Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN DENGAN


TRAUMA KANDUNG KEMIH

Dosen Pembimbing :
Nasrul Hadi Purwanto, S.Kep., Ns., M.Kes

Disusun oleh :
Anisyah Putri (0119005)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
TA.2022

1
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa

Saya mempunyai fotocopy dari makalah ini yang bisa saya reproduksi jika makalah yang di
kumpulkan hilang atau rusak.

Makalah ini adalah hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali
yang telah dituliskan dalam referensi atau daftar pustaka serta tidak ada seorangpun yang
membuat makalah ini untuk saya.

Jika di kemudian hari terbukti ketidakjujuran akademik, saya bersedia mendapatkan sanksi
aturan yang berlaku.

Senin, 13 Maret 2022

Nama NIM Tanda Tangan Mahasiswa

Anisyah Putri 0119005

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin,
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah dengan
judul “Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan dengan Trauma Kandung Kemih / Bladder”
ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat.
Melalui makalah ini, saya berharap agar saya dan pembaca mampu menganalisis dengan baik
dan benar. Saya berharap agar makalah yang telah saya susun ini dapat memberikan
pengetahuan yang cukup bagi pembaca dan penulis yang lain. Saya juga berharap agar
makalah ini menjadi acuan yang baik dan berkualitas.

Mojokerto, 13 Maret 2022

Penulis

3
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan..................................................................................................................


Halaman Pernyataan........................................................................................................................
Halaman Kata Pengantar.................................................................................................................
Halaman Daftar Isi...........................................................................................................................
Halaman Daftar Tabel......................................................................................................................
Halaman Daftar Gambar..................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................................
B. Tujuan Umum......................................................................................................................
C. Tujuan Khusus.....................................................................................................................
D. Manfaat................................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi.................................................................................................................................
B. Etiologi.................................................................................................................................
C. Tanda dan Gejala.................................................................................................................
D. Patofisiologi ........................................................................................................................
E. Pemeriksaan Diagnostik....................................................................................................
F. Pengobatan / Terapi...........................................................................................................
G. Komplikasi.........................................................................................................................
H. Analisa data........................................................................................................................
I. Primary survey...................................................................................................................
J. Secondary survey...............................................................................................................
K. Diagnosa Keperawata ………………………………………………………………. 14
L. Intervensi keperawatan ……………………………………………………………... 14
M. Evaluasi keperawatan ………………………………………………………………. 16
BAB III PENUTUP
A. kesimpulan.........................................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................................
Daftar Pustaka

4
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1........................................................................................................................................

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1.......................................................................................................................................

6
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kandung kemih merupakan suatu organ yang berbentuk seperti buah pir, dan
akan bertambah oval pada saat terisi urine (Nurachman & Angriani, 2011). Kandung
kemih berfungsi untuk menyimpan urine yang berasal dari ureter dan kemudian akan
dikeluarkan melalui ureter dalam mekanisme miksi (berkemih). Ketika tidak terisi
urine, kandung kemih terletak di belakang simfisis pubis dan ketika terisi berada di
atas simfisis sehingga kandung kemih dapat di palpasi dan diperkusi. Kandung kemih
yang terisi penuh urine

B. Tujuan Umum
Tujuan umum ini untuk memenuhi tugas mata kuliah gawat darurat.

C. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui konsep asuhan keperwatan kegawat daruratan trauma kandung
kemih / bladder.

D. Manfaat
Memberi wawasan yang luas kepada mahasiswa mengenai masalah kegawat
daruratan dengan trauma kandung kemih / bladder.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 KONSEP MEDIS

A. Definisi
Trauma bladder adalah rusaknya kandung kemih (organ yang mengisi urin
dari ginjal) atau uretra (saluran yang terhubung ke kandung kemih) (H Winter Griffith
MD).
Trauma kandung kemih adalah cidera yang terjadi pada kandung kemih yang
diakibatkan oleh kecelakaan atau trauma iatrogenik (Salam, 2013).
B. Etiologi
Penyebab utama trauma kandung kemih adalah trauma penetrasi (tajam) dan
trauma tumpul. Penyebab iatrogenik termasuk intervensi bedah dari ginekologi,
urologi, dan operasi ortopedi di dekat kandung kemih. Penyebab lain trauma obstetri
pada saat melahirkan (Muttaqin & Sari, 2011).
Trauma kandung kemih terjadi karena trauma tumpul pada panggul, tetapi bisa
juga karena trauma tembus seperti luka tembak dan luka tusuk oleh senjata tajam.
Pecahan-pecahan tulang yang berasal dari fraktur dapat menusuk kandung kemih.
Tetapi ruptur kandung kemih yang khas akibat trauma tumpul panggul atas kandung
kemih yang terisi penuh. Tenaga mendadak atas masa urin yang terbendung di dalam
kandung kemih menyebabkan ruptur.
Kurang lebih 90% trauma tumpul buli-buli adalah akibat fraktur panggul.
Fiksasi buli-buli pada tulang pelvis oleh fasia endopelvik dan diafragma pelvis sangat
kuat sehingga cedera deselerasi terutama jika titik fiksasi fasia bergerak pada arah
berlawanan (seperti pada frkatur pelvis), dapat merobek buli-buli. Robeknya buli-buli
karena fraktur pelvis bisa terjadi akibat fragmen tulang panggul merobek dindingnya.
C. Manifestasi klinis
 Nyeri suprapubik
 Hematuria
 Ketidakmampuan untuk buang air kecil
 Suhu tubuh meningkat
 Syok
 Ketegangan otot dinding perut bawah

8
D. Patofisiologi
Secara anatomi kandung kemih terletak di dalam rongga pelvis yang
dilindungi oleh tulang panggul sehingga mengalami cidera. Ruda paksa kandung
kemih karena kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan yang dapat menyebabkan
fragmen patah tulang pelvis sehingga mencederai buli-buli. Jika fraktur tulang
panggul dapat menimbulkan kontusio atau ruptur kandung kemih, tetapi hanya terjadi
memar pada dinding buli-buli dengan hematuria tanpa ekstravasasi urin. Ruda paksa
tumpul juga dapat menyebabkan ruptur buli-buli terutama bila kandung kemih penuh
atau terdapat kelainan patologik seperti tuberculosis, tumor atau obstruksi sehingga
ruda paksa kecil menyebabkan ruptur.

Gambar 1.1

KANDUNUG KEMIH /
BLADDER

Kecelakaan Fraktur tulang panggul Ruda paksa tumpul Ruda paksa tajam

Patah tulang Kontusio buli - Ruptur Luka tusuk atau


pelvis buli tembak

Memar

Trauma bledder

Obstruksi Jelas/hematon abdomen Robekan dinding bladder


Gangguan

Eliminasi inkontinesia Tekanan kandung kemih perdarahan


9
urin
kateterisasi Nyeri tekan supra pubik Gangguan rasa Anemi
nyaman

Resiko infeksi

E. Pemeriksaan Diagnostik
 Uroflowmetri
Alat untuk melihat pancaran urin secara obyektif. Derasnya pancaran diperiksa
dengan membagi volume urin saat berkemih, dibagi dengan lama proses
berkemih. Kecepatan pancaran normal adalah 20 ml / detik. Jika kecepatan
pancaran <10 ml / detik menandakan adanya obstruksi.
 Uretrigram Retrograde
Dilakukan uretrigram retrograde untuk cidera uretra. Klien dilakukan
kateterisasi setelah program uretrogram untuk risiko penyakit uretral dan
komplikasi jangka panjang yang luas, seperti striktur, inkontinensia (tidak
dapat menahan berkemih) dan imponten.
 USG (Ultrasonografi)
 MRI

F. Pengobatan / Terapi
 Konsumsi obat-obatan
 Obat-obatan digunakan untuk mengatasi segala penyakit pada kandung
kemih yang berkaitan dengan infeksi. Pengobatan mungkin berbeda-
beda pada tiap orang, tapi obat yang paling umum dikonsumsi adalah
antibiotik.
 Terapi dan pemakaian alat medis
 Terapi berguna untuk mengurangi buang air kecil berlebihan atau
keluarnya urine tanpa sadar. Metode ini digunakan sebagai pengobatan
inkontinensia urine, kandung kemih overaktif, dan kandung kemih
neurogenik.

10
G. Komplikasi
1.   Syok
Terjadi karena penurunan tekanan darah dan terjadinya perdarahan. Pada
penderita syok sepsis 40-60% terdapat bakteremia. Hubungan antara bakteremia
dan sepsis dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain imunitas dan kondisi
penyakit. Secara umum bakteri aerobik gram negatif sering dihubungkan dengan
keadaan sepsis. Akhir-akhir ini bakteri gram positif juga banyak ditemukan
sebagai pemicu sepsis. Perjalanan sepsis akibat bakteri diawali oleh proses infeksi
yang ditandai dengan bakteremia selanjutnya berkembang menjadi SIRS
(Systemic Inflamatory Respon Syndrome) dilanjutkan sepsis, sepsis berat, syok
sepsis dan berakhir MODS. Syok terjadi pada 40% pasien sepsis ( Prayogo, 2011)

2.   Sepsis
Komplikasi pada luka traumatik biasanya disebabkan oleh oranisme aerob
endogen, terutama P. Aeruginosa, S. Aureus, E.coli, Proteus spp, acino bacter dan
lain – lain (Putranto, 2014). Ketika luka akibat trrauma tidak dirawat dengan baik
maka bakteri masuk kedalam saluran kemih maka terjadilah infeksi saluran
kemih.
Respon imunologi pada trauma berat dimulai saat awal kejadian dengan dimulai
aktifitas monosit. Aktifitas ini menyebabkan peningkatan sintesa dan pelepasan
mediatormediator inflamasi baik itu yang bersifat pro inflamasi maupun anti
inflamasi. Kelebihan respon pada trauma menginduksi SIRS dan MOF yang
terjadi 30% pada semua trauma berat (Suharyanto, 2009).
Hubungan antara bakteremia dan sepsis dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain imunitas dan kondisi penyakit. Secara umum bakteri aerobik gram negatif
sering dihubungkan dengan keadaan sepsis. Akhir-akhir ini bakteri gram positif
juga banyak ditemukan sebagai pemicu sepsis. Ledger dkk melaporkan
mikroorganisme yang sering ditemukan antara lain Eschericia coli,Enterococci,
dan beta hemolytic streptococci (Suharyanto, 2009).

11
1.2 KONSEP KEPERAWATAN

H. Analisa Data
 Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan dan status
pekerjaan.
 Keluhan utama
Sering ditemukan adanya tanda dan gejala.
 Riwayat kesehatan sekarang
Untuk memperoleh data riwayat kesehatan pasien dari sejak muncul gejala
sampai pasien di rawat.
 Riwayat kesehatan lalu
Pengkajian ini diperlukan untuk mencari kemungkinanan penyebab atau faktor
pencetus dari trauma kandung kemih.

I. Primary survey
A. Airway
• Jalan nafas bersih
• Tidak terdengar bunyi ronchi
• Tidak ada jejas pada daerah badan
B. Breathing
• Peningkatan frekuensi pernafasan
• Napas dangkal
• Distress pernapasan
C. Circulation
-
D. Disability
• Dapat terjadi penurunan kesadaran
• Pupil isokor (2mm)
E. Exposure
-
F. GCS : E:4 V:4 M:5 Total : 13

J. Secondary survey
A. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
12
Kesadaran : GCS :13
Tanda - tanda vital
• TD : 120/80 mmHg
• Nadi : 67 x/menit
• RR : 22 x/menit
• Suhu : 36,5 "C

2. Keadaan khusus
a. Kepala
Bentuk kepala : normal
Rambut : bersih
Warna rambut : Hitam tidak beruban
Kebersihan : Bersih
Masalah : Tidak ada
b. Mata
Letak : Simestris
Konjungtiva : Normal
Sklera : Normal
Oedema : tidak ada
Jarak pandung : baik
Masalah pandangan : normal (jelas)
c. Hidung
Bentuk : Simestris
Secret : Tidak ada
Penciuman : Normal
Kebersihan : Bersih
Masalah : Tidak ada
d. Telinga
Letak : Simestris
Pendengaran : Normal
Kebersihan : bersih
Masalah : Tidak ada
e. Mulut dan gigi
Mukosa : Lembab
Bibir : Normal
Caries : Tidak ada
Lidah : Bersih
Masalah : Tidak ada
f. Leher
Refleks telan : Normal
Tiroid : tidak ada pembekakan
Masalah : Tidak ada
g. Dada

13
a. Paru-paru : Inspeksi : Pengembangan dada simetris, tidak ada jejas

Palpasi : vocal fremitus teraba kanan kiri


Perkusi : Sonor Auskultasi vesikuler
b. Jantung : Inspeksi : ictus kordis tidak tampak
Palpasi : teraba ictus kordis di SIC V dan VI
Perkusi : Pekak
Auskultasi : terdengar bunyi S1 dan S2
h. Abdomen
Bentuk : Simestris
Palpasi : ada nyeri tekan pada suprapubic atau daerah flank
Auskultasi : Peristaltic usus 6x/menit
Perkusi : Tympani
Masalah : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri supra
pubik ditandai dengan pasien tampak gelisah
i. Genital
Jenis kelamin : Normal, tidak ada kelainan
Kateter : terpasang kateter
Masalah :1. Resiko infeksi berhubungan dengan kateteriisasi
2. Gangguan eliminasi urin
j. Kulit
Warna : normal
Turgor : Baik
Kebersihan : Bersih
Masalah : tidak ada

K. Diagnosa Keperawatan
 Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan inkontinensia ditandai dengan
berkemih tidak tuntas (D.0040)
 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri supra pubik ditandai
dengan pasien tampak gelisah (D.0074)
 Resiko infeksi berhubungan dengan kateteriisasi ditandai dengan peningkatan
paparan organisme patogen lingkungan (D.0142)

L. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


O Kperawatan

1. Gangguan eliminasi setelah dilakukan Observasi


urin berhubungan tindakan 1 x 24 jam - identifikasi tanda dan gejala
14
dengan maka kriteria hasil : retensi atau inkontinensia urine
inkontinensia - sensasi berkemih - monitor eliminasi urine (mis.
ditandai dengan meningkat Frekuensi, konsistensi, volume,
berkemih tidak - distensi kandung dan warna)
tuntas (D.0040) kemih menurun Terapeutik
- berkemih tidak - catat waktu-waktu dan
tuntas menurun haluaran berkemih
(L.04034) Edukasi
- ajarkan tanda dan gejala infeksi
saluran kemih
- ajarkan mengukur asupan
cairan dan haluaran urine
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian obat
supositoria uretra, jika perlu
(1.04152)

2. Gangguan rasa Setelah dilakukan Observasi


nyaman tindakan 1 x 24 jam - identifikasi lokasi,
berhubungan dengan maka kriteria hasil : karakteristik, durasi, frekuensi,
nyeri supra pubik - keluhan tidak kualitas, intensitas nyeri
ditandai dengan nyaman menurun - identifikasi skala nyeri
pasien tampak - gelisah menurun Terapeutik
gelisah (D.0074) - pola eliminasi - berikan teknik non
membaik farmakologis untuk mengurangi
(L.08064) rasa nyeri
- fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- jelaskan strategi meredakan
nyeri
- anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian

15
analgetik, jika perlu
(1.08238)

3. Resiko infeksi setelah dilakukan Observasi


berhubungan dengan tindakan 1 x 24 jam - monitor tanda dan gejala
kateteriisasi ditandai maka kriteria hasil : infeksi lokal dan sistemik
dengan peningkatan - kebersihan tangan Terapeutik
paparan organisme meningkat - cuci tangan sebelum sesudah
patogen lingkungan - nyeri menurun kontak dengan pasien dan
(D.0142) (L.141337) lingkungan pasien
- pertahankan teknik aseptik
pada pasien resiko tinggi
Edukasi
- jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
(1.14539)

Tabel 1.1
M. Evaluasi Keperawatan
 Gangguan eliminasi urin membaik
 Gangguan rasa nyaman membaik
 Resiko infeksi membaik

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Trauma bladder adalah rusaknya kandung kemih (organ yang mengisi urin
dari ginjal) atau uretra (saluran yang terhubung ke kandung kemih) (H Winter Griffith
MD). Trauma ini sabagian besar disebabkan trauma tumpul seperti akibat kecelakaan
lalu lintas dan juga dapat terjadi trauma penetrasi (tajam) seperti luka tusuk dan luka
tembak.

B. Saran
Kita sebagai perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatan kepada
penderita trauma kandung kemih / bladder. Dan bagi tenaga kesehatan harus
mengetahui keluhan yang diungkapkan pasien apakah termasuk kedalam kasus
tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).Jakarta

PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).Jakarta

PPNI.2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).Jakarta

Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika

https://bangsalsehat.blogspot.com/2018/03/laporan-pendahuluan-lp-trauma-kandung-
kemih.html

https://hellosehat.com/urologi/kandung-kemih/penyakit-kandung-kemih/

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/7b2744508cada060abcef21bddba8833.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai