Anda di halaman 1dari 69

BADAN KEBIJAKAN FISKAL

KEMENTERIAN KEUANGAN RI

Desentralisasi Fiskal
Dalam Aksi Mitigasi dan
Adaptasi Perubahan Iklim

Dr. Joko Tri Haryanto

Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral


Badan Kebijakan Fiskal, Kemenkeu
Jakarta, 2018
Latar Belakang …..Konfigurasi Pendanaan Publik
• Alokasi belanja fungsi lingkungan relatif stagnan dan cenderung kecil
dibandingkan alokasi belanja fungsi lainnya;
• Fungsi LH IDENTIK dengan Kementerian/Dinas LHK semata;

Persoalan LH
makin meng
hebat
1. Krisis
Ekosistem
2. Krisis SDA
AGENDA
REFORMASI
PEMERINTAH

Skema
insentif dan
Perubahan
Mekanisme dis-insentif
Pengelolaan
Sektoral Berbasis
Perbaikan Tata Sektor jangan performa
Kelola hanya dikelola kinerja
Skema Budget secara sektoral
Tagging

BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI


APBN 2019 terus meningkat…..
Mengukur Ketepatan Alokasi Perencanaan
dan Penganggaran

Perencanaan program dan penganggaran tdk terkoneksi,


1 pendanaan menjadi tdk optimal

Bahasa renaksi (RAN/D) tdk serta merta terkoneksikan


2 dengan bahasa penganggaran;
Satuan kegiatan per program seringkali tdk nyambung
3 seharusnya unit satuan yg tertulis dokumen

PUPK belum diterjemahkan dengan baik tumpang tindih


4 kewenangan;

Perencanaan program dan penganggaran tidak tersusun


5 dengan bahasa kinerja yang pas input-proses-kegiatan-
output-outcome

5
Kasus di Pusat: Climate Budget Tagging (SDG’s Goal#13)

Untuk mendukung kebijakan perubahan iklim, Kementerian Keuangan telah melakukan


beberapa hal sbb:
• Penyusunan Mitigation Fiscal Framework/MFF (2012)
• Penyusunan kajian Low Emission Budget Tagging & Scoring System/LESS (2013)
• Sebagai tindaklanjut hasil rekomendasi dari studi MFF dan LESS, dilakukan program
Sustainable Development Finance/SDF (2014)
BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI
6
Konsepsi Praktek di Indonesia Upaya Penguatan

Tahap-II: Penguatan dan Penajaman Informasi Kinerja Program Dalam RKA-K/L


Langkah-2
Menyusun informasi kinerja atas rencana strategis (program) yang telah ditetapkan Langkah-1
secara berurutan
RENCANA STRATEGIS:

INPUT ACTIVITAS OUTPUT “what we produce” OUTCOME “what we change”


ANALISIS DAN
“what we invest” “what we do” Indikator Kinerja Target Kinerja Indikator Kinerja Target Kinerja
PERUMUSAN KONDISI:
Sumber daya Berbagai proses Keadaan yang ingin dicapai atau
Produk akhir yang dihasilkan 1. Tentukan Fungsi/Sub
atau prasyarat yang diperlukan dari serangkaian proses yang dipertahankan pada penerima Fungsi yang merupakan
yang dibutuh untuk diperuntukkan bagi customer manfaat dalam periode waktu urusan Menteri berkenaan
kan selama atau target group agar tertentu,
menghasilkan 2. Identifikasi kondisi : yang
proses meng outcome dapat terwujud
output Short Medium Long diharapkan, existing, dan
hasilkan atau
CUSTOMER Change in Change in Change gap
men-deliver learning action in 3. Anailisis permasalahan
Sikap Perilaku condition
output Pengguna produk atau layanan Kondisi
(penyebab akar masalah)

Langkah-3
Validasi atas informasi kinerja program yang telah disusun

Sumber: DJA, 2015


REGULASI RUJUKAN CLIMATE BUDGET TAGGING

CLIMATE CHANGE CLIMATE CHANGE BIODIVERSITY


MITIGATION ADAPTATION ACTION PLAN
ACTION PLAN (2011) ACTION PLAN (Revised
(2014)
2015)

Source: Bappenas
Penyusunan Petunjuk Teknis Climate Budget Tagging
(Mitigasi)

BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI


9
Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan
Iklim (RAN-API)
Lokasi percontohan pelaksanaan RAN-API: 15 piloting
6 Provinsi (Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa Barat,
Jawa Timur, Bali, NTB); 8 Kota/Kab (Bandar Lampung,
Pekalongan, Semarang, Malang (Kota&Kab), Batu, Blitar, Kementan, KKP, LIPI, ATR, Kemen
Tarakan); & PUPR, BMKG, BNPB, BPS, dan
1 Pulau ( Lombok). • Ketahanan Bappenas
Pangan KLHK, Kemen ESDM, Kementan, LIPI,
• Kemandirian Ristekdikti, dan BPPT
Ketahanan Ekonomi Energi
Kemenkes, Bappenas, BIG, BMKG, KLHK, LIPI,
BPPT, Kemendagri, Kemen PUPR
• Kesehatan Kemen PUPR, Bappenas, KLHK, BIG, BMKG, KKP,
• Pemukiman Kemenkes, BNPB, Bappenas, Kemendagri, Kemen
ESDM, LIPI, Kementan
• Infrastruktur Kemen PUPR, KKP, BNPB, Bappenas, Kemenhub,
Ketahanan Sistem LIPI, KLHK, Kementan, BMKG, LAPAN, BPPT, BIG,
Kemenkes, dan Kemen ESDM
Kehidupan
KKP, BMKG, BPPT, Bappenas, Kemen PUPR, KLHK,
LIPI, Kemendagri, Kementan, BNPB, Kemenlu,
Ristekdikti, KP3A , dan Kemen ESDM
Ketahanan
Ekosistem • Perkotaan
Kemen PUPR, KLHK, BNPB, BIG, BMKG, LAPAN,
LIPI, BPPT, Bappenas, BKKBN, Kemendagri,
• Pesisir dan Kemenkes, dan Ristekdikti
pulau-pulau KKP, BMKG, LAPAN, BPPT, LIPI, Kemen PUPR,
Ketahanan kecil KLHK, BNPB, BIG, dan Kemendagri
Wilayah
Khusus BNPB, Kemensos, Ristekdikti, LIPI, Kemenkes,
BPPT, Ristekdikti, Kemendagri, KKP, Kemen
PUPR, Kemen ESDM, LAPAN, BIG, BMKG,
Bappenas, KLHK, Kemenkeu, dan Kemenkumham
Sistem
Pendukung
Sumber: BAPPENAS (2016)
BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI 5
ANGGARAN MITIGASI & ADAPTASI PI 2016-2018: BERDASARKAN K/L

MITIGASI ADAPTASI
(IDR Triliun) (IDR Triliun)
K/L
APBNP APBNP APBN APBNP APBNP APBN
2016 2017 2018 2016 2017 2018
KLHK 1,62 1,46 2,21 - - 1,12
Kementan 4,27 4,84 0,44 - - 0,23
ESDM 2,17 3,52 2,60 - - 0,35
Kemenhub 21 23.88 16,58 - - -
PUPR 43,23 48 50,38 - - 47,33
Kemenperin 0,054 0,043 0,028 - - -
KKP - - - - - 0,087
BMKG - 0,14
BIG - - - 0,007
BPPT - - - - 0,037
TOTAL 72,35 81,79 72,24 - - 49,2

KLHK : Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan


Kementan : Kementerian Pertanian
ESDM : Kementerian Energi & Sumber Daya Mineral
PUPR : Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat
Kemenperin : Kementerian Perindustrian
KKP : Kementerian Kelautan & Perikanan
BMKG : Badan Meteorologi, Klimatologi & Geofisika
BIG : Badan Informasi Geospasial
BPPT : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

11
Anggaran Perubahan Iklim

APBN Persentase
Anggaran
Anggaran
Perubahan
Perubahan Iklim
Iklim Belanja Transfer
Total terhadap APBN
Pusat Daerah

APBN-P
2016
72.4 1306.7 776.3 2083.0 3.5 %

APBN-P
2017
95.8 1366.9 766.3 2133.2 4.5 %

APBN
2018
121.5 1454.5 766.2 2220.2 5.4 %

 Penandaan anggaran perubahan iklim APBNP 2016 & APBNP 2017 dilakukan terhadap aspek
Mitigasi. Sementara aspek Adaptasi Perubahan Iklim mulai dilakukan tahun 2018 setelah tercantum
sebagai 1 dari 7 tematik APBN sesuai PMK tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-K/L
Tahun Anggaran 2018

 Berdasarkan hasil penandaan anggaran perubahan iklim selama tiga tahun menunjukkan
meningkatnya proporsi anggaran perubahan iklim terhadap APBN.

 Kegiatan 4 K/L (KPUPR, Kementan, Kemnhub, KESDM) digunakan sebagai underlying asset dalam
penerbitan Green Sukuk.

BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI


12
PR BERSAMA

BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI


13
Pembelajaran Pusat ke Daerah
Sektor
• Rupiah Murni
Fungsi • Merujuk kepada
• PLN alokasi pagu • Merujuk kepada • Pembagian
• Alokasi berdasarkan RKP
• SBSN pendanaan Renja dan Renstra berdasarkan
2017 sektor mitigasi,
• Lainnya berdasar fungsi KL
adaptasi
• Fungsi ekonomi
Pagu Pagu Per K/L
Sumber dan LH
Indikatif

Pusat
Daerah

Target
• DAU
Input • Merujuk kepada
• DAK • Alokasi
KUA-PPAS • Merujuk kepada • Pembagian
• Dekon pendanaan Renja dan Renstra berdasarkan
• TP berdasar urusan OPD sektor mitigasi,
dan kewenangan Pagu Per adaptasi
Pagu
Sumber • Fungsi
Lingkungan Hidup Indikatif OPD Perubahan Iklim

14
ISU UTAMA LOCAL GREEN
BUDGET TAGGING

1 2
Identifikasi akun Belanja Langsung (Permendagri
13/2006):
1. Belanja Pegawai (5.2.1) blnj kompensasi (gaji &
tunjangan) serta penghasilan lainnya;
2. Belanja Barang dan Jasa (5.2.2) pembelian brg & jasa yg
nilai manfaatnya < 12 bulan;
3. Belanja Modal (5.2.3) pembelian brg & jasa yng nilai
manfaatnya > 12 bulan;

15
METODOLOGI
Belanja Tidak Belanja Belanja Brg & Belanja
Langsung Pegawai Jasa Modal
1. Belanja Honorarium Blja brg pakai Tanah
pegawai (gaji dan upah habis
& tunjangan); Peralatan
Bhn/material Mesin
2. Bunga;
3. Subsidi; Jasa kantor Gedung
4. Hibah; Premi asrnsi Jalan
5. Bansos; OM KB Bangunan
6. Belaja Bagi Cetak
Hasil; Irigasi
7. Bantuan Sewa Jaringan
Keuangan Perjadin
8. Belanja Tidak Pakaian dinas
Terduga

16
Green Budget Tagging (GBT)
Provinsi XXX
• Berdasarkan hasil kesepakatan
pertemuan pendahuluan;
• GBT dimensinya lebih luas dibandingkan
Climate Change Budget Tagging;
• Daftar rujukan dari Green Planning and
Budgeting (BKF, Kemenkeu) yang
diterjemahkan ke dalam Cluster
Pembangunan Hijau WWF yaitu:
1) Perlindungan SDA;
2) Pertanian;
3) Energi & Industri;
4) Transportasi & Tata Kota/Tata Daerah;
5) Kesehatan & Pendidikan;
6) Penanggulangan Bencana &
Kebijakan Pendukung Lainnya
17
Kesepakatan Awal GBT Prov xxxx
• OPD yang dianalisis terdiri dari:
• Dokumen yang di analisis adalah DPA OPD 1) Din Kesehatan;
APBD 2014-2016;
2) Din Perindustr & Perdag;
• Diselaraskan dgn visi dan misi Prov xxxxx. Dgn 3) Dinas Kelautan Perikanan;
demikian akan terlihat misi mana yang
terimplementasi dan teranggarkan dlm APBD 4) Dinas Kehutanan;
serta sinkronisasi nya; 5) BLH;
1) Misi 4 Meningkatkan pengelolaan SDA 6) Bappeda;
yang optimal dan berwawasan LH 7) Din Peternakan;
RPJMD 2010-2015; 8) Din Pendidikan;
2) Misi 2 Meningkatkan kualitas 9) Din Pertanian;
pendidikan, kes, kehidupan beragama & 10) Din PU;
berbudaya;
11) Din Perkebunan;
2) Misi 4 Meningkatkan daya saing daerah
12) Din ESDM;
melalui optimalisasi pemb eko kerakyatan
didukung IPTEK berwawasan LH; 13) Dinas Budpar;
3) Misi 5Meningkatkan akses dan 14) Balitbangda;
infrastruktur umum energi berkelanjutan 15) Din Perhub;
SDA RPJMD 2016-2020 16) Badan Ketapang;
17) BPBD 18
Beberapa Catatan Awal

• Dari hasil data masuk yang disajikan, analisis cross section


antara 6 kluster ekonomi hijau dengan visi misi Pemprov xxxxx
tidak dapat dilakukan;
• Hal tersebut terjadi karena data DPA OPD tidak memiliki
indikator kinerja output sehingga tidak dapat diukur
keterkaitannya dengan penyusunan program kegiatan;

belanja tidak langsung others irisan 6 kluster

Belanja tidak langsung Others


Belanja Langsung
Pengklusteran program hijau

TOTAL APBD 19
KELENGKAPAN DATA OPD
NO SKPD 2014 2015 2016
1 Dinas Kesehatan 1 1 1
2 Dinas Perindustrian, Perdagangan 1 1 1
3 Dinas Kelautan dan Perikanan 1 1 1
4 Dinas Kehutanan 1 1 1
5 Badan Lingkungan Hidup (BLH) 1 1 X
6 BAPPEDA (Badan Perencanaan Daerah) 1 1 1
7 Dinas Peternakan 1 1 1
8 Dinas pendidikan 1 1 1
9 Dinas Pertanian 1 1 1
10 Dinas Pekerjaan Umum X 1 1
11 Dinas perkebunan 1 1 1
12 Dinas energi dan sumber dan mineral 1 1 1
13 Dinas kebudayaan dan Pariwisata 1 1 1
14 Badan Penelitian dan Pengembangan daerah 1 1 1
15 Dinas perhubungan 1 1 1
16 Badan Ketahanan Pangan 1 1 X
17 BPBD 1 1 1
20
PERSENTASE BELANJA HIJAU THD TOTAL BELANJA
LANGSUNG APBD 2014-2016
1,8 2200

1,7
1,6

2100

1,4

ANGGARAN
1,2 2000
HIJAU
1,1
PERSENTASE
NYA MASIH
1

1900

0,8
RELATIF KECIL
0,79
NAMUN TREN
0,6 1800
TERUS
MENINGKAT
0,4

1700

0,2

0 1600

Total Blanja Langsung APBD Prov Jambi Blanja Hijau

21
% JENIS BELANJA HIJAU OPD
BPBD 60

Badan Ketapang ? 2014 2015 2016


BP BBJ BM
Dinas Perhubungan

Balitbangda ? 50 IMPROVEMENT
Dinas Bud Par
VERIFIKASI ??
Dinas ESDM

Dinas Perkebunan
? 40

Dinas PU

Dinas Pertanian ? 30
Dinas Pendidikan

Dinas Peternakan VERIFIKASI ??


Bappeda ? 20
BLH

Dinas Kehutanan ?
Dinas KP ? 10
Dinas Perindag
VERIFIKASI ??
Dinas Kesehatan

0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0 90,0 100,0 0
BP BBJ BM
22
KELENGKAPAN REGULASI

UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH);

PP Nomor 46 Tahun 2017 tentang Instrumen Ekonomi


Lingkungan Hidup (IELH)

Perpres Nomor 77 Tahun 2018 tentang Badan Pengelola


Dana Lingkungan Hidup (BPDLH);

23
PP 46/2017
Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup

• Beberapa mekanisme akselerasi pendanaan LH dapat dimanfaatkan;


• Misalnya PES (double devident), Ecological Fiscal Transfer, Green Tax, Green
Bond, Green Insurance dll;
• Beberapa regulasi turunan untuk level implementasi sudah diselesaikan; 24
SKEMA INOVATIF PENDANAAN LH & KEHUTANAN

BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI


BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI
26
Perkembangan Project Financing Sukuk

[27]
SKEMA PENDANAAN DAERAH
(UU 33/2004 dan Implementasinya sd 2019)

Mendanai
Pemerataan dan Mendanai
kebutuhan Mendanai
mendanai kebutuhan Pengaturan
khusus daerah kebutuhan Reward
kebutuhan daerah belanja Khusus
(dukungan non-reguler
(seluruh urusan) operasional
belanja modal)

PAD DAK FISIK DAK NON Hibah


Dukungan Dana Dana
REGULER FISIK
Dukungan Dukungan
pendanaan Insentif Otsus &
pendanaan khusus khusus untuk
DBH untuk daerah pada
pendanaan khusus
untuk belanja daerah yang Daerah Dana
bersifat Insentif kepada
Block grant by origin bidang-2 sesuai RKP operasional
berbasis unit cost temporer dan daerah tertentu
Keistime
DAK FISIK
dilakukan yang waan DIY
dengan mempunyai Dukungan
PENUGASAN perikatan kinerja baik pendanaan
Dukungan perjanjian khusus untuk
pendanaan khusus Pinjaman daerah tertentu
untuk daerah pada yg diatur dg UU
DAU bidang-2 sesuai RKP
Percepatan
Equalization grant pembangunan khusus
(block grant) berbasis daerah
DAK FISIK khususnya
formula fiscal gap +
AFIRMASI bagi daerah-2
Alokasi Dasar (berbasis
Dukungan dengan
Gaji PNSD)
pendanaan khusus kapasitas fiskal
untuk daerah tinggi
tertentu, yaitu
tertinggal,
perbatasan dan
BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI
kepulauan
FILOSOFI DESENTRALISASI FISKAL*

Pelaksanaan kebijakan Otonomi daerah dan Desentralisasi Fiskal dilakukan melalui penyerahan kewenangan
diikuti dengan penyerahan sumber-sumber pendanaan atau berdasarkan prinsip money follows functions dan
dilengkapi dengan money follows program.

Pendidikan
Kesehatan
Pekerjaan umum
Perumahan rakyat
Trantibmum & Linmas
Sosial, dll

Transfer ke Daerah
& Dana Desa

Pajak Daerah &


Retribusi Daerah

Pendidikan
Kesehatan
Infrastruktur
Pertanian

Belanja lain sesuai visi, misi,


dan prioritas daerah
DJPK, 2018
KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT, PROVINSI, DAN KABUPATEN/KOTA
(Psl 13 ayat 2, 3, dan 4, UU23/2014)*

Urusan Pusat Provinsi Kabupaten/Kota


Pemerintah yang
• Lokasinya lintas Daerah lintas Daerah dalam Daerah
provinsi atau kabupaten/kota kabupaten/kota
lintas negara
• Manfaat atau lintas Daerah lintas Daerah dalam Daerah
dampak provinsi atau kabupaten/kota kabupaten/kota
negatifnya lintas negara
• Peranan Bagi kepentingan Bagi Daerah -
strategisnya nasional Provinsi

“Kewenangan pengelolaan hutan ada di tingkat provinsi”

BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI


DJPK, 2018
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN

Dibagi berdasarkan prinsip


WAJIB Eksternalitas, Akuntabilitas dan
Efisiensi dan Kepentingan Strategis
PILIHAN
Nasional

PELAYANAN NON
DASAR PELAYANAN DASAR

1. Kelautan &
1. Tenaga Kerja, 11. Koperasi, Perikanan
1. Pendidikan; 2. Pemberdayaan Usaha Kecil & 2. Pariwisata
2. Kesehatan; Perempuan & Menengah, 3. Pertanian
3. PU & tt ruang; Pelindungan 12. Penanaman 4. Kehutanan
Anak, Modal, 5. ESDM
4. Perumahan & kwsn
3. Pangan, 13. Kepemudaan & 6. Perdagangan
permukiman 4. Pertanahan, Olahraga,
5. Tramtibum & linmas 7. Perindustrian
5. Lingkungan 14. Statistik, 8. Transmigrasi
6. sosial Hidup, 15. Persandian,
6. Adminduk & 16. Kebudayaan,
Capil, 17. Perpustakaan
7. Pemberdayaan dan Kearsipan
Masy dan
Desa,
8. Pengendalian
Standar Pelayanan pddk & KB,
Minimal 9. Perhubungan, DJPK, 2018
10.RIKominfo,
BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN
PENYERAHAN SUMBER PENDANAAN
dari PUSAT ke DAERAH

BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI


DJPK, 2018
Filosofi Alokasi Dana Transfer
Pemerintah

Keseimbangan vertikal
Transfer dengan syarat
(conditional transfer)

Pemerintah Pemerintah Pemerintah


Pemerintah

Keseimbangan Horisontal penghargaan

kinerja penugasan
Redistribusi dan Alokasi tanpa syarat
(unconditional transfer)
kriteria afirmasi

Pemerintah
DJPK, 2018
PEMETAAN INSTRUMEN DESENTRALISASI FISKAL BERORIENTASI LINGKUNGAN
DBH SDA DAU DAK DID HIBAH DANA DESA

Tujuan mengatasi pemerataan mendanai kegiatan insentif dalam Mendanai Mendanai kegiatan
ketimpangan kemampuan khusus yang meningkatkan penyelenggaraan urusan bidang
fiskal antara keuangan antar- merupakan urusan kualitas pengelolaan pemerintah daerah pembangunan
pusat dan daerah Daerah daerah dan sesuai keuangan daerah, untuk menunjang desa dan
(keseimbangan (keseimbangan dengan prioritas layanan dasar, dan prioritas Nasional pemberdayaan
vertikal) horizontal) nasional pengentasan masyarakat desa.
kemiskinan

Karakteristik telah ditentukan Layanan dasar Kegiatan bidang Sesuai kebutuhuan Pelayanan dasar publik Pelayanan dasar
Kegiatan (earmarked) publik dan reguler (10), dan prioritas daerah dan prioritas nasional publik di tingkat
ekonomi penugasan (9), dan berdasarkan usulan K/L desa
afirmasi (6) selaku executing agency

Instrumen Bagi hasil bidang Tidak spesifik DAK penugasan Kegiatan untuk Kegiatan untuk Dukungan
Kebijakan Fiskal kehutanan peruntukannya bidang lingkungan peningkatan kualitas peningkatan kualitas pengelolaan
yang berorientasi (block grant) hidup dan kehutanan lingkungan hidup lingkungan hidup kegiatan
Lingkungan pelestarian
lingkungan hidup

Variabel dalam Bagi Hasil Dana Variabel Kriteria teknis bidang pengelolaan sampah Konservasi dan Pelestarian
formula alokasi Reboisasi (60% kewilayahan lingkungan hidup dan pembangunan kawasan lingkungan hidup
yang terkait bidang pusat, 40% kehutanan pedesaan di Taman
Kehutanan provinsi Nasional Gunung Leuser
penghasil)

Mekanisme Terukur, Tidak terukur, Terukur, sebagai Terukur, ditetapkan Terukur, dengan Terukur, sebagai
pengawasan kinerja earmarked untuk karena bersifat dasar mekanisme dalam perencanaan diilakukan pre-audit dasar mekanisme
atas penggunaan kegiatan block grant penyaluran dan dan penganggaran (persetujuan rencana penyaluran dan
dana reboisasi penyerapan dana keu. daerah kerja oleh K/L), dan penyerapan dana
rekomendasi penyaluran
BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI dari K/L
DJPK, 2018
Identifikasi Sumber Pendanaan dan Kebutuhan:
Contoh di Bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Sumber-sumber pendanaan ke daerah
berorientasi lingkungan hidup
• DBH SDA (DR)
• DAK penugasan (LH dan kehutanan)
• DID (lingkungan hidup)
• Dana Desa (pelestarian LH) Ruang/fleksibilitas fiskal, tergantung:
• Hibah (peningkatan kualitas LH) • Prioritas pembangunan (sesuai RPJMD, RKP)
• Bantuan Keuangan (Otsus bidang LHK) • Pengeluaran mandatori (misal: 20% pendidikan)
• Kemampuan keuangan (ekonomi, defisit, sanksi)

Gap

Kejelasan Pembagian Urusan


• Pengelolaan kehutanan oleh Provinsi
• Kejelasan lokus (lokasi pelestarian) Kebutuhan program/kegiatan
• Unit cost per kegiatan/aktivitas
• Target layanan (output, outcome)
• Lokus (kejelasan lokasi)
• Kondisi mendesak (misal: kahar)

DJPK, 2018
DJPK, 2018
36
DJPK,37
2018
38
DJPK, 2018
DJPK, 2018

39
DJPK, 2018

40
DJPK, 2018
41
42
#DAU dan Hutan
Tdk sesuai dgn filosofi
Alokasi DAU bersifat zero
dasar DAU sbg vertical
equalization sum game;

DAU merupakan alokasi yg Indikator yang digunakan


bersifat block grants bukan harus bersifat umum dan
spesifik; ada di seluruh daerah;

Hutan sudah masuk dalam


Potensi tekanan fiskal pada
Indikator Wilayah (double
APBN;
counting) ;

Indikator DAU disebutkan


Insentif diletakkan di Fiscal
di dalam UU No 33/2004
Need ?????;
pasal 28 ayat 2;

Secara kewenangan, Mengubah formula DAU


kehutanan berada di akan jadi bahan
provinsi (UU 23/2014) pemeriksaan;
43
TRANSFER ANGGARAN PROVINSI BERBASIS EKOLOGI (TAPE)
•belanja pegawai, barang,
dan jasa, belanja modal,
Pendapatan Pem subsidi
Pusat •bansos, pembayaran bunga
utang

APBN Belanja

Transfer ke DAU DBH


Pembiayaan Daerah
DD
DAK DID

DEKONSENTRASI/TUGAS PEMB

Pendapatan TAPE
Pendapatan TAKE Pendapatan

APBD APBD
Provinsi Belanja Kab/Kota Belanja APBDesa Belanja

Pembiayaan Pembiayaan Pembiayaan

BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI


BELANJA APBD PROVINSI SETIAP TAHUN

APBD Provinsi XXXXX

BelanjaTransferPemprov

Belanja SKPD
Hibah Bagi Hasil
Bankeu Bansos
PDRD

TAPE
Provinsi ke Kabupaten
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
NAD
Sumut
Sumbar
Riau
Jambi
Sumsel Bankeu
Bengkulu
Lampung
DKI Jkt
Jabar
Jateng

BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI


DIY
Jatim
Bankeu

Kalbar
Kalteng
Kalsel
Kaltim
Sulut
Sulteng
Bankeu

Sulses
Sultra
Bali
NTB
NTT
Maluku
Papua
Malut
Banten
Belanja APBD Provinsi 2015-2017

Babel
Gorontalo
Kepri
Papua Barat
Sulbar
46

Kaltara
5,00
10,00

0,00
15,00
20,00
25,00
NAD
Sumut
Sumbar
Riau
Jambi
Sumsel
Bengkulu
Lampung
DKI Jkt
Jabar
Jateng
DIY

BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI


Jatim
Kalbar
Kalteng
Kalsel
Kaltim
Sulut
2015

Sulteng
Sulses
Sultra
Bali
2016

NTB
NTT
Maluku
Papua
2017

Malut
Belanja APBD Provinsi 2015-2017

Banten
Babel
Gorontalo
Kepri
Papua…
47

Sulbar
Kaltara
Apakah TAPE (TAF,2018)?
Transfer dana dari pemerintah provinsi ke
kabupaten/kota berbasis pada kinerja dalam menjaga
lingkungan hidup
Indikator
Tutupan terumbu karang dan
 Tutupan Hutan padang lamun
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
 Perubahan
Tutupan Hutan High conservation values
Formula

TAPE = Alokasi Dasar (Tutupan Hutan) + Insentif (Perubahan


Tutupan Hutan)
Penggunaan Dana
TAPE
Dibebaskan penggunaannya kepada kabupaten/kota
 (block grant)
 Terbatas penggunaannya pada kegiatan-kegiatan yang
dapat melindungi lingkungan hidup (specific grant)
48
Benefit TAPE
Mengubah paradigma
insentif fiskal tdk hanya dari Budget netral terhadap
pemerintah pusat APBD Provinsi

Mempererat kerjasama provinsi Memperbaiki mekanisme


dan kab/kota dlm pencapaian pembagian dana publik
tujuan bersama (RAD) berbasis kinerja ke depannya

Memberikan insentif
Percepatan pencapaian target
pertama terhadap inisiatif
NDC Pemerintah 2030
positif kab/kota
PRINSIP-PRINSIP DAN PRASYARAT
TAPE (TAF, 2018)
• Tidak memerlukan tambahan anggaran, mengubah
mekanisme penggunaan di APBD Provinsi;
• Indikator berbasis output dan outcome;
• Berlaku untuk seluruh kabupaten/kota;
• Pencapaian indikator dapat ditinjau setiap tahun;
• Ada lembaga yang mengompilasi dan memperbaharui
data, serta memantau kinerja kabupaten/kota dalam
mencapai indikator TAPE;
• Menempatkan aspek lokalitas dan prioritas daerah
sebagai indikator utama;
Contoh-contoh GAGASAN indikator untuk opsi
kedua – UNTUK DIDISKUSIKAN (TAF, 2018)
•  kawasan hutan/lindung yang berhasil dicegah dari kebakaran
hutan/aktivitas ilegal berdasarkan hasil monitoring yang dilaporkan
•  daerah aliran sungai yang berhasil diselamatkan sebagai sumber mata
air masyarakat
•  lahan kritis yang berhasil direhabilitasi atas usulan program ke
pemprov
•  perhutanan sosial yang diusulkan ke BPSKL
•  taman hutan rakyat yang ditetapkan
•  alih fungsi lahan yang berhasil dicegah/diproteksi di wilayah yang
memiliki nilai konservasi tinggi (HCV) di APL
•  wilayah lahan kritis di APL yang berhasil dipulihkan kembali
•  “no-take zone” di wilayah laut
• Kebijakan daerah untuk moratorium izin perkebunan sawit
• Kebijakan daerah untuk menangani kebakaran hutan dan lahan
• Adanya kelembagaan lokal untuk melaksanakan agenda penyelamatan
ekologis
KONTEKS AWAL TAKE
• Pemerintah Pidie mengusulkan adanya perubahan mekanisme
alokasi Dana Desa 2018 dengan menggunakan 2 opsi :
Perbup Pidie
Nomor 12 Tahun

OPSI 1 • Integrasi indeks LH dalam formulasi


pembagian Dana Desa ke Gampong
2018 Tentang
Pedoman Teknis
Prioritas
Penggunaan
Dana Gampong
Dlm Kab Pidie
• Mengarahkan prioritas penggunaan Tahun Anggaran
OPSI 2 Dana Desa untuk perlindungan LH; 2018

• Penyaluran Dana Desa di Kabupaten Pidie secara umum dibagi


berdasarkan:
1. Alokasi dasar (77%);
2. Alokasi affirmasi ( desa tertinggal dan sangat tertinggal) (3%)
3. Alokasi dengan formula (20%) dengan indikator jumlah penduduk
(20%), angka kemiskinan (50%), luas wilayah (15%), indeks
kesulitas geografis (25%) dan indikator ekologi;
KONTEKS AWAL
• Pasal 5  prioritas penggunaan Dana Gampong untuk bidang
pembangunan Gampong dan pemberdayaan Gampong;
Pembangunan Gampong Pemberdayaan Gampong

• Pasal 6  pelaksanaan Dana Gampong utk program dan kegiatan


yang bersifat lintas bidang diarahkan pada program dan kegiatan yang
sesuai dengan Kebijakan RPJMD Kab Pidie 2017-2022 diantaranya
pembiayaan program dan kegiatan pelestarian LH skala gampong
serta pembiayaan penanganan rumah sakit sehat sederhana untuk
fakir miskin;
KONTEKS
Pembangunan Gampong

• pengadaan, pembangunan, pengembangan dan


pemeliharaan sarpras untuk pemenuhan kebutuhan
pelestarian lingkungan, kesiapsiagaan menghadapi
bencana alam serta penanganan bencana alam;

Pelaksanaan bersifat lintas bidang diarahkan pada program


dan kegiatan yang sesuai dengan Kebijakan RPJMD Kab
Pidie 2017-2022 diantaranya pembiayaan program dan
Kegiatan kegiatan pelestarian LH skala gampong terdiri dari: RTH
skala gampong, pembersihan DAS, pemeliharaan
Lintas mangrove naan Dana Gampong utk program dan kegiatan
Bidang yang gampong, perlindungan terumbu karang, penghijauan
areal hutan gampong, pembibitan dan/atau penanaman
pohon langka, penanaman tanaman keras, reboisasi,
pengelolaan sampah dan kg lain sesuai kondisi gampong
Contoh Proposal TAPE

55
Bagaimana alokasi TAPE dihitung dengan 2 skenario?

Skenari Alokasi Dasar Insentif


o Proporsi tutupan Perubahan luas tutupan hutan masing-
hutan kabupaten/kota masing daerah dibandingkan tahun
terhadap keseluruhan
1 tutupan hutan provinsi
sebelumnya
Harga satuan alokasi perubahan tutupan
Harga satuan alokasi
hutan = faktor pengali x harga satuan alokasi
tutupan hutan = alokasi tutupan hutan
dana awal dibagi luas
tutupan hutan provinsi Jika disinsentif > alokasi dasar, daerah
tidak mendapatkan dana TAPE
Indeks tutupan hutan
kabupaten/kota relatif terhadap
Indeks perubahan luas tutupan hutan
daerah lainnya
2 25% pagu alokasi dana dibagi
ke tiap kabupaten/kota berbasis
kabupaten/kota relatif terhadap daerah
lainnya

indeks tutupan hutan 75% pagu alokasi dana dibagi ke tiap daerah
berbasis indeks perubahan luas tutupan
hutan

Daerah dengan
deforestasi > deforestasi
maksimum tidak mendapatkan dana
insentif 56
Bagaimana kondisi tutupan hutan di Riau, Sumsel,
Kaltara dan Papua, serta perubahannya?

57
Bagaimana hasil simulasi TAPE di Riau (total dana TAPE
Rp50 milyar)?
40 Skenario 1: Alokasi Dasar +/- Skenario 2: Alokasi Dasar + Insentif
Rp MIlyar

12
Insentif/Disinsentif

Rp MIlyar
30

20
10
10
Alokasi
0 8
Dasar
-10

-20 6

-30
Alokasi Dasar 4
-40
Insentif/…
-50
2
-60

-70
0

Kuantan…
Kampar

Bengkalis
Pelalawan

Siak

Meranti

Rokan Hilir

Kota Dumai
Indragiri Hilir

Rokan Hulu
Indragiri Hulu

Kuantan Singingi

Meranti
Kampar

Bengkalis

Siak
Pelalawan

Kota Dumai
Rokan Hulu

Indragiri Hulu

Indragiri Hilir
Rokan Hilir
BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI
58
Bagaimana hasil simulasi TAPE di Sumatera Selatan (total
dana TAPE Rp50 milyar)?

BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI


59
Bagaimana hasil simulasi TAPE di Kalimantan Utara (total
dana TAPE Rp 25 milyar)?
25
Skenario 1: Alokasi Dasar +/- Skenario 2: Alokasi Dasar + Insentif
Rp Milyar

10
20 Insentif/Disinsentif

Milyar Rupiah
9
15
Alokasi Dasar 8

10 Alokasi…
7
Insentif
5 6

5
0
4
-5
3

-10
2

-15 1

Malinau Nunukan Bulungan Tana Kota


0
Tidung Tarakan
Kota Tarakan Malinau Nunukan Tana TidungBulungan

BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI


60
Bagaimana hasil simulasi TAPE di Papua (total dana TAPE Rp
150 milyar)?

BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI


61
Bagaimana perbandingan hasil simulasi
Skenario 1 dan 2 di Riau dan Sumatera Selatan?
14
Sumatera Selatan

Milyar Rupiah
12

10 Skenario 1

Banyuasin

Lahat
OKU

PALI
OKI

Pagar Alam

Musi Banyuasin
OKU Timur
Muara Enim
Musi Rawas

Empat Lawang
OKU Selatan
Musi Rawas Utara

BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI


62
Bagaimana contoh dampak TAPE terhadap
pendapatan kabupaten di Riau?

PELALAWAN KAMPAR
• Luas tutupan hutan 2015: 318.521 ha. • Luas tutupan hutan 2015: 189.658 ha.
19% tutupan hutan Riau 12% tutupan hutan Riau
Indeks TH (0,1-1,0): 0,57
Indeks TH (0,1-1,0): 1,00
• Luas tutupan hutan 2017: 185.430 ha.
• Luas tutupan hutan 2017: 257.694 ha.
Perubahan tutupan hutan 2015-
Perubahan tutupan hutan 2015- 2017: -4,228 ha.
2017: -60,827 ha.
Indeks PTH (0,0-1,0): 0,60
Indeks PTH (0,0-1,0): 0,00
• Pendapatan dari Pemprov 2018:
• Pendapatan dari Pemprov 2018: Rp6,9 Rp31,0 milyar
milyar • Tambahan Dana TAPE:
• Tambahan Dana TAPE: Skenario 1: Rp12,8 milyar (41%
transfer 2018)
Skenario 1: Rp0 (0% transfer 2018)
Skenario 2: Rp8,1 milyar (26%
Skenario 2: Rp2,6 milyar (37% transfer 2018)
transfer 2018)
BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI
63
Bagaimana contoh dampak TAPE terhadap
pendapatan kabupaten di Sumatera Selatan?

MUSI RAWAS UTARA MUSI BANYUASIN


• Luas tutupan hutan 2015: 173.253 ha. • Luas tutupan hutan 2015: 137.690 ha.
19% tutupan hutan Sumsel 15% tutupan hutan Sumsel
Indeks TH (0,1-1,0): 0,76 Indeks TH (0,1-1,0): 0,62
• Luas tutupan hutan 2017: 173.253 ha. • Luas tutupan hutan 2017: 95.465 ha.
Perubahan tutupan hutan 2015- Perubahan tutupan hutan 2015-
2017: 0 ha. 2017: -42,225 ha.
Indeks PTH (0,0-1,0): 1,00 Indeks PTH (0,0-1,0): 0,00
• Pendapatan dari Pemprov 2018: Rp3 • Pendapatan dari Pemprov 2018: N/A
milyar • Tambahan Dana TAPE:
• Tambahan Dana TAPE: Skenario 1: Rp0
Skenario 1: Rp12,5 milyar (417% Skenario 2: Rp1,7 milyar
transfer 2018)
Skenario 2: Rp5,4 milyar (180%
transfer 2018)
BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI
64
Bagaimana perbandingan hasil simulasi Skenario 1
dan 2 di Kalimantan Utara dan Papua?
25
Kalimantan Utara
Milyar Rupiah

20

Sken…
15
Sken…

10

0
Nunukan

Bulungan
Malinau

Kota Tarakan

Tana Tidung

BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI


65
Bagaimana contoh dampak TAPE terhadap
pendapatan kabupaten di Kalimantan Utara?

MALINAU BULUNGAN
• Luas tutupan hutan 2015: 3.800.370 ha. • Luas tutupan hutan 2015: 913.937 ha.
65% tutupan hutan Kaltara 16% tutupan hutan Kaltara
Indeks TH (0,1-1,0): 1,00 Indeks TH (0,1-1,0): 0,32
• Luas tutupan hutan 2017: 3.795.750 ha. • Luas tutupan hutan 2017: 884.791 ha.
Perubahan tutupan hutan 2015-2017: - Perubahan tutupan hutan 2015-
4.620 ha. 2017: -29.146 ha.
Indeks PTH (0,0-1,0): 0,55 Indeks PTH (0,0-1,0): 0,00
• Pendapatan dari Pemprov 2018: Rp43,8 • Pendapatan dari Pemprov 2018:
milyar Rp48,9 milyar
• Tambahan Dana TAPE: • Tambahan Dana TAPE:
Skenario 1: Rp20,9 milyar (48%
Skenario 1: Rp0 (0% transfer 2018)
transfer 2018)
Skenario 2: Rp8,1 milyar (19% Skenario 2: Rp1,0 milyar (2%
transfer 2018) transfer 2018)

BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI


66
Bagaimana contoh dampak TAPE terhadap
pendapatan kabupaten di Papua?

ASMAT MERAUKE
• Luas tutupan hutan 2016: 2.285.779 ha • Luas tutupan hutan 2016: 1.914.585
9,1% tutupan hutan Papua ha.
7,6% tutupan hutan Papua
Indeks TH (0,1-1,0): 1,00
Indeks TH (0,1-1,0): 0,83
• Luas tutupan hutan 2017: 2.286.337 ha.
• Luas tutupan hutan 2017: 1.902.143
Perubahan tutupan hutan 2016-2017: - ha.
558 ha.
Perubahan tutupan hutan 2016-
Indeks PTH (0,0-1,0): 0,92 2017: -12.442 ha.
• Pendapatan dari Pemprov 2018: Rp Indeks PTH (0,0-1,0): 0,0
126,7 milyar • Pendapatan dari Pemprov 2018: Rp
• Tambahan Dana TAPE: 139,6 milyar
Skenario 1: Rp 14,7 milyar (12% • Tambahan Dana TAPE:
transfer 2018) Skenario 1: Rp 4,2 milyar (3%
Skenario 2: Rp 16,2 milyar (13% transfer 2018)
transfer 2018) Skenario 2: Rp 2,6 milyar (2%
transfer 2018)
BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI
67
Apa kesimpulan kedua skenario?

Skenario Skenario
1 2

Skema insentif jelas untuk Semua daerah pasti akan


masing-masing daerah – yang memperoleh dana TAPE, minimal
deforestasinya besar dananya berbasis pada tutupan hutannya
dikurangi
Metoda penghitungan alokasi dana
Kabupaten yang hutannya kecil relatif sederhana
tidak mungkin memperoleh
dana TAPE yang besar
Metoda penghitungan alokasi Metoda penghitungan indeks relatif
dana untuk masing-masing daerah rumit
relatif rumit
Daerah dengan tutupan hutan yang
Ada kemungkinan daerah tidak kecil tetapi deforestasinya rendah,
menerima dana TAPE sama mungkin akan memperoleh dana TAPE
sekali yang sangat besar

BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI


68
KEMENTERIAN KEUANGAN

Terima Kasih

BADAN KEBIJAKAN FISKAL - KEMENTERIAN KEUANGAN RI


69

Anda mungkin juga menyukai