Anda di halaman 1dari 9

PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF DALAM MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK KELAS 1 SD


NEGERI 9 LANGKAHAN KECAMATAN LANGKAHAN
KABUPATEN ACEH UTARA

Ade Ratna Pertiwi Tanjong1, Meita Fitrianawati2, Rahya3


1SDNegeri 9 Langkahan Aceh Utara
2Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Ahmad Dahlan
3SD Muhammadiyah Bodon Yogyakarta

Email coresponden: aderatnapertiwi2@gmail.com

ABSTRAK

Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah penggunaan media pembelajaran yang masih
konvensional, kemampuan membaca permulaan yang masih rendah, serta keaktifan siswa
dalam mengikuti pembelajaran masih kurang. Tujuan penelitian ini yaitu meningkatkan
kemampuan membaca permulaan pada anak kelas 1 SD, melalui penggunaan media kartu
huruf. Adapun subjek dari penelitian ini yaitu siswa kelas 1 SDN 9 Langkahan. Rendahnya
hasil belajar siswa kelas 1 SD pada kemampuan membaca permulaan perlu ada inovasi tentang
penggunaan media kartu huruf dalam pembelajaran. Metode penelitian ini menggunakan
metode penelitian Tindakan kelas PTK. PTK ini dilakukan selama 2 siklus, yaitu siklus I
terdapat dua kali pertemuan yaitu,pertemuan 1 dan pertemuan 2. Siklus II juga terdiri dari dua
pertemuan yaitu pertemuan 1 dan pertemuan 2. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan teknik tes dan non tes. Teknik tes berupa tes tulis, teknis non tes (observasi)
dilakukan menggunakan lembar instrumen. Siklus PTK dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan
hasil belajar dari 57% menjadi 61,6% pada siklus 1, masih tergolong kategori kurang.
Selanjutnya, pada siklus 2 juga terjadi peningkatan dari 73,2% menjadi 80%, sudah tergolong
kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa indikator keberhasilan PTK telah tercapai.

Kata kunci: Kemampuan Membaca,Media Kartu Huruf

PENDAHULUAN
Standar Isi satuan Pendidikan Dasar dan Menengah untuk kelas 1 SD
(Depdiknas, 2006 : 149) menjelaskan bahwa berbahasa dan bersastra meliputi empat
aspek, yaitu: aspek mendengarkan, aspek berbicara, aspek membaca, aspek menulis.
Keempat aspek kemampuan berbahasa dan bersastra tersebut memang berkaitan erat
sehingga merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Membaca merupakan salah satu
jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan
membaca seorang akan memperoleh informasi, memperoleh ilmu dan pengetahuan serta
pengalaman- pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan akan memungkinkan
seseorang mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas
wawasannya ( Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 2001:50 ). Keterampilan membaca yang
diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap keterampilan
membaca lanjut, sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka

Ade ratna Pertiwi Tanjong1, Meita Fitriani2, Rahya3 (Tanpa Gelar)


698
keterampilan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian guru, membaca
permulaan di kelas I merupakan pondasi bagi pengajaran selanjutnya.
Sebagai pondasi haruslah kuat dan kokoh, oleh karena itu harus dilayani dan
dilaksanakan secara berdaya guna dan sungguh-sungguh. Kesabaran dan ketelitian sangat
diperlukan dalam melatih dan membimbing serta mengarahkan siswa demi tercapainya
tujuan yang diharapkan, ( Darmiyati Zuhdi dan Budiasih, 2001: 57). Berdasarkan uraian
di atas, peneliti menemukan permasalahan dalam mengajarkan membaca permulaan pada
siswa kelas 1 di SD Negeri 9 Langkahan kabupaten Aceh Utara yang mana kemampuan
membaca siswa masih rendah, rendahnya kemampuan membaca ini didapati dari hasil tes
membaca lancar dan membaca nyaring dari 25 siswa, 16 diantaranya membacanya masih
belum tepat, hal ini dikarenakan perhatian siswa hanya terfokus pada menit awal hingga
pada kegiatan inti,siswa cenderung ramai tetapi tidak dalam suasana belajar sehingga materi
yang disampaikan tidak terserap sepenuhnya dan dipahami oleh siswa.
Siswa kelas 1 ini sudah dalam taraf mengenal huruf akan tetapi 64% atau 16 siswa
masih kesulitan dalam membaca lancar dengan lafal dan intonasi yang tepat. Ini tercermin
dari tes keterampilan membaca nyaring dengan aspek pengamatan ketepatan menyuarakan
tulisan, lafal, intonasi, serta kejelasan dalam membaca tes tertulis menjawab beberapa
pertanyaan melengkapi kosakata berkaitan dengan pembelajaran. Hasil penilaian tersebut,
rata-rata siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 50 sedangkan
KKM yang ditetapkan yaitu 60. Dari rata-rata tersebut persentase ketuntasan dari 25 siswa,
ada sebanyak 16 atau 64% siswa yang belum tuntas. Permasalahan lain yang ditemukan
yaitu kurangnya penggunaan media pembelajaran yang menarik dalam kegiatan belajar
membaca permulaan, pembelajaran masih model konvensional, pembelajaran masih
berpusat pada guru, strategi yang digunakan guru belum tepat. Hal ini dapat dibuktikan
dengan adanya peran guru yang terlalu menguasai kelas.
Berdasarkan analisis permasalahan yang terjadi pada siswa kelas 1 di SD Negeri 9
Langkahan, penulis merasa perlu untuk memperbaiki pola pembelajaran,kualitas dan mutu
pendidikan di SD Negeri 9 Langkahan terutama dalam hal kemampuan membaca
permulaan dengan cara menggunakan media yang dianggap mampu memecahkan masalah
di atas karena media ini merupakan media kartu huruf yang menarik dan warna warni,
media ini merupakan media hasil karya sendiri yang dibuat aman, menarik, dan
menyenangkan. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dengan metode, strategi, teknik
dan model pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca
permulaan yang dapat memperbaiki kondisi pembelajaran yang terjadi di SD Negeri 9
Langkahan Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas maka peneliti tertarik untuk
melakauan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul: “PENGGUNAAN MEDIA KARTU
HURUF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN
PADA ANAK KELAS 1 SD NEGERI 9 LANGKAHAN KECAMATAN LANGKAHAN
KABUPATEN ACEH UTARA
Membaca permulaan yang di laksanakan di kelas I adalah agar siswa dapat
membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat, Hal ini
disampaikan oleh Herusantoso ( Saleh Abbas, 2006 : 103 ) menyebutkan tujuan
membaca permulaan diantaranya adalah : a) Pembinaan dasar-dasar mekanisme
membaca, b) mampu memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang diucapkan
dengan intonasi yang wajar, dan c) membaca kalimat sederhana dengan lancar dan tepat.

Ade ratna Pertiwi Tanjong1, Meita Fitriani2, Rahya3 (Tanpa Gelar)


699
( Azhar Arsyad, 2007: 15) berpendapat bahwa pemakaian media pembelajaran
dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru serta
membangkitkan motifasi dan rangsangan kegiatan belajar.
Ratnawati ( Suyanto,2012:108 ) mengungkapkan bahwa, melalui media kartu huruf
yang di implementasikan melalui permainan,dapat merangsang untuk lebih cepat mengenal
simbol-simbol huruf, membuat minat anak semakin kuat untuk bereksplorasi dalam
menemukan kosa kata baru, dengan cara merangkaikan simbol-simbol huruf tersebut.
Maimunah Hasan (2009:66) menyatakan bahwa beberapa manfaat yang dapat diambil dari
permainan kartu huruf yaitu: Dapat membaca dengan mudah. Permainan kartu huruf dapat
membantu anak untuk mengenal huruf dengan mudah,sehingga membantu anak-anak dalam
kemampuan membacanya, mengembangkan daya ingat otak kanan. Permainan kartu huruf
dapat mengembangkan kemampuan otak kanan karena dapat melatih kecerdasan emosi ,
kreatif, dan intuitif, memperbanyak pendaharaan kata. Permainan kartu huruf terdapat gambar
dan tulisan dari makna gambar yang tertera pada kartu, sehingga dapat memperbanyak
perbendaharaan kata yang dimiliki anak-anak.

METODE PENELITIAN
Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Tindakan Kelas (classroom action
research). Menurut Kemmis dan Mc. Taggart (Muslich, 2010:08), Penelitian Tindakan Kelas
adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, yang
dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri. Pernyataan tersebut
didukung oleh pernyataan ahli lain. Yakni Suyanto (Muslich, 2010:09) yang mengungkapkan
bahwa PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-
tindakan tertentu agar guru dapat meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran di kelas secara
profesional. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Penelitian Tindakan Kelas
merupakan suatu kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk meningkatkan mutu proses
pembelajaran yang dilakukan secara sistematis dengan melalui beberapa tahap, yakni tahap
merencanakan, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa
siklus secara kolaboratif dan partisipatif.
Menurut Kurt Lewin (Kunandar, 2008:42), penelitian tindakan adalah suatu rangkaian
langkah yang terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi
yang keempat tahap tersebut merupakan satu siklus tindakan. Setelah keempat tahap dalam
satu siklus tersebut dilakukan dan jika dirasa hasil yang diperoleh dari siklus pertama belum
memenuhi target, maka akan dilanjutkan pada siklus yang kedua. Hal tersebut sering disebut
dengan desain penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan desain penelitian yang
dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Arikunto, 2010:17) seperti yang tampak
pada gambar berikut.

Ade ratna Pertiwi Tanjong1, Meita Fitriani2, Rahya3 (Tanpa Gelar)


700
Gambar 1. Model siklus PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart
Berikut perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang perlu dilakukan peneliti dalam
penelitian tindakan kelas dalam Sukardi (2012: 213):
Perencanaan.
Rencana merupakan serangkaian tindakan terencana untuk meningkatkan apa yang telah
terjadi. Rencana tindakan harus beorientasi ke depan, perencanaan yang dikembangkan harus
fleksibel untuk mengadopsi pengaruh yang tidak dapat dilihat dan rintangan yang tersembunyi.
Perencanaan dalam penelitian tindakan sebaiknya lebih menekankan pada sifat strategi yang
mampu menjawab tantangan yang muncul dalam perubahan sosial dan mengenal rintangan
yang sebenarnya.
Tindakan.
Tindakan yang terkontrol secara seksama, dalam tindakan harus hati-hati dan merupakan
kegiatan praktis yang terencana. Tindakan dibantu dan mengacu kepada rencana yang rasional
dan terukur.
Observasi.
Observasi pada penelitian tindakan mempunyai fungsi mendokumentasi implikasi tindakan
yang diberikan kepada subjek. Maka observasi harus mempunyai beberapa macam unggulan
seperti: memiliki orientasi prospektif, memiliki dasar-dasar reflektif waktu sekarang dan masa
yang akan datang. Observasi yang baik adalah observasi yang fleksibel dan terbuka untuk dapat
mencatat gejala yang muncul baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan.
Refleksi.
Langkah ini merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah
dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi. Langkah reflektif
mencari alur pemikiran yang logis dalam rangka kerja proses, problem, isu dan hambatan yang
muncul dalam perencanaan tindakan strategi. Langkah ini juga dapat menjawab variasi situasi
sosial dan isu sekitar yang muncul sebagai konsekuensi adanya tindakan rencana.

Ade ratna Pertiwi Tanjong1, Meita Fitriani2, Rahya3 (Tanpa Gelar)


701
Lokasi dan Waktu Penelitian.
Penelitian ini akan dilaksanakan oleh peneliti di SD Negeri 9 langkahan yang beralamat di
Jln.Exxon Mobil Blok A Seureuke kecamatan langkahan kabupaten Aceh Utara. Penelitian ini
akan dilaksanakan pada bulan Oktober-November semester ganjil tahun ajaran 2020/2021.
Sumber Data.
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah seluruh siswa kelas 1 yang berjumlah
25 orang siswa,teman sejawat (guru) sebagai observasi dan kolaborasi, serta dokumen sekolah
yang berupa nilai-nilai hasil belajar siswa sebelumnya di SDN 9 Langkahan kabupaten Aceh
Utara.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data.
Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes. Tes tertulis
digunakan pada akhir siklus I dan siklus II.Sesuai dengan bentuk penelitian, maka teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Teknik Tes, Teknik yang
dilakukan pada setiap proses pembelajaran menggunakan teknik instrument soal (tes tulis) soal
yang diberikan adalh soal uraian. (2) Obsevasi, Observasi yang dilakukan peneli menggunakan
lembaran instrument untuk melihat kegiatan siswa dalam proses pembelajaran diantaranya
adalah aktivitas siswa pada saat melakukan diskusi dalam kelompoknya,observasi yang
dilakukan guru kolaborasi sebagai observasi pada saat proses belajar mengajar berlangsung
Alat Pengumpulan Data.
Alat Pengumpulan Data meliputi: (1) Tes tertulis, terdiri dari 10 soal uraian (2) Non Tes,
meliputi observasi dan dokumen (3) Lember Kerja Peserta Didik.
Analisis Data
Analisi data yang digunakan dalam proses penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif yang
terdiri dari: (1) Kemampuan belajar, dengan menggunakan analisis deskriptif komperatif yaitu
dengan membandingkan nilai tes antar siklus. (2) Observasi dengan analisis deskriptif
berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa dengan observasi PBM guru serta refleksi pada
siklus I dan siklus II
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang
terdiri dari dua siklus , setiap siklus melaksanakan satu kali pembelajaran dan setiap
pembelajaran menggunakan satu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan pada setiap
akhir pembelajaran melakukan suatu proses penilaian. Dalam setiap siklus dilaksanakan empat
tahap. (1).Perencanaan, Peneliti melaksanakan perencanaan tindakan dengan membuat RPP,
alat peraga, LKPD, instrumen soal, dan bahan ajar yang sesuai. (2).Pelaksanaan, pelaksanaan
tindaka pembelajaran dilakukan sesuai dengan standar proses yaitu: (2.1)Kegiatan
pendahuluan; memberi salam, membaca doa, apersepsi,mengecek kehadiran siswa, mengelola
kelas dengan baik, memberi motivasi agar pembelajaran menyenangkan. (2.2)Kegiatan inti;
Kegiatan inti harus mulai dengan kegiatan eksplorasi, lalu elaborasi, dan konfirmasi.
(2.3)Kegiatan penutup; membuat kesimpulan pembelajaran berdasarkan konfirmasi,memberi
pesan moral kepada siswa dalam karakter bangsa dan memberikan rencana tindak lanjut
pembelajaran/pemberian tugas (PR). (3)Observasi, Observasi dilakukan oleh peneliti terhadap
siswa dalam proses pembelajaran dan terhadap peneliti yang melaksanakan pembelajaran, hasil

Ade ratna Pertiwi Tanjong1, Meita Fitriani2, Rahya3 (Tanpa Gelar)


702
observasi akan direka dalam lembar observasi yang telah disiapkan dan hasilnya akan
dideskripsikan oleh pengamat yang akan dikonfirmasi kepada guru peneliti, hasil konfirmasi
tersebut adalah tentang keberhasilan pembelajaran dan kegagalan pembelajaran. (4)Refleksi,
refleksi dilakukan atas konfirmasi antara observasi dengan guru peneliti sehingga mendapatkan
kesepakatan tentang keberhasilan dan kegagalan dalam pembelajaran, sehingga refleksi
merupakan cerminan dari keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan pembelajaran yang
dilaksanakan peneliti.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Data yang diperoleh tes awal adalah ketuntasan belajar siswa kelas 1 SDN 9 Langkahan
sebesar 36% dari 25 siswa yang tuntas, dan 64% dari 25 siswa yang tidak tuntas. Data ini
menunjukkan bahwa kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 SDN 9 Langkahan masih
berada pada kategori kurang. Hasil kemampuan membaca permulaan siswa dikumpulkan
melalui lembar observasi dengan berpatokan pada lima aspek, yaitu (1) ketepatan menyuarakan
tulisan, (2) kewajaran lafal, (3) kewajaran intonasi, (4) kejelasan suara, dan (5) kelancaran
membaca (Dibia, dkk,2005:102).
Siklus I
Berdasarkan observasi persentase hasil kemampuan membaca permulaan siswa pada
siklus I pertemuan1 sebesar 57,2%, selanjutnya pada siklus I pertemuan 2 sebesar 61,6%, masih
dalam kategori kurang. Hasil observasi keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajara pada
siklus I di pertemuan 1 adalah dengan skor 27 rata-rata 2,45 masih dalam kategori rendah, pada
siklus I di pertemuan 2 perolehan skor menjadi 35 rata-rata 3,18 dalam kategori sedang. Telah
terjadi peningkatan dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 pada siklus I, walau sudah mengalami
peningkatan, namun masih terdapat hal-hal yang perlu dicermati yakni masih belum
tercapainya kategori keberhasilan pada kemampuan membaca permulaan siswa, sehingga
masih perlu ditingkatkan dan dilanjutkan ke siklus II.
Berdasarkan hasil observasi selama pelaksanaan tindakan siklus 1, adapun kendala-
kendala yang dihadapi sebagai refleksi yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan tindakan
pada siklus II terkait dengan proses pembelajaran yakni sebagai berikut: (1) siswa belum
sepenuhnya mampu mengikuti proses pembelajaran yang di terapkan kerena kurang
ketertarikan siswa terhadap pelajaran membaca, (2) guru belum mampu mengkondisikan siswa
dalam kegiatan pembelajaran membaca, kerena lemahnya konsentrasi siswa dan masih banyak
siswa yang sulit diatur saat pembelajaran berlangsung, (3) Kurang seriusnya dalam mengikuti
pembelajaran hal ini dapat dilihat ketika proses pembelajaran berlangsung, masih ada beberapa
siswa yang ribut dan bermain-main dengan teman sebangkunya sehingga pembelajaran
membaca belum maksimal, (4) guru hanya memberikan penguatan kepada siswa saja dan
kurang memotivasi siswa yang lainnya untuk belajar sehingga mereka beranggapan guru itu
pilih kasih dan dapat menurunkan minat belajar mereka pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
Berdasarkan temuan saat refleksi tersebut, maka untuk tahap selanjutnya masih perlu
diupayakan pola penerapan media kartu huruf dengan lebih optimal, sehingga kegiatan
pembelajaran siklus II menjadi lebih terarah dan meningkatkan bimbingan terhadap siswa
secara lebih intensif.
SiklusII
Proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II merupakan perbaikan dari
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Melalui proses perbaikan pembelajaran dari siklus I

Ade ratna Pertiwi Tanjong1, Meita Fitriani2, Rahya3 (Tanpa Gelar)


703
ke siklus II telah tampak adanya peningkatan kemampuan membaca permulaan siswa.
Persentase rata-rata kemampuan membaca permulaan pada siklus II di pertemuan 1 adalah
73,2% selanjutnya di pertemuan 2 menjadi 80,4% dengan kategori Baik. Dilihat dari kriteria
keberhasilan yang telah ditentukan dalam penelitian ini, kemampuan membaca permulaan
siswa telah mencapai target yang ditentukan yakni 73,2% - 80,4% atau berada pada kriteria
baik. Maka dalam penelitian ini pelaksanaan tindakan sudah cukup dilakukan dalam dua siklus.
Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan siklus II adalah
sebagai berikut. (1) Pada pelaksanaan tindakan siklus II, siswa sudah mampu mengikuti
pembelajaran dengan media kartu huruf yang telah diharapkan. Peran guru adalah sebagai
fasilitator dan mediator dalam pembelajaran. (2) secara umum proses pembelajaran siswa telah
dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dibuat. (3) siswa
sudah menunjukkan antusiasme untuk mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan
media kartu huruf. Sehingga siswa menjadi lebih mudah dalam belajar membaca. (4) kondisi
kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung tampak tenang sehingga pembelajaran dapat
berlangsung secara optimal. (5) siswa sudah mampu membaca dengan lancar dan dengan
intonasi yang tepat dengan menggunakan kartu huruf.
Pembahasan
Kemampuan membaca permulaaan Pada penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
dalam dua siklus ini menunjukkan terjadinya peningkatan kemampuan membaca permulaan
dengan menerapkan media kartu huruf pada siswa kelas 1 SDN 9 Langkahan. Peningkatan
tersebut dapat dilihat dari skor rata-rata yang diperoleh tiap siklus, yaitu siklus I 61,6% dan
siklus II 80,4%. Pada siklus I kemampuan membaca dengan kriteria kurang. Hal ini disebabkan
karena siswa belum sepenuhnya mengikuti proses pembelajaran yang diterapkan karena kurang
ketertarikan siswa terhadap pelajaran membaca. Lemahnya konsentrasi siswa dan masih
banyak siswa yang sulit diatur saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam pembelajaran
sebelumnya guru belum pernah menggunakan media, sehingga pada saat menggunakan media
banyak siswa yang melamun.
Berdasarkan kendala tersebut, dilakukan beberapa perbaikan tindakan dengan
melakukan kegiatan, yaitu guru meperhatikan / menyampaikan hasil penilaiaan pada siklus I
tentang kemampuan membaca permulaan siswa dengan harapan siswa yang lain termotivasi
untuk melaksanakan pembelajaran. Guru menyampaikan kriteria penelitian yang akan
digunakan dalam penilaian kemampuan membaca perrmulaan. Hal ini dilakukan agar siswa
memahami dan melaksanakan pembelajaran dengan optimal serta dapat meningkatkan rasa
keingintahuaan mereka dalam menemukan konsep mengenai materi pembelajaran.
Setelah diadakan perbaikan padasiklus II, diperoleh kemampuan membaca permulaan
yang mengalami peningkatan, pada siklus II kemampuan membaca permulaan dengan kriteria
baik. Kriteria keberhasilan yang ditentukan peneliti terhadap kemampuan membaca permulaan
dalam penerapan media kartu huruf adalah pada kriteria baik. Sehingga penelitian sudah cukup
dilaksanakan karena sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti.
Dengan peningkatan tersebut, maka dapat disimpulkan penerapan media kartu huruf pada
pembelajaran Bahasa Indonesia meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1
SDN 9 Langkahan. Dapat juga disimpilkan bahwa penelitian ini telah berhasil dilakukan. Ini
terbukti dari peningkatan hasil kemampuan membaca permulaan dari sikus I 61,6% menjadi
ke siklus II 80,4%.
Pada pelaksanaan siklus I hasil yang diperoleh dari kemampuan membaca permulaan
siswa sebesar 61.6% jika dikonversikan kedalam kriteria Penelitian Acuan Patokan Skala Lima
tentang hasil kemampuan membaca permulaan siswa, berada pada rentang 60%-70% dengan
kategori kurang, dan pada pelaksanaan siklus II hasil yang diperoleh dari kemampuan
membaca permulaan siswa sebesar 80,4%, jika dikonversikan ke dalam Kriteria Penelitian
Acuan Patokan Skala Lima tentang hasil kemampuan membaca permulaan siswa berada pada

Ade ratna Pertiwi Tanjong1, Meita Fitriani2, Rahya3 (Tanpa Gelar)


704
rentang 80%-90% dengan kategori baik. Peningkatan hasil belajar siswa merupakan proses
pengembangan kompetensi professional guru (Hartini, 2019). Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa kompetensi profesional guru melalui penelitian (Supriyanto, Hartini,
Syamsudin, and Sutoyo, 2019).

90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00% Tes Awal
40,00% Pertemuan 1
30,00% Pertemuan 2

20,00%
10,00%
0,00%
siklus I Siklus II

Gambar 2. Grafik Kemampuan Membaca Permulaan

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan
sebagai berikut. Setelah diterapkannya media kartu huruf dalam pembelajaran membaca
permulaan siswa kelas1 SD Negeri 9 Langkahan tahun ajaran 2020/2021 terjadi peningkatan
dari siklus I ke siklus II sebesar . Dengan ketuntasan keseluruhan sebesar 61,6% pada siklus
I, dan 80,4% pada siklus II. Dengan demikian penerapan media kartu huruf dapat
meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 SD Negeri 9 Langkahan tahun
ajaran 2020/2021. Berdasarkan simpulan di atas dapat diajukan saran-saran sebagai berikut.
Sebaiknya guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran dalam proses atau setiap
pembelajaran yang dilakukan antara lain, proses pembelajaran diupayakan menggunakan
media pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi nyata, yang ada pada lingkungan sekitar
siswa, sehingga memberikan nilai bermakna pada pemahaman siswa tentang materi yang
sedang dipelajari, dan bagi guru sekolah dasar saat melaksanakan proses pembelajaran dikelas
hendaknya dapat menerapkan media kartu huruf dalam pembelajaran bahasa Indonesia untuk
meningkatkan membaca permulaan siswa kelas1, karena dapat menarik perhatian dan minat
siswa dalam pembelajaran membaca.

DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Saleh. (2006). Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah Dasar.
Jakarta:Depdiknas
Arsyad, Azhar. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Depdiknas. (2006). Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakatta: Depdiknas
Damiyati Zuchdi dan Budiasih. (2001). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Rendah. Yogyakarta: PAS.

Ade ratna Pertiwi Tanjong1, Meita Fitriani2, Rahya3 (Tanpa Gelar)


705
Dibia, dkk. (2005). Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Rendah Berorientasi Pada
Kurikulum 2004. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.
Hartini, S. (2019). Kompetensi Profesional Guru dalam Meningkatkan Motif Berprestasi
Peserta Didik: Studi di SDN Karangpucung 04 dan SDN Karangpucung 05 Kabupaten
Cilacap. Indonesian Journal of Education Management & Administration
Review, 3(1), 71-76.
Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Kemmis & Mc. Taggart. (2010). The Action Research Planner. Geelong. Deaken Univercity
Terbuka.
Maimunah Hasan, Trisniwati (2014). Peningkatan kemampuan Mengenal Huruf Melalui
metode Permainan Kartu Huruf Pada Kelompok B1 TK Aba Ketanggungan
Wiribrajan Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta
Ratnawati, Suyanto. (2012). “Gambaran Resiliensi Pada Pekerja Anak yang Mengalami
Abuse. Universitas Sumatera Utara. Volume. 1 Nomor. 2 Desember 2012.
Sukardi. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Supriyanto, A., Hartini, S., Syamsudin, S., & Sutoyo, A. (2019). Indicators of professional
competencies in research of Guidance and Counseling Teachers. Counsellia: Jurnal
Bimbingan dan Konseling, 9(1), 53-64.

Ade ratna Pertiwi Tanjong1, Meita Fitriani2, Rahya3 (Tanpa Gelar)


706

Anda mungkin juga menyukai