagaimana cara pemeriksaan turgor?
Jawab :
Untuk menilai tanda dehidrasi, kita dapat melakukan pemeriksaan turgor, yaitu
dengan cara mencubit daerah perut dengan kedua ujung jari (bukan kedua
kuku). Turgor kembali cepat kurang dari 2 detik berarti diare tanpa dehidrasi.
Turgor kembali lambat bila cubitan kembali dalam waktu 2 detik dan ini berarti
diare dengan dehidrasi ringan/sedang. Turgor kembali sangat lambat bila
cubitan kembali > 2 detik dan ini termasuk diare dengan dehidrasi berat
(Ngastiyah, 2014).

d. Bagaimana cara pengukuran status gizi pada anak?


Jawab :

28
Cara Menggunakan Grafik Pertumbuhan WHO
1) Tentukan umur, tinggi badan, dan berat badan (anak 2-18 tahun).
2) Tentukan angka yang berada pada garis horisontal / mendatar pada kurva.
Garis horisontal pada beberapa kurva pertumbuhan WHO menggambarkan
umur / tinggi badan.
3) Tentukan angka yang berada pada garis vertikal/lurus pada kurva. Garis
vertikal pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan panjang/berat
badan, umur, dan IMT.
4) Hubungkan angka pada garis horisontal dengan angka pada garis vertikal
hingga mendapat titik temu (plotted point). Titik temu ini
merupakan gambaran perkembangan anak berdasarkan kurva
pertumbuhan WHO.

(Pulungan, 2020).

5. Pemeriksaan Laboratorium:
Darah rutin: Hb 12g/dl, Leukosit 13.000/mm3, Ht 36 vol%, Trombosit 200.000/mm3,
hitung jenis 2/1/4/65/26/2.
Feses rutin:
Makroskopis: darah (+), lendir (+)
Mikroskopis: leukosit 10/lpb, eritrosit: 8-10/lpb
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium pada kasus?
Jawab :

29
Pemeriksaan Nilai Normal Interpretasi
Hb 12 g/dl Anak : 11 – 16 gr% Normal
Leukosit
(4000-12000 sel/mm3) Leukositosis
13.000/mm
Ht 30-40% Normal
Trombosit (150.000-400.000
Normal
200.000/mm3 sel/mm3)
• - 2 : basophil, rentang 0 –1 %
• - 1 : eosinofil rentang 1 - 3
• - 4 : neutrofil batang, rentang 2
Hitung Jenis : –6%
• - 65 : neutrofil segmen, rentang Shift To The Left
2/1/4/65/26/2 50 – 70 %
• - 26 : limfosit, rentang 20 – 40%
• - 2 : monosit rentang 2 – 10 %

Feses Rutin:
• Tidak ada darah dan lendir • Disentri
Makro: darah dan
lendir +

Mikro : leukosit • 0-2/lpb • Meningkat


10/lpb, eritrosit: (proses
8-10/lpb peradangan)

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan laboratorium pada kasus?


Jawab :
Sanitasi buruk (tertelan air kali, tidak mencucui tangan) àinfeksi trofozoit melalui
oral à menginfeksi traktus digestivus (ilium terminalis dan colon) à invasif ke sel
epitel mukosa usus à produksi enzim histolizin à nekrosis jaringan di mukosa
usus à destruksi jaringan usus à leukositosis (Silbernargl, 2016).

Infeksi mikroorganisme (Amoeba) melalui fecal-oral → menginfeksi traktus


digestivus (ileum terminalis dan colon) → multipikasi → penyebaran intrasel dan
intersel → pelepasan enterotoksin dan eksotoksin oleh bakteri → konsentrasi cAMP
intraseluler ↑ dan terjadi efek sitotoksik → hipersekresi dan invasi pada mukosa
30
usus semakin banyak → rusaknya pembuluh darah usus semakin banyak →
infiltrasi sel radang dan perangsangan produksi mukus semakin banyak → ↑
gerakan peristaltik → terdorong keluar dari usus melalui anus → BAB cair disertai
darah dan lender (Silbernargl, 2016).

c. Bagaimana cara pemeriksaan feses rutin?


Jawab :
1. Siapkan sampel feses yang segar, biasanya yang berasal dari defekasi spontan.
2. Lakukan pemeriksaan makroskopik dengan memperhatikan beberapa hal berikut:
Warna, warna feses normal biasanya dari kuning hingga kecoklatan. Namun,
dapat ditemukan beberapa warna lainnya seperti, warna merah muda yang disebabkan
oleh perdarahan yang segar dibagian distal atau makanan yang berwarna merah seperti
buah bit. Warna coklat disebabkan oleh perdarahan proksimal atau dengan makanan
yang berwarna coklat seperti kopi. Warna hitam yang disebabkan oleh
karbomedisinalis, obat-obatan yang mengandung besi atau melena.
Bau, bau normal tinja disebabkan olen indol, skatol, dan asam butirat. Namun
ada beberapa kelainan bau tinja diantaranya yaitu, tinja dapat berbau asam karena
peragian zat gula yang tidak dicerna seperti diare. Tinja dapat berbau tengik karena
perombakan zat lemak dengan pelepasan asam lemak.
Konsistensi, tinja normal agak lunak dan berbentuk. Pada diare kondisi tinja
menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan pada konstipasi didapat tinja keras. Tinja
lengket dapat disebabkan karena banyak mengandung lemak.
Lendir, adanya lendirberarti rangsangan atau radanh dinding usus. Kalua lendir
hanya di dapat di bagian luar tinja, lokasi iritasi mungkin di usus besar. Apabila lendir
bercampur dengan tinja, lokasi iritasi mungkin sekali di usus kecil. Pada disentri,
intususepsi, dan ileokolitis mungkin didapat lendir saja tanpa tinja. Kalua lendir berisi
banyak leukosit, terdapat nanah pada feses.
Darah, perhatikan apa darah segar (merah terang), coklat atau hitam, serta
apakah bercampur bau atau hanya du bagian luar tinja saja. Makin proksimal terjadinya
perdarahan, makin bercampur darah dengan tinja dan makin hitam warnanya. Jumlah
darah yang besar mungkin disebabkan oleh ulkus, varises dalam esofagus, karsinoma,
atau hemoroid. Parasit, parasient bentuk dewasa seperti cacing ascaris ancylostoma
mungkin terlihat.
31
3. Lakukan pemeriksaan mikroskopik.
Pemeriksaan feses metode langsung adalah 1 tetes larutan Eosin 2% diteteskan
diatas kaca objek. Kemudian feses diambil dengan lidi (+ 2 mg) dan dicampurkan
dengan 1-2 tetes larutan Eosin 2% sampai homogen. Apabila terdapat bagian-bagian
kasar dibuang. Selanjutnya, ditutup dengan kaca penutup ukuran 20 x 20 mm sampai
kaca penutup rata menutupi sediaan sehingga tidak terbentuk gelembung udara. Setelah
itu, sediaan diamati dengan menggunakan pembesaran rendah (objektif 10x) dan
objektif 40x (Yimer et al.,2015).
Pemeriksaan feses memakai metode sedimentasi dilakukan dengan prosedur
diambil 2gram feses, di masukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan NaCl
fisiologis hingga 3/4 tabung, kemudian ditutup dengan kapas. Disentrifuge dengan
kecepatan 1500 rpm selama 10 menit. Kemudian akan terbentuk 2 lapisan supernatant
dan endapan. Lalu supernatant dibuang dengan jalan menuangkan tabung reaksi secara
cepat dan disisakan sedikit. Kemudian diambil endapan diteteskan diatas objek glass
lalu tutup dengan deck glass dibaca dibawah mikroskop perbesaran 10 x 40 (Regina et
al., 2018).
Pemeriksaan feses metode flotasi adalah dengan prosedur sebagai berikut
Diambil 2 gram feses. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan NaCl jenuh
hingga tabung terisi penuh. Ditutup dengan kaca penutup pada bagian mulut tabung.
Didiamkan selama 1 jam, diletakkan pada tempat tahan getaran. Diambil kaca penutup
dan diletakkan di atas obyek glass. Diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran
10 x, 40 (Ngwese et al., 2020)

6. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus?


Jawab :
a) Anamnesis :
- Bab cair sejak 3 hari yang lalu, frekuensi BAB 3-4x sehari
- jumlah bab 1/4 gelas
- BAB disertai darah dan lender
- Demam
- kesakitan pada perut saat akan BAB
- terminum air kali
32
- sering makan tanpa mencuci tangan
- sejak 12 jam belum BAK
- imunisasi lengkap

b) Pem fisik :
- Kurus
- Takikardi
- Takipneu,
- Febris
- mata cekung (dehidrasi)
- mukosa mulut kering (dehidrasi)
- hipermotilitas usus
- turgor kulit Kembali melambat (dehidrasi)
- kuku tambak kotor

c) pem. Lab
- shift to the left (infeksi akut)
- basophil eningkat
- eosinophil meningkat
- neutrophil segmen meningkat
- monosit menurun
- disentri

33
7. Apa diagnosis banding pada kasus?
Jawab :
Klinis Disentri Disentri Rotavirus Kolera
Basiler Amoeba
Etiologi Shigella, Entamoeba Rotavirus Vibrio
E.Coli Cholerae
hystolitica
BAB cair + + + +
Demam + +/- + -
Tenesmus + - - -
Sifat feses
Frekuensi >3x/hari >3x/hari >3x/hari Hampir
terus-
menerus
Konsistensi Air > Air > Air > Air
ampas ampas ampas seperti
cucian
beras
Berdarah + + - -
Mukus + + + +/-
Bau - Sangat - Bau
busuk anyir
(Maryatun, 2018).

8. Apa pemeriksaan penunjang pada kasus?


Jawab :
1) Darah rutin untuk menilai Hb, hitung jenis, jumlah Leukosit
2) Feses rutin untuk mengetahui penyebab diare dengan menemukan
mikroorganisme
3) Elektrolit
4) Gas darah (Juffrie, 2015).

9. Apa diagnosis kerja pada kasus?


Jawab :
Disentri basiler dengan dehidrasi ringan sedang et causa suspect shigella

10. Bagaimana tatalaksana pada kasus?


Jawab :
34
1) Tatalaksana dehidrasi
Pada kasus digunakan terapi B untuk dehidrasi sedang-ringan yaitu pemberiaan Oralit
sebanyak 75ml/kgbb anak-Namun kalau tidak diketahui berat badan maka berikan
sesuai cara berikut:
• Bila berat badannya tidak diketahui, meskipun cara ini kurang tepat, perkiraan
kekurangan cairan dapat ditentukan dengan menggunakan umur penderita,
yaitu : untuk umur < 1 tahun adalah 300 ml, 1-5 tahun adalah 600 ml, >5 tahun
adalah 1200 ml dan dewasa adalah 2400 ml. Rentang nilai volume cairan ini
adalah perkiraan, volume yang sesungguhnya diberikan ditentukan dengan
menilai rasa haus penderita
• Bila penderita masih haus dan masih ingin minum harus diberi lagi. Sebaliknya
bila dengan volume diatas kelopak mata menjadi bengkak, pemberian oralit
harus dihentikan sementara dan diberikan minum air putih atau air tawar. Bila
oedem kelopak mata sudah hilang dapat diberikan lagi. Apabila oleh karena
sesuatu hal pemberian oralit tidak dapat diberikan secara per-oral, oralit dapat
diberikan melalui nasogastrik dengan volume yang sama dengan kecepatan 20
ml/kgBBjam Setelih 3 jam keadaan penderita dievaluasi apakah membaik tetap
atau memburuk.
2) Tablet zinc:Berikan tablet Zinc (1 tablet:20mg)
• Umur>6 bulan:1 tablet/Hari
• Pemberian tablet dilakukan dengan melarutkan satu tablet dalam air matang dan
segera berikan pada anak
3) Teruskan ASI/makan
• Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering
diberi ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan
makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan
sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian
makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat
badan.
35
• Teruskan pemberian makanan/ASI dan jikalau anak masih berumur <2tahun
maka lebih baik tidak diberikan susu formula
4) Antibiotik selektif
• Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare
pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada
penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera.
• Pada kasus diberikan kotrimoksazole 10mg/kgbb dibagi 2 dosis selama 5-7 hari
5) Edukasi

• Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian


oralit, zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anaknya ke
petugas kesehatan jika anak:

- Buang air besar cair lebih sering

- Muntah berulang-ulang

- Mengalami rasa haus yang nyata

- Makan atau minum sedikit

- Demam

- Tinja berdarah (Setiati, 2014)

11. Apa komplikasi pada kasus?


Jawab :
1. Dehidrasi berat
2. Acute kidney injury
3. Sepsis
4. Gangguan elektrolit : hipokolemia, hyponatremia
5. Kejang
6. Prolaps rectum (Juffrie, 2015)

36
12. Apa prognosis pada kasus?
Jawab :
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam

13. Apa SKDU pada kasus?


Jawab :
4A : Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan
penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.

14. Bagaimana NNI pada kasus?


- Qs. Abasa ayat 24
َ ‫ﺴﺎُن ِاٰﻟﻰ‬
- ◌ۙ‫طﻌَﺎِﻣ ٖ ۤﮫ‬ ُ ‫َفۡﻟﯿَۡﻨ‬
َ ‫ﻈِﺮ ا ۡ ِﻻۡﻧ‬
Artinya: “Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.”
Interpretasi:Jika manusia bersikeras dengan keingkarannya, maka hendaklah
manusia itu memperhatikan makanannya yang dia makan setiap hari; dari mana
makanan itu berasal?

- Hr. Ahmad dan Baihaqi


Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallah ‘alaihi wa sallam
pernah menasehati seseorang,

‫ﺳﻘَِﻤَﻚ َو ِﻏﻨَﺎَك ﻗَْﺒَﻞ ﻓَْﻘِﺮَك‬


َ ‫ﺻﱠﺤﺘ ََﻚ ﻗَْﺒَﻞ‬
ِ ‫ﺷﺒَﺎﺑََﻚ ﻗَْﺒَﻞ َھَﺮِﻣَﻚ َو‬ ً ‫ِاْﻏﺘ َِﻨْﻢ َﺧْﻤ‬
َ : ‫ﺴﺎ ﻗَْﺒَﻞ َﺧْﻤٍﺲ‬
‫ﺷْﻐِﻠَﻚ َو َﺣﯿَﺎﺗ ََﻚ ﻗَْﺒَﻞ َﻣْﻮِﺗَﻚ‬
َ ‫َو ﻓََﺮاَﻏَﻚ ﻗَْﺒَﻞ‬
Artinya :
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara
(1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
(2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
(3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
(4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
(5) Hidupmu sebelum datang matimu.”
37
Interpretasi : kalimat waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu untuk menjaga
kebersihan dan kesehatan

- Qs. Al Baqarah ayat 222

ۖ‫ﺾ‬ ِ ‫ﻋ ﺘ َِﺰ ﻟ ُ ﻮ ا ا ﻟ ﻨ ّ ِ ﺴَ ﺎ َء ﻓ ِ ﻲ ا ﻟْ َﻤ ِﺤ ﯿ‬ ِ ‫ﻚ ﻋَ ِﻦ ا ﻟْ َﻤ ِﺤ ﯿ‬
ْ ‫ﺾ ۖ ﻗ ُ ْﻞ ھ ُ َﻮ أ َذ ًى ﻓ َ ﺎ‬ َ َ ‫ﺴ ﺄ َﻟ ُ ﻮ ﻧ‬
ْ َ ‫َو ﯾ‬
ُ ْ‫ﻄ ﮭُ ْﺮ َن ۖ ﻓ َ ﺈ ِذ َا ﺗ َﻄَ ﱠﮭ ْﺮ َن ﻓ َ ﺄ ْﺗ ُﻮ ھ ُ ﱠﻦ ِﻣ ْﻦ َﺣ ﯿ‬
ُ‫ﺚ أ ََﻣ َﺮ ﻛ ُ ﻢ‬ ْ َ ‫َو َﻻ ﺗ َﻘْ َﺮ ﺑ ُ ﻮ ھ ُ ﱠﻦ َﺣ ﺘ ﱠٰﻰ ﯾ‬
‫ﺐ ا ﻟْ ُﻤ ﺘ َﻄَ ّﮭِ ِﺮ ﯾ َﻦ‬
‫ﺐ ا ﻟ ﺘ ﱠﱠﻮ ا ﺑ ِ ﯿ َﻦ َو ﯾ ُ ِﺤ ﱡ‬ ‫ ُ ۚ إ ِ ﱠن ﱠ‬b
‫ َ ﯾ ُ ِﺤ ﱡ‬b ‫ﱠ‬
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu
adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari
wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka
suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri (Qs. Al
Baqarah: 222).

Maknanya : Allah menyukai orang yang menjaga kesucian diri, maka


dari itu dalam kehidupan sehari-hari hendaknya kita selalu menjauhi hal-hal
yang kotor dan menjaga kebersihin diri.

- Qs. Al Qasas ayat 77

- ‫ﺼﯿﺒََﻚ ِﻣَﻦ ٱﻟﺪﱡْﻧﯿَﺎ ۖ◌ َوأ َْﺣِﺴﻦ‬ِ َ‫ﺲ ﻧ‬َ ‫ُ ٱﻟﺪﱠاَر ٱْلَءاِﺧَﺮة َ ۖ◌ َوَﻻ ﺗ َﻨ‬o‫َوٱْﺑﺘ َﻎِ ِﻓﯿَﻤﺎ ٓ َءاﺗ َٰﯨَﻚ ٱﱠ‬
‫ﺐ ٱْﻟُﻤْﻔِﺴِﺪﯾَﻦ‬
‫َ َﻻ ﯾُِﺤ ﱡ‬o‫ض ۖ◌ ِإﱠن ٱﱠ‬ ِ ‫ﺴﺎدَ ِﻓﻰ ٱْﻷ َْر‬ َ َ‫ُ ِإﻟَْﯿَﻚ ۖ◌ َوَﻻ ﺗ َْﺒﻎِ ٱْﻟﻔ‬o‫ﺴَﻦ ٱﱠ‬
َ ‫َﻛَﻤﺎ ٓ أ َْﺣ‬
Artiny : “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di
dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah
tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan."

38
2.8 Kesimpulan
Hidayat, anak laki-laki, 6 tahun mengalami diare disertai darah dan lendir 3 hari yang
lalu, demam dan tenesmus dikarenakan Disentri Basiller et causa suspect shigella disentri
disertai dehidrasi Ringan Sedang.

2.8 Kerangka konsep

Air yang terkontaminasi hygiene buruk

Respon inflamasi infeksi bakteri suspect shigella

Demam mengeluarkan enterotoksin &


merusak epitel mukosa usus

terbentuk ulkus hipersekresi usus

BAB cair berdarah & lender peistaltik meningkat volume cairan menurun

Sakit perut bising usus takikardi dehidrasi


ketika BAB meningkat
turgor mata mukosa
lambat cekung bibir
kering

39
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, P, (2016). Diare Pencegahan dan Pengobatan. Nuha Medika. Yogyakarta.


Chen, CC. 2014. Probiotics have clinical, microbiologic, and immunologic efficacy in acute
infectious diarrhea. Pediatr Infect Dis J.
Arifputera A, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Depkes RI , 2005. Kepmenkes RI No. 1216/Menkes/SK/XI/2001 Tentang Pedoman
Pemberantasan Penyakit Diare, Ditjen PPM dan PL, Jakarta.
Depkes RI. 2013. Lintas Diare. Jakarta: Depkes RI.
Drake R, Vogl W, Mitchell A. (2012). Gray’s Basic Anatomy. 1st ed. Elsevier Churcill
Livingstone
Dwienda, Octa,dkk. (2014). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita Dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Deepublish
Ernawati. (2012). Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Manusia. (A. Rifai, Ed.). Jakarta: Trans Info Media.
Eroschenko, V. P, 2015. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional,. EGC, Jakarta.
Helmalia F & Fadhliani, 2019. Pemeriksaan Feses untuk Menentukan Infeksi Parasit. Jurnal
Biologica Samudra. Vol 1, No 2.
Heuther S, McCance, dkk. 2019. Buku Ajar Patofisiologi. Singapore: Elsevier
Juffrie, Muhammad, dkk. 2015. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Jilid 1. Jakarta: UKK
Gastroenterologi-Hepatologi IDAI
Kantor, S., & Semarang, K. P. (2010). Kesehatan Umum. In BALABA (Vol. 6, Issue 01).
Kuntari T. 2013. Faktor Risiko Malnutrisi pada Balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional. Vol.7. Nomor.12. Juli 2013.
Liu, C. Flamer, D. 2018. Case report: Tenesmus and the role of superior hypogastric plexus
blocks. Palliative Medicine 1–4, DOI: 10.1177/0269216318817691
journals.sagepub.com/home/pmj.
Maryatun. 2018. Parasit Penyebab Diare Akut. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Vol. 8 No. 1
Mirsiyanto E, Sitorus RJ, Misnaniarti. 2020. Analysis of environmental factors with chronic
diarrhea in toddlers in Jambi City in 2019. International Journal of Science and Society.
2(4):300–310.
40
Munfaati, P. N., Ratnasari, E., Trimulyono, G. 2015. Aktivitas Senyawa Antibakteri Ekstrak
Herba Meniran (Phyllanthus niruri) terhadap Pertumbuhan Bakteri Shigella dysenteriae
Secara in Vitro. Lentera Bio.
Mustikawati, I. S. 2017. Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Studi Kualitatif pada Ibu-Ibu di
Kampung Nelayan Muara Angke Jakarta Utara; Studi Kualitatif. ARKESMAS, Volume
2, Nomor 1.
Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit.Jakarta : EGC.
Ngwese, M. M., Ngwese, M. M., Manouana, G. P., Manouana, G. P., Moure, P. A. N.,
Ramharter, M., Adégnika, A. A, 2020. Diagnostic techniques of soil-transmitted
helminths: Impact on control measures. Tropical Medicine and Infectious Disease, 5(2).
Perangin-angin, H. M. J. 2014. Acute Diarrhea With Mild to Moderate Dehydration e.c Viral
Infection. J Agromed Unila, Volume 1 Nomor 1.
Price SA dan Wilson. 2014. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Pulungan, A. 2020. Auxology, Kurva Pertumbuhan, Antropometri, dan Pemantauan
Pertumbuhan. Sari Pediatri. Vol 22, No. 2.
Rahayu, F.M., Lestar, R.H., Dwiningtyas, M. 2017. Asuhan Kebidanan pada Anak Batita
dengan Diare dan Dehidrasi Sedang di Puskesmas Mojoagung Kecamatan Mojoagung
Kabupaten Jombang. Jurnal Ilmiah Kebidanan: Garba Rujukan Digital.
Regina, M. P., Halleyantoro, R., & Bakri, S. (2018). Perbandingan Pemeriksaan Tinja Antara
Metode Sedimentasi Biasa Dan Metode Sedimentasi Formol-Ether Dalam Mendeteksi
Soil-Transmitted Helminth. Diponegoro Medical Journal (Jurnal Kedokteran
Diponegoro), 7(2), 527–537.
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. 2014. Buku ajar ilmu penyakit dalam
jilid I. VI. Jakarta: Interna Publishing.
Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia: dari Sel ke System. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Silbernargl. 2016. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi ed.3. Jakarta: EGC.
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal dan
Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika.
Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
Yimer, M., Hailu, T., Mulu, W., & Abera, B, 2015. Evaluation performance of diagnostic
methods of intestinal parasitosis in school age children in Ethiopia.

41
Yusuf, S., Haris, S., Kadim, M. 2011. Gambaran Derajat Dehidrasi dan Gangguan Fungsi
Ginjal pada Diare Akut. Sari Pediatri, Vol. 13, No. 3.
Zein, dkk. 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri. Universitas Sumatera Utara: Medan

Kowalak. 2020. buku ajar patofisiologi . jakarta : EGC

Zubaidah., Maria, I., 2020. Hubungan Penatalaksanaan Pemberian Cairan di Rumah dengan
Tingkat Dehidrasi pada Balita yang Mengalami Diare. Jurnal Keperawatan Suaka
Insan, Volume 5 Edisi I.

42

Anda mungkin juga menyukai