Sasaran : Masyarakat di RW 06
Tempat : 30 Menit
Waktu :
Hari/Tanggal :
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2. Tanya jawab
C. MEDIA
2. Leaflet
D. MATERI : Terlampir
E. PELAKSANAAN
TINJAUAN TEORI
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya
air dimana ketersediaan air mencapai 15.500 meter kubik per kapita
per tahun, jauh di atas ketersediaan air rata-rata di dunia yang hanya
8.000 meter kubik per tahun.Namun demikian, Indonesia masih saja
mengalami persoalan air bersih. Sekitar 119 juta rakyat Indonesia
belum memiliki akses terhadap air bersih, sebagian besar yang
memiliki akses mendapatkan air bersih dari penyalur air, usaha air
secara komunitas serta sumur air dalam. Dari data Bappenas
disebutkan bahwa pada tahun 2009 proporsi penduduk dengan akses
air minum yang aman adalah 47,63%. Sumber air minum yang
disebut layak meliputi air ledeng, kran umum, sumur bor atau
pompa, sumur terlindung , mata air terlindung dan air hujan.
Dampak kesehatan dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap
air bersih dan sanitasi diantaranya nampak pada anak-anak sebagai
kelompok usia rentan. WHO memperkirakan pada tahun 2005,
sebanyak 1,6 juta balita (rata- rata 4500 setiap tahun) meninggal
akibat air yang tidak aman dan kurangnya higienitas.
2. Akses sanitasi dasar yang layak
1) Batuk
2) Kesadaran menurun
b. Immunisasi.
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu
tangan yang bersih
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak
terlalu ketat.
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak
tersebut masih menyusui.
c. Immunisasi
3. Diare
a. Pengertian
Penularan penyakit diare pada balita biasanya melalui jalur fecal oral
terutama karena:
1) Diare akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak
datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu. Diare
akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-
seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang
hilang dari tubuh penderita, gradasi penyakit diare akut dapat
dibedakan dalam empat kategori, yaitu: (1) Diare tanpa dehidrasi, (2)
Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari
berat badan, (3) Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan yang
hilang berkisar 5-8% dari berat badan, (4) Diare dengan dehidrasi berat,
apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10%.
2) Diare persisten
a. Faktor Infeksi
1. Infeksi enteral
2. Infeksi parenteral
f. Faktor pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-rata
mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu
yang bekerja sebagai buruh atau petani. Jenis pekerjaan umumnya
berkaitan dengan tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi ibu yang
bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain, sehingga
mempunyai risiko lebih besar untuk terpapar dengan penyakit.
g. Faktor umur balita
Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang
berumur 12- 24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding
anak umur 25-59 bulan.
h. Faktor lingkungan
Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air
minum yang tidak dimasak dapat juga terjadi secara sewaktu mandi dan
berkumur. Kontak kuman pada kotoran dapat berlangsung ditularkan
pada orang lain apabila melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan
kemulut dipakai untuk memegang makanan. Kontaminasi alat-alat makan
dan dapur. Bakteri yang terdapat pada saluran pencernaan adalah bakteri
Etamoeba colli, salmonella, sigella.
f. Pencegahan
b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan
gayung khusus untuk mengambil air.
c. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi
anak-anak
c. Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di
dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun.
d. Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan
dengan sabun.
iii. Derajat III: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lemah, tekanan nadi menyempit (< 20 mmHg), hipotensi,
sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, gelisah.
iv. Derajat IV: Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba
dan tekanan darah tidak terukur.
c. Fase penyembuhan, kecacatan, atau kematian
Agent adalah sesuatu yang bila ada atau tidak ada akan
menimbulkan penyakit. Agent yang menyebabkan demam berdarah
dengue tentunya adalah nyamuk Aedes aegypti. Hanya nyamuk
betina yang dapat menggigit dan menularkan virus dengue. Nyamuk
ini umumnya menggigit di siang hari (09.00-10.00) dan sore hari
(16.00- 17.00). Nyamuk ini membutuhkan darah karena darah
merupakan sarana untuk mematangkan telurnya.1,5 Virus Dengue
yang ditularkan oleh nyamuk ini sendiri bersifat labil terhadap panas
(termolabil) ada 4 tipe virus yang menyebabkan DBD, yaitu : DEN-
1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Masing-masing virus dapat
dibedakan melalui isolasi virus di laboratorium. Infeksi oleh salah
satu tipe virus dengue akan memberikan imunitas yang menetap
terhadap infeksi virus yang sama pada masa yang akan datang.
Namun, hanya memberikan imunitas sementara dan parsial pada
infeksi tipe virus lainnya. Bahkan beberapa penelitian mengatakan
jika seseorang pernah terinfeksi oleh salah satu virus, kemudian
terinfeksi lagi oleh tipe virus lainnya, gejala klinis yang timbul akan
jauh lebih berat dan seringkali fatal. Kondisi ini yang menyulitkan
pembuatan vaksin terhadap DBD.
2. Pejamu (host)
b. Specific protection
1) Abatisasi
Kegiatan PSN dengan menguras dan menyikat TPA seperti bak mandi
atau WC, drum seminggu sekali, menutup rapat-rapat TPA seperti
gentong air atau tempayan, mengubur atau menyingkirkan barang-
barang bekas yang dapat menampung air hujan serta mengganti air vas
bunga, tempat minum burung seminggu sekali merupakan upaya untuk
melakukan PSN DBD.
5) Pencegahan gigitan nyamuk
5. Tuberkulis (TBC)
a. Pengertian
1. Batuk
Batuk merupakan gejala awal, biasanya batuk ringan yang dianggap
sebagai batuk biasa. Batuk ringan akan menyebabkan terkumpulnya
lender sehingga batuk berubah menjadi batuk produktif;
2. Dahak
Pada awalnya dahak keluar dalam jumlah sedikit dan bersifat mukoid,
dan akan berubah menjadi mukopurulen atau kuning kehijauan sampai
purulent dan kemudian berubah menjadi kental bila terjadi pengejuan
dan perlunakan;
3. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan oleh pasien berupa bercak-bercak, gumpalan
darah atau darah segar dengan jumlah banyak. Batuk darah menjadi
gambaran telah terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah
4. Nyeri dada
Nyeri dada pada Tuberkulosis Paru termasuk nyeri yang ringan. Gejala
Pleuritis luas dapat menyebabkan nyeri yang bertambah berat pada
bagian aksila dan ujung scapula
5. Wheezing
6. Sesak nafas
1. Demam
Demam gejala awal yang sering terjadi, peningkatan suhu tubuh
terjadi pada siang atau sore hari. Suhu tubuh terus meningkat akibat
Mycobacterium tuberculosis berkembang menjadi progresif;
2. Menggigil
Menggigil terjadi akibat peningkatan suhu tubuh yang
tidak disertai dengan pengeluaran panas;
3. Keringat malam
Keringat malam umumnya timbul akibat proses lebih
lanjut dari penyakit
4. Penurunan nafsu makan
5. Badan lemah
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host (pejamu)
baik benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang
terbentuk akibat interaksi semua elemen-elemen termasuk host yang lain.
Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam penularan, terutama
lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat. Lingkungan rumah
merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap
status kesehatan penghuninya. Adapun syarat-syarat yang dipenuhi oleh
rumah sehat secara fisiologis yang berpengaruh terhadap kejadian
tuberkulosis paru antara lain :
a. Kepadatan Penghuni Rumah
Ukuran luas ruangan suatu rumah erat kaitannya dengan
kejadian tuberkulosis paru. Disamping itu Asosiasi Pencegahan
Tuberkulosis Paru Bradbury mendapat kesimpulan secara statistik
bahwa kejadian tuberkulosis paru paling besar diakibatkan oleh keadaan
rumah yang tidak memenuhi syarat pada luas ruangannya.
Semakin padat penghuni rumah akan semakin cepat pula udara
di dalam rumah tersebut mengalami pencemaran. Karena jumlah
penghuni yang semakin banyak akan berpengaruh terhadap kadar
oksigen dalam ruangan tersebut, begitu juga kadar uap air dan suhu
udaranya. Dengan meningkatnya kadar CO2 di udara dalam rumah,
maka akan memberi kesempatan tumbuh dan berkembang biak lebih
bagi Mycobacterium tuberculosis. Dengan demikian akan semakin
banyak kuman yang terhisap oleh penghuni rumah melalui saluran
pernafasan. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia
kepadatan penghuni diketahui dengan membandingkan luas lantai
rumah dengan jumlah penghuni, dengan ketentuan untuk daerah
perkotaan 6 m² per orang daerah pedesaan 10 m² per orang.
b. Kelembaban Rumah
Kelembaban udara dalam rumah minimal 40% – 70 % dan suhu
ruangan yang ideal antara 180C – 300C. Bila kondisi suhu ruangan tidak
optimal, misalnya terlalu panas akan berdampak pada cepat lelahnya
saat bekerja dan tidak cocoknya untuk istirahat. Sebaliknya, bila
kondisinya terlalu dingin akan tidak menyenangkan dan pada orang-
orang tertentu dapat menimbulkan alergi. Hal ini perlu diperhatikan
karena kelembaban dalam rumah akan mempermudah
berkembangbiaknya mikroorganisme antara lain bakteri spiroket,
ricketsia dan virus.
Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara
,selain itu kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan membran
mukosa hidung menjadi kering sehingga kurang efektif dalam
menghadang mikroorganisme. Kelembaban udara yang meningkat
merupakan media yang baik untuk Bakteri-Baktri termasuk bakteri
tuberkulosis.20) Kelembaban di dalam rumah menurut Depatemen
Pekerjaan Umum (1986) dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu :
c. Ventilasi
e. Lantai rumah
g. Dinding
a. Pencegahan Primer
Daya tahan tubuh yang baik, dapat mencegah terjadinya penularan suatu
penyakit.
b. Pencegahan Sekunder
c. Pencegahan Tersier