Anda di halaman 1dari 205

KORUPSI DALAM PERSPEKTIF SEJARAH

A. Korupsi di China dalam Perspektif Sejarah


1. Ekonomi China
yang tumbuh pesat memunculkan masalah-masalah baru bagi negeri
tersebut. Beberapa permasalahan tersebut di antaranya kesenjangan
pembangunan antara daerah pantai timur dan selatan dengan daerah tengah
dan barat, jumlah pengangguran yang semakin besar, serta korupsi yang semakin
meluas. Korupsi merupakan salah satu ancaman yang cukup besar bagi ekonomi
China. Hal ini tercermin dari data yang disampaikan Ross Terril (dalam Taufik Adi
Susilo, 2008:182), bahwa “satu persen penduduk China memiliki 40%
kemakmuran, sebagian di antaranya didapatkan melalui korupsi”.
Korupsi adalah penyalahgunaan wewenang untuk kepentingan pribadi.
Pelaku korupsi pada umumnya adalah pejabat negara pemegang birokrasi dan
dalam prakteknya biasanya melibatkan pihak lain. Dalil Lord Acton yang sangat
terkenal terkait dengan korupsi yang melibatkan kekuasaan adalah “power tend
to corrupt, absolute power corrupts absolutely”. Alatas (dalam Endang
Retnowati, 2006:139) mengidentifikasikan beberapa ciri korupsi, yaitu bahwa
tindakan korupsi selalu melibatkan lebih dari satu orang, pada umumnya korupsi
melibatkan keserbarahasiaan, melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan
timbal balik, setiap tindakan korupsi selalu berisi penipuan, pelaku korupsi
menyelubungi perbuatannya dengan berlindung di balik pembenaran hukum,
mereka yang terlibat menginginkan keputusan-keputusan yang tegas dan mereka
yang mampu untuk memengaruhi keputusan-keputusan INFORMASI, No. 1,
XXXVII, Th. 2011. 73 itu, korupsi melanggar tugas dan pertanggungjawaban
dalam tatanan masyarakat, setiap bentuk korupsi adalah pengkhianatan
kepercayaan, setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif
dari mereka yang melakukan tindakan itu.
Dalam catatan sejarah korupsi di China bukanlah masalah yang baru dan
jejaknya dapat ditelusuri sejak zaman kekaisaran. Sejak tahun 1980-an lingkup
dan intensitasnya semakin meningkat dalam tingkatan yang belum pernah terjadi
sebelumnya. Perdana Menteri Zhao Ziyang (Wang, 1985: 134) menyebut

1
praktek-praktek korupsi yang terjadi di China sebagai kegiatan yang
“menjijikkan” di kalangan pejabat, misalnya penyelenggaraan pesta mewah yang
berlebihan dengan memperkenalkan para bos/pengusaha, menjajakan pengaruh
untuk keuntungan pribadi, dan suap menyuap. Kegiatan korupsi ini sering
dikaitkan dengan tradisi guanxi (koneksi). Guanxi merupakan hubungan antar
individu yang didasari oleh kepercayaan dan merupakan factor penentu kunci
keberhasilan bisnis. Selama periode sembilan bulan tercatat 136.000 kejahatan
ekonomi yang dilakukan oleh partai dan kader-kader pemerintah.Tulisan berikut
ini akan mencoba untuk meninjau korupsi di China dari perspektif sejarahnya
dengan mencoba melihat masalah dan dinamika pemberantasannya.
B. Masa Kekaisaran
Dalam sejarahnya, korupsi yang berlangsung di China telah berakar sejak
ribuan tahun yang lalu. Hal ini bahkan terlihat dalam setiap proses pergantian
kekuasaan dinasti di China sehingga membentuk sebuah pola yang selanjutnya
disebut sebagai teori siklus dinasti di China (John K Fairbank, 1973). Awal sebuah
dinasti dimulai dengan sebuah periode kepahlawanan yaitu munculnya pahlawan
yang berhasil menumbangkan rezim sebelumnya yang menyengsarakan rakyat.
Dinasti baru ini kemudian mampu membawa kekaisarannya mencapai puncak
kejayaannya. Periode berikutnya adalah periode kemerosotan dinasti dan akhirnya
periode keruntuhan. Pada umumnya penguasa terakhir muncul dalam
kemewahan dan intrik-intrik istana yang membuat kekuasaan melemah, misalnya
korupsi-korupsi di kalangan pengumpul pajak atau praktek suap di bagian
kepegawaian.
Dalam periode kemakmuran memunculkan kedamaian. Populasi meningkat
dengan cepat, lumbung-lumbung dan harta pemerintah pusat menjadi penuh.
Dengan kelebihan itu pemerintah pusat membangun istana mewah, jalan raya,
kanal-kanal, dan tembok pertahanan. Penambahan pertahanan militer yang
dibentuk pemerintah sangat memakan biaya. Klan kekaisaran, bangsawan, dan
pejabat tinggi terus bertambah banyak dan terbiasa dengan gaya hidup mewah.
Banyak tanah dan petani penggarapnya yang digunakan untuk kepentingan pribadi
klas penguasa dan hanya sedikit yang 74 Korupsi di China membayar pajak pada
pemerintah pusat. Pengeluaran pemerintah terus meningkat secara konstan

2
sementara pendapatannya kecil, sehingga setiap dinasti mulai mengalami
kesulitan keuangan yang serius dalam masa-masa pembangunannya.
Kesulitan ekonomi dan pemerintahan semakin terakumulasi. Salah satu
penyebab dari periode kemerosotan adalah korupsi di kalangan keluarga istana
maupun pejabat istana seperti menteri dan gubernur, juga pegawai-pegawai
sampai jauh ke desa-desa. Korupsi yang semakin hebat menyebabkan
kemerosotan efisiensi pemerintahan dan semakin meningkatkan perselisihan
faksional di istana. Untuk menghadapi defisit keuangan, pemerintah menaikkan
pajak para petani. Karena kesulitan keuangan, proyek pembangunan tidak
terselesaikan, kanal-kanal atau saluran air dibiarkan terbengkelai menyebabkan
banjir atau kekeringan. Kegagalan panen yang dulunya dapat ditangani dengan
lumbung-lumbung persediaan milik pemerintah, sekarang menyebabkan
kelaparan, yang kemudian menyebabkan munculnya perbanditan dan akhirnya
pemberontakan petani. Kasus-kasus korupsi yang banyak tercatat dalam sejarah
China adalah korupsi yang dilakukan oleh kasim istana.
Para kasim istana bertugas melayani selir kaisar dan memimpin urusan
rumah tangga. Mereka biasanya banyak mengetahui rahasia dalam istana. Fungsi
mereka juga menyebar ke bidang lain termasuk kemiliteran. Kaisar dimabukkan
dengan segala kenikmatan yang sengaja diciptakan oleh kasim sehingga kasim
dapat berlaku sebagai penguasa. Korupsi menyebabkan kemerosotan efisiensi
pemerintahan. Pada umumnya hukuman bagi para pelaku korupsi adalah dipecat
dari jabatannya dan sanksi hukuman penjara.
Pada masa-masa akhir kekuasaan Dinasti Ming, dalam kekaisaran sendiri
terjadi pertikaian karena kekuasaan kasim semakin besar. Para sarjana mantan
pejabat menekankan pentingnya integritas moral dan mencela para pemegang
kekuasaan. Salah satu tokoh anti korupsi yang sangat terkemuka adalah Hai Rui,
seorang guru konfusian muslim yang hidup pada masa pemerintahan dinasti Ming.
Ia banyak menyerukan tentang ketidakadilan dan korupsi yang marak terjadi di
jajaran pemerintahan. Salah satunya adalah korupsi yang dilakukan oleh kasim
Wei Chung-hsien selain berbagai kasus kejahatan lain yang dilakukannya. Tetapi
kasim tersebut berhasil menyingkirkannya sehingga ia dipecat dari jabatannya

3
sebagai seorang mandarin dan dihukum. Namun demikian degradasi moral terus
terjadi dalam rezim Ming.
Awal dari keruntuhan dinasti Ching, dinasti terakhir dalam sejarah
kekaisaran di China, salah satunya juga ditandai dengan maraknya korupsi dalam
birokrasi puncak. Kasim Ho-shen yang mendapat kepercayaan dari Kaisar Ch‟ieng
Lung untuk memimpin bagian pendapatan dan kepegawaian INFORMASI, No. 1,
XXXVII, Th. 2011. 75 bersekongkol dengan jenderal Fu-k‟ang-an melakukan
korupsi dana operasi militer. Akibatnya kemiliteran Manchu mengalami
kemerosotan. Masa Pemerintahan Republik China
Setelah melalui periode revolusi nasional akhirnya Republik China yang
nasionalis berdiri pada tahun 1912, mengakhiri era kekaisaran di China yang telah
berlangsung ribuan tahun. Namun China kembali memasuki periode kekacauan
yang ditandai dengan munculnya era warlordisme sejak wafatnya Yuan Shi kai
(1916) sampai dengan dapat dipersatukannya kembali oleh Chiang Kai Shek
(1928). Sejak itu Republik China kembali ke tangan kaum nasionalis (Kuomintang)
di bawah pimpinan Chiang.
Pada masa ini pun korupsi terus berlangsung, dan bahkan telah menjadi
epidemi pada masa pemerintahan nasionalis. Korupsi merajalela di manamana,
memaksa Chiang Kai Shek membentuk badan khusus untuk memeranginya. Badan
itu dinamakan „Kelompok Penumpas Harimau‟, karena rakyat membandingkan
para pejabat yang korup dengan harimau yang buas. Badan itu mempersilakan
rakyat untuk mengajukan keluhan. Tetapi kemudian ternyata bahwa
sesungguhnya badan itu justru dijadikan sebagai alat oleh mereka yang benar-
benar mempunyai kekuasaan untuk memeras uang dari orang-orang kaya. Bahkan
„menumpas harimau‟ kemudian menjadi pekerjaan yang menguntungkan (Jung
Chang, 2005:80).
Bentuk-bentuk korupsi yang umumnya terjadi di kalangan masyarakat, di
antaranya adalah pemerasan secara terang-terangan. Apabila permintaan
tersebut ditolak maka dianggap sebagai penentang Kuomintang dan akan
langsung dituduh sebagai komunis, dan hal itu berarti ditangkap dan disiksa. Para
petani enggan menjual hasil bumi ke kota karena mereka harus melewati pos-pos

4
pemeriksaan Kuomintang dan dipaksa membayar uang sogokan atau
menyerahkan barang dagangan.
Bahkan Chiang Kai Shek dan keluarganya terlibat erat dalam korupsi,
demikian pula pejabat dari tingkat pusat hingga daerah dan para jenderalnya
(Lidya Christin Sinaga: http://www.politik.lipi.go.id/index.php/in/kolom/110.)
Korupsi ditengarai menjadi salah satu penyebab jatuhnya Kuomintang, antara lain
dana-dana bantuan milliter dari Amerika Serikat yang diselewengkan untuk
kepentingan pribadi atau kelompok.
C. Masa Pemerintahan Republik Rakyat China
1. Era Mao Tse Tung
Pada era pemerintahan Mao Tse Tung (1949-1976) kasus-kasus korupsi tidak
menghilang begitu saja. Tidak lama setelah merebut kekuasaan, Komunis
menghadapi krisis. Mereka berhasil menarik simpati dan mendapat dukungan
jutaan rakyat dengan menjanjikan pemerintahan yang bersih, tetapi beberapa 76
Korupsi di China pejabat mulai menerima suap atau mendahulukan kepentingan
kerabat dan teman-teman mereka. Beberapa pejabat mulai suka
menyelenggarakan pesta mewah, sebagai suatu kebiasaan yang mendarah daging
dalam tradisi China dan merupakan cara untuk menyenang-nyenangkan orang lain
sambil pamer, atas biaya dan atas nama negara (Jung Chang, 2005: 193). Banyak
pejabat melakukan penggelapan besar-besaran, sementara pemerintah sedang
berusaha memperbaiki kondisi ekonomi yang carut-marut.
Mao segera melakukan gerakan-gerakan untuk membersihkan China dari
korupsi dengan kampanye-kampanye yang bertujuan untuk membersihkan kelas
kapitalis dan menciptakan masyarakat komunis, antara lain gerakan tiga anti (san
fan) dan lima anti (wu fan) (Maurice Meisner, 1999: 85-87). Pada akhir tahun 1951
dilaksanakan kampanye tiga anti yaitu pencurian, pemborosan dan birokratisme.
Sanfan merupakan kampanye melawan korupsi dan inefisiensi birokrasi. Gerakan
ini terutama ditujukan kepada kader-kader kota yang korup, lebih-lebih yang
berkecimpung di departemen keuangan dan ekonomi. Tujuannya untuk menakut-
nakuti siapa saja yang mempunyai akses ke uang pemerintah agar tidak korup.
Pemerintah menghukum mati, memenjarakan dan memecat pejabat-pejabat yang
melakukan korupsi. Mereka yang dituduh menggelapkan uang dijuluki „macan‟.

5
Bagi mereka yang menggelapkan uang lebih dari 10.000 yuan adalah macan besar
dan pantas mendapatkan hukuman mati (Jung Chang, 2007:427).
Pada bulan Januari 1952 diberlakukan Gerakan Lima Anti (wu fan) yang
ditujukan kepada golongan masyarakat yang lebih luas terutama kaum kapitalis,
pengusaha-pengusaha swasta yang propertinya belum disita untuk memaksa
mereka mengeluarkan uang dalam jumlah yang besar dan menakuti mereka
dengan tuduhan melakukan suap dan menghindari pajak. Gerakan ini ditujukan
untuk menumpas lima macam kejahatan: suap-menyuap, tidak membayar pajak,
pencurian uang negara, menipu kontrak dengan pemerintah dan mencuri
informasi ekonomi milik negara. Sejak kedua kampanye itu sangat sedikit orang
yang berani menggerogoti uang negara.
Kedua gerakan anti korupsi ini merupakan mekanisme kontrol yang
dikembangkan partai komunis, dan merupakan kampanye massa yang dipimpin
oleh badan-badan yang disebut tim kerja. Anggotanya terutama pegawai kantor-
kantor pemerintah yang dipimpin oleh seorang pejabat senior partai. Dalam setiap
kampanye orang yang tergolong dalam kategori „sasaran Peking‟ akan terus-
menerus diawasi umumnya oleh teman-teman sekerja dan tetangganya, dengan
demikian melibatkan seluruh rakyat dalam mekanisme pengawasan. Sedikit sekali
orang yang menurut kriteria rezim berbuat kesalahan dapat menghindar dari
pengawasan rakyat, terutama dalam masyarakat yang selama berabad-abad
terbiasa diatur dan diawasi. INFORMASI, No. 1, XXXVII, Th. 2011. 77
Pada pertengahan 1953 pelaksanaan Kampanye Tiga Anti dan Kampanye
Lima Anti mulai mengendur. Kaum kapitalis habis ditumpas, begitu pula orang-
orang Kuomintang. Kampanye ini juga banyak membawa korban orang-orang yang
tidak bersalah karena kampanye dilaksanakan berdasarkan kriteria yang tidak jelas
dan dendam pribadi, bahkan gossip pun dapat dijadikan sebagai dasarnya (Jung
Chang, 196). Pemerintah komunis Mao pada akhirnya memang tidak korup dalam
pengertian konvensional, misalnya tidak menerima suap tetapi para pejabatnya
diberi hak untuk menikmati standar hidup yang khusus dengan perbedaan
berjenjang yang mendetail.
2. Era Deng Xiao Ping

6
Pada era reformasi yang dimulai sejak pemerintahan Deng, korupsi telah
dilihat sebagai sesuatu yang berbahaya bagi kelangsungan kekuasaan sehingga
banyak kebijakan yang dikeluarkan terkait dengan upaya pemberantasan korupsi.
Terlebih sejak dimulainya reformasi ekonomi wabah korupsi semakin marak di
China. Lu (dalam I Wibowo, 2004:176) telah mengidentifikasi dan membuat peta
wilayah korupsi yang dilakukan oleh pejabat atau kader partai. Korupsi tersebut
semakin meluas di berbagai aspek kehidupan dan meningkat intensitasnya dengan
berlangsungnya ekonomi pasar pada tahun 1980-an. Misalnya korupsi
memperebutkan jatah apartemen tempat tinggal, korupsi dalam perbankan dan
keuangan, korupsi dalam penarikan pajak, korupsi dalam law inforcement, korupsi
dalam penerapan UU Keluarga Berencana, dan korupsi dalam memperjualbelikan
jabatan. Perilaku tersebut merupakan kejahatan ekonomi yang dilakukan oleh
kader di setiap tingkatan.
Slogan yang sangat terkenal pada masa pemerintahan Deng Xiao Ping bahwa
getting rich is glorious atau menjadi kaya itu mulia, berpengaruh bagi masyarakat
China dalam mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Masyarakat didorong
untuk mengejar kemakmuran pribadi. Seruan Deng itu telah memberi rakyat China
ruang terbuka yang luas untuk memaksimalkan upaya menjadi kaya. Dalam
kenyataannya, di banyak kasus seruan „menjadi kaya itu mulia‟ dimaknai dan
diterapkan secara negatif sehingga korupsi di China semakin meluas.
Reformasi ekonomi memberikan motif dan kesempatan bagi banyak orang
khususnya para pejabat yang paling diuntungkan dengan adanya reformasi, untuk
memperkaya diri secara tidak sah. Motif-motif korupsi yang paling menonjol
sangat berkaitan erat dengan tradisi guanxi (koneksi) yang telah berakar sangat
dalam. Tanpa guanxi bisnis tidak akan berjalan dan seseorang hampir pasti tidak
akan mendapatkan apa yang dikehendakinya. Suap menyuap ataupun lewat “jalan
belakang” merupakan praktek-praktek yang biasa dilakukan (Wang, 1985: 134).
Hal ini semakin kuat ketika pandangan tentang uang berubah di China. Peraturan
dan perundang-undangan 78 Korupsi di China dibelokkan sehingga korupsi
semakin meluas, penggunaan suap, sikap pilih bulu untuk mendapat barang-
barang yang langka atau mendapatkan sesuatu melalui jalan belakang, maupun
pemberian hadiah menjadi hal yang umum. Anak keturunan kader partai tertinggi

7
dan kader pemerintah sering bertindak sebagai “koneksi” atau penghubung bagi
pengusaha asing yang menginginkan hubungan dagang yang mapan dengan China.
Deng Xiao Ping memberikan perhatian serius pada pemberantasan korupsi
dengan menyampaikan kritik atas lunaknya penanganan pelaku tindak korupsi
yang disebutnya melakukan kejahatan ekonomi. Aparat yang berkepentingan
dianggap tidak berani bertindak tegas, adanya mentalitas ragu dalam mengambil
tindakan justru akan merugikan reformasi ekonomi yang sedang berlangsung.
Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan keras terhadap pelaku kejahatan
ekonomi. Berbagai kebijakan untuk memerangi korupsi antara lain pada tahun
1982 PKC mengeluarkan dekrit dan keputusan “Resolusi Menghancurkan
Kejahatan Ekonomi”, kampanye tahun 1980-1981 “Kampanye mengurangi
Privilese para Pejabat dan Tendensi Tidak Sehat dalam Partai”, tahun 1982
“Kampanye Menghancurkan kejahatan Ekonomi, tahun 1983 “Kampanye
Menghapuskan Ketidakberesan oleh Pejabat dalam Pembagian Perumahan”,
tahun 1984-1985 “Kampanye Menghentikan Pejabat masuk dalam Kegiatan
Perdagangan”, tahun 1986-1987 “Kampanye Menghukum Pelanggaran Undang-
undang dan Disiplin Partai maupun Negara”, tahun 1988- 1989 “Kampanye
Membangun Pemerintah yang Bersih dan Mencegah Korupsi” (I Wibowo,
2004:178). Berbagai kebijakan yang dikeluarkan mengindikasikan banyaknya
kejahatan korupsi yang terjadi di China saat itu.
D. Pasca Pemerintahan Deng Xiao Ping
Komitmen kuat penguasa China untuk memberantas korupsi sudah dimulai
sejak masa Zhu Rongji (1997-2002). Ucapannya yang sangat terkenal adalah “Beri
saya 100 peti mati, Sembilan puluh sembilan akan saya gunakan untuk mengubur
para koruptor, dan satu untuk saya kalau saya melakukan tindakan korupsi."
Pemberantasan korupsi yang dilakukan Perdana Menteri China itu merupakan
bagian dari reformasi birokrasi. Langkah ini memberikan kepastian hukum
sehingga mampu menghimpun dana asing senilai 50 miliar dollar AS setiap
tahun. Pertumbuhan ekonominya langsung melesat, terlepas dari kelemahannya.
Bentuk keseriusan pemerintah China dalam pemberantasan korupsi salah
satunya juga diwujudkan dengan ikut meratifikasi Konvensi PBB melawan korupsi

8
yang memasukkan suap kepada pejabat publik sebagai tindak kriminal oleh
Kongres Rakyat Nasional pada bulan Oktober 2005.
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) China mengatur mereka yang
menawarkan dan menerima suap bisa dihukum. Hukuman mati bagi INFORMASI,
No. 1, XXXVII, Th. 2011. 79 penerima suap dan hukuman seumur hidup bagi
pemberi suap.Hukuman mati merupakan hukuman terberat yang dapat
diberikan kepada koruptor. Hukuman mati ini juga diterapkan kepada pejabat
tinggi negara, bukan hanya kepada pejabat rendah atau orang-orang biasa.
Beberapa pejabat yang divonis mati karena korupsi antara lain Cheng Kejie,
(Ketua Pemerintah Daerah Otonom Guangxi), Ma Xiangdong (Wali Kota
Shenyang), Li Jiating (Gubernur Yunnan), Ma De (Sekretaris PKC Komite Kota
Suihua, Heilongjiang), dan Liu Jinbao (Direktut Utama Bank of China di
Hongkong). Pemerintah China menunjukkan keseriusan dalam memberantas
korupsi. Pemerintah China bertekad secara konsisten mengawal pembangunan
ekonomi dengan menekan sekecil mungkin penyalahgunaan wewenang dalam
tubuh birokrasi.
Bagi pemerintah China komunis, perang melawan korupsi merupakan suatu
keharusan yang wajib dijalankan. China ingin menunjukkan kepada dunia bahwa
ideologi komunisme yang mereka anut bukan merupakan halangan untuk
mencapai kemakmuran ekonomi, pemerintahan yang bersih, dan masyarakat
yang beretos kerja dan berdisiplin tinggi. Dalam hal ini China menumpukan
upaya-upaya pemberantasan korupsi pada Partai Komunis China (PKC), partai
berkuasa di China. China memberikan contoh bagaimana partai politik harus
berperan utama dalam pemberantasan korupsi dengan menanamkan disiplin
anti korupsi yang kuat pada semua anggotanya.
Upaya pemberantasan korupsi di China yang begitu keras dapat dilihat
langsung dari banyaknya koruptor yang dihukum mati di negara tersebut. Bila
bukan hukuman mati, hukuman penjara ataupun hukuman ganti rugi yang
diberikan sangat berat. Hal ini dimaksudkan untuk menumbuhkan efek jera dan
takut korupsi. Selama tahun 2009 lebih dari 106.000 pejabat pemerintah di China
telah dikenai hukuman terkait dengan masalah korupsi (Kompas, 8 April 2010).
Pada awal tahun 2010, PKC menegaskan aturan baru untuk seluruh kadernya

9
yang sebenarnya telah diberlakukan sejak tahun 2006, yaitu kewajiban bagi
seluruh anggota PKC untuk melaporkan harta kekayaan keluarganya.
Sebelumnya kewajiban melaporkan itu hanya dikenakan kepada mereka yang
menjabat di pemerintahan dan pengurus PKC, maka kebijakan baru diberlakukan
untuk seluruh anggota PKC di semua tingkatan. Melalui aturan ini setiap anggota
PKC harus juga melaporkan kekayaan istri/suami dan anak-anaknya. Organ
disiplin PKC pun akan terus mengatur pengeluaran pemerintah terkait dengan
pembelian kendaraan, resepsi di kantor-kantor pemerintah, dan juga perjalanan-
perjalanan keluar negeri untuk memastikan uang pembayar pajak digunakan
dengan bijak. Situasi korupsi di China yang belum menunjukkan tanda-tanda
mulai mereda, yang juga terlihat dari Indeks Persepsi Korupsi yang dikeluarkan
oleh Transparansi Internasional yang menempatkan China di posisi ke-72 dari
180 negara yang disurvei. Oleh karena itu China terus menyempurnakan sistem
deklarasi asset seluruh pekerja 80 Korupsi di China pemerintah sebagai salah
satu cara agar rakyat semakin aktif mengontrol praktek korupsi.

10
KORUPSI DALAM PERSPEKTIF ISLAM
A. Korupsi dalam pandangan Islam
Agama Islam adalah agama yang rahmatanlil’alamin yaitu rahmat bagi
seluruh alam, meliputi segala apa yang ada dimuka bumi ini tidak ada yang luput
diatur oleh Islam, apabila Islam sebagai nama yang diberikan untuk suatu ajaran
dalam kehidupan, bila disandingkan dengan terminologi agama sebagai padanan
kata dari al-din dari bahasa semit berarti undang-undang atau hukum, maka
sebenarnya al-din al-Islam adalah aturanaturan yang mengatur tingkah laku
manusia dalam segala aspeknya (hubungan vertikal dan horizontal) agar manusia
mendapat ridho dari Tuhannya (Allah swt) dalam kehidupannya sehingga akan
mencapai keselamatan di dunia maupun di akhirat kelak. Karena itulah risalah
Islam adalah lengkap dan universal, tidak ada yang luput dari jangkauan Islam
termasuk korupsi. Di dalam kaidah ushul fiqih disebutkan bahwa tiada satupun
peristiwa yang yang tidak diatur dalam Islam. “Tiada suatu peristiwa pun di
dalam Islam, kecuali disitu ada hukum Allah swt.”
Islam memandang korupsi sebagai perbuatan keji. Perbuatan korupsi dalam
konteks agama Islam sama dengan fasad, yakni perbuatan yang merusak tatanan
kehidupan yang pelakunya dikategorikan melakukan Jinayaat al-kubra (dosa
besar). Korupsi dalam Islam adalah perbuatan melanggar syariat. Syariat Islam
bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan bagi umat manusia dengan apa
yang disebut sebagai maqashidussy syaria’ah. Diantara kemaslahatan yang
hendak dituju tersebut adalah terpeliharanya harta (hifdzul maal) dari berbagai
bentuk pelanggaran dan penyelewengan. Islam mengatur dan menilai harta sejak
perolehannya hingga pembelanjaannya, Islam memberikan tuntunan agar dalam
memperoleh harta dilakukan dengan cara-cara yang bermoral dan sesuai dengan
hukum Islam yaitu dengan tidak menipu, tidak memakan riba, tidak berkhianat,
tidak menggelapkan barang milik orang lain, tidak mencuri, tidak curang dalam
Dalam khazanah kepustakaan Islam, korupsi dianalogikan dengan al-ghulûl,
sebuah istilah yang diambil dari ayat al-Quran (QS Âli ‘Imrân, 3: 161):

11
ٰ ِ ‫ان لِ َن ِبيٍّ اَنْ َّي ُغ َّل َۗو َمنْ ي َّْغلُ ْل َيْأ‬
‫ت َو ُه ْم‬ ٍ ‫ت ِب َما َغ َّل َي ْو َم ْالق ِٰي َم ِة ۚ ُث َّم ُت َو ّفى ُك ُّل َن ْف‬
ْ ‫س مَّا َك َس َب‬ َ ‫َو َما َك‬
‫اَل ي ُْظلَم ُْو َن‬
(Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan
perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka
pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu;
kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan
dengan [pembalasan] setimpal, sedang mereka tidak dianiaya).
Pengertian denotafifnya adalah: “pengkhianatan atau penyelewengan”,
namun dalam perkembangan kajian Fikih (Islam) istilah ini didefinisikan setara
dengan “korupsi”. Ibnu Katsir (t.t.) – ketika menafsirkan QS Âli ‘Imrân, 3: 161 --
mendefinisikan alghulûl dengan rumusan: “menyalahgunakan kewenangan –
dalam Korupsi Dalam Perspektif Islam Muhsin Hariyanto/Kuliah Semester
Genap/FH-UMY/29 September 2004 3 urusan publik -- untuk mengambil sesuatu
yang tidak ada dalam kewenangannya, sehingga mengakibatkan adanya kerugian
publik”. Definisi ini juga disepakati oleh para ulama di Indonesia. MUI (1999) –
dalam fatwanya – menetapkan bahwa bahwa alghulûl identik dengan “korupsi”,
yang dinyatakan sebagai salah satu bentuk perbuatan haram. Termasuk dalam
tindak pidana korupsi – di samping al-ghulûl -- adalah (tindakan) menerima suap
(ar-risywah).
Tindak pidana korupsi – yang dirujuk dari istilah al-ghulûl -- tidak saja bisa
dipandang dari sudut pandang “normatif”, karena secara tektual kita dapat
memahami secara jelas keharamannya. Tetapi, lebih dari itu kita harus dapat
menerjemahkan secara sosiologis bentuk-bentuk pengkhiatan dan penyewengan
yang dapat dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi.
Bertolak dari masalah pendefinisian korupsi yang cukup rumit, tanpa sengaja
kita sesungguhnya dipaksa untuk memahami korupsi sebagai suatu fenomena
dinamis yang sangat erat kaitannya dengan pola relasi antara kekuasaan dan
masyarakat yang menjadi konteks berlangsungnya fenomena tersebut. Artinya,
fenomena korupsi hanya dapat dipahami secara utuh jika ia dilihat dalam konteks
struktural kejadiannya. Pernyataan ini sama sekali bukan untuk menafikkan
keberadaan korupsi sebagai sebuah fenomena kultural, melainkan sekadar sebuah

12
penegasan bahwa fenomena korupsi juga memiliki dimensi struktural yang sangat
penting untuk diselidiki guna memahami fenomena korupsi secara utuh.
Alatas (1999), cenderung menyebut korupsi sebagai suatu tindakan
pengkhianatan (pengingkaran amanah). Tetapi justru karena sifat korupsi yang
seperti itu, upaya untuk mendefinisikan korupsi cenderung memiliki masalah pada
dirinya sendirinya. Disadari atau tidak, upaya untuk mendefinisikan korupsi hampir
selalu terjebak ke dalam dua jenis standar penilaian yang belum tentu akur satu
sama lain, yaitu norma hukum yang berlaku secara formal, dan norma umum yang
hidup di tengah-tengah masyarakat. Akibatnya, suatu perbuatan yang
dikategorikan sebagai korupsi secara hukum, belum tentu dikategorikan sebagai
perbuatan tercela bila ditinjau dari segi norma umum yang berlaku di tengah-
tengah masyarakat. Sebaliknya, suatu perbuatan yang dikategorikan sebagai
korupsi dalam pandangan norma umum, belum tentu mendapat sanksi yang
setimpal secara hukum. Korupsi Dalam Perspektif Islam Muhsin Hariyanto/Kuliah
Semester Genap/FH-UMY/29 September 2004 4
Pelajaran yang dapat dipetik dari sejarah perkembangan korupsi di Indonesia.
Korupsi – di negara kita -- pada dasarnya berkaitan dengan perilaku kekuasaan.
Kekuasaan – pada umumnya – cenderung untuk korup. Kekuasaan absolut akan
korup secra absolut. Kedua, korupsi sangat erat kaitannya dengan perkembangan
sikap kritis masyarakat. Semakin berkembang sikap kritis masyarakat, maka
korupsi akan cenderung dipandang sebagai fenomena yang semakin meluas.
Secara normatif, seseorang dianggap sebagai pelaku tindak pidana korupsi
bila telah memenuhi dua kriteria: Pertama: secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Kedua: dengan
tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara (Pasal 2 dan 3 UU No. 31 Tahun 1999).
Secara sosiologis, pengertian itu berkembangan sesuai dengan persepsi
masyarakat. Perilaku korupsi – dewasa ini -- bisa diindikasikan dari berbagai
perspektif atau pendekatan. Tindakan korupsi dalam perspektif keadilan atau

13
pendekatan hukum misalnya dikatakan sebagai: tindakan mengambil bagian yang
bukan menjadi haknya. Kemudian diderivikasikan: (1) korupsi adalah mengambil
secara tidak jujur perbendaharaan milik publik atau barang yang diadakan dari
pajak yang dibayarkan masyarakat untuk kepentingan memperkaya dirinya
sendiri; (2) korupsi adalah tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi
suatu jabatan secara sengaja untuk memperoleh keuntungan berupa status,
kekayaan atau uang untuk perorangan, keluarga dekat atau kelompok sendiri.
Dalam perspektif atau pendekatan relativisme kultural, bisa saja korupsi dikatakan
sebagai: tindakan pemaksaan untuk menyeragamkan berbagai pemerintahan
lokal, yang menyebabkan budaya asli setempat tidak berkembang, melemahkan
keberadaannya untuk diganti dengan budaya yang dominan milik penguasa adalah
tindakan korupsi struktural terhadap persoalan kultural. Bahkan orang awam pun
-- dengan lugas – dapat menyatakan bahwa korupsi identik dengan tindakan
menggelapkan uang kantor, menyalahgunakan wewenangnya untuk menerima
suap dan (juga) menikmati gaji buta tanpa bekerja secara serius.
Jika korupsi sudah sedemikian rupa diterjemahkan dengan berbagai perspektif
dan pendekatan oleh masyarakat kita, maka dalam pandangan agama pun korupsi
akan mengalami perubahan. Karena, betapa pun tafsir atas realitas seringkali
harus berhadapan denga rigiditas “teks”, yang oleh karenanya para ulama dituntut
oleh melakukan kontekstualisasi pemahaman atas teks yang semula ditafsirkan
menurut kebutuhan zamannya untuk diselaraskan dengan kebutuhan
perkembangan zaman. Di sinilah dinamika penafsiran atas teks dapat dipahami
sebagai sebuah tuntutan riil perubahan zaman.
Ibnu Katsir (t.t.) – ketika menfasirkan QS Âli ‘Imrân, 3: 161 (Tidak layak
seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang), menyatakan
bahwa ayat ini memiliki latar belakang historis sebagai berikut:
Pertama: Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata: “Umat
Islam telah kehilangan qathîfah (permadani) dalam perang Badar, lalu mereka
berkomentar: “Barangkali Rasulullah saw telah mengambilnya”. Karena peristiwa
ini, maka Allah mewahyukan ayat ini dalam rangka menjawab tuduhan umat Islam
terhadap Nabi Muhammad saw.

14
Kedua: Ibnu Jarir mengatakan bahwa firman Allah tersebut diturunkan
berkenaan dengan qathîfah (permadani) merah yang hilang dalam perang Badar,
sehingga menimbulkan kecurigaan sebagian pasukan Badar terhadap Rasulullah
saw. Karena itulah Allah menurunkan firman-Nya (QS Âli ‘Imrân,[3]: 161).
Rangkaian kalimat “Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan
perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang
dikhianatkannya itu; kemudian tiaptiap diri akan diberi pembalasan tentang apa
yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya” --
di dalam dalam ayat tersebut -- mengandung ancaman keras dan peringatan yang
tegas, bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan yang terlarang.
Seandainya perbuatan “menggelapkan selembar permadani” saja dianggap
sebagai sebuah tindak pidana korupsi, apalagi perbuatan “menggelapkan uang
negara dan pengkhianatan atas kepentingan publik”; perbuatan-perbuatan
tersebut lebih pantas dianggap sebagai “korupsi” dalam pengertian yang
sesungguhnya.
Dalam hal ini Rasullullah saw -- dalam riwayat Ahmad dari Abu Malik al-Asyja’i
-- menyatakan:

ِ ‫حَّ َد َث َنا َع ّْب ُد ْال َملِ كِ بْنُ َعمْ ٍرو َق ا َل حَّ َد َث َنا ُز َه ْي ٌر َيعْ ِّني اب َْن م َُح َّم ٍد َعنْ َع ّْب ِد هَللا ِ ب‬
ْ‫ْن م َُح َّم ٍد َعن‬
ِ ُ‫صلَى هَللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َق ا َل َأعْ َّظ ُم ْال ُغل‬
َ‫ول عِ ّْند‬ َ ِ‫ار َعنْ َأبِّي َمالِكٍ اَأْل ْش َجعِّيِ َعنْ ال َنبِّي‬ ٍ ‫ْن َي َس‬ِ ‫َع َطا ِء ب‬
ِ‫دَار ّ َف َي ْق َتطِ ُع َأحَّ ُد ُه َما مِنْ حَّ ظ‬ ‫ْن ّ ِّفي اَأْلرْ ِ َأ‬ ِ ْ‫هَللا ِ ذ َِرا ٌع مِنْ اَأْلر‬
ِ ّ‫ض ْو ّ ِّفي ال‬ ِ ‫اري‬ َ ‫ْن َج‬ ِ ‫الر ُجلَي‬َ ‫ون‬ َ ‫ض َتجِّ ُد‬
َ ِ‫ط ِو َق ُه مِنْ َسب ِْع َأ َرض‬
‫ين ِإلَى َي ْو ِم ْالقِ َيا َمة‬ ُ ‫صاح ِِب ِه ذ َِرا ًعا ّ َفِإ َذا ا ْق َت َط َع ُه‬
َ
(Korupsi terbesar di sisi Allah ialah sehasta tanah; kalian menjumpai dua orang
laki-laki bertetangga tanah miliknya atau rumah miliknya, lalu salah seorang dari
keduanya mengambil sehasta milik temannya. Apabila ia mengambilnya niscaya
hal itu akan dikalungkan kepadanya dari tujuh lapis bumi di hari kiamat nan).
Di samping itu Rasulullah saw juga menegaskan dalam hadis riwayat Ahmad –
yang lain – dari ‘Abdurrahman bin Jubair:
‫ث بْنُ َي ِزيّدَ َعنْ َع ّْب ِد ال َرحْ َم ِن‬ ُ ‫ار‬ ْ ‫ْن ُه َبي َْر َة‬
ِ ‫وال َح‬ ِ ‫يع َة َع ِن اب‬ َ ‫حَّ َد َث َنا مُو َسى بْنُ دَاوُ َد حَّ َد َث َنا ابْنُ َل ِه‬
‫صلَى هَللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َيقُ و ُل َمنْ َولِّ َي‬ َ ‫ت ال َنب َِّي‬ ُ ْ‫ت ْالمُسْ َت ْو ِر َد ب َْن َّشدَا ٍد َيقُو ُل َسمِع‬ ُ ْ‫ْن ُج َبي ٍْر َقا َل َسمِع‬
ِ ‫ب‬
‫ْس لَ ُه َخ ا ِد ٌم ّ َف ْل َي َت ِخ ْذ‬
َ ‫ت لَ ُه َز ْو َج ٌة ّ َف ْل َي َت َز َوجْ َأ ْو لَي‬ ْ ‫ْس‬َ ‫ْس لَ ُه َم ْن ِز ٌل ّ َف ْل َي َت ِخ ْذ َم ْن ِزاًل َأ ْو لَي‬
َ ‫لَ َنا َع َماًل َولَي‬
‫اب َش ْيًئ ا سِ َوى َذل َِك ّ َفه َُو َغال‬ َ ‫ص‬ َ ‫ت لَ ُه دَا َب ٌة ّ َف ْل َي َتخ ِْذ دَا َب ًة َو َمنْ َأ‬
ْ ‫َخا ِدمًا َأ ْو لَ ْي َس‬

15
(Barangsiapa memegang kekuasaan bagi kami untuk sesuatu pekerjaan,
sedangkan dia belum mempunyai tempat tinggal, maka hendaklah ia mengambil
tempat tinggal; atau belum mempunyai pelayan, maka hendaklan ia mengambil
pelayan; atau belum mempunyai kendaraan, maka hendaklah ia mengambil
kendaraan. Dan barangsiapa memperoleh sesuatu selain dari hal tersebut berarti
dia adalah “koruptor”)
Demikian juga hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dari al-Mustaurid bin
Syaddad:
‫َأْل‬
ْ‫ْن َي ِز ّي دَ َعن‬
ِ ‫ثب‬
ِ ‫ار‬ ِ ‫الر ِّق ُي حَّ َد َث َنا ْال ُم َع ا ّ َفى حَّ َد َث َنا ا ْو َزاعِّيُ َعنْ ْال َح‬
َ ‫ان‬َ ‫ُوسى بْنُ َمرْ َو‬ َ ‫حَّ َد َث َنا م‬
َ ‫صلَى هَللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َيقُ و ُل َمنْ َك‬
‫ان لَ َن ا‬ ُ ْ‫ْن َّشدَا ٍد َقا َل َسمِع‬
َ ‫ت ال َنب َِّي‬ ِ ‫ْن ُن َفي ٍْر َّع ِد ب‬
ِ ‫ْن ُن َفي ٍْر َعب‬
ِ ‫ُج َبي ِْر ب‬
ْ‫َعا ِماًل ّ َف ْل َي ْك َتسِ بْ َز ْو َج ًة ّ َفِإنْ لَّ ْم َي ُكنْ لَ ُه َخ ا ِد ٌم ّ َف ْل َي ْك َت ِس بْ َخا ِد ًم ا ّ َف ِإنْ لَّ ْم َي ُكنْ لَ ُه َم ْس َكنٌ ّ َف ْل َي ْك َت ِس ب‬
‫صلَى هَللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل َمنْ ا َت َخ َذ َغي َْر َذل َِك ّ َفه َُو َغ ا ٌل‬ َ ‫ت َأ َن ال َنب َِّي‬ ُ ْ‫َمسْ َك ًنا َقا َل َقا َل َأبُو َب ْك ٍر ُأ ْخ ِبر‬
‫َأ‬
ِ ‫ْو َس‬
‫ارق‬
(Barangsiapa bekerja untuk kepentingan kami, hendaklah ia mencari isteri;
jika belum mempunyai pelayan, hendalah mencari pelayan; dan jika masih belum
punya rumah, hendaklah ia mencari rumah. Barangsiapa yang mengambil selain
dari itu [yang menjadi haknya], berarti dia adalah koruptor atau pencuri).
Ahmad ibn Hanbal (t.t) —dalam kitab Musnadnya -- juga meriwayatkan hadis
lain:

ِ ‫ْن َس ِع ّي ٍد َعنْ ُع رْ َو َة ب‬
‫ْن‬ ِ ‫اش َعنْ َيحْ َيى ب‬ ٍ ‫يس ى حَّ َد َث َنا ِإ ْس مَاعِ ّي ُل بْنُ َع َي‬ َ ِ‫اق بْنُ ع‬ُ ‫حَّ َد َث َنا ِإ ْس َح‬
‫ال ُغلُول‬ َ ِ ‫السا ِّع ِّديِ َأ َن َرسُو َل هَللا‬
ِ ‫صلَى هَللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل هَّدَا َيا ْال ُع َم‬ َ ‫ال ُز َبي ِْر َعنْ َأبِّي ُح َم ّْي ٍد‬
(Hadiah-hadiah yang diterima oleh para ‘amil [petugas
zakat/infaq/shadaqah/pajak] adalah ghulûl [korupsi])
Dalam hadis lain Abu Dawud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah
bersabda :
‫ْن‬
ٍ ‫ُس ي‬ َ ‫ْن َس ِع ّي ٍد َعنْ ح‬
ِ ‫ثب‬ ِ ‫ار‬ ِّ ‫ب حَّ َد َث َنا َأ ُب و َع‬
ِ ‫اص ٍم َعنْ َع ّْب ِد ْال َو‬ ٍ ِ‫حَّ َد َث َنا َز ّْي ُد بْنُ َأ ْخ َز َم َأ ُب و َط ال‬
‫اس َتعْ َم ْل َناهُ َعلَى‬ َ ِ‫ْن ب َُر ّْي َد َة َعنْ َأ ِبي ِه َعنْ ال َنبِّي‬
ْ ْ‫ص لَى هَللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس لَّ َم َق ا َل َمن‬ ِ ‫ْالم َُعلِّ ِم َعنْ َع ّْب ِد هَللا ِ ب‬
‫َعم ٍَّل ّ َف َر َز ْق َناهُ ِر ْز ًقا ّ َف َما َأ َخ َذ َب ّْعدَ َذل َِك ّ َفه َُو ُغلُول‬
(Barangsiapa yang saya angkat menjadi pejabat dengan gaji rutin, maka
sesuatu yang yang diambilnya selain itu [gaji rutin]adalah ghulûl [korupsi]).

16
Dari beberapa penjelasan di atas, kita dapat memahami bahwa “korupsi”
harus dipahami secara kontekstual sesuai dengan kausa-efisien (‘illat) dan kausa-
finalis (maqashid) nya.
Berdasar pada ‘Illat (Kausa-Efisien), korupsi dapat dipahamai sebagai:
“tindakan penyalahgunaan wewenang oleh pemegang amanat publik”. Sehingga
semua penyalahgunaan wewenang oleh siapapun, dalam bentuk apa pun, di mana
pun dan kapan pun oleh pemegang amanat publik dapat disebut sebagai tindakan
korupsi”. Ketika kita pahami korupsi berdasarkan pada Maqâshid (Kausa-Finalis),
maka korupsi dapat dipahami sebagai: “tindakan yang merugikan kepentingan
publik”. Sehingga semua tindakan yang dapat merugikan kepentingan publik untuk
kepentingan pribadi, keluarga dan kelompok yang dilakukan oleh siapa pun, dalam
bentuk apa pun, di mana pun dan kapan pun dapat disebut sebagai tindakan
korupsi”.
B. Nilai-nilai Anti Korupsi
Belajar dari al-Quran dan as-Sunnah, kita mendapatkan empat pilar [nilai]
utama, yang dapat kita jadikan sebagai pijakan sebagai pilar strategi
pemberantasan korupsi:
1. Amanah
Secara etimologis, “amanah” berarti” “titipan” (Munawwir, 1997). Sedang
dalam pengertian istilah, kata amanah – sebagaimana yang yang terdapat dalam
al-Quran - - dapat dipahami dalam lima pengertian:
Pertama, kata amanah dikaitkan dengan larangan menyembunyikan kesaksian
atau keharusan memberikan kesaksian yang benar. Sebagaimana yang dapat kita
pahami dari QS al-Baqarah, [2] 283:
‫ض ا ّ َف ْل ُي َؤ ِد الَ ِّذي‬ ُ ْ‫ُوض ٌة ّ َف ِإنْ َأم َِن َبع‬
ً ْ‫ض ُّك ْم َبع‬ َ ‫َوِإنْ ُك ْن ُّت ْم َعلَى َس َف ٍر َولَّ ْم َتجِّ ُدوا َكا ِتبًا ّ َف ِر َه انٌ َم ْقب‬
َ ُ‫اْؤ ُتم َِن َأ َما َن َت ُه َو ْل َي َت ِق هَللا َ َر َب ُه َواَل َت ْك ُتمُوا الّ َش َها َد َة َو َمنْ َي ْك ُتمْ َها ّ َفِإ َن ُه َء ِّاث ٌم َق ْل ُب ُه َوهَللا ُ ِب َم ا َتعْ َمل‬
‫ون‬
ّ‫َعلِي‬
(Jika kamu dalam perjalanan [dan bermu`amalah tidak secara tunai] sedang
kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan
yang dipegang [oleh yang berpiutang]. Akan tetapi jika sebagian kamu
mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan

17
amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan
janganlah kamu [para saksi] menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya;
dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan).
Kedua, kata amanah diaitkan dengan dengan keadilan atau pelaksanaan
hukum secara adil. Sebagaimana yang dapat kita pahami dari QS. An-Nisa’, [4] 58:
‫اس َأنْ َتحْ ُك ُم وا ِب ْالع َّْد ِل ِإ َن‬ ِ ‫َن هَللا َ َيْأ ُم ُر ُّك ْم َأنْ ُتَؤ ُدوا اَأْل َما َن ا‬
ِ ‫ت ِإلَى َأهْ لِ َه ا َوِإ َذا َح َكمْ ُّت ْم َبي َْن ال َن‬
‫ان َس ِميعً ا بَصِ يرً ا‬ ُ ‫هَللا َ ِن ِع َما َيع‬
َ ‫ِظ ُّك ْم ِب ِه ِإ َن هَللا َ َك‬
(Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan [menyuruh kamu] apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat).
Ketiga, dikaitkan dengan sifat khianat sebagai lawan katanya. Sebagaimana
yang dapat kita pahami dari QS alAnfal, [8] 27:
‫الرسُو َل َو َت ُخو ُنوا َأ َما َنا ِت ُّك ْم َوَأ ْن ُّت ْم َتعْ لَمُون‬ َ ‫َياَأ ُي َها الَذ‬
َ ‫ِين َءا َم ُنوا اَل َت ُخو ُنوا هَللا َ َو‬
(Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul [Muhammad] dan [juga] janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui).
Keempat, dikaitkan dengan salah satu sifat manusia yang mampu memelihara
kemantapan ruhaninya. Sebagaimana yang dapat kita pahami dari (QS al-Ma’arij,
[70] 32:
‫ِين ُّه ْم َأِل َما َنا ِت ِّه ْم َو َع ّْه ِد ِّه ْم َراعُون‬
َ ‫َوالَذ‬
(Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat [yang dipikulnya] dan
janjinya
Kelima, dipahami dalam pengertian yang sangat luas, baik sebagai tugas
keagamaan maupun sosial-kemanusiaan. Sebagaimana yang dapat kita pahami
dari QS al-Ahzab, [33] 72):
ِ‫ال ّ َف َأ َبي َْن َأنْ َيحْ م ِْل َن َه ا َوَأ ْش َف ْق َن ِم ْن َه ا‬ ِ ْ‫ت َواَأْلر‬
ِ ‫ض َو ْال ِج َب‬ َ ‫ض َنا اَأْل َما َن َة َعلَى‬
ِ ‫الس َم َوا‬ ْ ‫َنا َع َر‬
‫ان َظلُومًا َجهُواًل‬ َ ‫َو َح َملَ َها اِإْل ْن َسانُ ِإ َن ُه َك‬

18
(Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh).
Ada kaitan yang erat antara iman dan amanat, sebagaimana yang dijelaskan
dalam sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Anas bin Malik:

َ ‫ان لِ َمنْ اَل َأ َما َن َة لَ ُه َواَل د‬


َُ‫ِين لِ َمنْ اَل َع ّْهدَ لَه‬ َ ‫ا ِإي َم‬
(Tidak (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak [sempurna]
agama orang yang tidak menunaikan janji).
Amanah dalam pengertian sempit adalah memelihara titipan dan
mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula. Sedangkan dalam
pengertian yang luas amanah mencakup banyak hal, seperti: menyimpan rahasia
orang, menjaga dirinya sendiri, menunaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya
dan lain sebagainya.
Salah satu bentuk amanah adalah tidak menyalahgunakan jabatan. Segala
bentuk penyalahgunaan jabatan untuk kepentingan pribadi, keluarga, famili atau
kelompok seprti tampak pada tindakan korupsi termasuk perbuatan tercela yang
melanggar amanah. Beberapa bentuk dari penyalahgunaan jabatan, misalnya:
menerima komisi, hadiah yang terkait dengan jabatan serta mengangkat
orangorang yang tidak berkemampuan untuk menduduki jabatan tertentu hanya
karena (dia) adalah sanak saudara atau kenalannya (nepotisme), sementara ada
orang lain yang lebih mampu dan pantas menduduki jabatan tersebut dapat
disebut sebagai tindakan melanggar amanah. Korupsi Dalam Perspektif Islam
Muhsin Hariyanto/Kuliah Semester Genap/FH-UMY/29 September 2004 11
2. Shidiq
Kata shidiq, secara etimogis, berarti: benar atau jujur (Munawwir, 1997).
Seorang muslim dituntut untuk selalu dalam keadaan benar lahir-batin. Meliputi:
benar-hati (shidq al-qalb), benar-perkataan (shidq al-hadits), serta
benarperbuatan (shidq al-‘amal).
Benar dalam ketiga hal tersebut akan menuntun pada perilaku yang sesuai
dengan “kebenaran” agama Islam. Oleh karena itu, rasulullah saw memerintahkan

19
kepada setiap muslim untuk selalu menjaga diri dala “shidiq” dan melarang
umatnya berbohong, karena stiap kebohongan akan membawa kepada kejahatan.
Dalam hadis riwayat al-Bukhari-Muslim,Rasulullah saw bersabda:
‫او َي َة َو َوكِي ٌع َق ااَل حَّ دَ َث َنا اَأْلعْ َمشُ ح و‬
ِ ‫ْن ُن َم ْي ٍر حَّ َد َث َنا َأ ُب و ُم َع‬
ِ ‫حَّ َد َث َنا م َُح َّم ُد بْنُ َع ّْب ِد هَللا ِ ب‬
ٍ ‫او َي َة حَّ َد َث َنا اَأْلعْ َمشُ َعنْ َش ق‬
ِ ‫ِيق َعنْ َع ّْب ِد هَللا ِ َق ا َل َق ا َل َر ُس و ُل هَللا‬ ِ ‫ب حَّ َد َث َنا َأبُو م َُع‬ ٍ ‫حَّ َد َث َنا َأبُو ُك َر ْي‬
‫صلَى هَللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َعلَ ْي ُّك ْم ِبالص ِّْد ِق ّ َفِإ َن الص ِّْد َق َي ّْه ِّدي ِإلَى ْال ِب ِر َوِإ َن ْال ِب َر َي ّْه ِّدي ِإلَى ْال َج َن ِة َو َم ا‬
َ
َ ‫ِب ّ َف ِإ َن ْال َك ذ‬
‫ِب‬ َ ‫ص دِي ًقا َوِإ َي ا ُّك ْم َو ْال َك ذ‬
ِّ ِ ‫ب عِ ّْن َد هَللا‬
َ ‫الص ْد َق َح َتى ي ُْك َت‬
ِّ ‫ص ُد ُق َو َي َت َح َرى‬ َ ‫َي َزا ُل‬
ّْ ‫الرجُّ ُل َي‬
‫ِب َح َتى‬ َ ‫الرجُّ ُل َي ْك ذِبُ َو َي َت َح َرى ْال َك ذ‬ َ ‫ار َو َم ا َي َزا ُل‬ َ ‫ُور َوِإ َن ْالفُج‬
ِ ‫ُور َي ّْه ِّدي ِإلَى ال َن‬ ِ ‫َي ّْه ِّدي ِإلَى ْالفُج‬
‫َك َذا ًبا‬ ِ ‫ب عِ ّْندَ هَللا‬
َ ‫ُي ْك َت‬
(Hendaklah kamu semua bersikap jujur, karena setiap kejujuran akan
membawa kepada kebaikan, dan setiap kebaikan akan membawa ke surga.
Seseorang yang selalu jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebagi
seorang yang jujur (shidiq). Dan jauhilah sifat bohong, karena setiap kebohongan
akan membawa kepada kejahatan, dan setiap kejahatan akan memebawa ke
neraka. Orang-orang yang selalu berbohong dan mencari kebohongan akan ditulis
oleh Allah sebagai pembohong (kadzdzab)).
Ciri-ciri orang yang shidiq adalah: selalu berkata benar, selalu
bermu’amalah dengan benar, memutuskan dengan benar, menepati janji serta
menampilkan diri seperti keadaan yang sebenarnya. Karena itu orang yang shidiq
tidak mungkin melakukan korupsi, karena di dalamnya (korupsi) pasti ada
kebohongan.
Salah satu bentuk kebohongan yang sangat dicela adalah khianat, khianat
adalah sejelek-jelek sifat bohong. Sementara itu, “korupsi” merupakan salah satu
bentuk pengkhianatan yang berat. Korupsi merupakan tindakan yang tercela dan
dilarang oleh Allah SWT. Hal tersebut dijelaskan dalam firman Allah SWT (QS al-
Anfal, [8] 8):
‫الرسُو َل َو َت ُخو ُنوا َأ َما َنا ِت ُّك ْم َوَأ ْن ُّت ْم َتعْ لَمُون‬ َ ‫َياَأ ُي َها الَذ‬
َ ‫ِين َءا َم ُنوا اَل َت ُخو ُنوا هَللا َ َو‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul-Nya (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat
yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.

20
Mengingat sangat tercelanya “khianat”, maka pengkhiatan dalam bentuk
apa pun, oleh siapa pun di mana pun dan kapan pun tidak boleh dibalas dengan
pengkhiatan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sabda Rasulullah saw:

َ ‫َأ ِد اَأْل َما َن َة ِإلَى َمنْ اْئ َت َم َن‬


‫ك َواَل َت ُخنْ َمنْ َخا َنك‬
(Tunaikanlah amanat terhadap orang yang mengamanatimu dan janganlah
berkhianat terhadap orang yang mengkhianatimu”) (HR Ahmad dan Abu Dawud)
3. Adil
Adil – secara etimologis – berarti: “kesepadanan, kelurusan dan ukuran”.
(Munawwir, 1997). Sedang dalam pengertian terminologis berarti: “sikap tengah
yang berkeseimbangan dan jujur” (Madjid, 2000) yang muncul dari rasa insaf
(kesadaran) yang mendalam. Namun sebagai sebuah konsep keagamaan, makna
keadilan jauh lebih luas dan kompleks berkaitan dengan konteks masing-masing.
Keadilan dapat dipilah menjadi empat pengertian: (1) keadaan sesuatu yang
seimbang; (2) persamaan dan penyangkalan terhadap pembedaan; (3) memelihara
hak-hak individu dan memberikan hak kepada setiap orang yang berhak
menerimanya; dan (4) kemurahan dalam memberikan kebaikan.
Sedang bentuk-bentuknya ada tiga macam: Pertama, keadilan individual,
yaitu kemampuan seseorang dalam mengendalikan dirinya, sehingga tidak
melanggar norma agama. Kedua, keadilan sosial, yaitu keserasian dan
keseimbangan hubungan antarpribadi dan antara pribadi dengan masyarakat. Di
dalam hal ini seseorang dituntut oleh melakukan sejumlah kewajiban yang
melekat pada dirinya ketika berhubungan dengan pribadi lain dan masyarakat,
sementara itu juga dituntut untuk memperoleh hak yang semestinya dari pribadi
lain dan masyarakat untuk dirinya. Sehingga terciptalah keseimbangan antara
perolehan hak pribadi dan pemberian hak terhadap pribadi lain dan masyarakat
dan lam hubungan interpersonal dan sosialnya. Ketiga, Keadilan manusia terhadap
makhluk lain, yakni tidak berbuat semena-mena terhadap makhluk lain.
Perintah untuk berlaku adil dinyatakan dalam beberapa ayat al-Quran.
Antara lain pada QS al-A’raf, 7: 29; QS an-Nahl, 16: 90 dan QS al-Maidah, 5: 8.
Implikasi dari sifat adil ini akan tampak pada perilaku sehari-hari, antara
lain: tidak mau mengambil sesuatu melebih haknya; tidak mau merugikan orang
lain dan selalu berusaha memberkan keuntungan terhadap orang lain tanpa harus

21
kehilangan hak-haknya. Sikap inilah yang pada akhirnya akan dapat
menghindarkan diri orang dari perilaku “korupsi”. Karena korupsi – pada dasarnya
– merupakan bentuk tindakan yang tidak adil, karena merugikan orang lain.
Pelajaran tentang disiplin tersebut. Misalnya perintah untuk melaksanakan
shalat “tepat pada waktunya”; berpuasa sesuai dengan tuntunanya; berzakat dan
bershadaqah pada saat ada kesempatan; berhaji ketika ada kemampuan.
Demikian juga pelajaran tentang “kaifiyah” (tata-cara) beribadah yang harus
ditepati sebagaimana perintahnya. Semua keteranga itu menunjukkan pelajaran
tentang disiplin dari Allah untuk umatnya.
4. Taqwa
Taqwa -- dalam pengertian etimologis – berarti: “takut., berhati-hati dan
waspada”. Sedang dalam pengertian terminologis, taqwa berarti: “penjagaan diri
dari sesuatu yang tidak baik”. (Raharja, 1996).
Al-Quran menyebut kata taqwa ini sebanyak 242 kali, baik dalam bentuk
kata benda maupun kata kerja. Orang yang memiliki sifat dan melaksanakan
tindakannya disebut al-Muttaqi (Orang Yang Bertaqwa). Al-Muttaqi – secara
umum -- dapat dimaknai dalam tiga kategori: (1) orang yang menjaga diri dari
kejahatan; (2) orang yang berhati-hati; dan (3) orang yang menghormati dan
menepati kewajiban.
Implikasi sosial-kemanusiaannya antara lain: (1) berkemampuan untuk
bersikap adil terhadap sesama manusia (QS al-Maidah, [5] 8); (2) menyelamatkan
seseorang dari kekerdilan jiwa (QS al-Mu’min, [40] 45); (3) kesediaan untuk
memberikan miliknya kepada orang lain, menepati janji-janinya kepada siapa pun
dan bersikap sabar dalam menghadapi situasi dan kondisi apa pun (QS al-Baqarah,
[2] 177).
Dari sikap-sikap yang terbentuk pada orang-orang yang bertaqwa itulah,
dapat diharapkan muncul sebuah komunitas yang memberdayakan dan
terberdayakan karena tumbuhnya solidaritas antarmanusia dan masyarakat
sebagai perwujudan riil – dalam wilayah praksis -- dari kepatuhan penuh hamba-
hamba Allah kepada-Nya.
C. Kewajiban Memberantas Korupsi

22
Setiap muslim – sebagaimana penjelasan al-Quran dan asSunnah –
memiliki kewajiban yang sama untuk memberantas korupsi, karena korupsi adalah
salah satu dari bentuk kemungkaran yang harus diberantas.
Allah berfirman dalam QS Ali ‘Imran, 3: 104:
‫ك‬ َ ‫ُون ِإلَى ْال َخ ْي ِر َو َي ْأ ُمر‬
َ ‫ُون ِب ْال َمعْ رُوفِ َو َي ْن َه ْو َن َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوُأولَِئ‬ َ ‫َو ْل َت ُكنْ ِم ْن ُّك ْم ُأ َم ٌة ي َّْدع‬
‫ُّه ُم‬
‫ْال ُم ْفلِحُون‬
(Hendaklah ada di antaramu kelompok yang selalu mengajak kepada
kebajikan dan memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
kemungkaran. Mereka itulah orang-orang yang akan mencapai kebahagiaan).
Sementara Rasulullah saw pernah bersabda dalam hadis riwayat Muslim:

َ ِ‫َمنْ َرَأى ِم ْن ُّك ْم ُم ْن َكرً ا ّ َف ْل ُي َغ ِيرْ هُ ِب َّي ِد ِه ّ َفِإنْ لَّ ْم َي ْس َتطِ عْ ّ َف ِبل َِس ا ِن ِه ّ َف ِإنْ لَّ ْم َي ْس َتطِ عْ ّ َف ِب َق ْل ِب ِه َو َذل‬
‫ك‬
‫ان‬ِ ‫َأضْ َعفُ اِإْلي َم‬
(Barangsiapa di antaramu melihat kemungkaran, maka hendaklah ia
mengubah dengan tangannya; kalu tidak sanggup, maka ubahlah dengan lisan;
dan bila tidak sanggup, ubahlah dengan hati. Yang demikian itu adalah selemah-
lemah iman).
Kewajiban untuk “beramar ma’ruf”, artinya perintah kepada semua orang
Islam – baik perseorangan maupun kolektif -- untuk melakukan sosialisasi dan
internalisasi nilai-nilai Islam ke dalam semua bentuk aktivitas kepada siapa pun, di
mana pun dan kapan pun. Di samping itu juga melakukan upaya pemberdayaan
bagi umat manusia agar mereka berkemauan dan – sekaligus – berkemampuan
untuk berpihak kepada kebenaran, melaksanakan dan memperjuangkannya.
Sedang kewajiban “bernahyi munkar”, artinya perintah kepada semua orang Islam
-- baik perseorangan maupun kolektif – untuk tidak berpihak kepada
“ketidakbenaran”, menghindarkan diri dan mencegah dirinya dan orang lain untuk
tidak berbuat sesuatu yang tidak dibenarkan oleh agama, baik dalam wilayah
ibadah (hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan), maupun dalam wilayah
mu’amalah (hubungan horisontal antarmanusia), termasuk di dalamnya hubungan
antara manusia dengan makhluk-makhluk Tuhan (selain manusia).
D. Regulasi Tindak Pidana Korupsi Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam

23
1. Bentuk-Bentuk Sanksi Bagi Pelaku Tindak Pidana Korupsi sesuai Hukum Pidana
Islam
a. Terdapat upaya bentuk-bentuk tradisional mengenai pidana Islam
sebagaimana ditentukan dalam Al-Quran dan As-Sunnah serta dinamika
penafsiran inovatif atau pengembangan bentuk-bentuk pidana Islam itu.
Dari segi ini dapat disimpulkan ada beberapa bentuk, antara lain bahwa
secara tradisional, bentuk-bentuk pidana Islam itu meliputi:

 Pidana Qishash atas jiwa


 Pidana Qishash atas badan
 Pidana diyat (denda ganti rugi)
 Pidana Mati
 Pidana Penyaliban
 Pidana Pelemparan batu sampai mati (Rajam)
 Pidana Potong tangan atau kaki
 Pidana Potong tangan dan kaki
 Pidana Pengusiran atau pembuangan
 Pidana Penjara seumur hidup
 Pidana Cambuk atau dera
 Pidana Denda pengganti diyat
 Pidana Teguran atau peringatan
 Pidana Penamparan atau Pemukulan
 Pidana Kewajiban religious (kaffarah)
 Pidana Tambahan lainnya (takzir)
 Bentuk-bentuk pidana lainnya yang dapat dikembangkan sebagai
konsekuensi dari
 pidana takzir.
 Ketujuh belas bentuk pidana itu, dapat Dikelompokkan sebagai berikut:
A. Dari Segi Objek Ancamannya
1). Pidana atas jiwa, yang terdiri dari:
a) Pidana mati dengan pedang

24
b) Pidana mati dengan digantung Di tiang salib
c) Pidana mati dengan dilempar Batu (rajam)
2) .Pidana atas harta kekayaan, yang Meliputi:
a) Pidana diyat ganti rugi
b) Pidana takzir sebagai tambahan
3). Pidana atas anggota badan, Berupa:
a) Pidana potong tangan dan kaki
b) Pidana potong tangan atau kaki
c) Pidana penamparan atau Pemukulan
4). Pidana atas kemerdekaan, berupa:
a) Pidana pengusiran atau Pembuangan
b) Pidana penjara seumur hidup
c) Pidana penahanan yang bersifat Sementara
5). Pidana atas rasa kehormatan dan Keimanan, berupa:
a) Pidana teguran atau peringatan
b) Kaffarah sebagai hukuman yang Bersifat religious
B. Dari segi bahaya bentuk kejahatan yang diancamnya:
1) Bentuk pidana qishash dan diyat, yang diancamkan terhadap jenis
kejahatan yang membahayakan jiwa, keselamatan fisik atau anggota
badan (jasmani), seperti pembunuhan dan penganiayaan.
2) Bentuk-bentuk pidana hudud (hadd) yang diancamkan terhadap jenis-
jenis kejahatan tertentu yang mengakibatkan kerugian harta benda atau
lainnya seperti pencurian dan perampokan, maupun terhadap jenis-jenis
kejahatan tanpa korban langsung seperti perzinahan,pemabukan dan
lain sebagainya.
3) Bentuk-bentuk pidana takzir yang dapat merupakan pidana tambahan,
dalam rangka memperberat kadar pidana yang ada atau dapat pula
merupakan bentuk pidana yang sama sekali baru. Pidana takzir ini, pada
pokoknya merupakan pidana yang diancamkan terhadap jenis-jenis
kejahatan yang belum ada ketentuan pidananya dalam Al-Quran
maupun Hadist.
2. Takzir Sebagai Instrumen Sanksi Bagi Koruptor.

25
Takzir berasal dari kata at-Ta’zir (menurut bahasa) yang bermakna
permuliaan dan pertolongan. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt:
‫لِّ ُتْؤ ِم ُن ْوا ِباهّٰلل ِ َو َرس ُْولِهٖ َو ُت َع ِّزر ُْوهُ َو ُت َو ِّقر ُْو ۗهُ َو ُت َس ِّبح ُْوهُ ب ُْك َر ًة وَّ اَصِ ْياًل‬
Artinya : “Agar kamu semua beriman kepada Allah swt dan Rasul-Nya,
menguatkan (agama)-Nya.” Q.S Alfath:9”
Maksud takzir didalam ayat itu adalah mengagungkan dan menolong agama
Allah swt ia juga dapat bermakna celaaan jika dikatakan “Azzara fulanun fulanan”
berarti si fulan telah mencela si fulan sebagai peringatan dan pelajaran atas
kesalahan yang dilakukannya. Definisi Takzir menurut syara’ adalah hukuman yang
bersifat mendidik atas dosa yang tidak dijelaskan oleh hadd (sanksi) dan kafarat
(penebusnya), selain itu dapat juga dikatakan bahwa ia merupakan hukuman yang
dijatuhkan oleh pemerintah (imam) atas tindak pidana atau dosa yang sanksinya
belum ditentukan dalam agama, atau telah ditetapkan sanksinya tapi tidak
mencukupi persyaratan pemberlakuan sanksi tersebut. Dalil disyariatkannya takzir
adalah riwayat Bahz bin Hakim dari kakeknya bahwa Nabi saw pernah menahan
seseorang yang tertuduh. Penahanan terhadap seseorang ini merupakan tindakan
preventif yang perlu dilakukan hingga kebenaran tampak jelas. Diriwayatkan juga
oleh Hani bin Niyar bahwa ia mendengar Rasulullah saw bersabda “Jangan kalian
mencambuk seseorang lebih dari sepuluh kali, kecuali dalam perkara yang
berkaitan dengan hak Allah (hudud)”. Diriwayatkan bahwa Umar bin Khathtab juga
menjalankan takzir dan mendidik beberapa pelaku maksiat (yang tidak memiliki
kafarat dan tidak memiliki sanksi yang ditentukan oleh syara’) dengan cukur
rambut (tidak beraturan), pengasingan, pukulan, sebagaimana ia juga membakar
toko yang menjual khamar (minuman keras), desa yang menjual khamar, dan
membakar istana Sa’ad bin abi Waqash di Kufah Karena maksiat-maksiat yang
dilakukan (disana) yang tersembunyi dari khalayak ramai. Umar juga telah
membuat dirrah (alat pukul) bagi mereka yang berhak dipukul, mendirikan penjara
serta memukul perempuan yang senang meratapi mayat hingga tampak
rambutnya. Ketiga Imam mazhab mengatakan bahwa hukum takzir adalah wajib.
Sementara itu, Imam Syafi’I mengatakan bahwa hukum takzir adalah tidak
wajib.16Takzir dalam tindak pidana korupsi dapat diklasifikasikan sesuai dengan
berat dan ringannya cara atau akibat yang ditimbulkan. Diantaranya:

26
a) Celaan dan Teguran/ Peringatan
Hukuman ini dijatuhkan kepada pelaku tindak pidana tertentu yang
dinilai ringan namun dianggap merugikan orang lain. Peringatan dimaksudkan
untuk mendidik. pelaku, mengancam pelaku kriminal jika dia mengulangi
kejahatannya dengan ancaman penjara, cambuk, sampai pada ancaman
hukuman terberat. Hukuman tersebut dapat diberlakukan kepada pelaku
tindak pidana ringan.
b) Masuk Daftar Orang Tercela (al-tasyhir)
Al-tasyhir diberlakukan atas pelaku kesaksian palsu dan berlaku curang.
Dalam tradisi klasik, memasukkan pelaku dalam daftar orang tercela dilakukan
dengan mengumumkan kejahatan serta dosa pelaku pidana di tempat-tempat
umum, saat ini pengumuman dapat dilakukan di media massa, Koran, majalah
serta tempat-tempat publik.
c) Dengan pukulan (dera/cambuk)
Hukuman ini diberlakukan kepada pelaku pidana dengan tidak
dimaksudkan untuk melukai atau mengganggu produktivitas kerjanya,
sebaliknya bertujuan untuk membuat jera pelaku. Menurut Abu Hanifah,
minimal deraan sebanyak 39 kali, sedangkan ukuran maksimalnya, menurut
Imam Malik boleh lebih dari seratus kali jika kondisi menghendaki demikian.
d) Hukuman Berupa Harta (denda) dan Hukuman Fisik.Hukuman ini seperti
hukuman yang dikenakan pada kasus pencurian buahbuahan yang masih
berada di pohon. Rasulullah bersabda: “siapa saja yang mengambil barang
orang lain, maka dia harus mengganti dua kali lipat nilai barang yang telah dia
ambil dan dia harus diberi hukuman.”
d) Penjara
Pemenjaraan bisa berjangka pendek Atau jangka panjang, penjara
seumur hidup. Misalnya hukuman jangka pendek paling Sebentar satu hari
dan paling lama tidak Ditentukan karena tidak disepakati oleh Para ulama.
Ada yang menyatakan 6 bulan, Sementara ulama lain berpendapat tidak Boleh
melebihi satu tahun, dan menurut Kelompok lain penentuannya diserahkan
Kepada pemerintah.
e) Hukuman mati

27
Terkadang bentuk hukuman takzir bisa Berbentuk hukuman mati.
Hukuman itu Dapat diberlakukan bila kemaslahatan Benar-benar
menghendakinya. Adapun Untuk kasus korupsi hukuman mati bisa
Diberlakukan bila Negara dalam keadaan krisis Memperhatikan bentuk-
bentuk hukuman takzir diatas dalam kaitannya dengan sanksi bagi pelaku
korupsi merupakan bentuk pidana yang khas cakupannya bisa dari tingkatan
sederhana hingga terberat dan berakibat massif, maka beberapa detail dari
hukuman takzir tersebut dapat diberlakukan pada saat ini. Misalnya,
memasukkan pelaku korupsi ke dalam daftar orang tercela, memecat dari
jabatannya, diasingkan dari khalayak, melakukan penyitaan harta dua kali lipat
dari hasil kejahatan korupsi, bahkan hukuman mati sesuai dengan tingkat
kejahatan korupsi yang dilakukan dan akibat negatif yang ditimbulkan.
3. Sanksi Sosial
Masyarakat Indonesia secara umum sangat permisif terhadap korupsi. Hal
itu antara lain ditunjukkan dengan sikap tetap bangga bergaya hidup mewah,
meskipun dibiayai dengan harta hasil korupsi, tidak hilangnya rasa hormat
masyarakat terhadap seseorang yang mempunyai indikasi kuat melakukan
korupsi, dan terbukanya lembaga-lembaga Islam terhadap sumbangan hasil
korupsi. Berikut adalah beberapa sanksi sosial yang diterapkan kepada pelaku
tindak pidana korupsi:
a) dikucilkan karena memakan harta korupsi yang sama saja dengan
memakan barang haram (al-suht). Sebagaimana firman Allah dalam surah
Al-maidah ayat
artinya: “mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita
bohong, banyak memakan yang haram. Jika mereka (orang
yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka
putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, atau berpalinglah
dari mereka.” Termasuk bagian dari pengucilan itu adalah tidak
memilih pelaku koruptor sebagai pemimpin formal baik sebagai
wakil rakyat dan pejabat, dan tidak mengakuinya sebagai
pemimpin non formal (pemuka masyarakat ,tokoh masyarakat,
tokoh agama).

28
4. Sanksi Akhirat
Selain ancaman sanksi dunia yang berat dan menghinakan, di akhirat
kelak para koruptor akan sangat dihinakan di hadapan Allah dengan saksi
barang-barang atau segala sesuatu yang dia korupsi di dunia. Sebagaimana
sebuah kebajikan mempunyai balasan di akhirat, Islam menegaskan bahwa
kejahatan juga mempunyai sanksi di akhirat itu diharapkan dapat mencegah
masyarakat muslim dari korupsi. Beberapa sanksi di akhirat bagi pelaku tindak
pidana korupsi adalah sebagai berikut: Korupsi dapat menghalanginya
pelakunya masuk surga karena harta hasil
 korupsi adalah al-suht. Sebagaimana hadist Nabi Saw “tidak akan masuk
surga daging yang tumbuh dari al-suht (harta haram).”(HR al-Darimi).
Tidak hanya mencegah masuk surga, Korupsi juga dapat menyebabkan
 Pelakunya masuk neraka, hadist Nabi Saw “setiap daging yang tumbuhkan
Oleh al-suht maka neraka lebih pantas Baginya. Ditanyakan wahai
Rasulullah Apa al-suht itu? Rasulullah Saw Menjawab Risywah dalam
hukum.” (HR Bukhari). Harta hasil korupsi akan membebaninya Pada hari
kiamat karena korupsi
 juga Merupakan ghulul.25“Dari Ibn Humaid al-Sa’idi berkata : Rasulullah
Saw menugaskan seorang Lelaki dari suku Asad bernama Ibn Lutbiah
(‘Amr bin Ibn Abi’ Umar: untuk Memungut zakat). Setelah kembali, dia
Berkata : Ini untukmu dan ini yang Dihadiahkan kepadaku. Lalu berdirilah
Rasulullah Saw, diatas mimbar,Kemudian memanjatkan pujian kepada
Allah swt. Selanjutnya beliau bersabda “Apakah yang terjadi dengan
seorang Petugas yang aku utus, lalu dia kembali Dengan mengatakan “ Ini
aku serahkan Kepadamu dan ini dihadiahkan untukku. Mengapa dia tidak
duduk saja dirumah Bapak ibunya sehingga dia bisa melihat Apakah ada
yang akan memberinya Hadiah atau tidak. Demi Tuhan yang jiwa
Muhammad ada di tangan-Nya, tidak Seorang pun dari kamu yang
mengambil Sebagian dari hadiah itu, kecuali pada Hari kiamat dia akan
memikul di Lehernya seekor unta yang mengeluh Atau sapi yang menguak
atau kambing Yang mengembik.”

29
KORUPSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM
A. DEFINISI KORUPSI MENURUT PERSPEKTIF HUKUM

30
Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah
dijelaskan dalam 13 buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah
dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan kedalam 30 bentuk/jenis
tindak pidana korupsi. Pasalpasal tersebut menerangkan secara terperinci
mengenai perbuatan yang bisa dikenakan sanksi pidana karena korupsi.
Ketigapuluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Kerugian keuangan negara
2. Suap-menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan 5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi Selain bentuk/jenis
tindak pidana korupsi yang sudah dijelaskan diatas, masih ada tindak
pidana lain yang yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi yang tertuang
pada UU No.31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001. Jenis tindak pidana yang
berkaitan dengan tindak pidana korupsi itu adalah:
1. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi
2. Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar
3. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka
4. Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan
palsu
5. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan
atau memberikan keterangan palsu
6. Saksi yang membuka identitas pelapor
Pasal-pasal berikut dibawah ini dapat dikaitkan dengan tindak pidana
korupsi dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah.
a. Melawan Hukum untuk Memperkaya Diri
Pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999. UU No. 20 Tahun 2001:
(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat

31
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling
sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
(2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.
Rumusan korupsi pada Pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999, pertama kali
termuat dalam Pasal 1 ayat (1) huruf a UU No. 3 Tahun 1971. Perbedaan
rumusan terletak pada masuknya kata ”dapat” sebelum unsur ”merugikan
keuangan/perekonomian negara” pada UU No. 31 Tahun 1999. Sampai dengan
saat ini, pasal ini termasuk paling banyak digunakan untuk memidana koruptor.
Untuk menyimpulkan apakah suatu perbuatan termasuk korupsi menurut
Pasal ini, harus memenuhi unsur-unsur:
1. Setiap orang atau korporasi;
2. Melawan hukum;
3. Memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi;
4. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
b. Menyalahgunakan Kewenangan
Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001: Setiap orang
yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang
ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau 6 denda paling sedikit Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Rumusan korupsi pada Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999, pertama kali
termuat dalam Pasal 1 ayat (1) huruf b UU No. 3 Tahun 1971. Perbedaan
rumusan terletak pada masuknya kata ”dapat” sebelum unsur ”merugikan
keuangan/perekonomian negara” pada UU No. 31 Tahun 1999. Sampai

32
dengan saat ini, pasal ini termasuk paling banyak digunakan untuk
memidana koruptor.
Untuk menyimpulkan apakah suatu perbuatan termasuk korupsi
menurut Pasal ini, harus memenuhi unsur-unsur:
1. Setiap orang;
2. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi;
3. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana;
4. Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
c. Menyuap Pegawai Negeri
Pasal 5 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001:
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau
penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu
dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya; atau
b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan
kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya.
Rumusan korupsi pada Pasal 5 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2001 berasal dari
Pasal 209 ayat (1) angka 1 dan 2 KUHP, yang dirujuk dalam Pasal 1 ayat (1) huruf
c UU No. 3 Tahun 1971, dan Pasal 5 UU No. 31 Tahun 1999 sebagai tindak pidana
korupsi, yang kemudian dirumuskan ulang pada UU No. 20 Tahun 2001. 7
Untuk menyimpulkan apakah suatu perbuatan termasuk korupsi menurut
Pasal 5 ayat (1) huruf a UU No. 20 Tahun 2001, harus memenuhi unsur-unsur:
1. Setiap orang;
2. Memberi sesuatu atau menjanjikan sesuatu;
3. Kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara;

33
4. Dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam
jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya.
Untuk menyimpulkan apakah suatu perbuatan termasuk korupsi menurut
Pasal 5 ayat (1) huruf b UU No. 20 Tahun 2001, harus memenuhi unsur-unsur:
5. Setiap orang;
6. Memberi sesuatu;
7. Kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara;
8. Karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan
kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya.
d. Pemborong Berbuat Curang
Pasal 7 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001:
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling
lama 7 (tujuh) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah)::
a. pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau
penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan
bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan
keamanan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan
perang;
b. setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan
bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang sebagaimana
dimaksud dalam huruf a;.
Rumusan korupsi pada Pasal 7 ayat (1) huruf a dan b UU No. 20 Tahun
2001 berasal dari Pasal 387 ayat (1) dan ayat (2) KUHP, yang dirujuk dalam
Pasal 1 ayat (1) huruf c UU No. 3 Tahun 1971, dan Pasal 7 UU No. 31 Tahun
1999 sebagai tindak pidana korupsi, yang kemudian dirumuskan ulang pada
UU No. 20 Tahun 2001. 8
Untuk menyimpulkan apakah suatu perbuatan termasuk korupsi menurut
Pasal 7 ayat (1) huruf a UU No. 20 Tahun 2001, harus memenuhi unsur-unsur:
1. Pemborong, ahli bangunan, atau penjual bahan bangunan;
2. Melakukan perbuatan curang;

34
3. Pada waktu membuat bangunan atau menyerahkan bahan bangunan;
4. Yang dapat membahayakan keamanan orang atau keamanan barang, atau
keselamatan negara dalam keadaan perang.
Untuk menyimpulkan apakah suatu perbuatan termasuk korupsi menurut
Pasal 7 ayat (1) huruf b UU No. 20 Tahun 2001, harus memenuhi unsur-unsur:
1. Pengawas bangunan atau pengawas penyerahan bahan bangunan;
2. Membiarkan dilakukannya perbuatan curang pada waktu membuat
bangunan atau menyerahkan bahan bangunan;
3. Dilakukan dengan sengaja;
4. Sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (1) huruf a.
e. Pegawai Negeri Menerima Hadiah/Janji Berhubungan dengan Jabatannya
Pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001: Dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima)
tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta
rupiah) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah
atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji
tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan
dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan
hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya.
Rumusan korupsi pada Pasal 11 UU No. 20 Tahun 2001 berasal dari
Pasal 418 KUHP, yang dirujuk dalam Pasal 1 ayat (1) huruf c UU No. 3 Tahun
1971, dan Pasal 11 UU No. 31 Tahun 1999 sebagai tindak pidana korupsi,
yang kemudian dirumuskan ulang pada UU No. 20 Tahun 2001
f. Pegawai Negeri Memeras dan Turut Serta Dalam Pengadaan Diurusnya
Pasal 12 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001: 9 Dipidana
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
e. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau

35
dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan
sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau
untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
f. ...
i. pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak
langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau
persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau
sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.
Rumusan korupsi pada Pasal 12 huruf e dan i UU No. 20 Tahun 2001
berasal dari Pasal 423 dan 435 KUHP, yang dirujuk dalam Pasal 1 ayat (1)
huruf c UU No. 3 Tahun 1971, dan Pasal 12 UU No. 31 Tahun 1999 sebagai
tindak pidana korupsi, yang kemudian dirumuskan ulang pada UU No. 20
Tahun 2001
g. Gratifikasi dan Tidak Lapor KPK
Pasal 12 B UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001:
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan
yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan
sebagai berikut::
a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih,
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap
dilakukan oleh penerima gratifikasi;;
b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah),
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut
umum.
(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun, dan pidana denda 10 paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
Pasal 12 C UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001:

36
(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B ayat (1) tidak berlaku,
jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
dilakukan oleh penerima gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari
kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima.
(3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dalam waktu paling lambat
30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal menerima laporan wajib
menetapkan gratifikasi dapat menjadi milik penerima atau milik negara.
(4) Ketentuan mengenai tata cara penyampaian laporan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dan penentuan status gratifikasi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) diatur dalam Undangundang tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Rumusan korupsi pada Pasal 12 B UU No. 20 Tahun 2001 adalah rumusan
tindak pidana korupsi baru yang dibuat pada UU No. 20 Tahun 2001. Untuk
menyimpulkan apakah suatu perbuatan termasuk korupsi menurut Pasal 12 B
dan 12 C UU No. 20 Tahun 2001, harus memenuhi unsaur-unsur:
1. Pegawai negeri atau penyelenggara negara;
2. Menerima gratifikasi (pemberian dalam arti kata luas);
3. Yang berhubungan dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajiban
atau tugasnya;
4. Penerimaan gratifikasi tersebut tidak dilaporkan kepada KPK dalam jangka
waktu 30 hari sejak diterimanya gratifikasi.
B. PERSEKONGKOLAN DAN KORUPSI DALAM TENDER
Temuan yang diperoleh KPPU bahwa persekongkolan dalam tender sudah
terjadi semenjak perencanaan pengadaan yaitu tahap awal dalam kegiatan
pengadaan barang dan jasa pemerintah. Perencanaan pengadaan
mempersiapkan dan 11 mencantumkan secara rinci mengenai target, lingkup
kerja, SDM, waktu, mutu, biaya dan manfaat yang akan menjadi acuan utama
dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah dalam bentuk
paket pekerjaan yang dibiayai dari dana APBN/APBD maupun Bantuan Luar
Negeri. Persekongkolan bisa terjadi antara pelaku usaha dengan sesama pelaku

37
usaha (penyedia barang dan jasa pesaing) yaitu dengan menciptakan
persaingan semu diantara peserta tender. Ini lebih dikenal dengan tender
arisan dimana pemenangnya sudah ditentukan terlebih dahulu. Persekongkolan
juga dapat terjadi antara satu atau beberapa pelaku usaha dengan panitia
tender atau panitia lelang misalnya rencana pengadaan yang diarahkan untuk
pelaku usaha tertentu dengan menentukan persyaratan kualifikasi dan
spesifikasi teknis yang mengarah pada sutu merk sehingga menghambat pelaku
usaha lain untuk ikut tender. Akibatnya kompetisi untuk memperoleh
penawaran harga yang paling menguntungkan tidak terjadi. Pemaketan
pengadaan yang seharusnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan aspek
efisiensi dan efektifitas, namun pada prakteknya banyak yang direkayasa untuk
kepentingan KKN.
Panitia pengadaan bekerja secara tertutup dan tidak memberikan
perlakuan yang sama diantara para peserta tender. Tender dilakukan hanya
untuk memenuhi persyaratan formal sesuai dengan ketentuan pengadaan
barang dan jasa. Hal ini terjadi karena calon pemenang biasanya sudah ditunjuk
terlebih dahulu pada saat tender berlangsung yaitu karena adanya unsur suap
kepada panitia atau pejabat yang mempunyai pengaruh. Disamping itu
penentuan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) atau owner's estimate (OE) biasanya
sudah direkayasa untuk mempunyai margin tertentu yang bisa disisihkan untuk
dibagi-bagi (rente ekonomi atau laba abnormal). Bermacam-macam cara
digunakan untuk membatasi informasi tender, diantaranya memasang iklan
palsu di Koran. Padahal hal inilah yang merangsang terjadinya markup dan
korupsi. Pemerintah dalam pengadaan barang dan jasa haruslah terbuka,
transparan dan tidak diskriminatif, karena menyembunyikan proyek melanggar
Keppres No 80/2003 yang mensyaratkan adanya pengumuman kepada
masyarakat luas baik di awal pengadaan maupun hasilnya. Prosesnya harus
transparan dan transparansi disini mencakup kecukupan informasi mengenai
syarat-syarat pengadaan, aturan-aturan dan kriteria pemenang. Keterbukaan
mencakup pengumuman rencana pengadaan, pengumuman lelang, peserta
lelang dan pengumuman pemenang lelang pada papan pengumuman instansi
atau melalui website pengadaan nasional.

38
Kesimpulannya, tender yang berpotensi menciptakan persaingan usaha
tidak sehat dan korupsi adalah:
1. Tender yang bersifat tertutup dan tidak transparan, yang tidak
diumumkan secara luas dan bersifat diskriminatif sehingga
mengakibatkan para pelaku usaha yang berminat dan memenuhi
kualifikasi tidak dapat mengikutinya;
2. Jangka waktu pengumuman tender dibuat singkat sehingga hanya pelaku
usaha tertentu yang sudah dipersiapkanlah yang punya peluang besar;
3. Tender dengan persyaratan dan spesifikasi teknis atau merek yang
mengarah kepada pelaku usaha tertentu sehingga menghambat pelaku
usaha lain untuk ikut.
IV. PERPRES NO. 8 TAHUN 2006
Pada tanggal 20 Maret 2006 telah ditetapkan Perpres No. 8 Tahun 2006
tentang Perubahan Keempat atas Kepres No. 80 Tahun 2003. Pertimbangan
keluarnya Perpres tersebut adalah:
1. Upaya meningkatkan transparansi dan kompetisi dalam pengadaan
barang/jasa serta mewujudkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan
keuangan negara.
2. Mengatur kembali batas waktu kewajiban syarat sertifikasi bagi Pejabat
Pembuat Komitmen (Pengguna barang/jasa) dan Panitia/Pejabat
Pengadaan sampai dengan tanggal 31 Desember 2007.
Dalam Perpres No. 80 Tahun 2003 dikenal istilah surat kabar nasional, surat
kabar provinsi dan website pengadaan nasional yang didefinisikan dengan:
• Surat kabar nasional adalah surat kabar yang beroplah besar dan
memiliki peredaran luas secara nasional, yang tercantum dalam daftar
surat kabar nasional yang ditetapkan oleh Menteri Kominfo.
• Surat kabar provinsi adalah surat kabar yang beroplah besar dan
memiliki peredaran luas di daerah provinsi, yang tercantum dalam
daftar surat kabar yang ditetapkan oleh Gubenur.
• Website pengadaan nasional adalah website yang dikoordinasikan oleh
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas untuk
mengumumkan rencana pengadaan barang/jasa di

39
Departemen/Lembaga/Komisi/BI/PemerintahDaerah/BHMN/BUMN/B
UMD dan kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah 13
Pada pasal 17 disebutkan bahwa dalam pemilihan penyedia barang/jasa
melalui metode pelelangan umum maka harus diumumkan secara luas sekurang-
kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi serta
harus diumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan
umum dan bila memungkinkan melalui internet. Untuk pengadaan bernilai
sampai satu miliar rupiah diumumkan sekurang-kurangnya di surat kabar
provinsi di lokasi kegiatan bersangkutan atau di satu surat kabar nasional jika
penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan kegiatan tersebut yang
berdomisili di provinsi setempat kurang dari tiga. Sedangkan untuk pengadaan
bernilai diatas satu miliar rupiah harus diumumkan sekurang-kurangnya di satu
surat kabar nasional dan satu surat kabar provinsi di lokasi kegiatan
bersangkutan.
Demikian juga pemilihan jasa konsultasi yang dilakukan melalui seleksi
umum menurut Pasal 22 daftar pendek pesertanya dipilih melalui proses
prakualifikasi yang diumumkan secara luas secara luas sekurang-kurangnya di
satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi dan diumumkan
sekurang-kurangnya di papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan
diupayakan diumumkan di website pengadaan nasional. Menurut Pasal 25A,
untuk pengadaan jasa konsultasi dengan metode seleksi umum/seleksi terbatas
dengan nilai diatas dua ratus juta rupiah wajib diumumkan sekurang-kurangnya
di satu surat kabar nasional dan satu surat kabar provinsi di lokasi kegiatan
bersangkutan. Sedangkan jika bernilai sampai dengan dua ratus juta rupiah,
wajib diumumkan sekurang-kurangnya di satu surat kabar provinsi di lokasi
kegiatan bersangkutan atau sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional jika
kegiatan dimaksud tidak dapat dipenuhi oleh sekurang-kurangnya lima penyedia
jasa konsultasi di kabupaten/kota/provinsi yang bersangkutan.

40
SANDI -SANDI KOMUNIKASI KORUPSI
A. Sandi Korupsi
Pelaku korupsi tidak pernah tunggal. Dilakukan secara bersama- sama.
Untuk memulus-kan pemufakatan jahat, mereka menciptakan kata sandi yang

41
terus bermetamorfosis. Pada mulanya kata sandi hanya dikenal di kalangan
militer (termasuk intelijen dan mata-mata), diplomatik, penulis buku harian,
dan pencinta.   Kini, koruptor menggunakan kata sandi. Penggunaan kata sandi
di kalangan koruptor maju pesat. Akan tetapi, sepandai-pandainya
menyembunyikan sandi kejahatan, bau busuknya terbaca juga oleh aparat
penegak hukum.
Bau busuk itu dibeberkan dalam persidangan kasus korupsi Jiwasraya di
PN Tipikor Jakarta, Rabu (3/6). Jaksa penuntut umum Bima Suprayoga
mengungkapkan enam terdakwa memakai nama samaran saat berkomunikasi
via aplikasi chatting. Nama samaran digunakan untuk mengaburkan identitas
pihak yang terlibat sehingga tidak mudah dilacak dan diketahui pihak-pihak lain.
Kata sandi dalam korupsi biasanya merujuk pada pemberi, uang, dan penerima.
Sabir Lahulu dalam bukunya, Metamorfosis Sandi Komunikasi Korupsi, meng-
ulas sekitar 199 bahasa sandi yang berasal dari 23 kasus tindak pidana korupsi
yang sudah inkracht.
Penelitian Fahmi Gunawan, Dosen Jurusan Tarbi- yah STAIN Sultan
Qaimuddin Kendari, cukup menarik. Ia meneliti bahasa kriptos para koruptor.
Bahasa yang digunakan untuk kepentingan kerahasiaan disebut kriptos. Fahmi
memaparkan contoh kode rahasia koruptor. Kode penggunaan huruf besar dan
warna dalam kasus suap dana percepatan pembangunan infrastruktur daerah
tertinggal, kode senjata api dalam kasus suap simulator SIM, dan kode buah,
cairan, serta bagan organisasi dalam kasus proyek Wisma Atlet.
Ada kode agama dalam kasus suap pengadaan Alquran di Kementerian
Agama. Kode agama itu berupa santri, kiai, ustaz, murtad, pengajian, mak- tab,
dan tayyib. Sementara itu, kode bahasa Arab ditemukan dalam kasus suap
penambahan kuota daging impor. Kesimpulan penelitian Fahmi ialah kode atau
sandi itu terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu kode de- ngan huruf kapital,
kode warna, kode senjata, kode buah-buahan, kode cairan, kode bagan
organisasi, kode istilah keagamaan, dan kode bahasa Arab. Penggunaan kode
itu berhubungan dengan latar belakang dan jabatan yang disandang. Kode suap
yang melibatkan kepala daerah cukup unik. Misalnya,pinang digunakan bupati

42
di Papua, bibit dipakai dalam kasus suap bupati di Jawa Barat, dan kacang pukul
digunakan dalam kasus suap gubernur di Sumatra.
Pola korupsi di daerah, menurut penelitian Uni- versitas Indonesia
(2018), mencakup antara lain pola korupsi berkaitan dengan perizinan—sektor
pertambangan dan migas, kehutanan, tata ruang dan pertanahan, serta pola
korupsi berkaitan dengan fungsi DPRD. Selain itu, pola korupsi berkaitan
dengan peng- adaan barang dan jasa pemerintah, pola korupsi berkaitan
dengan promosi, mutasi dan suap jabatan, dan pola korupsi berkaitan dengan
dana desa merupakan pola mutakhir.
Apa pun sandi yang digunakan, menurut Anan- tawikrama Tungga
Atmadja dalam buku Sosiologi Korupsi, adalah istilah yang bersifat manipulatif
guna menutupi kesalahan dan/atau menetralisasi rasa berdosa di kalangan para
pihak yang terlibat dalam korupsi, kolusi, dan nepotisme. Bukan hanya kata
sandi, pelaku korupsi pun ikut bermetamorfosis. Mereka yang dikenal sebagai
aktivis di masa muda, ketika memegang jabatan, terjerumus dalam lumpur
korupsi. Mereka yang keseharian tampak baik-baik, tampil perlente, ujung-
ujungnya tergoda fulus sehingga menghuni bui. Perubahan perilaku itu,
meminjam istilah Muchtar Lubis, terkait dengan ciri manusia Indonesia, yakni
munafik. Manusia munafik, kata dia, adalah orang yang tambah pandai
menyembunyikan kata hatinya yang sebenarnya, pikiran yang sebenarnya, dan
malahan keyakinannya yang sesungguhnya.Tidaklah mengherankan, meski
tangan diborgol, koruptor masih punya nyali umbar senyum.

B. METAMORFOSIS SANDI KORUPSI

D i t u l i s o l e h Oleh Sabir Laluhu (Wartawan)

Kasus-kasus korupsi, khususnya yang ditangani Komisi Pemberantasan


Korupsi (KPK) beberapa tahun belakangan memunculkan berbagai aktor.Mulai
dari kepala daerah, menteri, kepala dan petinggi lembaga negara, politisi,
anggotaDPR RI, anggota DPRD tingkat I-II, gubernur, wali kota/bupati/wakil,
jenderal polisi, jaksa, hakim, pengusaha, guru besar, hingga tokoh agama. Yang
perlu dicermati, mereka merupakan orang dengan kecerdasan di atas rata-rata

43
dan kemampuan berkomunikasi mumpuni. Mereka kerap menggunakan sandi
atau dalam ilmu komunikasi disebut sebagai kode. Kode atau sandi yang
dituturkan dengan bahasa mereka kian berkembang dan mengalami semacam
‘metamorfosis’. Sandi ini digunakan bukan hanya mengarah pada maksud uang
saja, tapi juga pada tempat hingga kata ganti orang, baik pada komunikasi tatap
muka maupun lewat saluran komunikasi elektronik. Tujuannya jelas, untuk
mengelabui jerat penegak hukum.

C. BAHASA, KOMUNIKASI, DAN SANDI

Dalam ilmu komunikasi, bahasa dipadankan dengan simbol dan kode.


Bahasa merupakan sekumpulan karakter atau unsur dan aturan yang
dipergunakan manusia dalam hubungannya antara satu dengan yang lain.
Bahasa juga merupakan alat komunikasi yang sangat memiliki kekuatan, bisa
digunakan setiap individu untuk memberi nama dan simbolis terhadap seluruh
elemen yang ada di muka bumi. Sementara sandi dalam ilmu komunikasi
dikenal dengan kode yang dituturkan dalam sebuah pesan dengan bahasa yang
dapat dimengerti antara komunikator dan komunikan. Titik tekannya, ada pada
kesamaan makna yang diterima komunikan dari komunikator. Dalam
praktiknya, komunikasi bisa dilakukan secara terbuka dan tertutup. Untuk
komunikasi terbuka, kedua pihak tidak merahasiakan pesan dan bisa saling
memahami secara langsung atau tidak langsung. Sedangkan dalam percakapan
tertutup, kedua pihak menutup ruang pemaknaan di luar kelompoknya.

Dalam keseharian kita, kode atau sandi acap kali kita gunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Kata “Uang” misalnya, dalam bahasa Ambon disebutkan
dengan istilah kepeng, atau hepeng (Tapanuli), duit (Betawi), piti (Minang), arto
(Jawa), dan artos (Sunda). Kata-kata ini semuanya dituturkan berdasarkan
budaya lisan yang disepakati dalam kelompoknya. Nah, dalam praktiknya,
penggunaan sandi dalam komunikasi tertutup ini, juga ‘disalahgunakan’ dalam
memuluskan kejahatan korupsi yang dilakukan secara terorganisasi. Misalnya
saja, sandi “Apel Washington” untuk uang dollar Amerika Serikat dan “apel

44
Malang” untuk uang rupiah yang digunakan para aktor dalam kasus suap
pengurusan anggaran Wisma Atlet, Sea Games, Palembang, Sumatera Selatan.
Tak hanya apel, sandi untuk merujuk pada makna uang, beakangan juga
dijumpai dalam kasus lainnya. Misalnya penggunaan sandi “semangka”, “salak
Bali”, dan “pelumas” yang digunakan. Ketiganya punya makna yang seragam.
Sementara sandi yang merujuk pada makna orang, juga digunakan. Misalnya
pada kasus suap pengurusan anggaran dan korupsi pengadaan Al-Quran di
Kementerian Agama.

Pada kasus ini, mereka menggunakan istilah “Santri, murtad, imam, kiai,
hingga pengajian.” Kode ini memiliki makna secara berurutan sebagai “Utusan,
penyimpangan dari kesepakatan, pejabat-pejabat di Kemenag, dan tender.”
Penggunaan sandi, juga masih ditemukan pada kasus lain, antara lain kasus
dugaan suap pembahasan anggaran proyek Sistem Komunikasi Radio Terpadu
(SKRT) di Departemen Kehutanan; Kasus suap PON Riau 2012; Kasus suap SKK
Migas; Kasus suap pengurusan penerbitan rekomendasi tukar menukar
kawasan hutan di Kabupaten Bogor; Kasus suap pengurusan penerbitan izin
lahan sawit di Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah; juga pada gurita kasus yang
melibatkan mantan Ketua MK Akil Mochtar.

D. PEMBAHARUAN PEMAKNAAN BAGI KPK

Setiap bahasa, simbol, kode atau sandi yang dipergunakan manusia dalam
komunikasi mereka secara jelas memiliki konteks dalam realitas.
Pemaknaannya membutuhkan nalar yang disesuaikan dengan peristiwa yang
menyertainya, baik sebelum, sesaat, maupun setelah komunikasi dilakukan.
Dalam teori interaksi simbolis yang digagas George Herbert Mead, teori aturan
percakapan Paul Grice, dan teori pendekatan rasional Sally Jackson, Scott
Jacobs, dan Donald Ellis serta teori analisis percakapan, ada kesimpulan awal
yang patut dikedepankan, dalam menganalisis sandi dalam komunikasi
percakapan yang dipergunakan. Pemahaman akan sandi dalam percakapan bisa
dicapai bila didasarkan pada tindakan atas interpretasi dengan

45
memertimbangkan dan mendefenisikan objek-objek dan tindakan yang relevan
pada situasi saat interaksi terjadi. Ini terjadi karena interaksi simbolik para
pelaku dalam pembentukan makna. Saling pengertian terhadap keinginan dan
maksud menjadi kuncinya. Kadang kala percakapan yang ditampilkan seolah
asal-asalan, tetapi sebenarnya pesan yang disampaikan terstruktur dan utuh.
Sebagai sebuah lembaga penegak hukum, KPK patut diacungi jempol.
Bayangkan, semua kasus yang dimejahijaukan, terbukti 100 persen selama lebih
11 tahun lembaga ini berdiri. Menjadi catatan penting dalam perjalanannya
yang harus diingat bahwa sandi yang digunakan para koruptor ternyata
mengalami perubahan bentuk objek rujukan. Dari yang semula vulgar,
kemudian tersembunyi dan samar-samar.

KPK yang juga menjalankan kerja-kerja intelijen atau telik sandi harus
mampu menginterpretasikan makna dan menghubungkan dengan unsur pidana
sehingga tindak pidananya terpenuhi. Yang patut diingat KPK, pemberitaan
media massa terkait kasus korupsi pun memiliki efek bagi para pelakunya yang
masih akan muncul. Mereka bisa saja menggunakan sandi-sandi atau bahasa
yang tidak dipergunakan para pendahulunya. Artinya akan muncul sandi
korupsi baru, juga dengan bentuk simbol baru. Bahasa lainya, seperti bahasa
Arab dalam kasus Luthfi Hassan Ishaaq dan Ahmad Fathanah, menjadi salah
satu tantangan berat di luar bahasa Inggris. Oleh karena itu, pegawai KPK yang
relatif berusia muda dituntut untuk memperbaharui pemakanaan sandi yang
digunakan para koruptor. Karena komunikasi baik langsung atapun tidak
langsung tidak berada dalam ruang kosong dan hampa makna. Bila sandi
korupsi bermetamorfosis, maka metamorfosis makna dan konteksnya harus
dipahami KPK. Sehingga, kemampuan mendeteksi makna, maksud, dan tujuan
sandi korupsi bisa terus dibongkar.

E. Kode dan sandi dalam kasus korupsi


Kepala Subdit Bukti Permulaan Direktorat Penegakan Hukum Direktorat
Jenderal Pajak, Handang Soekarno, dan ajudan Dirjen Pajak, Andreas Setiawan,
mempunyai sandi khusus untuk menyebut duit suap yang diberikan Direktur

46
Utama PT EK Prima Ekspor Indonesia, Ramapanicker Rajamohanan Nair.
Penggunaan kode tersebut, menurut jaksa penuntut umum Komisi
Pemberantasan Korupsi Takdir Ali Suhan, membuktikan kedua pejabat tersebut
mengetahui adanya rencana suap .
1. Dana oprasional
Dalam salah satu transkrip percakapan aplikasi WhatsApp, Handang
dan Andreas menyebut duit Rp 1,9 miliar dari Rajamohanan tersebut
ditujukan untuk dana operasional. Di persidangan, Handang menyatakan
maksud kode tersebut adalah dana operasional bagi Andreas. “Bagaimana
mungkin, Andreas itu cuma ajudan? Masak biaya operasionalnya sampai
Rp 2 miliar? Jadi, ini untuk dana operasional siapa sebenarnya?” kata
Takdir.
2. Paketan
Jaksa juga menampilkan transkrip percakapan lain yang
menunjukkan Andreas menggunakan kode “paketan” saat Handang ingin
mengambil uang dari Rajamohanan di Surabaya, 18 November 2016. Tapi
transaksi tersebut batal lantaran rekan Handang, Yustinus, tak berani
membawa uang tunai Rp 2 miliar dalam dua koper dengan perjalanan
pesawat.
3. Dua Meter
Kepada rekannya tersebut, Handang mengatakan hendak
menitipkan uang “2 meter” untuk dibawa ke Jakarta. “Saya tidak tahu apa
maksud kode itu. Saya hanya menebak saja uang itu banyak,” kata
Yustinus.
4. Cetakan Undangan
Akhirnya, Handang memutuskan untuk mengambil uang tersebut
langsung di rumah Rajamohanan, Springhall Residence, Kemayoran, pada
21 November 2016. Dalam perjalanan menuju Springhill Residence,
Handang menggunakan kode mengambil “cetakan undangan” kepada
Andreas yang menunggu di Kantor Direktorat Jenderal Pajak. “Kode-kode

47
itu muncul mengalir saja. Saya hanya mengandaikan mereka tahu
maksudnya,” kata Handang.

Andreas berdalih dirinya memang hendak meminjam duit dari


Handang. Tapi dia sama sekali tak tahu uang itu berasal dari suap
Rajamohanan. “Saya butuh uang untuk biaya berobat orang tua. Besarnya
Rp 50 juta,” kata Andreas.

Senada dengan jaksa, ketua majelis hakim John Halasan Butarbutar


menilai kesaksian Handang, Andreas, dan Yustinus sangat janggal.
Ketiganya menggunakan sandi tertentu dan saling memahami, tapi
berdalih tak mengetahui tentang rencana suap. “Kalian ini tampak
terbiasa sekali seperti ini (suap dengan kode). Apakah memang sering
seperti ini?” ujar John.

Tak hanya dalam kasus suap pajak. Kode-kode suap kerap digunakan
dalam kasus suap dan korupsi lainnya. Misalnya:
1. Obat
Saat rumahnya digeledah KPK awal Desember 2014, Ketua DPRD
Bangkalan Fuad Amin Imron mencoba menyuap penyidik. Komisi
antirasuah mengumpulkan semua seluler di rumah Amin di Kampung
Saksak, Kelurahan Kraton, Kecamatan Kraton, Kabupaten Bangkalan,
Madura. Saat melihat penyidik mengumpulkan gepokan uang di
rumahnya untuk dijadikan barang bukti, Fuad buka suara.

"Ini ada 'obatnya' enggak, Mas?" ujar Fuad kepada salah satu
investigator. Maksud dia, apakah persoalan itu dapat diselesaikan
dengan uang. Si penyidik tersenyum. "Kalau KPK, tidak ada 'obatnya',
Pak," tuturnya. Fuad kembali membisu.
Koordinator Indonesia Corruption Watch Ade Irawan mengatakan
'obat' adalah salah satu dari sekian banyak kode yang dipakai koruptor.
Sandi itu, kata dia, hanya diketahui oleh sesama koruptor. Bahasa itu
dipakai untuk memuluskan proses negosiasi antara mereka

48
"Untuk menghindari orang lain tahu. Khususnya penegak hukum," kata
Ade saat dihubungi, Selasa, 23 Desember 2014. Menurut Ade, kode tersebut
hanya bisa dipahami oleh 'jamaah' mereka sendiri. Kode itu, kata dia, bahkan
dapat memakai istilah keagamaan.
2. Kacang Pukul
Terdakwa kasus suap Gubernur Riau nonaktif Annas Maamun dan
Gulat Medali Emas Manurung ternyata sempat memberikan kode akan
menyerahkan uang suap. Kode tersebut disampaikan kepada ajudan
Annas, Triyanto. 

"Terdakwa menelepon saya pada 23 September 2014 dan


mengatakan bahwa kacang pukul sudah dikumpulkan. Saya diminta
menyampaikan pesan itu pada Annas," ujar Triyanto.

Kacang pukul adalah makanan ringan dari kacang dan gula yang
ditumbuk, penganan khas daerah Rokan Hilir, Riau. Sebelum menjabat
Gubernur Riau, Annas pernah menjabat sebagai Bupati Rokan Hilir.
3. Ekor dan Ton Emas
Pengacara Adik Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Chaeri
Wardana alias Wawan, yakni Susi Tur Andayani memberi suap kepada
Akil Mochtar, yang kala itu menjabat sebagai Ketua Mahkamah
Konstitusi. Susi memakai kata "ekor" saat berkomunikasi dengan Akil
perihal uang untuk pembayaran dalam kasus sengketa pemilihan Bupati
Lebak, Banten.

"Ass..(Assalamualaikum) Pak, Bu atut lg (lagi) ke singapur


(Singapura), brg (barang) yg (yang) siap 1 ekor untuk lebak aja (saja) jam
14 siap tunggu perintah bpk (bapak) aja (saja) sy (saya) kirim ke mana..,"
kata Susi melalui pesan pendek kepada Akil, 1 Oktober 2013.

Dalam sejumlah komunikasi, Akil juga kerap menggunakan kode.


Dengan Chairun Nisa, politikus Golkar yang ditangkap Komisi
Pemberantasan Korupsi, misalnya, Akil menggunakan kode “tiga ton
emas” untuk uang Rp 3 miliar.

49
4. Ustad, Pesantren, dan Kiai
Kasus korupsi pengadaan Al-Quran melibatkan pengurus
Departemen Desentralisasi dan Pembangunan Daerah Partai Golongan
Karya, Fahd A. Rafiq dan Dendy Prasetya, putra anggota Komisi Agama
DPR Zulkarnaen Djabar.

Fahd kerap menitip pesan kepada Dendy, "Itu jatah 'ustad dan
pesantren', jangan diutak-atik." Pada kesempatan lain, Fahd berpesan,
"Apakah 'kaveling untuk kiai' sudah disediakan?"

Istilah "kiai", "ustad", dan "pesantren", kata sumber Tempo, diduga


merupakan sandi bagi para penerima dana hasil proyek tersebut. "Kiai"
merujuk pada para politikus di Senayan, "ustad" buat simbol para pejabat
di Kementerian Agama, sedangkan "pesantren" untuk partai politik.
5. Apel Malang, Apel Washington, dan Salak Bali
Dalam kasus suap Wisma Atlet Jakabaring, Wakil Sekretaris Jenderal
Partai Demokrat Angelina Sondakh berkomunikasi melalui Blackberry
Messenger dengan Direktur Marketing PT Anak Negeri Mindo Rosalina
Manulang.
Dalam percakapan tersebut, Angie menagih apel Malang dan apel
Washington ke Rosa, yang saat itu masih aktif sebagai Direktur Marketing
PT Anak Negeri, anak perusahaan Grup Permai. "Apel " itu diminta Angie
lantaran ia sudah ditagih Ketua Besar dan Bos Besar.

Menurut Rosa, apel Washington adalah sandi untuk duit dolar dan
apel Malang sandi untuk duit rupiah. Adapun Ketua Besar, menurut Rosa,
bisa jadi Wakil Pimpinan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat
Mirwan Amir atau pun Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum
dan Bos Besar adalah Muhammad Nazaruddin. Namun Bos Besar versi
Angie, kata Rosa, adalah Mirwan.
6. Pustun dan Jawa Sarkia
Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera yang menjadi tersangka
kasus suap impor daging diketahui mempunyai lebih dari satu istri.  Tahun

50
1984 Luthfi menikahi Sutiana Astika. Pernikahan pertama mempunyai 12
anak. Istri kedua, Lusi Tiarani Agustine dinikahi tahun 1996. Tiga orang
anak diperoleh dari pernikahan tersebut.
Istri ketiga yang membuat namanya mencuat. Pada persidangan
diperdengarkan rekaman pembicaraan dengan Ahmad Fathanah.
Fathanah, "Istri-istri antum sudah menunggu semua." Luthfi, "Yang mana
aja. Yang pustun-pustun apa Jawa sarkia." Fathanah, "Pustun."

Kata Pustun bermakna sebutan untuk orang dari Pakistan,


Afghanistan, atau Iran. Istri ketiga Luthfi Darin Mumtazah kebetulan
keturunan Arab. Darin dinikahi tahun 2012 .

PEMBEJARAN INTEGRITAS DAN MORAL

A. Pengertian integritas
Integritas Moral Pengertian Integritas. Menurut Henry Cloud, ketika
berbicara mengenai integritas, maka tidak akan terlepas dari upaya untuk
menjadi orang yang utuh, yang bekerja dengan baik dan menjalankan fungsinya

51
sesuai dengan apa yang telah dirancang sebelumnya. Integritas sangat terkait
dengan keutuhan dan keefektifan seseorang sebagai insan manusia (Cloud,
2007). Plato, Aristoteles dan Aquinas ( dalam Olson, 1998a) mengemukakan
bahwa integritas berasal dari bahasa latin yaitu integrity yang bermakna “as
whole and represents completeness”, artinya, integritas menunjukan
keseluruhan dan kelengkapan. Mereka juga menerangkan bahwa integritas
merupakan keseluruhan dari bagian-bagian tertentu. Integritas merupakan
karakter yang telah menyatu dalam kehidupan seseorang yang digunakan untuk
mencapai seluruh kebajikan dan kebahagiaan.
Adrian Gostick & Dana Telford (2006, dalam Gea 2016) menyebutkan
bahwa dalam Kamus Merriam-Webster yang paling mutakhir mendefinisikan
integritas sebagai ketaatan yang kuat pada sebuah kode, khususnya nilai moral
atau nilai artistik tertentu. Millard Fuller (Habitat for Humanity) menggambarkan
integritas sebagai ”konsistensi terhadap apa yang dianggap benar dan salah
dalam hidup Anda”; Shelly Lazarus (pimpinan dan CEO Ogilvy Mather Worldwide)
menjelaskan orang yang berintegritas sebagai “mengedepankan serangkaian
kepercayaan dan kemudian bertindak berdasarkan prinsip”; Wayne Sales
(presiden dan CEO Canadian Tyre) memberikan definisi yang sederhana, yaitu
“Integritas berarti melakukan hal yang benar”; Diane Peck (Safeway) percaya
bahwa “setiap individu harus mendefinisikan sendiri arti integritas”. 9
Miller (2001: 2-8 dalam Harisa 2011) mengutip beberapa penjelasan ahli
mengenai makna integritas, diantaranya adalah:
a. Integritas sebagai koherensi.
Integritas adalah koherensi atau menghubungkan beragam komponen
yang ada dalam diri seseorang, sehingga orang yang memiliki integritas
dapat dikatakan harmonis, tidak terpecah, sepenuh hati dan dapat bertindak
dengan berbagai cara (memiliki banyak alternatif tindakan yang tidak
melanggar norma di setiap saat (Frankufr dan Dworkin).
b. Integritas sebagai identitas praktis.
Identitas merupakan komitmen mendasar yang berguna untuk
mencari makna dan tujuan hidup, berkompromi dengan prinsip orang lain,
keluarga dan lembaga masyarakat atau agama. Orang yang memiliki

52
identitas/integritas akan senantiasa memertahankan komitmen dalam
dirinya, meskipun banyak pertentangan atau situasi yang memaksa mereka
untuk melanggar komitmennya sendiri (Calhoun).
c. Integritas sebagai kebijakan sosial.
Calhoun berpendapat bahwa meskipun integritas melibatkan
hubungan dengan orang lain (sosial), namun diri sendiri tetap menjadi
sentralnya.Seseorang yang memiliki integritas harus berdiri di atas
komitmennya sendiri dan melakukan tindakan yang layak atau sesuai
dengan prinsip pribadi dan kebijakan sosial. Ketika apa yang seseorang
lakukan dianggap tidak layak oleh masyarakat, maka orang tersebut tidak
memiliki integritas.
d. Integritas sebagai rasionalitas.
Integritas menerima konsep rasionalitas atau sesuatu yang dianggap
wajar dan masuk akal. Seseorang yang memiliki integritas tidak harus selalu
memiliki pandangan dan sikap yang sangat objektif mengenai suatu
komitmen atau tingkah laku tertentu. Misalnya, algojo membunuh orang
yang melakukan kriminal. Dalam ajaran moral, membunuh tidak
diperbolehkan, namun karena hukuman bagi 10 kriminalis ini memiliki
alasan yang masuk akal dan dapat diterima, maka algojo tidak dapat
dikatakan sebagai orang yang tidak memiliki integritas (Cox et.al).
e. Integritas sebagai tujuan yang objektif.
Integritas secara objektif ditujukan untuk meraih keadilan masyarakat
(nilai-nilai masyarakat) dan terpeliharanya komitmen yang telah dibentuk
(Nozick). Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa seseorang yang memiliki integritas adalah seseorang yang
mempunyai keharmonisan dalam dirinya, bersikap rasional, dapat
mengkompromi prinsip orang lain dan mempunyai tujuan hidup yang jelas.
B. Pengertian Integritas Moral.
Olson (1998a: 22-23) mendefinisikan integritas moral berdasarkan definisi
yang dibuat oleh Stephen L.Carter. Kemudian konsep tersebut disatukan
dengan domain moral psikologis yang dibangun oleh beberapa ahli psikologi,
seperti konsep Colby dan Damon (moral eksemplar didefisikan sebagai individu

53
yang memiliki kesatuan moral) dan Blasi (teori integritas antara personal
afektif, kognitif dan perilaku dengan keyakinan moralnya). Berdasarkan
sumber-sumber tersebut, Olson (1998a: 2) mendefinisikan bahwa integritas
moral merupakan kesatuan moral yang dibangun oleh dua komponen utama,
yaitu komponen filosofis dan psikologis. Integritas secara filosofis terdiri dari
tiga komponen yaitu: (a) Moraldiscernment (keyakinan), (b) Consistent
behavior (kekonsistenan perilaku),(c) Public justification (pembenaran publik).
Sedangkan Integritas secara psikologis yaitu:(a) affection (perasaan), (b)
cognition (penalaran), (c) behavior (tingkah laku). Integritas moral merupakan
konstruk yang sangat kompleks, yang ditampilkan melalui koherensi atau
hubungan antar komponen filosofis dan psikologis. Integritas moral terjadi
ketika seseorang merasakan kesatuan dan keseimbangan antara perasaan
dengan apa yang diyakininya; menampilkan perilaku yang 11 konsisten dengan
keyakinannya di setiap situasi; mengetahui banyak batasan atau aturan dan
dapat memertimbangkan berbagai konsekuensi dan perilakunya itu; tidak malu
untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan mengenai moral kepada orang;
berusaha memberi saran dan mengingatkan orang lain dalam bermoral, bahkan
menampilkan sikap bermoral agar diikuti oleh orang-orang disekitarnya. Pada
akhirnya, seseorang tersebut dapat memiliki rasa tanggung jawab dalam
bermoral.Integritas moral merupakan moral yang paling menyeluruh dan
melibatkan kejujuran, kesadaran dan penalaran mengenai motif dan keyakinan
moral pada seseorang (Olson, 1998a: 3-4).
Agus Abdul Rahman (2013) juga berpendapat bahwa salah satu
keutamaan moral yang dianggap penting adalah integritas moral. Integritas
moral merupakan salah satu ciri dari orang yang paripurna (Damon, 1996) dan
merupakan nilai yang sangat mendasar untuk diteliti secara empiris (Collier,
1997). Peterson dan Seligman (2004) pun dalam bukunya “Character Strength
and Virtues : A Handbook and Classification” memasukkan integritas sebagai
salah satu dari 24 kekuatan karakter yang dianggap penting. Lebih jauh dari itu,
Schlenker (2008, hal. 1084) bahkan menyatakan bahwa integritas merupakan
sesuatu yang dianjurkan dan dihargai di semua masyarakat dan dianggap

54
sebagai keutamaan yang paling utama atau the best of the virtues (Rahman,
2013).
Berdasarkan konsep integritas moral yang dibangun oleh banyak ahli,
Olson (1998a: 11) menyimpulkan bahwa integritas moral dihasilkan berkat
kecenderungan psikologis yang membantu individu dalam memahami perilaku
yang baik dan salah. Perkembangan tersebut diimbangi dengan pengalaman
sosial yang ikut menguatkan identitas moral tersebut.Sosial di sini adalah
orang-orang di sekelilingnya seperti keluarga, teman bahkan budaya yang
melibatkan 12 lebih banyak orang.Jadi budaya merupakan penilai sikap
individu, apakah tindakannya dapat dibenarkan secara budaya atau tidak.
Pengertian ini sedikit berbeda dengan konsep integritas yang ada dalam
tahapan psikososial Erikson (Power & Snarey dalam Olson, 1998: 32).Integritas
adalah "perasaan menyatu dan utuh, kemampuan untuk menyatukan perasaan
keakuan serta mengurangi kekuatan fisik dan intelektual" (Erikson dalam
Alwisol, 2007: 126).
Dalam teorinya, Erikson menjelaskan bahwa integritas merupakan
kolektifitas positif dari seluruh pencapaian tahapan psikososial (tahapan
terakhir pada psikososial). Menurut Erikson, integritas dapat dipahami sebagai
suatu keutuhan atau keseluruhan yang dicapai oleh individu yang telah matang,
yakni ketika individu dapat mencapai keseimbangan masing-masing komponen
di dalam dirinya. Tahap akhir ini menjawab semua pertanyaan mengenai makna
dan tujuan hidup, kebenaran dan kenyataan mengenai sesuatu. Integritas
membangun ketegasan ego di dalam diri individu. Integritas menghasilkan
virtue (sifat kebajikan yang dimiliki) berupa wisdom (kebijaksanaan). Dengan
begitu, individu yang berhasil mencapai tahap integritas akan berdiri sendiri
menghadapi kenyataan yang ada, dan tidak terjebak dalam keputusasaan
(despair) (Erikson dalam Olson, 1998: 31- 32).Integritas dalam diri individu
terkadang sulit dipertahankan ketika individu mengalami kehilangan,
ditinggalkan sahabat, kemandirian dan kebermaknaan sosial sehingga
menimbulkan keputusasaan yang ditampilkan melalui kebencian, dendam,
menghina orang lain dan sikap-sikap lainnya yang tidak menerima kenyataan
(Erikson dalam Alwisol, 2007: 126). Jika Erikson mengartikan bahwa integritas

55
merupakan penyatuan atau kesatuan dan tahapan-tahapan psikososial, maka
lain halnya dengan integritas dalam moral integrity.
Power (dalam Olson, 1998a: 33) menjelaskan bahwa integritas moral
merupakan kesatuan antara domain moral (secara filosofis) dengan domain
personal yang ada dalam diri 13 individu (secara psikologis). Misalnya, moral
yang berkembang di masyarakat diyakini oleh individu sebagai sesuatu yang
benar, maka perasaan dan tingkah laku individu mengikuti apa yang diyakininya
sebagai kebenaran moral tersebut. Integritas moral tidak mengenal
"perkembangan" (tidak memiliki tahapan-tahapan) seperti layaknya integritas
dalam psikososial. Power (dalam Olson, 1998a: 34) mengemukakan bahwa
integritas moral sama sekali tidak berhubungan dengan penalaran moral
Kohlberg. Sama halnya dengan Erikson, Kohlberg melibatkan perkembangan
dalam penalaran moral. Pada tahapan penalaran moral keenam, seseorang
dapat berpikir rasional membedakan mana yang benar dan salah sesuai dengan
komitmen individu. Komitmen individu juga terdapat dalam pembahasan
integritas moral, namun komitmen Kohlberg berbeda dengan komitmen dalam
integritas moral. Dalam perspektif psikologis, integritas moral dihasilkan dari
moral agency, yakni kombinasi antara moral feelings, moral behavior dan moral
reasoning dengan conviction (komitmen atau penegasan). Conviction
merupakan kunci dalam integritas moral. Dalam integritas moral, Individu
mampu menyelaraskan perasaan, pikiran dan tingkah lakunya sesuai dengan
komitmennya, bukan hanya pikiran saja yang diselaraskan dengan komitmen
seperti yang diteliti oleh Kohlberg.
Jimmy Effan (2001) dalam bukunya yan berjudul “a. Mind Set Free”
mengemukakan bahwa ada empat pilar Integritas Moral yaitu : (1)
Accountability (Bertanggung jawab), setiap orang membutuhkan
pertanggungjawaban atas tindakannya dan masukan dari orang lain. Karena,
bertanggung jawab akan melindungi diri seseorang dari godaan dan berbuat
buruk, (2) Righteous Fellowship ( Berkawan dengan orang yang membawa kita
ke jalan yang benar), hal tersebut agar kita tidak terjerumus atau dijerumuskan
ke jalan kejahatan. Karena tidak jarang seseorang yang mengikuti kelompok
yang salah, mereka menjadi menghilangkan dan merusak kebiasaan baik, (3)

56
Honesty ( Kejujuran), kejujuran akan membuat kita bebas. Maksud bebas disini
kita tidak 14 perlu membenarkan hal yang pada dasarnya salah dan jujur pada
diri kita sendiri agar ketika melakukan sesuatu sesuai dengan norma yang
berlaku. Jimmy Effan sering menemukan banyak orang yang tetap
membenarkan perzinahan padahal sudah jelas hal tersebut adalah dosa.
Mereka seringkali membawa tuhan dalam mengemukakan alasan palsunya.
Disini, Jimmy Effan merasa miris dan semakin yakin bahwa kejujuran adalah
kunci agar kita terbebas dari kemadharatan, (4) Humility (rendah hati).
Kerendahan hati dilakukan oleh Jimmy Effan ketika dia tetap menjalin
hubungan baik dengan kawannya yang telah berbuat dosa. (Effan, 2001)
Dimensi Integritas Moral. Berdasarkan pengertian konsep integritas dari
Carter, dimensi integritas terdiri dari dua komponen yaitu filosofis dan
psikologis, komponen filosofis terdiri dari:
a. Moral integrity is moral discernment and conviction
Moral discernment (penegasan) berarti bahwa individu yang memiliki
integritas moral harus mampu menilai dirinya sendiri dalam bermoral,
sedangkan moral conviction (keyakinan) berarti bahwa seseorang harus
memiliki keyakinan akan moral itu sendiri. Menilai dan berkeyakinan akan
memotivasi individu untuk bertingkah laku sesuai dengan keyakinan. Hal ini
memerlukan pencerminan mengenai makna moral yang berlaku untuk diri
sendiri dan orang lain (Olson, 1998b: 22). Dalam hal ini Carter (1996 dalam
Olson, 1998a: 19) menyamakan kata integritas dengan fidelity (ketaatan
atau kesetiaan), commitment (komitmen atau janji) dan forthrightness
(keterusterangan). Istilah-istilah tersebut menunjukan bahwa integritas
moral berdasar pada keyakinan murni dan kegigihan yang meliputi usaha
untuk mengembangkan, memertahankan dan membenarkan moral
seseorang. Halfon (1989 dalam Olson, 1998a: 20) juga menjelaskan bahwa
orang yang memiliki integritas moral berarti 15 individu bertanggung jawab
terhadap dirinya dan hidup sesuai dengan keyakinannya. Individu harus
dapat mengidentifikasi moral, menelitinya dan bertindak secara sadar
berdasarkan keyakinannya.
b. Moral integrity is consistency

57
Moral ini adalah kemampuan untuk bertindak secara konsisten.
Perilaku konsisten ini ditunjukan di setiap waktu dan berbagai situasi.
Bahkan perasaan yang dihasilkan pun membantu kekonsistenan ini
sekalipun dalam kondisi yang menyulitkan (Olson, 1998b: 22).
Blustein (dalam Olson, 1998a: 22) menjelaskan bahwa integrasi
berhubungan dengan kontrol diri. Individu berpegang pada komitmennya
meskipun banyak godaan untuk melanggar komitmen tersebut. Orang yang
tidak dapat mengotrol dirinya gagal memiliki integrasi moral karena
mereka tidak dapat berperilaku secara konsisten berdasarkan komitmenya.
Untuk dapat mewujudkan integritas, maka individu harus melatih motif,
keyakinan dan perilakunya dalam berbagai situasi. Kekonsistenan tidak
berarti bahwa individu memiliki penalaran dan perasaan yang kaku.
Individu dapat secara terbuka memertimbangkan moral, termasuk
mengevaluasi dan menilai moral tersebut. Jadi pertimbangan itu
merupakan refleksi dari keyakinannya (menilai kembali keyakinannya). Jadi
yang dimaksud dengan integrasi moral yang konsisten adalah ketepatan
antara keyakinan dan perilakunya dalam berbagai situasi (Olson, 1998a:
23).
c. Moral integrity is public
Moral publik ini adalah kemampuan untuk mengartikulasikan bahwa
tindakan yang dilakukan berdasar pada keyakinan diri dan tindakan itu
merupakan hasil evaluasi dan 16 cerminan dari orang-orang sekitar
(diyakini pula oleh orang lain). Publik di sini merupakan orang-orang di luar
individu. Orang yang memiliki integritas moral akan terbuka mengenai
keyakinan, niat dan motivasinya untuk melakukan suatu tindakan (Olson,
1998b: 22).
Menurut definisi filosofisnya, integritas moral sebagai kebenaran
publik menekankan pada keterbukaan individu mengenai konsistensi dan
keutuhan moralnya dengan berbagi pada orang lain. Seseorang dianggap
tidak memiliki integritas moral ketika keyakinannya tidak dibagi kepada
orang lain (Olson, 1998a: 25).

58
Berdasarkan konsep-konsep dari banyak ahli psikologi, Olson meringkas
komponen psikologis yang terdiri dari affection, behavior dan cognition:
a. Moral integrity is affectively
Moral afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional yang terlibat
dalam tingkah laku moral. Individu yang memiliki moral ini tidak akan malu
berbagi dengan orang lain mengenai apa yang dia pahami (Olson, 1998b:
22). Tugendhat (dalam Olson, 1998a: 44) menjelaskan bahwa moral afeksi
juga berisi emosi-emosi.
b. Moral integrity is behaviorally
Moral behavior menunjukan kemampuan seseorang untuk
bertingkah laku secara konsisten berdasarkan pemikiran, perkataan dan
mampu membenarkan tindakannya pada publik (Olson, 1998b: 23).
Perilaku moral tidak dapat berdiri sendiri, perilaku ini dihasilkan dari
interaksi antara personal dengan keyakinan dalam dirinya (Erikson dalam
Olson, 1998a: 47). Perilaku ini ditampilkan secara konsisten di setiap
waktu, bahkan elemen perilaku dalam integritas moral harus dapat
mencerminkan keyakinan 17 dalam dirinya serta secara jujur dan terbuka
menunjukan konsistensi perilaku moralnya kepada orang lain (Olson, hal.
47).
c. Moral integrity is cognitively
Moral kognitif adalah kemampuan individu untuk memertimbangkan
suatu moral dengan penalarannya. Termasuk kemampuan untuk
menimbang konsekuensi yang akan didapatkan dari perilaku moral
tertentu (Olson, 1998b: 24). Secara kognitif, seseorang harus mampu
mengoleksi berbagai perspektif moral dari orang lain, sehingga ia mampu
mengolah dan memilih perspektif mana yang akan ia jadikan sebagai
keyakinannya (Rest dalam Olson, 1998a: 51). Elemen kognitif juga
melibatkan aspek kehati-hatian dan evaluasi, ini artinya seseorang
memprioritaskan hal mana yang sesuai dengan standar moral, kemudian
mengevaluasi motif (niat) moralnya, apakah motif perilakunya sudah sesuai
dengan standar moral atau tidak (Frankfurt, hal. 52 dalam Harisa 2011).

59
Berdasarkan filsafat etika klasik Frankena (dalam Bergman, 2005:
107), penalaran moral terdiri dari dua bagian, yaitu deontic judgments dan
responsibility judgements. Kohlberg (hal. 107) membedakan kedua
penalaran tersebut. Deontic judgements merupakan penalaran mengenai
apakah suatu tindakan itu benar dan wajib dilakukan atau tidak, sedangkan
responsibility judgments merupakan tahapan kedua setelah deontic
judgments, yakni mempertanggungjawabkan pemikirannya mengenai
moral, apakah moral yang diyakini/diketahui benar itu dapat
sungguhsungguh dilaksanakan oleh individu atau tidak, hal ini juga berarti
seseorang harus dapat menerima konsekuensi dari segala tindakan
moralnya (Harisa, 2011).
18 Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, integritas merupakan
konstruk yang sangat kompleks. Montada (dalam Olson, 1998b: 24)
menjelaskan bahwa masingmasing elemen terkait satu sama lainnya.
Seperti moral afeksi terkait dengan ketiga elemen filosofis.
Menurut Miller & Schlencker (dalam Dunn, 2009) terdapat tiga dimensi
dalam integritas moral diantaranya adalah:
(1) mengutamakan pentingnya keberadaan prinsip sebagai bagian dari konsep
dirinya;
(2) menggambarkan diri sendiri berperilaku lebih konsisten dan prinsip-prinsip
meraka dengan prinsipMoral;
(3) secara lebih kuat akan lebih memilih karakter yang berprinsip melampaui
segalanya Karakteristik Individu dengan Integritas Moral.
Karakteristik integritas moral dibagi dua yaitu sebagai berikut :
Integritas moral tinggi. Karakteristik integritas moral seseorang menjadi
tinggi ketika berhasil melaksanakan tiga langkah yang dinamakan Garter's Three
Steps diantaranya yaitu :
1) Langkah pertama adalah sikap penegasan mengenai apa yang benar dan
salah,
2) Langkah kedua adalah berperilaku sesuai dengan keyakinan yang telah
dibangun pada tahap pertama. Jadi langkah kedua ini, seseorang tidak

60
hanya memegang kepercayaan atau keyakinannya saja, namun juga
bertindak sesuai dengan kepercayaannya itu,
3) Langkah ketiga adalah melibatkan orang lain dalam keyakinan terhadap
sesuatu yang benar atau yang salah. Carter menjelaskan bahwa pada
langkah ini, seseorang harus berkomitmen untuk terbuka kepada orang lain
mengenai keyakinannya. Keterbukaan dapat membuat orang lain
menghormati prinsip seseorang dan juga memungkinkan seseorang itu
untuk menghormati prinsip orang lain (Carter, 1996).
Individu dengan Integritas moral yang rendah. Jika seseorang gagal dalam
melaksanakan langkah-langkah diatas maka dia juga akan gagal mencapai
integritas moral atau berintegritas moral rendah. Hal ini disebabkan karena
ketidakseimbangan seseorang dalam membangun integritas moral. Socrates
(dalam Olson 1998a: 28-30) menjelaskan beberapa karakter kepribadian yang
mencerminkan kegagalan atau ketidakseimbangan moral integrity.
Karakterkarakter tersebut diantaranya adalah:
1) Self-righteous. Karakter ini mengklaim bahwa dia memiliki moral integrity,
tapi sebenarnya tidak. Individu berkomitmen untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu, namun hal ini bukan dihasilkan dari konsistensi antar
elemen moral integrity, tetapi dihasilkan dari 21 image isu moral itu. Kata
lainnya, ia hanya ikut-ikutan dalam melaksanakan moral yang sedang
berkembang di sekitarnya. Sedangkan orang yang memiliki moral integrity
berkonsentrasi bahwa keyakinan itu merupakan kunci untuk melakukan
atau menolak suatu tingkah laku. Jadi karakter self-righteous ini
merupakan orang yang tidak konsisten karena keyakinannya hanya
berdasarkan isu yang sedang hangat saja.
2) Weak-willed. Karakter ini adalah individu yang memiliki niat moral yang
baik, namun mereka gagal dalam tingkah lakunya. Hal ini dikarenakan
mereka kurang berani dan konsisten untuk menghadapi kesulitan. Mereka
juga kurang terbuka untuk menampilkan keputusan melaksanakan tingkah
laku yang sesuai dengan keyakinannya. Pada orang dengan integritas
moral, mereka akan selalu menyesuaikan tingkah laku dan keyakinannya

61
serta berani menghadapi konsekuensi demi terwujudnya kekonsistenan
perilaku.
3) Self-deceptive. Karakter ini adalah individu yang gagal menilai dirinya
sendiri, gagal menilai keinginan dan tujuan hidupnya. Kegagalan ini juga
disertai dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan keyakinannya.
Mereka hanya memiliki integritas internal, meyakini bahwa dirinya adalah
orang yang memiliki moral integrity, padahal tingkah lakunya tidak
mencerminkan moral integrity tersebut. Sehingga karakter ini dianggap
menipu identitas moralnya sendiri karena ia gagal menilai dirinya sendiri
atau menyangkal bahwa sebenarnya keyakinan dengan perilaku moralnya
itu berbeda. Orang yang memiliki moral integrity mampu menilai dirinya
sendiri dan memiliki perilaku yang konsisten dengan keyakinannya.
4) Hypocritical. Karakter ini berusaha menampilkan kepada orang lain sebagai
orang yang memiliki integritas moral, padahal ia menyadari bahwa
sebenarnya ia tidak seperti itu. Karakter ini hanya memiliki integritas
eksternal karena berusaha untuk menampilkan citra yang 22 baik itu
kepada orang lain. Sedangkan orang yang memiliki moral integrity selalu
menyesuaikan antara keyakinan dengan apa yang ditampilkan di hadapan
orang lain.
Beberapa teoritikus lain juga menjelaskan mengenai karakteristik
individu yang memiliki integritas moral rendah, diantaranya adalah:
1) Menurut Halfon: inkonsisten dalam dirinya, tidak tulus, munafik,
mementingkan diri sendiri dan menipu diri sendiri (gagal menilai
integritas moral dirinya sendiri).
2) Menurut Plato: kurang memiliki kebijaksanaan (kurang mengakui
kesalahan), kurang berani dan kurang memiliki pengendalian diri. Orang
dengan moral yang pecah adalah orang yang memiliki kesulitan untuk
mengevaluasi seluruh alternatif tindakan moral, menolak dalam
mengambil pertimbangan-pertimbangan yang relevan, gagal menilai
motif moral mereka sendiri dan keinginan yang tidak terbendung.
Mereka juga gagal memertahankan komitmen moral ketika menghadapi
kesulitan atau godaan.

62
3) Menurut Ustein: individu yang tidak memiliki integritas moral adalah
individu yang memanjakan dirinya sendiri (self-indulgent), orang yang
lemah menunjukan moralnya di depan orang lain (weak-willed), menipu
diri (self-deceptive) dan munafik (hypocrytical) yang ditunjukan dengan
perasaan bersalah, malu, iri hati, kedengkian, kesombongan, kemarahan
atau kebencian.(dalam Olson, 1998a: 126)
Konsekuensi dari Ketidakkonsistenan Moral. Salah satu bentuk
konsekuensi dari inkonsistensi adalah ketidaknyamanan.Sebagaimana
Festinger (dalam Sarwono, 2007: 114) menjelaskan bahwa disonansi kognitif
terjadi ketika terdapat dua elemen kognitif yang saling bertentangan. Individu
akan merasakan ketidaknyamanan karena konflik tersebut, sehingga ia akan
berusaha mengambil satu elemen kognitif saja yang dianggap paling benar
untuk mencapai 23 kenyamanan tersebut.Inkonsistensi juga tidak hanya
terjadi pada elemen kognitif solo, namun dapat pula terjadi antar elemen
psikologis lainnya.
a. Perilaku Seksual di Luar Nikah
Pengertian Perilaku. Menurut Chaplin (2005) perilaku dalam arti
luas adalah segala sesuatu yang dialami seseorang sedangkan dalam arti
sempit adalah reaksi yang dapat diamati secara umum atau objektif.
Pengertian Perilaku Seksual di Luar Nikah. Sex (seks) ialah:
pertama, perbedaan yang khas antara perempuan dan laki-laki atau
antara organisme yang memproduksi telur dan sel sperma. Kedua,
proses reproduksi, perkembangbiakan. Ketiga, kesenangan atau
kepuasan organis yang berasosiasi dan perangsangan terhadap organ-
organ kemaluan (alat kelamin) (Chaplin, 2005:458). Adapun yang
dimaksud dengan perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun
sesama jenisnya. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam,
mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu,
dan bersenggama (Sarwono D. S., 2007).
Semantara Luthfie (dalam Amrillah dkk, 2001) mengungkapkan
bahwa perilaku seksual pranikah adalah prilaku seks yang dilakukan

63
tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun
menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu.
Berdasarkan definisi yang di kemukakan di atas maka disimpulkan bahwa
perilaku seksual pranikah adalah segala kegiatan yang didorong hasrat seksual
dari mulai berpegangan tangan, berciuman, bercumbu hingga bersenggama.
Perilaku seksual tersebut dilakukan tanpa melakukan pernikahan yang sah secara
agama maupun negara. 24 Bentuk-Bentuk Perilaku Seksual. Bentuk perilaku
seksual yaitu tingkat perilaku yang dilakukan pasangan lawan jenis.
Di bawah ini bentuk-bentuk perilaku seksual menurut Sarwono (2007) yang
biasa dilakukan oleh remaja yaitu :
a. Bergandengan tangan adalah perilaku seksual mereka hanya terbatas pada
pergi berdua atau bersama dan saling berpegangan tangan, belum sampai
pada tingkat yang lebih dari bergandengan tangan. Bergandengan tangan
termasuk dalam perilaku seksual karena adanya kontak fisik secara
langsung antara dua orang lawan jenis yang didasari dengan rasa suka dan
cinta.
b. Berciuman di definisikan sebagai suatu tindakan saling menempelkan bibir
ke pipi atau bibir ke bibir, sampai menempelkan lidah sehingga dapat
menimbulkan rangsanagan seksual antar keduanya.
c. Bercumbu merupakan tindakan yang sudah dianggap rawan yang
cenderung menyebabkan suatu rangsangan akan melakukan hubungan
seksual atau senggama. Di mana pasangan ini sudah memegang atau
meremas payudara, baik melalui pakaian atau secara langsung juga saling
menempelkan alat kelamin tapi belum melakukan hubungan seksual/
senggama secara langsung.
d. Senggama yaitu melakukan hubungan seksual atau terjadi kontak seksual.
Bersenggama mempunyai arti bahwa memasukkan alat kelamin laki-laki
kedalam alat kelamin perempuan. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Seksual
di Luar Nikah. Masalah perilaku seksual pada remaja pasti memiliki faktor
pendukung yang kuat
berikut faktor-faktor yang di paparkan menurut Sarwono (2007) :

64
a. Meningkatnya libido seksualitas : Peningkatan pertumbuhan secara
cepat pada remaja menuntut remaja harus paham akan tugas
perkembangannya. Remaja harus tahu bagaimana peran sosialnya.
Saat mengisi peran sosialnya yan baru remaja 25 mendapatkan
motivasinya dari meningkatnya energi libido atau seksual. Menurut
Sigmund Freud mengatakan bahwa energi seksual ini berkaitan erat
dengan dengan kematangan fisik, sedangkan menurut Anna Freud,
fokus utama dari energy seksual ini adalah perasaan-perasaan disekitar
alat kelamin, objek-objek seksual dan tujuantujuan seksual. Dalam
kaitannya dengan kematangan fisik, Sanderowitz &Paxman, mencatat
bahwa adanya penurunan usia kematangan seksual seseorang. Ini
berawal dari adanya perbaikan gizi dan media masa atau hubungan
antar orang dipihak orang lain. Dan dengan adanya penurunan usia
kematangan maka diikuti oleh peningkatan aktivitas seksual pada usia-
usia dini (Sarwono D. S., 2007).
b. Penundaan Usia Perkawinan : Di Indonesia khususnya di daerah daerah
pedesaan masih terdapat banyak perkawinan di bawah umur.
Kebiasaan ini sudah ada dari zaman dahulu. Hanya kematangan fisik
belaka yang menjadi penentu boleh tidak nya pernikahan terjadi
(seperti haid, tumbuh payudara dan sebagainya).Namun seiring
berjalannya waktu banyak orang tua yang merasa bahwa pendidikan
tinggi sangat penting sebelum menikah. Akhirnya beberapa orang
memilih menunda dulu pernikahannya dengan alasan belum siap
mental dan masih ingin kuliah. Dengan penundaan usia perkawinan ini
banyak orang yang melakukan perilaku seksual karena ketika kondisi
fisik sudah matang secara seksual untuk bereproduksi namun ada
pendidikan yang harus di tempuh terlebih dahulu.
c. Tabu-Larangan : Hull &Adioetomo (dalam Sarwono,2007) menyebutkan
dalam tulisan mereka (1984) beberapa penelitian tentang hubungan
antarusia perkawinan yang legal (sah menurut hukum).Perkawinan di
barat biasanya di awali dengan hubungan seksual dan hidup bersama
sebelum pernikahan. Namun, berbeda dengan 26 adat Indonesia yang

65
mengedepankan upacara keagamaan lalu pesta pernikahan. Tidak ada
hubungan seksual terlebih dahulu dalam prosesnya. Karena, pada
dasarnya masyarakat Indonesia mengganggap bahwa perilaku seksual
adalah hal yang buruk. Bukan hanya buruk tetapi dianggap tidak ada
dan tidak akan pernah ada. Maka dari itu seringkali sebagai orang tua
sungkan menjelaskan apa yang di maksud dengan “seks” takut-takut
anak-anaknya meniru hubungan seksual sebelum waktunya. Pada
akhirnya seks menjadi hal yang tabu untuk di bicarakan. Padahal, hak
tersebut penting bagi perkembangan anak dan wawasannya.
d. Kurangnya Informasi tentang Seks :Karena ketidakinginan orang tua
dalam memberitahu apa itu “Seks” akhirnya anak akan mencari tahu
sendiri dan mendapatkan informasi yang salah. Apalagi jika ditambah
anak tersebut menjalin hubungan heteroseksual atau pacaran maka
informasi tentang seks semakin melenceng dan di salah tangkap oleh
anak tersebut.
e. Pergaulan yang makin bebas : Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin
remaja kiranya sangat mudah di lihat di kota-kota besar.Berhubungan
intim diluar nikah sudah menjadi hal yang biasa. Konten-konten
seksual semakin mudah untuk di akses dari berbagai media. Seperti
hasil penelitian yang dilakukan oleh "HEART" FKM UNHAS pada tahun
2008 terhadap 2.135 mahasiswa UNHAS mengenai akses media
pornografi didapatkan hasil 314 (15%) melalui CD/DVD, 283 (13%)
handphone, 535 (25%) internet, 55 (3%) majalah dan sisanya melalui
media lainnya.9 Hasil survey Komisi Perlindungan Anak (KPA) terhadap
4.500 remaja di 12 kota besar pada tahun 2007 menyatakan bahwa
alasan mereka menyaksikan materi pornografi karena iseng (27%),
terbawa teman (10%), takut diolokolok teman (4%). Melihat materi 27
pornografi di rumah/kamar mandi (36%), rumah teman (12%), warung
internet (18%) dan rental (3%) (Musthofa, 2010).
Dampak Perilaku Seks di Luar Nikah. Setiap perbuatan pasti ada
dampak dan konsekuensinya, begitu juga konsekuensi yang ditimbulkan dari
hubungan seks pranikah sangat jelas terlihat khususnya bagi remaja putri

66
seperti hamil di luar nikah. Perilaku seks pranikah khususnya bagi pelajar
akan menimbulkan masalah antara lain:
a. Memaksa pelajar tersebut dikeluarkan dari sekolah, sementara mental
belum siap dibebani masalah ini.
b. Kemungkinan terjadinya aborsi yang tidak bertanggung jawab dan
membahayakan jika sampai terjadi kehamilan yang tidak diinginkan.
c. Pengalaman seksualitas yang terlalu dini sering berpengaruh di masa
dewasa, seperti merasakan hubungan seks bukanlah sesuatu yang
sakral lagi sehingga tidak bisa menikmati hubungan tersebut, hanya
sebagai alat memuaskan nafsu saja.
d. Hubungan seks yang dilakukan dengan berganti-ganti pasangan
menimbulkan resiko yang tinggi seperti terjangkitnya berbagai
penyakit kelamin menular. Tidak hanya itu dampak psikologis perilaku
seks pranikah, tetapi juga mengakibatkan rasa bersalah dan
penyesalan karena melanggar norma, depresi, ketegangan mental dan
kebingungan untuk menghadapi segala kemungkinan resiko yang akan
terjadi. Kehamilan remaja, pengguguran kandungan (aborsi),
terputusnya sekolah, perkawinan di usia muda, perceraian, penyakit
kelamin, penyalahgunaan obat merupakan akibat buruk dari
petualangan cinta dan seks yang salah pada saat remaja masih sebagai
seorang pelajar. Akibatnya, masa depan mereka yang penuh dengan
harapan menjadi hancur berantakan. Oleh karena itu, pendidikan seks
bagi remaja 28 sebaiknya diberikan agar mereka sadar bagaimana
menjaga organ reproduksinya tetap sehat dan mereka mempunyai
pengetahuan tentang seks yang benar (Simanjuntak, 1986).
b. Masa Remaja
1. Pengertian Masa Remaja.
Remaja, berasal dari bahasa latin yaitu adolescence yang artinya
tumbuh untuk mencapai kematangan, menurut Hurlock (Asrori,
dkk.2008) definisi remaja memiliki arti yang luas, mencakup kematangan
mental social,emosional, dan fisik.

67
Piaget (121) dalam hurlock (1999) mengungkapkan bahwa secara
psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah
tingkatan orang orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan
yang sama, sekurangnya kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam
masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih
berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual
yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir
remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan
sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum
dari periode perkembangan ini.
Menurut (Santrock, 2007) masa remaja sebagai masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang
melibatkan perubahan-perubahan biologis,kognitif, dan sosio-emosional.
Para ahli perkembangan membedakan masa remaja menjadi periode
awal dan akhir (Santrock, 2007). Masa Remaja Awal.
Masa ini kurang lebih berlangsung di masa sekolah menengah
pertama atau sekolah menengah akhir dan perubahan pubertal terbesar
terjadi di masa ini.
Masa Remaja Akhir. Masa ini kurang lebih terjadi pada pertengahan
dasawarsa yang kedua dari kehidupan. Minat karir, pacaran, dan
eksplorasi identitas sering kali lebih menonjol di masa remaja akhir
dibandingkan di masa remaja awal.
2. Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja
Larson dkk (2002, Santrock 2007) berpendapat bahwa tugas pokok
remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa.Sedangkan
menurut (Hurlock, 1999) tugas-tugas perkembangan masa remaja
adalah :
a) Mampu menerima keadaan fisiknya.
b) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
c) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis.

68
d) Mencapai kemandirian emosional.
e) Mencapai kemandirian ekonomi.
f) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
g) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan
orangtua.
h) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan
untuk memasuki dewasa.
i) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
j) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab
kehidupan keluarga.
Integritas Moral pada Remaja. Menurut (Sarwono D. S., 2007) moral
untuk remaja merupakan kebutuhan tersendiri. Hal itu karena mereka sedang
membutuhkan pedoman atau 30 petunjuk dalam rangka mencari jalannya
sendiri. Pedoman dan petunjuk ini dibutuhkan juga untuk menumbuhkan
identitas dirinya, menuju kepribadian matang.
Sarwono (2007) mengemukakan juga bahwa di negara Indonesia agama
adalah salah satu mores atau moral yang penting. Karena agama dapat
menjadi faktor pengendali tingkah laku remaja. Menurut Adams&Gullota
(1983:374, dalam Sarwono 2007) agama dapat menstabilkan tingkah laku dan
bisa menerangkan mengapa dan untuk apa seseorang berada di dunia. Agama
menawarkan perlindungan dan rasa aman, khususnya bagi remaja yang
sedang mencari eksistensi dirinya.
Sarwono (2007) menyimpulkan bahwa orang yang bertindak sesuai
dengan moral adalah orang yang mendasarkan tindakannya atas penilaian
baik buruknya sesuatu. Sesuai dengan pengertian integritas moral oleh Olson.
Berdasarkan konsep integritas moral yang dibangun oleh banyak ahli, Olson
(1998a: 11) berpendapat bahwa integritas moral dihasilkan berkat
kecenderungan psikologis yang membantu individu dalam memahami
perilaku yang baik dan salah.Perkembangan tersebut diimbangi dengan
pengalaman sosial yang ikut menguatkan identitas moral tersebut.Sosial di
sini adalah orang-orang di sekelilingnya seperti keluarga, teman bahkan

69
budaya yang melibatkan lebih banyak orang. Sesuai dengan salah satu tugas
perkembangan remaja yang di bahas sebelumnya menjelaskan bahwa remaja
mampu mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan
untuk memasuki dewasa juga memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai
orang dewasa dan orangtua.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa pada tahapan remaja khususnya
remaja akhir seseorang sudah harus bisa menumbuhkan integritas moral di
kehidupan sosialnya guna menjadi batasan-batasan untuk berperilaku.
Perilaku Seksual pada Remaja. Pembicaraan tentang perilaku seksual
pada remaja selalu jadi hal yang menarik perhatian. Banyak nya kasus remaja
yang melakukan hubungan seksual di luar nikah menjadi peringatan keras bagi
orang tua, pemerintah, dan tenaga pendidik. Hal ini terlihat dari beberapa
penelitian tentang perilaku seksual selama ini. Seperti dalam penelitian
(Fridya Mayasari, 2000) tentang “ perilaku seksual remaja dalam berpacaran
ditinjau dari harga diri berdasarkan jenis kelamin perilaku seksual laki-laki
sedikit lebih tinggi daripada perempuan dimana mean empiris untuk laki-laki
12,47 dan untuk wanita 11,13. Dari penelitian ini juga didapat bahwa
sebanyak 12,6% remaja laki-laki pernah melakukan ciuman bibir dengan
pasangannya dan 18,4 % melakukan hubungan seksual, sementara pada siswi
perempuan 13,8 % telah melakukan perilaku ciuman bibir ataupun pipi dan
20,7 berciuman bibir sambil berpelukan dengan pasangan”.
Menurut (Hurlock, 1999) pada masa remaja adalah masa peningkatan
minat pada seks, remaja selalu berusaha mencari lebih banyak informasi
mengenai seks. Hanya sedikit remaja yang berharap bahwa seluk-beluk
tentang seks dapat dipelajari dari orangtuanya,. Oleh karena itu remaja
mencari informasi tentang seks dari berbagai sumber, misalnya membahas
dengan temanteman , buku-buku tentang seks, atau mengadakan percobaan
dengan jalan masturbasi, bercumbu, dan bersenggama. Hurlock (1999) juga
berpendapat bahwa tugas perkembangan pertama berhubungan dengan seks
yang harus dikuasai adalah pembentukan hubungan baru dan yang lebih
matang dengan lawan jenis. Hal ini tentu sulit bagi laki-laki maupun
perempuan karena mereka sejak kanak-kanak mempunyai minat dan geng

70
masing-masing dan baik perempuan maupun laki-laki keduanya
mengembangkan sikap saling membenci. Namun, ketika mereka sudah
mencapai kematangan secara seksual, baik laki-laki maupun perempuan mulai
mengembangkan sikap yang baru bagi lawan jenisnya. Selain
mengembangkan minat terhadap 32 lawan jenis juga mengembangkan minat
pada berbagai kegiatan yang melibatkan laki-laki maupun perempuan.
Apabila 50 tahun lalu seks hanya berlangsung pada pasangan yang
menikah, kini seks orang-orang dewasa berlangsung secara terbuka dengan
partner diluar pernikahan dan sebagainya. Sekarang ini, insiden kehamilan
juga terjadi di antara para remaja belasan tahun merupakan perluasan dari
kecenderungan umum yang mengarah pada sikap permisif terhadap
kehidupan seksual yang berlangsung di budaya orang dewasa (Santrock,
2007).
Fenomena di amerika memperlihatkan fakta ironis karena pada saat ini
media iklan justru menggunakan seks untuk menjual berbagai hal. Seks secara
eksplisit ditayangkan di berbagai film, pertunjukan TV, video, lirik dari musik
popular, MTV, dan Internet website (Collins dkk, 2005 dalam Santrock, 2007).
Collins dkk (2004, dalam Santrock 2007) mengemukakan pada sebuah
studi yang melibatkan 1.762 remaja berusia antara 12 hingga 17 tahun,
menemukan bahwa mereka yang lebih banyak menonton pertujukan TV
secara eksplisit mengandung adegan-adegan seksual, cenderung melakukan
hubungan seksual dalam waktu 12 bulan, dibandingkan rekan-rekannya yang
kurang banyak menonton pertunjukan serupa.

NARKOBA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

71
A. Pengertian Narkoba

Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif


lainnya. Istilah lainnya adalah Napza [narkotika, psikotropika dan zat adiktif].
Istilah ini banyak dipakai oleh para praktisi kesehatan dan rehabilitasi.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku. Lebih sering digunakan oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa.

Bahan adiktif lainnya adalah zat atau bahan lain bukan narkotika dan
psikotropika yang berpengaruh pada kerja otak dan dapat menimbulkan
ketergantungan. [UU No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika] bahan ini bisa
mengarahkan atau sebagai jalan adiksi terhadap narkotika.

Dalam istilah para ulama, narkoba ini masuk dalam


pembahasan mufattirot (pembuat lemah) atau mukhoddirot (pembuat mati
rasa).

B. Bahaya Narkoba
Untuk jenis narkoba sendiri ada banyak sekali, yakni sekitar 354 yang
beredar di dunia ini.Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, narkoba
disebut juga sebagai NAPZA yang berarti Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif.

1. Narkotika
Narkotika merupakan sejenis obat atau senyawa yang dapat membantu
mengurangi rasa nyeri, menganggu kesadaran dan menyebabkan kecanduan.

72
Secara garis besar, narkotika dikelompokkan menjadi 2 macam, yakni narkotika
alami dan sintesis.

a. Narkotika Alami
Narkotika alami merupakan obat-obatan yang diperoleh dari
tumbuhan. Beberapa contoh narkotika alami, yakni morfin, kokain, heroin,
opium (candu), Ganja, Marijuana, katinon (tumbuhan khat), dan
sebagainya.

b. Narkotika semi-sintesis
Narkotika semi-sintesis merupakan obat yang mengandung bahan
aktif hasil sintesis narkotika alami. Beberapa contoh narkotika semi-sintesis

seperti kodein, heroin, morfin, kokain, dan sebagainya .

c. Narkotika sintesis
Narkotika sintesis merupakan obat-obatan yang disintesis dari bahan-
bahan kimia buatan (non alamiah). Beberapa contoh narkotika sintesis
yakni petidin, methadon, naltrexon, propoxyphene (darvon) dan
sebagainya.

2. Psikotropika
Psikotropika merupakan obat-obatan yang berbahaya, dapat merusak
sistem saraf pusat pada otak dan menganggu psikis atau mental seseorang.
Beberapa contoh psikotropika misalnya Amphetamine Type Stimulants
(ATS), Methamphetamine, Ecstasy (huge drug/inex), Benzodiazepin (pil

koplo, lexotan), dan sebagainya.

3. Zat adiktif
Zat adiktif merupakan kelompok narkoba selain narkotika dan
psikotropika. Penggunaan zat ini juga berbahaya, memicu ketergantungan
dan menganggu kerja otak. Contoh zat adiktif seperti nikotin, alkohol, obat
penenang, dan sejenisnya.

73
C. Pandangan Islam tentang Narkoba
Hukum penggunaan narkoba dalam pandangan islam sebenarnya telah
dijelaskan sejak lama. Tepatnya pada 10 Februari 1976, Majelis Ulama Indonesia
(MUI) mengeluarkan fatwa bahwa penyalahgunaan dan peredaran narkoba
hukumnya bersifat haram. Keputusan tersebut tentu didasari atas dalil-dalil
agama yang bersumber dari Al-quaran dan hadist.
Menurut ulama, narkoba adalah sesuatu yang bersifat mukhoddirot
(mematikan rasa) dan mufattirot (membuat lemah). Selain itu, narkoba juga
merusak kesehatan jasmani, mengganggu mental bahkan mengancam nyawa.
Maka itu, hukum penggunaan narkoba diharamkan dalam islam.
a. Dalil-Dalil yang Mengharamkan Narkoba
Terdapat banyak sekali dalil, baik ayat Al-quran, hadist ataupun
pendapat ulama yang menjelaskan keharaman penyalahgunaan narkoba.
Diantaranya yaitu:

1. Hadist dari Umar bin Khattab R.A


Dari Umar bin Khattab radiallahu ‘anh, “Khamar adalah segala
sesuatu yang menutup akal.” (HR Bukhari Muslim).
Jadi, narkotika masuk dalam cakupan definisi khamar seperti yang
disebutkan Umar bin Khattab RA.Tak diragukan lagi, narkotika bisa
mengacaukan, menutup, dan mengeluarkan akal dari tabiatnya yang
dapat membedakan antara sesuatu dan mampu menetapkan sesuatu.
Benda-benda ini akan memengaruhi akal dalam menghukumi atau
menetapkan sesuatu sehingga terjadi kekacauan dan ketidaktentuan,
yang jauh dipandang dekat dan yang dekat dipandang jauh.

2. Hadist dari Ummu Salamah


Dari Ummu Salamah mengatakan, “Rasulullah SAW melarang segala
sesuatu yang memabukkan dan melemahkan (menjadikan lemah).” (HR
Abu Daud).

3. Pendapat Ibnu Taimiyah Rahimahullah

74
“Memakan (mengisap) ganja yang keras ini terhukum haram, ia
termasuk seburuk-buruk benda kotor yang diharamkan. Sama saja
hukumnya, sedikit atau banyak, tetapi mengisap dalam jumlah banyak
dan memabukkan adalah haram menurut kesepakatan kaum Muslim.
Barangsiapa yang menganggap bahwa ganja halal maka dia termasuk kafir
dan diharuskan bertobat. Jika ia bertobat maka urusannya dianggap
selesai. Tetapi jika ia tidak mau bertobat maka dia harus dibunuh sebagai
orang murtad yang tidak perlu dimandikan jenazahnya, tidak perlu
dishalati dan tidak boleh dikubur di permakaman kaum Muslim”.
Dalam kitab al-fatawa al-kubra, ibnu taimiyah juga mengatakan
bahwa segala sesuatu yang bisa menghilangkan keasadaran akal itu
adalah haram, meskipun tidak sampai memberi efek memabukkan.
Mengonsumsi sesuatu yang menghilangkan akal adalah haram
berdasarkan ijma’ kaum muslimin.

4. Pendapat Ash-shan’ani
Ash-shan’ani menjelaskan dalam kitab subulussalam, bahwa
sesungguhnya segala sesuatu yang memabukan adalah haram, apapun
jenis dan bentuknya. Tidak harus alkohol. Meskipun bukan berbentuk
minuman, seperti ganja tetap saja haram.

5. Hadist dari Abu Hurairah R.A


Dari Abu Hurairah radiallahu ‘anh, Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:

ِ ‫س ُه َف ُه َو في َن‬
,‫ار َج َه َّن َم َي َت َردَّ ى فِي َها َخالِ دًا ُم َخلَّ ًدا في َه ا اَ َب دًا‬ َ ‫مَنْ َت َردَّى مِنْ َج َب ٍل َف َق َتل َ َن ْف‬
‫ار َج َه َّن َم َخالِ دًا ُم َخلَّدً ا في َه ا‬
ِ ‫س اهُ في َن‬ َّ ‫س َّم ُه في َي ِد ِه َي َت َح‬ ُ ‫س ُه َف‬ َ ‫س َّما َف َق َتل َ َن ْف‬
ُ ‫سى‬ َّ ‫َو َمنْ َت َح‬
ِ ‫س ُه بِ َح ِد ْي َد ٍة َف َح ِد ْيدَ ُت ُه فِي َي ِد ِه َي َت َو َّجُأ في َب ْطنِ ِه ف ِْي َن‬
‫ار َج َه َّن َم َخالِ دًا‬ َ ‫ و َمنْ َق َت ل َ َن ْف‬,‫َأ َب ًدا‬
‫ُم َخلَّدً ا ِف ْي َها َأ َب ًد‬
Artinya: “Barangsiapa yang sengaja menjatuhkan dirinya dari gunung
hingga mati, maka dia di neraka Jahannam dalam keadaan
menjatuhkan diri di (gunung dalam) neraka itu, kekal selama
lamanya. Barangsiapa yang sengaja menenggak racun hingga

75
mati maka racun itu tetap ditangannya dan dia menenggaknya di
dalam neraka Jahannam dalam keadaan kekal selama lamanya.
Dan barangsiapa yang membunuh dirinya dengan besi, maka besi
itu akan ada ditangannya dan dia tusukkan ke perutnya di neraka
Jahannam dalam keadaan kekal selama lamanya” (HR Bukhari
dan Muslim)”.
Narkoba termasuk dianggap racun karena dapat merusak organ
tubuh dan menganggu jiwa.

6. Hadist Ibnu Majah dan Ahmad


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ص لَّى هللا علي ه‬ ُ ‫ض َي هللاُ َع ْن هُ َأنَّ َر‬
َ ِ‫س ْو َل هللا‬ ِ ‫س نَا ِن ا ْل ُخ ْد ِري َر‬
ِ ‫س َع ْد ْب ِن‬ َ ‫عَنْ َأبِي‬
َ ‫س ِع ْي ٍد‬
‫ار‬
َ ‫ض َر‬ َ َ‫ ال‬: ‫وسلَّ َم قَا َل‬
ِ َ‫ض َر َر َوال‬
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh memberi bahaya
(mudarat) kepada orang lain.” (HR Ahmad, Ibnu Majah).

7. Hadist dari Ibnu ‘Abbas


Dari Ibnu ‘Abbas, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ِ‫ض َر َر وال ض‬
‫رار‬ َ ‫ال‬
Artnya: “Tidak boleh memberikan dampak bahaya, tidak boleh
memberikan dampak bahaya” (HR. Ibnu Majah).

8. Al-A’raf ayat 157

‫ِي َي ِجد ُْو َن ٗه َم ْك ُت ْو ًب ا عِ ْن دَ ُه ْم فِى ال َّت ْو ٰرى ِة‬ ْ ‫س ْول َ ال َّن ِب َّي ااْل ُ ِّم َّي ا َّلذ‬ َّ َ‫اَلَّ ِذ ْينَ َي َّت ِب ُع ْون‬
ُ ‫الر‬
‫ت َو ُي َح ِّر ُم َعلَ ْي ِه ُم‬ َّ ‫ف َو َي ْن ٰهى ُه ْم َع ِن ا ْل ُم ْن َك ِر َو ُي ِح ل ُّ لَ ُه ُم‬
ِ ‫الط ِّي ٰب‬ ِ ‫َوااْل ِ ْن ِج ْي ِل َي ْأ ُم ُر ُه ْم ِب ا ْل َم ْع ُر ْو‬
ۤ
ُ‫ِص َر ُه ْم َوااْل َ ْغ ٰل ل َ ا َّلت ِْي َك ا َن ْت َع َل ْي ِه ۗ ْم َفا َّل ِذ ْينَ ٰا َم ُن ْوا ِب هٖ َو َع َّز ُر ْوه‬ ْ ‫ض ُع َع ْن ُه ْم ا‬ َ ‫ا ْل َخ ٰب ِٕى َث َو َي‬
ٰۤ ٓ
َ‫ول ِٕى َك ُه ُم ا ْل ُم ْفلِ ُح ْون‬ ْٓ ‫ص ُر ْو ُه َوا َّت َب ُعوا ال ُّن ْو َر الَّذ‬
ُ ‫ِي ا ُ ْن ِزل َ َم َع ٗه ۙا‬ َ ‫َو َن‬

157. (Yaitu) “orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa
baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil
yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang makruf dan
mencegah dari yang mungkar, dan yang menghalalkan segala yang baik

76
bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan
membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya,
menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan
kepadanya (Al-Qur'an), mereka itulah orang-orang beruntung”.

9. Al-Baqarah ayat 188

ِ ‫ال ال َّن‬
‫اس‬ ِ ‫َواَل َتْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم َب ْي َن ُك ْم بِا ْل َباطِ ِل َو ُت دْ لُ ْوا بِ َه ٓا ِالَى ا ْل ُح َّك ِام لِ َت ْأ ُكلُ ْوا َف ِر ْي ًق ا ِّمنْ اَ ْم َو‬
َ‫بِااْل ِ ْث ِم َواَ ْن ُت ْم َت ْعلَ ُم ْون‬

188. “Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang
batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim,
dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu
dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahu”.

10. Al-Maidah ayat 90

‫س ِّمنْ َع َم ِل‬ ٌ ‫اب َوااْل َ ْزاَل ُم ِر ْج‬ ُ ‫ص‬ َ ‫ٰ ٓيا َ ُّي َه ا الَّ ِذ ْينَ ٰا َم ُن ْٓوا ِا َّن َم ا ا ْل َخ ْم ُر َوا ْل َم ْي ِس ُر َوااْل َ ْن‬
ْ ‫ش ْي ٰط ِن َف‬
َ‫اج َتنِ ُب ْوهُ لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُح ْون‬ َّ ‫ال‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (minuman)
khamr, judi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan anak panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
memperoleh keberuntungan.” ( QS. Al-Maidah: 90 )

11. Al-Baqarah ayat 195

‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
‫ِب‬
ُّ ‫َ ُيح‬ َّ‫س بِ ْي ِل ِ َواَل ُت ْلقُ ْوا بِا َ ْي ِد ْي ُك ْم ِالَى ال َّت ْهلُ َك ِة ۛ َواَ ْح ِس ُن ْوا ۛ اِن‬
َ ‫َواَ ْنفِقُ ْوا ف ِْي‬
َ‫ا ْل ُم ْحسِ نِ ْين‬

“Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu jatuhkan


(diri sendiri) ke dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan

77
berbuatbaiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat
baik”.

12. An-Nisa’ ayat 29

ٍ ‫ار ًة َعنْ َت َر‬


ۗ ‫اض ِّم ْن ُك ْم‬ ‫ي‬
َ ‫ٰٓا َ ُّي َها الَّ ِذ ْينَ ٰا َم ُن ْوا اَل َتْأ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم َب ْي َن ُك ْم بِا ْل َباطِ ِل ِآاَّل اَنْ َت ُك ْونَ ت َِج‬
‫هّٰللا‬
‫س ُك ْم ۗ اِنَّ َ َكانَ ِب ُك ْم َر ِح ْي ًما‬ َ ُ‫َواَل َت ْق ُتلُ ْٓوا اَ ْنف‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar),
kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama
suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu”.

Pada dasarnya, islam melarang kita mengonsumsi atau menggunakan


sesuatu yang membahayakan diri. Misalnya alkohol, rokok dan berbagai jenis
narkoba (ganja, heroin, morfin, kokain dan sebagainya). Sebagai umat muslim
kita harus patuh terhadap perintah agama. Dengan begitu, hidup kita bisa
selamat dunia dan akhirat. Serta terhindar dari dosa. Amin ya Rabbal alamin.
Semoga bermanfaat.

b. bahaya dan Efek Negatif Penggunaan Narkoba Bagi Tubuh


Pengaruh narkoba secara umum ada tiga:
1. Depresan
 Menekan atau memperlambat fungsi sistem saraf pusat sehingga dapat
mengurangi aktivitas fungsional tubuh.
 Dapat membuat pemakai merasa tenang, memberikan rasa melambung
tinggi, member rasa bahagia dan bahkanmembuatnya tertidur atau
tidak sadarkan diri
2. Stimulan
 Merangsang sistem saraf pusat danmeningkatkan kegairahan (segar dan
bersemangat) dan kesadaran.

78
 Obat ini dapat bekerja mengurangi rasa kantuk karena lelah,
mengurangi nafsu makan, mempercepat detak jantung, tekanan darah
dan pernafasan.
3. Halusinogen
 Dapat mengubah rangsangan indera yang jelas serta merubah perasaan
dan pikiran sehingga menimbulkan kesan palsu atau halusinasi.

Seorang pakar kesehatan pernah mengatakan, “Yang namanya narkoba pasti


akan mengantarkan pada hilangnya fungsi kelima hal yang islam benar-benar
menjaganya, yaitu merusak agama, jiwa, akal, kehormatan dan harta.”

 Dalil Pengharaman Narkoba


Para ulama sepakat haramnya mengkonsumsi narkoba ketika bukan dalam
keadaan darurat. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Narkoba sama halnya
dengan zat yang memabukkan diharamkan berdasarkan kesepakatan para
ulama. Bahkan setiap zat yang dapat menghilangkan akal, haram untuk
dikonsumsi walau tidak memabukkan” (Majmu’ Al Fatawa, 34: 204).

 Seputar Hukum bagi Pecandu Narkoba

Jika jelas narkoba itu diharamkan, para ulama kemudian berselisih


dalam tiga masalah: (1) bolehkah mengkonsumsi narkoba dalam keadaan
sedikit, (2) apakah narkoba itu najis, dan (3) apa hukuman bagi orang yang
mengkonsumsi narkoba.

Menurut –jumhur- mayoritas ulama, narkoba itu suci (bukan termasuk


najis), boleh dikonsumsi dalam jumlah sedikit karena
dampak muskir (memabukkan) yang ditimbulkan oleh narkoba berbeda
dengan yang ditimbulkan oleh narkoba. Bagi yang mengkonsumsi narkoba
dalam jumlah banyak, maka dikenai hukuman ta’zir (tidak ditentukan
hukumannya), bukan dikenai had (sudah ada ketentuannya seperti hukuman

79
pada pezina). Kita dapat melihat hal tersebut dalam penjelasan para ulama
madzhab berikut:

Dari ulama Hanafiyah, Ibnu ‘Abidin berkata, “Al banj (obat bius) dan
semacamnya dari benda padat diharamkan jika dimaksudkan untuk mabuk-
mabukkan dan itu ketika dikonsumsi banyak. Dan beda halnya jika
dikonsumsi sedikit seperti untuk pengobatan”.

Dari ulama Malikiyah, Ibnu Farhun berkata, “Adapun narkoba (ganja),


maka hendaklah yang mengkonsumsinya dikenai hukuman sesuai dengan
keputusan hakim karena narkoba jelas menutupi akal”. ‘Alisy –salah seorang
ulama Malikiyah- berkata, “Had itu hanya berlaku pada orang yang
mengkonsumsi minuman yang memabukkan. Adapun untuk benda padat
(seperti narkoba) yang merusak akal –namun jika masih sedikit tidak sampai
merusak akal-, maka orang yang mengkonsumsinya pantas diberi hukuman.
Namun narkoba itu sendiri suci, beda halnya dengan minuman yang
memabukkan”.

Dari ulama Syafi’iyah, Ar Romli berkata, “Selain dari minuman yang


memabukkan yang juga diharamkan yaitu benda padat seperti obat bius (al
banj), opium, dan beberapa jenis za’faron dan jawroh, juga ganja (hasyisy),
maka tidak ada hukuman had (yang memiliki ketentuan dalam syari’at)
walau benda tersebut dicairkan. Karena benda ini tidak membuat mabuk
(seperti pada minuman keras, pen)”. Begitu pula Abu Robi’ Sulaiman bin
Muhammad bin ‘Umar –yang terkenal dengan Al Bajiromi- berkata, “Orang
yang mengkonsumsi obat bius dan ganja tidak dikenai hukuman had
berbeda halnya dengan peminum miras. Karena dampak mabuk pada
narkoba tidak seperti miras. Dan tidak mengapa jika dikonsumsi sedikit.
Pecandu narkoba akan dikenai ta’zir (hukuman yang tidak ada ketentuan
pastinya dalam syari’at).”

Sedangkan ulama Hambali yang berbeda dengan jumhur dalam masalah


ini. Mereka berpendapat bahwa narkoba itu najis, tidak boleh dikonsumsi

80
walau sedikit, dan pecandunya dikenai hukuman hadd –seperti ketentuan
pada peminum miras-. Namun pendapat jumhur yang kami anggap lebih
kuat sebagaimana alasan yang telah dikemukakan di atas
 Mengkonsumsi Narkoba dalam Keadaan Darurat
Kadang beberapa jenis obat-obatan yang termasuk dalam napza atau
narkoba dibutuhkan bagi orang sakit untuk mengobati luka atau untuk
meredam rasa sakit. Ini adalah keadaan darurat. Dan dalam keadaan
tersebut masih dibolehkan mengingat kaedah yang sering dikemukakan oleh
para ulama,
‫الضرورة تبيح احملظورات‬
“Keadaan darurat membolehkan sesuatu yang terlarang”
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Seandainya dibutuhkan untuk
mengkonsumsi sebagian narkoba untuk meredam rasa sakit ketika
mengamputasi tangan, maka ada dua pendapat di kalangan Syafi’iyah. Yang
tepat adalah dibolehkan.”
Al Khotib Asy Syarbini dari kalangan Syafi’iyah berkata, “Boleh
menggunakan sejenis napza dalam pengobatan ketika tidak didapati obat
lainnya walau nantinya menimbulkan efek memabukkan karena kondisi ini
adalah kondisi darurat”

81
NARKOBA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM
A. Defenisi Narkoba
Kebiasaan meminum minuman keras dengan berbagai variannya
dijumpai pada rnasyarakat rnanapun di dunia sepanjang sejarah. Pada
masyarakar Arab dikenal khamar yang merupakan minuman dari perasaan
anggur dan korma. Kebiasaan masyarakat Arab mengkonsumsi khamar
berlanjut terus sampai Islam datang bahkan hingga abad milleniurn saat ini.
Dalam Alqur‟an tidak ada/tidak diketemukan terminologi narkoba.
Begitu juga dalam hadis-hadis Rasul tidak dijumpai istilah narkoba karena
narkoba merupakan istilah baru yang muncul sekitar abad dua puluh. Istilah
"narkoba" baru muncul kira-kira sekitar tahun 1998 karena banyak terjadi
peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang yang termasuk
narkotika dan bahan bahan adiktif atau obat-oabat aditif yang terlarang. Oleh
karena itu untuk memudahkan berkornunikasi dan tidak menyebutkan istilah
yang tergolong panjang maka kata narkotika, Psikotropika dan bahab-bahan
adiktif yang terlarang disingkat menjadi NARKOBA.
Meskipun nash (Alqur‟andan Sunnah Rasulullah Saw) tidak menyebut
narkoba secara eksplisit akan tetapi nash mengatur secara jelas dan tegas
prinsipprinsip dasar yang dapat dijadikun acuan dalam menemukan dalil
pendukung berkaitan dengan permasalahan narkoba. Dalam kajian ushul fiqh,
bila sesuatu belum ditentukan status hukumnya, maka bisa diselesaikan
memalui metode qiyas 1Gatot Supramono, hukum Narkoba Indonesia,
(Jakarta: Djambatan 2001), h. 228. 127 atau metode lainnya.Atas dasar itu,
sebelum penulis menjelaskan defenisi narkotika terlebih dahulu penulis
uraikan defenisi khamar.
Secara etimologi, khamr ( ‫) خمر‬berasal dari kata khamara ( ‫)خمر‬yang
artinya adalah penutup dan menutupi. Maksud penutup adalah bahwa khamr
dapat menutup akal fikiran dan logika seseorang bagi yang meminumnya atau
mengkonsumsinya. Sedangkan secara terminologi. al-Isfihani menjelasakan
khamr berarti minuman yang dapat menutup akal atau memabukkan, baik
orang yang meminumnya itu mabuk ataupun tidak.Jadi minuman yang
memabukkan itu disebut khamr karena ia dapat menutup akal manusia. Inilah

82
salah satu alasan yang kuat khamr diharamkan dalam Islam disamping
beberapa alasan lain.
Dampak buruk yang ditimbulkannya adalah akal sehatnya
terkontaminasi dan terhalang dengan khamr sehingga tidak jarang peminum
khamr normalitas akal sehatnya terganggu dan mengakibatkan tidak sadar.
Pendapat kedua menyatakan; dinamakan khamr, karena dapat menutupi atau
menghalangi akal, .lafaz seperti
Secara terminologi sebagaimana dijeaskan oleh Muhammad Syaltut
khamar adalah
khamar menurut pengertian syara‟ dan bahasa Arab adalah sebutan
untuk setiap yang menutup akal dan menghilangkannya, khususnya zat yang
dijadikan sebagai bahan minuman keras, baik yang terbuat dari anggur
maupun yang dibuat dari lainnya
Syaltut dalam pandangannya seperti di atas menyamakan antara
khamar dalam Alqur‟andengan istilah yang digunakan oleh orang arab.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang dapat
mengganggu berfungsinya akal, apakah dia terbuat dari tanaman atau bahan-
bahan lain disebut dengan khamar.
Ibnu Taimiyah mendefenisikan khamar sebagai berikut:
Artinya: khamar adalah sesuatu yang telah disebutkan dalam Alqur‟anyang
apabila dikonsumsi bisa membuat mabuk, baik yang terbuat dari
kurma maupun dari zat lainnya, dan tidak ada batasan bahwa yang
memabukkan hanya terbuat dari anggur saja. Tidak berbeda
dengan Syaltut, Ibnu Taimiyah juga memnadang bahwa khamar
sesuatu yang dapat mengganggu berfungsinya akal baik yang
terbuat dari anggur, korma maupu lainnya baik sejenis menuman,
makanan ataupu lainnya yang apabila diknsumsi dapat
menghilangkan atau menutupi akal serupa juga disampaikan oleh
Yusuf al-Q rdhawi bahwa sesuatu yang dapat menutup kesadaran
berfikir seseorang disebut khamar.
Wahbah al-Zuhaili mengutip Abu Hanifah (Hanafiyah) bahwa khamr
adalah suatu minuman tertentu yang terbuat dari sari buah anggur murni atau

83
kurma yang dimasak sampai mendidih dan keluar gelembung busanya
kemudian dibiarkan sampai bening dan hilang gelembung busanya.9
sedangkan sesuatu yang memabukkan yang terbuat dari selain buah kurma
murni atau buah anggur murni tidak dinamakan khamr tetapi dinamakan
nabidz. 10 Masih menurut pendapat mereka: bahwa larangan mengkonsumsi
nabidz dikarenakan faktor eksternal (faktor Iuar), yaitu keharaman yang
disebabkan dapat "memabukkan ", bukan terletak pada benda/zatnya
(nabidz) itu sendiri.11 Dasar argumentasi yang menjadi landasan kelompok ini
yaitu mengacu pada lughah (aspek kebahasaan) serta sunnah Rasulullah Saw.
Adapun lughah aspek kebahasaan yang dijadikan dasar pijakan dalam
menamakan selain khamr itu dinamakun nabidz, yaitu ungkapan Abu Aswad
al-Dawli yang merupakan seorang ahli bahasa :
Artinya: Tinggalkanlah khamr yang kau minum karena berbahaya.
Sesungguhnya aku melihat saudaranya merasa cukup dengan
tempat (yang ada) jika ia tidak seperti saudaranya atau
saudaranya tidak seperti dia, pada dasarnya dia adalah saudara
yang diberi penyusuan oleh ibunya
Pada syair yang diucapkan oleh Abu al-Aswad al-Dawli di atas terlihat
bahwa sesuatu yang memabukkan yang terbuai dari selain buah kurma murni
atau buah Anggur murni tidak dinarnakan khamr. Jenis minumnn ini(nabidz)
merupakan saudara khamr.
Kalau nabidz itu termasuk kategori atau disebut khamr. maka nabidz itu
tidak akan dinamakan dengan sebutan "saudara khamr".Dilihat dari defenisi di
atas, salah satu sebab diharamkannya khamar karena dapat memabukkan
(menutup kesadaran berfikir). lantas apa yang dimaksud dengan mabuk itu
sendiri? Dan apa batasannya? Kapan seseorang dianggap mabuk? Pengertian
ini sangat dibutuhkan mengingat bahwa „illat atau penyebab dari haramnya
khamar karena faktor memabukkan. Seandainya suatu makanan yang
dianggap khamar, ternyata justru setelah dimakan malah tidak memabukkan,
tentu kita tidak bisa menyebutnya sebagai makanan atau minuman
memabukkan.

84
Dalam bahasa Arab, makanan atau minuman yang memabukkan itu
diistilahkan dengan kata muskir, Kata muskir ini adalah isim fail dari kata dasar
sakara ( َ‫سَ َكر‬,)maknanya adalah kebalikan dari shahwu, yang maknanya sadar
atau jaga. Jadi sakr atau mabuk itu bermakna tidak sadar atau tidak dalam
keadaan jaga.
Adapun definisi atau batasan orang mabuk menurut para ulama
berbedabeda, namun pada intinya tetap sama. Abu Hanifah dan Al-Muzani dari
kalangan mazhab Asy-yafi‟iyah membuat definisi mabuk sebagai : 12 Ahamad
warson, kamus al-Munawwar (Beirut: Dar al-Kutub al-„Arabiyah, t.th), h. 245.
131
Artinya: Mabuk adalah kondisi tidak sadar diri yang menghilangkan akal
Orang yang mabuk itu tidak bisa membedakan antara langit dengan
bumi, juga tidak bisa membedakan antara laki-laki dan perempuan.
Namun menurut Ibnu Humam, definisi ini hanya terbatas untuk
mabuk yang mewajibkan hukum hudud, yaitu berupa cambuk 40
kali atau 80 kali”.
Sedangkan definisi mabuk yang tidak mewajibkan hukum hudud menurut
umumnya ulama Al-Hanfiyah adalah :
Artinya: Rancunya perkataan dan meracau
Imam Asy-Syafi‟i menyebutkan bahwa orang yang mabuk itu adalah :
Artinya: Orang mabuk adalah orang yang seharusnya perkataan teratur
menjadi rancu, dan terbukalah rahasia yang disembunyikannya.
Definisi ini sesungguhnya bersumber dari perkataan Ali bin Abi Thalib
radhiallahuanhu.
Artinya: ”Bila seseorang itu mabuk, maka dia meracau. Dan bila meracau dia
akan berhalusinasi.”
Berdasarkan pengertian tersebut, maka khamar menurut Al-Hanafiyah
adalah makanan atau minuman yang apabila dikonsumsi akan membuat
pelakunya kehilangan akalnya, sehingga tidak bisa memahami sesuatu. Dia
tidak bisa membedakan antara laki-laki dan perempuan, antara langit dengan
bumi, antara istrinya, ibu atau pembantu.

85
Secara umum dapat dikatakan bahwa mabuk adalah hilang akal atau
hilangnya kemapuan berfikir. Dengan begitu, seseorang yang mabuk tidak bisa
berpikir normal dengan akal sehatnya. Akalnya hilang berganti halusinasi atau
khayalan. Orang mabuk juga sulit membedakan mana yang nyata mana yang
tidak nyata.
Tauhid Nur Azhar menjelaskan bahwa Umar Bin Khattab pernah
mengatakan bahwa khamar terbuat dari salah satu lima jenis berikut, yaitu
anggur, kurma, madu, jangung dan gandum.namun seiring perkembangan
zaman makin beragam jenisnya, bahan yang menyebabkan mabuk pun semakin
banyak, mulai dari bahan tradisional hingga moderen, mulai dari saripati anggur
hingga narkotika dan bahan adiktif lainnya. Umar Bin Khattab sewaktu menjadi
khalifah memberi penekanan bahwa khamar adalah setiap yang mengacaukan
akal.15 Dengan demikian patokan yang di Buat oleh Umar Bin Khattab jelas
bahwa khamar adalah setiap yang memabukkan atau mengacaukan akal
apabila dikonsumsi baik dimakan, diminum, dihisap ataupun disuntik meski
dalam bentuk apapun.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap yang bisa
membuat mabuk dan menutupi, mengganggu keberfungsian akal atau
menghilangkan akal pikiran termasuk dalam kategori khamar baik yang terbuat
dari anggur, kurma maupun bahan lainnya, maka dalam hal ini termasuk di
dalamnya narkoba.
Secara etimologi, narkotika diterjemahkan dalam bahasa arab dengan
kata al-mukhaddirat yang diambil dari kata khaddara, yuhaddiru takhdir atau
muhaddirat yang berarti hilang rasa, bingung, membius, tidak sadar, menutup,
gelap dan mabuk.
Azat Husain menjelaskan bahwa narkotika secara terminologi:
Artinya: nakotika adalah segala zat yang apabila dikonsumsi akan merusak
fisik dan akal, bahkan terkadang membuat orang menjadi gila atau
mabuk, hal tersebut dilarang oleh undang-undang positif yang
populer seperti ganja, opium, morpin, heroin, kokain dan kat.
Artinya: sesungguhnya ganja itu haram, diberikan had/ snksi terhadap orang
yang menggunakannya sebagaimana diberikan had bagi peminum

86
khamar, ditinjau dari zatnya yang dapat merusak otak, sehingga
pengaruhnya bisa menjadikan lelaki seperti banci dan pengaruh jelek
lainnya. Ganja dapat menyebabkan seseorang berpaling dari
mengingat Allah dan menunaikan shalat. Dan ia termasuk kategori
khamar yang secara lafadz dan makna telah diharamkan Allah dan
Rasulnya.
Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa meskipun istilah
narkotika belum dikenal pada zaman Rasul, namun narkoba bisa disamakan
dengan khamar, sebab antara khamar dan narkotika sama-sama menyebabkan
tertutupnya atau hilang akal orang yang mengkonsumsinya, bahkan narkotika
lebih berbahaya, sehingga status hukum narkotika disamakan dengan statys
hukum kamar.
B. Konsep Dasar Narkoba
Dalam melihat dan menganalisa konsep dasar narkoba perlu merujuk
pada firman Allah (Alqur‟an) yang tertera pada beberapa surat. Di sarnping itu
dalam menganalisa status hukum narkoba perlu juga merujuk pada hadis atau
sabda Rasulullah Saw.
Konsep dasar narkoba dalam sudut pandang hukum Islam mengacu pada
ketentuan khamr. Menurut 'Abdullah lbn Ahmad lbn Mahmud al-Nasafi,
terdapat 4 (empat) ayat Alqur‟andalam beberapa surat yang berbeda
berkaitan dengan khamr. Pertama yaitu surat al-Nahl ayat 67. Ke-dua surat al-
Baqurah ayat 219. Ke-tiga surat al-Nisa' ayat 43, Ke-empat tertera dalum surat
al-Maidah ayat 90- 91.20Sedangkan menurut pendaput 'Abdullah lbnu 'Umar
al Syabi. Mujahid, Qatadah, Rabi' lbnu Anas, dan Abdurruhman lbn Zaid Ibn
Aslam, seperti yang disitir oleh Muhammad Jamaluddln al-Qasirni; bahwa
surat al-Baqarah ayat 219 merupakan ayat pertama yang berkaitan dengan
khamr. lalu disusul dengan surat 20Abdullah Ibn Ahmad al Nasafi, Tafsir al
Nasafi, (Beirut : Dar al Kutub al‟Ilmiyah,2001), h.120-121 135 al Nisa' ayat 43,
baru kemudian setelah itu turun surat al-Maidah ayat 90-91 yang menjadi
klirnaks/pamungkas berkaitan demgan khamr.
Untuk lebih memahami dan mendalami ketentuan kharnr, penulis akan
uraikan ayat-ayat tersebut di atas. Mengingat antara khamr dan narkoba

87
memiliki sisi kesamaan dan perbedaan. Segi persamaannya antara khamr dan
narkoba di antaranya yaitu keduanya (khamr dan narkoba) sama-sarna
memabukkan serta dapat menghilangkan kesadaran akal pikiran, sementara sisi
perbedaannya di antaranya: kalau narkoba, jenis dan bahan yang digunakan
cenderung lebih modern, sedangkan kalau khamr jenis dan bahan yang
digunakan untuk meracik lebih condong pada hal-hal yang bersifat
"tradisional".
Pertama Alqur‟anmenjelaskan bahwa dari buah kurma dan unggur dapat
dibuat minuman yang memabukkan dan rizki yang baik. Allah SW'I berfirman
dalam surat al-Nahl ayat 67 :
Artinya: “Dan dari buah karma dan anggur. kamu buat minuman yang
mcmabukkan dan rizki yang baik. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi
orang yang memikirkan. (Q.S. al-Nahl: 67)”.
Setelah turunnya firman Allah (Q.S. al-Nahl: 67) kaum muslimin ketika itu
mengkonsumsi/ meminum khamr. karena memang berdasarkan teks (nash)
dari ayat 67 surat al Nahl, tidak terkandung hukum keharaman khamr."
Dalam ayat ini Allah menyebut macam minuman yang dihasilkan oleh
buah-buahan seperti kurma dan anggur, yaitu yang kamu jadikan minuman
yang memabukkan dan juga dari kedua pohon itu terdapat rizki yang baik, yakni
dari buah-buahan yang sudah kering. Dan itulah terdapat tanda-tanda
kebesaran dan kekuasaan Allah.
Kedua, Alqur‟anmenjelaskann bahwa di samping khamr mengandung
dosa besar juga mengandung manfaat, akan tetapi dosanya lebih besar
dibanding manfaatnya. Allah SWT berlirman dalarn surat al-Baqarah ayat 219:
ْ‫اس َو ِا ْث ُم ُه َم ٓا اَ ْك َب ُر مِن‬ ِ ۖ ‫َي ْسـَٔلُ ْو َن َك َع ِن ا ْل َخ ْم ِر َوا ْل َم ْيسِ ۗ ِر قُلْ ِف ْي ِه َم ٓا ِا ْث ٌم َك ِب ْي ٌر َّو َم َن افِ ُع لِل َّن‬
‫هّٰللا‬
ِ ‫َّن ْف ِع ِه َم ۗا َو َي ْسـَٔلُ ْو َن َك َما َذا ُي ْنفِقُ ْونَ ەۗ قُ ِل ا ْل َع ْف ۗ َو َك ٰذلِ َك ُي َب ِّينُ ُ لَ ُك ُم ااْل ٰ ٰي‬
َ‫ت َل َعلَّ ُك ْم َت َت َف َّك ُر ْو ۙن‬
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.
Katakanlah: “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan
beberapa manfaat bagi manusia tetapi dosa keduanya lebih
besar dari manfaatnya. ( Q.SalBaqarah:219).

88
Asabab al-nuzul ayat ini terdapat beberapa pendapat di kalangan ulama.
Pendapat pertama menyatakan bahwa diturunkannya Q.S. al-Baqarah: 219
karena Umar lbn al-Khatthab suatu ketika berkata;Ya Allah. berikan penjelasan
kepada kami dengan penjelasan yang sejelas-jelasnya mengenai ketentuan
hukum khamr, maka turunlah firman Allah Surat al-Baqarah ayat 219.24
Sedangkan pendapat kedua menyatakan diturunkannya ayat 219 dari surut al-
Baqarah lantaran suatu ketika sekelompok sahabat Anshar datang kepada nabi
Muhammad Saw. di antara mereka terdapat 'Umar lbn al Khatluhab dan
Mu'udz lbn Jabal, mereka meminta fatwa kepada Rasulullah Saw mengenai
status khamr, karena menurut pendapat mereka khamr dapat merusak akal
dan dapat menyebabkan harta benda terbuang secara sia-sia.25 Lalu turunlah
al Baqarah: 219.
Sayyid Quthub menjelaskan bahwa sampai waktu itu belum turun ayat
yang mengharamkan khamr (minurnan keras dan segala sesuatu yang
memabukkan) dan judi. tetapi. tidak juga terdapat nash dalam Alqur‟anyang
menghalalkannya. Sebenarnya Allah SWT hendak membimbing kaum muslimin
yang baru tumbuh ini (baru mengamalkan nilai-nilai 'ubudiyah) untuk
melangkah selangkah demi selangkah (step by step) pada jalan yang
dikehendaki-nya. Masih menurut pcndapat beliau, nash yang ada (Q.S.al-
Baqarah: 219) merupakan langkah pertama dalam menghararnkan khamr dan
judi. Karena, sesuatu atau perbuatan itu adakalanya bukan kejahatan murni
dan kebaikan itu adakalanya berbaur dengan kejelekan dan kejelekan
bercampur dengan kebaikan di muka bumi ini. Hal yang terpenting yaitu; yang
menjadi acuan penghalalan atau pengharaman itu ialah dominannya kebaikan
atau kejelekan. Apabila dosa dalam khamr dan judi itu lebih besar dari pada
manfaatnya, maka hal itu menjadi "illat" alasan" pengharaman dan
pelarangannya, meskipun pengharaman dan pelarangan itu tidak disebutkan
secara eksplisit (tersurat). Melalui hal ini, Islam menampakkan salah satu
bentuk manhaj (metode) pendidikan yang tertuang dalam Alqur‟an yang
bijaksana dan dapat dijadikan acuan dalam banyak hal.
Dalam ayat t 1" ersebut dijelaskan bahwa pada khamr dan judi terdapat
atau memiliki manfaat. Mengenai sisi manfaat dari khamr, Imam Abu 'Abdillah

89
Muhammad lbn Ahmad al-Anshari al-Qurthubi menjelaskan di antaranya adalah
memperoleh profit (keuntungan) dalam usaha perniagaan khamr di mana
ketika itu orang-orang yang menekuni bisnis khamr mernbeli khamr dari negeri
Syarn dengan harga yang relatif murah untuk kemudian diperdagungkan
kembali di daerah Hijaz dengan memperoleh keuntungan yang berlipat ganda."
Muhammad Husayn al-Thabathabai menjelaskan bahwa manfaat yang terdapat
pada khamr dan judi yaitu berupa upaya manusia dalam mengambil manfaat/
keuntungan yang diperoleh bersifat kebendaan dengan jalan jual-beli serta
perbuatan/ pekerjaan yang bisa mendatangkan kesenangan dan dapat
menghibur diri. Ada juga sebagian orang yang mengatakan bahwa khamr
rnemiliki manfaat dapat menambah gairah/nafsu makan, dapat memberikan
kekuatan fisik. bisa membentuk sikap dermawan, serta membuat orang jadi
berani meskipun hipotesa ini perlu dibuktikan otentinitasnya (keabsahannya)
secara medis dan ilmiah.27 Senada dengan Thaba‟thaba‟i, Muhammad 'Ali al-
Shabuni menjelaskan manfaat dalam ayat ini adalah manfaat yang bersifat
kebendaan (materiil) berlaku yang dapat dambil faedahnya duri kedua hal
tersebut (kharnr dan judi).28
Para ulama berbeda pendapat mengenai ada atau tidaknya status
keharaman khamr dalam surat al-Baqarah ayat 219. Qadhi Abu Ya' la seperti
dikutip oleh Rasyid Ridha menjelaskan bahwa Surat al-Baqarah ayat 219
menunjukkan keharaman khamr dengan alasan bahwa dalam ayat tersebut.
139 menyatakan padahal Allah SWT telah mengharamkan dosa dengan
firmannya surah an-Nahl ayat 67: 
‫س ًن ۗا اِنَّ ف ِْي ٰذلِ َك اَل ٰ َي ًة لِّ َق ْو ٍم‬
َ ‫س َك ًرا َّو ِر ْز ًقا َح‬
َ ‫ب َت َّت ِخ ُذ ْونَ ِم ْن ُه‬ ِ ‫َومِنْ َث َم ٰر‬
ِ ‫ت ال َّن ِخ ْي ِل َوااْل َ ْع َنا‬
َ‫َّي ْعقِلُ ْون‬
Artinya: Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang
memabukkan dan rezeki yang baik. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi
orang yang memikirkan.
Fazlur Rahman menjelaskan khamr sudah diharamkan sejak awal
kenabian di Mekkah, dan ayat ini merupakan Tahrim „am (pengharaman yang

90
bersifat umum) dan belum secara tegas. Indikasi dari pengharaman tersebut
ialah bagaimana Allah telah memberi peringatan kepada umat manusia atas
efek memabukkan dari minuman yang terbuat dari buah kurma dan anggur. Hal
ini dapat dilihat pada peristiwa masuk Islamnya A‟sya Ibnu Qais. Ketika ia
bermaksud menyatakan Islamnya di hadapan Rasulullah, ditengah jalan ia
dicegat oleh Abu Sufyan, Abu Jahal, dan orang-orang Quraisy lainnya. “Hai Abu
Bashir, Muhammad mengharamkan zina,” kata mereka. Kata A‟sya “Aku tidak
keberatan”. “Abu Bashir, Muhammad mengharamkan khamr”, kata mereka lagi
, dan seterusnya. Peristiwa ini terjadi di Mekkah, ketika Abu Jahal masih hidup.
Abu Jahal terbunuh dalam perang Badar, jauh sebelum surat al-Maidah ayat 90-
91 turun. Dalam Hadist yang dikeluarkan oleh Thabrani, dari Mu‟adz Ibn Jabal,
disebutkan bahwa yang pertama kali diharamkan pada permulaan kenabian
adalah minuman khamr.
Fazlur Rahman juga berpendapat, yang pertama mengharamkan khamr
sebenarnya adalah surat al-A‟raf ayat 33 :
ْ‫ِش َم ا َظ َه َر ِم ْن َه ا َو َم ا َب َطنَ َوااْل ِ ْث َم َوا ْل َب ْغ َي ِب َغ ْي ِر ا ْل َح ِّق َواَن‬ َ ‫ُقلْ ِا َّن َما َح َّر َم َر ِّب َي ا ْل َف َواح‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰلل‬
َ‫س ْل ٰط ًنا َّواَنْ َت ُق ْولُ ْوا َع َلى ِ َما اَل َت ْع َل ُم ْون‬ ُ ٖ‫ش ِر ُك ْوا ِبا ِ َما لَ ْم ُي َن ِّزلْ ِبه‬
ْ ‫ُت‬
Artinya: Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik
yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa (al-
itsm), melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar,
(mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah
tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-
adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui".
Lebih lanjut Fazlur Rahman menjelaskan bahwa kata al-itsm dalam ayat
ini adalah khamr, sebagaimana ditegaskan dalam surat al-Baqarah ayat 219.
AlA‟raf merupakan surat yang turun dalam periode Makiyyah awal. Kata al-itsm
yang berarti khamr juga terdapat dalam perkataan syair.
Artinya: “Ku minum khamr hingga akalku hilang, demikian juga dosa dapat
membuat akal menghilang”.
Penggunaan kata „itsm” dalam syair di atas sebagai ganti kata “khamr”
secara kiasan atau majaz, yang artinya bahwa khamr itu bisa menimbulkan

91
perbuatan dosa. Di samping itu, suatu perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT,
dan apabilu perbuatan itu dilanggar/dikerjakan rnengandung dosa sudah
barang tentu perbuatan yang mengandung dosa memiliki konsekwensi
tersendiri. Konsekuensi itu ialah siksa kelak di akhirat dari Allah SWT.
Sedangkan Jurnhur ulama berpendapat bawha ayat 219 surat al-Baqarah
tidak menunjukkan keharaman khamr melainkan hanya menyatakan keburukan
atau ketercelaan dari khamr. Argumentasi yang dikemukakan oleh Jumhur
ulama adalah sebagian sahabat nabi Muhammad Saw masih meminum khamr
pasca turunnya surat al-Baqarah ayat 219. Jikalau sebagian sahabat nabi
Muhammad Saw memahami ayat 219 dari surat al-Baqarah mengandung
ketetapan keharaman khamr, niscaya mereka tidak meminum khamr. masih
menurut argumentasi yang dikemukakan mereka, bahwa ayat 219 dari surat al-
Baqarah telah dinasakh dcngan surat Al-Maidah ayat 90-91. Pendapat ini
dikemukakan oleh Imam Mujahid, Qatadah, dan Imam Muqatii seperti yang
dijelaskan oleh Muhammad 'Ali al-Shabuni.
Ketiga, Alqur‟an menjelaskan larangan untuk melaksanakan shalat jika
dalam keadaan mabuk karena dikhawatirkan akan mengacaukan bacaan dalam
salat. Tertera dalam surat an Nisa' ayat 43 :
‫س ٰك ٰرى َح ٰ ّتى َت ْعلَ ُم ْوا َم ا َتقُ ْولُ ْونَ َواَل ُج ُن ًب ا ِااَّل‬ ُ ‫ص ٰلو َة َواَ ْن ُت ْم‬ َّ ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذ ْينَ ٰا َم ُن ْوا اَل َت ْق َر ُبوا ال‬
َ ‫ضى اَ ْو َع ٰلى‬
‫س َف ٍر اَ ْو َج ۤا َء اَ َح ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّمنَ ا ْل َغ ۤا ِٕىطِ اَ ْو‬ ٓ ٰ ‫سبِ ْي ٍل َح ٰ ّتى َت ْغ َتسِ لُ ْوا َۗواِنْ ُك ْن ُت ْم َّم ْر‬
َ ‫َعابِ ِر ْي‬
‫هّٰللا‬
َ‫س ُح ْوا بِ ُو ُج ْو ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْم ۗ اِنَّ َ َك ان‬ َ ‫ص ِع ْيدًا َط ِّي ًبا َفا ْم‬ َ ‫ٰل َم ْس ُت ُم ال ِّن‬
َ ‫س ۤا َء َفلَ ْم َت ِجد ُْوا َم ۤا ًء َف َت َي َّم ُم ْوا‬
‫َعفُ ًّوا َغفُ ْو ًرا‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat. sedang kamu
dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu
ucapkan.
Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan al-Hakim, meriwayatkan bahwa Ali berkata.
“Pada suatu hari abdurahman bin Auf membuatkan makanan untuk kami. Lalu
dia mengundang kami untuk makan dan menyediakan khamr sebagai
minumannya. Lalu saya meminum khamr itu. kemudian tiba waktu shalat dan
orang-orang menyuruhku untuk menjadi imam. Lalu saya membaca ayat :

92
Artinya: Katakan lah (Muhammad) “Wahai orang-orang kafir! Aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah, dan kami menyembah apa yang
kalian sembah.
Lalu Allah menurunkan firman-Nya, “Wahai orang yang beriman!
Janganlah kamu mendekati sholat, ketika kamu dalam keadaan mabuk, sampai
kamu sadar apa yang kamu ucapkan. (ayat 43 dari surat al Nisa). Setelah
turunnya ayat ini kaum muslimin tidak lagi meminum khamr menjelang waktu
ditunaikannya salat. akan tetapi di luar waktu salatmereka masih meminm
khamr.
Dari riwayat yang disampaikan oleh Imam Turmudzi dapat ditarik
kesimpulan bahwa entry point diturunkannya ayat 43 duri surat al Nisa' adalah
karena seorang sahabat yang menjadi imam dalam salat berjamaah mernbaca
surat al-Kafirun dengan rneniadakan kalimat “‫ ال‬,'' padahal nyata-nyata dalam
surat al-Kafirun dari ayai 2 sampai ayat 5 terdapat kalimat " ‫ ال‬. " Adapun
kekeliruan atau kesalahan dalam mernbaca surat al Kafirun dikarenakan
sebelum mengerjakan salat, imam (salat) dan rekan-rekannya telah meminurn
khamr, Lalu turunlah Iarangan melaksanakan salai dalam keadaan mabuk
melalui surat alNisa‟ ayat 43.
Allah SWT, melarang orang-orang mukmin melakukan salat dalam
keadaan mabuk yang membuat seseorang tidak menyadari apa yang
dikatakannya. Dan Allah melarang pula mendekati tempat salat (yaitu mesjid-
mesjid) bagi orang yang mempunyai jinabat (hadas besar), kecuali jika ia hanya
sekedar melewatinya dari satu pintu ke pintu yang lain tanpa diam di dalamnya.
Ketentuan hukum ini terjadi sebelum khamar diharamkan secara tegas.
Secara umum ayat ini bermaksud untuk memberi peringatan kepada
kaum mu‟min untuk menjauhi shalat jika ia dalam keadaan mabuk. Hal ini
berbeda dengan tafsir ayat sebelumnya, yaitu surat al-Baqarah ayat 219,
dimana orang mu‟min diwajibkan mengerjakan sholat walaupun dalam
keadaan mabuk setelah minum khamr. Karena hukum wajibnya shalat lebih
dulu dibandingkan kharamnya khamr bagi umat Muslim.
Namun setelah ayat an-Nisa‟ turun, para sahabat masih belum
sepenuhnya bisa meninggalkan khamr dalam kesehariannya, karena ayat

93
tersebut hanya menyuruh ummat Muslim menjauhi shalat jika ia dalam
keadaan mabuk. Jadi para sahabat meminum khamr hanya pada waktu-waktu
tertentu, seperti setelah waktu shalat Isya‟ dan shubuh. Karena diwaktu-waktu
itu jarak waktu shalat masih relatif panjang untuk menghilangkan efek dari
khamr yang memabukkan dan menyebabkan umat Muslim meninggalkan
wajibnya shalat
Ke-empat. Alqur‟anmenetapkan larangan minum khamr dengan
penegasan bahwa khamr, judi, berhala dan undian adalah perbuatan keji dan
termasuk perbuatan setan yang harus dijauhi. Ditegaskan bahwa dengan
keempat macam perbuatun itu setan bermaksud menciptakan permusuhan dan
kebencian serta mcnghalangi orang untuk ingat kepada Allah dan
melakukansalat. Tersebut dalam surat al-Maidah ayat 90-91:
‫الش ْي ٰط ِن‬ ٌ ‫اب َوااْل َ ْزاَل ُم ِر ْج‬
َّ ‫س ِّمنْ َع َم ِل‬ ُ ‫ص‬َ ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذ ْينَ ٰا َم ُن ْٓوا ِا َّن َم ا ا ْل َخ ْم ُر َوا ْل َم ْي ِس ُر َوااْل َ ْن‬
َ‫اج َتنِ ُب ْوهُ لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُح ْون‬
ْ ‫َف‬
(Q.S Al-Ma'idah:90).

ُ ‫ض ۤا َء فِى ا ْل َخ ْم ِر َوا ْل َم ْيسِ ِر َو َي‬


‫ص َّد ُك ْم َعنْ ِذ ْك ِر‬ َ ‫ش ْي ٰطنُ اَنْ ُّي ْوق َِع َب ْي َن ُك ُم ا ْل َعد‬
َ ‫َاو َة َوا ْل َب ْغ‬ َّ ‫ِا َّن َما ُي ِر ْي ُد ال‬
‫هّٰللا‬
‫الص ٰلو ِة َف َهلْ اَ ْن ُت ْم‬
َّ ‫ِ َو َع ِن‬
‫ُّم ْن َت ُه ْون‬
(Q.S Al-Ma'idah:91)

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr.


berjudi. (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah.
adalah pcrbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatun-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungn. (Q.S Al-
Ma'idah:90).

Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan


permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum)
khamar dan berjudi itu. dan menghalangi kamu dari mengingat Allah
dan sembahyang: makaberhentilah kamu (dari mengerjakan
pekerjaan itu). (Q.S almaidah: 91).
Menurut Imam Abd Ibn Humayd Abu Ja'fnr Muhammad Ibnu Jurir
alThabari, lbn al-Mundzir, Imam Baihaqi dan lbnu Mardawih dari 'Abdullah
lbnu'Abbas. seperti yang dijelaskan oleh Ahmad Mushthafa al-Maraghi; bahwa

94
diturunkannya surat al-Maidah ayat 90-91 karena ada dua kabilah dari kalangan
Anshar yang ketika itu tengah mabuk mereka bermain-main/bersenda gurau
satu sama lain. Dan ketika rnereka telah siuman/sadar, ternyata seseorang di
antara mereka melihat ada atsar (bekas sesuatu) yang terdapat pada wujah,
kepala dan jenggotnya, lantas orang itu berkata; "yang menyebabkan aku
menjadi seperti ini adalah si anu demi Allah jika si fulan itu baik dan penyayang,
niscaya dia tidak akan memperlakukan aku seperti ini.
Larangan secara bertahap ini dilukukan karena minuman khamar sudah
menjadi tradisi yang digandrungi/disenangidan menjadi gaya hidup (life style)
masyarakat Arab ketika itu. Kalau larangan ditetapkan scara spontan (serta
merta) dan sekaligus. niscaya akan terasa memberatkan. Karena itu, larangan
ditetapkan secara bcrtahap/gradual (mutadarrij) agar tidak memberutkan,
karena ketika itubanyak orang yang menggandrungi/ teramai menyukai dan
hidup dalam taradisi yang hobi mengkonsumsi khamr. 36Dalam hal ini Sayyidah
Khadijah r.a. memberikan suatu ungkapan, yang dikutip oleh Muhammad Ali al-
Shabun'i "Awal atau permulaan yang diturunkan dari a-Qur'an yaitu surat yang
di dalamnya memaparkan surga dan neraka, hingga ketika munusia
sadar/kembali kepada lslam barulah diturunkan (dijelaskan) perkara yang halal
dan perkara yang haram. Andaikan permulaan yang diturunkan dalam
Alqur‟anini berbunyi: "Janganlah kalian meminum khamr", niscaya mereka
berkata; .. Kami tidak akan meninggalkan khamr selama-lamanya.
Sebenarnya dalam surat al-Baqarah ayat 219 Allah SWT sudah
menegaskan larangan khamr ini. Pertama ditegaskan bahwa khamr
mengandung dosa besar (itstnun kabir), padahal sesuatu yang dianggap dosa
adalah haram. selaras dengan firman Allah Surat al-A'raf ayat:33
ْ‫ِش َم ا َظ َه َر ِم ْن َه ا َو َم ا َب َطنَ َوااْل ِ ْث َم َوا ْل َب ْغ َي ِب َغ ْي ِر ا ْل َح ِّق َواَن‬َ ‫ُقلْ ِا َّن َما َح َّر َم َر ِّب َي ا ْل َف َواح‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰلل‬
َ‫س ْل ٰط ًنا َّواَنْ َتقُ ْولُ ْوا َعلَى ِ َما اَل َت ْع َل ُم ْون‬ ُ ٖ‫ش ِر ُك ْوا ِبا ِ َما لَ ْم ُي َن ِّزلْ ِبه‬
ْ ‫ُت‬
Artinya : Katakanlah Tuhanku hanya mengharmakan perbuatan yang
keji.baik yang nampak ataupun yang tersembunyi dan, pcrbuatan
dosa. melanggar hak manusiatanpa alasan yang benar . ( Q.S. al-
A'raf:33) 36 Lihat juga Muhammad Rasyid Ridha,

95
Namun demikian pasca turunnya ayat ini (QS. al Baqarah: 219), tidak
semua orang pada waktu itu meninggalkan khamr (ternyata masih ada yang
meminum khamr). Memang sebagian dari mereka ada yang tidak lagi
mengkonsumsi khamr dengan dalih kami tidak lagi (membutuhkan/minum)
khamr karena pada khamr itu terdapat dosa besar". akan tetapi ada juga orang
yang masih meminum khamr dengan dalih "kami meminum khamr karena
mengambil manfaat yang terkandungdi dalamnya, sementara mengenai dosa
yang terkandung puda khamr, kau tinggalkan, Kedua, karena khamr
mengandung dosa sedang dosa itu haram sudah barang tentu mengandung
siksa. Ketiga penegasan bahwa dosa khamr dan maysir (judi) lebih besar dari
pada manfaatnya lebih merpertegas dosa dan siksa itu sendiri. Dengan
demikian sebelum penegasan dalam surat al-Maidah ayat 90-91, sebenarnya
sudah dapat ditarik kesimpulan bahwa khamr adalah haram, namun tidak
terbukti kesimpulan itu dilakukan oleh nabi Muhammad Saw. masih ada
kalangan sahabat yang mabuk karena minum khamr, terbukti dengan turunnya
ayat yang melarang salat dalam kondisi mabuk (Q.S.AnNisa ayat 43 ). ternyata
masih ada orang yang meminum khamr di luar waktu salat, mereka
beranggapan bahwa larangan yang terkandung dalam surat An-Nisa hanya
mencakup larangan melakukan salat dalam keadaan mabuk, dikhawatirkan
akan mengacaukan bacaan salat, sementara untuk di luar waktu salat tidak ada
larangan meminum khamr. Judi jelas, meskipun dari ayat 219 surat al-Baqarah
sudah dapat disimpulkan bahwa kharnr adalah hararn, tetapi karena tidak
terbukti kesirnpulan itu dilakukan oleh nabi Muhammad Saw maka mayoritas
ulama 147 menyetujui bahwa khamr dinyatakan haram setelah turun ayat 90-
91 dari surut al-Maidzh setelah perang Uhud.
Argumentasi lain yang dapat menopang/mendukung pendapat bahwa
status keharaman khamr jelas-jelas dikatakan berdasarkan surat al-Maidah ayat
90-91 dengan pengukuhan Allah Ta'ala dalam ayat tersebut bahwa:
1. Khamr itu termasuk “najis". naijs adalah suatu ungkapan/kalimat yang
menunjukkan pada klirnaksasi (puncak) dari keburukan dan kejelekan.

96
2. Allah SWT mensejajarkan khamr dengu perbuatan berkorban/ menyembah
berhala dan mcngundi nasib dengan panah yang mana keduanya
merupakun termasuk perbuatan syirik (menyekutukan Allah).
3. Terkandung perintah Allah untuk menjauhinya (fajtanibuhu) dan perintah
untuk menjauhi di sini bersifat wajib .
4. Khamr termasuk perbuaian syetan yang mana khamr menimbulkan
berbagai kejelekan. kesewenang-wenangan dan menyebabkan murka Allah
SWT.
5. Menjauhi khamr rnenjadikan manusia menuju jalan kebahagiaan dan
kemenangan
6. Akibat/efek yang ditimbulkan khamr yaitu tirnbulnya permusuhan dan
kebencian, dan
7. Khamr menyebabkan orang berpaling dari ingat kepada Allah dan shalat.
Disamping itu pengharaman khamar juga disebabkan karena
memabukkan. Salah satu kriteria dari makanan yang haram adalah makanan
yang memabukkan. Tentunya bukan hanya sesuatu yang dimakan, tetapi
termasuk juga apa yang ditelan, diminum, dihisap, dihirup, disuntikkan, dan
lain-lainnya. Prinsipnya, segala jenis makanan, minuman, atau apa pun yang
dikonsumsi manusia yang mengakibatkan mabuk, maka hukumnya haram.
Kemudian diperkuat lagi dengan kelanjutan dari ayat sesudahnya. di mana pada
ayat 92 Surat al-Maidah, Allah SWT berfirman:
‫هّٰللا‬
‫س ْولِ َنا ا ْل َب ٰل ُغ‬
ُ ‫اعلَ ُم ْٓوا اَ َّن َما َع ٰلى َر‬
ْ ‫اح َذ ُر ْوا ۚ َفاِنْ َت َولَّ ْي ُت ْم َف‬
ْ ‫س ْول َ َو‬ َّ ‫َواَطِ ْي ُعوا َ َواَطِ ْي ُعوا‬
ُ ‫الر‬
ُ‫ا ْل ُم ِب ْين‬
Artinya: "Dan taatlah kamu sekalian kepada Allah dan taatlah kamu
sekulian kepada Rasul/Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu
berpaling. Maka ketahuiluh bahwa sesungguhnya kewajiban
Rasul Kami. hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan
terang ".
Menurut Ahmad Mushthafa al-Maraghi ayat ini menyerukan kepada
ummat Islam agar senantiasa mentaati apa yang diperintahkan Allah. baik
berupa larangan mengkonsumsi khamr maupun larangan yang lainnya seperti

97
berjudi. berkorban untuk berhala dan lain sebagainya. dan juga ummat Islam
dituntut untuk senantiasa mentaati apa saja yang dijelaskan oleh Rasulullah.
yang beliau peroleh dari Allah melalui jalun wahyu. Selain itu. Allah SWT
mcnuntut kepada ummat Islam agar berhati-hati dan jangan sampai berpaling
dari perintahnya. karena pada dasamya apa saja yang diperintahkan oleh Allah
untuk menjauhinya (tidak mengerjakan suatu perbuatan yang dilarang oleh-
nya) pada dasarnya terdapat/terkandung nilai mafsadat dan mudharat (dampak
negatif) dalam larangan tersebut bagi manusia.
Khamr termasuk seburuk-buruk dosa dan bahayanya mengancam
kehidupan pribadi dan masyarakat. Karena itu Allah mengharamkan khamr di
39Al-Maraghi, tengah kebiasaan masyarakat Arab yang menggandrungi khamr
dan menganggapnya sebagai lambang keperkasaan dan kesatriaan. Ditegaskan
bahwa khamr adalah keji dan merusak akal.
Dalam Alqur‟an pengharaman khamr disebutkan secara mutadarrij atau
bertahap dalam beberapa surat yang berbeda, akan tetapi di dalam Alqur‟an
itu sendiri tidak disebutkan dan tidak dijelaskan apa itu pengertian khamr.
Alqur‟an hanya menyebutkan/melarang mengkonsumsi khamr seperti yang
tertera pada ayat 90-91 surat al-Maidah.
Al-Sya‟rawi lebih jauh menjelaskan bahwa dalam gramatika bahasa arab
penggunaan kata innma berfungsi sebagai adat qashar (membatasi)40 , hal ini
berarti bahwa seiap khamar termasuk rijs. sedangkan kata rijs berarti sesuatu
yang buruk, hina dan kotor. Hina dan kotor keduanya dapat berupa hal zhahir
seperti khamr, atau dapat juga berarti maknawi seperti berkorban untuk
berhala ataupun mengundi nasib. Makana zhahir dan makana maknawi
dikumpulkan Allah secara bersama-sama dalam ayat tersebut. Ayat tersebut
tidak mengatakan bahwa khamar dengan jus anggur ataupun apel, akan tetapi
ayat tersebut menjelaskan khamar yang mengandung makna lebih luas
mencakup seluruh sifat yang dapat memabukkan akal dan menutupinya.
Lebih lanjut al-Sya‟rawi menjelaskan bahwa ayat ini membuktikan bahwa
Islam adalah agama yang universal, sebab ayat ini di daerah yang tidak/belum
mengenal wine (perasan anggur sebagai minuman yang memabukkan).
Sebagian. cendikiawan merasa kagum dengan ayat ini, ayat ini mengharamkan

98
segala jenis makanan dan minuman yang dapat memabukkan. Dengan kata lain
segala jenis yang dapat memabukkan termasuk dalam kategori khamr dan
khamar hukumnya haram.
Khamr dartikan sebagai sesuatu yang dapat menutupi akal atau
memabukkan. Orang yang meminurn khamr dampak buruk yang
ditimbulkannya adalah akal sehatnya terkontaminasi dan terhalang dengan
khamr sehingga tidak jarang peminum khamr normalitas akal sehatnya
terganggu dan mengakibatkan si peminumnya menjadi tidak sadar.
Wahbah al-Zuhaili mengutip pendapat dari ulama yang mengikuti
pendapat Imam Abu Hanifah (Hanafiyah) bahwa khamr adalah suatu minuman
tertentu yang terbuat dari sari buah anggur murni atau kurma yang dimasak
sampai mendidih dan keluar gelembung busanya kemudian dibiarkan sampai
bening dan hilang gelembung busanya. sedangkan sesuatu yang memabukkan
yang terbuat dari selain buah kurma murni atau buah anggur murni tidak
dinamakan khamr tetapi dinamakan nabidz. 44 larangan mengkonsumsi nabidz
dikarenakan faktor eksternal (faktor Iuar), yaitu keharaman yang disebabkan
dapat memabukkan, bukan terletak pada benda/zatnya (nabidz) itu sendiri.
Sunnah Rasulullah Saw yang dijadikan dasar pijakan kelompok Hanafiyah
yaitu hadis yang diriwayatkan dari Abu Said al Khudri, beliau berkata:”Suatu
ketika didatangkan pada nabi Muhammad Saw seseorang yang bernama
Nusywan. Lantas nabi saw bertanya kepadanya (Nusywan), Apakah karna
minum khamr? jawab Nausywan: Aku tidak pernah meminum khamr sejak
diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Nabi Muhammad Saw lalu bertanya
kembali padanya; lantas apa yang karmu minum, Nusywan menjawab; aku
hanya minum khlithayni. Lalu Rasulullah melarang khlithayni. Di sini si peminum
tadi menyarnarkan meniadakan nama (sebutan) khamr dihadapan nabi
Muhammad Saw. dan nabi Muhammad Saw tidak mengingkarinya
Di samping itu terdapat atsar yang diriwayatkan dari sayyidina Ali r.a.
Suatu ketikaAli r.a. pernah bertanya kepada Rasulullah tentang berbagai
minuman (yang memabukkan) pada tahun pelaksanaan haji wada', lalu
Rasulullah Saw menjawab;"keharamun khamr dengan materi/bendanya, dan
yang memabukkan dari setiap minuman" Wajh al-Istidlal (penunjukan hukum)

99
dari atsar tersebut adalah bahwa minuman yang memabukkan yang bahan
dasarnya terbuat dari selain sari buah anggur dan sari buah kurma murni. tidak
dinamakan khamr .tersebut atsar berdasarkan
Sementara tiga kalangan ulama yang lain (Malikiyah, Syfifiiyah dan
Hanabilah) berpendapat; bahwa khamr adalah nama bagi tiap-tiap minuman
yang memabukkan. Baik bahan dasarnya itu terbuat dari perasan buah anggur
murni dari buah kurna, dari gandum atau dari bahan lainnya. Dasar pijakan
pendapat kelompok ini mengacu pada:
1. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan pemilik Kitab Sunun
Empat dari Abu Hurayrah r.a.
Artinya: khamr dibuat dari dua pohon ini, kemudiun Rasulullah
menunjukkan pada pohon anggur dan kurma “(H.R. Muslim)
2. Atsar yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dari Sya‟bi dari Abdullah
Ibnu Umar dari Umar r.a. berkata: Rasulullah Saw pernah bersabda:
Artinya: “Diturunkan keharaman khamr yaitu ada lima: dari anggur,
kurma, biji, gandum, tepung gandum (terigu) dan dari
jagung. Khamr adalah yang merusak akal” (H.R. Abu Dawud)
Wajh al istidlal dari atsar ini adalah Umar r.a. memberitahukan pada saat
diharamkannya khamr bahwa dari kelima bahan dasar (anggur, kurma, biji
gandum, tepung gandung dan jagung) dapat dibuat khamr, disamping itu Umar
r.a. menyamakan tiap-tiap minuman yang dapat merusak/menutup akal
dengan khamr, dan tidak dapat dipungkiri bahwa Umar r.a. termasuk orang
yang memahami/mengetahui lughah (aspek kebahasan).
3. Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, dari Nur‟man bin Basyir r.a. :
Artinya: “Sesungguhnya dari buah anggur (dapat dijadikan) khamr, dari
buah kurma (dapat dijadikan) khamr, dari madu (dapat
dijadikan) khamr (dapat dijadikan) khamr, dai biji gandum
(dapat dijadikan) khamr, dan dari tepung gandum (terigu)
(dapat dijadikan) khamr.” (H.R. Abu Dawud)
Wajh al-istislal dari hadis ini adalah; hadis ini menjelaskan bahwa kelima
macam buah tadi termasuk kategori khamr. dan kelima buah tersebut (anggur,

100
47 kurma, madu, biji gandum dan tepung gandum/terigu) termasuk dalam
penunjukan ayat keharaman khamr.
Perbedaaan pendapat ini dikaitkan dengan praktek yang terjadi pada
masyarakat ketika itu mengenai perbedaan proses pembuatan dan bahan yang
digunakan untuk membuat minuman sejenis khamr, selain karena adanya
perbedaan nama yang digunakan dan petunjuk hadis yang berbeda-beda.
Sementara itu merujuk pada hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad,
Muslim, dan Imam Sunan empat kecuali Imam Bukhari, dari Abu Hurayrah
ditegaskan bahwa "khamr dibuat dari dua pohon ini” (Al khamru min hatayn al
syajaratayn) kemudian Rasulullah Saw menunjuk pada pohon anggur dan
kurma. Dari sini kemudian disimpulkan bahwa khamr hanya terbuat dari dua
bahan dasar yaitu kurma dan anggur. Selain darri dua bahan tersebut tidak
disebut khamr.
Tentu saja pendapat ini tidak sahih, hal ini dikarenakan pernyataan
Rasulullalh Saw itu tidak dapat dijadikun dasar hukum hanya dari dua bahan
dasar (anggurr dan kurma) khamr diracik atau dibuat. Sangat mungkin
pernyataan yang menunjuk dua pohon itu hanya sekedar contoh saja. Dalam
riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Umar lbn al Khatthab dikatakan
bahwa Rasulullah Saw mengatakan "Diturunkan haramnya khamr yaitu ada
lima: dari anggur, kurma, madu, biji gandum dan tepung gandum (terigu).
Khamr adalah yang merusak akal. Jadi jelas, bahwa pernyataan khamr hanya
terbuat dari dua bahan dasar yaitu unggur dan kurma bukanlah suatu
penetapan, akan tetapi hanya sekedar contoh, karena ternyata dalam hadis
yang lain dinyatakan bahwa bahan dasar pembuatan khamr disebutkan bukan
hanya dua tetapi lima lima macam.
4. Hadis yang driwayarkan oleh Imam Turmudzi dari Jabir lbn Abdillah:
Artinya: "Dari Jabir bin Abdillah : bahwasannya Rasulullah Saw bersabda
Segala sesuatu yang memabukkan dalam (kadar) banyak, maka
yang sedikit pun haram (hukumnya) (H.R. Turmudzi)
5. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dari Ummu Salamah :

101
Artinya: “Rasulullah Saw melarang setiap sesuatu yang memabukkan dan
yang membuat kelesuan badan/tidak sadarkan diri” (H.R. Abu
Dawud)
6. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ibnu Umur:
Artinya: “Dari Ibnu Umar r.a. sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda:
“setiap yang memabukkan adalah kahmar dan setiap yang
memabukkan adalah haram (H.R. Muslim).
Hadis-hadis tersebut di atas; menunjukkan bahwa setiap sesuatu yang
memabukkan adalah khamr dan hukumnya haram. Hal ini berarti; pendapat
ulama yang mengatakan bahwa khamr itu hanya terdiri dari minuman tertemu
yang terdiri dari sari buah anggur murni atau kurma yang dimasak sampai
mendidih dan keluar gelembung busanya kemudian dibiarkan sampai bening
dan hilang gelembung busanya, sedangkan sesuatu yang memabukkan yang
terbuat dari selain buah kurma murni atau buah anggur murni iidak dinamakan
khamr, akan tetapi dinamakan nabidz, tidak berdasar/tidak kuat dengan
merujuk pada beberapa argumentasi yang telah dikemukakan sebelumnya.
Jadi penamaan khamr di sini tidak melihat dari sisi bahan baku yang
dijadikan untuk membuat khamr, akan tetapi stressingnya/penekanannya
terletak pada “setiap yang memabukkan dinamakan khamr dan status
hukumnya adalah haram”. Pendek kata, segala sesuatu yang dapat
memabukkan dinamakan khamr tanpa melihat bahan dasarnya.
C. Hukum Pengguna dan Pengedar Narkoba
Mengenai uraian khamr telah penulis paparkan pada uraian sebelumnya.
Pada pembahasan berikutnya akan dijelaskun hukum pengguna dan pengedar
narkoba. Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa narkoba (narkotika,
psikotropika dan bahan adiktif) merupakan zat/benda yang menjadi trend atau
terkenal puda abad XX dan banyak disalahgunakan oleh sebagian orang.
Untuk melihat/mengkaji status hukum narkoha perlu kiranya merujuk pada
ketentuan yang terkandung dalam nash al-Quran dan sunnah Rasulullnh Saw.
Adapun nash (teks) Alqur‟anyang dapat dijadikan dasar pijakan dalam melihat
status hukum narkoba yaitu surat al Maidah ayat 90-91. Ayat tersebut
menunjukkan keharaman khamr ditinjuu dari beberapasisi:

102
1. Terdapat: al rijs itu adalah najis dan setiap yang najis itu haram hukumnya.
2. Khamr rermasuk perbuatan syaithan dan apa saja yang termasuk perbuatan
syaithan merupakan keharaman.
3. Terdapat perintah Allah SWT untuk menjauhinya dan apa saja yang dilarang
oleh Allah SWT, maka umat Islam wajib untuk tidak mengerjakannya
(meninggalkannya). 156
4. Mengkonsumsi khamr dapat menyebabkan dampak (efek) terjadinya
permusuhan dan kebencian terhadap sesama umat Islam. Sesuatu yang
dapat mendorong terjadinya permusuhan dan kebencian sesama umat Islam
hukumnya adalah haram.
Dalam surat al-Maidah ayat 90-91 tidak dijumpai terminologi/istilah
narkoba dan tidak pula dijelaskan status hukum narkoba. Pada surat tersebut
hanya dicantumkan larangan untuk tidak mengkonsumsi khamr, berjudi,
(berkorban untuk) berhula, dan mengundi nasib dengan panah.
Hal ini dapat dimengerti, mengingat Alqur‟anhanya menjelaskan
prinsipprinsip pokok dan nilai-nilai dasarnya saja. Sedangkan untuk tataran
operasionalnya/penjelasan lebih lanjut didukung/dijelaskan melului sunnah
Rasulullah Saw.
Dalam menguraikan permasalahan yang berkenaan dengan status hukum
narkoba ini, penulis masih menyinggung beberapa hal yang berkenaan dengan
khamr. Mengingat untuk melihat lebih jauh status hukum dan hal-hal yang
berhubungan dengan narkoba, dibutuhkan pencarian dalil yang turut
mendukung dalam menemukan status hukum narkoba (berupa sabda nabi
Muhammad Saw).
Adapun sabda/hadis-hadis Rasulullah Muhammad Saw yang dapat
dijadikan landasan dalam melihat status hukum narkoba di antaranya yaitu:
a. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari lbnu 'Umar
Artinya: Dari lbnu Umar r.a., sesungguhnya Rasululluh saw bersabda: "Setiap
yang memabukkan adalah khamr dan setiap yang memabukkan
adalah haram" (H.R. Muslim).
Hadis tersebut di atas, walaupun menjelaskan status hukum khamr, namun
dapat dijadikan dasar pijakan dalam mencari status hukum narkoba. Mengingat

103
karena narkotika dan obat-obatan aditif yang terlarang (narkoba) adalah sesuatu
yang memabukkan serta dapat menghilangkan normalitas akal pikiran. dan
setiap sesuatu yang memabukkan adalah khamr dan hukumnya adalah haram.
Karena narkoba memabukkan, bahkan lebih dari itu, narkoba dapat berujung
pada kematian bila disalahgunakan sampai pada taraf over dosis, hal ini berurti
narkoba termasuk dalam kategori khamr, dan menggunakan/mengkonsumsi
narkoba adalah haram hukumnya.
b. Hadis Rasulullah yang juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dari lbnu Umar:
Artinya: “Dari lbnu Umar r.a.; sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda:
"Setiap yang; memabukkan adalah khamr dan setiap khamr
adalah huram " (H.R. Muslim).
Apabila merujuk pada hadis Rasulullah Saw yang disumpaikan oleh
Abdullah lbn 'Umar; berarti status hukum narkoba menyerupai dengan status
hukum khamr. Khamr ketika dikonsumsi dapat memabukkan/ menyebabkan
hilang ingatan, begitu pula halnya dengan narkoba. Narkoba ketika dikonsumsi
dapat menyebabkan penggunanya hilang ingatan/hilang kesadaran karena efek
52 Ibid 158 yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba tersebut. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa mengkonsumsi narkoba haram hukumnya.
c. Hadis yang diriwayatkat oleh Imam Abu Dawud dari Ummi Salamah
Artinya: "Rasulullah Saw melarang (mengkonsumsi) setiap sesuatu yang
memabukkan dan sesuatu yang dapat
melemahkan/mebahayakan” (H.R. Abu Dawud)
Hadis ini memberikan penjelasan; bahwasannya apa saja yang dapat
memabukkan dan apa saja yang menyebabkan tubuh menjadi lemah/lunglai
(karena konsumsi sesuatu yang memabukkan), dilarang untuk dikousumsi.
Narkoba, berdasarkan hadis ini, dilarang untuk dikonsumsi, karena narkoba
dapat membawa dampak buruk bagi orang yang mengkonsumsinya. Dan dampak
buruk yang ditimbulkan narkoba bahkan jauh lebih parah daripada khamr.
Adupun dampak buruk yang ditimbulkan narkoba berupa gangguan pada
kesehatan fisik, gungguan kesehatan yang bersilat psikis, dan gangguan-
gangguan lain dengan berbagai bahaya yang ditimbulkannya.Jadi berdasarkan
hadis tersebut di atas mengkonsumsi narkoba hukumnya adalah haram,

104
mengingat narkoba bisa membawa dampak memabukkan/ menghilangkan
normalitas akal serta membahayakan bagi orang yang mengkonsumsinya.
d. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi dari Jabir lbn 'Abdillah
Artinya: "Apapun yang dapat memabukkun dalam kondisi banyak, maka
dalam (kadar) sedikit pun haram (hukumnya)" (H.R. Turmudzi).
Narkotika dan obat-obatan aditif (psikotropika) apa pun jenis dan
bentuknya, ketika dikonsumsi, baik dalam dosis sedikit maupun dalam dosis
banyak dapat memabukkan serta dapat membahayakan kehidupan si
penggunanya. Berdasarkan sabda Rasulullah Saw tersebut, berani
mengkonsumsi narkoba hukumnya adalah haram.
e. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Aisyah r.a. :
Artinya: “Rasulullah Saw pernah ditanya tentang bita' (minuman keras
yang bahan dasarnya terbuat dari madu) beliau menjawab;
setiap minuman yang memabukkan adalah haram" (H.R.
Muslim)
Hadis ini, walaupun inti permasalahan yang dipertanyakan kepada
Rasulullah Saw mengenai salah satu jenis minuman keras yang bahan dasarnya
terbuat dari madu (bita'), ini tidak dipermasalahkan dalam mencari dan
menemukan dalil yang dapat dijadikan dasar pijakan dalam melihat hukum
narkoba, sebah stressingnya (penekanannya) adalah berupa; tiap-tiap sesuatu
yang termasuk dalam kategori minuman yang dapat memabukkan, dari jenis
apa saja, tidak dipersoalkan apakah bahan dasarnya terbuat dari madu atau
terbuat dari yang lain, maka status keharamannya tidak merujuk pada bahan
dasar dari minuman keras tersebut tetapi hal ini dikembalikan pada tinjauan
umum minuman yang dapat memabukkan, hukumnya adalah haram untuk
dikonsumsi.
Berdasarkan hadis ini, narkoba walaupun bahan dasarnya tidak/bukan
terbuat dari madu, dengan demikian mengkonsumsinya adalah haram
dikarenakan bisa memabukkan bagi si pengguna narkoba.
Jadi sesuatu yang bisa memabukkan dari apa saja, walaupun cara
pemakaiannnya tidak diminum, seperti hasyisy, hukumnya adalah haram
seperti halnya hukum khamr. Mayoritas ulama menamakan sesuatu yang dapat

105
menghilangkan kesadaran akal yang pemakaiannya dengan cara tidak diminum
dengan istilah "al mukhaddirat ", seperti "al-banj” (jenis tumbuh-tumbuhan
tertentu yang bisa memabukkan), hasyisy (ganja), dan lain sebagainya.
Pada zaman permulaan diharamkannya khamr yang mana lazimnya
khamr itu penggunannya diminum, tidak demikian halnya dengan narkoba.
Narkobu ada yang penggunannya diminum seperti pil ectacy, pil KB, dan lain
sebagainya, ada pula jenis narkoba yang dihisap seperti hasyisy, heroin, dan lain
sebagainya, juga terdapat narkoba yang penggunaannya melaui jarum suntik
seperti morfin, walaupun nama serta jenis narkoba itu beragam, namun dalam
pandangan hukum lslam status hukumnya sama seperti hukum khamr dengan
berdasarkan pada beberapa sabda Rasulullah yang telah dikemukakan di atas.
Zaman Rasulullah Saw dan sahabat bahan dasar yang digunakan untuk
meracik khamr hanya terbatas pada buah-buahan tertentu seperti yang
tercantum dalam sabda-sabda Rasulullah terdahulu. Sementara bahan dasar
yang dijadikan untuk membuat narkoba pada saat ini tidak hanya berupa pada
tumbuh-tumbuhan tertentu yang dapat atau berpengaruh
membius/memabukkan, tetapi bahan dasarnya ada pula yang diproses dengan
menggunakan bahan-bahan kimiawi yang 161 memiliki efek memabukkan/
menghilangkan kesadaran yang sangat tinggi. Jadi, berdasarkan beberapa sabda
Rasulullah Saw yang penulis sajikan di atas, maka hukum mengkonsumsi
narkoba sama dengan hukum mengkonsumsi khamr, yaitu haram.
Hal ini juga senada dengan penjelasan Sya‟rawi dalam tafsirnya bahwa
penggunaan kata innama dalam ayat tersubut member isyarat bahwa segala
jenis yang dapat memabukkan / menutupi akal apabila dikonsumsi termasuk
dalam kategori khamar55, dengan begitu meskipun beragama jenis bahan yang
dijadikan sebagai bahan pembuatan narkoba semua hukumnya sama dengan
narkoba.
Sayyid Sabiq menjelaskan:
Artinya:” bahwa seorang yang ragu dan sangsi tidak akan meragukan dan
tidak akan mengsangsikan bahwa penggunaan narkoba adalah
haram. Karena narkoba bisa membahayakan fisik dan
mengakibatkan kerusakan yang banyak. Yaitu merusak akal,

106
menyerang badan serta kerusakan lainnya, oleh kaena itu tidak
mengkin syari‟at mengizinkan mengkonsumssinya. bahkan
mengharamkannya baik sedikit kerusakannya atau ringan
bahayanya”.
Muhammad Assaf menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan pendapat di
kalangan ulama tentang keharaman khamar, begiu juga dengan narkoba
dengan jalan mengqiyaskan narkoba kepada khamr.57 lebih menarik apa yang
diungkapakan oleh Ahmad al-Syarbasi. Al-Syarbasi mengatakan bahwa naroba
adalah haram tanpa mengqiyaskannya kepada khamar Narkoba jelas haram
berdasarkan hadis kerana dapat menutupi akal
Untuk mempertegas pendapat di atas perlu penulis jelaskan beberapa
hadis rasul SAW yang senada dengan ini. Antara lain:
Artinya: :Dari lbnu Umar r.a., sesungguhnya Rasululluh saw bersabda: "Setiap
yang memabukkan adalah khamr dan setiap yang memabukkan
adalah haram" (H.R. Muslim).
Hadis yang serupa juga diriwayatkan Imam Nas‟i dari Abu Hurairah:
Artinya: :Dari Hurairah r.a Rasululluh saw bersabda: "Setiap yang
memabukkan adalah khamr dan setiap yang memabukkan adalah
haram" (H.R. alNasa‟i).
Selanjutnya hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi dari Jabir lbn
'Abdillah:
Artinya: "Apapun yang dapat memabukkun dalam kondisi banyak, maka
dalam (kadar) sedikit pun haram (hukumnya)" (H.R. Turmudzi).
Penyalahgunaan dapat merusak kesehatan, dapat merusak organ hati,
saluran pencernaan, sistem peredaran darah, gangguan pernafasan, gangguan
jiwa, tertular HIV dan lain-lain bahkan dapat mengakibatkan mati bila over
dose. Hal ini jelas telah dilarang oleh Allah SWT dalam Alqur‟anSurat al-Nisa‟
ayat 29 dan al-Baqarah ayat 195:
Artinya: janganlah kamu membunuh dirimuSesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu. 
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
َ‫ِب ا ْل ُم ْحسِ نِ ْين‬
ُّ ‫َ ُيح‬ َّ‫س ِب ْي ِل ِ َواَل ُت ْلقُ ْوا ِبا َ ْي ِد ْي ُك ْم ِالَى ال َّت ْهلُ َك ِة ۛ َواَ ْحسِ ُن ْوا ۛ اِن‬
َ ‫َواَ ْنفِقُ ْوا ف ِْي‬
Artinya: janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan,

107
Selanjutnya penyalahgunaan narkoba dapat mengahancurkan potensi
sosial ekonomi, karena penyalahguna narkoba produktivitasnya akan menurun,
selain itu penyalahgunaan narkoba juga dapat merusak keamanan dan
ketertiban masyarakat, karena pelaku penyalahgunaan narkoba sering
melakukan tindakan kriminal yang meresahkan masyarakat serta sering terjadi
kecelakaan lalu lintas akibat mengendari dalam pengaruh narkoba. semua hal
ini merupakan kerusakan akibat penyalahgunaan narkoba. Dalam Islam,
larangan melakukan kerusakan tegas disebutkan dalam Alqur‟andalam surat al-
Qashas ayat 77
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ُ َ ‫َّار ااْل ٰ خ َِر َة َواَل َت ْن‬
َ ‫س َنصِ ْي َب َك مِنَ ال ُّد ْن َيا َواَ ْح ِس نْ َك َم ٓا اَ ْح‬
َ‫س ن‬ َ ‫َوا ْب َت ِغ فِ ْي َمٓا ٰا ٰتى َك ُ الد‬
‫هّٰللا‬
َ‫ِب ا ْل ُم ْفسِ ِد ْين‬
ُّ ‫ض ۗاِنَّ َ اَل ُيح‬ ِ ‫سادَ فِى ااْل َ ْر‬ َ ‫ِالَ ْي َك َواَل َت ْب ِغ ا ْل َف‬
Artinya: “dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan”.
Uraian di atas telah jelas menjadi dasar atas keharaman penyalahgunaan
narkoba. Lalu bagaimana hukum mengedarkan narkoba, Adakah landasan
hukum dalam Alqur‟anal-Karim yang menjelaskan larangan mengedarkan
narkoba?. 164 Memang ketentuan larangan mengedarkan narkoba tidak
dijelaskan dalam al Qur'an, namun demikian bukan berarti tidak ada satu ayat
pun yang bisa dijadikan dasar pijakan larangan/keharaman mengedarkan
narkoba. Surat al Maidah ayat 2 dapat dijadikan acuan dalam menetapkan
larangan memperjual belikan/ mengedarkan narkoba. Dalam ayat 2 Surat al-
Maidah disebutkan:
ۤ ‫هّٰللا‬
َ‫ي َواَل ا ْل َقاَل ۤ ِٕىدَ َوٓاَل ٰا ِّم ْين‬
َ ْ‫ش ْه َر ا ْل َح َرا َم َواَل ا ْل َهد‬َّ ‫ش َع ۤا ِٕى َر ِ َواَل ال‬ َ ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذ ْينَ ٰا َم ُن ْوا اَل ُت ِحلُّ ْوا‬
ُ‫ش َن ٰان‬
َ ‫اص َطاد ُْوا َۗواَل َي ْج ِر َم َّن ُك ْم‬ ْ ‫ض َوا ًنا َۗو ِا َذا َح َل ْل ُت ْم َف‬ ْ ‫ا ْل َب ْي َت ا ْل َح َرا َم َي ْب َت ُغ ْونَ َف‬
ْ ‫ض اًل ِّمنْ َّر ِّب ِه ْم َو ِر‬
‫صد ُّْو ُك ْم َع ِن ا ْل َم ْس ِج ِد ا ْل َح َر ِام اَنْ َت ْع َت د ۘ ُْوا َو َت َع َاو ُن ْوا َعلَى ا ْل ِب ِّر َوال َّت ْق ٰو ۖى َواَل َت َع َاو ُن ْوا‬
َ ْ‫َق ْو ٍم اَن‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
ِ ‫ش ِد ْي ُد ا ْل ِع َقا‬
‫ب‬ َ َ َّ‫ان َۖوا َّت ُقوا َ ۗاِن‬ ِ ‫َع َلى ااْل ِ ْث ِم َوا ْل ُعدْ َو‬

108
Artinya: 2. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar
syiar-syiar kesucian Allah, dan jangan (melanggar kehormatan)
bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan
kurban) dan qala'id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan
jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitulharam; mereka mencari karunia dan keridaan Tuhannya.
Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah
kamu berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum
karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam,
mendorongmu berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat
berat siksaan-Nya.
Para pengedar narkoba pada dasarnya termasuk dalam cakupan ayat 2
dari Surat al-Maidah dimana perbuatan mereka yang memperjualbelikan/
mengedarkan narkoba secara langsung maupun tidak langsung telah menolong
dan mendorong orang lain untuk menggunakan (menyalahgunakan) narkoba.
Perbuatan mereka ini jelas bertentangan dengan nilai/ esensi dari Surat al-
Maidah ayat 2, karena saling tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran.
Secara kalkulasi keuntungan ekonomis, bisnis narkoba adalah sesuatu
yang sangat menjanjikan, memperoleh keuntungan yang besar dan cepat
menjadi kaya, apalagi yang bersifat taransnasional yang menggunakan modus
operandi yang tinggi dan teknologi yang canggih berdasarkan ayat di atas ulama
telah sepakat bahwa bisnis dan pengedaran narkroba adalah perbuatan yang
diharamkan oleh syari‟at.
Selain ayat Alqur‟andi atas, dasar yang menjadi keharaman pengedaran
narkoba juga didasarkan pada sabda Rasul. Adapun sabda Rasulullah Saw yang
dapai dijadikan landasan hukum bagi mereka yang menggeluti usaha sebagai
pengedar narkoba adalah sebagai berikut:

109
Artinya: Dari Jabir Ibn Abdillah r.a. bahwasannya nabi Muhammad Saw
pernah bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT telah mengharamkan
jual beli khamr, bangkai (binatang), babi, dan berhala" (H.R.
Bukhari-Muslim).
Wajh al-istidlal dari hadis di atas yaitu larangan Allah bagi orang/pihak
yang memperjualbelikan khamr, bangkai, babi, dan berhala Mengingat status
hukum narkoba mengacu pada ketentuan yang berlaku pada khamr, dengan
melihat pada teks hadis tersebut di atas, hal ini berarti jual beli/mengedarkan
narkoba hukumnya adalah haram.
Selanjutnya:
Artinya: Dari Ibnu „Abbas r.a Rasul SAW bersabda: segala yang haram
meminumnya juga haram mengkonsumsinya.
Hadis di atas sangat jelas memberi ketegasan bahwa segala jenis yang
hukumnya haram apabila diminum atau dikonsumsi juga haram hukumnya.
Penulis melihat hadis ini tidak hanya terbatas pada jenis mimuman saja yang
diharamkan saja, akan tetapi hadis ini mencakup kepada semua jenis baik
makanan, minuman atau sesuatu apabila dikonsumsi (baik diminum, dimakan,
166 dihisap dan lain-lain) akan menimbulkan mabuk / menutupi akal. Dengan
begitu pemahaman hadis ini menurut penulis adalah segala yang haram
dikonsumsi juga haram diperjualbelikan. Maka berdasarkan pemahaman
tersebut jelaslan bahwa memperjual belikan atau mengedarkan narkoba
hukumny haram.
Artinya: Dalam persoalan khamr ada sepuluh orang yang dilaknat (dikutuk),
yaitu produsen, distributor (pengedar), peminumnya. Pembawanya,
pengirimnya, penuangnya, pemakan uang hasilnya, pembelii dan
pemesannya. (H.R. Ahmad dan lbnu Majah dari Anas bin Malik).
Wajh al-istidlal dari hadis tersebut di atas yaitu adanya kutukan bagi
sepuluh golongan yang tertera dalam hadis itu. Adapun para pihak yang dikutuk
yaitu: mereka yang membuat khamr, yang menjadi distributor/pengedar, yang
mengkonsumsi, yang turut membawakan, pengirim, penuang, pemakan uang
hasilnya, pembeli dan pemesannya.

110
Apabila suatu perbuatan yang bila dikerjakan membawa kutukan dari
Allah SWT, hal ini berarti perbuatan tersebut hukumnya adalah haram. Jadi
berdasarkan kedua sabda nabi Muhammad Saw di atas, hukum mengedarkan
narkoba adalah haram. Tentu adanya larangan
memperdagangkan/mengedarkan narkoba karena padn perbuatan tersebut
pada dasarnya terkandung dampak negatif (mudharat), baik dampak negatif itu
berupa menghamburkan harta secara percuma/sia-sia, merusak generasi suatu
bangsa, maupun hal lainnya yang pada gilirannya bisa membawa kematian
pada kondisi yang teramat parah (over dose).
Syariat Islam dibangun atas dasar membawa/mendatangkan manfaat
(jalh al naf'i) dan menghilangkan marabahaya (daf al dharar). Pada dasarnya
segala sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT secara hakiki di dalamnya terdapat
nilai kebaikan yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. Terdapat
sekelumit pendapat orang yang meyakini bahwa dengan sedikit mengkonsumsi
narkoba akan membawa dampak positif dan dianggap tidak membahayakan.
Dampak positif itu diantaranya dapat merangsang nafsu makan, melancarkan
air kencing/air seni serta dapat menghangatkan tubuh dalam kondisi cuaca
yang dingin. Bahkan ada yang beranggapan bahwa narkoba dapat menaikkan
gairah seksual serta dapat mewujudkan kondisi masyarakat yang harmonis.
Di bawah ini akan diuraikan satu persatu beserta hasil penelitian yang
bisa meluruskan pendapat/pernyataan yang keliru mengenai dampak positif
narkoba, antara lain:
a. Narkoba dan nafsu makan
Sebagian orang berpendapat, sedikit mengkonsumsi narkoba dapat
menambah nafsu makan. Menurut hasil penelitian, perasaan tersebut
hanyalah pengaruh sugesti kejiwaan belaka. Padahal tidak semua jenis
narkoba dapat menambah nafsu/selera makan. Memang ada jenis
narkoba tertentu yang membaca dampak fisik berupa nafsu makan
bertambah, jenis narkoba itu hanya terdapat pada ganja, akan tetapi
justru dampak negaiif ganja jauh lebih besar bila dibandingkan dengan
dampak positif yang ada. Sementara untuk jenis narkoba yang lain justru
membawa dampak mudharat/membahayakan, baik dari segi fisik

111
maupun dari segi psikis. Secara umum dampak negatif narkoba bagi fisik
si 168 penyalahguna diantaranya; kerusakan organ vital, termasuk otak,
jantung, paruparu, hati, ginjal dan organ reproduksi. Sementara akibat
buruk dari penyalahgunaan narkoba diantaranya: gelisah, cemas,
paranoid, euphoria, depresi, dan lain sebagainya."
b. Narkoba dan saluran air kencing/air seni
Terdapat sebagian pendapat yang menyatakan bahwa
mengkonsumsi morfin (salah satu jenis opioida) dapat memperlancar air
kencing. Morfin bekerja pada reseptor opiat yang terdapat pada pusat
susunan synraf dan perut. Penyalahgunaan narkoba jenis ini (morfin) akan
membawa dampak fisik berupa; timbul perasaan tidak enak, mual dan
muntah, merasa cemas dan ketakutan, kejang lambung, muka merah,
gatal sekitar hidang, serta meningkatkan antidiuretik hormon sehingga
produksi air seni/air kencing berkurang.
c. Narkoba dan seks
Ada lagi suatu sugesti/dorongan yang menyebabkan orang
menyalahgunakan narkoba dan beranggapan bahwa narkoba dapat
meningkatkan gairah seksual. Padahal pengaruh narkoba terhadap sek
dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Dapat mempengaruhi dan melemahkan susunan saraf pada otak
stadium tertinggi, sehingga akan menghilangkan rasa malu, takut,
dan lain sebagainya.
2. Dapat mempengaruhi otak stadium paling bawah, sehingga dapai
melemahkan keperkasaan seksual. Dengan begitu, hal ini berarti
bahwa pandangan yang menyatakan narkoba dapat menambah
gairah seksual tidak benar. 169
d. Narkoba dan kondisi badan
Mengenai pendapat orang yang menyatakan bahwa dengan
mengkonsumsi narkoba dalam kondisi cuaca yang dingin dapat membatu
menghangatkan badan. Pendapat ini perlu diluruskan, mengingat dengan
masuknya kadar narkoba walaupun hanya sedikit akan menjadikan
kantung darah pada kulit dan wajah jadi mengembang dan menimbulkan

112
wama kemerah-merahan, seolah-olah darah tercurahkan, sehingga
menimbulkan waham atau dugaan bahwa tubuhnya telah mencapai
kondisi suhu yang sangat panas, padahal akibat mengembangkan kantung
darah pada kulit dan wajah, efek lebih lanjut akan mengeluarkan rasa
panas dari dalam tubuhnya.
e. Narkoba dan aspek sosiologis
Sebagian orang berpendapat bahwa dengan mengkonsumsi
narkoba, seseorang akan menjadi insan atau pribadi sosial yang mencintai
dan menyayangi orang lain, supel, banyak kawan, ramah dan penuh kasih
sayang. Kalau diteliti lebih dalam akibat atau dampak buruk yang
ditimbulkan karena penyalahgunaan narkoba justru sangat berbahaya,
yaitu menjadi penyebab lemahnya akal. Hal ini pada gilirannya
mengakibatkan semakin berkurangnya rasa dan kesadaran seseorang,
berkurang kontrol ucapannya, sehingga pembicaraannya iidak terarah,
berkurangnya kontrol emosi dan lain sebagainya. Bagaimana muugkin
orang yang pembicaraannya tidak terarah dan tidak dapat menahan
emosi dapat menjadi manusia sosial yang peka, peduli dan memiliki rasa
tanggung jawab yang tinggi dalam hidup di tengah masyarakat?
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hukum
penggunandan pengedar narkoba adalah Haram. 170
D. Sanksi Hukum Dalam Lingkup Narkoba
1. Sanksi Hukum Bagi Pengguna Narkoba
Seluruh aturan dalam ajaran lslam. baik yang bersitat perintah,
larangan, kebolehan, anjuran ataupun sesuatu yang harus dihindari. pada
dasarnya bertujuan untuk kemaslahatan hidup manusia. Tidak ada satu pun
perintah kecuali untuk kebaikan, dan tidak ada satu pun larangan kecuali
memang perbuatan tersebut akan merusak (al A'raf ayat 157). Ada lima hal
pokok kemashlahatan yang harus senantiasa terjaga dan terpelihara, sebab
jika tidak, kehidupan manusia akan rusak, kacau dan tidak menentu. Kelima
hal pokok itu disebut dengan kebutuhan dharuuriyat yang mencakup
keselamatan jiwa (jiwa, raga, dan kehormatan), keselamatan akal pikiran,
keselamatan nasab/keturunan. keselamatan pemilikan harta, dan

113
keselamatan pelaksanaan ajaran agama. Setiap perbuatan dan tindakan
yang akan merusak kelima hal tersebut harus senantiasa dicegah dan
dihalangi; sebaliknya, setiap aktivitas yang akan menjaga, memelihara, dan
menghidup suburkannya harus senantiasa diupayakan dan dilestarikan,
Syariat Islam mengharamkan khamr kurang lehih sejak 14 abad yang lalu
dan hal ini berkaitan dengan penghargaan Islam terhadap akal ruanusia yang
merupakan anugerah Allah SWT yang harus dipelihara sebaik-baiknya dan
ternyata di zaman mutakhir seperti sekarang ini manusia mulai menyadari
maulaai diharamkannya khamr ternyata membawa mudharat (dampak
negatif) bagi kelangsungan hidup manusia itu sendiri.
Narkotika dan zat/obat-obatan adiktif terlarang ekxistensi dan status
hukumnya dilarang dalam Islam (haram) berdasarkan Alqur‟andan juga
berdasarkan hadis Rasulullah Saw. Lalu bagaimana Islam mengatur sanksi
hukum terhadap orang yang menggunakan/mengkonsumsi narkoba ?
Kitab suci Alqur‟an tidak memuat klausul atau ketentuan tentang sanksi
hukum yang dijatuhkan bagi konsumen atau pengguna narkoba, alQur‟an
hanya melarang penggunaan khamr berdasarkan ketentuan Surat al Maidah:
90-91 dan sabda-sabda dari Rasulullah Saw sebagaimana tersebut di atas.
Secara umum sanksi dalam hukukm pidana Islam dikenal beberapa
istilah anatara lain Qishâsh 63 , Diyât 64 , had65 dan ta‟zir66 . Jarimah
hudud perbuatan melanggar hukum dan jenis dan ancaman hukumannya
ditentukan oleh Nash, yaitu hukuman had (hak Allah). Hukuman had yang
dimaksudkan tidak mempunyai batas terendah dan tertinggi dan tidak
dihapuskan oleh perorangan (si korban atau wakilnya) atau masyarakat yang
mewakili (ulil amri). Jarimah hudud ada tujuh macam, yaitu: jarimah zina,
jarimah Qadzaf, jarimah Syurbul Khamr, jarimah pencurian, jarimah Hirabah,
jarimah Riddah, jarimah Al Bagyu (pemberontakan). Dalam jarimah zina,
Syurbul Khamr, Hirabah, Riddah, dan pemberontakan yang dilanggar adalah
hak Allah semata-mata. Sedangkan dalam jarimah pencurian dan Qadzaf
penuduhan zina yang disinggung disamping hak Allah, juga terdapat hak
manusia (individu), akan tetapi hak Allah lebih menonjol.

114
Qishâsh atau diyat merupakan perbuatan perbuatan yang diancam
hukuman Qishâsh atau hukuman Diyat. Baik Qishâsh maupun Diyât adalah
hukuman-hukuman yang telah ditentukan batasnya, dan tidak mempunyai
batas terendah atau batas tertinggi, tetapi menjadi hak perseorangan,
dengan pengertian dan menolong. bahwa si korban bisa memaafkan si
pembuat, dan apabila dimaafkan, maka hukuman tersebut menjadi hapus.
Jarimah qishas diyat ada lima, yaitu: pembunuhan sengaja (Al- Qathlul Amd),
pembunuhan semi sengaja (Al Qathlul Syibhul Amd), pembunuhan karena
kesalahan (Al Qathlul Khatar), penganiayaan sengaja ' (Al Jurhul Amd), dan
penganiayaan tidak sengaja (Al Jurhul Khata').
Sedangkan Jarimah Ta'zir adalah jarimah yang diancam dengan
hukuman Ta'zir. Ta'zir merupakan Ta'dib atau memberi pelajaran. Akan
tetapi menurut istilah Ta'zir adalah hukuman pendidikan atas dosa (tindak
pidana) yang belum ditentukan hukumannya oleh syara'. Hukuman Ta'zir
adalah hukuman yang belum ditetapkan oleh syara', melainkan diserahkan
kepada ulil amri, baik penentuannya maupun pelaksanaannya Dalam
menentukan hukuman tersebut penguasa hanya menentukan hukuman
secara global saja Artinya pembuat undang-undang tidak menetapkan
sekumpulan hukuman, dari yang seringanringannya sampai yang seberat-
beratnya. Tujuan diberikannya ha penentuan jarimah jarimah Ta'zir dan
hukumannya kepada penguasa adalah agar mereka dapat mengatur
masyarakat dan memelihara kepentingankepentingannya, serta bisa
menghadapi dengan sebaik-baiknya setiap keadaan yang bersifat mendadak.
Untuk mengetahui sanksi apa yang dikenakan bagi pengguna narkoba
diperlukan pencarian dalil melalui sabda Rasulullah Saw. Dan dalil yang
dapat dijadikan landasan dalam mencari dan menemukan sanksi hukum
berkenaan dengan penggunaan/penyalahgunaan narkoba tetap merujuk
puda sanksi hukum yang dijatuhkan kepada peminum khamr, mengingat
status keharaman narkoba mengacu pada status keharaman khamr, maka
untuk melihat sanksi apa yang dikenakan kepada konsumen narkoba, tetap
dilakukan rujukan pada ketentuan/sanksi yang berlaku terhadap peminum
khamr.

115
Ulama berbeda pendapat (ikhtilaf) 71dalam menjatuhkan hukuman bagi
pelaku penyalahgunaan narkoba, ada yang berpendapat bahwa sanksi bagi
pelaku penyalahguna narkotika adalah had dan ada yang berpendapat ta‟zir.
a. Sanksi Had
Ibnu Taymiyah menjelaskan bahwa sanksi bagi penyalahgunaan
narokotika adalah hud seperti sanksi bagi peminum khamar. Ibnu
Taymiyah menjelaskan dalam kitabnya:
Artinya: sesungguhna ganja itu haram, dikenakan sanksi bagi orang yang
menyalahgunakannya sebagaimana dijatuhkan had bagi
peminum khamar.
Senada dengan Ibnu Taymiyah, Azat Husain juga berpendapat
bahwa sanksi bagi penyalahgunaan narktika adalah had.
. Artinya: dikenakan sanksi bagi orang yang menyalahgunakannya
sebagaimana dijatuhkan had bagi peminum khamar.
Dari uraian di atas terlihat bahwa Ibnu Taymiyah dan Azat Husain
menetapkan sanksi had bagi penyalahguna narkotika karena
menganalogikan narkotika dengan khamr, dengan illat bahwa khamr dan
narkotika sama-sama dapat memabukkan dan merusak akal. Sehingga
dengan demikian hukum yang melekat pada khamar juga melekat pada
narkotika. Yang menjadi dasar penetapan pandangan ini adalah sabda rasul
sebagai berikut:
Artinya: :Dari lbnu Umar r.a., sesungguhnya Rasululluh saw bersabda:
"Setiap yang memabukkan adalah khamr dan setiap yang
memabukkan adalah haram" (H.R. Muslim).
Hadis tersebut di atas, walaupun menjelaskan status hukum khamr,
namun dapat dijadikan dasar pijakan dalam mencari status hukum narkoba.
Mengingat karena narkotika dan obat-obatan aditif yang terlarang (narkoba)
adalah sesuatu yang memabukkan serta dapat menghilangkan normalitas
akal pikiran. dan setiap sesuatu yang memabukkan adalah khamr dan
hukumnya adalah haram. Karena narkoba memabukkan, bahkan lebih dari
itu, narkoba dapat berujung pada kematian bila disalahgunakan sampai pada

116
taraf over dosis, hal ini berurti narkoba termasuk dalam kategori khamr, dan
menggunakan/mengkonsumsi narkoba adalah haram hukumnya.
Selanjutnya Hadis Rasulullah yang juga diriwayatkan oleh Imam
Muslim dari lbnu Umar:
Artinya: Dari lbnu Umar r.a.; sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda:
"Setiap yang; memabukkan adalah khamr dan setiap khamr
adalah huram " (H.R. Muslim).
Lebih lanjut Ibnu Taymiyah menjelaskan bahwa hadis-hadis menganai
had bagi peminum khamr banyak sekali. Lebih jauh Taymiyah menjelaskan
bahwa Rasulullah saw telah memukul secara sama terhadap orang yang
meminum segala jenis yang dapat merusak akal dan memabukkan baik
dimakannya ataupun diminumnya.
Stelah penulis melakukan penelusuran terhadap hadis-hadis
sebagaimana dikemukaan oleh Ibnu Taymiyah di atas tentang had abagi
peminum khamar, penulis mendapati beberapa hadis. Berikut ini penulis
kemukakan hadis-hadis Rasulullah Saw yang berkenaan dengan sanksi
hukum bagi pengguna khamr:
1. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Ahmad dan Abu
Dawud dari Abu Hurairahr.a.:
Artinya: "Pernah suatu ketika didatangkan kepada nabi Muhammad
Saw seseorang; yang telah minum (khamr), lalu nabi
Muhammad saw berkata (kepada sahabat yang berada
dibersama beliau); Pukullah orang itu, Abu Hurairah
berkata: sebagian dari kami ada yang memukul orang itu
dengan tangan. ada pula yang memukul dengan alas kaki,
dan ada pula yang memukul dengan menggunakan
pakaian. Setelah orang itu berlalu, ada sebagian orang
yang berkata; semoga Allah memberikan kehinaan
kepadamu. lantas nabi Saw berkata; jangan kau berkata
begitu. jangan kamu memberikan pertolongan orang itu
kepada syetan ". (H.R. Ahmad Bukhari dan Abu Dawud).
2. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Uqbah lbn al Harits :

117
Artinya: "Suatu ketika didatangkan kepada nabi Muhammad Saw
seseorang yang minum khamr, yang bemama Nu 'aiman
utau Ibnu Nu 'aiman, Lalu Rasulullah Saw menyuruh orang
yang ketika itu tengah menyaksikan untuk memukul orang
tersebut, 'Uqbah lbn al Harits berkata: kemudian orang itu
dipukul oleh orang-orang yang hadir ketika itu, dan aku
termasuk orang yang memukulinya dengan alas kaki ".
(H.R. Bukhari)
3. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Anas
lbnu Malik
Artinya: "Nabi Muhammad Saw pemah mendera/mencambuk
(terhadap peminum khamr) dengan mengggunakan
pelepah daun kurma dan alas kaki, begitu pula Abu Bakar
meneruskan hukuman dera tersebut (terhadap peminum
khamr dengan dera sebanyak empat puluh kali)". (H.R.
Bukhari dun Muslim)
4. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Anas lbnu Malik : ‫ا‬
Artinya: "Banwasannya nabi Muhammad Saw pernah memukul orang
yang terkait masalah khamr dengan alas kaki dan pelapah
daun kurma sebanyak empat puluh kali, dan Abu Bakar pun
mendera sebanyak empat puluh kali (terhadap orang yang
meminum khamr).” (H.R. Muslim) 78
5. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Ahmad;0, Abu Dawud
dan Turmudzi dari Anas lbnu Malik :
Artinya: "Pernah suatu ketika didatangkan kepada nabi Muhammad
Saw seseorang yang telah minum khamr). lalu nabi saw
mendera/mencambuk orang itu dengan dua pelepah daun
kurma sebanyak empat puluh kali. Lalu Anas berkata; Abu
Bakar pun melakukan hal yang sama (dera terhadap
peminum khamr sebanyak empat puluh kali). Ketika Umar
(menjadi khalifah), ia bermusyawarah kepada manusia
(kalangan sahabat), lalu Abdurrahman berkata had/sanksi

118
paling ringan sebanyak delapan puluh kali, kemudian 'Umar
menyuruh menerupkun had tersebut (terhadap peminum
khamr sebanyak empat puluh kali) ". (H.R. Muslim. Ahmad.
Abu Dawud dan Turmudzi)
Pada hadis pertama yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Bukhari dan
Abu Dawud dari Abi Hurayrah r.a. tidak disebutkan tidak dinyatakan secara
pasti berapa bilangan/jumlah pukulan yang dilakukan oleh sahabat yang hadir
ketika itu dalam memberikan sanksi pukul terhadap peminum khamr.
Rasulullah Saw hanya menyuruh para sahabat yang ada ketika itu untuk
memukulnya. Di antara para sahabat yang hadir ada yang memukul si peminum
khamr dengan menggunukan sarana untuk memukul berupa alas kaki,
tangannya sendiri, dan pakaian. Begitu pula pada hadis kedua yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari 'Uqbah lbn al Harits. Dalam hadis tersebut
tidak dijelaskan secara eksplisit (tersurat) berapa kali Nu 'aiman atau lbnu Nu
'aiman diberi sanksi pukulan terkait kasus meminum khamr. Dalam hadits
tersebut hanya dijelaskan perintah Rasulullah Saw kepada sahabat yang ada
pada waktu itu untuk memukul orang tersebut, dan salah seorang sahabat yang
turut memukulnya yaitu Uqbah lbn al Harits, Beliau (Uqbah 179 lbn al
Harits)turut serta memukul Nu‟aiman/lbnu Nu'aiman dengan menggunakan
alas kaki sebagai surana pemukul.
Hadis ketiga yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Anas
lbnu Malik, memberikan penjelasan bahwa Rasulullah Saw pernah memberi
sanksi dera kepada orang yang terkait kasus konsumsi khamr dengan
menggunakan pelepah daun kurma sebagai sarana pemukul. Tidak disebutkan
dalam hadis tersebut berapa jumlah/bilangan dera yang dilakukan Rasulullah
Saw terhadap orang yang mengkonsumsi khamr. Sampai suatu saat ketika Abu
Bakar al Shiddiq tampil menggantikan Rasulullah Saw sebagai khalifah, beliau
menerapkan sanksi dera terhadap peminum khamr sebanyak empat puluh kali.
Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Anas lbnu
Malik dijadikan landasan oleh kalangan Syafi' iyah dalam menerapkan sanksi
bagi peminum khamr yaitu dengan memberi pukulan sebanyak empat puluh
kali. Kalangan ulama Syafi‟iyah yang menyatakan bahwa hukuman yang

119
dikenakan kepada peminum khamr berupa dera sebanyuk empat puluh kali
beralasan bahwa praktek yang pernah diterapkan oleh nabi Muhammad Saw
merupakan hujjah syar‟i yang tidak boleh ditinggalkan dengan perbuatan yang
lain. Sementara itu, suatu ijma' dianggap tidak efektif apabila bertentangan
dengan praktek/perbuatan Rasulullah Saw.
Sementara pada hadits keempat yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
dari Anas lbnu Malik, baru disebutkan jumlah atau bilangan dera yang pernah
diterapkan oleh Rasulullah Saw kepada peminum khamr. Jumlah bilangan dera
tersebut yaitu sebanyak empat puluh kali dengan menggunakan alas kaki dan
180 pelepah daun kurma sebagai sarana pemukul. Adapun praktek ini (sanksi
dera bagi peminum khamr sebanyak empat puluh kali) kemudian diteruskan
oleh Abu Bakar al Shiddiq ketika beliau menjadi khalifah.
Sedangkan dalam hadis kelima yang diriwayatkan oleh Imam Muslim,
Ahmad, Abu Dawud, dan Turmudzi dari Anas lbnu Malik, nampak disebutkan
bahwa Rasulullah Saw pemah mendera peminum khamr sebanyak empat puluh
kali dengan menggunakan dua pelepah daun kurma sebagai sarana pemukul,
praktek ini (sanksi dera sebanyak empat puluh kali kepada peminum khamr)
kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abu Bakar al-Shiddiq. Namun ketika tampuk
pemerintahan beralih pada sayyidina Umar r.a. penerapan sanksi dera bagi
peminum khamr dilipatgandakan menjadi delapan puluh kali.
Dari beberapa hadis di atas, nampak terdapat perbedaan substansial
berkenaan dengan penerapan sanksi apa yang diterapkan kepada peminum
khamr dan jumlah sanksi dera terhadap peminum khamr. Di satu sisi terdapat
hadis yang menyebutkan bahwa jumlah kepastian sanksi bagi peminum khamr
berupa pukulan, di sisi lain terdapat hadis yang menyatakan bahwa sanksi yang
dikenakan kepada peminum khamr berupa dera sebanyak empat puluh kali.
Sementara terdapat hadis yang menjelaskan bahwa sanksi yang dikenakan
kepada peminum khamr yaitu dera sebanyak delapan puluh kali.
b. Ta’zir
Di antara Ulama yang berpendapat bahwa hukuman bagi
pengalahgunaan narkoba berupa hukuman ta‟dzir adalah Wahbah al-Zuhali. Al-
Zuhaili menjelaskan:

120
Artinya: diharamkan setiap yang dapat menghlangkan akal (mabuk) walaupun
tanpa diminum sepeti ganja, opiate karena jelas-jelas berbahaya.
Adalah Islam telah melarang hal-hal yang dapat membahayaan diri
sendiri dan orang lain, tetapi tidak dikenakan sanksi had bagi
pelakunya, penyalahgunaan narkoba, karena narkoba mengandung
adiksi karena itu hukumanya adalah ta‟dzir.
Ahamd Hasari menjelaskan hal yang sama dengan al-Zuhaily:
Artinya: sesungguhnya mengkonsumsi ganja itu haram dan tidak dikenakan
had kepada pelakunya. Wajib atas orang yang mengkonsumsinya
dikenai had ta‟zir.
Wahbah al-Zhuhaili meneteapkan sanksi bagi penyalahguna narkoba
dengan argument sebagai berikut:
a) Narkoba tidak ada pada masa rasul
b) Narkoba lebih berbahaya dibandingkan khamar
c) Narkoba bukan diminum seperti halnya khamar
d) Narkoba mempunyai jenis dan macam yang banyak sekali, masingmasing
mempunyai jenis yang berbeda, baik mabuk yang ditimbulkannya
maupun bahayanya.
Pandangan ini berargumen dengan Hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim, Ahmad, Abu Dawud dan Turmudzi dari Anas lbnu Malik seperti
disebutkan di atas. Lebih dari itu Hadis tersebut juga dijadikan dasar/landasan
oleh kalangan Malikiyah, Hanafiyah dan kalangan Hanabilah, bahwa sanksi
yang dijatuhkun kepada peminum khamr berupa dera sebanyak delapan
puluh kali.
Praktek dera yang dilakukan oleh 'Umar r.a. kepada peminum khamr
sebanyak delapan puluh kali, adapun yang empat puluh dera merupakan
tambahan (ziyadah) dan sebagai hukuman yang bersifat ta 'zir (pembelajaran)
serta kepada penguasa/ pemerintah diberikan otoritas atau kewenangan
untuk memberlakukan hukuman yang sifatnyu ta'zir jika memang dianggap
ada nilai positif/ maslahat di dalamnya. Apabila yang empat puluh kali dera
merupakan had (sanksi), tidak mungkin Rasulullah Saw tidak menerapkannya,
begitu pula Abu Bakar al Shiddiq ketika menjadi khalifah, atau dengan lain

121
perkataan kenapa 'Umar r.a. menerapkan sanksi sebanyak delapan puluh kali
dera kepada peminum khamr, sedangkan Rasulullah Saw hanya memberikan
sanksi dera sebanyak empat puluh kali?, begitu pula ketika Abu Bakur r.a.
menggantikan Rasulullah dalam kapasitasnya sebagai kepala pemerintahan
beliau menerapkan sanksi bagi peminum khamr yaitu dera sebanyak empat
puluh kali.
Sementara ulama Malikiyah, Hanafiyah, dan Hanabilah yang berpendapat
bahwa sanksi bagi peminum khamr yaitu dera sebanyak dalapan puluh kali
mengemukakan pandangan/pendapat telah terjadi ijma'/kesepakatan dari
para sahabat, dimana ketika itu dalam musyawarah yang di dalamnya dihadiri
oleh kalangan sahabat dan di antara sahabat yang hadir terdapat
Abdurralunan lbn Auf. Ketika itu 'Umar lbn al Khathtab r.a. meminta
pendapat/pandangan para sahabat mengenai sanksi bagi peminum khamr.
Lantas Abdurruhman lbn Auf memberikan pandangan bahwa had yang paling
ringan/rendah sebanyak delapan puluh kali. Lantas dalam forum musyawarah
tadi menyepakati (terjadi ijma‟) hukuman delapan puluh kali dera kepada
peminum khamr. Sedangkan ijma‟ merupakan salah satu dalil hukum yang
dapat dijadikan landasan hukum.
Dalam sebuah literature disebutkan bahwa terjadinya musyawarah
tersebut dilatar belakangi oleh sepucuk surat yang dikirim oleh Khalid Ibn
alWalid kepada Umar Ibn al Khaththab r.a. dan Umar r.a. membacakan isi
surat itu di hadapan sahabat Anshar dan Muhajirin. Inti dari isi surat itu;
bahwa ketika itu orang-orang lian terlena dengan minuman keras (khamr),
dan mereka kian menganggap remeh hukuman/sanksi minum khamr. Lalu
timbul ide bagaimana seandainya hukuman bagi peminum khamr
ditambah/dilipatgandakan.
Kalangan ulama yang memberlakukan hukuman delapan puluh kali dera
kepada peminum khamr mempunyai pandangan; bahwa dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dan Turmudzi yang
disampaikan dari Anas lbnu Malik terdapat matan hadits yang berbunyi dari
potongan hadits berikut ini :

122
Artinya: "Pernah suatu ketika didatangkan kepada nabi Muhammad Saw
seseorang yang telah minum khamr). lalu nabi saw
mendera/mencambuk orang itu dengan dua pelepah daun kurma
sebanyak empat puluh kali. Lalu Anas berkata; Abu Bakar pun
melakukan hal yang sama (dera terhadap peminum khamr sebanyak
empat puluh kali). Ketika Umar (menjadi khalifah), ia bermusyawarah
kepada manusia (kalangan sahabat), lalu Abdurrahman berkata
had/sanksi paling ringan sebanyak delapan puluh kali, kemudian
'Umar menyuruh menerapkun had tersebut (terhadap peminum
khamr sebanyak empat puluh kali) ". (H.R. Muslim. Ahmad. Abu
Dawud dan Turmudzi)
Stressing atau penekanan dari hadis tersebut pada kalimat: Walaupun
Rasulullah Saw pemah memukul orang yang meminum khamr sebanyak
empat puluh kali, akan tetapi beliau menggunakan sarana pemukulnya berupa
"dua pelepah daun kurma", Jadi, apabila dikalkulasi/dihitung secara
akumulatif, berarti pukulan dera yang diterima oleh peminum khamr yaitu
sebanyak delapan puluh kali.
Dalam Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 12 tahun 2003
Pasal 4 menyebutkan bahwa Minuman Khamar dan yang sejenisnya
hukumnya haram dan Setiap orang dilarang mengkonsumsi Minuman khamar
dan sejenisnya. Selanjutnya dalam Pasal 6 disebutkan bahwa (1) Setiap orang
atau badan hukum/badan usaha dilarang memproduksi menyediakan,
menjual, memalsukan mengedarkan, mengangkut, menyimpan, menjual,
memperdagangkan, menghadiahkan dan mempromosikan Minuman khamar
dan sejenisnya. (2) Setiap orang atau badan hukum dilarang turut
serta/membantu memproduksi, menyediakan, memasukkan, menjual,
mengedarkan, mengangkut, menyimpan, menimbun, memperdagangkan dan
memproduksi minuman khamar dan sejenisnya.
Dari uraian pasal di atas jelas dapat dilihat bahwa khamar merupakan
sesuatu yang haram dan dilarang untuk dikonsumsi, memproduksi
menyediakan, menjual, memalsukan mengedarkan, mengangkut, menyimpan,
menjual, memperdagangkan, menghadiahkan dan mempromosikan minuman

123
khamar dan sejenisnya. Dalam Qanun tersebut disebutkan bahwa tujuan
larangan Minuman khamar dan sejenisnya ini adalah :
a. Melindungi masyarakat dan berbagai bentuk kegiatan dan/atau
perbuatan yang merusak akal;
b. Mencegah terjadinya perbuatan atau kegiatan yang timbul akibat
Minuman khamar dalam masyarakat;
c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mencegah dan
memberantas terjadinya perbuatan Minuman khamar dan sejenisnya.
Selanjutnya sanksi tentang pelanggaran khamar dan minuman sejenisnya
disebutkan dalam BAB VII tentang KETENTUAN „UQUBAT sebagai beirkut:
Pasal 26
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5, diancam dengan uqubat hudud 40(empat puluh) kali cambuk.
(2) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagalamana dimaksud dalam
Pasal 6 samiai Pasal 8 diancam dengan „Uqubat ta‟zir berupa kurungan
paling lama 1 (satu) tahun, paling singkat 3 (tiga) bulan darlatau
denda89 paling banyak Rp 75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah),
paling sedikitRp 25.000.000,- (dua puluh lIMA juta rupiah).
(3) Pelanggaran terhadap larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
adalah jarimah hudud.
(4) (4) Pelanggaran terhadap larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
sampai Pasal 8 adalah Jarimah ta‟zir
Selanjutnya Pasal 29 menjelaskan pengulangan pelanggaran terhadap
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, „uqubatnya dapat ditambab
1/3 (sepertiga) dari „uqubat maksimal.
Dari uraian pasal di atas dapat dilihat bahwa hukuman bagi peminum
khamar adalah cambuk sebanyak 40 kali hal ini berdasarkan jarimah hudud 89
186 khamar khamar yang termaktub dalam hadis rasul saw. Sementara bagi
orang yang memproduksi menyediakan, menjual, memalsukan mengedarkan,
mengangkut, menyimpan, menjual, memperdagangkan, menghadiahkan dan
mempromosikan minuman khamar dan sejenisnya 8 diancam dengan „Uqubat
ta‟zir berupa kurungan paling lama 1 (satu) tahun, paling singkat 3 (tiga) bulan

124
darlatau denda90 paling banyak Rp 75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah),
paling sedikitRp 25.000.000,- (dua puluh lIMA juta rupiah). Hal ini ditentukan
berdaarkan jarimah ta‟dzir. Sebab tidak nas (baik Alqur‟an maupun Hadis yang
menyatakan hukuman pencara dan denda bagi penjual dan pengedar khamar).
Untuk pelaku pelanggaran sebagaimana pasal 6 dan 8 dilakukakan oleh badan
usaha maka sanksi dikenakan kepada penanggung jawab dan ditambah dengan
pidana tambahan berupa sanksi administratif pencabutan izin usaha.
Selanjutnya terhadap pelaku yang mengulangi perbuatannya maka sanksi
yang diberikan adalah sanksi sebagaimana ditentukan dalam pasal 26 ditambah
dengan 1/3 dari huuman maksimal. Penulis melihat penentuan sanksi bagi yang
mengulangi pelanggaran terhadap khamar dan minuman sejenisnya ditentukan
berdasarkan jarimah ta‟dzir. Umar bin Khattab pernah mencambuk peminum
khamar sebnyak 80 kali, 40 kali cambukan sebagai hud dan 40 kali cambuk
sebagai jarimah ta‟dzir.
Mengingat bahwa status hukum narkoba mengacu pada ketentuan yang
terdapat dalam status hukum khamr, maka pemberlakuan sanksi bagi
pengguna narkoba juga mengacu pada sabda Rasulullah Saw yang menjelaskan
sanksi bagi peminum khamar. artinya pengguna narkoba dikenakan sanksi dera
sebanyak empat puluh kali.
Namun menurut penulis, setelah menganalisa tentang masalah narkoba
beserta dampaknya maka hukuman yang diberikan kepada penyalahguna
narkoba adalah jarimah ta‟dzir dengan beberap alasan. Pertama sanksi khamar
tidak bisa diberlakukan kepada narkoba. kedua bahaya yang ditimbulkan
narkoba lebih besar daripada khamar.
Sayyid Sabiq tidak mensyaratkan bahwa pengguna narkoba harus
beragama Islam (pengguna khamr' dan narkoba itu orang lslam) terhadap
pemberlakuan sanksi yang dikenakan bagi peminum khamr/narkoba,
Argumentasi yang dikemukakan oleh beliau: karena pada dasarnya larangan
untuk tidak mengkonsumsi khamr/narkoba tidak hanya berlaku murni pada
pemeluk agama Islam semata, tetapi agama-agama lain pun seperti ahl al kitab;
Yahudi dan Nasrani juga melarang pengikutnya untuk mengkonsumsi
khamr/narkoba. Bagi orang non Islam (kafir dzimmi dan kafir musta'man) yang

125
tinggal atau berdomisili di negara Islam ada kewajiban untuk mematuhi
peraturan-peraturan yang diberlakukan oleh pemerintah/penguasa setempat
yang diberlakukan kepada semua warga negara dari negara yang bersangkutan,
termasuk di dalamnya pemberlakuan sanksi dera bagi peminum
khamr/narkoba.
Lalu bagaimana jika orang yang telah dikenakan sanksi sebagai
konsekuensi mengkonsumsi narkoba justru mengulangi perbuatannya kembali
(pecandu). Untuk mencari landasan hukum dalam melihat secara kontekstual
kasus seperti ini perlu merujuk pada hadis Rasulullah Saw yang disampaikan
oleh Muawiyah lbn Abu Sufyan r.a.:
Artinya: “Dari Mu'awiyoh lbn Abu Sufyan berkata: Rasulullah Saw pernah
bersabda: "Jika mereka minum khamr, maka deralah (olehmu),
kemudian jika mereka minum khamr lagi, maka deralah, dan jika
mereka masih minum khamr, deralah mereka (olehmu), kemudian
jika mereka masih saja meminum khamr. bunuhlah mereka (ltu)"
(H.R. lima imam hadis kecuali Nasa'i )
Wajh al-istidlal dari hadis ini adalah berlakunya hukuman mati hagi orang
yang mengkonsumsi khamr untuk kali keempat. Jika mengacu pada teks hadis
ini konsumen narkoba yang telah dijatuhi dera seperti yang berlaku pada
ketentuan peminum khamr, bila masih mengulangi perbuatan yang keempat
kalinya, sanksi hukumnya bukan lagi dera seperti sanksi hukum yang berluku
bagi peminum khamr, akan tetapi mereka dijatuhi hukuman mati.
2. Sanksi Hukum Bagi Pengedar Narkoba
Dalam Alqur‟antidak dijelaskan ketentuan yang berkenaan dengan
pengedaran narkoba. akan tetapi jika dirujuk kepada dalil tentang jual beli
maka kegiatan peredaran narkoba merupakan perbuatan yang dilarang syariat.
Surat al Maidah ayat 2 dapat dijadikan acuan dalam menetapkan larangan
memperjual belikan/mengedarkan narkoba. Dalam ayat 2 Surat al-Maidah
disebutkan:
Artinya: "Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan

126
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya.”
Para pengedar narkoba pada dasarnya termasuk dalam cakupan ayat 2
dari Surat al-Maidah dimana perbuatan mereka yang memperjualbelikan/
mengedarkan narkoba secara langsung maupun tidak langsung telah menolong
dan mendorong orang lain untuk menggunakan (menyalahgunakan) narkoba.
Perbuatan mereka ini jelas bertentangan dengan nilai/ esensi dari Surat al-
Maidah ayat 2, karena saling tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran.
Adapun sabda Rasulullah Saw yang dapai dijadikan landasan hukum bagi
mereka yang menggeluti usaha sebagai pengedar narkoba adalah sebagai
berikut:
Artinya: Dari Jabir Ibn Abdillah r.a. bahwasannya nabi Muhammad Saw
pernah bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT telah mengharamkan
jual beli khamr, bangkai (binatang), babi, dan berhala" (H.R.
Bukhari-Muslim).
Wajh al-istidlal dari hadis di atas yaitu larangan Allah bagi orang/pihak
yang memperjualbelikan khamr, bangkai, babi, dan berhala Mengingat status
hukum narkoba mengacu pada ketentuan yang berlaku pada khamr, dengan
melihat pada teks hadis tersebut di atas, hal ini berarti jual beli/mengedarkan
narkoba hukumnya adalah haram.
Selanjutnya Hadis yang disampaikan oleh Anas bin Malik yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan lbnu Majah:
Artinya: Dalam persoalan khamr ada sepuluh orang yang dilaknat (dikutuk),
yaitu produsen (pembuat), distributor (pengedar), peminumnya.
Pembawanya, pengirimnya, penuangnya, pemakan uang hasilnya,
pembelii dan pemesannya. (H.R. Ahmad dan lbnu Majah dari Anas
bin Malik).
Wajh al-istidlal dari hadis tersebut di atas adalah adanya kutukan bagi
sepuluh golongan yang tertera dalam hadis itu. Adapun para pihak yang dikutuk
yaitu: mereka yang membuat khamr, yang menjadi distributor/pengedar, yang
mengkonsumsi, yang turut membawakan, pengirim, penuang, pemakan uang

127
hasilnya, pembeli dan pemesannya. Imam Nawawi menjelaskan bahwa hadis
tersebut mengandung pengertian bahwa sesuatu yang tidak ahalal untuk
dikonsumsi maka hal ini berarti dilarang untuk memperdagangkannya serta
dilarang mengambil/ memakan hasil dari penjualan tersebut.
Apabila suatu perbuatan yang bila dikerjakan membawa kutukan dari
Allah SWT, hal ini berarti perbuatan tersebut hukumnya adalah haram. Jadi
berdasarkan kedua sabda nabi Muhammad Saw di atas, hukum mengedarkan
narkoba adalah haram. Tentu adanya larangan memperdagangkan/mengedarkan
narkoba karena perbuatan tersebut pada dasarnya terkandung dampak negatif
(mudharat) baik dampak negatif itu berupa menghamburkan harta secara
percuma/sia-sia, merusak generasi suaiu bangsa, maupun hal lainnya yang pada
gilirannya bisa membawa kematian pada kondisi yang teramat parah (over dose).
Jika mengaju kepada teks ayat dalam surat al-Maidah:2 dan kedua hadis di
atas, sudah barang tentu pengedar narkoba hanya sebatas haram sementara
sanksi hukumnya tidak ada disebutkan, lantas apakah dibiarkan begitu saja
kegiatan peredaran narkoba yang notabene telah memakan banyak korban, tidak
hanya di Negara-negara yang mayoritas beragama Islam, bahakn di belahan
dunia manapun telah banyak korban penyalahgunaan narkoba akibat peredaran
narkoba yang disalahgunaakan. Tentu hal ini tidak bias dibiarkan tanpa adanya
sanksi dan penerapan hkum yang tegas bagi para pengedar narkoba. Sebab jika
para pengedar leluasa mengedarkan narkoba dan tidak diberi hukuman yang
setimpal maka berapa banyak yang akan menjadi korban, berapa besar
mafasadat yang akan ditimbulkan oleh peredaran narkoba, mulai dari bahaya
terhadap fisik, ekonomi, politik bahkan Negara.
Maka untuk itu perlu dirumuskan sanksi yang tegas bagi pengedar narkoba
dalam ranah pidana Islam. Mengingat Syariat Islam dibangun atas dasar
membawa/mendatangkan manfaat (jalb al-Masalih) dan menghilangkan
marabahaya (Dar al-Mafasid). Pada dasarnya segala sesuatu yang dilarang oleh
Allah SWT secara hakiki di dalamnya terdapat nilai kebaikan yang bermanfaat
bagi kehidupan umat manusia.
Alqur'an. dalam surat al Maidah ayat 90-91 hanya menjelaskan larangan
yang ditujukan kepada umat Islam untuk menjauhi beberapa perbuatann yang

128
tertera dalam ayat tersebut. Oleh karena itu, menurut penulis sanksi hukum bagi
produser dan pengedar narkoba adalah ta‟dzir.
Ta‟dzir merupakan jenis hukuman yang belum ditentukan hukumnya
dalam nash, ta‟dizr dimulai dari yang paling ringan seperti penasehatan sampai
pada hukuman yang berat seperti kurungan dan dera bahakan sampai pada
hukuman mati dalam tindak pidana yang berbahaya.96 Adapun tindak pidan
ayang diancamkan hukuman ta‟dzir adalah setiap tindakan pidana selain
tindakan pidana hudud, kisas, dan diat karena ketiga tindak pidana ini memiliki
hukuman yang telah ditentukan bentuk dan jumlahnya oleh syara‟. Ketika
hukuman ta‟dzir dijatuhkan atas ketiga tidak pidana hudud tersebut, hukuman
tersebut bukan dikatagorikan sebagai hukuman pokok, melainkan hukuman
pengganti yang harus diajatuhakan ketiaka terhalanganya hukuman pokok
(hudud). Abdul Aziz Amir menjelaskan sanksi ta‟dzir banyak macamnannya:
a) Sanksi yang mengenai badan seperti hukuman mati dan jilid
b) Sanksi yang berkaitan dengan kemerdekaan seseorang seperti penjara dan
pengasingan.
c) Sanksi yang berkaitan dengan harta seperti perampasan, penyitan dan
penghancuran
Lebih lanjut Jazuli menjelaskan bahw pembagian sanksi ta‟dzir di atas agar
tercapai tujuan sanksi ta‟dzir, yaitu:
a) Sanksi ta‟dzir bersifat preventif99
b) Sanksi ta‟dzir bersifat refresif100
c) Sanksi ta‟dzir bersifat Kuratif101
d) Sanksi ta‟dzir bersifat edukatif.102
Dalam kajian Pidana Islam, pada dasarnya, hukuman ta‟dzir menurut hukum
Islam bertujuan untuk menddidik. Hukuman ta‟dzir diporbolehkan jika ketika
diterapkan biasanya akan aman dari akibatnya yang buruk.103 Dalam hal ini,
penulis berpendapat bahwa terhadap pelaku peredaran gelap narkoba dijatuhi
sanksi ta‟dzir. Lantas jenis hukuman takdzir apakah yang patut dan layak bagi
seorang pengedar narkoba. Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa hukumn
yang layak bagi pengedar narkoba adalah hukuman penjara seumur hidup
samapai kepada hukuman mati berdasarkan besar mafsadat yang ditibulkan oleh

129
pelaku pengedar narkoba. dalam menentukan hukuman bagi pengedar narkoba
apakah penjara atau hukuman mati sangat tergantung pada mafsadat yang
dilakukannya dan hal ini merupakan otoritas hakim.

NARKOBA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN


A. Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Pendidikan Islam
1. Peranan Agama Dalam Pembinaan Kesehatan Mental remaja
Pembinaan mental remaja sudah seharusnya dimulai sejak kecil, semua
pengalaman yang dilalui, baik yang diasadari atau tidak akan menjadi unsur-
unsur yang menggabung dalam kepribadian remaja.
Kesehatan mental remaja adalah terwujudnya keserasian yang
sungguhsungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian
diri antara individu dengan dirinya sendiri dan lingkungannya berdasarkan

130
keimanan dan ketaqwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup bermakna dan
bahagia di dunia dan di akhirat.
Diantara unsur-unsur yang terpenting yang akan menentukan corak
kepribadian remaja di kemudian hari adalah nilai-nilai yang diambil dari
lingkungan, terutama lingkungan keluarga. Nilai-nilai yang dimaksud adalah
nilai-nilai agama, moral, dan sosial. Apabila dalam pengalaman remaja waktu
kecil banyak mendapatkan nilai-nilai agama, maka kepribadiannya akan
mempunyai unsur-unsur yang baik, demikian sebaliknya jika nilai-nilai yang
diterimanya jauh dari agama
maka unsur-unsur kepribadiannya akan jauh pula dari agama dan jiwanya
akan menjadi goncang, karena nilai-nilai agama adalah nilai positif dan tidak
akan berubah-ubah. Sedangkan nilai-nilai sosial dan moral yang didasarkan
bukan pada agama akan sering mengalami perubahan sesuai dengan
perkembangan masyarakat itu sendiri. Karena itulah, maka mental
(kepribadian) remaja yang hanya terbina dari nilai-nilai sosial dan moral yang
sifatnya berubah-ubah akan membawa kepada kegoncangan jiwa.
Kehidupan remaja tidak boleh lepas dari kehidupan beragama. Kehidupan
beragama merupakan proses yang berkembang sejak kecil, baik yang berkenan
dengan ide-ide agama, dasar-dasar keyakinan dan pokok-pokok ajaran agama.
Ide-ide dan pokok-pokok ajaran agama yang diterima remaja sejak kecil akan
berkembang dan bertambah subur apabila anak atau remaja dalam menganut
kepercayaan tidak mendapat kritikan-kritikan. Apa yang tumbuh sejak kecil
itulah yang menjadi keyakinan yang dipeganginya melalui pengalaman-
pengalaman yang dirasakannya.
Anak remaja telah mulai dapat mengkritik pendapat-pendapat tertentu
yang berlawanan dengan kesimpulan yang ada pada dirinya, karena itu maka
tidak sedikit ide-ide dan pokok-pokok ajaran agama ditolak atau setidaknya
dikritik oleh mereka yang berusia remaja.
Remaja sering berada dalam kegoncangan jiwa, sehingga agama harus
benarbenar tertanam dan menyatu menjadi kepribadian yang nantinya akan
membantu mereka dalam mengatasi dorongan dan keinginan baru yang belum
pernah mereka kenal sebelumnya.

131
Berkenaan dengan kegoncangan jiwa pada masa remaja, tentunya akan
berakibat terhadap keyakinan agamanya, karena kondisi mental dan perasan
akan memegang peranan penting dalam menentukan sikap dan tingkah laku
beragama seseorang.
2. Pandangan Dan Sikap Remaja Terhadap Agama
Pandangan remaja dan sikapnya terhadap agama berbeda-beda antara
satu dengan yang lainnya, sesuai dengan keadaan sekelilingnya, yaitu dimana
sesorang remaja itu tinggal.
Remaja yang tinggal dalam lingkungan keluarga yang orang tuanya tidak
menunjukkan sikapnya terhadap agama, acuh tak acuh terhadap agama, tidak
memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan agama kepada anaknya, maka
masa remaja yang dilalui anak akan lebih berat, apalagi masa remaja adalah
masa yang penuh kegoncangan emosi. Dalam hal ini ada kecenderungan
mereka akan melakukan hal-hal yang bersifat negatif, yang pada akhirnya akan
menjerumuskan kepada penyalahgunaan narkoba. Jadi sikap orang tua sangat
menentukan sikap dan kepribadiannya anaknya, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Zakiah Daradjat:
Sikap orang tua terhadap agama akan memantul kepada si anak. Jika orang
tua menghormati ketentuan-ketentuan agama, maka akan bertumbuhlah pada
anak sikap menghargai agama, demikian pula sebaliknya, jika sikap orang tua
terhadap agama itu negatif, acuh tak acuh atau meremehkan, maka itu pulalah
sikap yang akan bertumbuh pada anak.
Disamping itu perlu diingat juga bahwa hubungan anak dengan orang tua
mempunyai pengaruh yang besar pula terhadap pertumbuhan jiwa agama pada
remaja. Jika hubungan anak dengan orang tua tidak baik, misalnya ia merasa
tidak disayangi dan diperlakukan tidak baik, kejam, keras atau tidak adil, maka
besar kemungkinan sikap remaja terhadap agama akan terpantul seperti yang
dirasakannya, atau menjadi acuh tak acuh terhadap ketentuan agama karena
pada hakikatnya sumber pembinaan rohani anak adalah orang tuanya sendiri.
Demikian pula dengan lingkungan masyarakat yang tidak mendukung dan
tidak memperhatikan remaja, terkadang remaja menarik diri dari masyarakat
dan acuh tak acuh terhadap aktifitas keagamaan yang dilaksanakan masyarakat,

132
karena nilainilai agama tidak diberikan kepada remaja dan orang-orang yang
bertanggung jawab tidak mengayominya. Dengan demikian peranan agama
sangat penting dan dengan agama pulalah remaja dapat mengendalikan diri
dari sikap-sikap yang negatif yang ditimbulkan oleh masyarakat.
Remaja membutuhkan bimbingan dan ketenteraman lahir dan batin.
Remaja kadang-kadang akan dengan baik pada keluarga serta tekun beribadah,
menampakkan keyakinan pada Tuhan, merasa tenteram dan dapat menerima
keyakinan dengan baik, akan tetapi kadang-kadang remaja juga berlaku
sebaliknya, sebagaimana yang dikemukakan Zakiah Daradjat:
Perasaan remaja kepada Tuhan tidak tetap, kadang-kadang sangat cinta
dan percaya kepadaNya, akan tetapi kadang-kadang berubah menjadi acuh tak
acuh atau menantang, apabila mereka merasa kecewa, menyesal dan putus
asa, mengalami perasaan yang ambevalensi terhadap agama adalah ciri khas
dari remaja.168
Remaja mempunyai kecenderungan untuk aktif dalam kegiatan agama dan
sebenarnya dapat dipupuk jika pembimbing mereka memberikan kedudukan
yang pasti untuk ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan.
Lebih jauh tentang sikap remaja terhadap agama, Zakiah Daradjat membaginya
menjadi empat bagian, yaitu:
a. Percaya turut-turutan
Ialah dimana remja percaya kepada Tuhan dan menjalankan ajaran
agama karena mereka terdidik dalam lingkungan yang beragama, ibu
bapaknya orang yang beragama, teman-teman dan masyarakat
sekelilingnya rajin beribadah, maka remaja ini ikut percaya dan
melaksanakan ibadah dan ajaran-ajaran agama hanya sekedar mengikuti
suasana lingkungan dimana ia hidup. Percaya yang seperti inilah yang
dinamakan percaya turut-turutan.
Percaya turut-turutan ini biasanya dihasilkan oleh didikan agama
dengan caracara sederhana yang didapatkan remaja dalam lingkungan
keluarga dan masyarakat. Namun demikian, percaya turut-turutan ini
biasanya tidak lama dan banyak terjadi pada masa-masa remaja pertama

133
(umur 13-16 tahun), sesudah itu biasanya berkembang kepada cara yang
lebih kritis dan lebih sadar.
b. Percaya dengan kesadaran
Ialah dimana remaja mulai bersemangat dan sudah mampu befikir
untuk percaya terhadap agama dengan penuh kesadaran, karena seiring
dengan pertumbuhan psikis dan pertumbuhan fisik yang dialami remaja.
Setelah melalui masa-masa kegoncangan pada usia dibawah 17 tahun,
remaja mulai matang dalam berfikir dan disertai dengan bertambahnya
ilmu pengetahuan yang semuanya itu mendorong remaja untuk
memikirkan dirinya, ingin berperan dan mengambil posisi dalam
masyarakat. Hal yang demikian akan berkembang pada umur 17 atau 18
tahun.
c. Percaya tapi agak ragu-ragu (bimbang)
Ialah dimana remaja mulai ragu dengan kepercayaan agamanya
karena melihat kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan seperti
kemiskinan. Remaja mengalami kegoncangan-kegoncangan karena
keyakinan beragama lebih dikuasai oleh fikiran, berbeda dengan masa
permulaan remaja dimana perasaanlah yang menguasai keyakinan
agamanya.Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Al Malighy, terbukti
bahwa sebelum umur 17 tahun, kebimbangan beragama tidak akan
terjadi. Puncak kebimbangan itu terjadi antara umur 17 tahun dan 20
tahun.172
d. Tidak percaya sama sekali, cenderung pada atheis
Salah satu perkembangan yang mungkin terjadi pada masa akhir
remaja adalah mengingkari adanya Tuhan sama sekali karena
kegoncangan jiwa dan menggantinya dengan keyakinan lain atau mungkin
hanya tidak mempercayai Tuhan saja karena merasa gelisah. Namun
ketidak percayaan yang sungguh-sungguh itu tidak akan terjadi sebelum
umur 20 tahun. Dalam hal ini kebanyakan remaja yang dibawah umur 20
tahun mengaku bahwa ia tidak percaya kepada Tuhan, akan tetapi
sesungguhnya hanyalah protes atau ketidakpuasan terhadap Tuhan,
mungkin terlalu kecewa, menderita batin atau sakit hati yang telah

134
bertumpuk-tumpuk sehingga putus asalah ia terhadap keadilan dan
kekuasaan Tuhan yang lambat laun keputus asaan itu menjadi benci dan
akhirnya tidak mau lagi mengakui adanya Tuhan.
3. Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Pendidikan Islam
Dalam Islam ukuran kebaikan dan ketidak baikan bersifat mutlak,
pedomannya adalah Al-Qur‟an dan Hadits Nabi Muhammad Saw. 174 Al-
Qur‟an dan Hadits telah memberi petunjuk tentang hal-hal yang diharuskan
sebagai perbuatan terpuji dan hal-hal yang harus ditinggalkan sebagai
perbuatan tercela, namun pada kenyataannya perbuatan tercela sering
dilakukan dan perbuatan terpuji kadangkadang ditinggalkan. Perbuatan
melanggar kaidah tersebut tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, akan
tetapi anak-anak remajapun berperan didalamnya.
Jika dipandang dari sudut syari‟at Islam terjadinya kenakalan yang
mengarah kepada tindak kejahatan oleh remaja dikarenakan oleh dua faktor,
yaitu:
a. Faktor yang terletak dari dalam diri manusia
Yaitu faktor yang berwujud nafsu-nafsu jahat dan nafsu yang tidak
terpuji. Sebagaimana Firman Allah Swt. dalam Q.S As-Syamsu ayat 8
‫َفا َ ْل َه َم َها فُ ُج ْو َرهَا َو َت ْق ٰوى َه ۖا‬
Artinya: Setelah menyempurnakan ciptaan jwia itu maka Dia
mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaannya.
Jiwa manusia laksana wadah bagi nilai-nilai yang diembannya.
Jiwa bisa menjadi baik atau buruk tergantung nilai mana yang
manusia pilih dan aktualisasikan.
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwasanya di dalam diri manusia itu
telah terdapat dua potensi, yakni potensi yang cenderung untuk melakukan
perbuatan jahat (maksiat) dan potensi yang cenderung untuk melakukan hal-
hal yang terpuji. Dalam hal ini tergantung dari diri manusia itu sendiri, potensi
yang mana yang perlu dikembangkan dan dipelihara dengan baik.
b. Faktor yang terletak dari luar diri manusia
Faktor yang terletak dari luar diri manusia ialah hal-hal yang
merangsang manusia untuk bertindak melawan hukum. Hal itu berwujud

135
kesenangan dunia yang kadang-kadang berkaitan dengan wanita, harta
ataupun tahta, yang terkadang manusia mendapatkannya dengan
melakukan segala cara.
Disamping itu kita harus mengingat bahwasanya Allah Swt. telah
menciptakan iblis atau setan yang memang pekerjaannya hanya untuk
menggoda anak cucu Adam yang sedang lupa, sebagaimana firman Allah
Swt. dalam Q.S AlBaqarah ayat 34-36 sebagai berikut:
ۤ
َ‫اس َت ْك َب َۖر َو َكانَ مِنَ ا ْل ٰكف ِِر ْين‬ َ ۗ ‫س َجد ُْٓوا ِآاَّل ِا ْبلِ ْي‬
ْ ‫س اَ ٰبى َو‬ ْ ‫َوا ِْذ قُ ْل َنا لِ ْل َم ٰل ِٕى َك ِة‬
َ ‫اس ُجد ُْوا اِل ٰ َد َم َف‬
Artinya: 34. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat,
“Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali
Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk
golongan yang kafir.

Dua faktor di atas dapat diidentikkan dengan kriminologi bahwa titik tolak
dari perbuatan jahat dikarenakan karena dua dimensi, yaitu:
a. Faktor motif atau dorongan yang menggerakkan individu untuk
melakukan perbuatan yang dilarang Allah Swt. dari dalam dirinya
sendiri.
b. Faktor sosial, lingkungan atau kebudayaan yang memberikan
kesempatan atau peluang bagi seseorang untuk melakukan hala-hal
yang dilarang Allah Swt.
Namun demikian, Qurais Shihab berpendapat bahwasanya walauapun
manusia mempunyai dua potensi (baik dan buruk), namun ditemukan isyarat-
isyarat dalam Al-Qur‟an bahwa kebajikan lebih dahulu menghias diri manusia
daripada kejahatan, dan bahwa pada dasarnya manusia cenderung kepada
kebajikan.
Harus kita akui bahwa penyalahgunaan narkoba telah meluas hampir di
seluruh lapisan masyarakat dan pada dasarnya dapat dinilai sebagai salah satu
jenis kriminalitas yang tidak ringan. Penyalahgunaan narkoba merupakan jenis
kejahatanberat dan secara kriminologis si pemakai dipandang sebagai subjek
yang berpotensi besar menimbulkan beberapa jenis kejahatan lain seperti
pencurian, penipuan, pemerasan, perampokan, dan bahkan pembunuhan.

136
Karena penyalahgunaan narkoba pada remaja dilakukan oleh manusia yang
tidak lepas dari dua faktor di atas, maka solusi yang terbaik untuk mengatasi itu
semua hanyalah kembali kepada ajaran Agama yang selalu membawa umatnya
ke jalan kebenaran dan kebahagiaan dunia akhirat, melalui pendidiokan Islam.
D. Penanggung Jawab Terhadap Pembinaan Mental Agama Remaja
Jiwa manusia adalah sumber dan pangkal dari segala perbuatan dan
kelakuan, jika jiwa seseorang baik, maka segala perbuatan dan amalnya akan
baik pula, sebaliknya jika jiwanya jelek dan rusak maka segala amal perbuatannya
akan jelek pula. Rasulullah Saw. Bersabda.
Jika jiwa seseorang adalah sumber dan pangkal dari segala tingkah lakunya,
maka dengan sendirinya perbuatan orang dan amalnya merupakan cermin dari
apa yang terkandung dalam hatinya. Karena jiwa adalah sesuatu yang tidak dapat
diraba dan diketahui oleh manusia, maka kelakuan lahiriahlah yang menandakan
baik buruknya jiwa seseorang.
Semua kelakuan baik dan buruk dari seseorang akan dapat diarahkan
kepada seuatu yang baik dan buruk pula, tergantung dari kekuatan yang ada
pada pndidik.
Dalam hal ini tentu ada orang-orang yang bertanggung jawab terhadap
pembinaan mental agama remaja sekaligus sebagai orang yang bertanggung
jawab terhadap pencegahan penyalahgunaan narkoba pada remaja. Penulis akan
mencoba mengemukakan secara umum dari hasil telaahan dari beberapa
literatur tentang orang-orang tersebut, diantaranya:
1. Orang Tua Orang tua
sebagai pemimpin rumah tangga mempunyai tanggung jawab, baik yang
bersifat kodrati maupun yang bersifat keagamaan. Tanggung jawab kodrati
ialah tanggung jawab yang disebabkan karena orang tualah yang melahirkan
anak tersebut, sehingga sudah sewajarnya orang tua bertanggung jawab
membina anaknya sendiri. Sedangkan tanggung jawab berdasarkan ajaran
agama Islam misalnya perintah untuk mendidik dan mengajari hal-hal yang
berhubungan dengan agama seperti memelihara diri dan keluarga dari api
neraka sebagaimana firman Allah Swt. dalam Q.S AtTahrim ayat 6

137
ۤ
‫ارةُ َعلَ ْي َه ا َم ٰل ِٕى َك ٌة‬
َ ‫اس َوا ْلح َِج‬ُ ‫ارا َّوقُ ْو ُدهَا ال َّن‬ َ ُ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذ ْينَ ٰا َم ُن ْوا قُ ْٓوا اَ ْنف‬
ً ‫س ُك ْم َواَهْ لِ ْي ُك ْم َن‬
‫هّٰللا‬
َ‫ص ْونَ َ َمٓا اَ َم َر ُه ْم َو َي ْف َعلُ ْونَ َما ُيْؤ َم ُر ْون‬ ُ ‫غِ اَل ٌظ شِ دَا ٌد اَّل َي ْع‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang
Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.
Dari hadits di atas, mengenai tanggung jawab orang tua terhadap
pembinaan mental agama remaja tentunya merupakan kewajiban mereka,
dan harus dilakukan sejak kecil.
Perkembangan agama pada anak akan terjadi melalui pengalaman
hidupnya sejak kecil, terutama dalam lingkungan keluarga. Keluarga adalah
kesatuan fungsi yang terdiri dari suami, isteri dan anak yang terikat oleh
ikatan darah. Semakin banyak pengalaman yang bersifat agama dan semakin
banyak unsur agama maka sikap, tindakan, kelakuan dan cara anak dalam
menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama. Zakiah Daradjat
mengatakan bahwa:
“Agama bukan ibadah saja. Agama mengatur seluruh segi kehidupan.
Semua penampilan ibu dan bapak dalam kehidupan sehari-hari yang
disaksikan dan dialami oleh anak bernafaskan agama, di samping latihan dan
pembiasaan tentang agama, perlu dilaksanakan sejak kecil, sesuai
pertumbuhan dan perkembnagan jiwanya. Apabila anak tidak mendapatkan
pendidikan, latihan dan pembiasaan keagamaan waktu kecilnya ia akan
besar dengan sikap acuh terhadap agama”.
Oleh karena itu tanggung jawab dan peranan orang tua adalah
menjadikan rumah tangga atau keluarga sebagai sarana pendidikan yang utama
bagi anak, karena pada kenyataannya agama seorang anak sangat ditentukan
oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilalui pada masa
kecilnya.
2. Guru

138
Guru merupakan komponen yang sangat penting dan menentukan dalam
pendidikan. Guru bukan hanya sekedar mentransfer ilmu, tetapi juga
membentuk watak, karakter dan kepribadian anak didiknya.
Tanggung jawab guru terhadap pembinaan mental agama remaja ada dua
bentuk tanggung jawab, yaitu:
a. Tanggung jawab guru yang disebabkan oleh karena pelimpahan sebagian
tanggung jawab orang tua kepada guru. Kenyataan ini menunjukkan bahwa
orang tua tidak cukup mampu dan waktu untuk memberikan pembinaan
dan didikan kepada anaknya secara baik dan sempurna.
b. Tanggung jawab yang disebabkan oleh tanggung jawab guru sebagai
seorang muslim
3. Masyarakat
Masyarakat harus mampu menciptakan suatu sistem dalam masyarakat
sehingga dapat mendorong masing-masing anggotanya untuk mendidik dirinya
sendiri agar bersedia membina atau mendidik anggota masyarakat yang lainnya
pada umumnya dan remaja pada khususnya.
Remaja sering menarik diri dari masyarakat, acuh tak acuh terhadap
aktivitas agama, dan bahkan kadang-kadang menentang adat kebiasaan dan
nilai-nilai yang dianut oleh orang-orang dewasa. Hal ini disebabkan karena
remaja tidak memperoleh kedudukan yang jelas dalam masyarakat. Kadang-
kadang mereka dipandang seperti anak-anak sehingga pendapat mereka kurang
diterima dan dilain pihak masyarakat juga memandang remaja seperto orang
yanmg telah dewasa karena fisik atau tubuh remaja yang matang seperti orang
dewasa.
4. Muballig/Ulama
Sesungguhnya semua orang Islam wajib menyampaikan ajaran agama yang
kita ketahui kepada orang lain.
Akan tetapi tidak semua orang mempunyai kemampuan untuk
melaksanakan tugas penyampaian atau tablig dengan lisan, karena hal yang
demikian menghendakibakat dan kemampuan berbahasa. Disamping itu,
ternyata tidak semua muballig yang baik dan pandai berbahasa berhasil dalam
membina mental atau jiwa orang-orang yang menjadi sasaran tablignya.

139
Setiap muballig hendaknya menyadari bahwa tujuannya adalah
memperbaiki dan membina mental orang yang dihadapinya. Peran muballig
pada hal pembinaan mental agama remaja sangat besar, bahkan dapat
menentukan apakah remaja akan betul-betul menjadi orang yang beriman dan
tekun menjalankan ajaran agama dalam hidupnya. Oleh karena itu setiap
muballig harus selalu menyadari dan ingat keistimewaan remaja dan persoalan-
persoalan yang sedang dihadapi oleh remaja yang ingin dibinanya
5. Pemerintah Kedudukan pemimpin atau pemerintah
dalam hal pembinaan mental agama remaja adalah merupakan tugas dan
tanggung jawab mereka, seperti dalam hal membuat peraturan-peraturan baik
melalui sistem pendidikan maupun sistem kemasyarakatan
Pemerintah juga harus menyadari bahwa kelangsungan hidup bangsa dan
negara terletak pada mental pribadi generasi penerus, tegak berdirinya bangsa
bergantung dari bangsa itu sendiri, apakah mereka masih menjunjung moral
atau tidak, jika moral itu telah mereka tinggalkan tunggulah saat kehancuran
dan kerubtuhannya.
Jadi pada kesimpulannya pemerintah juga bertanggung jawab dalam
membina dan mengarahkan generasi muda atau remaja yang masih berjiwa
labil, sehingga potensi yang ada pada diri mereka dapat digali dan dapat
diarahkan kepada hal-hal yang bersifat positif. Salah satu contohnya ialah
dengan memberikan sarana dan prasarana untuk menyalurkan bakat dan hobi
para remaja, sehingga antara pemerintah dan remaja terjalin hubungan yang
baik dan dapat mencetak kader penerus bangsa.
E. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja Dalam Perspektif
Pendidikan Islam
Untuk mendekatkan masalah remaja atau penyalahgunaan narkoba oleh
remaja pada suatu pemecahan yang tepat, maka hendaknya ditinjau terlebih
dahulu subjeknya, kemudian baru pada bentuk dan sifat perbuatannya. Oleh
karena itu remaja harus dipandang sebagai berikut:
1. Sebagai individu yang masih dalam masa transisi dan berproses meningkat
dewasa.

140
2. Sebagai individu yang memerlukan bantuan dan berhak mendapatkan
bantuan dalam masa perkembangannya.
3. Sebagai individu yang mengalami kesulitan dalam proses pendidikan dan
pembinaan.
4. Sebagai individu yang menderita atau setidak-tidaknya mengalami
kelainan perkembangan.
5. Sebagai individu yang menjadi korban dari perubahan-perubahan sosial.
Adapun sifat-sifat yang melekat pada diri remaja umumnya adalah
adalah sebagai berikut:
1. Memiliki energi dan fisik yang lengkap dan kuat.
2. Kurang pengalaman.
3. Memiliki daya khayal yang tinggi.
4. Suka memberikan reaksi terhadap suatu tantangan.
5. Kecenderungan melawan otoritas.
6. Mudah mengalami frustasi.
7. Mempunyai keinginan untuk diperhatikan dihargai serta mempunyai
peranan dalam masyarakat.
8. Mempunyai berbagai macam bentuk dorongan.
Setelah kita ketahui tentang keadaan remaja dan sifat-sifatnya serta beberapa
faktor penyebab timbulnya problema remaja dan khususnya penyalahgunaan
narkoba, maka perlu diadakan pencegahan untuk menaggulanginya, sehingga
permasalahan yang dihadapi oleh remaja tersebut tidak membengkak.
Konsep Islam dalam menghadapi dan memerangi penyalahgunaan narkoba
sebagaimana yang diungkapkan oleh Dadang Hawari, seorang psikiater adalah
dengan berpegang teguh pada tali Allah yaitu agama.
Tindakan pencegahan penyalahgunaan narkoba pada remaja yang paling
mendasar dan efektif adalah tindakan preventif. Tindakan yang paling nyata dan
praktis adalah tindakan represif, dan tindakan yang paling manusiawi adalah
tindakan kuratif dan rehabilitatif.
1. Tindakan Preventif
Tindakan Preventif disebut juga dengan program pencegahan dan
ditujukan kepada orang tua (keluarga), sekolah, masyarakat, serta kepada

141
remaja sehat yang belum mengenal narkoba agar mengetahui seluk beluk
narkoba sehingga tidak menyebabkan remaja tertarik untuk
menyalahgunakannya. Tindakan Preventif dapat diusahakan melalui dua cara,
yaitu:
a. Cara Moralistik
Cara moralistik dalam usaha mencegah remaja menyalahgunakan
narkoba adalah dengan menitikberatkan pada pembinaan moral dan
membina kekukuhan mental anak remaja. Dengan pembinaan moral
pada remaja, maka remaja tidak akan mudah terjerumus dalam
penyalahgunaan narkoba
b. Cara Abolosionistik
Cara abolisionalistik dalam usaha mencegah penyalahgunaan
narkoba pada remaja adalah dengan berusaha memberantas,
menanggulangi kejahatan dengan sebab musababnya.
Usaha-usaha yang sifatnya preventif abolosionistik dapat dilakukan
melalui pendidikan informal (keluarga), pendidikan formal (sekolah) dan
juga melalui pendidikan non formal (masyarakat).
a. Pembinaan pendidikan dalam lingkungan keluarga
1) Menghindari keretakan rumah tangga (broken home). Orang tua di
rumah (ayah dan ibu) harus menciptakan suasana rumah tangga yang
harmonis (sakinah), tersedia waktu dan komunakasi yang baik dengan
anak serta memberikan suri tauladan yang baik bagi anak sesuai
dengan tuntunan agama.
2) Menanamkan nilai-nilai pendidikan agama yang sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, misalnya keimanan, ibadah dan akhlak.
Pendidikan agama perlu ditanamkan sejak dini, hasil penelitian ilmiah
telahmembuktikan bahwa remaja yang komitmen agamanya lemah,
mempunyai resiko lebih tinggi (4 kali) untuk terlibat penyalahgunaan
narkoba bila dibandingkan dengan remaja yang komitmen agamanya
kuat.
3) Menciptakan kehidupan beragama di rumah tangga dengan
memelihara hubungan kasih sayang yang adil dan merata antara

142
sesama anggota keluarga, antara ayah ibu dan anak. Penelitian ilmiah
telah membuktikan bahwa anak atau remaja yang dibesarkan dalam
keluarga yang tidak religius dan tanpa adanya kasih sayang akan
beresiko lebih besar menyalahgunakan narkoba daripada anak yang
dibesarkan dalam keluarga yang religius.
4) Pengawasan terhadap aktifitas yang dilakukan oleh anak untuk
menghindari dan menekan kemungkinan untuk berperilaku negativ.
5) Pemberian kesibukan yang bermanfaat dan bertanggung jawab.
6) Penanaman pada anak atau remaja sedini mungkin bahwa
penyalahgunaan narkoba haram hukumnya sebagaimana makan babi
haram hukumnya menurut agama Islam.
7) Pembagian peranan dan tanggung jawab diantara para anggota
keluarga. Sebagaimana Sabda Rasulullah Saw.
b. Pembinaan pendidikan dalam lingkungan sekolah
Sekolah sebagai lingkungan kedua setelah lingkungan keluarga
memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam pembinaan sikap
mental, pengetahuan dan keterampilan anak. Sasaran pendidikan ini adalah
tumbuhnya remaja-remaja yang dinamis, kritis dalam berfikir dan bertindak.
Keadaan ini akan memperkecil frekuensi terjadinya penyimpangan.
Usaha-usaha pendekatannya meliputi:
1) Mengintensifkan pelajaran pendidikan agama.
2) Mengadakan pembenahan dan pemenuhan sarana dan prasarana
pendidikan.
3) Penerapan metodologi mengajar dan belajar yang efektif, sehingga
menarik minat dan perhatian anak untuk belajar lebih aktif.
4) Dalam menentukan kurikulum hendaknya memperhatikan
keseimbangan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
5) Peningkatan pengawasan dan disiplin terhadap tata tertib sekolah.
6) Mengadakan identifikasi dan bimbingan mengenal bakat, minat,
kemampuan, dan penyalurannya.

143
7) Melatih dan membiasakan anak untuk bekerjasama, berorganisasi
dengan bimbingan guru melalui organisasi sekolah misalnya OSIS dan
lain-lain.
8) Mengadakan tenaga guru agama yang ahli dan berwibawa serta
mampu bergaul dengan guru-gru lain, sehingga bisa dijadikan tauladan
bagi murid.
9) Perbaikan ekonomi guru, yaitu menyelaraskan gaji guru dengan
kebutuhan hidup sehari-hari
c. Pembinaan pendidikan dalam lingkungan masyarakat
Masyarakata adalah lembaga pendidikan yang ketiga sesudah rumah
tangga dan sekolah. Pembinaan-pembinaan pendidikan kemasyarakatan
dimaksudkan untuk mengisi waktu senggang dengan kegiatan yang
bermanfaat. Masyarakat harus mampu menciptakan kondisi lingkungan sosial
yang sehat bagi perkembangan anak atau remaja dengan menghindari sarana
dan peluang anak atau remaja untuk terjerumus atau terjebak dalam
penyalahgunaan narkoba, misalnya tempat-tempat hiburan yang buka hingga
larut malam dan warung remang-remang. Masyarakat dapat melakukannya
dengan jalan meningkatkan pendidikan keterampilan, pembinaan olahraga,
karang taruna, remaja mesjid dan lain-lain
2. Tindakan Represif
Tindakan reresif adalah program penindakan terhadap pemakai,
produsen, bandar, dan pengedar berdasarkan hukum.
Tindakan represif ini dilakukan oleh instansi pemerintah yang
berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi maupun distribusi
semua zat yang tergolong narkoba, misalnya badan pengendalian obat dan
makanan (BPOM), Departemen kesehatan, Direktorat Jendral Bea dan Cukai,
Kepolisian serta masyarakat luas. Masyarakat diminta untuk berpartisipasi
setidaknya melaporkan jika mengetahui adanya kegiatan yang dicurigai terkait
dengan penyalahgunaan, peredaran maupun produksi narkoba.
Ada beberapa tahapan yang harus diterapkan dalam menyerukan
kebaikan dan mencegah kemunkaran sebagaimana yang dijelaskan Imam Al-
Ghazali dalam Ihya Ulumuddin , yaitu:

144
a. Ta’aruf yaitu memberi pengertian kepada seseorang bahwa perbuatan
menyalahgunakan narkoba sama dengan perbuatan meminum khamar
dan dilarang menurut agama.
b. Ta’rif yaitu pemberitahuan, karena banyak remaja yang menyalahgunakan
narkoba karena kebodohannya, yaitu remaja pada awalnya tidakkaian
narkoba.
c. Larangan dengan memberi nasehat dan pengajaran, yaitu jika setelah
diingatkan dan diberi tahu tetapi tetap saja menyalahgunakan narkoba,
maka harus diperingatkan dengan tegas, yaitu dengan menjelaskan
ancaman yang akan diberikan Allah Swt dan akan di ancam dengan
hukum nasional yang berlaku.
d. Dengan paksaan atau kekerasan, yaitu menagkapnya dan menyerahkan
kepada pihak yang berwajib jika masih bandel.
Ruang lingkup tindakan represif meliputi:
a. Razia terhadap tempat-tempat yang dijadikan produksi narkoba.
b. Razia terhadap tempat-tempat hiburan malam yang dapat dijadikan
sebagai tempat menyalahgunakan narkoba.
c. Penyidikan atau pengusutan dan pemeriksaan terhadap jaringan sindikat
narkoba
d. Sangsi hukum dan tindakan yang berat dan tegas terhadap pengedar dan
sindikat narkoba.
Tindakan represif ini bersifat menekan, mengekang dan menahan
sehingga diharapkan dengan tindakan ini para pelaku (pemakai, produsen,
Bandar dan pengedar) berfikir dua kali untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang melanggar hukum.
Sedangkan penindakan terhadap remaja yang dilakukan oleh yang
berwenang pada prinsipnya agar bersifat mendidik dan menolong remaja
agar mereka menyadari akan perbuatannya yang keliru itu, diantara prinsif
tersebut adalah:
a. Perlakuan terhadap remaja harus bersifat khusus, artinya berbeda
dengan perlakuan terhadap orang dewasa maupun anak-anak.

145
b. Setiap tindakan tidak bersifat menghukum, tetapi hendaklah bertujuan
untuk menolong, mendidik dan melindungi atas dasar rasa kasih sayang
dan bersifat kekeluargaan seperti ayah terhadap anaknya sendiri,
c. Hak-hak remaja sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang
meningkat dewasa harus diperrhatikan.
d. Selama remaja dalam tahanan, hendaknya petugas mampu menahan diri
untuk tidak melakukan tindakan kekerasan yang tidak manusiawi,
karena dapat mengakibatkan rasa dendam atau trauma.
e. Diupayakan pada remaja yang tertangkap dapat dilakukan pemeriksaan
awal yang membedakan mana yang pengedar dan mana yang menjadi
korban, untuk itu diperlukan bantuan psikiater atau psikolog.
f. Setelah remaja melalui proses tindakan represif dan dipandang perlu
untuk memperbaiki kembali tingkah lakunya dengan mendidiknya, maka
remaja yang bersangkutan perlu ditempatkan dan di didik secara
khusus.
3. Tindakan Kuratif Dan Rehabilitatif
Tindakan kuratif disebut juga dengan program pengobatan. Program
kuratif ditujukan kepada pemakai narkoba. Tujuannya adalah mengobati
ketergantungan dan menyembuhkan penyakit sebagai akibat dari pemakaian
narkoba, sekaligus menghentikan pemakaian narkoba. Tidak semua orang
boleh mengobati pemakai narkoba. Pemakaian narkoba sering diikuti oleh
masuknya penyakit-penyakit berbahaya serta gangguan mental danmoral.
Oleh karena itu pengobatannya harus dilakukan oleh dokter yang mempelajari
narkoba secara khusus.
Sedangkan tindakan rehabilitatif adalah tindak lanjut dari tindakan kuratif
yaitu upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan kepada
pemakai narkoba yang telah menjalani program kuratif. Tindakan rehabilitatif
dapat dilakukan secara keagamaan, yaitu dengan memasukkan remaja yang
menyalahgunakan narkoba ke pesantren seperti pesantren ketyergantungan
narkoba di suryalaya Tasikmalaya dan pesantren-pesantren lainnya. Tujuan
dari tindakan rehabilitatif adalah agar korban tidak memakai lagi dan terbebas
dari penyajkit ikutan yang disebabkan dari bekas pemakaian narkoba,

146
misalnya kerusakan fisik seperti gangguaan syaraf, otak jantung, darah ginjal
dan hati, kerusakan mental seperti perubahan karakter kearah negatif atau
asocial
Tindakan rehabilitatif ini disebut juga dengan pembinaan khusus.
Pembinaan khusus memberikan kesan yang baik bahwa seorang remaja yang
menyalahgunakan narkoba diperbaiki dan diberikan dorongan, kesempatan
dan fasilitas untuk menjadi baik kembali setelah melakukan sesuatu yang
tercela
Prinsip dari pembinaan khusus ini adalah:
a. Sedapat mungkin dilakukan di tempat orang tua atau wali remaja yang
menyalahgunakan narkoba.
b. Jika dilakukan oleh orang lain, maka hendaknya orang lain itu berfungsi
sebagai orang tua atau wali dari remaja yang menyalahgunakan narkoba.
c. Dimanapun remaja ditempatkan agar kasih sayang dengan orang tua atau
familinya tidak boleh diputuskan.
d. Remaja harus dipisahkan dari sumber pengaruh buruk,
Adapun proses dari pembinaan khusus terbagi menjadi beberapa
tahapan, yaitu:
a. Tahap pertama sebagai persiapan ialah dengan menanamkan
pengertian, pemberian bimbingan atau nasehat.
b. Tahap pengendalian kesadaran yaitu dengan menanamkan secara
terus menerus pendidikan agama atau pendidikan mental dan budi
pekerti yang baik dan bermanfaat.
c. Tahap penambahan pengetahuan yaitu dengan pemberian kecakapan
dan keterampilan yang serba guna.
d. Tahap penyaluran dan pengarahan untuk dikembalikan kepada
lingkungan semula dan kepada pergaulan sosial yang baik.
e. Tahap pengawasan yaitu setelah remaja dikembalikan ke dalam
lingkungan pergaulan sosial yang luas, perlu adanya
pengawasanpengawasan. Pengawasan hendaknya dilakukan secara
terus menerus dan konsisten, agar tidak ada kesempatan untuk

147
kambuh setelah menjalani pengobatan. Pengawasan dilakukan oleh
orang tua, sekolah dan masyarakat.211
Pada setiap tindakan preventif, represif, maupun kuratif dan rehabilitatif,
pendidikan agama selalu dibutuhkan dan dipergunakan karena pendidikan
agama adalah suatu amal kebajikan, dan kebajikan dapat menghapus kejelekan,
sebagaimana firman Allah Swt

RADIKALISME DAN TERORISME PERSPEKTIF ISLAM


A. Pengertian Terorisme

Dalam Bahasa Arab, terorisme dikenal dengan istilah Al-Irhab. Dari sini,
bisa dipahami bahwa kata Al-Irhab (teror) berarti (menimbulkan) rasa takut.
Irhabi (teroris) artinya orang yang membuat orang lain ketakutan, orang yang
menakut-nakuti orang lain. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
terorisme adalah puncak aksi kekerasan, terrorism is the apex of violence.
Selain itu, terorisme adalah Penggunaan kekerasan untuk menimbulkan
ketakutan, dalam usaha mencapai suatu tujuan (terutama tujuan politik).
Sedangkan teroris adalah orang yang menggunakan kekerasan untuk

148
menimbulkan rasa takut (biasanya untuk tujuan politik), dan teror adalah
perbuatan sewenang-wenang, kejam, bengis, dalam usaha menciptakan
ketakutan, kengerian oleh seseorang atau golongan.
Selain itu, ada beberapa definisi tentang terorisme antara lain:
1. Menurut Konvensi PBB tahun 1937, terorisme adalah segala bentuk tindak
kejahatan yang ditujukan langsung kepada negara dengan maksud
menciptakan bentuk teror terhadap orangorang tertentu atau kelompok
orang atau masyarakat luas.
2. Menurut US Federal Bureau of Investigation (FBI), terorisme adalah
penggunaan kekuasaan tidak sah atau kekerasan atas seseorang atau
harta untuk mengintimidasi sebuah pemerintahan, penduduk sipil dan
elemen-elemennya untuk mencapai tujuan-tujuan sosial atau politik.
3. Menurut Muhammad Mustofa, terorisme adalah tindakan kekerasan atau
ancaman kekerasan yang ditujukan kepada sasaran secara acak (tidak ada
hubungan langsung dengan pelaku) yang berakibat pada kerusakan,
kematian, ketakutan, ketidakpastian dan keputusasaan massal.
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme,
dinyatakan bahwa terorisme merupakan kejahatan terhadap
kemanusiaan dan peradaban serta merupakan salah satu ancaman serius
terhadap kedaulatan setiap negara, karena terorisme sudah merupakan
kejahatan yang bersifat internasional yang menimbulkan bahaya
terhadap keamanan, perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan
masyarakat sehingga perlu dilakukan pemberantasan secara berencana
dan berkesinambungan sehingga hak asasi orang banyak dapat dilindungi
dan dijunjung tinggi.
Jadi kesimpulannya dari beberapa definisi diatas, terorisme merupakan
suatu cara untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan ancaman
kekerasan guna menimbulkan rasa takut dan menjatuhkan korban sebanyak-
banyaknya secara tidak beraturan.
1. Terorisme dalam Perspektif Al-Qur’an

149
Ajaran Islam adalah ajaran yang mendatangkan rahmat bagi umat manusia.
Allah ta‟ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah Kami mengutus engkau
melainkan sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia.” (QS.21: 107). Ibnu Abbas
menerangkan bahwa rahmat tersebut bersifat umum mencakup orang yang baik-
baik maupun orang yang jahat. Barang siapa yang beriman kepada beliau -Nabi
Muhammad- maka akan sempurnalah rahmatnya di dunia sekaligus di akhirat.
Adapun orang yang kufur kepadanya maka hukuman -yang sesungguhnya- akan
disisihkan darinya sampai datangnya kematian dan hari kiamat (lihat Zaad al-
Masir [4/365] asSyamilah)
Di antara bukti kasih sayang Islam kepada umat manusia adalah Islam tidak
membenarkan penumpahan darah manusia tanpa alasan yang benar. Allah
ta‟ala berfirman (yang artinya), “Janganlah kamu membunuh nyawa yang
diharamkan Allah -untuk dibunuh- kecuali dengan sebab yang benar.” (QS. 6:
151). al-Baghawi menjelaskan bahwa di dalam ayat ini Allah mengharamkan
membunuh seorang mukmin dan mu‟ahad -orang kafir yang terikat perjanjian
keamanan dengan umat Islam- kecuali dengan sebab yang benar yaitu sebab-
sebab yang membuat orang itu boleh dibunuh seperti karena murtad, dalam
rangka qishash -bunuh balas bunuh-, atau perzinaan yang mengharuskan
hukuman rajam bagi pelakunya (lihat Ma‟alim atTanzil [3/203] as-Syamilah)
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang
membunuh seorang kafir yang terikat perjanjian -dengan kaum muslimin atau
pemerintahnya- maka dia tidak akan mencium bau surga. Sesungguhnya baunya
itu akan tercium dari jarak perjalanan empat puluh tahun.” (HR. Bukhari). al-
Munawi menjelaskan bahwa ancaman yang disebutkan di dalam hadits ini
merupakan dalil bagi para ulama semacam adz-Dzahabi dan yang lainnya untuk
menegaskan bahwa perbuatan itu -membunuh orang kafir mu‟ahad- termasuk
perbuatan dosa besar (Faidh alQadir [6/251] as-Syamilah).
Demikian juga Islam tidak memperkenankan perilaku bunuh diri, meskipun
dengan niat yang baik, yaitu untuk memerangi musuh- sebagaimana dalam
firman-Nya
Artinya: “Janganlah kamu membunuh dirimu sendiri, sesungguhnya Allah
Maha menyayangi dirimu.” (QS. 4: 29).

150
Rasulullah SAW bersabda,
Artinya: “Barang siapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu alat maka
dia akan disiksa dengannya pada hari kiamat.” (HR. Muslim). Yaitu
dia bunuh diri dengan alat untuk membunuh, meminum racun dan
lain sebagainya (lihat Tuhfat al-Ahwadzi [6/435] as-Syamilah)
Selain itu, Agama Islam yang suci ini dibawa oleh Rasulullah yang
mempunyai kepribadian yang suci pula, serta memiliki akhlaqul karimah dan
sifat-sifat yang terpuji, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur‟an
Artinya: maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah-
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu”. (QS. 3:159)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki sifat
lemah-lembut serta hati beliau terasa amat berat atas penderitaan yang
menimpa pada manusia, maka beliau berusaha keras untuk membebaskan dan
mengangkat penderitaan yang dirasakan oleh manusia tersebut. Rasulullah SAW
bersabda:
Artinya: ”kejahatan dan perbuatan jahat, keduanya sama sekali bukan
ajaran Islam. Dan orang yang paling baik Islamnya ialah yang
paling baik akhlaqnya”. [HR. Ahmad].
Islam juga melarang seorang muslim mengadakan kerusakan di bumi
sebagaimana Firman Allah SWT
Artinya: “dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk
Mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan
binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan”. (QS. 2:
205).
Sebaliknya Islam menginginkan terciptanya kesatuan umat dan kewajiban
mereka masing-masing terhadap yang lain yaitu harus menjaga keselamatan
hidup dan kehidupan bersama dan menjauhi hal yang membahayakan orang lain.
Dilarang untuk saling membunuh dan meneror sesamanya. Karena membunuh
seseorang manusia berarti membunuh manusia seluruhnya, sebagaimana

151
memelihara kehidupan seorang manusia berarti memelihara manusia
seluruhnya. Simak apa penutran Al-Quran
artinya: “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,
bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan
karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena
membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. dan Barangsiapa yang
memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah dia
telah memelihara kehidupan manusia semuanya......”. (QS. 5: 32)
Di sisi lain, al-Quran tidak melarang umat Islam untuk membela diri jika
mereka diserang dan dikhiyanati. Ibarat peribahasa “ jangan cari musuh tapi jika
ada musuh jangan lari”. Dijelaskan dalam al Qur`an
artinya:“Mengapa kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak
sumpah (janjinya), Padahal mereka telah keras kemauannya untuk
mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi
kamu?. Mengapakah kamu takut kepada mereka Padahal Allah-lah
yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang
beriman”. (QS. 5: 32)
Pada ayat ini Allah menggalakkan semangat orang-orang mukmin supaya
melaksanakan dengan sungguh perintah memerangi kaum musyrikin dan jangan
takut kepada mereka. Allah menyebutkan tiga sebab utama yang membuktikan
bahwa orang-orang musyrik tidak bisa didiamkan dan dibiarkan saja, yaitu:
1. Mereka melanggar perjanjian Hudaibiyah yang telah mereka adakan
dengan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya untuk tidak berperang
selama 10 tahun dan saling tidak boleh mengganggu antara kedua belah
pihak dan sekutunya. Tetapi tidak lama berselang setelah perjanjian itu
diadakan, maka pihak musyrikin Quraisy telah membantu sekutunya dari
Bani Bakar untuk menganiaya suku Khuza‟ah dari sekutu Nabi yang tinggal
di Mekkah.
2. Sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, kaum musyrikin telah
berusaha keras untuk mengusir Nabi Muhammad dari Mekah,
memenjarakan atau membunuhnya dengan mempergunakan kekuatan

152
dari suku Quraisy agar keluarga Nabi Muhammad sukar mengadakan
penuntutan bela. Merekalah yang memulai lebih dahulu memerangi kaum
mukminin di Badar, Uhud, Khandaq, dan lain-lainnya.
2. Jihad versus Terorisme
Terorisme (al-irhab) digunakan al-Quran untuk melawan “musuh Tuhan”
(QS.8:60). Karenanya, beberapa gerakan Islam Politik yang mempunyai
pandangan fundamentalis dan radikalis sering kali menggunakan istilah
tersebut untuk melawan “musuh Tuhan”. Bagi mereka, Barat disebut sebagai
salah satu simbol musuh Tuhan. Kemudian dalam mengidentifikasi musuh,
Islam politik menggunakan tiga pandangan mendasar. Pertama, politik sebagai
bagian dari Islam. Berpolitik praktis merupakan kewajiban bagi setiap muslim.
Ini mengakibatkan setiap muslim harus terlibat dalam politik guna melawan
“politik kafir”. Kedua, Islam sebagai komunitas yang paling benar, sedangkan
yang lain dianggap murtad. Ketiga, kecenderungan untuk memaksakan
pandangan dengan “tangan besi”, kekerasan, pembunuhan dan perang, yang
biasa disebut dengan jihad fi sabililillah.
Persoalan utama yang menjadi pembahasan terorisme dalam pandangan
Islam adalah pemaknaan kata “jihad”. Maka sekarang ini kita banyak melihat
prilaku teror ditujukan kepada asset-asset yang berhubungan dengan Amerika,
seperti hotel JW Marriot dan Ritz Calten dll. Dalam benak para aktifis muslim,
jihad lebih dipahami dalam kerangka balas dendam karena kafir telah
memerangi muslim tanpa batas, maka muslim wajib membalasnya dengan
memerangi kafir secara tanpa batas pula. Menurutnya, dalam ketentuan
syari‟ah, jihad berarti berperang melawan kaum kafir yang memerangi Islam
dan kaum muslimin. Konsep inilah yang ia sebut dengan jihad fi sabilillah.
Dalam pemahamannya, ayat al-Qur‟an pertama tentang jihad yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad adalah memerangi kaum kafir sebatas yang
memerangi Islam. Sebagaimana disebutkan dalam al Quran
artinya: ”Dan perangilah di j alan Allah orang-orang yang memerangi kamu.
Dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas”. ( QS. 2:190)

153
Dalam kaitannya di atas, muncul pertanyaan, adakah korelasi fungsional
antara Islam dan Terorisme? Bisakah gerakan keagamaan yang diduga dalang
terorisme sebagai representasi Islam, baik dalam ranah ajaran maupun
pengikutnya? Menyikapi hal itu, Ketua MUI KH Ma`ruf Amin menyatakan
kepada ANTARA, (4/10/2010) bahwa terorisme tidaklah identik dengan Islam.
Terorisme, menurut dia, juga bukanlah jihad, dan pihaknya telah mengeluarkan
fatwa haram terhadap terorisme.
Terorisme merupakan tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan
peradaban yang menimbulkan ancaman serius terhadap kedaulatan negara,
bahaya terhadap keamanan, perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan
masyarakat. Terorisme adalah salah satu bentuk kejahatan yang diorganisasi
dengan baik (well organized), bersifat trans-nasional dan digolongkan sebagai
kejahatan luar biasa (extra-ordinary crime) yang tidak membeda-bedakan
sasaran (indiskrimatif). Sedangkan Jihad adalah berjuang dengan sungguh-
sungguh.
Jihad dilaksanakan untuk menjalankan misi utama manusia yaitu
menegakkan agama Allah, dengan cara-cara sesuai dengan garis perjuangan
para Rasul dan AlQuran. Jihad yang dilaksanakan Rasul adalah berdakwah agar
manusia meninggalkan kemusyrikan dan kembali kepada aturan Allah,
menyucikan qalbu, memberikan pengajaran kepada ummat dan mendidik
manusia agar sesuai dengan tujuan penciptaan mereka yaitu menjadi khalifah
Allah di bumi. Lebih dari itu, jihad yang paling berat sebenarnya adalah jihad
melawan hawa nafsu, sebagaimana tersebut pada QS. 79: 40-41. Maksudnya
jihad melawan godaan syetan, mengekang hawa nafsu dari melakukan hal-hal
yang haram.
Jihad dalam bentuk perang harus jelas pihak-pihak mana saja yang terlibat
dalam peperangan, seperti halnya perang yang dilakukan Nabi Muhammad
yang mewakili Madinah melawan Makkah dan sekutu-sekutunya. Alasan
perang tersebut terutama dipicu oleh kezaliman kaum Quraisy yang melanggar
hak hidup kaum Muslimin yang berada di Makkah (termasuk perampasan harta
kekayaan kaum Muslimin serta pengusiran). (lihat QS. 4:75)

154
Perang yang mengatasnamakan penegakan Islam namun tidak mengikuti
Sunnah Rasul tidak bisa disebut Jihad. Sunnah Rasul untuk penegakkan Islam
bermula dari dakwah tanpa kekerasan, hijrah ke wilayah yang aman dan
menerima dakwah Rasul, kemudian mengaktualisasikan suatu masyarakat
Islami (Ummah) yang bertujuan menegakkan Kekuasaan Allah di muka bumi.
Jihad dalam bentuk perang dilaksanakan jika terjadi fitnah yang membahayakan
eksistensi ummat antara lain berupa serangan-serangan dari luar). Jihad tidak
bisa dilaksanakan kepada orang-orang yang tunduk kepada aturan Allah atau
mengadakan perjanjian damai maupun ketaatan. Dalam berjihad, diharamkan
membunuh anak- anak, wanita, orang tua, merusak bangunan, rumah ibadah,
pohon, dll. Bandingkan dengan perbuatan sekelompok orang yang
mengakibatkan kerusakan dan kematian, tentu ini kita tidak sepakat
menyebutnya sebagai bentuk jihad.
Dari segi tujuan, jihad bertujuan konstruktif walaupun dalam
pencapaiannya harus ada peperangan. Dalam hal ini, jihad wajib dilakukan
dalam kondisi bela Negara dari serangan musuh atau ada serangan destruktif
dari pihak lain yang akan mengancam kelangsungan hidup dan agama.
Misalnya, jihadnya para syuhada bersama Rasulullah dalam menegakkan Islam
(QS. 4:75), Jihadnya rakyat Palestina dalam mempertahankan wilayah dan
agamanya atau perjuangan para pahlawan dalam mencapai dan
mempertahankan kemerdekaan, serta keutuhan NKRI. Dalam keadaan damai
dan tanpa peperangan, kewajiban jihad lebih ditekankan kepada dakwah, serta
peningkatan kemampuan intelektual dan spiritualitas umat Islam.
Sedangkan terorisme hanyalah kegiatan sekelompok orang yang tidak
memiliki tujuan yang jelas. Islam tidak pernah mengajarkan umatnya memusuhi
bangsa atau etnis, karena semuanya merupakan fitrah yang diciptakan oleh
Allah (Q.S. 49: 13). Islam hanya memusuhi pandangan kufur yang dipaksakan
kepada umatnya, dan umat lain, sehingga menolak kebenaran ilahi (Islam).
Maka, penolakan umat Islam pada ideologi setan dan nilai- nilai Barat adalah
aspirasi intelektual dan politik yang sah dari setiap Muslim, karena
bertentangan dengan identitas dan peradaban Islam. Sebagaimana mereka
sendiri juga menolak penjajahan, globalisasi dan perang, karena bertentangan

155
dengan nilai kemanusiaan. Jadi gerakan keagamaan yang diduga dalang dari
terorisme tidak bisa merepresentasikan Islam karena mereka telah mereduksi
pemahaman Jihad ke dalam bentuk-bentuk teror, sesuatu yang tidak diajarkan
bahkan bertentangan dengan ajaran Islam.
B. Pengertian Radikalisme
Kata radikalisme berasal dari bahasa Inggris berakar dari kata radix berarti
akar atau angka pokok. Menurut Poerwodarminto, radikal artinya hilang sampai
ke akar-akarnya. Atau, haluan politik yang amat keras, menurut perubahan
undangundang ketatanegaraan dan sebagainya.4 Menurut Komaruddin,
radikalisme berasal dari bahasa Latin radix yang berarti akar, kaki atau dasar.
Radikalisme berarti suatu paham yang menginginkan pembaharuan atau
perubahan sosial dan politik dengan ekstrem dan drastik hingga keakarnya.
Berangkat dari beberapa pendapat tersebut dapat dilihat suatu rumusan bahwa
radikalisme adalah suatu pergerakan yang mengandung beberapa unsur pelaku,
yaitu seseorang yang melakukannya objek, yaitu arah yang ingin dicapai
pergerakannya, materi yaitu berupa ideologi atau gagasan, tempat yaitu di mana
ruang pergerakan itu terjadi, dan waktu yaitu kesempatan pada saat tertentu
pergerakan itu muncul. Enam unsur ini merupakan faktor yang menjadikan suatu
pergerakan radikalisme dapat terjadi. Adapun radikalisme dalam Islam dapat
diartikan sebagai suatu pergerakan berupa suatu pergerakan untuk
menggantikan atau merubah ideologi lama menjadi ideologi baru yang muncul
pada internal Islam. Ini dipengaruhi oleh pemahaman terhadap ajaran Islam itu
sendiri dan pengaruh dari eksternal Islam yang menjadi stimulus sehingga terjadi
interaksi sosial sehingga mengakibatkan pergerakan radikal.
a. Indikasi Radikalisme
Indikasi radikalisme artinya suatu yang menunjukkan suatu pergerakan
yang ingin merubah atau menggantikan pada suatu ideologi lama menjadi
ideologi baru yang sesuai dengan tujuannya. Indikasi radikalisme menurut
kecenderungannya meliputi tiga hal: Pertama, radikalisme merupakan respon
terhadap kondisi yang sedang berlangsung, biasanya respon tersebut muncul
dalam bentuk evaluasi penolakan bahkan perlawanan. Masalah-masalah yang

156
ditolak dapat berupa asumsi, ide, lembaga atau nilai-nilai yang dipandang
bertanggung jawab terhadap keberlangsungan kondisi yang ditolak.
Radikalisme jenis respon terhadap kondisi ini pernah dilakukan oleh umat
Islam ketika berhadapan dengan faham sekuler yang mengancam kehidupan
umat Islam. Seperti pernyataan Azyumardi Azra, bahwa faktor internal akibat
terjadinya penyimpangan norma-norma agama terutama dengan masuknya
faham sekuler dalam kehidupan umat Islam sehingga mendorong umat Islam
melakukan gerakan kembali pada otentitas Islam.7 Radikalisme dalam bentuk
respon terhadap ketidakadilan sosial politik pernah dilakukan oleh laskar
jihad. Dalam laporannya berjudul “Gerakan Radikal Islam Bahan Ancaman”. Di
dalamnya menyatakan bahwa sebagian besar masuyarakat masih
beranggapan gerakan Islam radikal merupakan ancaman. Gerakan ini selalu
dipersiapkan dengan anarkisme. Menurut laskar jihad, ketakutan berbagai
kalangan terhadap perkembangan Islam radikal, sebenarnya tidak beralasan.
Karena tidak diteliti secara historis, kemunculan berbagai pergerakan Islam itu
sendiri merupakan reaksi dari ketidakadilan sosial politik. Radikalisme Islam
yang merespon pergerakan orde baru. Ini telah dinyatakan oleh Muhammad
Hafin Ruhdi, sikap represif penguasa terhadap kelompok Islam, seperti yang
dilakukan oleh orde baru telah membangkitkan radikalisme Islam. Begitu juga
krisis kepemimpinan yang terjadi pasca orde baru yang ditunjukkan dengan
lemahnya penegakan hukum, telah mendorong gerakan Islam untuk
menerapkan Syariat Islam sebagai solusi krisis tersebut.pada gilirannya
radikalisme Islam dijadikan jawaban atas lemahnya aparat hukum dalam
penyelesaian kasus yang terkait dengan umat Islam.
Kedua, radikalisme berkedok penolakan terhadap suatu tatanan.
Radikalisme melahirkan suatu produk yang tidak berhenti-henti pada upaya
penolakan, melainkan terus berupaya mengganti tatanan tersebut dengan
bentuk tatanan lain. Tatanan dapat berupa hukum, dalam suatu tatanan
institusi. Radikalisme dalam bentuk penolakan dalam suatu tatanan ini terjadi
pasca pemerintahan orde baru berupa lahirnya Islam radikal yang diwakili
sejumlah ormas Islam seperti Laskar Jihad (Forum Komunikasi Ahlus Sunah
Waljamaah), Front Pembela Islam (FPI). Majelis Mujahidin menyusul ormas

157
Islam sebelumnya seperti KISDI. Karakteristik kelompok ini lebih didasarkan
pada corak keagamaan yang bersifat integralistik antara Islam dan negara,
sehingga kelompok ini mengedepankan corak legal formal Islam secara total.
Isu yang diusung adalah tegaknya Syariat Islam di negara Indonesia.
Ketiga, kelompok radikalisme memiliki suatu keyakinan yang sangat kuat
terhadap kebenaran program atau ideologi yang mereka bawa. Sikap ini pada
saat yang sama dibarengi dengan penafsiran kebenaran sistem yang lain yang
akan diganti dalam gerakan sosial. Keyakinan tentang kebenaran program
atau filosofis sering dikombinasikan dengan cara-cara pencapaian yang
mengatas-namakan nilai-nilai ideal seperti “kerakyatan” atau “kemanusiaan”
yang dibarengi dengan sikap emosional dan memberi penilaian bahwa hanya
arah keyakinan dan keyakinan mereka yang mengandung kebenaran.
Radikalisme dalam bentuk keyakinan yang kuat terhadap kebenaran
ideologi ini yang akan menggantikan keyakinan sosial ini senada dengan
gerakan terorisme yang menghalalkan berbagai cara dengan tujuan untuk
mencapai segala tujuannya.
Menteri Agama RI, ia mengatakan, ISIS (Islamic States of Iraq and Syria)
merupakan suatu organisasi pergerakan yang bergaham radikal dan
menggunakan kekerasan demi perjuangan apa yang diyakininya, yakni
memperjuangkan negara Islam di Iran dan Syria.
Ini telah dikutip oleh Kacung Marijan dan pendapat Masha Drenshaw,
ditegaskan di sini bahwa, munculnya terorisme disebabkan tiga hal: Pertama,
faktor struktural keadaan prakondisi berupa modernisasi dan sikap politik
pemerintah. Dalam cakupan faktor struktural juga melihat pemicu
percepatannya seperti maraknya ketidakadilan serta tersedianya
persenjataan.
Kedua, faktor psikologis yang telah mengarah pada individu atau
kelompok. Pada negara berkembang pencetusnya bisa berupa pengangguran
serta individu teraliansi secara sosial. Sedangkan pada kalangan terdidik, lebih
didasarkan pada fakta keagamaan. Ketiga, faktor rasional yang melandasi
seseorang atau kelompok melakukan tindakan terosisme atau kekerasan
terletak pada aspek laba dan rugi, cast and benefits.

158
Memahami hubungan keterangan yang lalu dapat dibuat suatu ringkasan
bahwa indikasi radikalisme meliputi: Pertama, ada respon berupa penolakan
berupa ide, nilai atau lembaga terhadap kondisi yang sedang berlangsung.
Kedua, adanya produk penolakan yang terus menerus pada suatu tatanan
untuk digantikan tatanan baru yagn sesuai dengan ideologinya. Ketiga, adanya
keyakinan yang sangat kuat pada kebenaran ideologi dibarengi dengan
penafian terhadap ideologi lain disertai dengan mengatasnamakan institusi
atau ideologi tertentu.
b. Faktor dan Penyebab Radikalisme dalam Islam
Radikalisme dapat muncul dipermukaan, hal ini, telah dikemukakan oleh
Syamsul Bahri, bahwa ini akan muncul didorong oleh lima faktor, yaitu faktor
sosial politik, faktor emosi keagamaan, faktor kultural, faktor ideologisanti
westernisasi, dan faktor kebijakan pemerintah. Faktor-faktor tersebut agar
nampak gambaran yang lebih jelas akan disajikan keterangan berikut ini.
Pertama, faktor sosial politik yaitu suatu bagian pergerakan yang mengarah
pada suatu pengaruh atau kekuasaan yang dapat mengakibatkan munculnya
suatu gerakan radikal baru. Ini muncul akibat dari interaksi sosial antara
kelompol internal Islam didorong adanya pergarakan mengarah pada
kekuasaan. Seperti pergerakan dalam bentuk suksesi pemerintahan dalam
bentuk khalifah. Sikap radikal pada masa pasca wafat Rasul saw, Khalifah
pertama dipergang oleh Abu Bakar As-Sidiq ra belum nampak pergerakan
radikal. Walaupun muncul pergerakan radikal namun belum begitu kentara.
Suksesi kepemimpinan dari Abu Bakar ra kepada Umar bin Khatab ra secara
demokratis namun pada akhir pemerintahan Umar bin Khatab ra terjadi
pergerakan radikal dalam bentuk kekerasan, bahwa Umar terbunuh oleh Abu
Lukhiah (seorang budak dari Persia). Begitu juga suksesi pemerintahan dari
Umar ra kepada Utsman bin Affan ra disebabkan oleh pergerakan radikal
berupa pembunuhan, bahwa ia dibunuh oleh Zubair Thalhah, sehingga
digantikan oleh Sayyidina Ali ra, dalam pemerintahannya mendapat
perlawanan pergerakan radikal.
Ali ra terjadi konflik dengan Muawwiyah akan melahirkan dua kubu
politik. Muawwiyah menawarkan arbitrasi (damai) yang mengakibatkan

159
kekalahan di pihak Ali ra. Arbitrasi ini membawa dampak kekecewaan di kubu
Ali ra, yang mengakibatkan munculnya kelompok Khawarij, yang mempunyai
pergerakan radikal dalam masalah teologi maupun praktek. Kedua kubu ini
selalu memunculkan argumentasi bahwa keduanya melakukan dosa besar,
sampai keduanya diberi keputusan bahwa keduanya melakukan dosa besar
dan darah keduanya halal ditumpahkan. Khawarij selalu berargumentasi
berupa semboyan La hukma illa lillah (tiada hukum selain bagi Allah), dan Laa
hakama illa Allah (tiada hukum dalam alam). Semboyan ini didasari QS. Al-
Maidah (4): 44.16
Kedua, faktor emosi keagamaan. Maksudnya adalah penyebab munculnya
gerakan radikalisme ini adanya fakta sentimen pemeluk internal Islam.
Sentimen ini terjadi karena adanya penindasan suatu kelompok pemeluk
agama yang mempunyai kekuatan atau kekuasaan tertentu sehingga
munculemosi yang dilampiaskan menggunakan dalih agama. Faktor emosi
keagamaan diawali adanya interaksi sosial dalam kelompok Islam itu sendiri,
didasari atas motivasi yang berakar pada kepentingan masing-masing
kelompok, sebagai pemicu lahirnya sentimen antarkelompok. Gerakan emosi
keagamaan ini biasanya dituangkan dalam bentuk radikal pergerakan
menggunakan simbul keagamaan dan selalu mengibarkan bendera simbul
keagamaan dengan dalih membela agama, seperti jihad fisabilillah (jihad di
jalan agama Allah) dan sebagai syuhada (pahlawan atas perjuangan membela
agama Allah). Emosi keagamaan ini diawali dari pemahaman suatu teks Al-
Quran atau Al-Hadits atau fatwa ulama, yang bersifat interpretatif yang
bersifat subjektif didasari pemahaman pribadi. Pemahaman subjek ini didasari
atas Hadits Nabi, artinya: Barangsiapa perang untuk menegakkan kalimat
Allah maka ia berjihad di jalan agama Allah. Faktor emosi keagamaan,
didalamnyha termasuk emosi pemahaman terhadap teks Al-Quran, misalnya
tentang lafad “qital” selalu difahami dengan perang saja. Ini merupakan salah
satu emosi pemahaman yang memicu pada radikalisme. Padahal tidak selalu
demikian. Hal ini dikemukakan oleh Sayyid Hussein Nasr, dari 36 ayat Al-
Quran yang mengandung sekitar 36 kata “jahada” yang mempunyai berbagai
derivasinya, tidak lebih dengan 10 ayat yang terkait dengan perang.

160
Sebaliknya, kata tersebut merujuk pada segala aktivitas lahir dan batin, serta
upaya internal dalam rangka menghadirkan kehendak Allah di muka bumi,
yang pada dasarnya merupakan pengembangan nilai-nilai moral luhur dari
mulai penegakan keadilan, hingga kedamaian dan kesejahteraan umat
manusia. Dengan kata lain, jihad adalah kesungguhan hati untuk
mengarahkan segala kemampuan untuk membumikan nilai-nilai Islam dalam
kehidupan. Pada tataran lain, pengabdian (ibadah) yang tulus dan penuh
kesungguhan serta hubungan antar sesama yang didasari hati dan ketulusan
adalah bagian dari jihad. 18 Hal ini mirip dengan doktrin Ibnu Taimiyah yang
mengatakan, orang-orang Islam yang tidak sefaham dan mengukuti jejaknya
dinilai sebagai orang kafir. Ini didasari atas pemikiran Ibnu Taimiyah yang
ditulis oleh Dede Raden, ... bahwa sejak masa Ibnu Taimiyah, kelompok Islam
ini memulai tradisi mengecam hingga mengkafirkan kelompok muslim yang
tidak mengikuti pandanganIbnu Taimiyah. Hal ini senada dengan pendapat
William Liddle bahwa menggunakan istilah Islam skrepturales karena
kelompok ini memandang teks-teks Al-Quran, maupun Al-Hadits telah jelas
dengan sendirinya (self evidence), dan karenanya tidak membutuhkan
interpretasi dan adaptasi untuk disesuaikan dengan dinamisme lokal.
Ketiga, faktor kultural. Maksudnya adalah suatu budaya yang dapat
menggeser terdapat keadilan Islam, sehingga Islam termarjinalkan, tidak ada
kesempatan untuk mendapatkan ruang mengamalkan syariat Islam, karena
adanya dominasi budaya yang bersifat sekulerisme (anti agama). Dominasi
suatu budaya non-Islam yang dapat menggeser budaya Islam ini dipengaruhi
oleh interaksi sosial seperti interaksi antara budaya sekuler dengan budaya
Islam, sehingga budaya Islam tidak mendapat ruang. Dominasi budaya sekuler
ini menjadikan tekanan pada umat Islam sehingga muncul pergerakan radikal.
Pergerakan radikal ini bermotivasi untuk menggeser peradaban sekuler
diganti dengan peradaban Islam yang telah berada sebelumnya sehingga
terjadi benturan budaya atau peradaban. Hal ini senada dengan pendapat
Samuel Huntington (1991) dengan tesis Class of Civilization yang melihat
terorisme sebagai implikasi dari benturan dua peradaban utama di dunia
Islam vis a vis Barat.

161
Pergerakan radikalisme Islam dapat muncul akibat dari pergerakan
ekonomi non-Islam yang akan mengancam kekuatan ekonomi Islam. Usha ini
dilakukan melalui munculnya kekuatan politik Islam dalam rangka pergerakan
ekonomi Islam melawan hegemoni kekuatan ekonomi Cina. Hal ini senada
dengan pendapat Ahmad Rizky Mardatillah Umar, bahwa awal mula
munculnya Islam sebagai kekuatan politik adalah transformasi dari kekuatan
ekonomi umat yang ditujukan untuk melawan hegemoni kekuatan ekonomi
Cina dan kolonial di pasar lokal. Konteks kemunculan Serikat Islam bermula
dari H. Samanhudi yang mempersatukan kepentingan ekonomi umat Islam ke
dalam satu wadah yang akarnya bertransformasi menjadi partai politik.
Keempat, faktor ideologis, anti westernisme. Maksudnya ideologi yang
berfaham bangsa Barat yang mengandung nilai sekuler perlu diganti dengan
ideologi yang befaham Islam. Proses penggantian ideologi barat ini melalui
interaksi sosial yang bercorak pergerakan radikal. Pergerakan radikal ini
merupakan penolakan terhadap ideologi barat yang bertentangan dengan
syariat Islam. Ideologi barat dapat diketahui melalui simbul-simbul, tata cara
pergaulan yang tidak sesuai dengan syariat Islam, tata cara pergaulan antar
jenis kelamin yang berbeda yang merusak hukum Islam. Ini dapat dilakukan
dengan menolak ajaran dan budaya barat itu, dan penyadaran terhadap umat
Islam, bahwa budaya barat yang tidak sesuai syariat Islam perlu ditolak atau
dijauhi sedini mungkin.
Hal ini telah ditulis oleh Azyumardi Azra, perlawanan Laskar Jihad
Ahlussunnah Waljamaah terhadap berbagai fenomena yang terjadi lebih
didorong karena sikap pemerintah yang tidak mau merespon secara positif
terhadap tertindasnya kaum Muslim. Penyimpangan norma agama terutama
dengan masuknya faham sekuler dalam kehidupan umat Islam, sehingga
mendorong umat Islam melakukan gerakan kembali pada otentitas Islam.
Faham sekuler dalam kehidupan Islam seperti tiada ajaran agama yang
mengatur kehidupan dunia, sehingga menafikan terhadap kehidupan akhirat.
Kelima, faktor kebijakan pemerintah, artinya, tindakan pemerintah di
negara-negara Islam, atau negara berpenduduk mayoritas Islam kurang
diberdayakan untuk menanggulangi, mengatasi munculnya pergerakan

162
radikalisme yang muncul dari internal maupun eksternal pada suatu negara.
Fenomena radikalisme ini muncul adanya kecenderungan masuknya ideologi
atau ekonomi dari suatu negara pada negara Islam atau negara berpenduduk
mayoritas Islam yang pemegang kekuasaan adalah para elit-elit pemerintah di
negara Muslim belum dapat mewujudkan pola selain untuk mengatasi
perkembangan itu. Misalnya, ideologi dari ISIS (Islamic State of Iraq and Syria)
memasuki negara Indonesia dapat membangkitkan sikap radikal terhadap
orang-orang Islam di Indonesia karena ideologi mereka tidak sesuai dengan
ideologi orang-orang Islam di Indonesia yang bernuansa Pancasila. Salah satu
pernyataan ISIS bahwa, Pancasila adalah thogut atau berhala yangharus
diperangi sudah kelewat batas.25 Kasus ISIS di Indonesia ini dapat menjadikan
stimulus elit-elit pemerintah Indonesia untuk memberdayakan dirinya berlaku
radikal dalam rangka mengusir pergerakan itu.
c. Implikasi Radikalisme Islam
Implikasi yang dimaksud di sini adalah suatu sugesti yang dapat
mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk melakukan interaksi timbal
balik terhadap pergerakan radikalisme.
Radikalisme akan mengakibatkan tindakan kekerasan, seperti
pernyataan Muhammad Takdir Ilahi bahwa, suasana yang tertekan dan
guncangan batin yang begitu mendalam membuat seseorang yang menganut
prinsip radikalisme akan terus kerapnya mencari titik temu sebuah kebenaran
yang mereka anut. Atas nama agama, seseorang sering mengabaikan dimensi
keluhuran kemanusiaan yang menjadi firnah manusia itu sendiri sehingga
tindakan kekerasan menjadi pilihan yang paling ideal untuk memperkuat
jaminan kehidupan selanjutnya.
Pertama, radikalisme dapat berimplikasi menjadikan suatu sugesti yang
dapat membentuk suatu pergerakan kekerasan kelompok yang lain. Menurut I
Ngurah Suryawan, menukil dari New Oxford Dictionary, kekerasan fisik yaitu
perilaku yang melibatkan fisik dan dimaksudkan untuk menyakiti, merusak
atau membunuh seseorang atau sesuatu.27 Terkait dengan implikasi
radikalisme Islam pernah terjadi pada masa pasca pemerintahan Sayyidina Ali
ra, bahwa faham Khawarij mendapat reaksi yang keras sekali dari kelompok

163
Islam lainnya. Hal ini telah tercantum dalam suatu makalah bahwa faham
radikal yang dikembangkan Khawarij mendapat reaksi yang tak kalah keras
dari kelompok Islam lainnya mengingat faham Khawarij sangat tidak ramah
terhadap perbedaan. Maka muncullah aliran teologi (ilmu kalam), seperti
murji’ah, syi’ah, mu’tazilah, maturidiyah, asy’ariyah dan lainnya, dan
merespon apa yang diyakini Khawarij sebagai sebuah kesalahan. Kondisi ini
menyeret umat Islam terjerumus konflik sektarian saling menyalahkan dan
bahkan terus berdebat hingga lahirlah konflik antara Mu’tazilah melawan
Asy’ariyah, ini dapat dielaborasi pada antara kaum filosuf dengan kaum
mulakalimari, antara ahli syariah dengan ahli tasawuf. Dampak terbesar dari
situasi ini adlaah umat Islam semakin asyik dengan pertengkaran dan
melupakan persatuannya, sehingga di sinilah Islam mulai masuk dalam
kemunduran.
Kedua, radikalisme dapat berimplikasi pada sugesti pergerakan radikal
baru dalam bentuk suksesi suatu pemerintahan atau khalifah. Seperti
pernyataan Azyumardi Azra, bahwa secara historis kita dapat melihat bahwa
konflik-konflik yang ditimbulkan oleh kalangan radikal dengan seperangkat
alat kekerasan dalam menentang dan membenturkan diri dengan kelompok
lain umumnya lebih berakar masalah sosial politik, sehingga dengan adanya
radikalisme cenderung untuk bermunculan radikalisme baru sebagai
tandingannya.

RADIKALISME DAN TERORISME PERSPEKTIF SEJARAH


A. Akar Sejarah Radikalisme atas Nama Agama
Berawal dari Persengketaan Politik Dalam catatan sejarah bahwa
sepeninggal Nabi Muhammad saw. posisi sebagai kepala pemerintahan di
Madinah diambil alih oleh empat sahabat terdekat Nabi Muhammad saw.,
yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Periode empat sahabat dekat Nabi Muhammad tersebut dikenal dengan
sebutan Khulafa’ al-Rasyidin yang berarti para khalifah yang mendapat
petunjuk dari Allah. Meskipun keempat Khulafa’ al-Rasyidin tersebut memiliki
karakteristik yang berbedabeda, tetapi corak kepemimpinannya tetap

164
konsisten terhadap apa yang dicontohkan Nabi Muhammad saw. terutama
dalam sistem pemerintahan mendasarkan pada prinsip musyawarah dalam
pengambilan keputusan penting yang terkait dengan kepentingan publik serta
dalam hal memaknai jabatan kholifah sebagai amanah dari Allah dan
pemilihannya bersifat terbuka dan tidak absolut.
Khulafa’ al-Rasyidin memulai amanah yang diembannya dalam
pemerintahan dengan sistem baiat. Baiat merupakan pernyataan dan
pengakuan dari rakyat untuk berjanji setia serta mengikuti kholifah yang
terpilih. Baiat tersebut dilakukan setelah adanya aqd atau semacam transaksi
sosial antara rakyat dan khalifah. Khalifah berjanji akan menjalankan
amanahnya dengan baik sesuai perintah Allah dan rasulnya dan rakyat akan
memberikan dukungan penuh pada khalifah selama khalifah berada di jalur
yang benar. Dalam perjalanan memegang roda pemerintahan, dari khalifah
pertama sampai ketiga relatif stabil, meskipun sedikit muncul semenjak
khalifah keempat, yaitu masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib, mulai
muncul pergolakan-pergolakan yang sulit diselesaikan, dimulai dari
pemberontakan yang dilakukan Thalhah, Zubair dan Aisyah yang berakhir
dengan peperangan yang dikenal dengan Perang Jamal. Selain itu juga muncul
pemberontakan dilakukan oleh Muawiyyah bin Abu Sufyan untuk perdamaian
yang disebut dengan tahkim. Dalam tahkim
tersebut disepakati untuk tidak melanjutkan peperangan, tetapi kedua
belah pihak dapat kembali pada posisi masing-masing. Setelah adanya forum
tahkim tersebut gejolak mulai timbul lagi dengan mnculnya kelompok pro dan
kontra yang berakhir pada munculnya perpecahan di kalangan umat Islam
menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok pendukung Ali (Golongan Syi’ah),
kelompok pendukung Muawiyyah dan kelompok yang tidak mendukung
keduanya (Golongan Khawarij). Berdasarkan perjalanan sejarah di atas
menunjukkan bahwa perpecahan umat Islam pada saat Pemerintahan Khalifah
Ali tersebut memicu munculnya gerakan radikalisme dalam lembaran sejarah
Islam. Berawal dari persengketaan politik yang kemudian berimbas pada
pemaknaan sepihak tentang ajaran Islam itu sendiri. Pemaknaan sepihak ini
dalam arti bahwa demi mencapai tujuan politisnya kemudian menghalalkan

165
cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuannya.8 Aksi radikal tersebut
ditunjukkan oleh Golongan Khawarij yang melakukan percobaan pembunuhan
kepada Ali bin Abi Thalib dan Muawiyyah bin Abu Sufyan. Golongan Khawarij
mengklaim bahwa Ali bin Abi menyeleweng dari ajaran Islam karena terlibat
dalam majlis tahkim. Sehingga menurut perspektif Kaum Khawarij, Ali bin Abi
Thalib dan Muawiyyah bin Abu Sufyan harus dibunuh.
1. Kesalahan Memahami Konsep Jihad
Memahami Jihad dalam konteks agama, memiliki sejarah panjang
dan memiliki makna yang kompleks. Mengkaji secara cermat tentang
makna jihad, maka kita harus mulai dengan melihat penggunaannya dalam
literatur Muslim klasik. Selain itu secara cermat, memahami makna jihad
juga dapat dilihat dari Kompleksitas istilah jihad ini berdasarkan banyak hal,
baik pemaknaan secara konvensional maupun pemaknaan secara modern.
Pemaknaan secara konvensional, jihad cenderung diartikan dengan
perang atau diistilahkan sebagai jihad besar. Makna ini menempatkan jihad
pada pemaknaan historis. Pemaknaan secara historis ini tidak dapat
diditerima apa adanya, perlu kajian mendalam terkait setting sosial dan
kultur masyarakat Arab pra-Islam saat itu.10Pemaknaan secara secara
historis tersebut juga perlu digunakan sebagai pendekatan dalam
memahami teks al-Qur’an dan Hadis pada saat sekarang. Sehingga tidak
terjadi kesalahan penafsiran dalam memahami konsep jihad secara utuh.
Jihad dalam arti perang sebagaimana yang pernah dialami Nabi
Muhammad pada saat itu hanya diperbolehkan pada sangat terpaksa
ketika tidak ditemui jalan lain untuk bernegosiasi dan mencari solusi
terbaik. Kondisi Nabi Muhammad pada saat itu benar-benar sebagai
bentuk pertahanan diri terhadap kedzaliman, intimidasi, penindasan dan
tekanan yang dilakukan oleh kaum ditempuh Nabi Muhammad saw. untuk
membebaskan umat Islam demi berlakunya perdamaian dan keadilan.
Konsep jihad dalam konteks tersebut adalah membebaskan umat Islam
dari tirani dan penindasan.
Sedangkan pemaknaan jihad secara modern, jihad diartikan hawa
nafsu dan berjuang, menegakkan dan memajukan agama Islam, menyuruh

166
berbuat baik dan mencegah dari hal yang tidak baik. Sehingga di era tanpa
peperangan, jihad tetap harus dilakukan sebagai kewajiban umat Islam dan
sebagai ketaatan terhadap Tuhan dan agamanya. Jihad dengan pemaknaan
modern ini sering disebut dengan jihad kecil karena tidak harus
mengorbankan jiwa dan raga.
Jihad melawan hawa nafsu tersebut juga ada yang menyebut sebagai
jihad akbar karena sulitnya menaklukkan hawa nafsu. Dalam konteks ini
jihad dimaknai sebagai upaya memaklumkan hawa nafsu sebagai musuh
terbesar yang harus diperangi. Hal tersebut sejalan dengan beberapa teks
tentang jihad di dalam al-Qur’an, diantaranya Q.S. at-Taubah [9]:
‫هّٰللا‬
ْ‫سبِ ْي ِل ِ ٰۗذلِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم اِن‬
َ ‫ِا ْنفِ ُر ْوا ِخ َفا ًفا َّوثِ َقااًل َّو َجا ِهد ُْوا بِا َ ْم َوالِ ُك ْم َواَ ْنفُسِ ُك ْم ف ِْي‬
َ‫ُك ْن ُت ْم َت ْعلَ ُم ْون‬
41 yang artinya: “Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan
maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di
jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui”. Selain itu pada Q.S. at-Taubah [9]:
‫هّٰللا‬
‫دَر َج ًة‬َ ‫س بِ ْي ِل ِ بِ ا َ ْم َوالِ ِه ْم َواَ ْنفُ ِس ِه ۙ ْم اَ ْع َظ ُم‬ َ ‫اَلَّ ِذ ْينَ ٰا َم ُن ْوا َوه‬
َ ‫َاج ُر ْوا َو َجا َهد ُْوا ف ِْي‬
ٰۤ ‫هّٰللا‬
َ‫ول ِٕى َك ُه ُم ا ْل َف ۤا ِٕى ُز ْون‬ ُ ‫ِع ْندَ ِ َۗوا‬
20 juga menjelaskan bahwa: ”Orang-orang yang beriman dan
berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka adalah
lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang
memperoleh kemenangan”.
Berdasarkan pemaknaan jihad berdasarkan perspektif konvensional
dan modern tersebut, seringkali menimbulkan kontroversi pemahaman.
Pemaknaan yang proporsional mengenai konsep jihad tersebut diungkap
David Cook dalam bukunya yang berjudul Understanding Jihad dengan
menjadikan dasar penelitiannya pada sumber asli, yaitu al-Qur’an.
Sedangkan analisis yang digunakan menggunakan analisis sejarah Islam.
Temuan dalampenelitiannya memperoleh bukti bahwa jihad berarti
perjuangan hasil penelitiannya David Cook juga menemukan kesalahan
dengan mereka yang percaya bahwa sejak Islam secara historis disebarkan

167
oleh pedang. Pemahaman semacam ini, akan berakibat pada pembolehan
terorisme sebagai arus utama jihad Islam.
Pemaknaan jihad yang dilakukan David Cook langsung berdasarkan
sumber primer, yaitu al-Qur’an dan dengan menggunakan analisis
berdasarkan rentetan perjalanan sejarah Islam yang berabad-abad, maka
menjadikan buku ini sebagai buku terbaik bagi pembaca yang ingin
mendalami tentang jihad, kekerasan dan perluasan wilyah dalam
kekuasaan Islam. Karena tidak dapat dipungkiri analisis tersebut
diperlukan, karena berdasarkan fakta banyak peperangan peperangan yang
terjadi dalam perjalanan sejarah Islam. Mulai dari masa Nabi Muhammad,
khulafaurrasyidin, Dinasti Umayyah maupun Dinasti Umayyah. Setelah
mengamati bukti dari klasik sampai zaman sekarang, dapat disimpulkan
bahwa gerakan jihad yang saat ini adalah sebagai hal yang dibenarkan
berdasarkan sejarah Islam klasik. Maka, pemaknaan jihad secara historis
berbeda dengan jihad intelektual modern sehingga jihad melalui
pertumpahan darah saat ini sudah tidak diperlukan lagi. Tetapi konsep
jihad perlu dibangun dalam rangka merubah pola pikir umat Islam dalam
upaya memajukan agama dengan melakukan hal-hal yang produktif, berani
menyuruh pada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran dengan tujuan
untuk memajukan Islam dan umat Islam.
1. Kajian Radikalisme Berdasarkan Tafsir Historis
 Kepemimpinan Nabi Muhammad di Madinah
Kajian tentang radikalisme dalam perspektif sejarah dapat dirunut dari
aktor-aktor sejarah yang turut mengkontruksi lahirnya sejarah Islam untuk
dijadikan kajian mendalam tentang hal-hal yang dapat dijadikan pijakan
historis, normatif sekaligus kontekstual terkait perilaku komunitas muslim
saat ini. Isu-isu tentang radikalisme, terorisme dan gerakan-gerakannya
kerapdisandingkan dengan Islam, sehingga perlu penelusuran sejarah yang
lebih akurat terkait dengan fakta-fakta sejarah yang ada beserta tafsir
terhadap fakta-fakta sejarah tersebut. Tafsir historis tersebut dapat
dilakukan dengan berbagai pola pendekatan, pendekatan setting sosial dan

168
kultural yang ada pada saat itu dapat dijadikan pisau analisis untuk
menemukan kebenaran dari fakta-fakta sejarah yang telah ada.
Secara historis, Nabi Muhammad dalam posisinya sebagai Nabi dan
Rasul ternyata tidak hanya sekedar membawa misi teologis saja, tetapi juga
sekaligus membawa misi politis. Misi teologis diimplementasikan Nabi
Muhammad saw. dengan menyeru umatnya dengan meletakkan dasar-
dasar aqidah. Peletakan dasar aqidah tersebut dilakukan dengan seruan
untuk bertauhid (bertuhan hanya kepada Allah). Setelah itu, misi teologis
dilanjutkan dengan hal yang terkait syari’ah dan muamalah. Substansinya
adalah terciptanya tuntunan moral dan akhlak yang baik bagi umat
manusia. Sedangkan misi politis diimplementasikan dalam bentuk ajakan
moral sekaligus penataan pada sistem dan institusi-institusi sosial dan
politik.

 Gambaran Umum Masyarakat Madinah


Yastrib merupakan nama lama Madinah. Sebuah kota yang penuh
ketenangan dengan tanah yang subur dan air yang melimpah, dikelilingi
oleh bebatuan gunung berapi yang hitam. Gunung Uhud berada di utara
Madinah dan Gunung Asir di barat daya. Banyak lembah di Madinah,
diantaranya adalah Wadi Batsan, Mudhainib, Mahzur dan Aqiq.
Masyarakat Madinah pra hijrah Nabi terdiri dari komunitas Yahudi dari
Bani Nadhir, Quraizhah dan Qoinuqa’ serta komunitas Arab dari suku Aus
dan Khazraj.
a. Yahudi
Ada perbedaan pendapat tentang asal usul komunitas Yahudi di
Madinah. Apakah mereka Yahudi yang pindah ke Yastrib atau orang-orang
Arab yang masuk agama Yahudi. Perbedaan pendapat serupa yang
menyangkut yang menyangkut suku-sukuYahudi yang kecil seperti Bani
Akrimah, Bani Muammar, Bani Za’ura, Bani Syathibah, Bani Jasyam, Bani
Mu’awiyah, Bani Murad, Bani Qasis dan Bani Tsa’labah. Beberapa
referensi tidak menyebutkan data statistik berapa jumlah mereka tetapi
hanya menyebutkan jumlah tentara setiap suku. Bani Qoinuqa’

169
mempunyai 700 tentara, sekitar jumlah yang sama dimiliki Bani Nadzir
dan antara 700 dan 900 di Bani Quraizhah.
Jelasnya, masyarakat Madinah sebelum kehadiran Arab didominasi
oleh Yahudi baik secara ekonomi, politik maupun intelektual. Dalam
bidang pertanian mereka juga membawa keahlian seperti, pola bercocok
tanam kelapa saw.it, anggur, delima dan sejumlah tanaman yang
menghasilkan biji-bijian.
Hal-hal lain yang terlihat pada komunitas Yahudi adalah solidaritas
kesukuannya, fanatisme, kedermawanan, kesenangan terhadap puisi dan
latihan-latihan mempergunakan senjata. Perasaan kesukuan sangat
mendominasi komunitas Yahudi sampai batas bahwa mereka tidak dapat
hidup sebagai satu kelompok agama. Sebaliknya, mereka hidup sebagai
suku-suku yang berselisih dan sulit diselesaikan.
b. Arab
Suku Aus menempati daerah al-awali> (dataran tinggi) disamping
Quraizhah dan Nadhir. Sementara Khazraj menempati dataran rendah
Madinah, Sebagai tetangga suku Bani Qoinuqa. Daerah yang ditempati
suku Aus lebih subur dibanding yang ditempati sukuKhazraj.Hal ini yang
menyebabkan munculnya.
Seiring berputarnya waktu, komunitas Arab banyak mendominasi
Yastrib yang sebelumnya dikuasai Yahudi. Yahudi berupaya
mempertahankan kontrol mereka atas Yastrib dengan tersebut berimbas
pada munculnya pertempuran antara suku Aus dan Khazraj terjadi 5
tahun sebelum hijrah yang dikenal denganperang Bu’ats. Tetapi akhirnya
mereka menyadari dan berusaha melakukan rekonsiliasi terhadap
perbedaan-perbedaan antara Aus dan Khazraj. Kedua belah pihak sepakat
untuk mengangkat seorang dari Khazraj sebagai Raja Yastrib. Ia adalah
Abdullah bin Ubay bin Salul yang bersama keluarganya memutuskan
untuk tetap netral ditengah berkecamuknya perang Bu’ats. Ini
menunjukkan bahwa Arab mampu memelihara kekuasaan dan
supremasinya atas Yahudi setelah perang Bu’ats.

170
Pada satu sisi, pertempuran antara Aus dan Khazraj menimbulkan
perasaan bermusuhan diantara kedua belah pihak, tetapi pada sisi lain
membangkitkan keinginan untuk hidup secara damai. Keinginan hidup
secara damai itu pulalah yang memotivasi penerimaan Yatsrib terhadap
kehadiran Islam, lambang persaudaraan dan kedamaian.
Pada tahun kesebelas dari awal kenabian, terjadilah suatu peristiwa
yang tampaknya sederhana tetapi kemudian merupakan titik awal
lahirnya satu era baru bagi Islam, yakni perjumpaan Nabi di Aqobah, Mina
dengan enam orang dari suku Khazraj Yatsrib yang dating ke kota Makkah
untuk haji. Mereka masuk Islam dengan memberikan kesaksian tiada
tuhan selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Sementara itu kepada Nabi, mereka menyatakan bahwa di Yatsrib selalu
dicekam oleh permusuhan antar golongan dan antar suku. Dan mereka
mengharapkan semoga Allah mempersatukan dan merukunkan golongan-
golongan dan suku-suku yang selalu bermusuhan melalui Nabi. Mereka
berjanji kepada Nabi akan mengajak penduduk Yatsrib untuk masuk
Islam.
Pada tahun keduabelas dari awal kenabian, dua belas orang laki-laki
penduduk Yatsrib menemui Nabi di Aqobah. Mereka selain mengakui
kerosulan Nabi atau masuk Islam juga berjanji kepada Nabi bahwa
mereka tidak akan mempersekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak
akan berbuat zina, tidak akan membohongi dan mengkhianati Nabi. Bai’at
ini dikenal sebagai Bai’at Aqobah Pertama.
Kemudian Bai’at Aqobah kedua terjadi pada tahun ketigabelas yang
diikuti sebanyak tujuh puluh tiga penduduk Yatsrib yang sudah memeluk
Islam. Mereka mengundang Nabi untuk hijrah ke Yatsrib dan menyatakan
lagi pengauan mereka bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi dan
pemimpin mereka.
Sejak hijrahnya Nabi ke Madinah, membawa perubahan yang sangat
mendasar dan komprehensif. Dari sudut pandang keimanan dan aqidah,
merepresentasikan suatu lompatan dari penghambaan sesuatu yang
nyata seperti patung-patung dan bintang-bintang yang dapat dilihat,

171
menuju penghambaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat
digambarkan atau dipadankan dengan sesuatu apapun didunia ini. Dalam
perilaku keseharian seseorang, Islam menghadirkan perubahan radikal
karena hukum tidak hanya berdasarkan hubungan sosialnya, tetapi
terdisiplinkan oleh kekuatan syari’ah yang memberi warna dalam segala
aspek kehidupannya termasuk dalam perilaku moral dan kebiasaan.
Mereka taat menjalankan sholat, puasa, zakat dan ajaran-ajaran Islam
lainnya.
Struktur masyarakat Madinah baru, dibangun di atas fondasi ikatan
iman dan akidah yang lebih tinggi dari solidaritas kesukuan sehingga
dalam pluralitas, suku Aus, Khazraj, Yahudi dan Muhajirin dapat
membangun persaudaraan dalam sebuah wadah, negara Madinah.
Berdasarkan penelusuran sejarah tentang sistem sosial yang
dibangun Nabi Muhammad menunjukkan bahwa kepemimpinan Nabi
Muhammad terbukti mampu mengakomodir kepentingan masyarakat
yang heterogen dan multikultur dengan berbagai latar belakang yang
berbeda, berbeda suku maupun berbeda agama. Pendekatan dalam
sebuah komunitas sosial adalah modal utama XQWXN yang menjadi
embrio munculnya gerakan radikal. Sehingga ketika sebuah masyarakat
merasa dihargai pluralitasnya dan perbedaan multikulturalnya maka
persatuan dan keharmonisandalam kehidupan bersama akan terwujud.21
Karena kemampuan membendung isu-isu kesukuan, isu primordialisme
dan isu sektoral dapat menekan lahirnya radikalisme.
 Pola Kepemimpinan Nabi Muhammad Pada Masyarakat Madinah
Setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, maka resmilah beliau
menjadi pemimpin penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun
dimulai. Berbeda dengan periode Makkah, pada periode Madinah Islam
merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan
kehidupan masyarakat, banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad
mempunyai kedudukan selain kepala agama juga sebagai kepala negara.
Dengan kata lain, dalam diri nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan

172
spiritual dan kekuasaan duniawi. Kedudukannya sebagai rasul secara
otomatis merupakan kepala negara.
Dalam upaya memperkokoh masyarakat dan negara yang baru
dibangun, Nabi Muhammad segera meletakkan dasar-dasar kehidupan
bermasyarakat yang kemudian membentuk karakter kepemimpiannya.
Pertama, Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama muslim). Nabi
mempersaudarakan antara golongan muhajirin dan anshor. Dengan ini
diharapkan agar setiap muslim merasa terikat dalam suatu persaudaraan.
Apa yang dilakukan rosulullah dapat menciptakan persaudaraan yang baru
yaitu persaudaraan yang berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan
berdasarkan darah.
Kedua, patisipatif dan egalitarian (al-musawah) yang merupakan doktrin
Islam yang amat fundamental, karena Islam tidak membedakan siapapun.
Dalam menta’ati peraturan undangundang tidak ada yang lebih tinggi dari
yang lain.24Masyarakat Madinah adalah masyarakat yang majemuk yang
dipersatukan oleh adanya ikatan kenegaraan. Watak partisipatif dan egaliter
masyarakat pimpinan nabi diluar masalah-masalah yang termasuk tugas
kerasulan beliau yang bersifat murni keagamaan seperti ibadat dan
penetapan hukum ilahi dapat dilihat dari prinsip musyawarah yang
diperintahkan tuhan kepadanya.
Ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak
beragama Islam. Di Madinah, disamping orang-orang Arab Islam juga
terdapat golongan masyarakat yahudi dan orang-orang Arab yang masih
menganut agama nenek moyang mereka. Maka agar stabilitas masyarakat
dapat diwujudkan, Nabi Muhammad mengadakan ikatan perjanjian dengan
mereka dalam piagam Madinah. Sebuah piagam yang menjamin kebebasan
beragama orang-orang yahudi. Setiap golongan masyarakat memiliki hakhak
tertentu dalam bidang politik dan keagamaan. Kemerdekaan beragama
dijamin dan seluruh anggota masyarakat berkewajiban mempertahankan
keamanan negeri itu dari serangan luar.
Tafsir historis kepemimpinan Nabi Muhammad di Madinah tidak lepas
dari kajian teori kekuasaan yang mana pemimpin dianggap memiliki otoritas

173
untuk melaksanakan keinginannya.27 Dalam konteks ini, Nabi Muhammad
sebagai seorang pemimpin mempunyai otoritas untuk menentukan
kebijakan terkait citacita bangsa dan negaranya, termasuk kebijakan-
kebijakan anti radikalisme. Radikalisme dalam gerakannya juga banyak
dipengaruhi dan bahkan masuk melalui kekuasaan, sehingga posisi
pemimpin (penguasa) sangat menentukan untuk memperkuat ketahanan
nasional bangsanya dari pengaruh radikalisme yang datangnya dari luar atau
sensitivitas kebijakan melalui pendekatan otoritas untuk menangkal
radikalisme yang datangnya dari dalam.
 Piagam Madinah Sebagai Konstitusi Negara Madinah
Munculnya negara Madinah yang dipimpin oleh Nabi Muhammad
ditandai dengan pembuatan perjanjian tertulis pada tahun 622 M antara
Nabi dan kelompok-kelompok masyarakat yang ada di Madinah. Perjanjian
tertulis itu disebut shahifat yang lebih dikenal dengan sebutan piagam
madinah (mitsaq al-madinat) dan konstitusi madinah.29Piagam tersebut
memuat undangundang untuk mengatur kehidupan sosial politik bersama
kaum muslim dan non muslim sebagai pemimpin mereka.
Menurut ahmad syafi’I Ma’rif apa yang dituangkan dalam piagam
Madinah adalah penjabaran dari prinsip-prinsip kemasyarakatan yang
diajarkan al-Qur’an walaupun wahyu belum selesai diturunkan atau piagam
Madinah merupakan aktualisasi dari ajaran al-Qur’an dalam kehidupan sosial
politik dan sosial budaya.
 Teks dokumen piagam Madinah
Bismillahirrahmanirrahim
1. Ini dokumen dari Muhammad, nabi (yang mengatur hubungan) antara
kaum muslim Quraisy dan Yatsrib, dan mereka yang mengikuti,
bergabung, dan berjuang dengan mereka.
2. Mereka adalah satu komunitas (ummah) dengan mengenyampingkan
semua manusia.
3. Muhajirin Quraisy, sesuai dengan adat istiadat mereka, akan membayar
uang tebusan (diyah) dalam nilai uang mereka dan akan menebus

174
tawanan-tawanan mereka dengan kebaikan dan keadilan yang umum
dikalangan orang-orang beriman.
4. Bani Auf, sesuai dengan adat istiadat mereka, akan membayar uang
tebusan yang biasa mereka bayar sampai kini, dan setiap bagian akan
menebus tawanan-tawanan mereka dengan kebaikan dan keadilan yang
umum dikalangan orang-orang beriman.
5. Banul Harits (ibnul Khazraj), sesuai dengan adat istiadat mereka, akan
membayar uang tebusan yang biasa mereka bayar sampai kini, dan setiap
bagian akan menebus tawanan-tawanan mereka dengan kebaikan dan
keadilan.
6. Bani Sa’idah, sesuai dengan adat-istiadat mereka, akan membayar uang
tebusan yang biasa mereka bayar sampai kini dan setiap bagian akan
menebus tawanan-tawanan mereka dengan kebaikan dan keadilan yang
umum dikalangan orang-orang beriman.
7. Bani Jusyam, sesuai dengan adat-istiadat mereka, akan membayar uang
tebusan yang biasa mereka bayar sampai kini dan setiap bagian akan
menebus tawanan-tawanan mereka dengan kebaikan dan keadilan yang
umum dikalangan orang-orang beriman.
8. Banun Najjar, sesuai dengan adat-istiadat mereka, akan membayar uang
tebusan yang biasa mereka bayar sampai kini dan setiap bagian akan
menebus tawanan-tawanan mereka dengan kebaikan dan keadilan yang
umum dikalangan orang-orang beriman.
9. Bani Amr bin Auf, sesuai dengan adat-istiadat mereka, akan membayar
uang tebusan yang biasa mereka bayar sampai kini dan setiap bagian
akan menebus tawanantawanan mereka dengan kebaikan dan keadilan
yang umum dikalangan orang-orang beriman.
10. Bani al-Nabit, sesuai dengan adat-istiadat mereka, akan membayar uang
tebusan yang biasa mereka bayar sampai kini dan setiap bagian akan
menebus tawanan-tawanan mereka dengan kebaikan dan keadilan yang
umum dikalangan orang-orang beriman.
11. Bani al-Aus, sesuai dengan adat-istiadat mereka, akan membayar uang
tebusan yang biasa mereka bayar sampai kini dan setiap bagian akan

175
menebus tawanan-tawanan mereka dengan kebaikan dan keadilan yang
umum dikalangan orang-orang beriman.
12. a. Orang-orang beriman tidak akan membiarkan orang lain dalam
keadaan sengsara diantara mereka dengan tidak membayar uang
tebusannya atau diyah karena kebaikannya.
b. Seorang mukmin tidak akan bersekutu melawan orang merdeka dari
kalangan muslim lain.
13. Orang-orang bertakwa (al-muttaqun) akan berjuang melawan para
pembrontak atau mereka yang berusaha menyebarkan ketidakadilan
atau dosa atau permusuhan atau korupsi diantara orang-orang beriman,
setiap orang harus melawannya kendati ia adalah anak salah seorang
dari mereka sendiri.
14. Seorang mukmin tidak akan membunuh orang mukmin lain karena
membela orang non mukmin, tidak juga ia minta pertolongan non
mukmin untuk melawan orang mukmin.
15. Perlindungan tuhan adalah untuk seluruh umat, sebagian mereka dapat
memberi pertolongan kepada orang asing atas nama mereka secara
keseluruhan. Orang-orang beriman adalah sahabat dan pelindung satu
sama lain dengan mengenyampingkan seluruh umat manusia.
16. Orang-orang yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertologan dan
persamaan. Mereka tidak dapat dipersalahkan dan tidak pula musuh
mereka ditolong.
17. Kedamaian diantara orang-orang beriman tidak dapat dipilah-pilah.
Tidak ada perdamaian ketika orang-orang beriman dalam keadaan
perang di jalan Allah. Persyaratan-persyaratan harus adil dan sama
untuk semua.
18. Dalam setiap peperangan, penunggang harus mendapat nilai tambah.
19. Orang-orang beriman harus menuntut balas atas darah orang lain sesuai
dengan aturan tuhan.
20. a. Orang-orang mukmin yang bertaqwa mendapat petunjuk paling baik
dan benar.

176
b. Orang musyrik tidak akan mengambil harta atau orang Quraisy
dibawah perlindungannya dan tidak pula ia ikut campur melawan
orang beriman.
21. Barang siapa terbukti bersalah membunuh orang mukmin tanpa alasan
yang dapat dibenarkan, maka ia akan dikenakan retaliasi (qishash),
kecuali apabila walinya setuju dengan uang tebusan atas darahnya. Dan
orang-orang beriman akan mengambil tindakan tegas terhadapnya.
22. Seorang mukmin yang menyepakati dokumen ini, percaya kepada tuhan
dan hari akhir, tidak boleh menolong pelaku tindak kriminal atau
memberi perlindungan kepadanya. Laknat Allah dan para malaikat pada
hari kiamat jika ia tetap melakukannya.
23. Apabila engkau berbeda pendapat tentang suatu masalah maka
kembalikanlah pada Allah dan rasul-Nya.
24. Orang-orang yahudi akan menyumbang biaya perang sepanjang mereka
berperang bersama orangorang beriman.
25. 25. Yahudi Bani Auf adalah satu komunitas dengan orang-orang beriman
(bagi yahudi agama mereka dan bagi muslim agama mereka)
26. Yahudi Banun-Najjar adalah sama dengan Yahudi Bani Auf.
27. Yahudi Banul Harits adalah sama dengan Yahudi Bani Auf.
28. Yahudi Bani Sa’idah adalah sama dengan Yahudi Bani Auf.
29. Yahudi Bani Jusyam adalah sama dengan Yahudi Bani Auf.
30. Yahudi Banul Aus adalah sama dengan Yahudi Bani Auf.
31. Yahudi Bani Tsa’labah adalah sama dengan Bani Auf, kecuali terhadap
orang-orang berperilaku tidak adil dan maksiat karena sesungguhnya
mereka menzalimi diri mereka dan keluarga mereka sendiri.
32. Jafnah, marga Tsa’lah, adalah sebagai diri mereka sendiri. 33. Yahudi
Bani Syutaibah adalah sama dengan Yahudi Bani Auf. Kesalehan adalah
perlindungan terhadap kemaksiatan.
34. Orang-orang merdeka Tsa’labah adalah sebagai diri mereka sendiri.
35. Kolega-kolega dekat yahudi adalah sebagai diri mereka sendiri.
36. a. Tidaklah mereka akan pergi perperang terlepas dari izin Muhammad.
b. Tetapi ia tidak dicegah untuk menuntut balas atas luka (penderitaan).

177
Ia yang mambunuh orang lain tanpa peringatan membunuh dirinya
sendiri dan rumah tangganya sendiri, kecuali apabila berbuat salah
terhadapnya karena tuhan menerima hal tersebut.
37. a. Yahudi harus menanggung biaya mereka dan muslim juga
menanggung biaya mereka. Semua pihak harus membantu yang lain
melawan siapa yang menyerang orang-orang (yang menyepakati)
dokumen ini. Mereka harus meminta nasehat dan konsultasi satu
sama lain dan kesalehan adalah perlindungan terhadap
kemaksiatan.
b. Seseorang tidak bertanggung jawab terhadap kesalahan sekutunya.
Yang dizalimi harus ditolong.
38. Yahudi harus membayar bersama orang-orang beriman sepanjang
perang berakhir.
39. Yaysrib akan menjadi tempat suci bagi orang-orang yang menyepakati
dokumen ini.
40. Orang asing dibawah perlindungan akan seperti orang yang bertanggung
jawab atas perbuatannya sendiri. Tidak berbuat sesuatu yang
membahayakan dan tidak pula melakukan tindak kriminal.
41. Seorang wanita hanya akan diberikan perlindungan dengan izin
keluarganya.
42. Jika ada pertikaian atau kontroversi yang diperkirakan akan
mengakibatkan keonaran dan gangguan (trouble), hal itu harus
dirujukkan kepada Allah dan Muhammad, Rasul-Nya saw.. Allah
menerima apa yang dekat kepada kesalehan dan kebaikan dalam
dokumen ini.
43. Quraisy dan para koleganya tidak akan diberikan perlindungan.
44. Pihak yang bertikai bertanggung jawab untuk membantu pihak lain
melawan serangan apapun terhadap Yatsrib.
45. Jika mereka diminta untuk membuat perdamaian atau menegakkannya,
mereka harus melakukan itu dan jika mereka menuntut hal serupa
terhadap orang-orang beriman, mereka juga harus melakukannya,
kecuali apabila dalam situasi pertempuran demi agama.

178
46. Setiap orang akan memperoleh bagian dari faksi yang ia berasal darinya.
47. Yahudi Aus, orang-orang merdeka dari kalangan mereka, memiliki posisi
yang sama dengan orang-orang yang menyepakati dokumen ini dan
loyalitas yang sama dengan orang-orang yang menyepakati dokumen
ini. Kesalehan adalah perlindungan melawan kemaksiatan:setiap orang
bertanggung jawab atas perbuatannya. Tuhan menyetujui dokumen ini.
48. Dokumen ini tidak akan melindungi orang yang tidak adil dan berbuat
maksiat. Orang yang maju ke medan perang adalah aman dan orang
yang diam dirumahnya juga aman, kecuali apabila berbuat zalim atau
maksiat. Tuhan adalah pelindung orang-orang saleh dan berkesadaran
ketuhanan, dan Muhammad adalah utusan Allah.
Merujuk pada piagam Madinah tersebut di atas, kalau diteliti dengan
cermat terdapat prinsip-prinsip yang terkandungdidalamnya yaitu prinsip
persamaan umat dan persatuan, kebebasan, toleransi beragama, tolong
menolong, membela yang teraniaya, musyawarah, keadilan, persamaan hak
dan kewajiban, hidup bertetangga, pertahanan, perdamaian, amar ma’ruf dan
nahi munkar, ketakwaan dan kepemimpinan.
Maka menurut Muhammad Husein Haikal bahwa berdasarkan piagam
Madinah tersebut nabi telah membawa undang-undang baru sebagai pedoman
dasar bagi pengaturan tingkah laku manusia dalam kehidupan dan pergaulan
dengan sesamanya. Untuk selanjutnya menjadi pijakan dan inti bagi
pengembangan sistem politik.
Piagam Madinah dalam catatan sejarah mampu menjadi pedoman yuridis
bagi warga di Madinah saat itu. Nabi Muhammad saw. dalam hal ini mampu
menyatukan orientasi hukum negaranya dengan konstitusi yang dapat
mengakomodir komunitas masyarakat dari berbagai pihak. Karena di Madinah
tidak hanya komunitas muslim saja tapi juga banyak komunitas agama lain,
sehingga dalam teori otoritas menyatakan bahwa kekuasaan bersumber pada
keteraturan normatif (normative order), keteraturan moral dalam kehidupan
sosial dan menjadi karakteristik yang melekat dari teori konsesus. Dalam
konteks radikalisme, menekankan pada fungsi konstitusi adalah pada kekuatan
untuk memaksa dan menaati. Tetapi akan lebih maksimal lagi ketika berlakunya

179
sebuah konstitusi tidak sekedar didasarkan pada pemaksaan tetapi lebih
sebagai kesadaran untuk mentaati.
 Terbentuknya Masyarakat Madani (Civil Society)
Masyarakat madani (civil society) dalam arti masyarakat berbudaya
adalah suatu masyarakat yang saling menghargai nilai-nilai sosial
kemanusiaan.34Disisi lain masyarakat madani didefinisi merupakan idealisasi
tentang suatu masyarakat yangdapat memperoleh dan mempertahankan
hak-hak mereka dan bersama pula memperjuangkan kepentingan mereka
yang sah sehingga tidak dimanipulasi negara.
Konsep masyarakat madani bila ditinjau dari segi nilai-nilai Islam
merupakan sebuah gagasan yang sangat islami. Sejarah telah mencatat
bahwa masyarakat madani pernah dibangun rosulullah ketika beliau
mendirikan komunitas muslim di kota Madinah.
Di kota Madinah Nabi Muhammad membangun masyarakat
berperadaban berlandaskan ajaran Islam, masyarakat yang bertaqwa kepada
tuhan yang maha esa. Masyarakat madani yang dibangun Nabi Muhammad
saw. tersebut bercirikan antara lain: egalitarianisme, penghargaan kepada
manusia berdasarkan prestasi (bukan prestise seperti keturunan, kesukuan,
ras dll.), keterbukaan partisipasi seluruh anggota masyarakat dan ketentuan
kepemimpinan melalui pemilihan umum bukan berdasarkan keturunan.
Semua berpangkal pada pandangan hidup berketuhanan dengan konskwensi
tindakan kebaikan kepada sesama manusia. Masyarakat madani tegak
berdiri di atas landasan keadilan yang antara lain bersendikan keteguhan
berpegang pada hukum.
Dalam merealisasikan masyarakat madani seperti konsep di atas
diperlukan manusia –manusia yang secara pribadi berpandangan hidup
dengan semangat ketuhanan dengan implikasi tindakan kebaikan kepada
sesama manusia. Dan dalam hal ini Nabi Muhammad saw. sebagai kepala
negara telah memberikan keteladanan dalam mewujudkan suatu
masyarakat seperti ciri-ciri masyarakat madani di atas.
Dalam rangka menegakkan supremasi hukum dan keadilan misalnya,
Nabi Muhammad saw. tidak membedakan antara semua orang. Sekiranya

180
saja fatimah putrid Nabi melakukan kejahatan maka ia akan dihukum sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Masyarakat madani membutuhkan adanya pribadi yang dapat
mengaplikasikan konsep iman dan sekaligus amal sholih dalam Islam. Karena
komitmen pribadi saja tidak cukup, tetapi harus diiringi tindakan nyata yang
terealisir dalam bentuk amal sholih. Tindakan itu harus diterapkan dalam
kehidupan bermasyarakat dalam tatanan kehidupan kolektif yang memberi
peluang adanya pengawasan. Selain itu masyarakat madani sebagai
masyarakat yang ideal juga memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang
beragama, yang mengakui adanya tuhan dan menempatkan hukum
tuhan sebagai landasan yang mengatur kehidupan sosial
b. Damai, artinya masing-masing elmen masyarakat baik secara individu
maupun secara kelompok menghormati pihak secara adil.
c. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain.
d. Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah
diberikan oleh Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa
terganggu oleh aktivitas orang lain yang berbeda tersebut.
e. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial. Hal ini berlaku pada
seluruh aspek kehidupan sosial, sehingga tidak ada kelompok sosial
tertentu yang diistemewakan.
f. Berperadaban tinggi, artinya masyarakat tersebut memiliki kecintaan
terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan untuk kemaslahatan hidup manusia.
g. Berakhlak mulia. Hal ini sangat terpengaruh aspek ketuhanan dalam
aplikasi akhlak agar tidak terjebak pada konsep akhlak yang relatif.
Kajian historis tentang masyarakat madani yang dibangun Nabi
Muhammad saw. menunjukkan kesuksesan Nabi Muhammad saw. dalam
membentuk sistem politik sekaligus sistem sosial di Madinah saat itu.
Tentunya dengan memaksimalkan partisipasi aktif dari berbagai
komponendalam masyarakat dapat menahan dan mencegah masuknya
radikalisme dalam sebuah kelompok sosial.

181
B. Sejarah perkembangan Terorisme
Berdasarkan bebrapa literature, bahwa sesungguhnya sejarah terorisme
telah ada sejak beberapa abad yang lalu, seiring denga sejarah kehidupan
manusia. Lembaran sejarah manusia telah diwarnai oleh tindakan-tindakan
teror mulai perang psikologis yang ditulis oleh Xenophon (431-350 SM), Kaisar
123 Sulesana Volume 8 Nomor 2 Tahun 2013 Tiberius (14-37 SM) dan Caligula
(37-41 SM) dari Romawi telah mempraktekkan terorisme dalam penyingkiran
atau pembuangan, perampasan harta benda dan menghukum lawan-lawan
politiknya. Roberspierre (1758- 1794) meneror musuhmusuhnya dalam masa
Revolusi Perancis. Setelah perang sipil Amerika terikat, muncul kelompok
teroris rasialis yang dikenal dengan nama Ku Klux Klan. Demikian pula dengan
Hitler dan Joseph Stalin.
Pada era Perang Dunia I, terorisme masih tetap memiliki konotasi
revolusioner. Pada dekade tahun 1880-an dan 1890-an, gerakan nasionalis
Armenia militan di Turki Timur melancarkan strategi teroris untuk melawan
kekuasaan Ottoman. Taktik inilah yang kemudian diadopsi oleh gerakan-
gerakan separatis pada pasca Perang Dunia II.
Pada dekade tahun 1930-an, makna “terorisme” kebali berubah.
Terorisme pada era ini tidak banyak lagi dipakai untuk menyebut
gerakangerakan revolusioner dan kekerasan yang ditujukan kepada
pemerintah, dan lebih banyak digunakan untuk mendeskripsikan praktek-
praktek represi massa oleh negara-negara totalitarian terhadap rakyatnya.
Terorisme dengan demikian dimaknai lagi sebagai pelanggaran kekuasaan oleh
pemerintah, dan diterapkan secara khusus pada rezim otoritatian seperti yang
muncul dalam Fasisme Italia, Nazi Jerman dan Stalinis Rusia.
Pada pasca Perang Dunia II, terorisme kembali mengalami perubahan
makna dan mengandung konotasi revolusioner. Terorisme dipakai untuk
menyebut revolusi dengan kekerasan oleh kelompok nasionalis anti kolonialis
di Asia, Afrika dan Timur Tengah selama kurun dekade 1940-an dan 1950-an.
Istilah “pejuang kemerdekaan” yang secara politis dapat dibenarkan muncul
pada era ini. Negara-negara Dunia Ketiga mengadopsi istilah tersebut, dan
bersepakat bahwa setiap perjuangan melawan kolonial bukanlah terorisme.

182
Selama akhir 1960-an dan 1970-an, terorisme masih terus dipandang dalam
konteks revolusioner. Namun cakupannya diperluas hingga meliputi kelompok
separatis etnis dan organisasi ideologis radikal.
Kelompok-kelompok semacam PLO, separatis Quebec FLQ (Front de
liberation du Quebec), Basque ETA (Euskadi ta Askatasuna) mengadopsi
terorisme sebagai cara untuk menarik perhatian dunia, simpati dan dukungan
internasional. Namun belakangan ini terorisme digunakan untuk merujuk pada
fenomena yang lebih luas. Pada dekade 1980-an misalnya, terorisme dianggap
sebagai calculated means untuk mendestabilisasi Barat yang dituduh ambil
bagian dalam konspirasi global.
Philips Jusario Vermonte mengemukakan bahwa,17 pada perkembangan
selanjutnya, terorisme kemudian meluas dan melibatkan juga
kelompokkelompok subnasional dan kelompok primordial dengan membawa
elemen radikalisme (seperti agama atau agenda politik lain), yang menciptakan
rasa tidak aman (insecure) tidak hanya pada lingkup domestik, tetapi juga
melampaui batasbatas wilayah kedaulatan. Hal ini antara lain disebabkan
karena terorisme semakin melibatkan dukungan dan keterlibatan jaringan
pihak-pihak yang sifatnya lintas batas suatu negara . Dari berbagai aksi teror
yang terjadi tampak jelas bahwa teror merupakan senjata tak langsung untuk
tujuan politik. Meski seringkali dampak materialnya tidak terlalu besar tetapi
dampak politik dan psikologisnya sangat luas. 124 Sulesana Volume 8 Nomor 2
Tahun 2013.
Gema aksi terorisme ini bertambah besar karena pengaruh media massa,
terutama televisi. Media massa merupakan sarana ampuh untuk penyebaran
aksi teror. Dalam sejarahnya yang panjang, masih terdapat ketidaksepakatan
mengeani batasan sebuah gerakan teroris. Masalahnya, reaksi teror itu sangat
subyektif. Reaksi setiap individu atau kelompok bahkan pemerintahan akan
berbeda. Meski demikian ada beberapa bentuk teror yang dikenal dan banyak
dilakukan, antara lain teror kriminal dan teror politik. Teror kriminal biasanya
hanya untuk kepentingan pribadi atau memperkaya diri. Teroris kriminal
biasanya menggunakan cara pemerasan dan intimidasi. Mereka menggunakan
kata-kata yang dapat menimbulkan ketakukan atau teror psikis. Sedangkan ciri

183
teror politik lain lagi, teror politik tidak memilih-milih korban. Teroris politik
selalu siap melakukan pembunuhan terhadap orang-orang sipil baik itu laki-laki,
perempuan, dewasa maupun anak-anak.
Terorisme juga tidak selalu identik dengan gerakan pembebasan nasional
dan ideologi politik, karena yang dinilai adalah aksi-aksi kekerasan mereka yang
menyerang sasaran sipil (non-combatant), dan di pihak lain tidak selalu terkait
dengan simbol-simbol negara dan kekuasaan seperti elit politik, militer dan
sebagainya. Adapun aksi-aksi kekerasan yang dilakukan, baik oleh individu,
suatu kekuatan atau kelompok terhadap pihak sipil yang tidak berdosa dipakai
dalam mencapai tujuan tertentu sebagai bentuk resistensi terhadap sistem
yang ada. Sebagai konsekuensinya, baik kelompok seperti negara, organisasi
politik, ataupun organisasi yang berbasis ideologi dan nilai-nilai primordial,
bahkan individu dapat saja dikategorikan telah melakukan suatu aksi terorisme.
Walaupun aksi-aksi terorisme dapat dilakukan secara individual, namun
biasanya kaum teroris tidak berdiri sendiri melainkan mempunyai suatu
jaringan kerja (network) dan satuan kerja organisasi. Bahkan belakangan
diketahui terdapat indikasi adanya jalinan kerjasama di antara kelompok yang
berbeda latar belakang ideologis namun serupa kepentingannya, yakni
melakukan perlawanan frontal dan tidak kenal kompromi terhadap sistem
kekuasaan yang eksis. Jadi pada tingkat tertentu dalam menjalankan aksi di
lapangan, terorisme bisa saja dilakukan oleh individu yang terpisah dan tidak
mengenal satu dengan lainnya, namun sesungguhnya masih berada dalam
suatu jaringan dengan pemimpin yang sama. Hal ini sering disebut sebagai
pengaplikasian sistem sel, sebagaimana yang dipergunakan oleh organisasi-
organisasi bawah tanah, baik yang mempunyai tujuan politik ataupun kriminal.

184
MODERASI BERAGAMA
A. Pengertian Moderasi Beragama
Moderasi beragama merupakan usaha kreatif untuk mengembangkan
suatu sikap keberagamaan di tengah berbagai desakan ketegangan, seperti
antara klaim kebenaran absolut dan subjektivitas, antara interpretasi literal dan
penolakan yang arogan atas ajaran agama, juga antara radikalisme dan
sekularisme, jelasnya.
Secara bahasa moderasi berasal dari bahasa inggris moderation yang
memiliki arti sikap sedang, sikap tidak berlebih-lebihan.
1. Dalam Mu’jam Maqayis, Ibnu Faris menyampaikan yang dimaksud dengan
wasatiyah itu merupakan susuatu yang menunjukan pada keadilan dan
tengah-tengah.

185
2. Pakar bahasa Raghib Al-Asfahani mengatakan wasatiyah yang berasal dari
kata wasat yakni sesuatu yang berada di antara dua ekstrimitas,
sementara yang berasal dari awsat memiliki arti titik tengah.
Kata moderisasi berasal dari bahasa latin moderatio yang berarti ke
sedangan (tidak berlebih dan kekurangan). Moderasi beragama adalah adil dan
berimbang dalam memandang, menyikapi, dan mempraktikan semua konsep
yang berpasangan, dalam KBBI kata adil diarikan
A. tidak berat sebelah atau tidak memihak
B. berpihak kepada kebenaran, dan
C. sepatutnya atau tidak sewenang wenang.
Di dalam bukunya The Middle Path of Moderation in Islam (Oxfrord
University Press, 2015) Mohamad Hasyim Kamali memberi penegasan bahwa
moderate dalam bahasa arab “wasathiyah” tidak terlepas dari kata
kunci berimbang (balance) dan adil (justice). Menurut Mohammad
Hashim Kamali, keseimbangan (balance) dan berlaku adil (justice) merupakan
prinsip dasar dari moderasi dalam beragama. Seseorang yang beragama tidak
boleh memiliki pandangan yang ekstrem bahkan radikal dengan hanya melihat
sesuatu hanya dari satu sudut pandang saja melainkan harus bisa mencari titik
tengah dari dua sudut pandang tersebut, dengan itu sebagai hubungan antar
umat beragama akan tercipta hubungan yang harmonis dan nyaman.
Moderat sendiri bukan berarti sikap atau perilaku mengajak untuk
mengkompromikan sebuah prinsip-prisip pokok amalan ibadah setiap agama
yang sudah menjadi keyakinan, namun moderat adalah sebauh sikap toleran
kepada umat agama lain dalam hubungan sebagia manusia, lalu Imam Shamsi
Ali memberi kesimpulan bahwa moderasi adalah suatu komitmen kepada apa
adanya, tanpa dikurangi atau dilebihkan, maksudnya bersikap tengah-tengah
tidak mengarah pada rasa egoisme.
Moderat menurut pandangan Khaled Abou El Fadl senada dengan istilah
modernis, progresif, dan reformis. Namun istilah moderat ia pilih karena lebih
tepat untuk memberi gambaran kepada kelompok yang ia hadapkan dengan
kelompok puritan. Menurutnya modernis mengisyaratkan satu kelompok yang
berusaha mengatasi tantangan modernitas yangproblem kekninian. Bukan

186
hanya itu saja, ia juga mengklaim bahwa sikap moderasi menggambarkan
pendirian keagamaan mayoritas umat Islam saat ini.
Selain itu Khaled menjelaskan lebih jauh tentang moderat merupakan
sikap yang yakin bahwa Tuhan menganugrahi manusia dan kemampuan untuk
membedakan perkara yang benar dan salah. Sehingga memiliki kebebasan
ruang dalam menentukan pilihan terbaik, dalam arti masih tetap dalam koridor
moral yang diterapkan di masyarakat umum.
Menurut definisi Yusuf al-Qaradhawi moderat adalah sikap yang
mengandung adil, perwujudan dari rasa aman, persatuan, dan kekuatan. Agar
dapat tercapai sikap tersebut perlulah memiliki pemahaman yang
komprehensif terhadap keyakinan agamanya masing-masing. Yusuf
alQaradhawi memandang moderat mengangkat nilai-nilai sosial seperti
musyawarah, keadilan, kebebasan, hak-hak manusia dan hak minoris.
Nur kolis memberikan kesimpulam dari gagasan tokoh sufi ternama
Husin Mansur al-Hallaj dan Muhryi al-Din Ibn ‘Arabi, bahwa pemikir sufistik
wahdat al-adyan menawarkan satu gagasan moderat yang humanis, dan
universal dalam konteks relasi agama-agama, dimana didalamnya terkandung
pesan moral yang terkait secara langsung dengan masalahharmoni kehidupan
sosial keagamaan. Setiap agama pasti dalam ajaranya mengajak untuk hidup
saling mebantu satu sama lain dalam hubungan sosial dengan tanpa adanya
membedakan agama maupun golongan.
Menurut Nurcholis Madjid terkait dengan moderisasi merupakan suatu
proses perubahan, baik sikap dan mentalitas untuk menyesuaikan tuntunan
hidup dengan tuntunan hidup sekarang guna terciptanya kebahagian hidup
bagi masyarakat. Moderasi juga dapat diartikan sebagai suatu gerakan atau
upaya yang mempunyai tujuan dalam menafsirkan kembali doktrin–doktrin
tradisional serta menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan ilmu
pengetahuan.

B. Pentingnya Moderasi Beragama


Moderasi beragama sangat penting dalam sebuah negara yang homogen,
seperti Indonesia yang kaya akan keberagaman sehingga sangat mudah sekali

187
munculnya gesekan antar kelompok terlebih terhadap antar agama. sehingga
perlunya memberikan pemahaman bahwa nilai-nilai bersikap dalam konteks
keberagaman menjadikan kita tidak egoisme, intoleran, diskriminatif dan
sebagainya.
Menurut Abudin Nata pendidikan moderat memiliki sepuluh nilai dasar
yang menjadi indikatornya, yaitu:
a. Pendidikan damai, yang menghormati hak asasi manusia dan
persahabatan antara bangsa, ras, atau kelompok agama.
b. Pendidikan yang mengembangkan kewirausahaan dan kemitraan
dengan dunia industri.
c. Pendidikan yang memperhatikan visi misi profetik Islam, yaitu
humanisasi, liberasi dan transenderasi untuk perubahan sosial.
d. Pendidikan yang memuat ajaran toleransi beragama dan pluralisme.
e. Pendidikan yang mengajarkan paham Islam yang menjadi mainstream
Islam Indonesia yang moderat.
f. Pendidikan yang menyeimbangkan antara wawasan intelektual (head),
wawasan spiritual dan akhlaq mulia (heart).
g. Pendidikan yang menjadi solusi bagi problem-problem pendidikan
saat ini seperti masalah dualisme dan metodologi pembelajaran.
h. Pendidikan yang menekankan mutu pendidikan secara komprehensif.
i. Pendidikan yang mampu meningkatkan penguasaan atas bahasa asing
C. Konsep Moderasi
Yusuf Al Qardhawi merupakan salah satu penggerak al-wasathiyah school
of thought yang sesungguhnya sudah dirintis oleh generasi zaman jamaluddin
al-afghani, Muhammad Abdh, dan Rasyid Ridha. Mereka berusaha ingin
membebaskan umat yang belenggu, memadukan serta memberi keseimbangan
antara adil dan moderat. Maka dari itu perlu adanya konsep moderasi, berikut
merupakan salah satu konsep moderasi versi Yusuf Al Qardhawi :
c. Komitmen pada nilai moralitas akhlak.
Mempunyai nilai akhlah yang mulia kejujuran, amanah,
kesepakatan, bersikap rendah hati dan malu, begritu juga pada hal

188
dengan moralitas sosial seperti keadilan, kebijakan, berasosiasi dengan
kelompok masyarakat.
d. Kerjasama kombinatif antara dua hal yang bersebrangan
Posisi moderat yang memperlihatkan dapat mengambil manfaat
dari kelebihan dan menjahui kekurangan dari dua sisi aspek yang
konfrontatif tersebut. Sehingga tidak boleh memihak pada satu sisi dan
menjahui sisi yang lain sehingga akan bersikap ekstrim.
e. Perlindungan hak-hak agama minoritas
Kewajiban mereka sama dengan apa yang yang dilakukan oleh
orang lain, namun dalam hal agama ibadah harusnya adanya pemisahan
tidak bercampur. Negara tidak diperkenankan untuk mempersempitruang
gerak aktifitas keagamaan minoritas seperti larangan makan babi dan
minuman keras.
f. Nilai-nilai humanis dan sosial
Nilai-nilai humanis dan sosial sesungguhnya merupakan khazanah
otentik Islam. Perkembangan modern lebih mengidentifikasi hal tersebut
sebagai nilai barat. Ia menjadi nilai yang pararel dengan konsep keadilan
di tengah masyarakat dan pemerintah, kebebasan, kemulian dan hak
asasi manusia.
g. Persatuan dan royalitas
Semua komponen umat harus bisa berkerja sama dalam hal yang
disepakati dan bertoleransi dalam perkara yang sudah disepakati semua
orang.
h. Mengimani pluralitas
Keimanan akan pluralitas religi, pluralitas tradisional, pluralitas
bahasa, pluralitas intelektualitas, pluralitas politis, pentingnya konsistensi
antar berbagai peradapan

189
PENDIDIKAN MULTICULTURAL
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menanamkan
pentingnya menghargai heterogenitas, baik suku, budaya, etnis, dan
sebagainya. Pendidikan ini termasuk pendidikan yang penting untuk
diterapkan sejak dini pada anak-anak agar mereka bisa tumbuh menjadi
generasi yang toleransi terhadap keberagaman. Pendidikan multikultural bisa
diberikan secara langsung oleh sekolah melalui guru maupun diterapkan oleh 
orang tua di rumah.
Pendidikan multikultur adalah suatu pendekatan progresif untuk
mengubah pendidikan yang secara menyeluruh mengkritisi dan menunjukkan

190
kekurangan, kegagalan, dan praktek diskriminasi dalam pendidikan. Hal ini
didasarkan pada cita-cita tentang keadilan sosial, persamaan pendidikan, dan
dedikasi untuk menfasilitasi pengalaman-pengalaman pendidikan dimana
setiap siswa dapat meraih potensinya sebagai pelajar dan sebagai makhluk
yang aktif dan sadar secara sosial dalam tingkat lokal, nasional, dan global.
Pendidikan multikultur menyatakan/mengakui bahwa sekolah adalah hal yang
penting untuk meletakkan dasar untuk perubahan masyarakat dan
menghilangkan tekanan dan ketidakadilan. Tujuan utama dari pendidikan
multikultur adalah untuk mempengaruhi perubahan sosial. Jalan untuk
mencapai tujuan tersebut dengan menggabungkan tiga perubahan:
perubahan diri sendiri, perubahan sekolah dan pendidikan yang diterima, dan
perubahan masyarakat.
Multikulturalisme adalah sebuah ideologi dan sebuah alat untuk
meningkatkan derajat manusia dan kemanusiaannya. Mengingat pentingnya
pemahaman mengenai multikulturalisme dalam pembangunan kehidupan
berbangsa dan bernegara terutama bagi negara-negara yang mempunyai
aneka ragam budaya masyarakat seperti Indonesia, maka pendidikan
multikulturalisme ini perlu dikembangkan. Melalui pendidikan multikultural
diharapkan akan dicapai suatu kehidupan masyarakat yang damai, harmonis,
dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sebagaimana yang telah
diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar.
            Indonesia sebagai suatu negara yang berdiri di atas keanekaragaman
kebudayaan meniscayakan pentingnya multikulturalisme dalam
pembangunan bangsa. Dengan multikulturalisme ini maka prinsip ”bhinneka
tunggal ika” akan menjadi terwujud. Pendidikan multikultur merupakan upaya
konkrit untuk mewujudkan pemahaman multikulturalisme. Diharapkan
pendidikan multikultur akan dapat mengantarkan bangsa Indonesia mencapai
keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan masyarakat.
            Pendidikan multikultural bukan hanya menjadi tanggung jawab sekolah-
sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan formal saja, akan tetapi menjadi
tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, keluarga, dan
institusi-institusi lainnya. Pendidikan multikultural adalah suatu pendekatan

191
progresif untuk melakukan transformasi pendidikan yang secara menyeluruh
membongkar kekurangan, kegagalan dan praktik-praktik diskriminatif dalam
proses,pendidikan.
Pendidikan multikultural didasarkan pada gagasan keadilan sosial dan
persamaan hak dalam pendidikan. Pendidikan multikultural seyogyanya
memfasilitasi proses belajar mengajar yang mengubah perspektif
monokultural yang esensial, penuh prasangka dan diskriminatif ke perspektif
multikulturalis yang menghargai keragaman dan perbedaan, toleran dan sikap
terbuka. Perubahan paradigma semacam ini menuntut transformasi yang
tidak terbatas pada dimensi kognitif belaka.
            Di Indonesia, pendidikan multikultural relatif baru dikenal sebagai suatu
pendekatan yang dianggap lebih sesuai bagi masyarakat Indonesia yang
heterogen, terlebih pada masa otonomi dan desentralisasi yang baru
dilakukan. Pendidikan multikultural yang dikembangkan di Indonesia sejalan
pengembangan demokrasi yang dijalankan sebagai counter terhadap
kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah. Apabila hal itu dilaksanakan
dengan tidak berhati-hati justru akan menjerumuskan kita ke dalam
perpecahan dalam mencapai tujuan bangsa yang terkandung dalam nasional

B. Tujuan Pendidikan Multikultural


Setiap pendidikan tentu memiliki tujuan mulia yang diharapkan bisa
memperbaiki kualitas hidup manusia, begitu juga dengan pendidikan
multikultural. Adapun tujuan pendidikan ini adalah sebagai berikut.
1. Memaksimalkan fungsi sekolah dalam menghadapi keberagaman
peserta didiknya.
2. Melatih peserta didik dalam bersikap positif terhadap keberagaman
suku, etnis, budaya, dan kelompok yang berbeda dengan dirinya.
3. Mengasah keterampilan sosial peserta didik dalam berinteraksi di
lingkungan yang heterogen.
4. Mengajarkan peserta didik akan pentingnya keberagaman dan cara
menghargai perbedaan.

192
5. Melatih peserta didik untuk menerapkan hidup damai dalam
keberagaman.

C. Fungsi Pendidikan Multikultural


Adapun fungsi pendidikan multikultural adalah sebagai berikut.
1. Sebagai langkah penguatan karakter pada peserta didik. 
2. Sebagai upaya untuk mengajarkan pada peserta didik bahwa konflik itu
selalu ada, sehingga mereka bisa mengedepankan perilaku positif di
tengah keberagaman.
3. Sebagai upaya pembinaan akan pentingnya menjaga keutuhan bangsa
yang di dalamnya memuat keberagaman

D. Manfaat Pendidikan Multikultural


Manfaatnya adalah sebagai berikut.
1. Peserta didik bisa bebas mengekspresikan kreativitasnya tanpa khawatir
mendapatkan perlakuan diskriminasi.
2. Peserta didik terlatih untuk menyikapi berbagai keragaman di lingkungan
sekitar.
3. Peserta didik termotivasi untuk menjadi agen perubahan sosial yang
nantinya bisa menghapuskan tindakan rasial maupun etnosentrisme.

E. Konsep Pendidikan Multikultural


Menurut pendiri Pusat Pendidikan Multikultural Universitas Washington,
James Banks, konsep dasar pendidikan multikultural adalah setiap peserta
didik harus diberikan kesempatan yang sama tanpa memandang perbedaan
kondisi, baik suku, budaya, jenis kelamin, dan lainnya. Mereka berhak
mendapatkan persamaan di semua aspek pendidikan. 
Misalnya, seorang guru harus memberikan perhatian, bimbingan, arahan
yang sama pada semua peserta didiknya di kelas. Penerapan konsep tersebut
di sekolah diharapkan mampu mencegah tindakan diskriminasi di masa
mendatang. 

193
Semakin banyak generasi yang sadar akan pentingnya menjaga
perdamaian, semakin kecil kemungkinan terjadi tindakan diskriminasi, baik
rasial maupun etnosentrisme.

F. Dimensi Pendidikan Multikultural


Menurut James Banks, ada lima dimensi pada pendidikan ini. Dimensi
tersebut bisa membantu guru dalam menyikapi perbedaan peserta didiknya
karena saling berkaitan. Adapun dimensi yang dimaksud adalah sebagai
berikut.
a. Dimensi integrasi
Dimensi integrasi adalah dimensi yang di dalamnya memuat
kecakapan guru dalam mengintegrasikan beberapa materi yang berbeda
agar bisa mencapai satu kata kunci yang sama. Hasil integrasi tersebut
selanjutnya dimasukkan ke dalam kurikulum dengan penambahan
materi multikultural.
b. Dimensi konstruksi
Dimensi ini lebih mengarah kepada peserta didik. Pemahaman
peserta didik dipengaruhi oleh pengetahuan yang diterimanya.
c. Dimensi pengurangan prasangka
Dimensi ini merupakan dimensi yang melibatkan peran guru dalam
menghilangkan berbagai prasangka akan suatu ras, agama, maupun
etnis. Artinya, guru harus bisa membentuk perilaku positif peserta
didiknya saat menghadapi heterogenitas di sekolah. Misalnya, seorang
peserta didik rasis pada temannya yang berbeda suku. Dalam hal ini,
guru harus bisa mengalihkan pandangan tersebut dengan cara
membaurkan mereka disertai pembahasan tentang indahnya
keberagaman dan perbedaan kelompok.
d. Dimensi pendidikan yang sama
Dimensi pendidikan yang sama diwujudkan dengan seringnya guru
mengembangkan kerja sama antarpeserta didiknya. Dimensi ini sulit
untuk dicapai jika guru masih membiasakan perilaku kompetitif.
e. Dimensi pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial

194
Dimensi ini tidak bisa dilakukan secara instan, tetapi mudah untuk
dilakukan jika guru dan peserta didik selalu terlibat secara aktif. Guru
harus bisa memberdayakan kembali di kelas setiap budaya peserta didik
yang berbeda kelompok. Selanjutnya, budaya-budaya tersebut disusun
menjadi struktur sosial yang identik dengan karakteristik sekolah
tersebut.

G. Prinsip Pendidikan Multikultural


Agar mudah diimplementasikan di kehidupan belajar peserta didik,
pendidikan ini harus berpedoman pada prinsip berikut.
1. Memiliki desain kurikulum beragam di mana kurikulum tersebut
mampu mewakili pandangan banyak orang.
2. Tidak adanya penafsiran tunggal pada suatu kebenaran dalam sejarah.
3. Pencapaian kurikulum harus mengacu pada analisis komparatif dari
berbagai sudut pandang berbeda.
4. Menjunjung tinggi pemberantasan pandangan tentang ras, suku,
budaya, dan agama.

INKLUSIFIS
A. Pengertian Inklusif
Inklusif mulanya berasal dari kata “inclusion” yang memiliki arti mengajak
masuk atau mengikutsertakan. Jika dilihat secara istilah, artinya menempatkan
dirinya ke dalam cara pandang orang lain/kelompok lain dalam melihat yang
ada disekitarnya, melihat dunia, singkatnya berusaha menggunakan sudut
pandang orang lain atau kelompok lain dalam memahami suatu masalah. Kita
hidup dalam masyarakat yang inklusif dan tiap-tiap orang semestinya bisa
bersikap yang inklusif.

195
Lebih lanjut, Inklusif adalah upaya untuk menempatkan diri ke dalam cara
pandang orang lain dalam memandang atau memahami masalah. Inklusif
artinya ialah mengajak atau mengikutsertakan. Hal ini mengimplikasikan bahwa
sikap ini sangat diperlukan dalam sebuah lingkungan.
Inklusif pada dasarnya adalah memosisikan diri dalam posisi yang sama
dengan orang lain atau kelompok lain yang ada di sekitarnya. Hal ini akan
membuat orang tersebut berusaha memahami perspektif orang lain atau
kelompok lain dalam menyelesaikan sebuah permasalahan yang ada. Inklusif
memiliki ide untuk hidup berdampingan bersama-sama tanpa sekat demi
kepentingan bersama juga.Selain itu, inklusif artinya adalah memosisikan diri
untuk mengerti semua sudut pandang yang dimiliki oleh orang lain, sehingga
bisa mengambil sebuah keputusan yang sama rata, dan tidak menimbulkan
kesenjangan sosial. Menjadi seorang yang inklusif artinya mampu
mengesampingkan ego diri sendiri dan lebih mengedepankan perasaan serta
sudut pandang orang lain. Walaupun dalam pengambilan keputusan tidak
selalu berdasarkan sudut pandang orang atau kelompok tersebut.
Inklusif merupakan cara untuk membuat hubungan antar manusia menjadi
lebih serasi dengan memahami sudut pandang yang berbeda-beda. Jika inklusif
bisa diaplikasikan dalam lini kehidupan, maka akan melahirkan kebijakan-
kebijakan yang adil untuk semua orang.Inklusif erat kaitannya dengan
masyarakat. Seperti yang kita ketahui bersama, manusia adalah makhluk sosial
yang tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain.
Jika dilihat dalam kehidupan bermasyarakat, sikap inklusif sangat penting.
Masyarakat yang terbuka, ramah kepada siapapun tanpa terkecuali, saling
menaruh rasa hormat dan menghargai, serta mengindahkan perbedaan yang
ada merupakan ciri-ciri dari lingkungan inklusif. Sikap inklusif menjadi
pendekatan untuk membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan yang
terbuka, mengajak, dan mengikutsertakan semua orang dengan berbagai
perbedaan latar belakang, karakteristik, kemampuan, status, kondisi, etnik,
budaya dan lainnya.
Masyarakat inklusif merupakan kondisi masyarakat di mana masyarakat
tersebut bisa menerima segala keberagaman dan perbedaan serta

196
mengakomodasi ke dalam berbagai tatanan maupun infrastruktur dalam
kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat inklusif, ada beberapa perbedaan
seperti suku, agama, ras, dan budaya. Kemampuan dalam menerima dan
menghargai perbedaan menjadikan terbentuknya masyarakat inklusif.
Masyarakat inklusif tentunya memiliki rasa toleransi yang tinggi dengan
menghargai perbedaan yang ada dan tetap bersatu. Contoh sikap inklusif dalam
kehidupan masyarakatKita bisa menemukan contoh sikap inklusif dalam
kehidupan masyarakat. Contoh dari sikap inklusif dari hal-hal kecil di keseharian
saja, misalnya saat musim biasanya jalanan rusak. Jalanan rusak akan
mengganggu aksesibilitas orang-orang yang melalui, terlebih bagi orang tua
lanjut usia, anak-anak kecil, ibu hamil, dan orang-orang lain dengan kondisi
kesehatan kurang baik yang membutuhkan bantuan secara khusus.
Selain itu, ada warga di lingkungan yang memiliki inisiatif untuk
melaporkan jalanan rusak ini kepada pihak yang berwenang. Selain
melaporkan, ada cara lain seperti gotong royong untuk menutup jalanan rusak
dengan papan agar warga lain nyaman bisa menggunakan jalan dengan
nyaman.
B. Sejarah Pendidikan Inklusi
Di Indonesia Abin Syamsudin mengemukanan bahwa perubahan
paradigma pendidikan diIndonesia mengacukepada kedua hal yang
melatarbelakanginya yaitu :
1) Perubahan mengikuti perkembangan sosial politik. Perubahan dimaksud
adalah perubahan pandangan dari memandang bahwa pendidikan anak
didasarkan atas keadaan karakteristik anak menjadi pandangan bahwa
pendidikan anak didasarkan pada perspektif kebutuhan anak.
Dengan visi adanya perbedaan antara normal dan tidak normal
(normal-abnormal). Normal dengan berkelainan (normal-abnormal),
mampu dengan tidak mampu (abledisable). Dengan jenis-jenis yang
meliputi : retardesi mental, gangguan mental, gifted, gangguan fisik, buta,
tuli, gangguan sosial, gangguan ganda, kesulitan belajar. Layanan
pendidikan kini berubah ke arah layananpendidikan berdasarkan
kebutuhan, yaitu bahwa setiap orang mempunyai hak untuk memperoleh

197
pendidikan. Maka pendidikan diberikan untuk semua, tidak lagi didasarkan
ataskarakteristik.
2) Perubahan paradigma sistem pendidikan. Perubahan dimaksud secara
garisbesar yaitubahwa sampai dengan tahun 1900 pendidikan khusus
masih belum mendapat perhatian. Anak berkebutuhan khusus terasing dari
masyarakatdancenderungmendapatpenolakan.
Mulai 1900-1980 perhatian kepada pendidikan tunanetra dan
pendidikan anak berkebutuhan khusus lainnya dalam konsep segregasi.
Mereka mendapat perhatian di berbagai daerah dengan dibukanya
lembagalembaga pendidikan khusus berupa Sekolah Luar Biasa (SLB).
Pada dekade 1980-1990 pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
sudah mulai dikelompokkan sesuai dengan spesialisasinya. Pemerintah
mulai membuka pendidikan khusus (SLB Negeri) untuk tiap-tiap kabupaten
atau kota di seluruh Indonesia. Selanjutnya dilakukan penggabungan
antara pendidikan khusus dengan sekolah normal dalam bentuk sekolah
integrasi. Berbagai jenis anak berkebutuhan khusus dilayani dalam satu
lembaga pendidikan. Selanjutnya di Indonesia ditetapkan beberapa daerah
yang melaksanakan pendidikan terpadu yaitu menggabungkan anak
berkebutuhan khusus di sekolah regular.
Pada dekade 1990-2000, dengan munculnya paradigma pendidikan
untuk semua yang telah menjadi kesepakatan masyarakat dunia, maka
semua anak berhak mendapat layanan pendidikan dengan konsep inklusi.
Sekolahsekolah regular secara bertahap dapat menerima anakanak
berkebutuhan khusus yang berada di sekitar sekolah tersebut.
Keberadaan anak berkelainan dan anak berkebutuhan khusus
lainnyadiIndonesiabertujuanuntukmendapatkan kesamaan hak dalam berbicara,
berpendapat, memperoleh pendidikan, kesejahteraan, dan kesehatan
sebagaimana dijamin oleh UUD 1945. Intinya mereka mendapatkan hak dan
kewajiban secara penuh sebagai warganegara, sebagaimana tertuang dalam
deklarasi Universal Hak AsasiManusia(1948),diperjelaslagidalamKonvensiHak
Anak (1989), Deklarasi dunia tentang Pendidikan Untuk Semua (1990), Peraturan
standar PBB tentang persamaan kesempatan bagi para penyandang cacat(1993),

198
pernyataan Salamanca dan kerangka aksi UNESCO (1994), Undangundang
Penyandang Cacat (1997), Kerangka Aksi Dakar (2000), Undang-undang RI Nomor
20 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003), dan deklarasi KongresAnak
Internasional(2004), sertapernyataanIndonesiadengan penuh kesungguhan dan
tanggung jawab untuk menuju Pendidikan Inklusif (Bandung 2004).
Kondisi Indonesia dalam kaitannya dengan pendidikan inklusi
cukupresponsif.Antara laintelahditerbitkannya Undang-undang No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selanjutnya Deklarasi Bandung pada
bulan Agustus 2004 yang menyatakan Indonesia menuju Inklusi.
Program Magister dalam Pendidikan Inklusi dan Pendidikan Kebutuhan
Khusus di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung mulai berjalan dengan
baik. Bekerjasama dengan Universitas Oslo sejak tahun 2003 telah berhasil
meluluskan angkatan pertamasebanyak 15 orang untuk tahun akademik 2004-
2005. Selanjutnya dalam mendukung perjalanan menuju inklusi, Universitas
Pendidikan Indonesia telah mengembangkan kerjasama dengan Universitas
Tsukuba Jepang sejak tahun 2003. Selain itu juga telah mempublikasikan sebuah
Jurnal Profesional dengan nama Jassy yang mengangkat tentangpenelitian dan
informasi tentang pendidikan inklusif. Gagasan pengembangan pendidikan
inklusi di propinsi lain dimulai pada tahun 2004 yaitu di Sumatera Barat, Sulawesi
Selatan, Bali, NTB, danJawa Tengah.
Suatu tantangan sekaligus peluang bagi para pengembang pendidikan inklusi
di Indonesia bahwa kondisi Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan
kepulauan,denganberbagairagamsukubangsadanbahasa daerah, yang
terbentang luas dengan batas-batas selat, sungai, ragam budaya dan agama,
merupakan modal dasar yang perlu dicermati dalam upaya-upaya
mengembangkan pendidikan inklusif.
C. Manfaat Inklusif
1. Dapat membangun kesadaran akan pentingnya pendidikan
2. Mengurangi sikap diskriminatif atau membeda-bedakan
3. Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk pendidikan anak
sekolah
4. Perencanaan dan monitoring mutu pendidikan

199
5. Mengetahui hambatan yang berkaitan dengan sosial dan masalah
6. Sikap menghargai perbedaan budaya dan tradisi yang dianut
7. Dapat menghargai diri sendiri dan orang lain
8. Sadar bahwa setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama
9. Mengembangkan masyarakat yang memiliki pikiran terbuka dan cerdas
10. Mewujudkan tatanan masyarakat yang lebih dekat antar sesama
11. Mengembangkan produktivitas untuk membangun kehidupan
D. Contoh Sikap Inklusif
1. Membantu menyeberangkan lansia di jalan
2. Memberi tempat duduk prioritas untuk ibu hamil dan lansia
3. Tidak menganggu anak kecil
4. Menghormati orang yang lebih tua
5. Membantu orang yang kesusahan
6. Melakukan gotong royong bersih desa
7. Membantu tetangga membetulkan jalanan rusak
8. Melapor pada pihak berwajib jika ada fasilitas rusak
9. Berteman dengan semua orang tanpa membeda-bedakan
10. Bersikap ramah pada semua orang
11. Menghargai orang yang berbeda dari segi etnis, agama, dan budaya

E. Tujuan Pendidikan Inklusif


Pada dasarnya setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan.
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003, pasal 5 ayat 1 berbunyi 'bahwa setiap
warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
merata dan berpengaruh pada pengembangan pendidikan'.
Pendidikan inklusif penting untuk menekan sikap anti diskriminasi,
perjuangan hak dan kewajiban, serta kualitas pendidikan.

200
PENDIDIKAN INTEGRASI
A. Pengertian Pendidikan Integrasi
Integrasi Pendidikan Integrasi adalah suatu sistem layanan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bersekolah Luar Biasa
(SLB) untuk belajar dalam waktu tertentu disekolah regular sesuai dengan kelas
yang ada di Sekolah Luar Biasa misalnyahanya dalam pelajaran kesenian
atauolah raga. Jadi pesertadidikSLBbersamadenganpesertadidikregulerberada
dalam kelas yang sama. Terdapat.
B. Konsep Integrasi
Dalam dunia pendidikan banyak konsep yang bisa digunakan untuk
memaknai istilah pendidikan integrasi. Istilah integrasi sendiri berasal dari

201
bahasa Inggris yaitu integrate. Dalam buku The Contemprorary English –
Indonesian Dictionary (Peter Salim, 2005), istilah integrate (vt) integrated,
integrating, integrates diterjemahkan menjadi menggabungkan;
menyatupadukan; mengintegrasikan; sedangkan integrated (adj) diterjemahkan
menjadi dapat bergaul dengan orang dari berbagai suku dengan dasar yang
sama; terpadu. Sub Direktorat PSLB (1992:3) memaknai pendidikan integrasi
sebagai pendidikan yang menempatkan anak-anak berkebutuhan khusus
belajar bersama-sama dengan anak normal dalam satu kelas. Barbara Clark
dalam Mulyono Abdurahman (1996:100) memaknai pendidikan integrasi
sebagai pendidikan yang berupaya mengoptimalkan fungsi kognitif, afektif, fisik
dan intuitif secara terintegrasi. S.A. Bratanata (1974) mengemukakan bahwa
pendidikan integrasi adalah pendidikan bagi anak-anak berkelainan yang
diterima bersama-sam dengan anak normal dan diselenggarakan di sekolah
biasa. Unicef information mengemukakan bahwa “An innovative programme in
Indonesia called “Sekolah Integrasi” or integrated school, is managing on small
but growing scale to introduce blind children in to ordinary primary schools and
give them change of normal education” (Darodjat Natanegara, 1980).
Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa di Indonesia terdapat inovasi
program pendidikan yang dikenal dengan “sekolah integrasi” atau sekolah
integrasi yang sedang dirintis pada sebuah daerah kecil tetapi berkembang
dengan baik. Tujuan program ini adalah untuk memasukkan anakanak
tunanetra ke sekolah-sekolah dasar biasa dan memberikan kesempatan kepada
mereka untuk mengikuti pendidikan biasa atau pendidikan untuk anakanak
normal. Sedangkan Dwidjosumarto (1996:68) mengungkapkan bahwa system
pendidikan integrasi adalah system pendidikan yang memberikan kesempatan
kepada anak luar biasa belajar bersama-sama dengan anak biasa (normal) di
sekolah umum.
Selain istilah di atas dalam pendidikan kebutuhan khusus dikenal juga
istilah mainstreaming. Mainstreaming berasal dari kata mainstream yang
berarti masyarakat umum, konsep dasar mainstreaming ini pada hakikatnya
sudah lebih dulu diterapkan di negara-negara Skandinavia, seperti Denmark,
Swedia, dan Norwegia (Sunardi). Istilah mainstreaming muncul dan menjadi

202
popular di Amerika Serikat, setelah pertama kali diperkenalkan oleh Bengt Nirje
dari Swedia pada tahun 1969 (Reynolds dan Birch, 1988).
Mainstreaming merupakan salah satu bentuk layanan pendidikan untuk
anak-anak berkebutuhan khusus. Mainstreaming muncul karena adanya
gerakan normalisasi. Reynolds and Birch (1988), mengartikan mainstreaming
sebagai penyediaan pendidikan khusus dan layanan pendidikan khusus untuk
anakanak berkebutuhan khusus yang ada di sekolah atau kelas umum. Mulyono
Abdurahman menafsirkan pendidikan integrasi sebagai pendidikan yang
berupaya mengintegrasikan anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak
normal; mengintegrasikan pendidikan khusus dengan pendidikan pada
umumnya; mengintegrasikan dan mengoptimalkan perkembangan kognisi,
emosi jasmani dan intuisi; mengintegrasikan manusia makhluk individual
sekaligus sebagai makhluk sosial; mengintegrasikan apa yang dipelajari anak di
sekolah dengan tugas mereka di masa depan; dan mengintegrasikan antara
pandangan hidup (Pancasila), agama, ilmu dan seni.
Dari beberapa pemaknaan tentang pendidikan integrasi di atas dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya pendidikan integrasi adalah memberi
kesempatan pada anak-anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-
sama dengan anak-anak pada umumnya di sekolah umum yang disesuaikan
dengan kebutuhan mereka. Hanya ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh
anak berkebutuhan khusus, dalam pendidikan integrasi anak-anak penyandang
cacat yang mengikuti kelas khusus atau sekolah khusus dipindah ke sekolah
reguler ketika mereka dianggap siap untuk mengikuti suatu kelas di sekolah
reguler. Mereka dididik dalam seting terpisah agar di kemudian hari dapat
mengikuti pembelajaran di kelas reguler. Penempatan mereka sering
berdasarkan keberfungsiannya atau pengetahuannya tidak berdasarkan
usianya, sehingga ada kemungkinan anak berumur sembilan tahun duduk di
kelas satu sekolah reguler.
Adapun jenis program pendidikan integrasi pada dasarnya ada tiga, yaitu:
integrasi lokasi fisik, integrasi dalam aspek sosial, dan integrasi fungsional atau
integrasi penuh.

203
a. Integrasi lokasi fisik; penyelenggaraan ini di mana ABK mendapatkan
pelayanan khusus dalam kelas/sekolah khusus dengan kurikulum PLB tetapi
lokasi gedung berada dalam satu areal dengan sekolah umum, atau dengan
perkataan lain SLB dan sekolah biasa menempati suatu lokasi yang sama,
akan tetapi kurikulum dan program pendidikannnya berbeda, sehingga
kontak antara ABK dan anak normal tidak diatur dan tidak dilakukan
dengan suatu program tertentu. Namun kontak antara anak normal
dengan ABK dapat ditingkatkan dengan membuat perencanaan yang baik
dan matang, baik dalam penampungan maupun dalam penempatan ABK
tersebut, sehingga keterpaduan dapat berjalan lebih efektif.
b. Integrasi dalam aspek sosial; dimaksudkan bahwa tidak semua kegiatan
dalam proses belajar mengajar melibatkan ABK, mereka dilibatkan dalam
kegiatan tertentu saja, misalnya dalam kegiatan bermain, berolah raga,
bernyanyi, makan, rekreasi dan sebagainya, sehingga dari segi kurikulum
sebagian menggunakan kurikulum SLB dan sebagian lagi menggunakan
kurikulum sekolah umum. Hal ini terjadi mengingat pertimbangan kondisi
dan kemampuan ABK. Oleh karena itu program pendidikan ini sering juga
dikategorikan sebagai program pendidikan integrasi sebagian.
c. Integrasi fungsional atau integrasi penuh; di dalam program ini termasuk
integrasi lokasi dan sosial, di mana ABK dan normal mengarah pada
aktivitas bersama dalam seluruh kegiatan atau proses belajar mengajar.
Artinya mereka menggunakan kurikulum yang sama, guru dan kelas yang
sama pula. Integrasi jenis ini sering disebut sebagai integrasi penuh. Dalam
hal-hal tertentu ABK mendapat bimbingan apabila mendapat kesulitan
yang berkaitan dengan kecacatannya, seperti membaca, menulis Braille,
pemahaman geometri bagi anak tunanetra, bimbingan komunikasi total
atau bahasa isyarat bagi anak tunarungu, bina bicara dan fisio terapi bagi
anak tunadaksa dan sebagainya.
Program pendidikan integrasi fungsional ini merupakan bentuk
pengintegrasian yang paling mendekati kewajaran, di mana ABK dan anak
normal dengan usia sebaya secara bersama-sama menjadi murid pada satu
sekolah biasa (reguler) dengan full time dan full kegiatan dari kegiatan sekolah

204
dan mereka secara bersama pula mendapat pelayanan yang sama dari guru
kelas yang bersangkutan tanpa dibeda-bedakan. Sekolah biasa yang digunakan
untuk menyelenggarakan program pendidikan integrasi fungsional atau
integrasi penuh dituntut mampu memberikan pelayanan secara menyeluruh.
Untuk itu perlu disusun perencanaan kelas maupun program pembelajaran
secara teliti dan memperhatikan kemampuan anak masing-masing, sehingga
anak dapat belajar dengan baik.
B. Jenis-jenis pendidikan integrasi.
 dimana pada suatu sekolah regular terdapat kelas khusus untuk siswa-siswa
SLB yang sejenis misalnya hanya untuk gangguan visual atau gangguan
intelektual saja. Mereka yang dengan kebutuhan pendidikan khusus tetap
diajar oleh guruSLB. Pengintegrasian diatur apakahpadamatapelajaran
tertentu saja -anak-anak dalam kelas khusus berintegrasi ke kelas regular-
atau hanya pada waktu istirahat. Dalam integrasi tersebut diperlukan
asesmen untuk anak berkebutuhan khusus.
 dimana di dalam sekolah regular terdapat ruang khusus untuk memberikan
layanan kepada peserta didik regular yang mengalami kesulitan dalam
belajar karena kondisi mereka (anak dengan kebutuhan pendidikan khusus).
Di sini diperlakukan Pull Out System dalam mata pelajaran tertentu. Layanan
di ruang sumber dilakukan oleh tim yang terdiri orthopedagog, psikolog,
terapi wicara, fisiotherapist, occupational, dan therapist.
Dalam jenis ini juga diperlukan asesmen untukpeserta didik tersebut. Di
dalam pendidikan integrasi ada
F. kriteria pendidika integrasi
 adanya rasa memiliki-dimiliki dalam masyarakat sosial,
 partisipasi demi kepentingan masyarakat, dan
 tanggung jawabbersamaatastugas-tugasdankewajiban-kewajiban.

205

Anda mungkin juga menyukai