LATAR BELAKANG keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya,
sehingga sangat penting untuk berpikir kritis Penting bagi perawat untuk mampu pada setiap situasi. mengambil keputusan klinis dengan melibatkan pasien dan keluarga dalam Hal lain yang sering muncul dalam asuhan keperawatannya sehingga proses pengambilan keputusan adalah apakah kita keperawatan yang diberikan kepada klien ini perlu mengambil keputusan sekarang atau diarahkan sebagai proses refleksi baik bagi nanti saja setelah melakukan semacam uji perawat ataupun klien. coba lebih dulu.
Selama praktek, profesional keperawatan METODE
menghadapi sejumlah situasi yang berbeda Penulisan kajian ini menggunakan literature melibatkan klien dan pemenuhannya yang review berdasarkan jurnal dan e-book yang berbeda pula. Proses pengambilan keputusan relevan dan berfokus pada konsep klinis merupakan komponen penting dalam pengambilan keputusan. Dengan proses keperawatan, sehingga dibutuhkan menganalisis dan mengkaji referensi sesuai kemampuan perawatan karena keterbatasan dengan judul penugasan kajian ini. Adapun pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki jurnal dan e-book yang digunakan pada perawat dapat menghambat perawat dalam literature review adalah jurnal dan e-book mengambil keputusan mengenai perawatan yang didapatkan dengan menggunakan yang akan diberikan kepada klien yang akan Google Scholar, Google Book, dan Jurnal berakibat fatal terhadap klien. Keperawatan. Perawat memiliki peranan penting dalam mengambil keputusan klinis yang tepat dan akurat karena perawat akan menemukan HASIL berbagai situasi klinis yang berkaitan Proses pengambilan keputusan merupakan dengan masyarakat atau pasien,anggota sebuah refleksi dari perawat ataupun klien. Pengambilan keputusan klinis keperawatan Teleologi harus ada interaksi antara perawat-klien. Teleologi (berasal dari bahasa Pengambilan keputusan klinis keperawatan Yunani, dari kata telos, berarti dapat dilakukan dalam setiap proses akhir). Istilah teleologi dan keperawatan. Tugas perawat pada saat utilitarianisme sering digunakan proses pengambilan keputusan ini adalah saling bergantian. Teleologi sebagai fasilitator untuk memberikan merupakan suatu doktrin yang fasilitas dan dukungan pada klien. menjelaskan fenomena berdasarkan Pengambilan keputusan klinis dengan akibat yang dihasilkan atau melibatkan klien akan meningkatkan tingkat konsekuensi yang dapat terjadi. kemandirian bagi klien. Pengambilan Pendekatan ini sering disebut dengan keputusan klinis diperlukan kemampuan ungkapan the end jus tifies the means berfikir kritis bagi perawat. Dibutuhkan atau makna dari suatu tindakan pemahaman lebih lanjut terkait dengan ditentukan oleh hasil akhir yang pengambilan keputusan klinis keperawatan terjadi. Teori ini menekankan pada dengan harapan peran perawat akan lebih pencapaian hasil akhir yang terjadi. terlihat nyata sebagai pemberi asuhan yang Pencapaian hasil dengan kebaikan akan meningkatkan kepercayaan masyarakat maksimal dan ketidakbaikan sekecil terhadap profesi keperawatan. mungkin bagi manusia. Deontologi (formalisme) PEMBAHASAN Deontologi (berasal dari bahasa Teori Dasar Pengambilan Keputusan Yunani, deon, berarti tugas) berprinsip pada aksi atau tindakan. Teori dasar/prinsip etika merupakan Suatu pendekatan deontologis penuntun untuk membuat ke putusan etis mengangkat isu – isu yang berkaitan praktik profesional (Fry, 1991). Teori etik dengan tugas, hak, serta digunakan dalam pembuatan keputusan bila pertimbangan keadilan dengan terjadi konflik antara prinsip dan aturan. menggunakan standar moral, prinsip, Ahli filsafat moral telah mengembangkan dan aturan – aturan sebagai panduan beberapa teori etik, yang secara garis besar untuk membuat keputusan etis yang dapat diklasifikasikan menjadi teori terbaik. Deontologi berfokus pada teleologi dan deontologi. kewajiban atau tugas memotivasi penggunaan kriteria Maximin adalah keputusan atau tindakan, bukan pada sebagai berikut. konsekuensi dari tindakan.Dalam a. Dari setiap tindakan, cari etika deontologi kebenaran minimum perolehan dari bergantung pada rasa hormat yang semua kondisialam yang ditunjukkan dalam tugas serta hak mungkin. dan kewajiban yang dicerminkan b. Cari maksimum dari oleh tugas-tugas tersebut. minimum perolehan. c. Pilih tindakan yang minimum Kriteria Pengambilan Keputusan perolehannya Dalam analisis keputusan ini akan memaksimumkan. dibahas tiga kriteria pokok pengambilan 2. Kriteria Maximum Likelihood keputusan, yaitu Maximin (Maximum of Kriteria ini sesungguhnya hampir Minimum) atau Minimax (Minimum of sama dengan kriteria Maximin. Maximum), Maximum Likelihood dan Bedanya, kriteria ini telah Bayes De cision Rule. Ketiga kriteria ini diperhitungkan kemungkinan akan mempertimbangkan dan terjadinya suatu kondisi atau situasi. memperhitungkan beberapa faktor sebelum Adapun langkah-langkah yang harus keputusan diambil sehingga akan cenderung ditempuh adalah sebagai berikut. memberi hasil yang lebih akurat. Akan a. Identifikasi kondisi alam tetapi, kriteria ini belumlah menjamin bahwa yang kemungkinan besar keputusan yang didapat akan sesuai dengan akan terjadi (yaitu kondisi harapan. alam dengan probabilitas awal terbesar). 1. Kriteria Maximin ( Maximum of b. Pada kondisi alam tersebut, Minimum) pilih tindakan yang Dari namanya dapat diduga bahwa memaximumkan perolehan. kriteria ini akan menggunakan nilai c. Pilih tindakan ini. maksimum dan atau minimum untuk 3. Kriteria Bayes melakukan pengambilan keputusan. Bila kriteria Maximum Likelihood Secara ringkas, tahapan-tahapan telah memperhitungkan probabilitas untuk mengambil keputusan, maka pemecahan masalah seperti diajarkan di pada kriteria Bayes akan digunakan pendidikan keperawatan. nilai harapan (expected value) Berikut ini merupakan contoh model sebagai dasar penghitungan guna pengambilan keputusan etis keperawatan mengambil keputusan. Adapun yang dikembangkan oleh Thompson dan langkah-langkah yang harus Jameton. Metode Jameton dapat digunakan dilakukan adalah sebagai berikut. untuk menyelesaikan masalah etika a. Dengan menggunakan keperawatan yang berkaitan dengan asuhan probabilitas awal, hitung keperawatan klien. Kerangka Jameton, nilai harapan pay off untuk seperti yang ditulis oleh Fry (1991) adalah tiap-tiap tindakan yang Model l yang terdiri atas enam tahap, Model mungkin. Il yang terdiri atas tujuh tahap. dan Model b. Pilih tindakan yang harapan III yang merupakan keputusan bioetis. keuntungannya/perolehannya maxi mum. Model I 1. Mengidentifikasi masalah. Ini berarti Kerangka Pengambilan Keputusan klasifikasi masalh dilihat dari nilai Berbagai kerangka model pembuatan dan konflik hati nurani. Perawat juga keputusan etis telah dirancang oleh banyak harus mengkaji keterlibatannya pada ahli etika, dan semua kerangka etika tersebut masalah etika yang timbul dan berupaya menjawab pertanyaan dasar mengkaji parameter waktu untuk tentang etika. proses pembuatan keputusan. Tahap ini akan memberikan jawaan pada Beberapa kerangka pembuatan perawat terhadap pernyataan, “Hal keputusan etis keperawatan di kembangkan apakah yang membuat tindakan dengan mengacu pada kerangka pembuatan benar adalah benar?” Nilai keputusan etika medis (Murphy, 1976, diklasifikasikan dan peran perawat Borody, 1981). Beberapa kerangka disusun dalam situasi yang terjadi berdasarkan posisi falsafah praktik diidentifikasi. keperawatan (Benyamin dan Curtis, 1986; 2. Perawat harus mengumpulkan data Aroskar, 1980), sementara model-model lain tambahan. Informasi yang dikembangkan berdasarkan proses dikumpulkan dalam tahap ini 5. Pembuat keputusan harus membuat meliputi orang yang dekat dengan keputusan. Ini berarti bahwa klien, yangterlibat dalam membuat pembuatan keputusan memilih keputusan bagi klien, harapan/ tindakan yang menurut keputusan keinginan klien dan orang yang mereka paling tepat. Tahap ini teribat dalam pembuatan keputusan. menjawab pertanyaan etika, “Apa Perawat kemudian membuat laporaj yang harus dilakukan pada situasi tertulis kisah dari konflik yang tertentu?” terjadi. 6. Tahap terakhir adalah melakukan 3. Perawat harus mengidentifikasi tindakan dan mengkaji keputusan semua pilihan atau alternatif secara dan hasil. terbuka kepada pembuat keputusan. Semua tindakan yang Model II memungkinkan harus terjadi, 1. Mengenali dengan tajam masalah termasuk hasil yang mungkin yang terjadi, apa intinya, apa diperoleh beserta dampakya. Tahap sumbernya, mengenali hakikat ini memberikan jawaban atas masalah. pertanyaan, “Jenis tindakan apa yang 2. Mengumpulkan data atau informasi benar?” yang berdasarkan fakta, meliputi 4. Perawat harus memikirkan masalah semua data yang termasuk variabel etis secara berkesinambungan. Ini masalah yang telah dianalisis secara berarti perawat mempertimbangkan teliti. nilai dasar manusia yang penting 3. Menganalisis data yang telah bagi individu, nilai dasar manusia diperoleh dan menganalisis kejelasan yang menjadi pusat masalah, dan orang yang terlibat, bagaimana prinsip etis yang dapat dikaitkan kedalaman dan intensitas dengan masalah. Tahap ini keterlibatannya, relevansi menjawab pertanyaan, “Bagaimana keterlibatannya dengan masalah aturan tertentu diterapkan pada etika. situasi tertentu?” 4. Berdasarkan analisis yang telah dibuat, mencari kejelasan konsep etika yang relevan untuk penyelesaian masalah dengna Model III (Model Keputusn Bioetis) mengemukakan konsep filsafat yang 1. Tinjau uang situasi yang dihadapi mendasari etika maupun konsep untuk menentukan masalah sosial budyaa yang menentukan kesehatna, keputusan yang ukuran yang diterima. dibutuhkan, komponen etis individu 5. Mengonsep argumentasi, semua jenis keunikan. isu yang didapati merasionalisasi 2. Kumpulkan informasi tambahan kejadian, kemudian membuat untuk memperjelas situasi. alternatif tentang tindakan yang akan 3. Identifikasi aspek etis dari masalah diambilnya. yang dihadapi. 6. Langkah selanjutnya mengambil 4. Ketahui atau bedakan posisi pribadi tindakan, setelah semua alternatif dan posisi moral profesional. diuji terhadap nilai yang ada di 5. Identifikasi posisi moral dan dalam masyarakat dan ternyata dapat keunikan individu yang berlainan. diterima maka pilihan tersebut 6. Identifikasi konflik nilai bila ada. dikatakan sah (valid) secara etis. 7. Gali siapa yang harus membuat Tindakan yang dilakukan keputusan menggunakan proses yang 8. Identifikasi rentang tindakan dan sistematis. hasil yang diharapkan. 7. Langkah terakhir adalah 9. Tentukan tindakan dan laksanakan. mengevaluasi, apakah tindakan yang 10. Evaluasi hasil dari keputusan atau dilakukan mencapai hasil yang tindakan. diinginkan mencapai tujuan Proses Pengambilan Keputusan menyelesaikan masalah, bila belum berhasl, harus mengkaji lagi hal-hal Proses pengambilan keputusan apa saja yang menyebabkan adalah salah satu penyelesaian yang kegagalan, dan menjadi umpan balik dinamis. Penyebab umum gagalnya untuk melaksanakan pemecahan/ pengambilan keputusan adalah kurang tepat penyelesaian masalah secara dalam mengidentifikasi masalah . Oleh terulang. karena itu, identifikasi masalah merupakan langkah yang paling penting karena kualitas 2. Tidak terlaksananya keputusan hasil tergantung pada keakuratan hasil karena tidak sesuai dengan dalam mengidentifikasi masalah. kemampuan organisasi baik dari segi Pengambilan keputusan adalah suatu manusia, uang maupun material; pendekatan yang sistematis terhadap hakekat 3. Ketidakmampuan pelaksana untuk suatu masalah dngan mengumpulkan fakta- bekerja karena tidak ada sinkronisasi fakta dan data, menemukan alternative yang antara kepentingan organisasi matang untuk mengambil suatu tindakan dengan orang-orang di dalam yang tepat. organisasi tersebut; 4. Timbulnya penolakan terhadap Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam keputusan. pengambilan keputusan, yaitu :
1. Dalam proses pengambilan
keputusan tidak terjadi secara Faktor yang memengaruhi pengambilan kebetulan; keputusan etis dalam praktik 2. Masalah harus diketahui dengan keperawatan jelas; Berbagai faktor mempunyai 3. Pengambilan keputusan tidak pengaruh terhadap seseorang dalam dilakukan secara sembrono; membuat keputusan etis. Faktor ini antara 4. Pemecahan masalah harus lain faktor agama, sosial, ilmu didasarkan pada fakta-fakta yang pengetahuan/teknologi, legislasi/keputusan telah terkumpul secara sistematis; yuridis, dana) keuangan, pekerjaan/posisi 5. Keputusan yang baik adalah klien maupun perawat, kode etik keputusan yang telah dianalisa secara keperawatan, dan hak-hak klien. matang. Faktor agama dan adat-istiadat Apabila pengambilan keputusan tidak didasarkan pada kelima hal diatas, akan Agama serta latar belakang adat menimbulkan berbagai masalah, diantaranya istiadat merupakan faktor utama dalam : membuat keputusan etis. Setiap perawat disarankan me mahami nilai yang diyakini 1. Tidak tepatnya keputusan; maupun kaidah agama yang dianutnya. Untuk memahami ini memang diperlukan Dana/keuangan untuk membiayai proses. Semakin tua akan semakin banyak pengobatan dan perawatan dapat pengalaman dan belajar, seseorang akan menimbulkan konflik. Untuk meningkatkan lebih mengenal siapa dirinya dan nilai yang status kesehatan masya rakat, pemerintah dimilikinya. telah banyak berupaya dengan mengadakan ber bagai program yang dibiayai pemerintah. Faktor legislasi dan keputusan yuridis Walaupun pemerintah telah mengalokasikan Perubahan sosial dan legislasi secara dana yang besar untuk pembangunan konstan saling berkaitan. Setiap perubahan kesehatan, dana ini belum seluruhnya dapat sosial atau legislasi menyebabkan timbulnya mengatasi berbagai masalah kesehatan suatu tindakan yang merupakan reaksi sehingga partisipasi swasta dan masyarakat perubahan tersebut. Legislasi merupakan banyak digalakkan. jaminan tindakan menurut hukum sehingga Perawat sebagai tenaga kesehatan orang yang bertindak tidak sesuai hukum yang setiap hari menghadapi klien, sering dapat menimbulkan suatu konflik (Ellis, menerima keluhan klien mengenai Hartley, 1990) pendanaan. Dalam daftar kategori diagnosis Saat ini aspek legislasi dan bentuk keperawatan tidak ada pernyataan yang keputusan yuridis tentang masalah etika menyata kan ketidakcukupan dana, tetapi hal kesehatan sedang menjadi topik yang ini dapat menjadi etiologi bagi berbagai banyak dibicarakan. Hukum kesehatan telah diagnosis keperawatan, antara lain ansietas menjadi suatu bidang ilmu dan perundang dan ketidak patuhan. Masalah undangan baru yang banyak disusun untuk ketidakcukupan dana dapat menimbulkan menyempurnakan perundang-undangan konflik, terutama bila tidak dapat lama atau untuk mengantisipasi dipecahkan. perkembangan masalah hukum kesehatan. PENUTUP Oleh karena itu, diperlukan undang-undang praktik keperawatan dan keputusan menteri Perawat memiliki peranan penting dalam kesehatan yang mengatur registrasi dan mengambil keputusan klinis yang tepat dan praktik perawat. akurat karena perawat akan menemukan berbagai situasi klinis yang berkaitan Faktor dana/keuangan dengan masyarakat atau pasien,anggota keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya, 2. Deniati Kiki,Ria Anugrahwati ,Tini sehingga sangat penting untuk berpikir kritis Suminarti.(2018).Pengaruh Berfikir pada setiap situasi. Kritis Terhadap Kemampuan Perawat Pelaksana Dalam Perawat harus mengidentifikasi masalah dan Melakukan Asuhan Keperawatan di perawat juga harus mengkaji keterlibatannya Rumah Sakit Hermina Bekasi Tahun pada masalah etika yang timbul dan 2016.Jurnal Kesehatan Holistik (The mengkaji parameter waktu untuk proses Journal of Holistic pembuatan keputusan. Perawat harus Healthcare),12(1). mengumpulkan data tambahan. Informasi 3. Heni. (2017). Berfikir Kritis Dalam yang dikumpulkan dalam tahap ini meliputi Proses Keperawatan. Jurnal orang yang dekat dengan klien, yangterlibat Keperawatan, 3(1). dalam membuat keputusan bagi klien, 4. Khairina Ifa, Hema Malini, Emil harapan/ keinginan klien dan orang yang Huriani.(2018). Faktor-Faktor yang teribat dalam pembuatan keputusan. Berhubungan dengan Pengambilan Faktor mempunyai pengaruh terhadap Keputusan Perawat Dalam Ketepatan seseorang dalam membuat keputusan etis. Triase Di Kota Padang. Indonesian Faktor ini antara lain faktor agama, sosial, Journal For Heath Science, 2(1). ilmu pengetahuan/teknologi, 5. Kozier B, dkk.(2010). Buku Ajar legislasi/keputusan yuridis, dana) keuangan, Fundamental Keperawatan : Konsep, pekerjaan/posisi klien maupun perawat, Proses dan Praktik Keperawatan kode etik keperawatan, dan hak-hak klien. (Eko Karyuni etal, Alih bahasa ). Jakarta: EGC Pembuat keputusan harus membuat 6. Nachrowi D N dan Hardius. keputusan. Ini berarti bahwa pembuatan (2004).Teknik Pengambilan keputusan memilih tindakan yang menurut Keputusan.Jakarta : Grasindo keputusan mereka paling tepat. 7. Purwati E I I, Nuryadi, Yennike Tri DAFTAR PUSTAKA Herawati.(2017).Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama 1. Budiono & Pertami, S. B. (2016). (Decision Making in the Refferal Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Implementation at Public Health Bumi Medika Center as First Level Health Terhadap Penerapan Fungsi Facility).Jurnal Pustaka Pengorganisasian Yang Dilakukan Kesehatan,5(2). Oleh Kepala Ruangan Dengan 8. Redhana, I. W. (2013). Model Kinerjanya Diruang Rawat Inap Pembelajaran Berbasis Masalah RSUD Koja Jakarta Utara (Doctoral untuk Peningkatan Keterampilan dissertation, Tesis FIK UI, Tidak Pemecahan Masalah dan Berpikir dipublikasikan). Kritis. Jurnal Pendidikan dan 11. Suhaemi Mimin Emi.(2004).Etika Pengajaran, 1(46). Keperawatan : Aplikasi Pada 9. Simamora, R. H. (2019). Menjadi Praktik.Jakarta:EGC perawat yang: CIH’HUY. Surakarta: 12. Sumijatun. (2009). Konsep Dasar Kekata Publisher. dan Aplikasi Pengambilan 10. Simamora, R. H. (2005). Hubungan Keputusan Klinis. Jakarta: Trans Persepsi Perawat Pelaksana Info Media Jakarta