Anda di halaman 1dari 44

Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

i. KASUS (MASALAH UTAMA)


Halusinasi Pendengaran

Halusinasi adalah persepsi klien yang salah terhadap lingkungan tanpa


stimulus yang nyata, dan hilangnya kemampuan manusia untuk membedakan
rangsangan internal pikiran dan rangsangan eksternal (Trimelia, 2011).
Halusinasi adalah gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa, dengan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduaan tanpa adanya stimulus yang nyata (Keliat, 2014).
Halusinasi adalah gangguan persepsi tentang suatu objek dan pikiran
yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi
semua sistem penginderaan (Dalami, Ermawati dkk 2014).
Jadi dapat disimpulkan, halusinasi adalah gangguan persepsi terhadap
suatu objek tanpa adanya stimulus yang nyata berupa suara, rasa, pengelihatan,
perabaan, penghidu, dll.

ii. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Faktor Predisposisi
Menurut Rawlins dan Heacock dalam Yosep (2014)
1. Faktor Perkembangan : rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga
menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi,
hilang percaya diri, dan rentan terhadap stress
2. Faktor Sosiokultural : perasaan tidak diterima di lingkungan sejak dini
dan perasaan disingkirkan, kesepian tidak percaya pada lingkungannya
3. Faktor Biokimia : stress yang berlebih mengaktifasineurotransmiter
terhadap zat halusiogenik neurokimia, sehingga terjadi
ketidakseimbangan acetylchoin dan dopamine

1
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

4. Faktor Psikologis : kepribadian yang lemah, tidak bertanggung jawab,


penggunaan zat adiktif berpengaruh pada kemampuan pengambilan
keputusan seperti memilih kesenangan sesaat, lari dari kenyataan
5. Faktor Genetik dan Pola Asuh : faktor pola asih dan keluarga atau
lingkungan pengaruh berpengaruh pada skizofrenia

B. Faktor Presipitasi
Menurut Rawlins dan Heacock dalam Yosep (2014)
1. Dimensi Fisik : kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat obatan,
demam hingga delirium, dan kesulitan tidur dalam jangka panjang
2. Dimensi Emosional : rasa cemas berlebihan atas masalah yang tidak
dapat diatasi, dapat berupa perintah menakutkan yang tidak sanggup di
tentang sehingga klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut
3. Dimensi Intelektual : usaha melawan impuls yang menekan namun
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian
penuh klien bahkan mengontrol perilaku klien
4. Dimensi Sosial : gangguan interaksi social dan comforting sehingga
merasa nyaman dengan halusinasinya seolah-olah tempat bersosialisasi
5. Dimensi Spiritual : halusinasi dalam spiritual dimulai dengan perasaan
kehampaan dalam kehidupan dan tidak jelas tujuan hidup

C. Jenis
Menurut Prabowo (2014) :
1. Halusinasi Audiotorik : Mendengar suara orang biasanya berupa suara
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintah
melakukan sesuatyu
2. Halusinasi Visual : Biasanya berbentuk pancaran cahaya, gambaran
geometric, kartum. Panorama luas, dan bayangan menakutkan
3. Halusinasi Olfaktori : biasanya perasaan adanya bau amis, busuk, bau
menjijikan dan bau harum

2
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

4. Halusinasi Taktil : Perasaan sakit, tidak enak, tersengat, tanpa danya


stimulus terlihat

5. Halusinasi Gustatotik : rasa amis, busuk, dan menjijikan


6. Halusinasi Sinestetik : Merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir
melalui vena dan arteri, makanan di cerna, dan pembentukan urin

D. Fase-fase
Menurut Stuard dan laraia dalam prabowo, 2014 :
Fase 1 Perasaan cemas, kesepian, takut, fokus pada pikiran yang
menyenangkan, tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, gerak
mata cepat, asik sendiri
Fase 2 Mulai lepas kendali dan mencoba jaga jarak dengan sumber yang
dipersepsikan sehingga timbul peningkatan TTV
Fase 3 Pasien menghentikan pelawanan halusinasi dan menyerah, tidak
mampu mematuhi perintah dari orang lain
dan sangat menegangkan terutama berhubungan dengan
orang lain
Fase 4 pasien mengikuti perintah halusinasi, terjadi perilaku kekerasan,
agitasi, menarik diri dan tidak mampu berespon terhadap perintah
kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang

E. Rentang Respons
Dalam Ermawati, 2014 :
1. Respon Adaptif : Pikiran yang logis, Persepsi yang akurat, Emosi
konsisten, Peilaki social, Hubungan social
2. Respon Psikososial : proses pikir terganggu, ilusi / miss interpretasi,
emosi berlebihan/berkurang, perilaku tidak biasa, dan menarik diri
3. Respon Maladaptif : kelainan pikiran, halusinasi, kerusakan proses
emosi, perilaku tidak terorganisir, isolaso social.

3
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

F. Mekanisme Koping
Menurut Damaiyanti dan Iskandar, (2014)
1. Regresi : Menghindari stress, kecemasan, dan menampilkan perilaku
kembali yang berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya
unruk menanggulangi ansietas

2. Proyeksi : Keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi


pada orang lain karena kesalahan yang dilakukannya sendiri
3. Menarik diri : Reaksi fisik (pergi, lari, menghindar dari stressor) dan
reaksi psikologis (apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, perasaan
takut, rasa bermusuhan)

iii. A. Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan dan


verbal)

Effect

Gangguan persepsi sensori : halusinasi

Core Problem

Isolasi Sosial

Causa

B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


Data Subjektif • Mendengar suara
• Mendengar suara mengajak bercakap-
menyuruh cakap

4
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

• Melihat bayangan, Data Objektif


hantu, atau sesuatu • Mengarahkan telinga
yang menakutkan pada sumber suara
• Mencium bau darah, • Bicara atau tertawa
feses, masakan dan sendiri
• Marah-marah tanpa
parfum yang
sebab
menyenangkan
• Tatapan mata tempat
• Merasakan sesuatu tertentu

dipermukaan kulit,
merasakan sangat iv. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
panas atau dingin
• Menunjuk-nujuk arah tertentu
• Merasakan makanan
tertentu, rasa tertentu, atau • Mengusap atau meraba-raba
mengunyah sesuatu permukaan kulit tertentu

Dx. 1. Resiko Perilaku Kekerasan b.d halusinasi


Dx. 2. Perubahan persepsi sensori halusinasi b.d halusinasi
Dx. 3. Isolasi Sosial b.d perubahan status mental

v. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Dx. 1. Pencegahan Perilaku Kekerasan
O : - Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan
- Monitor keamanan barang yang dibawa oleh pengunjung
- Monitor selama menggunakan barang yang
dapat membahayakan
N : - Pertahankan lingkungan yang bebas dari bahaya secara rutin
- Libatkan keluarga dalam perawatan
E : - Anjurkan pengunjung dan keluarga untuk mendukung
keselamatan pasien
- Latih mengungkapkan perasaan secara asertif
- Latif cara mengurangi kemarahan secara verbal dan
nonverbal (relaksasi, latihan fisik, bercerita, spiritual) K : -

5
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

Dx. 2. Manajemen Halusinasi


O : - Monitor perilaku yang mengindikasi halusinasi.
- Monitor isi gangguan/halusinasi.
N : - Pertahankan keamanan.
- Diskusikan rasa serta responnya mengenai gangguan.
E : - Menganjurkan monitor munculnya gangguan.
- Menganjurkan komunikasi guna memberi motivasi serta
feedback
- Menganjurkan distraksi (dengar lagu,
menyelesaikan kegiatan)
- Mengajarkan kontrol gangguan. Kolaborasi
K : - Kolaborasi pengobatan antipsikotik dan ansietas.
Dx. 3. Promosi Sosialisasi
O : - Identifikasi kemampuan interaksi dengan orang lain
- Identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain
N : - motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan
- Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan kegiatan
kelompok
- Motivasi berinteraksi di luar lingkungan
E : - Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
- Anjurkan ikut serta kegiatan social dan kemasyarakatan
- Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain

vi. DAFTAR PUSTAKA


1. Damaiyanti, Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Cetakan Kedua.
Bandung: PT. Refika Adimata
2. Ernawati, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa.
Cetakan Kedua. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media

3. Keliat, Budi Ana. 2014. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.


Jakarta: EGC

6
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

4. Tim Pokja DPP PPNI SDKI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

5. Tim Pokja DPP PPNI SIKI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia. Jakarta : DPP PPNI
6. Yosep, H. I., dan Sutini, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan
Advance Mental Health Nursing. Bandung: Refika Aditama

7
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Pertemuan Ke : 1
Hari/Tanggal : Senin, 13 Desember 2021 Nama
Klien : Ny. E

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ds : Mendengar suara orang berbicara tanpa ada orangnya, Melihat benda, orang,
atau sinar tanpa ada objeknya, menghidu bau yang tidak ada,sulit tidur,
khawatir, perasaan takut
DO : Bicara dan tertawa sendiri, mrlihat ke 1 arah, mengarahkan telinga kearah
tertentu, konsentrasi buruk, curiga, menyendiri, melamun, mondar mandir
2. Diagnosa Keperawatan: Halusinasi
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat melawan halusinasi dengan menghardik
b. Klien dapat mengabaikan halusinasi dengan bersikap cuek
c. Klien dapat mengalihkan halusinasi dengan cara distraksi yaitu bercakap cakap
dan melakukan aktivitas
d. Klien dapat minum obat dengan prinsip 5 benar
e. Klien dapat merasakan manfaat cara mengatasi halusinasi
f. Klien dapat membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan

4. Tindakan Keperawatan:
a. Mengkaji tandan dan gejala halusinasi, penyebabm dan kemampuan klien
mengatasi halusinasi
b. Menjelaskan proses terjadinya halusinasi
c. Tidak mendukung dan membantah halusinasi klien
d. Melatih klien melawan halusinasi dengan menghardik
e. Melatih klien mengabaikan halusidnasi dengan bersikap cuek
f. Melatih klien mengalihkan halusinasi dengan bercakap – cakap dan melakukan
kegiatan secara teratur

1
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

B. Strategi Komunikasi
1. ORIENTASI:
a. Salam terapeutik: “Selamat pagi bu, perkenalkan saya suster Vania yang akan
berdinas pagi ini dari jam 7 sampai jam 2 siang. Tolong ibu
sebutkan nama lengkap dan tanggal lahir ibu?”
b. Evaluasi/Validasi: “Bagaimana bu keadannya pagi ini? Apakah ibu masih
mendengar suara aneh?”, “Apa yang ibu lakukan ketika
mendengar suara-suara aneh?”
c. Kontrak
Topik : “Baik bu, hari ini saya akan menjelaskan tentang halusinasi mulai
dari apa penyebab, tanda gejala serta bagaimana cara mengatasinya”
Waktu : “Waktunya kurang lebih 10 menit”
Tempat : “Tempatnya disini, apakah ibu bersedia?”
d. Tujuan :“Tujuannya suapaya ibu dapat mengatasi halusinasi yang ibu
rasakan.”

2. KERJA:
• “Baik ibu, halusinasi adalah gangguan jiwa berupa respon panca indra terhadap
sumber yang tidak nyata. Saat ini halusinasi yang ibu rasakan adalah akibat dari
mengurung diri dan kurang kegiatan social. Tanda gejalanya, yaitu bicara sendiri,
tertawa sendiri, melihat ke 1 arah, mengarahkan telinga kea rah tertentu, dan tidak
dapat memfokuskan pikiran. Nah dari gejala tersebut yang mana yang ibu
rasakan?”
• “Baik, kapan biasanya halusinasi ibu dating? Apa yang sering ibu dengar?
Seberapa sering ibu mendengarnya? Lalu saat ibu mendengar suara tersebut
bagaimana perasaan ibu? Apakah ibu merasa senang, sedih atau terganggu?”

• “Baik, saya akan mengajarkan ibu menghardik halusinasi tersebut, karena ibu
merasa takut, setiap ibu mulai mendengar suara tersebut, ibu dapat menutup kedua
telapak tangan pada telinga ibu sambil berkata “ pergi, pergi, pergi, saya tidak
mau mendengar suara palsu” sampa suaranya hilang. Saya contohkan dulu ya bu,

2
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

nah mari kita coba bersama-sama, coba sekarang ibu lakukan sendiri, bagus ya
bu, ibu sudah dapat melakukannya dengan baik.”

3. TERMINASI
a. Evaluasi
Subyektif : ” Bagaimana perasaan ibu setelah berlatih cara menghardik?”
Obyektif : “Coba ibu peragakan kembali cara menghardik jika dating halusinasi?
Wah hebat sekali ibu.”
b. Rencana Tindak Lanjut : “Jika ibu mendengar suara aneh lagi, ibu dapat
melakukan teknik menghardik ya bu”
c. Kontrak
Topik : “Besok saya akan mengajarkan ibu cara minum obat yang benar.
Tujuannya agar halusinasi ibu dapat teratasi”
Waktu : ”Jam 10 ya bu”
Tempat : “Tempatnya disini apakah ibu bersedia? Baik kalau begitu saya
pamit ya bu, selamat siang.”

3
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH

i. KASUS (MASALAH UTAMA)


Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan
rendah diri yang menjadikan evaluasi negative terhadap diri sendiri dari
kemampuan diri (Keliat, 2014).
Harga diri rendah merupakan keadaan dimana mengalami evaluasi dari
negative tentang kemampuan dirinya (Fitria,2012).

ii. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Faktor Predisposisi
Menurut Kemenkes RI (2012) :
1. Faktor biologis : faktor herediter anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma kepala.
2. Faktor psikologis : pengalaman yang tidak menyenangkan, seperti
penolakan dan harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan
berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, krisis identitas,
ideal diri yang tidak realistis, penilaian negative pasien terhadap
gambaran diri.
3. Faktor sosial budaya : penilaian negative dari lingkungan terhadap
pasien yang mempengaruhi penilaian pasian, sosial ekonomi rendah,
Riwayat penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak dan
tingkat pendidikan rendah.

B. Faktor Presipitasi
Menurut Kemenkes RI (2012) :
1. Trauma : penganiayaan seksual dan psikologi atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan

1
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

2. Ketergantungan peran : berhubungan dengan peran atau posisi yang


diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi
a. Transisi peran perkembangan : perubahan normative yang berkaitan
dengan pertumbuhan
b. Transisi peran situasi : terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian
c. Transisi peran sehat-sakit : akibat pergeseran dari keadaan sehat dan
sakit. dicetuskan oleh perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau
fugsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis.

C. Jenis
1. Situasional : perkembangan persepsi negatif terhadap harga diri individu
sebagai respon terhadap situasi tertentu misalnya akibat menderita suatu
penyakit, dapat disebabkan akibat adanya gangguan citra tubuh,
kegagalan dan penolakan, perasaan kurang penghargaan, proses
kehilangan, dan perubahan pada peran sosial yang dimiliki.
2. Kronik : evaluasi diri/ perasaan negatif tentang diri sendiri atau
kemampuan diri yang berlangsung lama.

D. Rentang Respons
Menurut Fajariyah, (2012) :
1. Akualisasi diri : pernyataan diri positif tentang latar belakang
pengalaman nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif : pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri.
3. Harga diri rendah : transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri
maladaptif.
4. Keracunan identitas : kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi : perasaan yang tidak realitis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.

2
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

E. Mekanisme Koping
Mekanisme koping pasien harga diri rendah menurut Ridhyalla Afnuhazi
(2015) adalah :
1. Jangka pendek
a. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis :
pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus.
b. Kegiatan mengganti identitas sementara (ikut kelompok sosial,
keagamaan, politik)
c. Kegiatan yang memberi dukungan sementara (kompetisi olahraga
kontes popularitas)
d. Kegiatan mencoba menghilangkan identitas
sementara
(penyalahgunaan obat)
2. Jangka panjang
a. Menutup identitas
b. Identitas negative : asumsi yang bertentangan dengan nilai dan
harapan masyarakat

iii. A. Pohon Masalah

Isolasi Sosial

Effect

Harga Diri Rendah Kronik

Core Problem

Koping Individu Tidak Efektif

Causa

3
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


Data Subyektif : Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak
tahu apa apa, bodoh, mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

Data Obyektif : Klien terlihat suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif Tindakan, ingin mencederai diri, ingin
mengakhiri hidup.

iv. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Yosep (2014) menjelaskan terdapat beberapa masalah keperawatan yang
mungkin muncul pada pasien dengan harga diri rendah diantaranya adalah:
1. Harga diri rendah kronik
2. Koping Individu tidak efektif
3. Isolasi sosial
4. Defisit Perawatan Diri

v. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Perencanaan tindakan keperawatan menurut Kemenkes RI (2012) :
1. Strategi pelaksanaan pertama pasien: pengkajian dan latihan kegiatan
pertama
a. Identifikasi pandangan/penilaian pasien tentang diri sendiri dan
pengaruhnya terhadap hubungan dengan orang lain, harapan yang telah
dan belum tercapai, upaya yang dilakukan untuk mencapai harapan yang
belum terpenuhi
b. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien
(buat daftar kegiatan)
c. Membantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih
dari daftar kegiatan mana kegiatan yang dapat dilaksanakan)
d. Membuat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
e. Membantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat
ini untuk dilatih

4
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

f. Melatih kegiatan yang dipilih oleh pasien (alat dan


cara melakukannya)
g. Memasukkan kegiatan yang telah dilatih pada jadwal kegiatan untuk
dilatih dua kali per hari.

vi. DAFTAR PUSTAKA


1. Damaiyanti, Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Cetakan Kedua.
Bandung: PT. Refika Adimata
2. Fervina, Riska. (2018). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Keluarga Dengan
Harga Diri Rendah Kronis Di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang.
KTI. Padang : Poltekkes Kemenkes Padang.
3. Keliat, Budi Ana. 2014. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC
4. Tim Pokja DPP PPNI SDKI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia. Jakarta : DPP PPNI
5. Yosep, H. I., dan Sutini, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan
Advance Mental Health Nursing. Bandung: Refika Aditama

5
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

STRATEGI PELAKSANAAN

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Pertemuan Ke : 1
Hari/Tanggal : Senin, 20 Desember 2021

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : Pasien mengatakan selama pasien berada di Rumah Sakit Jiwa pasien hanya
menjadi beban keluarga, Pasien mengatakan merasa malu semenjak pasien di
berentikan dari pekerjaannya, Pasien mengatakan merasa belum bisa bersikap
dewasa, Pasien mengatakan ingin segera cepat pulang
DO : Kontak mata kurang, Bicara lambat dengan nada suara yang lemah, Tidak dapat
memulai pembicaraan
2. Diagnosa Keperawatan: Harga Diri Rendah
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
d. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuannya
4. Tindakan Keperawatan:
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
c. Menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
d. Merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuannya

B. Strategi Komunikasi
1. ORIENTASI:
a. Salam terapeutik: “Selamat pagi pak, perkenalkan saya Perawat aisyah fathaniah,
bapak bisa panggil saya aisyah, saya perawat yang dinas
pagi pada hari ini dari pukul 08.00 sampai

1
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

14.00 siang yang akan merawat bapak di Rumah Sakit ini.


Nama bapak siapa ? Senangnya dipanggil apa ?”
b. Evaluasi/Validasi: “Bagaimana perasaan Bapak saat ini ? apa keluhan Bapak hari
ini?”
c. Kontrak
Topik : “Baik lah bagaimana kalau kita berdiskusi tentang
kemampuankemampuan yang Bapak miliki dan kita akan melatih
kemampuan tersebut, Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang
masih dapat bapak lakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih
beberapa kegiatan untuk kita latih .”
Waktu : “Mau berapa lama kita berdiskusi Pak? bagaimana kalau 20 menit?”
Tempat : “Dimana Bapak mau berdiskusi? Bagaimana kalau disini saja.”

d. Tujuan : “Tujuan kita berbincang kali ini untuk meningkatkan rasa percaya diri
bapak sehingga bapak merasa lebih PD saat berinteraksi dan
beraktivitas ya pak”

2. KERJA:
• “Baik bapak kita mulai membuat table dimana isi dari tabel ini yang pertama
aspek positif, artinya kelebihan atau kebisaan – kebisaan yang bapak miliki?”
• “Baik pak sebelum kita memasuki kolom ke 2 bisa bapak bacakan lagi kelebihan-
kelebihan aspek positif yang bapak miliki”
• “Baik dari yang sudah bapak bacakan ini, menurut bapak mana yang bisa di
laksanakan atau di kerjakan selama bapak dirawat?”
• “Baik pak untuk selanjutnya memilih kegiatan yang akan dilatih, dari kegiatan
yang sudah bapak pilih mana yang mau kita latih sekarang?”
• “Baik pak sebelum kita latihan, bapak bias coba jelaskan terlebih dahulu
merapihkan tempat tidur caranya seperti apa yang biasa bapak lakukan sehari –
hari?”
• “Bagus sekali ya pak, bagaimana kalo kita langsung latihan”
• “Baik pak, bapak sudah bagus sekali”

2
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

• “Bapak saya ingin memberitahu bapak supaya lebih rapih lagi tempat tidurnya,
kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya, kemudian kita angkat seprainya dan
sudut kasur kita ikat lalu kita masukan kebawah kasur ”
• “Bagimana pak terlihat lebih rapih tidak?”
• “Baik pak bapak sudah bagus ya mengerjakannya, dengan yang saya latih juga
bapak dapat mengerjakannya, tambah bagus”
• “Baik pak kita kembali lagi ketempat kita berdiskusi”
• “Bapak saya punya jadwal,bagaimana kalo kegiatan yang barusan kita lakukan
tadi kita masukan ke dalam jadwal, artinya kegiatan ini menjadi kegiatan yang
rutin yang akan dilakukan oleh bapak, agar terjadwal.”
• “Bapak mau berapa kali di lakukannya?”
• “Mau di jamberapa saja bapak melakukannya?”
• “Jika bapak melakukanya secara mandiri tidak dibantu perawat dan yang lain
bapak bisa tulis (M), tetapi jika bapak masih dibantu bapak tulis (B) , dan jika
bapa tidak melakukannya sama sekali bapak tulis (T).”
• “Bapak bisa isi, besok kita evaluasi ya pak, jangan sampai hilang, jika bapak ingin
mengisi bapak bisa meminjam pulpen ke pada perawat ya pak, dan kertas jadwal
ini lipat yang rapih ya pak kalo bisa ditaro di bawah bantal jangan sampai hilang
ya pak.”

3. TERMINASI
a. Evaluasi
Subyektif : “Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latiahn merapikan tempat
tidur?”
Obyektif : “Nah coba Bapak sebutkan lagi langkah-langkah merapikan tempat
tidur? Bagus.”
b. Rencana Tindak Lanjut: “selanjutnya, diharapkan bapak dapat terus
mempraktekan cara merapihkan tempat tidur ya pak, selalu berlatih meskipun
sedang tidak bersama saya ya pak.” Jangan lupa Jika Bapak melakukannya tanpa
diingatkan perawat Bapak beri tanda M, tetapi jika Bapak merapikan tempat tidur
dibantu atau diingatkan perawat Bapak beri
tanda B dan kalau Bapak tidak melakukannya

3
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

Bapak beri tanda T. ”bapak bisa isi, besok kita


evaluasi ya pak, jangan sampai hilang, jika bapak
ingin mengisi bapak bisa meminjam ke pada
perawat ya pak, dan kertas jadwal ini lipat yang
rapih ya pak kalo bisa ditaro di bawah bantal
jangan sampai hilang ya pak.”
c. Kontrak
Topik : “Baik, besok saya akan kembali lagi untuk melatih kemampuan Bapak
yang kedua”
Waktu : ” Bapak mau jam berapa? Baik jam 10 pagi ya.”
Tempat : “Tempatnya Pak? bagaimana kalau disini saja, jadi besok kita ketemu
lagi disini jam 10 ya Assalamualaikum Pak.”

4
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL

i. KASUS (MASALAH UTAMA)


Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah keadaan individu mengalami penurunan atau tidak


mampu berinteaksi dengan orang lain disekitarnya (Damaiyanti, 2012). Klien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2011).

ii. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Faktor Predisposisi
Menurut Stuard and Sundeen :
1. Faktor Tumbuh Kembang : individu mempunyai tugas perkembangan
yang mesti dipenuhi, dan setiap tahap perkembangan mempunyai
spesifikasi sendiri
2. Faktor Biologik : gangguan structural abnormal otak dalam
berhubungan sosial dengan tubuh yang jelas
3. Faktor Sosial Kultural : norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain atau adanya anggota masyarakat yang tidak
produktif diasingkan dari lingkungan sosialnya
4. Faktor Komunikasi dalam Keluarga

B. Faktor Presipitasi
Menurut Stuard and Sundeen :
1. Stress : menurunnya stabilitas unit keluarga berpisah dengan orang yang
berarti dalam kehidupannya
2. Stressor Psikologis : Adanya kecemasan berat yang berkepanjangan
yang terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk
mengatasinya

1
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

C. Jenis
1. Menyendiri dalam ruangan
2. Sedih
3. Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
4. Melakukan pengulangan tindakan yang tidak bermakna
5. Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian kepada orang lain

D. Rentang Respons
Menurut Riyadi dan Purwanto (2009) :
1. Solitude atau menyendiri : mengevaluasi diri dalam menentukan
rencana
2. Otonomi : menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam
hubungan sosial. Individu mampu menetapkan diri untuk interdependen
dan pengaturan diri
3. Kebersamaan : kemampuan saling pengertian, saling memberi, dan
menerima dalam hubungan interpersonal
4. Interdependen : membina hubungan interpersonal
5. Kesepian : merasa sendiri dan terasing dari lingkungannya.
6. Menarik diri : mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara
terbuka dengan orang lain.
7. Manipulasi : memperlakukan orang lain sebagai objek, hubungan
terpusat pada masalah pengendalian orang lain
8. Impulsif : respon sosial sebagai subjek yang tidak dapat diduga, tidak
dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan, tidak mampu untuk
belajar dari pengalaman dan miskin penilaian
9. Narkisisme : tingkah laku egosentris, harga diri yang rapuh, terus
menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan mudah marah
10. Isolasi Sosial : penurunan atau tidak mampu berikteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima.

E. Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme

2
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

koping yang sering digunakan adalah proyeksi, splitting (memisah) dan


isolasi. Proyeksi merupakan keinginan yang tidak mampu ditoleransi dan
klien mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan sendiri.
Splitting merupakan kegagalan individu dalam menginterpretasikan dirinya
dalam menilai baik buruk. Sementara itu, isolasi adalah perilaku
mengasingkan diri dari orang lain maupun lingkungan (Sutejo, 2017).

iii. A. Pohon Masalah

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Effect

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Core Problem

Gangguan Knsep Diri : Harga Diri Rendah Situasional

Causa

B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


DX. 1. Isolasi Sosial
DS : Pasien mengatakan : malas bergaul dengan orang lain, tidak
mau berbicara dengan orang lain, tidak ingin ditemani
siapapun.
DO :Pasien kurang spontan, apatis, ekspresi wajah kurang berseri,
tidak atau kurang dalam komunikasi verbal, mengisolasi diri,
kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya, aktivitas
menurun (Direja,2011).

DX. 2. Resiko gangguan Persesi Sensori : Halusinasi

3
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

DS : Pasien mengatakan mendengar suara yang menyuruhnya


melakukan sesuatu yang berbahaya, melihat bayangan,
mencium bau-bauan.
DO : Pasien berbicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab
yang jelas, menutup telinga, menunjuk kearah tertentu,
ketakutan dengan sesuatu yang tidak jelas, menghidu seperti
mencium sesuatu, menutup hidung (Direja, 2011).

DX. 3. Harga Diri Rendah

DS : Pasien mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna, tidak


mampu, tidak semangat beraktivitas dan bekerja, malas
melakukan perawatan diri.

DO : Pasien mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu,


pandangan hidup yang pesimis, tidak menerima pujian,
penurunan produktivitas, penolakan terhadap kemampuan diri,
kontak mata tidak ada (Direja, 2011)

iv. DIAGNOSA KEPERAWATAN


DX. 1. Isolasi Sosial b.d Perubahan Status Mental
DX. 2. Harga Diri Rendah b.d Kurangnya Pengakuan Dari Orang Lain DX. 3.
Gangguan Persepsi Sensori b.d Halusinasi

v. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Dx. 1. Promosi Sosialisasi
O : - Identifikasi kemampuan interaksi dengan orang lain
- Identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain
N : - motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan
- Motivasi berpartisipasi dalam aktivitas baru dan kegiatan
kelompok
- Motivasi berinteraksi di luar lingkungan
E : - Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
- Anjurkan ikut serta kegiatan social dan kemasyarakatan

4
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

- Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain


K:-

Dx. 2. Promosi Harga Diri


O:- identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia terhadap
harga diri
- Monitor verbalisasi yang merendahkan diri sendiri
- Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan
N :- Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri
- Motivasi menerima tantangan atau hal baru
- Diskusikan pernyataan tentang harga diri
E:- Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam
perkembangan konsep positif dalam diri
- Anjurkan memoertahankan kontak mata saat berkomunikasi
- Latih pernyataan / kemampuan positif diri
K:-

Dx. 3. Manajemen Halusinasi


O : - Monitor perilaku yang mengindikasi halusinasi.
- Monitor isi gangguan/halusinasi.
N : - Pertahankan keamanan.
- Diskusikan rasa serta responnya mengenai gangguan.
E : - Menganjurkan monitor munculnya gangguan.
- Menganjurkan komunikasi guna memberi motivasi serta
feedback
- Menganjurkan distraksi (dengar lagu,
menyelesaikan kegiatan)
- Mengajarkan kontrol gangguan. Kolaborasi
K : - Kolaborasi pengobatan antipsikotik dan ansietas.

vi. DAFTAR PUSTAKA

5
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

1. Damaiyanti, Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Cetakan Kedua.


Bandung: PT. Refika Adimata

2. Keliat, Budi Ana. 2014. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.


Jakarta: EGC
3. Tim Pokja DPP PPNI SDKI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

4. Tim Pokja DPP PPNI SIKI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia. Jakarta : DPP PPNI
5. Yosep, H. I., dan Sutini, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan
Advance Mental Health Nursing. Bandung: Refika Aditama

6
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

STRATEGI PELAKSANAAN

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Pertemuan Ke : 1
Hari/Tanggal : Senin, 20 Desember 2021

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : Merasa ingin sendiri, Merasa tidak aman di tempat umum, Merasa berbeda
dengan orang lain, Merasa asyik dengan pikiran sendiri, Merasa tidak
mempunyai tujuan yang jelas
DO : Menarik diri, Tidak berminat berinteraksi dengan orang lain, Afek datar, Afek
sedih, Tidak mampu mmemenuhi harapan orang lain, Kondisi difabel, Tidak
ada kontak mata, Perkembangan terlambat, Tidak bergairah/lesu
2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial
3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat melakukan interaksi dengan orang lain
b. Klien dapat melakukan kegiatan bersama dengan orang lain
c. Klien dapat melakukan kegiatan sosial
d. Klien dapat merasakan manfaat dari latihan bersosialisasi
e. Klien merasa nyaman berinteraksi dengan orang lain
4. Tindakan Keperawatan:
a. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi dengan orang lain
b. Mendiiskusikan keuntungan melakukan kegiatan bersama orang lain
c. Melatih klien berkenalan
d. Latih klien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sehari-hari.
e. Melatih klien kegiatan sosial: berbelanja, ke rumah ibadah, dll

B. Strategi Komunikasi
1. ORIENTASI:
a. Salam terapeutik: “selamat pagi bu, perkenalkan saya suster Vania yang akan

1
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

berdinas pagi ini dari jam 7 sampai jam 2 siang. Tolong ibu
sebutkan nama lengkap dan tanggal lahir ibu?”
b. Evaluasi/Validasi: “Bagaimana bu keadannya pagi ini? Apakah ibu masih merasa
kesepian dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain?”, “Apa yang ibu lakukan
untuk mengatasi rasa kesepian?”
c. Kontrak
Topik : “Baik bu, hari ini saya akan menjelaskan tentang isolasi social yang ibu
alami, muai dari pengertian, penyebab, tanda gejala serta apa
keuntungan memiliki teman dan kerugian tidak memiliki teman, kita
juga akan berlatih cara berkenalan dengan orang lain.”
Waktu : ”waktunya kurang lebih 30 menit”
Tempat : “Tempatnya disini ya bu diruangan ibu, apakah ibu bersedia?”

d. Tujuan : “Tujuannya agar ibu tidak merasa kesepian dan mau berinteraksi dengan
orang lain.”
2. KERJA:
• “Baik bu, saya akan menjelaskan tentang isolasi social”
• “Isolasi social merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, penyebabnya seperti factor tumbuh kembang, factor komunikasi dlam
keluarga, factor social, dan factor biologis penyebab yang ibu alami saat ini
kfaktor komunikasi dalam keluarga ya bu.”
• “Untuk tanda gejalanya, seperti sedih, menghindar dari orang lain, komunikasi
kurang/tidak ada, tidak ada kontak mata atau sering menunduk, sering berdiam
diri dikamar. Dari tanda gejala tersebut yang mana yang ibu alami?”
• “Baik ibu untuk cara mengatasinya itu dengan cara berkenalan dengan orang lain
agar ibu tidak merasa kesepian”
• “Menurut ibu apa keuntungan memiliki teman? Bagus sekali ibu, sekarang
menurut ibu apa kerugian tidak memiliki teman? Wah hebat sekali ibu, seperti
yang ibu jelaskan tadi bahwa jika tidak memiliki teman ibu akan merasa kesepian.
Baik bu, saya akan mengajarkan kepada ibu cara berkenalan dengan orang lain
seperti ini ya bu caranya ibu dapat mengulurkan tangan sambil tersenyum dan
berkata “hallo, nama saya cici senang dipanggil cici, hobi saya membaca dan

2
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

bernyanyi, nama ibu siapa? Hobi ibu apa?”. Mari bu kita lakukan bersama-sama,
sekarang coba ibu lakukan sendiri ya bu. Wah hebat sekali ibu.”

3. TERMINASI
a. Evaluasi
Subyektif : ”Bagaimana perasaannya setelah berkenalan dengan orang lain?”
Obyektif : “Coba sekarang ibu lakukan kembali bagaimana cara berkenalan
dengan orang lain? Wah hebat sekali ibu dapat melakukannya
dnegan baik.”
b. Rencana Tindak Lanjut: “Baik ibu, setelah ini ibu dapat berkenalan dengan 2
orang. Siapa yang akan ibu ajak berkenalan? Baik bu, ibu dina dan ibu elisa.
Kalau begitu ibu dapat melakukan cara berekenalan seperti yang sudah saya
ajarkan tadi.
c. Kontrak
Topik : “Baik bu, untuk pertemuan besok kita akan melakukan kegiatan. Ibu ingin
kita besok melakukan kegiatan apa? Baik bu, mencuci piring, kalau
begitu ibu dapat melakukan kegiatan tersebut bersama dengan
2 orang yang sudah ibu kenal.”
Waktu : ”Waktunya jam 10 pagi ya bu.”
Tempat : “Ibu mau kita lakukan dimana? Baik kalau begitu saya pamit ya bu,
selamat siang.”

3
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A – 19057)

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN

i. KASUS (MASALAH UTAMA)


Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan ditujukan pada


diri sendiri/orang lain secara verbal maupun non verbal dan pada lingkungan.
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak
memiliki tujuan khusus, tapi lebih merujuk pada suatu perangkat perasaan-
perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah (Depkes RI,
2006, Berkowitz, 1993 dalam Dermawan dan Rusdi, 2013)

ii. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Faktor Predisposisi
1. Psikologis : kegagalan dapat menimbulkan seseorang menjadi frustasi
yang kemudian dapat timbul agresif atau perilaku kekerasan.
2. Perilaku : kekerasan yang didapat pada saat setiap melakukan sesuatu
maka perilaku tersebut diterima sehingga secara tidak langsung hal
tersebut akan diadopsi dan dijadikan perilaku yang wajar.
3. Sosial budaya : budaya yang pasif-agresif dan kontrol sosial yang tidak
pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolaholah kekerasan
adalah hal yang wajar.
4. Bioneurologis : kerusakan pada sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter ikut menyumbang
terjadi perilaku kekerasan.

B. Faktor Presipitasi
1. Ekspresi diri : menunjukan eksistensi diri atau symbol solidaritas
2. Ekspesi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan social ekonomi.

1
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A – 19057)

3. Kesulitan dalam komunikasi : tidak membiasakan dialog untuk


memecahkan masalah cenderung melakukan kekerasan dalam
menyelesaikan konflik.
4. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5. Adanya riwayat perilaku anti sosial : penyalahgunaan obat dan
alkohlisme dan tidak mampu mengontrol emosinya
6. Kematiaan anggota keluaraga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.

C. Jenis
Menurut Jeffrey, dkk 2006 dalam Indri (2013) :
1. Ringan : Intimidasi terhadap orang disekitarnya, belum melakukan
kekerasan verbal tetapi sudah menunjukan kekerasan emosional : mata
melotot, melihat tajam, mengepalkan tangan
2. Menengah / Sedang : sudah melakukan perilaku kekerasan tetapi tidak
mengakibatkan cidera yang berarti dengan intensitas yang rendah :
pukulan yang tidak terlalu keras
3. Berat : benar benar dilakukan dan mengakibatkan cidera yang serius
pada orang yang diserang

D. Fase-fase
Stress menyebabkan kecemasan yang menimbulkan oerasaan tidak
menyenangkan dan terancam menyebabkan rasa marah yang dapat
dilakukan dengan 3 cara : Mengungkapkan secara verbal, Menekan,
Menantang
Kemarahan diawali oleh adanya stressoe yang berasal dari internal
(penyakit, hormonal, dendam) atau eksternal (ledekan, cacian, makian,
hilangnya benda berharga, dl) yang mengakibatkan kehilangan atau
gangguan pada sisyem individu. (Videbeck 2008 dalam Indri 2013)

E. Rentang Respons

2
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A – 19057)

Menurut Stuart dan Laraia, 2005 dalam Dermawan dan Rusdi 2013 :
1. Perilaku asertif : menyatakan atau mengungkapkan rasa marah atau
tidak setuju tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain
2. Frustasi : kegagalan mencapai tujuan yang realistis atau hambatan dalam
pencapaian tujuan
3. Perilaku pasif : tidak mampu untuk mengungkapakn perasaan marah
yang sedang dialami, untuk menghindari suatu ancaman nyata.
4. Agresif/perilaku kekerasan : hasil dari kemarahan yang sangat tinggi
5. Amuk : perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang
kontrol diri sehingga dapat merusak diri, orang lain, dan lingkungan

F. Mekanisme Koping
Menurut Purwanto T (2015) mekanisme koping yang umum
digunakan, antara lain:
1. Sublimasi : menerima suatu sasaran pengganti artinya saat mengami
suatu dorongan, penyalurannya ke arah lain.
2. Proyeksi : menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginan yang tidak baik

iii. A. Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan dan


verbal)

Effect

Perilaku Kekerasan

Core Problem

Harga Diri Rendah Kronis

Causa

(Damaiyanti, 2014)
B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

3
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A – 19057)

DS : klien mengatakan jengkel dengan orang lain, mengupkankan rasa


permusuhan yang mengancam, klien meras tidak nyaman, klien
merasa tidak berdaya, ingin berkelahi, dendam.
DO : tangan dikepal, tubuh kaku, ketegangan otot seperti rahang terkatup,
nada suara tinggi, waspada, pandangan tajam, reflek cepat, aktivitas
motor meningkat, mondar-mandir, merusak secara langsung
bendabenda yang berada dalam lingkungan, menolak, muka merah,
nafas pendek

iv. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Dx. 1. Resiko Perilaku Kekerasan b.d halusinasi
Dx. 2. Perilaku Kekerasan b.d Implusif
Dx. 3. Harga Diri Rendah Kronis b.d gangguan psikiatri

v. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Dx. 1. Manajemen Halusinasi
O : - Monitor perilaku yang mengindikasi halusinasi.
- Monitor isi gangguan/halusinasi.
N : - Pertahankan keamanan.
- Diskusikan rasa serta responnya mengenai gangguan.
E : - Menganjurkan monitor munculnya gangguan.
- Menganjurkan komunikasi guna memberi motivasi serta
feedback
- Menganjurkan distraksi (dengar lagu,
menyelesaikan kegiatan)
- Mengajarkan kontrol gangguan. Kolaborasi
K : - Kolaborasi pengobatan antipsikotik dan ansietas.
Dx. 2. Pencegahan Perilaku Kekerasan
O : - Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan
- Monitor keamanan barang yang dibawa oleh pengunjung
- Monitor selama menggunakan barang yang
dapat membahayakan

4
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A – 19057)

N : - Pertahankan lingkungan yang bebas dari bahaya secara rutin


- Libatkan keluarga dalam perawatan
E : - Anjurkan pengunjung dan keluarga untuk mendukung
keselamatan pasien
- Latih mengungkapkan perasaan secara asertif
- Latif cara mengurangi kemarahan secara verbal dan nonverbal
(relaksasi, latihan fisik, bercerita, spiritual)
Dx. 3. Promosi Harga Diri
O:- identifikasi budaya, agama, ras, jenis kelamin, dan usia terhadap
harga diri
- Monitor verbalisasi yang merendahkan diri sendiri
- Monitor tingkat harga diri setiap waktu, sesuai kebutuhan
N :- Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri
- Motivasi menerima tantangan atau hal baru
- Diskusikan pernyataan tentang harga diri
E:- Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam
perkembangan konsep positif dalam diri
- Anjurkan memoertahankan kontak mata saat berkomunikasi
- Latih pernyataan / kemampuan positif diri

vi. DAFTAR PUSTAKA


1. Damaiyanti, Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Cetakan Kedua.
Bandung: PT. Refika Adimata
2. Direja, A.H.S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
3. Keliat, Budi Ana. 2014. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC
4. Tim Pokja DPP PPNI SDKI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia. Jakarta : DPP PPNI
5. Tim Pokja DPP PPNI SIKI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

5
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

STRATEGI PELAKSANAAN

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Pertemuan Ke : 1
Hari/Tanggal : Senin, 20 Desember 2021

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien tenang, Kooperatif, duduk santai di ruang perawat

2. Diagnosa Keperawatan: Resiko Perilaku Kekerasan

3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

4. Tindakan Keperawatan:
a. Memberikan salam dan panggilan nama klien
b. Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
c. Menjelaskan maksud hubungan interaksi
d. Menjelaskan kontrak yang akan dibuat
e. Memberi rasa aman dan tunjukkan sikap empati
f. Lakukan kontak singkat tetapi sering
g. Penuhi kebutuhan dasar pasien

B. Strategi Komunikasi
1. ORIENTASI:
a. Salam terapeutik : “Selamat pagi ibu, perkenalkan saya perawat vania yang
bertugas pagi hari ini dari jam 8 pagi sampai jam 2 siang. Dapat sebutkan nama
dan tanggal lahir ibu ? baik sudah sesuai ya bu.”
b. Evaluasi/Validasi : “Bagaimana perasaan ibu hari ini ? apakah ibu masih merasa
kesal dan marah ?”. Apa yang sudah ibu lakukan Ketika
ibu merasa kesal dan marah ?”

1
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

c. Kontrak
Topik : “Baik bu, hari ini saya akan menjelaskan ap aitu resiko perilaku kekerasan,
penyebab, tanda gejala, dan bagaimana cara megatasi serta kita akan
berlatih cara mengatasinya dengan Teknik Tarik nafas dalam dan
Teknik pukul bantal.”
Waktu : “Waktunya kurang lebih 20 menit.”
Tempat : “Tempatnya disini ya bu.”

d. Tujuan : “Tujuannya supaya ibu mampu memahami tentang resiko perilaku


kekerasan dan mampu mengatasi rasa kesal serta marah yang ibu rasakan.”

2. KERJA:
• “Baik ibu saya akan mulai menjelaskan, resiko perilaku kekerasan adalah suatu
perilaku yang menunjukan dapat membahayakn orang lain secara fisik dan
emosional.”
• “Saat ini resiko perilaku kekerasan yang ibu rasakan adalah disebabkan karena
gangguan konsep diri .”

• “Tanda gejalanya yaitu kesal, ingin memukul orang lain, tidak mampu mengontrol
perilaku kekerasan, pandangan tajam, tangan mengepal, mudah tersinggung,
bicara kasar. Dari beberapa tanda gejala ini, yang mana yang ibu rasakan?.”
• “Cara mengatasinya ada lima cara, yaitu : Teknik Tarik nafas dalam, pukul bantal,
minum obat secara berat, berbicara yang baik, dan spiritual.”
• “Pagi ini saya akan mengajarkan ibu teknik yang pertama yaitu teknik Tarik nafas
dalam dan teknik pukul bantal “
• “Sekarang saya akan menjelaskan teknk Tarik nafas dalam terlebih dahulu.
Pertama tama Tarik nafas ibu melalui hidung, tahan selama 3 detik, lalu
hembuskan perlahan melalui mulut seperti meniup balon. Saya contohkan terlebih
dahulu ya bu, sekarang kita lakukan bersama-sama ya bu. Coba sekarang ibu
lakukan sendiri, wah ibu hebat.”
• “Selanjutnya saya akan menjelaskan teknik pukul bantal, pertama ibu ambil dan
genggam 1 buah bantal ini, kemudian ibu lampiaskan kemarahan ibu dengan

2
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

memukul bantal yang ibu genggam ini, sampai ibu merasa lebih baik. Saya
contohkan terlebih dahulu ya bu. Sekarang kita lakukan bersama-sama ya bu.
Coba sekarang ibu lakukan sendiri, bagus ya bu seperti itu. Nah saya rasa ibu
sudah mampu melakukan kedua teknik tersebut.”

3. TERMINASI
a. Evaluasi
Subyektif : ”Bagaimana perasaan ibu setelah saya ajarkan teknik Tarik nafas
dalam dan teknik pukul bantal ?”
Obyektif : “Coba ibu peragakan Kembali bagaimana cara Tarik nafas dalam,
wah ibu hebat”, “Sekarang coba ibu peragakan Kembali bagaimana
teknik pukul bantal, bagus ya ibu dapat melakukannya dengan
benar.”

b. Rencana Tindak Lanjut: ”Baik ibu, nanti jika ibu merasa kesal dan marah ibu dapat
melakukan teknik Tarik nafas dalam dan teknik pukul bantal seperti yang sudah
kita lakukan bersama.”
c. Kontrak
Topik : “Baik ibu, pertemuan berikutnya kita akan berbincang-bincang tentang
cara minum obat yang benar. Tujuannya supaya rasa kesal dan marah
ibu lebih terkontrol lagi.
Waktu : “Waktunya jam 8 pagi ya bu.”
Tempat : “Tempatnya disini ya bu.”

3
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

i. KASUS (MASALAH UTAMA)


Defisit Perawatan Diri

Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang


mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas
perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias,
makan, dan BAB/BAK (toileting) (Fitria,2012).

ii. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Faktor Predisposisi
Menurut Herman , 2011 :
1. Perkembangan dan Biologis
2. Kemampuan realitas turun
3. Sosial

B. Faktor Presipitasi
Menurut Herman (2011) :
1. Penurunan motivasi
2. Kerusakan kognisi serta cemas
3. Lelah yang dialami klien sehingga kurang perawatan diri.

C. Jenis
1. Menurut nanda 2017 terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri: Mandi
b. Defisit perawatan diri: Perawatan Ganti Pakaian
2. Menurut Yosep (2011) :
a. Defisit perawatan diri: Makan dan Minum
b. Defisit perawatan diri: Eliminasi

1
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

D. Rentang Respons
1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stressor dan
mampu untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan
klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri
2. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stressor
kadang-kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stresor

E. Mekanisme Koping
Menurut Damaiyanti, 2012 Mekanisme Koping antara lain :
1. Mekanisme koping adaptif : mendukung fungsi integrasi pertumbuhan
belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi
kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptive : menghambat fungsi integrasi,
memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung
menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri

iii. A. Pohon Masalah


Risiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan dan
verbal)

Effect

Defisit Perawatan Diri

Core Problem

Harga Diri Rendah

Causa

2
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

B. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji Data


Subjektif :
• Klien mengatakan dirinya Klien mengatakan ingin malas mandi karena
dingin disuapin makanan atau tidak tersedia alat mandi Klien
mengatakan jarang
• Klien mengatakan dirinya membersihkan alat kelaminnya malas
berdandan setelah BAK/BAB

Data Objektif :

• Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut


kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan berbau, serta kuku panjang dan kotor
• Ketidakmampuan berpakaian/berhias ditandai dengan rambut acakacakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki-
laki), atau tidak berdandan (perempuan)
• Ketidakmaampuan makan secara mandiri ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makanan sendiri, makan berceceran, dan
makan tidak pada tempatnya
• Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai dengan BAB/BAK
tidak pada tempatnya tidak membersihkan diri denganbaik setelah
BAB/BAK

iv. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Dx. 1. Defisit Perawatan Diri

v. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Mengkaji kemampuan perawatan diri yang meliputi mendi/membersihkan
diri, berpakaian/berhias, makan, BAB/BAK secara mandiri
2. Memberikan latihan cara melakukan mandi/membersihkan diri,
berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK secara mandiri
3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masih kurang
perawatan diri

3
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

vi. DAFTAR PUSTAKA


1. Damaiyanti,M., Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:
Refika Aditama

2. Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Amplikasi Penulisan Laporan


Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan. Jakarta: Salemba Medika.
3. Keliat, Budi Ana. 2014. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC
4. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

5. Yosep, H. I., dan Sutini, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan
Advance Mental Health Nursing. Bandung: Refika Aditama

4
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

STRATEGI PELAKSANAAN

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Pertemuan Ke : 1
Hari/Tanggal : Senin, 20 Desember 2021

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan malas mandi, Klien mengatakan mandi 1x/hari, Klien
mengatakan mandi hanya memakai air tidak memakai sabun, Klien
mengatakan sikat gigi hanya 1x/hari
DO : Mulut klien tercium bau khas, Rambut klien tercium bau, Tampak suka
menggaruk-garuk kepala karena gatal
2. Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Khusus
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
4. Tindakan Keperawatan:
a. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
b. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
c. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
d. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
e. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

B. Strategi Komunikasi
1. ORIENTASI:
a. Salam terapeutik : “Assalamualaikum Wr. Wb. Pak, perkenalkan saya perawat
yang akan merawat bapak, nama saya aisyah fathaniah, senang dipanggil aisyah.
Saya dinas disini dari jam 08.00

pagi sampai jam 14.00 siang pak. Nama bapak siapa? Senang
dipanggil apa?”
b. Evaluasi/Validasi: “Bagaimana tidurnya semalam? Bagaimana perasaan bapak
saat ini? Apa ada keluhan? Apakah bapak sudah mandi tadi
?”
c. Kontrak
Topik : “Baiklah, Bagimana kalau kita berbincang tentang kebersihan diri ?”
Waktu : “Berapa lama bapak ingin berbincang – bincang mengenai topik hari
ini ? Bagaimana jika 20 menit?”
Tempat : “Baiklah mau dimana kita ngobrolnya bapak ? Oh, jadi kita ngobrolnya
diruang ini saja?”
d. Tujuan : “Tujuan kita berbincang – bincang topik ini adalah agar bapak mengerti
tentang manfaat dan pentingnya menjaga kebersihan diri, dan bisa melakukan
kegiatan mandi, mencuci rambut, sikat gigi dengan baik dan benar ya pak”
2. KERJA:

• “ Berapa kali bapak mandi dalam sehari?”


• “Apakah bapak sudah mandi hari ini?”
• “Menurut bapak apa kegunaannya mandi ?”
• “Apa alasan bapak sehingga tidak bisa merawat diri?”
• “Menurut bapak apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri?”
• “Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa
ya...?, badan gatal, mulut bau, apa lagi...? Kalau kita tidak teratur menjaga
kebersihan diri masalah apa menurut bapak yang bisa muncul ? Betul ada kudis,
kutu...dsb”
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

• “Menurut bapak mandi itu seperti apa? Sebelum mandi apa yang biasanya bapak
persiapkan? Benar sekali, bapak perlu menyiapkan pakain ganti yang bersih,
handuk kering, sikat gigi, odol, shampo dan sabun mandi.”
• “Menurut bapak tempat mandi dimana? Benar sekali kita mandi di kamar mandi,
bagaimana kalau kita ke kamar mandi sekarang. Saya akan bantu melakukannya.
Pertama kita gosok gigi dulu dengan sikat gigi, ambil sikat gigi yang sudah di
kasih odol kemudian sikat gigi dengan gerakan memutar dari atas ke bawah
kemudian bapak berkumur kumur dengan air bersih.”

• “Bagus sekali bapak, sekarang buka pakaian bapak, siram seluruh tubuh bapak
dengan air termasuk rambut dan kepala lalu ambil shampo sedikit dan gosokkan
ke atas kepala bapak sampai berbusa lalu bilas sampai bersih.”
• “Bagus sekali bapak, sekarang ambil sabun dan gosokan ke seluruh tubuh bapak
secara merata dan di mulai dari bagian sebelah kanan lalu siram dengan air sampai
bersih, pastikan bersih tidak ada sisa sabun yang menempel. Setelah selesai di
siram dengan air sampai bersih keringkan tubuh bapak dengan handuk kering
yang sudah disiapkan”
• “Bagus sekali bapak melakukannya. Selanjutnya bapak menggunakan pakaian
bersih yang sudah di siapkan”

3. TERMINASI
a. Evaluasi
Subyektif : “Bagaimana perasaan bapak setelah mandi dan mengganti pakaian?
Coba bapak sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang
sudah bapak lakukan tadi? Bagus sekali sekarang bapak sudah tahu
manfaat dan cara mandi yang baik”
Obyektif : “Nah, tadikan kita sudah belajar cara mandi dan sikat gigi yang
benar. Sekarang coba bapak lakukan ulangi kembali?”
b. Rencana Tindak Lanjut: “Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian.
Bapak Mau berapa kali sehari mandi dan sikat gigi? Bagus, dua kali yaitu pagi dan
sore. Kalau pagi jam berapa ? kalau sore ?? Baik jam 8 dan jam 3 ya pak” c. Kontrak
Topik : “Bapak besok kita akan berbincang – bincang kembali ya pak, untuk
Neng Diana Marselina Akper Hermina Manggala Husada (3A-19057)

mengulangi tentang mandi dan sikat gigi yang benar. Setelah itu kita
belajar untuk latihan berdandan ya pak”
Waktu : “Bapak mau berapa lama melakukan kegiatannya? Bagaimana jika
15 menit?”
Tempat : “Dimana kita akan latihannya? Di ruang kegiatan? Baiklah karena
pertemuan untuk hari ini sudah selesai. Saya permisi dulu ya pak,
sampai jumpa besok. Selamat beraktivitas kembali.
Assalamualaikum”

Anda mungkin juga menyukai