Anda di halaman 1dari 27

Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.

com/ahwalul-musliminal-yaum/

Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah

admin

(Kondisi Umat Islam Hari Ini)

Diakui atau tidak, fakta menunjukkan bahwa kaum muslimin saat ini sedang dilanda
berbagai kelemahan. Hal inilah kemudian yang menyebabkan umat Islam hari ini belum
mampu tampil sebagai masyarakat ideal seperti yang dicita-citakan, yaitu menjadi
khairu ummah, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,

ِ ‫ﺱ ﺗَﺄُْﻣُﺮﻭَﻥ ﺑِﺎْﻟَﻤْﻌُﺮﻭ‬
ِ�‫ﻑ َﻭﺗَْﻨَﻬْﻮَﻥ َﻋِﻦ ﺍْﻟُﻤْﻨَﻜِﺮ َﻭﺗُْﺆِﻣﻨُﻮَﻥ ﺑِﺎﱠ‬ ِ ‫ُﻛْﻨﺘُْﻢ َﺧْﻴَﺮ ﺃُﱠﻣٍﺔ ﺃُْﺧِﺮَﺟْﺖ ﻟِﻠﻨﱠﺎ‬
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali
1 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

Imran: 110)

Kelemahan muslimin (dha’ful muslimin) pada saat ini meliputi beberapa aspek:

Pertama, aspek aqidah (aqidatan).

Tidak sedikit dari umat Islam saat ini yang masih awam terhadap prinsip-prinsip aqidah
Islam; hal ini menyebabkan keterikatan mereka terhadap Islam demikian longgar.
Kecintaan, kesetiaan, pembelaan, kebanggaan, dan komitmen terhadap Islam belum
terbangun dengan kokoh di dalam diri mereka; Begitupula kebencian, pemutusan
hubungan, perlawanan, pengingkaran, dan penyelisihan mereka terhadap nilai-nilai
yang bertentangan dengan kebenaran belum terpatri kuat dalam jiwa mereka. Padahal
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ َ‫ﺃَْﻭﺛ‬
ُ ‫ َﻭﺍﻟﺒُْﻐ‬،ِ‫ َﻭﺍْﻟُﺤﱡﺐ ﻓِﻲ ﷲ‬،ِ‫ َﻭﺍْﻟُﻤَﻌﺎَﺩﺍﺓُ ﻓِﻲ ﷲ‬،ِ‫ﺍْﻟُﻤَﻮﺍﻻَﺓُ ﻓِﻲ ﷲ‬:‫ﻖ ُﻋَﺮﻯ ْﺍِﻹْﻳَﻤﺎِﻥ‬
ِ‫ﺾ ﻓِﻲ ﷲ‬
“Ikatan iman yang paling kuat adalah loyalitas karena Allah dan permusuhan karena
Allah, mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.” (HR. Ath-Thabrani dalam
Mu’jamul Kabir [no.11537], lihat Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah [IV/306, no. 1728])

Kelemahan aspek aqidah juga terlihat dari masih maraknya fenomena kemusyrikan

2 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

seperti: praktek ramal, dukun, dan sihir. Selain itu, muncul pula pendangkalan aqidah
melalui penyebaran faham atheisme, pluralisme, liberalisme, dan aliran-aliran sesat.

Oleh karena itu para da’i hendaknya dapat memperhatikan dengan sungguh-sungguh
upaya pengokohan pemahaman serta pengamalan umat terhadap aqidah yang benar,
khususnya adalah pengokohan pemahaman dan pengamalan rukun iman serta rukun
Islam.

Kedua, aspek tarbiyah/pendidikan (tarbiyatan)

Kegiatan pembinaan dan pendidikan Islam saat ini seringkali kurang diprioritaskan oleh
umat. Sementara itu secara umum pelaksanaan pendidikan Islam secara formal maupun
informal masih jauh dari ideal, sehingga umat Islam belum bisa memahami ajaran
agamanya secara utuh dan menyeluruh. Tidak sedikit diantara mereka yang mengenal
dan mengamalkan serta berinteraksi dengan ajaran Islam hanya dalam aspek-aspek dan
momentum yang terbatas. Contoh: saat kelahiran bayi, saat khitanan, saat syukuran,
saat pernikahan, dan saat kematian.

Lemahnya aspek tarbiyah menyebabkan sebagian umat Islam hari ini lebih fokus dan
terkonsentrasi pada urusan-urusan pemenuhan kebutuhan materi. Hal-hal yang bersifat
spiritual kadangkala terlupakan dan bahkan diabaikan. Inilah mungkin yang
menyebabkan umat Islam ditimpa penyakit al-wahn (kelemahan), sebagaimana
3 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫ﺳْﻮَﻝ ﷲِ؟‬ ْ َ‫ﺷُﻚ ﺃَْﻥ ﺗََﺪﺍَﻋﻰ َﻋﻠَْﻴُﻜﻢ ﺍﻷَُﻣُﻢ َﻛَﻤﺎ ﺗََﺪﺍَﻋﻰ ﺍﻷََﻛﻠَﺔُ ﺇِﻟَﻰ ﻗ‬
ُ ‫ﺼَﻌﺘَِﻬﺎ” ﺍََﻭِﻣْﻦ ﻗِﻠﱠٍﺔ ﺑِﻨَﺎ ﻳَْﻮَﻣﺌٍِﺬ ﻳَﺎ َﺭ‬ ِ ‫ﻳُْﻮ‬
‫ َﻭَﻣﺎ ﺍْﻟَﻮْﻫُﻦ‬:‫ َﻭﻗَْﺪ ﻧََﺰَﻝ ﺑُِﻜُﻢ ﺍْﻟَﻮْﻫُﻦ” ﻗِْﻴَﻞ‬،‫ﺴْﻴِﻞ‬ َ ‫ َﻭﻟَِﻜﻨﱠُﻜْﻢ ُﻏﺜَﺎٌء َﻛُﻐﺜَﺎِء ﺍﻟ‬،‫ “ﺑَْﻞ ﺍِﻧﱠُﻜْﻢ ﻳَْﻮَﻣﺌٍِﺬَﻛﺜِْﻴُﺮْﻭَﻥ‬:‫ﻗَﺎَﻝ‬
ِ ‫ “ُﺣﱡﺐ ﺍﻟُﺪْﻧﻴَﺎ َﻭَﻛَﺮﺍِﻫﻴَﺔُ ﺍْﻟَﻤْﻮ‬:‫ﷲِ ؟ ﻗَﺎَﻝ‬
‫ﺕ‬ ّ ‫ﺳْﻮَﻝ‬ ُ ‫ﻳَﺎَﺭ‬
“Kamu akan diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain sebagaimana orang-orang berebut
melahap isi mangkok.” Para sahabat bertanya: “Apakah saat itu jumlah kami sedikit
ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Tidak, bahkan saat itu jumlah kalian banyak
sekali tetapi seperti buih air bah dan kalian ditimpa penyakit wahn.” Mereka bertanya
lagi: “Apakah penyakit wahn itu ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Terlalu cinta
dunia dan takut kepada mati” (HR. Abu Daud).

Ketiga, aspek wawasan/konsep pemikiran/cara pandang/ideologi (tsaqafiyyatan).

Banyak diantara umat Islam yang saat ini cenderung tidak ber-tsaqafah Islamiyah;
yakni berwawasan, berpandangan hidup, berpola pikir dan berideologi yang sesuai
dengan aqidah Islam. Supremasi pemikiran Islam di tengah-tengah umat belum
terwujud secara ideal. Umat Islam belum menjadikan Islam sebagai referensi tertinggi
dalam memandang urusan kehidupannya.

4 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

Bahkan, yang terjadi adalah munculnya sikap mengekor (taqlid) dan ikut-ikutan
(imma’ah) terhadap tsaqafah umat/bangsa lain yang tidak selalu sesuai dengan
tasaqafah Islamiyah.

Tentang sikap taqlid, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ﺳﻮَﻝ‬ ُ ‫ ﻓَﻘِﻴَﻞ ﻳَﺎ َﺭ‬. ‫ﻉ‬


ٍ ‫ﺸْﺒٍﺮ َﻭِﺫَﺭﺍًﻋﺎ ﺑِِﺬَﺭﺍ‬ ِ ، ‫ﺴﺎَﻋﺔُ َﺣﺘﱠﻰ ﺗَﺄُْﺧَﺬ ﺃُﱠﻣﺘِﻰ ﺑِﺄ َْﺧِﺬ ﺍْﻟﻘُُﺮﻭِﻥ ﻗَْﺒﻠََﻬﺎ‬
ِ ِ‫ﺷْﺒًﺮﺍ ﺑ‬ ‫ﻻَ ﺗَﻘُﻮُﻡ ﺍﻟ ﱠ‬
‫ﺱ ﺇِﻻﱠ ﺃُﻭﻟَﺌَِﻚ‬ُ ‫ ﻓَﻘَﺎَﻝ َﻭَﻣِﻦ ﺍﻟﻨﱠﺎ‬. ‫ﺱ َﻭﺍﻟﱡﺮﻭِﻡ‬ َ ‫ﷲِ َﻛﻔَﺎِﺭ‬
‫ﱠ‬

“Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya
sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada
Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Apakah mereka itu mengikuti seperti
Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?“ (HR.
Bukhari no. 7319)

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

, ‫ﺿﱟﺐ ﻻَﺗﱠﺒَْﻌﺘُُﻤﻮُﻫْﻢ‬َ ‫ﻉ َﺣﺘﱠﻰ ﻟَْﻮ َﺩَﺧﻠُﻮﺍ ﻓِﻰ ُﺟْﺤِﺮ‬ٍ ‫ﺸْﺒٍﺮ َﻭِﺫَﺭﺍًﻋﺎ ﺑِِﺬَﺭﺍ‬ ِ ‫ﺳﻨََﻦ ﺍﻟﱠِﺬﻳَﻦ ِﻣْﻦ ﻗَْﺒﻠُِﻜْﻢ‬
ِ ِ‫ﺷْﺒًﺮﺍ ﺑ‬ َ ‫ﻟَﺘَﺘﱠﺒُِﻌﱠﻦ‬
‫ ﻓََﻤْﻦ‬: ‫ﺼﺎَﺭﻯ ﻗَﺎَﻝ‬ َ ‫ﷲِ ﺁْﻟﻴَُﻬﻮَﺩ َﻭﺍﻟﻨﱠ‬ ُ ‫ﻗُْﻠﻨَﺎ ﻳَﺎ َﺭ‬
‫ﺳﻮَﻝ ﱠ‬

5 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi
sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu
masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan
mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti
itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR.
Muslim no. 2669)

Imam Nawawi –rahimahullah– ketika menjelaskan hadits di atas menjelaskan, “Yang


dimaksud dengan syibr (sejengkal) dan dzira’ (hasta) serta lubang dhab (lubang hewan
tanah yang penuh lika-liku), adalah permisalan bahwa tingkah laku kaum muslimin
sangat mirip sekali dengan tingkah Yahudi dan Nashrani. Yaitu kaum muslimin
mencocoki mereka dalam kemaksiatan dan berbagai penyimpangan, bukan dalam hal-
hal kekafiran mereka yang diikuti. Perkataan beliau ini adalah suatu mukjizat bagi
beliau karena apa yang beliau katakan telah terjadi saat-saat ini.” (Syarh Muslim, 16:
219)[1]

Sedangkan tentang sikap imma’ah Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,

ً‫ﻻ ﻳَُﻜﻮﻧَﱠﻦ ﺃََﺣُﺪُﻛْﻢ ﺇِﱠﻣَﻌﺔ‬

“Janganlah seorang diantara kalian menjadi imma’ah.”

6 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

Lalu ada yang bertanya:

‫َﻭَﻣﺎ ﺍِﻹﱠﻣَﻌﺔُ ؟‬

“Apa itu Imma’ah?”

Ibnu Mas’ud menjawab:

ٍ ‫ﻳَْﺠِﺮﻱ َﻣَﻊ ُﻛﱢﻞ ِﺭﻳ‬


‫ﺢ‬

“Mengikuti semua angin yang bertiup.”[2]

Seharusnya, sebagai umat yang memiliki way of life (manhajul hayah) yang sempurna,
mereka harus komitmen dengan segala sesuatu yang bersumber dari ajaran Islam.
Mencakup aspek keyakinan (al-i’tiqadi), moral (al-akhlaki), sikap (as-suluki), perasaan
(as-syu’uri), pendidikan (at-tarbawi), kemasyarakatan (al-ijtima’i), politik (as-siyasi),
ekonomi (al-iqtishadi), militer (al-‘askari), dan hukum (al-jina’i).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sejak awal telah mencontohkan tentang


pentingnya menjaga kemurnian tsaqafah para pengikutnya. Telah diriwayatkan secara
shahih bahwa beliau sangat marah ketika melihat Umar bin Khatthab memegang

7 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

lembaran yang di dalamnya terdapat beberapa potongan ayat Taurat, beliau berkata,

‫ﺳَﻌﻪُ ﺇﻻﱠ‬ِ ‫ﺳﻰ ﺃَِﺧﻲ َﺣﻴًّﺎ َﻣﺎ َﻭ‬


َ ‫ﻀﺎَء ﻧَﻘِﻴﱠﺔً ؟ ﻟَْﻮ َﻛﺎَﻥ ُﻣﻮ‬ ِ ‫ﺏ ؟ ﺃَﻟَِﻢ ﺁ‬
َ ‫ﺕ ﺑَِﻬﺎ ﺑَْﻴ‬ َ ‫ﺷﱟﻚ ﺃَْﻧ‬
ِ ‫ﺖ ﻳَﺎ ﺍْﺑَﻦ ﺍْﻟَﺨﻄﱠﺎ‬ َ ‫ﺃَﻓِﻲ‬
‫ ﺍﺗﱢﺒَﺎِﻋﻲ‬.

“Apakah engkau masih ragu wahai Ibnul Khatthab? Bukankah aku telah membawa
agama yang putih bersih? Sekiranya saudaraku Musa (‘alaihis salam) hidup sekarang
ini maka tidak ada keluasan baginya kecuali mengikuti (syariat)ku.” (HR. Ahmad, Ad-
Darimi dan lainnya).

Keempat, aspek dakwah (da’watan)

Setali tiga uang dengan aspek tarbiyah, aspek dakwah pun mengalami kelemahan; hari
ini kegiatan dakwah nyaris hanya sekedar menjadi entertainment yang tunduk kepada
selera pasar. Kegiatan dakwah seringkali dilakukan serampangan tanpa konsep,
tahapan, dan prioritas yang jelas.

Sementara itu, kebudayaan manusia terus berkembang secara dinamis dipengaruhi oleh
berbagai nilai, norma, dan aturan-aturan serta hukum yang tumbuh di tengah-tengah
mereka. Arus pemikiran dan gaya hidup mengalir deras tak terbendung; jahiliyyah
modern tampil dengan berbagai kemasan yang menggiurkan dan semakin canggih.

8 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

Sementara itu kita melihat fenomena para da’i masih lemah dalam mengaktualisasikan
nilai-nilai Islam dalam kehidupan kekinian.

Mari kita mengambil hikmah dan manfaat dari apa yang disampaikan Amin Rais. Ia
menawarkan 5 ‘pekerjaan rumah’ yang perlu diselesaikan oleh umat berkenaan dengan
dakwah di era informasi saat ini agar dakwah tetap relevan, efektif, dan produktif:[3]

1. Perlu adapengkaderan yang serius untuk memproduksi juru-juru dakwah dengan


pembagian kerja yang rapi. Ilmu tabligh belaka tidak cukup untuk mendukung
proses dakwah, melainkan diperlukan pula berbagai penguasaan dalam ilmu-ilmu
teknologi informasi yang paling mutakhir.
2. Setiap organisasi Islam yang berminat dalam tugas-tugas dakwah perlu
membangun laboratorium dakwah. Dari hasil “Labda” ini akan dapat diketahui
masalah-masalah riil di lapangan, agar jelas apa yang akan dilakukan.
3. Proses dakwah tidak boleh lagi terbatas pada dakwah bil-lisan, tapi harus
diperluas dengan dakwah bil-hal, bil-kitaabah (lewat tulisan), bil-hikmah (dalam
arti politik), bil-iqtishadiyah (ekonomi), dan sebagainya. Yang
jelas, actions,speak louder than word.
4. Media massa cetak dan terutama media elektronik harus dipikirkan sekarang
juga. Media elektronik yang dapat menjadi wahana atau sarana dakwah perlu
dimiliki oleh umat Islam. Bila udara Indonesia di masa depan dipenuhi oleh

9 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

pesan-pesan agamalain dan sepi dari pesan-pesan Islami, maka sudah tentu
keadaan seperti ini tidak menguntungkan bagi peningkatan dakwah Islam di tanah
air.
5. Merebut remaja Indonesia adalah tugas dakwah Islam jangka panjang. Anak-anak
dan para remaja kita adalah aset yang tak ternilai. Mereka wajib kita selamatkan
dari pengikisan aqidah yang terjadi akibat ‘invasi’ nilai-nilai non islami ke dalam
jantung berbagai komunitas Islam di Indonesia. Bila anak-anak dan remaja kita
memiliki benteng tangguh (al-hususn al-hamidiyyah) dalam era globalisasi dan
informasi sekarang ini, insya Allah masa depan dakwah kita akan tetap ceria.

Kelima, aspek organisasi (tandziman)

Tandzim (organisasi) yang dimaksud adalah organisasi dalam arti kesatuan individu
dalam komunitas untuk tujuan tertentu; maupun organisasi dalam arti kelompok kerja
sama antara orang-orang atau komunitas yang diadakan untuk mencapai tujuan
bersama.

Dalam aspek tandzim dengan pengertian seperti di atas, umat Islam pun mengalami
kelemahan. Beragamnya tandzim (organisasi) seharusnya melahirkan fastabiqul khairat
dan atau sinergi yang memunculkan berbagai macam kemaslahatan-kemaslahatan,
namun yang terjadi saat ini justru adalah fenomena tafarruq (perpecahan) yang

10 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

menyebabkan semakin lemahnya perjuangan.

Padahal fenomena seperti itu seharusnya dapat dihindari oleh umat Islam sejauh-
jauhnya, karena Allah Ta’ala berfirman,

‫ﷲِ َﺟِﻤﻴًﻌﺎ َﻭﻻ ﺗَﻔَﱠﺮﻗُﻮﺍ‬


‫ﺼُﻤﻮﺍ ﺑَِﺤْﺒِﻞ ﱠ‬
ِ َ‫َﻭﺍْﻋﺘ‬
“Dan berpegang-teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai.” (QS. Ali-Imran: 103).

‫ﺹ‬ ُ ‫ﺻﻔًّﺎ َﻛﺄ َﻧﱠُﻬْﻢ ﺑُْﻨﻴَﺎٌﻥ َﻣْﺮ‬


ٌ ‫ﺻﻮ‬ َ ‫ﷲَ ﻳُِﺤﱡﺐ ﺍﻟﱠِﺬﻳَﻦ ﻳُﻘَﺎﺗِﻠُﻮَﻥ ﻓِﻲ‬
َ ‫ﺳﺒِﻴﻠِِﻪ‬ ‫ﺇِﱠﻥ ﱠ‬

“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan


yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS.
As-Shaf: 4)

‫ﺼﺎﺑِِﺮﻳَﻦ‬ ‫ﺻﺒُِﺮﻭﺍ ﺇِﱠﻥ ﱠ‬


‫ﷲَ َﻣَﻊ ﺍﻟ ﱠ‬ َ ‫ﺸﻠُﻮﺍ َﻭﺗَْﺬَﻫ‬
ْ ‫ﺐ ِﺭﻳُﺤُﻜْﻢ َﻭﺍ‬ َ ‫ﺳﻮﻟَﻪُ َﻭَﻻ ﺗَﻨَﺎَﺯُﻋﻮﺍ ﻓَﺘَْﻔ‬ ‫َﻭﺃَِﻁﻴُﻌﻮﺍ ﱠ‬
ُ ‫ﷲَ َﻭَﺭ‬
“Dan ta’atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan,
yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal: 46)
11 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ َ‫ﺷﺒﱠَﻚ ﺑَْﻴَﻦ ﺃ‬
‫ﺻﺎﺑِِﻌِﻪ‬ َ ‫ﻀﻪُ ﺑَْﻌﻀﺎ ً َﻭ‬ ُ َ‫ ﺍْﻟُﻤْﺆِﻣُﻦ ﻟْﻠُﻤْﺆِﻣِﻦ َﻛﺎْﻟﺒُْﻨﻴَﺎِﻥ ﻳ‬.
ُ ‫ﺸﱡﺪ ﺑَْﻌ‬
“Seorang mu’min terhadap mu’min yang lain, ibarat sebuah bangunan yang
sebagiannya mengokohkan bagian yang lain” (dan beliau saw. menjalinkan antara
jari-jarinya.)” (Muttafaq ‘alaih).

Keenam, aspek akhlak (akhlakan)

Secara umum akhlak/moralitas sebagian kaum muslimin pada saat ini berada dalam
kelemahan, dalam arti masih jauh dari nilai-nilai ideal yang diajarkan oleh ajaran Islam.
Tidak sedikit diantara umat Islam saat ini yang terjangkit budaya permissivisme (paham
serba boleh), hedonisme (paham memburu kelezatan materi), gemar bersenang-senang,
melepaskan insting tanpa kendali, berlebih-lebihan dalam memuaskan kesenangan
perut, meninggalkan nilai-nilai kesopanan, kesantunan, dan rasa malu dari kalangan
pria maupun wanita.

*****

Ad-da’watul Harakiyyatus Syamilah

12 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

Umat Islam dan para da’i yang telah menyadari realita ini, hendaknya bahu membahu
melakukan upaya perbaikan (al-ishlah) dengan melakukan pergerakan dakwah yang
menyeluruh (ad-da’watul harakiyyatus syamilah) yang memiliki karakter sebagai
berikut.

Pertama, rabbani (ar-rabbaniyyah).

Dakwah rabbani yang dimaksud adalah dakwah yang digulirkan harus benar-benar
bertujuan dan berorientasi ketuhanan; bukan untuk mendapatkan keuntungan materi,
popularitas, pujian manusia, atau jabatan.

Allah Ta’ala berfirman,

‫ﺳﺄ َﻟُُﻜْﻢ َﻋﻠَْﻴِﻪ ﺃَْﺟًﺮﺍ ﺇِْﻥ ُﻫَﻮ ﺇِﱠﻻ ِﺫْﻛَﺮﻯ ﻟِْﻠَﻌﺎﻟَِﻤﻴَﻦ‬


ْ َ‫ﻗُْﻞ َﻻ ﺃ‬
“Katakanlah: ‘Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Qur’an).”
Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat.’” (QS. Al-An’am:
90)

‫ﻱ ﺇِﱠﻻ َﻋﻠَﻰ ﺍﻟﱠِﺬﻱ ﻓَﻄََﺮﻧِﻲ ﺃَﻓََﻼ ﺗَْﻌﻘِﻠُﻮَﻥ‬


َ ‫ﺳﺄ َﻟُُﻜْﻢ َﻋﻠَْﻴِﻪ ﺃَْﺟًﺮﺍ ﺇِْﻥ ﺃَْﺟِﺮ‬
ْ َ‫ﻳَﺎ ﻗَْﻮِﻡ َﻻ ﺃ‬

13 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

“Hai kaumku, aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain
hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu
memikirkan(nya)?” (QS. Hud: 51)

Karakter da’i rabbani (para da’i yang berorientasi ketuhanan) disebutkan dalam firman
Allah Ta’ala berikut ini,

َ ‫ُﻛﻮﻧُﻮﺍ َﺭﺑﱠﺎﻧِﻴﱢﻴَﻦ ﺑَِﻤﺎ ُﻛْﻨﺘُْﻢ ﺗَُﻌﻠﱢُﻤﻮَﻥ ﺍْﻟِﻜﺘَﺎ‬


ُ ‫ﺏ َﻭﺑَِﻤﺎ ُﻛْﻨﺘُْﻢ ﺗَْﺪُﺭ‬
‫ﺳﻮَﻥ‬

“Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al


Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS. Ali Imran, 3: 79)

Diantara makna Rabbani adalah faqih (orang yang memiliki pemahaman) dan ulama
(berpengetahuan) sebagaimana disebutkan di dalam Tafsir At-Thabari.

Kedua, konsepsional (al-manhajiyyah).

Artinya, dakwah yang diserukan harus benar-benar berpedoman dan berpanduan kepada
kitabullah dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berfirman,

ْ ‫ﷲِ َﻭَﻣﺎ ﺃَﻧَﺎ ِﻣَﻦ ﺍْﻟُﻤ‬


‫ﺸِﺮِﻛﻴَﻦ‬ ُ ‫ﺼﻴَﺮٍﺓ ﺃَﻧَﺎ َﻭَﻣِﻦ ﺍﺗﱠﺒََﻌﻨِﻲ َﻭ‬
‫ﺳْﺒَﺤﺎَﻥ ﱠ‬ ‫ﺳﺒِﻴﻠِﻲ ﺃَْﺩُﻋﻮ ﺇِﻟَﻰ ﱠ‬
ِ َ‫ﷲِ َﻋﻠَﻰ ﺑ‬ َ ‫ﻗُْﻞ َﻫِﺬِﻩ‬

14 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

“Katakanlah: ‘Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku
tiada termasuk orang-orang yang musyrik’” (QS. Yusuf: 108)

َ ‫ﺳﺒِﻴِﻞ َﺭﺑﱢَﻚ ﺑِﺎْﻟِﺤْﻜَﻤِﺔ َﻭﺍْﻟَﻤْﻮِﻋﻈَِﺔ ﺍْﻟَﺤ‬


‫ﺴﻨَِﺔ‬ َ ‫ﻉ ﺇِﻟَﻰ‬
ُ ‫ﺍْﺩ‬

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.”
(QS. An-Nahl: 125)

Ustadz Irwan Prayitno menjelaskan tentang karakter dakwah yang manhajiyyah sebagai
berikut: “Kemudian dari panduan ini (Al-Qur’an dan sunnah, red.) kita
mempertimbangkan keadaan lokal seperti situasi, kondisi, keadaan, peristiwa dan sikap
yang muncul sehingga muncul fiqhud dakwah yang dapat dijalankan di tempat tertentu.
Minhaj yang jelas akan membawa kepada jalan yang jelas dan juga akan membawa kita
kepada tujuan yang benar sehingga Allah meridhaunya.”[4]

Ketiga, bertahap (al-marhaliyyah).

Kebertahapan dalam dakwah adalah karakter yang sangat penting untuk dijaga. Hal ini
diantaranya tergambar dari apa yang disampaikan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha
berikut ini.

15 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

‫ﺱ ﺇِﻟَﻰ‬ ُ ‫ﺏ ﺍﻟﻨﱠﺎ‬ َ ‫ﺼِﻞ ﻓِﻴَﻬﺎ ِﺫْﻛُﺮ ﺍْﻟَﺠﻨﱠِﺔ َﻭﺍﻟﻨﱠﺎِﺭ َﺣﺘﱠﻰ ﺇَِﺫﺍ ﺛَﺎ‬‫ﺳﻮَﺭﺓٌ ِﻣْﻦ ﺍْﻟُﻤﻔَ ﱠ‬ُ ُ‫ﺇِﻧﱠَﻤﺎ ﻧََﺰَﻝ ﺃَﱠﻭَﻝ َﻣﺎ ﻧََﺰَﻝ ِﻣْﻨﻪ‬
‫ﻉ ﺍْﻟَﺨْﻤَﺮ ﺃَﺑًَﺪﺍ َﻭﻟَْﻮ ﻧََﺰَﻝ‬ُ ‫ﺸَﺮﺑُﻮﺍ ﺍْﻟَﺨْﻤَﺮ ﻟَﻘَﺎﻟُﻮﺍ َﻻ ﻧََﺪ‬
ْ َ‫ﺷْﻲٍء َﻻ ﺗ‬ َ ‫ﺳَﻼِﻡ ﻧََﺰَﻝ ﺍْﻟَﺤَﻼُﻝ َﻭﺍْﻟَﺤَﺮﺍُﻡ َﻭﻟَْﻮ ﻧََﺰَﻝ ﺃَﱠﻭَﻝ‬ ْ ‫ﺍ ْ ِﻹ‬
‫ﺐ‬ُ ‫ﺳﻠﱠَﻢ َﻭﺇِﻧﱢﻲ ﻟََﺠﺎِﺭﻳَﺔٌ ﺃَْﻟَﻌ‬َ ‫ﷲُ َﻋﻠَْﻴِﻪ َﻭ‬‫ﺻﻠﱠﻰ ﱠ‬ َ ‫ﻉ ﺍﻟﱢﺰﻧَﺎ ﺃَﺑًَﺪﺍ ﻟَﻘَْﺪ ﻧََﺰَﻝ ﺑَِﻤﱠﻜﺔَ َﻋﻠَﻰ ُﻣَﺤﱠﻤٍﺪ‬
ُ ‫َﻻ ﺗَْﺰﻧُﻮﺍ ﻟَﻘَﺎﻟُﻮﺍ َﻻ ﻧََﺪ‬
ُ‫ﺴﺎِء ﺇِﱠﻻ َﻭﺃَﻧَﺎ ِﻋْﻨَﺪﻩ‬ َ ‫ﺳﻮَﺭﺓُ ﺍْﻟﺒَﻘََﺮِﺓ َﻭﺍﻟﻨﱢ‬ُ ‫ﺴﺎَﻋﺔُ ﺃَْﺩَﻫﻰ َﻭﺃََﻣﱡﺮ َﻭَﻣﺎ ﻧََﺰﻟَْﺖ‬‫ﺴﺎَﻋﺔُ َﻣْﻮِﻋُﺪُﻫْﻢ َﻭﺍﻟ ﱠ‬ ‫ﺑَْﻞ ﺍﻟ ﱠ‬
“Sesungguhnya yang pertama-tama kali turun darinya (Al-Qur’an) adalah surat Al-
Mufashshal yang di dalamnya disebutkan tentang surga dan neraka. Dan ketika
manusia telah condong ke Islam, maka turunlah kemudian ayat-ayat tentang halal dan
haram. Sekiranya yang pertama kali turun adalah ayat, ‘Janganlah kalian minum
khamer.’ Niscaya mereka akan mengatakan, ‘Sekali-kali kami tidak akan bisa
meninggalkan khamer selama-lamanya.’ Dan sekiranya juga yang pertamakali turun
adalah ayat, “Janganlah kalian berzina..’ niscaya mereka akan berkomentar, ‘Kami
tidak akan meniggalkan zina selama-lamanya.’ Ayat yang diturunkan kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Makkah yang pada saat itu aku masih anak-
anak adalah: ‘Bal As Saa’atu Mau’iduhum Was Saa’atu Adhaa Wa Amarr.(QS. Al-
Qamar: 46).’ Dan tidaklah surat Al Baqarah dan An Nisa` kecuali aku berada di sisi
beliau.” (HR. Bukhari).

Tentang marhaliyyah (kebertahapan) ini ada prinsip dan pemahaman dasar yang harus
dipahami, yaitu bahwa aspek aqidah dan ibadah harus diaplikasikan sekaligus.

16 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

Sedangkan syariat, penyampaiannya kepada manusia dan aplikasinya pada realitas


kehidupan itu bertahap. Sebagaimana ‘tali Islam’ itu bisa terurai ikatan demi ikatan[5]
—maksudnya bertahap, maka begitu juga upaya kembali kepadanya juga harus
bertahap.

Menggiring manusia untuk bergabung lagi di bawah panji Islam, yang mengatur semua
aspek kehidupan manusia itu menuntut langkah bertahap dalam penerapannya. Tidak
dikatakan bahwa prinsip bertahap itu telah terhenti setelah terhentinya wahyu dan
disempurnakannya agama. Karena yang menjadi masalah bukan pentahapan dalam
penetapan hukum syariat, melainkan dalam penerapannya. Tanpa pentahapan, berbagai
maslahat tidak dapat diwujudkan, terjadi kesulitan, dan semua manusia akan berpaling
dari syariat.[6]

Keempat, memperhatikan prioritas (al-aulawiyyah).

Dakwah yang benar pasti memperhatikan aulawiyyah (prioritas), yakni memperhatikan


hal penting mana yang harus didahulukan dan mana yang harus diakhirkan;
memprioritaskan perkara pokok di atas perkara cabang, perkara fardhu di atas perkara
sunnah atau nawafil, perkara fardhu ‘ain di atas fardhu kifayah, perkara hak masyarakat
di atas hak individu, perkara loyalitas kepada kepentingan umat di atas loyalitas kepada
kepentingan keluarga atau kelompok, dan lain-lain.[7]

17 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

Kelima, kekinian (al-waqi’iyyah).

Dakwah Islam hendaknya mampu menampilkan fleksibelitas di hadapan dinamika


kehidupan yang terus berkembang; sehingga dapat mensikapi realita atau kekiniaan
dengan tepat. Tentu saja hal ini dilakukan dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip
dan rambu-rambu yang telah digariskan di dalam manhaj asasi, yaitu Al-Qur’an dan
sunnah. Tsabat (pasti, tetap, stabil, kokoh, mantap, mapan, permanen, tidak berubah)
dalam hal sasaran dan tujuan, sementara murunah (lentur, luwes, dan fleksibel) dalam
hal sarana (wasilah) dan cara/teknik (uslub); tsabat dalam hal kaidah-kaidah
fundamental (pokok), sementara murunah dalam furu’ dan masalah-masalah juz’iyyat
(bagian-bagian/cabang); tsabat dalam hal nilai-nilai din dan akhlak, sementara murunah
dalam hal-hal keduniaan dan ilmu.[8]

Menegakkan dakwah yang waqi’iyyah sebenarnya adalah bagian dari implementasi


ajaran Islam yang memiliki karakter waqi’iyyah, yakni sejalan dengan realita, situasi,
dan kondisi manusia. Dengan karakternya ini ajaran Islam tidak pernah memerangi
fitrah manusia; tidak pernah mengabaikan kondisi dan kemampuan manusia yang
berbeda sehingga ada berbagai rukhshah (keringanan) di dalam agama; tidak pernah
melarang apa yang benar-benar dibutuhkan manusia, dan Islam tidak pernah menutup
mata dari berbagai kondisi darurat yang dialami manusia.

18 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

Dengan memperhatikan karakter ini, maka nilai-nilai Islam menjadi kontekstual dan
mampu menjawab berbagai problematika masyarakat.

Keenam, seimbang (al-mutawazinah).

Dakwah Islam yang harus ditegakkan adalah dakwah yang memperhatikan seluruh
aspek kehidupan manusia secara seimbang; lahir dan batin, jasmani dan rohani, serta
material dan spiritual. Karena Islam bukanlah agama yang memisahkan antara urusan
batin, rohani, atau spiritual, dengan urusan lahir, jasmani, dan material. Islam tidak
menerima sikap ghuluw (berlebih-lebihan) dalam memperhatikan satu aspek, dan
membuang aspek yang lainnya.

Sikap tawazzun tergambar dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini,

‫ﺝ ﺍﻟﻨﱠﺒِﱢﻰ – ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ‬ ِ ‫ﺕ ﺃَْﺯَﻭﺍ‬


ِ ‫ﺲ ْﺑَﻦ َﻣﺎﻟٍِﻚ – ﺭﺿﻰ ﷲ ﻋﻨﻪ – ﻳَﻘُﻮُﻝ َﺟﺎَء ﺛَﻼَﺛَﺔُ َﺭْﻫٍﻂ ﺇِﻟَﻰ ﺑُﻴُﻮ‬ َ َ‫ﺃَﻧ‬
‫ﺴﺄ َﻟُﻮَﻥ َﻋْﻦ ِﻋﺒَﺎَﺩِﺓ ﺍﻟﻨﱠﺒِﱢﻰ – ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻓَﻠَﱠﻤﺎ ﺃُْﺧﺒُِﺮﻭﺍ َﻛﺄ َﻧﱠُﻬْﻢ ﺗَﻘَﺎﱡﻟﻮَﻫﺎ ﻓَﻘَﺎﻟُﻮﺍ َﻭﺃَْﻳَﻦ‬ ْ َ‫ﻭﺳﻠﻢ – ﻳ‬
‫ ﻗَﺎَﻝ ﺃََﺣُﺪُﻫْﻢ ﺃَﱠﻣﺎ ﺃَﻧَﺎ‬. ‫ﻧَْﺤُﻦ ِﻣَﻦ ﺍﻟﻨﱠﺒِﱢﻰ – ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻗَْﺪ ُﻏﻔَِﺮ ﻟَﻪُ َﻣﺎ ﺗَﻘَﱠﺪَﻡ ِﻣْﻦ َﺫْﻧﺒِِﻪ َﻭَﻣﺎ ﺗَﺄ َﱠﺧَﺮ‬
َ‫ﺴﺎَء ﻓَﻼ‬ َ ‫ َﻭﻗَﺎَﻝ ﺁَﺧُﺮ ﺃَﻧَﺎ ﺃَْﻋﺘَِﺰُﻝ ﺍﻟﻨﱢ‬. ‫ﺻﻮُﻡ ﺍﻟﱠﺪْﻫَﺮ َﻭﻻَ ﺃُْﻓِﻄُﺮ‬ ُ َ‫ َﻭﻗَﺎَﻝ ﺁَﺧُﺮ ﺃَﻧَﺎ ﺃ‬. ‫ﺻﻠﱢﻰ ﺍﻟﻠﱠْﻴَﻞ ﺃَﺑًَﺪﺍ‬ َ ُ‫ﻓَﺈِﻧﱢﻰ ﺃ‬
ِ‫ﷲ‬ ‫ﷲِ – ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻓَﻘَﺎَﻝ » ﺃَْﻧﺘُُﻢ ﺍﻟﱠِﺬﻳَﻦ ﻗُْﻠﺘُْﻢ َﻛَﺬﺍ َﻭَﻛَﺬﺍ ﺃََﻣﺎ َﻭ ﱠ‬ ‫ﺳﻮُﻝ ﱠ‬ ُ ‫ ﻓََﺠﺎَء َﺭ‬. ‫ﺃَﺗََﺰﱠﻭُﺝ ﺃَﺑًَﺪﺍ‬
‫ﺐ َﻋْﻦ‬ َ ‫ ﻓََﻤْﻦ َﺭِﻏ‬، ‫ﺴﺎَء‬ َ ‫ﺻﻠﱢﻰ َﻭﺃَْﺭﻗُُﺪ َﻭﺃَﺗََﺰﱠﻭُﺝ ﺍﻟﻨﱢ‬ َ ُ‫ َﻭﺃ‬، ‫ﺻﻮُﻡ َﻭﺃُْﻓِﻄُﺮ‬ ُ َ‫ ﻟَِﻜﻨﱢﻰ ﺃ‬، ُ‫ﺸﺎُﻛْﻢ ِ ﱠ�ِ َﻭﺃَْﺗﻘَﺎُﻛْﻢ ﻟَﻪ‬َ ‫ﺇِﻧﱢﻰ ﻷَْﺧ‬

19 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

َ ‫ﺳﻨﱠﺘِﻰ ﻓَﻠَْﻴ‬
‫ﺲ ِﻣﻨﱢﻰ « ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ‬ ُ
Anas bin Malik r.a. berkata: “Ada tiga orang yang mendatangi rumah-rumah istri Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menanyakan ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka tatkala diberitahu, mereka merasa seakan-akan (ibadah mereka) tidak berarti
(sangat sedikit). Mereka berkata: ‘Di mana posisi kami dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, padahal beliau telah diampuni dosa-dosanya baik yang lalu maupun yang
akan datang.’ Salah satu mereka berkata: ‘Saya akan qiyamul lail selama-lamanya.’
Yang lain berkata: ‘Aku akan puasa selamanya.’ Dan yang lain berkata: ‘Aku akan
menghindari wanita, aku tidak akan pernah menikah.’ Lalu datanglah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya bersabda: ‘Kaliankah yang bicara ini dan itu,
demi Allah, sungguh aku yang paling takut dan yang paling takwa kepada Allah. Akan
tetapi aku berpuasa dan berbuka, aku shalat, aku tidur, dan aku juga menikah. Barang
siapa yang benci terhadap sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku.’” (HR. Al-
Bukhari).

Renungkan pula hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin al ‘Ash radhiyallahu anhuma berikut
ini,

‫ »ﻳَﺎ‬: ‫ﺳﻠﱠَﻢ‬
َ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَْﻴِﻪ َﻭ‬
َ ِ‫ﷲ‬ ‫ﺳﻮُﻝ ﱠ‬ ُ ‫ ﻗَﺎَﻝ ﻟِﻲ َﺭ‬، ‫ﺹ ﺭﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﻬﺎ‬ ِ ‫ﷲِ ْﺑِﻦ َﻋْﻤِﺮﻭ ْﺑِﻦ ﺍﻟَﻌﺎ‬ ‫َﻋْﻦ َﻋْﺒِﺪ ﱠ‬
‫ﺻْﻢ‬ُ ‫ »ﻓَﻼَ ﺗَْﻔَﻌْﻞ‬:‫ﷲِ ﻗَﺎَﻝ‬
‫ﺳﻮَﻝ ﱠ‬
ُ ‫ ﺑَﻠَﻰ ﻳَﺎ َﺭ‬:‫ﺖ‬ ُ َ‫ ﺃَﻟَْﻢ ﺃُْﺧﺒَْﺮ ﺃَﻧﱠَﻚ ﺗ‬،ِ‫ﷲ‬
ُ ‫ ﻓَﻘُْﻠ‬، «‫ َﻭﺗَﻘُﻮُﻡ ﺍﻟﻠﱠْﻴَﻞ؟‬،‫ﺼﻮُﻡ ﺍﻟﻨﱠَﻬﺎَﺭ‬ ‫َﻋْﺒَﺪ ﱠ‬
20 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

‫ َﻭﺇِﱠﻥ‬،‫ َﻭﺇِﱠﻥ ﻟَِﺰْﻭِﺟَﻚ َﻋﻠَْﻴَﻚ َﺣﻘًّﺎ‬،‫ َﻭﺇِﱠﻥ ﻟَِﻌْﻴﻨَِﻚ َﻋﻠَْﻴَﻚ َﺣﻘًّﺎ‬،‫ﺴِﺪَﻙ َﻋﻠَْﻴَﻚ َﺣﻘًّﺎ‬ َ ‫ ﻓَﺈِﱠﻥ ﻟَِﺠ‬،‫ َﻭﻗُْﻢ َﻭﻧَْﻢ‬،‫َﻭﺃَْﻓِﻄْﺮ‬
،‫ﺸَﺮ ﺃَْﻣﺜَﺎﻟَِﻬﺎ‬ْ ‫ﺴﻨٍَﺔ َﻋ‬َ ‫ ﻓَﺈِﱠﻥ ﻟََﻚ ﺑُِﻜﱢﻞ َﺣ‬،‫ﺷْﻬٍﺮ ﺛَﻼَﺛَﺔَ ﺃَﻳﱠﺎٍﻡ‬ َ ‫ﺼﻮَﻡ ُﻛﱠﻞ‬ ُ َ‫ﺴﺒَِﻚ ﺃَْﻥ ﺗ‬ْ ‫ َﻭﺇِﱠﻥ ﺑَِﺤ‬،‫ﻟَِﺰْﻭِﺭَﻙ َﻋﻠَْﻴَﻚ َﺣﻘًّﺎ‬
‫ﺼْﻢ‬ُ َ‫ »ﻓ‬:‫ﷲِ ﺇِﻧﱢﻲ ﺃَِﺟُﺪ ﻗُﱠﻮﺓً ﻗَﺎَﻝ‬ ‫ﺳﻮَﻝ ﱠ‬ ُ ‫ ﻳَﺎ َﺭ‬:‫ﺖ‬ ُ ‫ﺸﱢﺪَﺩ َﻋﻠَﱠﻲ ﻗُْﻠ‬ُ َ‫ ﻓ‬،‫ﺕ‬ َ َ‫ ﻓ‬، «‫ﺻﻴَﺎُﻡ ﺍﻟﱠﺪْﻫِﺮ ُﻛﻠﱢِﻪ‬
ُ ‫ﺸﱠﺪْﺩ‬ ِ ‫ﻓَﺈِﱠﻥ َﺫﻟَِﻚ‬
‫ﺴﻼَُﻡ؟‬ ‫ﺻﻴَﺎُﻡ ﻧَﺒِﱢﻲ ﱠ‬
‫ﷲِ َﺩﺍُﻭَﺩ َﻋﻠَْﻴِﻪ ﺍﻟ ﱠ‬ ِ ‫ َﻭَﻣﺎ َﻛﺎَﻥ‬:‫ﺖ‬ ُ ‫ ﻗُْﻠ‬، «‫ َﻭﻻَ ﺗَِﺰْﺩ َﻋﻠَْﻴِﻪ‬،‫ﺴﻼَُﻡ‬ ‫ﷲِ َﺩﺍُﻭَﺩ َﻋﻠَْﻴِﻪ ﺍﻟ ﱠ‬ ‫ﺻﻴَﺎَﻡ ﻧَﺒِﱢﻲ ﱠ‬
ِ
‫ﺻﻠﱠﻰ ﷲُ َﻋﻠَْﻴِﻪ‬ َ ‫ﺼﺔَ ﺍﻟﻨﱠﺒِﱢﻲ‬
َ ‫ﺖ ُﺭْﺧ‬ ُ ‫ ﻳَﺎ ﻟَْﻴﺘَﻨِﻲ ﻗَﺒِْﻠ‬:‫ﷲِ ﻳَﻘُﻮُﻝ ﺑَْﻌَﺪ َﻣﺎ َﻛﺒَِﺮ‬‫ ﻓََﻜﺎَﻥ َﻋْﺒُﺪ ﱠ‬، «‫ﻒ ﺍﻟﱠﺪْﻫِﺮ‬ َ ‫ﺼ‬ْ ِ‫ »ﻧ‬:‫ﻗَﺎَﻝ‬
‫ﺳﻠﱠَﻢ‬
َ ‫َﻭ‬
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al ‘Ash Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku, “Wahai ‘Abdullah, apakah benar
berita bahwa engkau berpuasa di waktu siang lalu shalat malam sepanjang malam?”
Saya menjawab, “Benar, wahai Rasûlullâh”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Janganlah engkau lakukan itu, tetapi berpuasa dan berbukalah! Shalat
malam dan tidurlah! karena badanmu memiliki hak yang harus engkau tunaikan,
matamu punya hak atasmu, isterimu punya hak atasmu, dan tamumu pun punya hak
yang harus engkau tunaikan. Cukuplah bila engkau berpuasa selama tiga hari setiap
bulan, karena setiap kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang serupa dan
itu berarti engkau telah melaksanakan puasa sepanjang tahun”. Kemudian saya
meminta tambahan, lalu Beliau menambahkannya. Saya mengatakan, “Wahai
Rasûlullâh, saya merasa diriku memiliki kemampuan”. Maka Beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Berpuasalah dengan puasanya Nabi Allâh Dawud alaihissallam

21 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

dan jangan engkau tambah lebih dari itu”. Saya bertanya, “Bagaimanakah cara
puasanya Nabi Dawud Alaihissallam?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab, “Beliau berpuasa setengah dari puasa dahr (puasa sepanjang tahun).
Maka setelah ‘Abdullah bin ‘Amr bin al ‘Ash sampai di usia tua ia berkata,
“Seandainya dahulu aku menerima keringanan yang telah diberikan oleh Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ” (HR. Bukhari)

Jelaslah, bahwa ajaran Islam mengajarkan keseimbangan dalam memelihara eksistensi


kemanusiaan yang terdiri dari unsur al-jasad (jasad), al-aql (akal), dan ar-ruh (roh).
Ajaran Islam mengarahkan manusia agar memperhatikan ketiga unsur ini secara
seimbang: al-jasad membutuhkan al-ghidaul jasadiy (gizi bagi jasad), al-aql
membutuhkan al-ghidaul aqli (gizi bagi akal), dan ar-ruh membutuhkan al-ghidaur
ruhiy (gizi rohani).

Islam tidak menghendaki umatnya bersikap mengagung-agungkan sebuah aspek ajaran


atau amal kebajikan seraya meremehkan aspek ajaran atau amal kebajikan yang lainnya.
Maka, Islam menghargai amalan jihad fi sabilillah; menghargai amalan shaum, shalat,
dan shadaqah; sebagaimana Islam juga menghargai amalan mencari nafkah; menghargai
amalan menegakkan ishlah (perdamaian); menghargai amalan amar ma’ruf nahi
munkar; serta menghargai amalan ‘kecil’ seperti menyingkirkan gangguan di jalan.
Renungkanlah hadits-hadits berikut ini:

22 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

Islam memperhatikan urusan mencari ma’isyah (penghidupan),

‫ﺳْﻮِﻝ ﷲِ ﺹ ِﻣْﻦ َﺟﻠَِﺪِﻩ َﻭ‬ ُ ‫ﺏ َﺭ‬


ُ ‫ﺻَﺤﺎ‬ ْ َ‫ َﻣﱠﺮ َﻋﻠَﻰ ﺍﻟﻨﱠﺒِﱢﻲ ﺹ َﺭُﺟٌﻞ ﻓََﺮﺃَﻯ ﺍ‬:‫ﺐ ْﺑِﻦ ُﻋْﺠَﺮﺓَ ﺭﺽ ﻗَﺎَﻝ‬ ِ ‫َﻋْﻦ َﻛْﻌ‬
‫ﺴَﻌﻰ‬ ْ َ‫ ﺍِْﻥ َﻛﺎَﻥ َﺧَﺮَﺝ ﻳ‬:‫ﺳْﻮُﻝ ﷲِ ﺹ‬ َ ‫ﺳْﻮَﻝ ﷲِ ﻟَْﻮ َﻛﺎَﻥ ﻫَﺬﺍ ﻓِﻰ‬
ُ ‫ ﻓَﻘَﺎَﻝ َﺭ‬،ِ‫ﺳﺒِْﻴِﻞ ﷲ‬ ُ ‫ ﻳَﺎ َﺭ‬:‫ ﻓَﻘَﺎﻟُْﻮﺍ‬،‫ﺸﺎِﻁِﻪ‬َ َ‫ﻧ‬
‫ ﻓَُﻬَﻮ ﻓِﻰ‬،‫ﺷْﻴَﺨْﻴِﻦ َﻛﺒِْﻴَﺮْﻳِﻦ‬
َ ‫ﺴَﻌﻰ َﻋﻠَﻰ ﺍَﺑََﻮْﻳِﻦ‬ َ ‫ﺻَﻐﺎًﺭﺍ ﻓَُﻬَﻮ ﻓِﻰ‬
ْ َ‫ َﻭ ﺍِْﻥ َﻛﺎَﻥ َﺧَﺮَﺝ ﻳ‬،ِ‫ﺳﺒِْﻴِﻞ ﷲ‬ ِ ‫َﻋﻠَﻰ َﻭﻟَِﺪِﻩ‬
‫ﺴَﻌﻰ ِﺭﻳَﺎًء‬ ْ َ‫ َﻭ ﺍِْﻥ َﻛﺎَﻥ َﺧَﺮَﺝ ﻳ‬،ِ‫ﺳﺒِْﻴِﻞ ﷲ‬ َ ‫ﺴِﻪ ﻳُِﻌﻔﱡَﻬﺎ ﻓَُﻬَﻮ ﻓِﻰ‬
ِ ‫ﺴَﻌﻰ َﻋﻠَﻰ ﻧَْﻔ‬ ْ َ‫ َﻭ ﺍِْﻥ َﻛﺎَﻥ َﺧَﺮَﺝ ﻳ‬،ِ‫ﺳﺒِْﻴِﻞ ﷲ‬ َ
‫ﺸْﻴﻄَﺎِﻥ‬ َ ‫َﻭ ُﻣﻔَﺎَﺧَﺮﺓً ﻓَُﻬَﻮ ﻓِﻰ‬.
‫ﺳﺒِْﻴِﻞ ﺍﻟ ﱠ‬

Dari Ka’ab bin ‘Ujrah RA, ia berkata, “Ada seorang laki-laki lewat di hadapan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam melihat betapa kuat dan sigapnya orang tersebut. Lalu para shahabat bertanya,
‘Ya Rasulullah, alangkah baiknya seandainya orang ini ikut (berjuang) fi sabilillah’.
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Jika ia keluar untuk bekerja
mencarikan kebutuhan anaknya yang masih kecil, maka ia fi sabilillah. Jika ia keluar
bekerja untuk mencarikan kebutuhan kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia maka
ia fi sabilillah. Jika ia keluar untuk bekerja mencari kebutuhannya sendiri agar terjaga
kehormatannya (dari meminta-minta), maka ia fi sabilillah. Tetapi jika ia keluar untuk
bekerja karena riya’ (pamer) dan kesombongan maka ia di jalan syaithan”. (HR.
Thabrani, Shahihul Jami’ No. 1428, dishahihkan oleh Al-Albani).

23 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

Islam memperhatikan urusan politik (penegakan hukum) dan urusan shalat,

ً ‫ﺱ ﺑِﺎﻟﱠﺘِﻲ ﺗَﻠِﻴَﻬﺎ ﻓَﺄ َﱠﻭﻟُُﻬﱠﻦ ﻧَْﻘ‬


‫ﻀﺎ‬ ُ ‫ﺚ ﺍﻟﻨﱠﺎ‬ َ ِ‫ ﻓَُﻜﻠﱠَﻤﺎ ﺍْﻧﺘُﻘ‬، ٌ‫ﺳﻼَِﻡ ُﻋْﺮَﻭﺓٌ ُﻋْﺮَﻭﺓ‬
َ َ‫ﻀْﺖ ُﻋْﺮَﻭﺓٌ ﺗ‬
َ ‫ﺸﺒ ﱠ‬ َ َ‫ﻟَﺘُْﻨﻘ‬
ْ ‫ﻀﱠﻦ ُﻋَﺮﻯ ﺍِﻹ‬
‫ َﻭﺁِﺧُﺮُﻫﱠﻦ ﺍﻟ ﱠ‬، ‫ﺍْﻟُﺤْﻜُﻢ‬
ُ‫ﺼﻼَﺓ‬

“Ikatan islam akan terurai satu demi satu, setiap kali lepas satu ikatan, manusia
beralih kepada simpul yang lain. Simpul yang pertama kali lepas adalah hukum dan
yang terakhir adalah sholat.” (HR Ahmad dinyatakan shahih oleh Syeikh Al-Albani
)

Islam memperhatikan urusan kemasyarakatan,

ِ ‫ﺻَﻼُﺡ َﺫﺍ‬
‫ﺕ‬ ْ ِ‫ﷲِ ﻗَﺎَﻝ ﺇ‬ ‫ﺳﻮَﻝ ﱠ‬ ُ ‫ﺼَﺪﻗَِﺔ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺑَﻠَﻰ ﻳَﺎ َﺭ‬
‫ﺼَﻼِﺓ َﻭﺍﻟ ﱠ‬
‫ﺼﻴَﺎِﻡ َﻭﺍﻟ ﱠ‬ َ ‫ﺃََﻻ ﺃُْﺧﺒُِﺮُﻛْﻢ ﺑِﺄ َْﻓ‬
‫ﻀَﻞ ِﻣْﻦ َﺩَﺭَﺟِﺔ ﺍﻟ ﱢ‬
ِ ‫ﺴﺎُﺩ َﺫﺍ‬
ُ‫ﺕ ﺍْﻟﺒَْﻴِﻦ ﺍْﻟَﺤﺎﻟِﻘَﺔ‬ َ َ‫ﺍْﻟﺒَْﻴِﻦ َﻭﻓ‬
“Maukah kalian saya beritahu suatu hal yang lebih utama daripada derajat puasa,
shalat dan sedekah? Para sahabat menjawab: Tentu ya Rasulallah. Lalu Nabi
bersabda: Hal tersebut adalah mendamaikan perselisihan, karena karakter perselisihan
itu membinasakan” (H.R. Ahmad, Tirmizi, dan Abu Daud, Shahih).

24 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

Islam memperhatikan urusan amar ma’ruf nahi munkar,

‫ﻒ‬ ْ َ‫ﺴﺘَِﻄْﻊ ﻓَﺒِﻘَْﻠﺒِِﻪ َﻭَﺫﻟَِﻚ ﺃ‬


ُ ‫ﺿَﻌ‬ ْ َ‫ ﻓَﺈِْﻥ ﻟَْﻢ ﻳ‬، ‫ﺴﺎﻧِِﻪ‬ ْ َ‫ ﻓَﺈِْﻥ ﻟَْﻢ ﻳ‬، ‫َﻣْﻦ َﺭﺃَﻯ ِﻣْﻨُﻜْﻢ ُﻣْﻨَﻜًﺮﺍ ﻓَْﻠﻴَُﻐﻴﱢْﺮﻩُ ﺑِﻴَِﺪِﻩ‬
َ ِ‫ﺴﺘَِﻄْﻊ ﻓَﺒِﻠ‬
‫ﺍ ْ ِﻹﻳَﻤﺎِﻥ‬

”Barang siapa melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya, jika dia tidak mampu,
ubahlah dengan lisannya, dan jika dia tidak mampu, ubahlah dengan hatinya. Namun
yang demikian itu selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi)

Islam memperhatikan urusan kemaslahatan sekecil apa pun,

ِ ‫ﻅْﻬِﺮ ﺍﻟﻄﱠِﺮْﻳ‬
ْ ‫ﻖ َﻛﺎﻧَْﺖ ﺗُْﺆِﺫﻯ ْﺍﻟُﻤ‬
‫ﺴﻠِِﻤْﻴَﻦ‬ َ ‫ﺷَﺠَﺮٍﺓ ﻗَﻄََﻌَﻬﺎ ِﻣْﻦ‬ ُ ‫ﻟَﻘَْﺪ َﺭﺃَْﻳ‬.
ُ ‫ﺖ َﺭُﺟﻼً ﻳَﺘَﻘَﻠﱠ‬
َ ‫ﺐ ﻓِﻰ ْﺍﻟَﺠﻨﱠِﺔ ﻓِﻰ‬

“Aku telah melihat seorang laki-laki bersenang-senang di surga disebabkan dia


memotong sebuah pohon di jalan yang mengganggu kaum muslimin.” (H.R. Muslim)

Ringkasnya, Islam menghendaki agar umatnya tawazzun seimbang dan proporsional


dalam menjalankan agamanya. Oleh karena itu dakwah yang dilakukan di tengah-
tengah umat hendaknya bersifat mutawazzinah (seimbang/proporsional) dalam
memperhatikan seluruh aspek kehidupan manusia.

25 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

Dengan pergerakan dakwah yang menyeluruh (ad-da’watul harakiyyatus syamilah)


seperti itulah kita berharap Allah Ta’ala akan menolong kita dalam memperharui
keberagamaan umat Islam yang kita cintai ini.

La haula wa la quwwata illa billahil ‘aliyyil adzim…

Catatan Kaki:

[1] Dikutip dari: https://rumaysho.com/3076-mengikuti-gaya-orang-kafir-


tasyabbuh.html

[2] Ghoribul Hadist: Jilid 4, hal: 49 (dikutip dari: jendelasunnah.com)

[3] Dr. H. M. Amien Rais,MA. dalam bukunya Moralitas Politik Muhammadiyah

[4] Kepribadian Da’i, Irwan Prayitno, hal. 158.

[5] Hal ini merujuk pada hadits berikut ini,

ً ‫ﺱ ﺑِﺎﻟﱠﺘِﻲ ﺗَﻠِﻴَﻬﺎ ﻓَﺄ َﱠﻭﻟُُﻬﱠﻦ ﻧَْﻘ‬


‫ﻀﺎ‬ ُ ‫ﺚ ﺍﻟﻨﱠﺎ‬ َ ِ‫ ﻓَُﻜﻠﱠَﻤﺎ ﺍْﻧﺘُﻘ‬، ٌ‫ﺳﻼَِﻡ ُﻋْﺮَﻭﺓٌ ُﻋْﺮَﻭﺓ‬
َ َ‫ﻀْﺖ ُﻋْﺮَﻭﺓٌ ﺗ‬
َ ‫ﺸﺒ ﱠ‬ َ َ‫ﻟَﺘُْﻨﻘ‬
ْ ‫ﻀﱠﻦ ُﻋَﺮﻯ ﺍِﻹ‬
‫ َﻭﺁِﺧُﺮُﻫﱠﻦ ﺍﻟ ﱠ‬، ‫ﺍْﻟُﺤْﻜُﻢ‬
ُ‫ﺼﻼَﺓ‬

26 of 27 26-May-22, 1:26 PM
Ahwalul Musliminal Yaum - Tarbawiyah https://tarbawiyah.com/ahwalul-musliminal-yaum/

“Ikatan Islam akan terurai satu demi satu, setiap kali lepas satu ikatan, manusia
beralih kepada simpul yang lain. Simpul yang pertama kali lepas adalah hukum dan
yang terakhir adalah sholat.” (HR Ahmad dinyatakan shahih oleh Syeikh Al-Albani )

[6] Lihat: Visi Peradaban Komprehensif Al-Ikhwan Al-Muslimun, Maktaba Syameela,


hal. 24.

[7] Pembahasan lengkap mengenai prioritas ini silahkan merujuk ke buku Fiqih
Aulawiyat Syaikh Yusuf Al-Qaradawi.

[8] Khashaisul Islam, Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi, terjemah Rofi’ Munawwar, hal. 242

27 of 27 26-May-22, 1:26 PM

Anda mungkin juga menyukai