ANTROPOLOGI BIOLOGI
Disusun Oleh:
Agnes Hemas Aksata
2106633941
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2022
ANTROPOLOGI BIOLOGI
Multispecies Anthropology
Kemajuan peradaban manusia tidak akan jauh dari bagaimana manusia berpikir
dan melihat sekitarnya. Salah satu bentuk kemajuan peradaban ditandai dengan
hubungan manusia dengan spesies lain. Dalam esai ini, penulis akan menggunakan
spesies virus, sebagai salah satu objek kajian antarspesies. Selama kurun waktu dua
tahun, manusia harus berhadapan dengan Covid-19 yang menyebabkan banyaknya
kerugian, tetapi juga perkembangan dalam ilmu pengetahuan, salah satunya antropologi,
baik budaya, sosial, politik, ekonomi, maupun kesehatan. Dalam menganalisis kajian
Covid-19, antropologi sebagai studi yang mempelajari manusia, hadir dengan sudut
pandang antarspesies sebagai bentuk kajian pada Covid-19 dengan manusia.
Kajian multispesies menurut Hartigan Jr. (2014) adalah sebuah cabang ilmu
antropologi yang mencoba melihat dari perspektif spesies lain untuk melihat bagaimana
intelegensi, sifat, dan budaya dari sebuah spesies dapat berpengaruh pada manusia dan
spesies itu sendiri. Pada esai ini penulis menggunakan cabang multispesies untuk
menganalisis fenomena Covid-19 dalam lingkup antropologi dan bagaimana sifat dan
pengaruhnya pada kehidupan manusia. Pendekatan multispesies tidak hanya tertutup
pada Covid-19 saja, tetapi pada kajian ini akan lebih melihat bagaimana Covid-19
mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia.
Antropolog politik dan antropologi ekonomi menjadi dua hal yang saling
berikatan satu dengan lainnya. Antropologi politik yang meninjau kehidupan manusia
dari aspek politik dan antropologi ekonomi yang meninjau dari segi ekonomi
memberikan titik temu pada interseksi dalam kehidupan manusia secara nyata dan jelas.
Kedua hal tersebut saling berhubungan satu dengan lainnya. Antropologi politik sebagai
bentuk pendekatan antropologi dalam sudut pandang kekuasaan manusia dan
antropologi ekonomi sebagai bentuk pendekatan pada bagaimana manusia melakukan
tindakan ekonomi yang juga memiliki hubungan dengan kekuasaan dan power adalah
dua hal yang tidak dapat dilepaskan (Carrier, 2005; Kurtz, 2001). Pendekatan politik
dan ekonomi menjadi satu subbagian yang sama, sehingga penulis akan menganalisis
bagaimana perubahan politik dan ekonomi saling resiprokal dan mempengaruhi satu
dengan lainnya.
Figure 2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Tahun 2020
Sumber: BPS
Semenjak pertama kali muncul wabah Covid-19 dan menjadi perhatian dunia
karena menjadi pandemi global, ekonomi global mulai kolaps, terutama Indonesia.
Menurut Kemenkeu (2021) dan BPS (2021) saat pertama kali diumumkan bahwa
Covid-19 adalah sebuah krisis global dan pandemi global, hampir seluruh negara di
dunia mengalami kontraksi ekonomi yang dalam, terutama Indonesia yang hampir
menyentuh angka 10%. Masalah ini dikarenakan Covid-19 mempengaruhi bagaimana
pola perilaku masyarakat dan kebijakan-kebijakan di dunia, mengenai pembatasan
sosial, sehingga memberikan pengaruh kontraksi yang cukup besar di seluruh dunia.
Antropologi ekonomi dengan pendekatan multispesies melihat ini sebagai bentuk
hubungan antara manusia dengan Covid-19 dalam hal ekonomi. Hubungan antara
manusia dengan Covid-19 bersifat resiprokal dan berkelanjutan, dalam konteks ini
ekonomi sangat mengalami krisis. Pada gambar di atas, dapat dilihat dan ditinjau
bahwa, sebelum peraturan mengenai Covid-19 perekonomian masih tinggi, setelah
adanya peraturan mengenai Covid-19 perekonomian mulai tumbang.
Perubahan yang begitu drastis dalam pemetaan ekonomi dunia menyebabkan
perubahan-perubahan pola ekonomi dunia. Salah satu bentuk perubahan ekonomi dunia
adalah transaksi daring yang mulai digunakan sebagai bentuk perekonomian baru dan
budaya baru. Hal ini dikarenakan selama pandemi, masyarakat dihimbau untuk tidak
melakukan kontak fisik dan jaga jarak sosial dengan sesama. Antropolog melihat ini
sebagai bentuk perubahan ekonomi, terutama hubungannya dengan antropologi
ekonomi yang melihat kebijakan pemerintah dan ekonomi sebagai faktor perubahan
dalam manusia itu sendiri (Carrier, 2005; Hartigan Jr., 2014; Larsen, 2019).
Faktor-faktor ini sebenarnya tidak lepas dari bagaimana antropologi melihat budaya,
ekonomi, sosial, dan politik. Namun, pada subbagian ini penulis akan lebih menekankan
bagaimana perubahan-perubahan ekonomi di dunia akibat Covid-19 dalam sudut
pandang antropologi.
Antropolog melihat kondisi ini sebagai bentuk interseksi spesies dan pendekatan
multispesies dalam hal ekonomi dan sosial politik. Terlihat pada beberapa kebijakan
pemerintah dalam bentuk politik yang memberikan dampak pada ekonomi
internasional. Mengutip Carrier (2005) dalam perkembangan antropologi ekonomi,
sosial politik memiliki peran besar dalam pembentukan dan perealisasian bagaimana
suatu ekonomi dapat terjadi di masyarakat. Aspek ekonomi adalah sebuah aspek hasil
dari perubahan-perubahan masyarakat dalam sudut pandang sosial dan budaya dengan
menggunakan pendekatan multispesies. Interseksi tersebut menghasilkan
perubahan-perubahan dan dinamika dalam lingkup politik manusia dan masyarakat
dunia. Sudut pandang multispesies menunjukkan bahwa sebenarnya Covid-19
memberikan sumbangasih pada perkembangan dan runtuhnya ekonomi serta politik di
dunia.
Pada dasarnya, interseksi antara budaya dengan ekonomi dan politik masih
sering terjadi. Antropolog melihat hal tersebut sebagai sebuah interseksi dan
multispesies dari Covid-19 itu sendiri. Budaya manusia, Covid-19, ekonomi, dan sosial
politik sebenarnya saling beririsan satu dengan lain pada individu dan masyarakat itu
sendiri (Carrier, 2005; Jobling et al., 2014; Nelson, 2020). Interaksi-interaksi antara
Covid-19 dengan manusia ini memberikan pengembangan bagaimana ekonomi
mengalami perubahan. Antropologi ekonomi memiliki peran yang cukup signifikan
dalam memberikan bantuan berupa tinjauan dan analisis sehingga dapat tercapai
proses-proses perkembangan yang signifikan dalam kemanusiaan. Carrier (2005)
menulis bahwa manusia melihat cost-benefit analysis, sehingga dalam hal ini,
antropolog melihat bahwa manusia akan memanfaatkan cost-benefit yang ada untuk
perkembangannya melawan Covid-19
Meskipun mengalami kolaps selama kurun waktu dua tahun, masyarakat mampu
kembali bangkit dan mengembangkan ekonominya menjadi lebih baik lagi. Hal ini
ditandai dengan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di setiap negara setelah masa
transisi pandemi ini. Ditinjau dari segi multispesies, hal ini sangatlah dipengaruhi oleh
bagaimana evolusi manusia dan adaptasi manusia untuk terus berkembang dan hidup
melawan Covid-19. Mengutip dari Pratiwi (2022) pertumbuhan ekonomi Indonesia
selama tahun 2021 meningkat kurang lebih sebanyak 3% setelah mengalami kontraksi
pada tahun 2020. Antropolog dapat melihat ini sebagai suatu adaptasi dan evolusi
manusia dalam menghadapi perubahan yang dinamis dan signifikan dari adanya
Covid-19 ini. Indonesia yang awalnya belum siap melawan dan menghadapi pandemi,
mau tidak mau harus menghadapinya. Namun, setelah terpuruk pun Indonesia berhasil
mengembalikan posisi stabilitas ekonominya dan mengalami perkembangan ke arah
yang lebih baik.
Aspek terakhir yang akan penulis tinjau dalam tulisan ini adalah bagaimana
kehidupan sosial berubah secara drastis pada saat pandemi dan transisi pandemi itu
sendiri. Kehidupan sosial masyarakat banyak mengalami perubahan pada saat pandmei
mulai hadir di Indonesia, salah satu bentuknya adalah perubahan pendidikan dan social
life dari setiap individu di suatu komunitas. Perubahan social life dengan adanya social
distancing dan isolasi menjadi bentuk-bentuk nyata adanya perubahan dalam pola sosial
masyarakat. Menggunakan pendekatan multispesies, kehidupan sosial manusia dapat
ditelaah dengan menggunakan antropologi sosial. Antropologi sosial tidak akan terlepas
dari bagaimana antropologi budaya hadir, tetapi pada hakekatnya antropologi sosial
adalah disiplin ilmu yang berfokus pada bagaimana suatu individu melakukan hubungan
dengan individu lainnya dalam sudut pandang sosial bukan budaya (Doda, 2005).
Agama menjadi salah satu bentuk yang mengalami dampak dari adanya
Covid-19. Antropolog menggunakan pendekatan multi spesies dapat melihat bahwa
dampak dari Covid-19 pada ibadat dan ritual-ritual agama sangatlah signifikan, seperti
dengan adanya kewajiban untuk social distancing ritual agama yang semula dilakukan
di tempat beribadah dan berkumpul bersama harus dihilangkan dan digantikan dengan
sosial lainnya. Saptoka (2020) menjelaskan bahwa adanya ibadat agama yang dilakukan
komunitas mengikat perasaan-perasaan tiap individu dan menjadi coping mechanism
tiap individu untuk semakin dekat dan intim dengan sesama pemeluk. Namun, semenjak
adanya pandemi Covid-19 ini, keintiman tiap anggota mulai memudar, dikarenakan
adanya larangan dan bentuknya digantikan oleh bentuk lainnya. Dampak ini, cukup
signifikan apabila dikaji menggunakan sosiokultural antropologi, karena sosial dari
masyarakat yang terdampak mempengaruhi kultur dari masyarakat itu sendiri.
Covid-19 sebagai salah satu agen perubahan sosial menjadi kajian multispesies
dalam antropologi sosial. Meskipun, Covid-19 pada paparan di atas memberikan
efek-efek buruk, tetapi apabila dilihat lebih dalam Covid-19 dalam paparan antropologi
sosial juga memberikan efek-efek positif yang tidak terlihat. Mengutip Saptoka (2020)
dan Malani (2022) mengajarkan manusia bagaimana beradaptasi dengan tantangan baru
dan tiba-tiba. Dalam aspek sosialnya masyarakat harus belajar untuk melakukan coping
mechanism secara terus menerus tanpa mengetahui kapan pandemi selesai dan harus
beradaptasi. Hal ini menunjukkan bahwa Covid-19 membuktikan bahwa manusia dapat
beradaptasi pada segala kondisi dan mengalami perubahan signifikan, baik dalam sosial
masyarakat, maupun sosial individu. Antropologi sosial melihat Covid-19 sebagai
bentuk perubahan-perubahan masyarakat secara sosial menjadi lebih hidup dan lebih
sadar bahwa terdapat kekurangan-kekurangan yang harus dibenahi dan diperbaiki.
Pada subbagian ini penulis akan meninjau lebih jauh bagaimana antropologi
melakukan berbagai intervensi pada kehidupan masyarakat melalui applied
anthropology atau antropologi terapan. Antropologi terapan sendiri adalah salah satu
sub disiplin antropologi yang mempelajari bagaimana kritik, analisis, dan tinjauan
antropologi dapat memberikan sumbangan pada kehidupan masyarakat. Antropologi
seiring berkembangnya waktu, memberikan masukan dan pengembangan serta
penerapannya dalam praktis sehari-hari, sehingga sub disiplin ilmu antropologi terapan
muncul. Antropologi terapan lebih mengedepankan aspek pembentukan kebijakan,
evaluasi, dan bagaimana dapat memberikan dampak praktis pada masyarakat Van
Willigen (2002). Pada subab ini penulis akan meninjau bagaimana Covid-19
mempengaruhi antropologi terapan dengan pendekatan multispesies.
Kebijakan-kebijakan baru tidak hanya berimbas pada manusia saja, tetapi juga
mempengaruhi spesies lain. Kajian multispesies terutama Covid-19 melihat bahwa
adanya kebijakan-kebijakan baru ini memberikan daya saing dan perlawanan melawan
Covid-19 sebagai sebuah germ dan penyakit. Penulis melihat bahwa pengaplikasian
secara praktis ilmu-ilmu antropologi secara nyata dapat terlihat dari bagaimana negara
dan dunia melakukan perumusan kebijakan. Karena sejatinya antropologi sebagai suatu
ilmu yang mempelajari “how to become human” bisa memberikan pengaruh lebih
dalam terkait bagaimana dunia membentuk kebijakan-kebijakan terkait Covid-19. Van
Willigen (2002) menjelaskan bahwa sebagai antropolog, kita dapat melakukan
kajian-kajian terkait bagaimana suatu ilmu dapat diaplikasikan secara praktis pada
sebuah kebijakan dan komunitas yang ada.
Pada akhirnya, penulis memiliki argumen yang kurang lebih sama dengan
Adams dan Nading pada jurnalnya yang berjudul “Medical Anthropology in the Time of
COVID-19”. Penulis juga mengkritisi pemerintah, karena pemerintah memberlakukan
kebijakan-kebijakan yang tidak memperhatikan masyarakat dan budaya yang ada, tetapi
memberlakukan kebijakan-kebijakan yang semena-mena dan memperhatikan ekonomi
semata. Hal ini sejalan dengan pemaparan sebelumnya mengenai antropologi ekonomi
dan politik, yang memperlihatkan bagaimana kekuasaan juga berhubungan dengan
ekonomi itu sendiri (Carrier, 2005; Kurtz, 2001). Penulis juga menekankan kembali
bahwa antropologi ekonomi dan politik, sejatinya memiliki hubungan dekat dengan
antropologi terapan, karena pada dasarnya kedua pendekatan tersebut menjadi cikal
bakal terbentuknya pengaplikasian kebijakan untuk komunitas dan masyarakat. Penulis
menggunakan pendekatan multispesies melihat bahwa sebaiknya pemerintah juga
memperhatikan spesies dan lingkungan sebagai pembentuk manusia itu sendiri.
Sehingga, meskipun pemerintah memiliki urgensi untuk membentuk kebijakan,
pemerintah tetap terbuka pada kritik dan masukan sebagai bentuk evaluasi, karena
antropologi terapan sendiri, juga memperhatikan bagaimana manusia hidup
berdampingan dengan Covid-19.
Selama pandemi, manusia berevolusi menjadi pribadi yang lebih baik baik
secara fisiologis maupun psikologis. Evolusi manusia tidak terlepas dari bagaimana
lingkungan memberikan sumbangan terkait evolusi itu sendiri. Manusia telah melebihi
batas-batas dari yang seharusnya mereka tampung, dari yang melakukan social
distancing berbulan-bulan, bahkan setahun, serta kehilangan kehidupan sosial mereka,
manusia telah mulai berevolusi secara psikologis dan secara fisiologis (Fuentes, 2020;
Jobling et al., 2014; Nelson, 2020). Fuentes (2020) menjelaskan bahwa aspek psikologis
masyarakat berubah karena perubahan secara drastis dan mengalami resistensi dan
coping mechanism yang lebih baik dan lebih unggul.
Pola pikir dan kehidupan sosial budaya manusia berubah secara drastis dan
mengalami evolusi-evolusi. Sesuai dengan seleksi alamiah yang dikemukakan oleh
Darwin, manusia mengalami evolusi juga dan seleksi alam melawan Covid-19. Manusia
dalam sejarah peradaban umat manusia, selalu mengalami seleksi alam secara terus
menerus, baik secara fisik maupun psikologis (Jobling et al., 2014; Larsen, 2019;
Relethford, 2012). Evolusi-evolusi ini melahirkan manusia yang unggul secara
fisiologis maupun psikologis. Dalam konteks ini penulis mengaitkannya dengan
Covid-19 sebagai salah satu sumber perubahan dan evolusi dari manusia itu sendiri.
Penulis melihat bahwa pendekatan multispesies menjelaskan bahwa manusia bukanlah
titik tertinggi dari kehidupan di bumi, melainkan memiliki kesetaraan dan bukan
hierarki kekuasaan. Hal ini membuktikan bahwa manusia juga melakukan kompetisi
dengan kehidupan-kehidupan lain di bumi.
Adaptasi manusia pada saat pandemi ini juga dipermudah dengan adanya
bantuan-bantuan teknologi. Fuentes (2020) menjelaskan bahwa meskipun manusia
mengalami social distancing dan pembatasan, manusia masih bisa berhubungan di
genggaman jari. Hal ini mempermudah manusia untuk beradaptasi dengan lingkungan
yang baru dan melawan Covid-19 dengan cara yang lebih baik. Adaptasi ini tentu
adalah sebuah hambatan, tetapi juga pelajaran bagi manusia bahwa kebebasan itu tidak
ternilai harganya. Antropolog juga dapat mengkajinya dengan multispesies bahwa
manusia tidak lagi menjadi titik tertinggi entitas di bumi, melainkan manusia memiliki
posisi yang sama, sama-sama makhluk yang menepati bumi dan harus berbagi.
Kajian dari Higgins et al. (2020) menjelaskan bahwa aspek adaptasi manusia
terjadi di berbagai penjuru dunia, mulai dari beradaptasi dari awalnya memiliki
hubungan sosial dengan masyarakat lainnya, berubah menjadi bentuk online dan lewat
internet. Perubahan dan adaptasi juga dialami di penjuru dunia lain, manusia mulai
saling bahu membahu dan saling menolong dengan tujuan untuk saling beradaptasi
dengan kehidupan pandemi. Aspek lain yang mengalami adaptasi adalah bagaimana
kehidupan mahasiswa dan akademisi terjadi. Mengutip Giuntella et al. (2021)
perubahan aktivitas fisik, pola tidur, dan kesehatan mental menjadikan masyarakat lebih
adaptif melawan pandemi ini. Manusia beradaptasi dan berevolusi seiring berjalannya
waktu, evolusi dan adaptasi adalah bagian dari kehidupan itu sendiri (Jobling et al.,
2014).
Dengan berakhirnya pandemi ini juga manusia masih melakukan sifat-sifat dan
kebiasaan selama pandemi. Adaptasi mengenai pandemi ini melekat dalam kehidupan
manusia itu sendiri. Penulis melihat fenomena ini menggunakan perspektif multispesies
bahwa, Covid-19 menjadi spesies yang akan terus hidup berdampingan dengan manusia
dan manusia harus mulai beradaptasi dengan hal itu. Hal ini berarti sesuai dengan
pandangan multispesies bahwa semua spesies memiliki posisi yang sama tanpa adanya
hierarki atau dominasi dari satu spesies, melainkan harmoni antarspesies yang
menjadikan kehidupan berprogres di bumi. Adaptasi manusia masih dan akan terus
berkembang meskipun ada atau tidak adanya Covid-19. Covid-19 hanya menjadi katalis
dalam perkembangan dan adaptasi manusia itu sendiri, karena sejatinya manusia akan
selalu melewati evolusi dan adaptasi secara terus menerus karena adanya seleksi alam
itu sendiri.
Kesimpulan
“In different ways and for different reasons, a sense that the COVID-19 pandemic has
changed everything has come to dominate public, personal, and intellectual life. The
pandemic continues to precipitate simultaneous dread over what is to come and loss
over what appears to be gone forever, including loved ones, ways of life, and conceptual
and literal safety nets.” (Adams & Nading, 2020)
Covid-19 akan selalu menjadi bagian dari kehidupan yang tidak terpisahkan dari
manusia itu sendiri. Covid-19 juga akan selalu menjadi bekas dan pelajaran, karena
pandemi ini mengubah semuanya secara menyeluruh, bahkan setelah dua tahun
perlawanan, pemerintah memutuskan untuk mengubah status menjadi endemi dan
menjadi penyakit biasa. Sehingga, sampai nanti Covid-19 ada di bumi, hal ini dapat
dikaji melalui kajian antropologi multispesies.
Perspektif multispesies memberikan gambaran bahwa manusia dan Covid-19
ada dalam posisi yang sama tanpa lebih tinggi satu dengan lainnya. Etnografi
multispesies memberikan antropolog gambaran bahwa manusia dan Covid-19 saling
berinteraksi satu dengan lainnya, manusia mengalami perubahan dalam aspek
kehidupannya, Covid-19 juga mengalami perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
manusia itu sendiri. Hubungan resiprokal ini pada akhirnya dapat dikaji menggunakan
pendekatan multispesies.
Manusia juga belajar untuk berevolusi dan beradaptasi oleh hadirnya Covid-19
di bumi. Seperti yang sudah penulis analisis di atas, bahwa perubahan kehidupan
mendasar manusia disebabkan oleh Covid-19 ini berbentuk evolusi baik fisik maupun
psikologis. Adaptasi juga mulai dilakukan manusia, sehingga manusia bisa lebih
beradaptasi menghadapi dan mulai melakukan persiapan apabila dihadapkan dengan
situasi dan kondisi yang lebih mengancam dari Covid-19 nantinya. Pendekatan
antropologi juga menjadi bukti bahwa manusia saat dihadapkan dengan seleksi alam
seperti ini mengalami evolusi dan adaptasi yang lebih dari sebelumnya,
perubahan-perubahan dinamis dan radikal ini menjadi tanda bahwa manusia dan
masyarakat berkembang menjadi lebih baik. Penulis melihat bahwa permasalahan yang
diakibatkan oleh Covid-19 ini sangat komplek. Dengan berbagai analisis dan tinjauan
menggunakan pendekatan antropologi yang berbeda, tetapi tetap mengacu pada
pendekatan multispesies, penulis menemukan berbagai kajian menarik, bahwa manusia
yang sebelumnya tidak dipersiapkan untuk berhubungan dengan Covid-19 harus mulai
beradaptasi dan berevolusi untuk bertahan melawan Covid-19. Hal ini menunjukkan
bahwa kehidupan manusia mengalami peningkatan secara kualitas.
Meskipun Covid-19 adalah bagian dari antropologi biologi dan medis, tetapi
memiliki pengaruh secara tidak langsung pada keberlangsungan sosial, politik, budaya,
ekonomi, dan kebijakan-kebijakan yang ada. Pandangan-pandangan dalam antropologi
saling memiliki benang merah satu dengan lainnya. Dengan menggunakan pendekatan
multispesies dan cabang antropologi lainnya, penulis melihat bahwa manusia memiliki
banyak pelajaran yang bisa didapat dengan adanya pandemi Covid-19 ini, terlepas dari
banyaknya keburukan dan kerugian yang dialami. Pada akhirnya Covid-19 hadir
sebagai salah satu faktor yang memberikan manusia kesempatan untuk berevolusi dan
beradaptasi menjadi individu dan entitas yang lebih baik.
Pada akhirnya, Covid-19 memberikan pelajaran yang tidak akan terlupakan
dalam sejarah umat manusia. Manusia akan selalu mengingat perlawanan melawan
Covid-19 dalam berbagai aspek, serta pandemi ini akan menjadi penanda bahwa
manusia bukan lagi entitas tertinggi di bumi, melainkan manusia dan seluruh spesies
yang ada di bumi memiliki kesetaraan, dengan etnografi multispesies, antropologi
akhirnya dapat mengkaji bagaimana hubungan manusia dengan spesies lain. Sehingga,
dengan pendekatan ini, antropologi memiliki andil yang cukup besar dalam
penyumbangan ide-ide, kritik, dan analisis mendalam dalam hubungannya dengan
Covid-19. Penulis melihat bahwa antropolog masih dapat memberikan kritik dan
kajian-kajian lainnya dengan tujuan ilmu pengetahuan dan akademik yang bertujuan
membantu manusia untuk terus berhubungan dengan Covid-19
DAFTAR PUSTAKA
Adams, V., & Nading, A. (2020). Medical Anthropology in the Time of COVID-19.
Medical Anthropology Quarterly, 34(4), 461–466.
https://doi.org/10.1111/maq.12624
Djalante, R., Lassa, J., Setiamarga, D., Sudjatma, A., Indrawan, M., Haryanto, B.,
Mahfud, C., Sinapoy, M. S., Djalante, S., Rafliana, I., Gunawan, L. A., Surtiari, G.
A. K., & Warsilah, H. (2020). Review and analysis of current responses to
COVID-19 in Indonesia: Period of January to March 2020. Progress in Disaster
Science, 6(march), 100091. https://doi.org/10.1016/j.pdisas.2020.100091
Giuntella, O., Hyde, K., Saccardo, S., & Sadoff, S. (2021). Lifestyle and mental health
disruptions during COVID-19. Proceedings of the National Academy of Sciences of
the United States of America, 118(9). https://doi.org/10.1073/pnas.2016632118
Jobling, M., Hollox, E., Matthew, H., Kivisild, T., & Tyler-Smith, C. (2014). Human
Evolutionary Genetics (2nd ed.). Garland Science.
Larsen, C. S. (2019). Our Origins (5th ed.). W.W Norton & Company.
Lim, B. (2020). Covidiots and the clamour of the virus-as-question some reflections on
biomedical culture, futurity and finitude. Anthropology in Action, 27(2), 78–81.
https://doi.org/10.3167/aia.2020.270212
Malani, P. N. (2022). COVID-19 in 2022 — The Beginning of the End or the End of the
Beginning ? 30303, 1–2. https://doi.org/10.1001/jama.2022.9655
Nelson, B. (2020). The positive effects of covid-19. The BMJ, 369(May), 1–2.
https://doi.org/10.1136/bmj.m1785
Suratana, S., Tamornpark, R., Apidechkul, T., Srichan, P., Mulikaburt, T., Wongnuch, P.,
Kitchanapaibul, S., Yeemard, F., & Udplong, A. (2021). Impacts of and survival
adaptations to the COVID-19 pandemic among the hill tribe population of northern
Thailand: A qualitative study. PLoS ONE, 16(6 June), 1–16.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0252326
Publikasi Online
BPS. (2021). Ekonomi Indonesia 2020 Turun sebesar 2,07 Persen (c-to-c). Diakses
melalui URL
https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/02/05/1811/ekonomi-indonesia-2020-turu
n-sebesar-2-07-persen--c-to-c-.html