Disusun Oleh :
Habib Taufiqurrohaman
Nim. 202101030066
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman, Islam
serta kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas UAS ini yang dengan tepat
waktu.
Adapun tujuan dari penulisan buku ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Dr. Mohammad Zaini, MM. Pada mata kuliah Manajemen Pembiayaan Pendidikan.
Selain itu, buku ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai susbtansi
yang ada dalam matakuliah Manajemen Pembiayaan Pendidikan Islam bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Mohammad Zaini, MM.
Selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pembiayaan Pendidikan yang telah
membimbing kami, dan kepada orang tua yang telah mendoakan, juga kepada teman-
teman seperjuangan.
Makalah ini tidak terlepas dari tugas kuliah yang kami tempuh terutama untuk
Mata kuliah Manajemen Pembiayaan Pendidikan. Kami sadar bahwasannya buku
yang ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami butuh kritik dan saran
dari para pembaca agar ketika kami merevisi kembali bisa menjadi lebih baik.
Penyusun
DAFTAR ISI
.............................................................................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFATAR ISI...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. LATAR BELAKANG...............................................................................
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................
C. TUJUAN ....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembiayaan pendidikan merupakan salah satu sumber yang sangat
berpotensi dalam menentukan sukses dan kelancaran progam pendidikan serta
merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam manajemen pengelolaan
pendidikan. Adapun sistem pembiayaan pendidikan yaitu dimana proses
pendapatan dan sumber daya tersedia dan dapat digunakan untuk
memformulasikan serta mengoperasionalkan sekolah.
Pembiayaan pendidikan adalah sebuah analisis dari sumber-sumber
pendapatan (revenue) dan penggunaan biaya (expenditure) yang diperuntukan
sebagai pengelolaan pendidikan secara efektif dalam rangka mencapai tujuan
yang ditentukan. Pendidikan dengan sedikit dana dapat berlangsung, tetapi
pendidikan yang bermutu membutuhkan dana yang cukup besar. Apabila
dukungan pendanaan pendididikan berkurang, maka mutu pendidikan juga
akan berkurang.
Dengan demikian, seluruh kegiatan yang ada di sekolah membutuhkan
dana. Kegiatan-kegiatan itu antara lain: intrakurikuler, ektrakurikiler, dan
kegiatan lainnya. Kegiatan intrakurikuler berkaitan dengan kegiatan belajar
mengajar (KBM) dan evaluasi belajar. Secara ideal, kemampuan manajemen
pembiayaan di sekolah merupakan hal yang urgen untuk dikuasai oleh
pengelola pendidikan. Menurut Bafadal, ada empat hal yang perlu
digarisbawahi terkait dengan manajemen pembiayaan di sekolah, antara lain:
a. Manajemen pembiayaan merupakan keseluruhan proses upaya
memperoleh serta mendayagunakan seluruh dana.
b. Mencari sebanyak mungkin sumber-sumber keuangan dan sumber-
sumber untuk mendapatkan dana dari sumber-sumber keuangan.
c. Menggunakan seluruh dana yang tersedia atau diperoleh semata-mata
untuk penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
d. Penggunaan seluruh dana sekolah harus dilakukan secara efektif dan
efisien. Selain itu, penggunaan dana di sekolah1 harus dengan mudah
dipertanggungjawabkan kepada semua pihak terkait.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar Manajemen Pembiayaan Pendidikan (MPP)
2. Bagaimana Ruang Lingkup Manajemen Pembiayaan Pendidikan (MPP)
3. Bagaimana Macam -macam Manajemen Pembiayaan Pendidikan
4. Bagaimana Sumber -sumber Pembiayaan Pendidikan
5. Bagaimana Alokasi dan Distribusi Pembiayaan Pendidikan
6. Bagaiamana Model Siklus Pembiayaan Pendidikan
7. Bagaimana Investasi Pembiayaan Pendidikan
8. Bagaimana Budgeting (perencanaan Anggaran pendidikan)
9. Bagaimana Accounting (Pelaksanaan Anggaran Pendidikan)
10. Bagaimana Auditing (Pengawasan dan Pemeriksaan Keuangan
Pendidikan)
11. Bagaimana Penyelesaian Audit Keuangan Pendidikan
1
Pendi Susanto, Op.Cit., h. 236-237
12. Bagaimana Permasalahan Manajemen Pembiayaan Pendidikan
13. Bagaimana Isu-isu Aktual dalam Manajemen Pembiayaan Pendidikan
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Konsep Dasar Manajemen Pembiayaan Pendidikan
(MPP)
2. Untuk mengetahui Ruang Lingkup Manajemen Pembiayaan Pendidikan
(MPP)
3. Untuk mengetahui Macam -macam Manajemen Pembiayaan Pendidikan
4. Untuk mengetahui Sumber -sumber Pembiayaan Pendidikan
5. Untuk mengetahui Alokasi dan Distribusi Pembiayaan Pendidikan
6. Untuk mengetahui Model Siklus Pembiayaan Pendidikan
7. Untuk mengetahui Investasi Pembiayaan Pendidikan
8. Untuk mengetahui Budgeting (perencanaan Anggaran pendidikan)
9. Untuk mengetahui Accounting (Pelaksanaan Anggaran Pendidikan)
10. Untuk mengetahui Auditing (Pengawasan dan Pemeriksaan Keuangan
Pendidikan)
11. Untuk mengetahui Penyelesaian Audit Keuangan Pendidikan
12. Untuk mengetahui Permasalahan Manajemen Pembiayaan Pendidikan
13. Untuk mengetahui Isu-isu Aktual dalam Manajemen Pembiayaan
Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
2
“Hasil Pencarian - KBBI Daring,” diakses 27 Februari 2022,
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Manajemen .
3
“Lema ‘Manajemen’ - Tesaurus Tematis Bahasa Indonesia,” diakses 27 Februari 2022,
http://tesaurus.kemdikbud.go.id/tematis/lema/manajemen.
4
Muhammad Mustari, Manajemen Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014).
5
Pendi Susanto, Produktivitas Sekolah: Teori dan Praktik di Tingkat Satuan Pendidikan
(Bandung: Alfabeta, 2016).
memandang bahwa terdapat orang-orang yang secara sistematik dapat bekerja
secara berkelompok dan menghasilkan suatu kerja sama.
Adapun definisi oleh Siagian yang dikutip mukhneri menyatakan
bahwa manajemen dapat diartikan sebagai kemampuan atau keterampilan
untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan.6 Maka dapat
dipahami bahwa Siagian mengarahkan manajemen kepada hasil sebagai
pencapaian tujuan dari apa yang diusahakan dengan keterampilan maupun
kemampuan serta usaha-usaha yang berorientasi pada goals-nya.
Menurut Terry dan Franklin yang dikutip jejen musfah, manajemen
adalah suatu proses yang terdiri dari aktivitas perencanaan, pengaturan,
penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan memenuhi
sasaran hasil yang diwujudkan dengan penggunaan manusia dan sumber daya
lainnya.7 Dari definisi ini, dapat dipahami bahwa terdapat beberapa hal yang
mewujudkan arti dari manajemen tersebut. Komponen-komponen ini
mencakup: perencanaan; pengaturan; penggerakan; pengedalian; sasaran atau
hasil; manusia; dan sumber daya lain. Berdasarkan dari beberapa definisi di
atas, maka didapat beberapa poin penting. Pertama, adanya manusia atau
kelompok. Yang kedua terdapat suatu aktivitas atau usaha, dan yang ketiga
terdapat sebuah tujuan atau hasil. Dari ketiga poin penting ini dapat dijabarkan
bahwa manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan,
mengarahkan, dan mengendalikan guna memperoleh suatu hasil yang efektif
dan efisien dalam rangka pencapaian tujuan.
Sedangkan Pengertian biaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah uang yang dikeluarkan untuk mengadakan (mendirikan, melakukan)
sesuatu, ongkos belanja, dan pengeluaran. 8 Proses penyelenggaraan
6
Mukhneri, Manajemen Keuangan Pendidikan (Padang: FR Monivha Press, 2002).
7
Jejen Musfah, “Manajemen Pendidikan: Teori, Kebijakan, dan Praktik” (Jakarta: :
Prenadamedia Group, 2015).
8
Hasil Pencarian - KBBI Daring,” diakses 27 Februari 2022,
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/biaya
pendidikan di satuan pendidikan perlu didukung biaya yang memadai
sehingga menjamin kelancaran berbagai kegiatan yang diselenggarakan. Biaya
secara sederhana adalah sejumlah nilai uang yang dibelanjakan atau jasa
pelayanan yang diserahkan pada siswa.9 Biaya juga merupakan nilai barang
jasa yang dipakai untuk melaksanakan kegiatan yang membentuk pendapatan.
Menurut Blocher dkk, bahwa biaya sering kali didefinisikan sebagai
penggunaan sumber daya yang mempunyai konsekuensi keuangan.10
Dikarenakan konsep biaya secara keseluruhan berkaitan dengan fungsi
manajemen, yaitu:
1. manajemen strategis
2. perencanaan dan pengambilan keputusan
3. penentuan harga pokok jasa dan pelaporan keuangan, dan
4. pengendalian manajemen dan pengendalian operasional
13
“UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS,” t.t.
14
“SN DIKDASMEN,” BSNP (blog), diakses 27 Februari 2022,
https://bsnp-indonesia.org/standar- nasional-pendidikan-2/
15
Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan (Bandung: Rosdakarya, 2000).
kelompok dan individu, dan persoalan berapa banyak biaya yang semestinya
dikeluarkan untuk pendidikan dan jenis pendidikan apa yang nantinya akan
dipilih oleh masyarakat.16 Pembiayaan pendidikan tidak hanya menyangkut
analisis sumber-sumber saja, tetapi penggunaan data secara efisien.
Dengan kata lain lebih banyak tujuan program yang dicapai dengan
anggaran yang tersedia. Melihat bahwa pendidikan melibatkan banyak orang
dan uang, baik dalam jumlah siswa maupun tenaga kerja yang terlibat,
demikian juga dilihat dari jumlah anggarannya.
Seperti halnya pembiayaan untuk menyelenggarakan pendidikan di
sekolah, proses penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan perlu
didukung biaya yang memadai sehingga menjamin kelancaran berbagai
kegiatan yang diselenggarakan. Pembiayaan pendidikan pada dasarnya
menitikberatkan pada upaya pendistribusian benefit pendidikan dan beban
yang harus ditanggung oleh masyarakat.
Maka dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan
pendidikan adalah sebuah analisis dari sumber-sumber pendapatan (revenue)
dan penggunaan biaya (expenditure) yang diperuntukkan sebagai
pengelolaan pendidikan secara efektif dalam rangka mencapai tujuan yang
ditentukan.
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur,
pengaturan yang dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dan
fungsi-fungsi manajemen. Jadi manajemen adalah suatu proses untuk
mewujudkan tujuan yang diinginkan.
Pembiayaan pendidikan merupakan proses yang dimana pendapatan
dan sumber daya tersedia digunakan untuk menyusun dan menjalankan
program kegiatan sekolah. Menurut Levin pembiayaan pendidikan adalah
proses dimana pendapatan dan sumber daya yang tersedia digunakan untuk
menyusun dan menjalankan sekolah di berbagai wilayah dengan tingkat
16
Konsep Pembiayaan Pendidikan.
pendidikan yang berbeda-beda.
Menurut Husnan dan Enny, manajemen pembiayaan pendidikan atau
keuangan merupakan kegiatan perencanaan, analisis, dan pengendalian
kegiatan keuangan. Mereka yang melaksanakan kegiatan tersebut sering
disebut sebagai manajer keuangan. Meskipun demikian, kegiatan keuangan
tidak terbatas dilakukan oleh mereka yang memiliki jabatan seperti direktur
keuangan, manajer keuangan dan lain-lain.
17
W.R Tjandra, Hukum Keuangan Negara (Grasindo, 2016).
18
Suad Husnan, Manajemen keuangan: teori dan penerapan (Yogyakarta: BPFE, 1992).
19
Jones H Thomas, Introduction to school finance: Technique and social policy (New York:
MacMillan Publishing Company, 1985).
20
Thamrin Abdullah, Pembiayaan Pendidikan, Perangkat Pembelajaran di Program
Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta., 2012
pendidikan berupa kegiatan perencanaan, pengaturan, pertanggungjawaban
dan pengawasan keuangan lembaga pendidikan itu sendiri.21 Turunan tujuan
manajemen keuangan dan pembiayaan pendidikan ini menegaskan fungsi
manajemen keuangan dan pembiayaan pendidikan menjadi acuan dalam
dokumen:
1. Perencanaan Keuangan dengan membuat rencana pemasukan dan
pengeluaran serta kegiatan-kegiatan lainnya untuk periode tertentu;
2. Penganggaran Keuangan berupa tindak lanjut dari perencanaan
keuangan dengan membuat detail pengeluaran dan pemasukan;
3. Pengelolaan Keuangan dengan menggunakan dana lembaga
pendidikan untuk memaksimalkan dana yang ada dengan berbagai
cara;
4. Pencarian Keuangan,mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang
ada untuk operasional kegiatan perusahaan;
5. Penyimpanan Keuangan berupa mengumpulkan dana
lembaga pendidikan serta menyimpan dan mengamankan
dana tersebut.
6. Pengendalian Keuangan berupa evaluasi serta perbaikan atas
keuangan dan sistem keuangan pada perusahaan;
7. Pemeriksaan Keuangan ,melakukan audit internal atas keuangan
lembaga pendidikan yang ada agar tidak terjadi penyimpangan.
8. Pelaporan keuangan, penyediaan informasi tentang kondisi keuangan
lembaga pendidikan sekaligus sebagai bahan evaluasi.
Aktivitas manajemen keuangan dan pembiayaan pendidikan di atas
menjadi indikator bagi keberhasilan satuan pendidikan dalam mengelola
keuangan dan pembiayaan Pendidikan.
a) Transparansi
Transparansi berarti keterbukaan. Transparansi di bidang manajemen
berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan. Di
lembaga pendidikan, bidang manajemen keuangan yang transparan
berarti adanya keterbukaan dalam manajemen keuangan lembaga
pendidikan, yang keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya,
rincian penggunaan dan pertanggungjawaban harus jelas sehingga
bias memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk
mengetahuinya. Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam
rangka meningkatkan dukungan orang tua.
b) Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh
orang lain karena kualitas performasinya dalam menyelesaikan tugas
untuk mencapai tujuan yang menjadi tanggung jawabnya.
Akuntabilitas di dalam manajemen keuangan berarti penggunaan
uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan.22
c) Efektivitas
Efektif sering kali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang
22
Nur Hamiyah, Pengantar manajemen Pendidikan di Sekolah (Jakarta: Prestasi Pustaka,
2015).
telah ditetapkan. Ganner yang dikutip Drs B. Suryosubroto
mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi, karena sebenarnya
efektivitas tidak berhenti sampai tujuan tercapai tetapi sampai pada
kualitas hasil yang dikaitkan dengan pencapaian visi lembaga yang
dicirikan oleh outcome kualitatif.23
d) Efisiensi
Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan.
Menurut Garner yang dikutip Drs B. Suryosubroto ialah efisiensi
dicirikan oleh outcome kuantitatif.24 Efisiensi adalah perbandingan
yang terbaik antara masukan (input) dan keluaran (output) atau
antara daya dan hasil.
d. Standard Nasional Pembiayaan Pendidikan
Pada Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan terdapat kerancuan ialah Bab IX Pasal 62 Ayat (1) s/d
(5) tentang ruang lingkup standar pembiayaan. Ketentuan Umum tentang
Standar Pembiayaan pada Pasal 1 tampak lebih sempit dari Pasal 62 yaitu
standar pembiayaan pada Pasal 1 adalah mencakup standar yang mengatur
komponen dan besarnya biaya operasi dan biaya personalsatuan pendidikan
yang berlaku selama 1 tahun. Pada pasal 62 mencakup investasi, biaya
operasi dan biaya operasional. Pada Bab IX: Standar Pembiayaan, Pasal 62
disebutkan bahwa:25
1. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi,
dan biaya personal.
2. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan
sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.
3. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) meliputi biaya
23
Drs B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2004).
24
Suryosubroto.
25
“Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.,” t.t.
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa
mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
4. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1) meliputi:
a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan
yang melekat pada gaji.
b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
b. Accounting (Pembukuan)
Accounting adalah bahasa yang digunakan untuk menggambarkan hasil
28
Arwildayanto dkk, Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pendidikan : Program
Pendidikan untuk Rakyat (PRODIRA) Akselerasi Pemerataan dan Peningkatan Jenjang Layanan
Pendidikan di Provinsi Gorontalo (Padjadjaran: Widya, 2017), h. 24.
29
Fattah Nanang, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2012),h.47.
ekonomi. Menurut Mulyasa dalam pelaksanaan keuangan sekolah dalam garis
besarnya dapat dikelompokan kedalam dua kegiatan yaitu penerimaan dan
pengeluaran. Penerimaan keuangan sekolah dari sumber- sumber dana perlu
dibukukan berdasarkan prosedur pengelolaan yang selaras dengan
kesepakatan yang telah disepakati, baik berupa konsep teoritis maupun
peraturan pemerintah.30 Accounting merupakan kegiatan penatausahaan
keuangan, yang merupakan ruang lingkup manajemen pembiayaan yang
teramat penting dalam sebuah proses manajemen organisasi. Karena dalam
penatausahaan keuangan terdapat kegiatan mencatat transaksi keluar
masuknya uang yang digunakan untuk membiayai program pendidikan
dengan maksud agar diperoleh informasi tentang pengelolaan anggaran
pendidikan yang dapat dipertanggung jawabkan. Kegiatan ini sangat berguna
dalam rangka melakukan penilaian dan pengambilan keputusan terkait dengan
penggunaan anggaran pendidikan.
Pembukuan (accounting) dalam kegiatan pengurusan keuangan
pendidikan meliputi dua hal, yaitu pertama pengurusan yang menyangkut
kewenangan menentukan kebijakan menerima atau mengeluarkan uang.
Pengurusan ini dikenal dengan istilah pengurusan ketatausahaan. Pengurusan
kedua menyangkut tindak lanjut dari urusan pertama yakni, menerima,
menyimpan dan mengeluarkan uang. Pengurusan ini tidak menyangkut
kewenangan menentukan, tetapi hanya melaksanakan, dan dikenal dengan
istilah pengurusan bendaharawan.
Sebagai manajer pendidikan hendaknya benar-benar memahami dan
dapat menjelaskan fungsi, tujuan, dan manfaat pembukuan (accounting) kepada
staf yang menangani masalah keuangan, antara lain:
a. Buku pos (vate book)
Buku pos pada prinsipnya memuat informasi beberapa dana
30
Jahari dan Syarbini, Manajemen Madrasah Teori, Strategi,dan Implementasi., 73
yang masih tersisa untuk tiap pos anggaran kegiatan pendidikan. Buku
pos ini juga mencatat berbagai peristiwa pembelanjaan uang harian.
Dari buku pos para manajer pendidikan dengan mudah dapat melihat
apakah lembaga pendidikan yang dipimpinnya telah membelanjakan
uang secara berlebihan atau sudah sesuai dengan rencana anggaran.
Oleh karena itu, dianjurkan agar para manajer pendidikan
menyelenggarakan buku pos tersebut guna memudahkan mengetahui
tingkat realisasi anggaran pendidikan. Adapun contoh buku pos yang
sering digunakan dalam manajemen keuangan pendidikan, antara lain:
b. Faktur
Faktur di sini dapat berupa buku atau lembaran lepas yang dapat
diarsipkan. Faktur berisi rincian tentang: 1) maksud pembelian; 2)
tanggal pembelian; 3) jenis pembelian; 4) rincian barang yang dibeli, 5)
jumlah pembayaran, dan 6) tanda tangan pemberi kuasa anggaran
(PKA).
d. Lembar cek
Merupakan alat bukti bahwa pembayaran yang dikeluarkan
adalah sah. Lembar cek dikeluarkan bila menyangkut tagihan atas
pelaksanaan suatu transaksi, misalnya barang yang dipesan sudah
dikirimkan dan catatan transaksinya benar. Orang berhak
menandatangani lembar cek adalah kepala sekolah atau petugas
keuangan.
e. Jurnal
f. Buku besar
i. Neraca percobaan
c. Auditing (Pemeriksaan)
32
Hansen and Mowen. Management Biaya; Akuntansi dan Pengendalian, Alih Bahasa Tim Salemba Empat.
(Jakarta : Salemba Empat,2000)
Association of Accountants (Yuniarti, 2002) bentuk kegiatan
sosial perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Keterlibatan komunitas (Community Involvement),
mencakup aktivitas berbentuk donasi atau bantuan untuk
kegiatan rohani, olahraga, bantuan bagi pengusaha kecil,
pelayanan kesehatan masyarakat, bantuan penelitian dan
sebagainya.
2. Sumber daya manusia (Human Resources), meliputi
program pendidikan dan pelatihan karyawan, fasilitas
keselamatan kerja, kesehatan, kerohanian, serta
tunjangan karyawan.
3. Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Fisik
(Environmental and Physical Resources) terdiri dari
antara lain keterlibatan perusahaan dalam pengolahan
limbah, program penghijauan, pengendalian polusi, dan
pelestarian lingkungan hidup.
4. Kontribusi produk atau jasa (Product or services
contribution), mencakup keamanan dan kualitas produk,
kepuasan konsumen, dan sebagainya.33
36
https://money.kompas.com/read/2022/01/14/110000426/mengenal-apbn--pengertian-
tujuan-fungsi-dan-strukturnya-?page=all diakses tanggal 21 Maret 2022 pukul 14.25 WIB
f. Mendukung penegakan hukum serta stabilisasi keamanan dan
pertahanan, melalui pemberantasan dan penegakan peredaran gelap
narkoba, tindak terorisme, dan perbuatan asusila
g. Transfer Daerah ke Dana Desa sebagai salah satu instrumen penting dari
desentralisasi fiskal37
37
Direktorat Penyusunan APBN, Direktorat Jenderal Anggaran. Informasi APBN 2017. Hal 16
fenomena seperti tidak adanya fasilitas bagi siswa dimana siswa harus
mengeluarkan dana lebih untuk membeli buku, atau sarana lain yang
menghambat sekolah dalam menjalankan program kerja serta tidak terjadi lagi
pengutipan uang kepada peserta didik untuk melengkapi fasilitas sekolah
sehingga tidak ada alasan bagi sekolah untuk menjalankan program
pendidikan dalam meningkatkan kesejahteraan dan kinerja sekolah.
1. Belanja pegawai
2. Belanja barang
3. Belanja modal
4. Belanja gaji pegawai, belanja tunjangan seperti sertifikasi dan
tukin.
2. BOS (Dana Bantuan Operasional Sekolah )
Adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk
penyediaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar
38
Relasi Kepemimpinan dan Kultur Sekolah. Jurnal Kependidikan Insania. Hal 25
39
Urgensi Manajemen Pembiayaan Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Madrasah. Hal
65
sebagai pelaksana program wajib belajar, Adapun dana BOS
dialokasikan sebagai berikut
1. Penerimaan peserta didik baru (PPDB)
2. Pengembangan perpustakaan
3. Kegiatan pembelajaran dan ekstra kurikuler
4. Kegiatan asesmen /evaluasi pembelajaran
5. Administrasi kegiatan sekolah
6. Pengembangan profesi guru dan tenaga kependidikan
7. Layanan daya dan jasa
8. Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
9. Penyediaan alat multimedia pembelajaran
10. Pembayaran guru berstatus non Aparatur Sipil Negara (ASN)
3. Komite Sekolah
Komite sekolah mrupakan adalah lembaga mandiri yang
beranggotakan orang tua/wali peserta didik ,komunitas sekolah serta
tokoh masyarakat yang peduli pendidikan. Komite sekolah dibentuk
atas prakarsa dari masyarakat dan sudah diatur dalam UUSPN No 20
tahun 2003 pasal 56 ayat 3 menyatakan komite sekolah/madrasah
sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan
mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan
dukungan tenaga, sarana prasarana, serta pengawasan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan.40 Jadi komite sekolah harus mampu
menyakinkan orang tua,pemerintah setempat, dunia usaha dan
masyarakat pada umumnya bahwa sekolah itu dapat dipercaya.Salah
satu peran sekolah adalah mobilisasi sumbangan.Adapun penggunaan
dana komite di alokasikan antara lain
a) Pengadaan sarana dan prasarana
Pengadaan toilet siswa
40
Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah. PT Bumi Aksara. Hal 176
Pembuatan sarana olah raga
Pembuatan gedung aula
Pembuatan ruang kelas
b) Dana sosial untuk siswa sakit
c) Penghargaan siswa berprestasi dan beasiswa siswa berprestasi
jalur akademik maupun non akademik
d) Kegiatan kreatifitas siswa
Karnaval
Acara pentas seni pada saat pelepasan siswa baru
Bulan bahasa
Expo kampus
Kegiatan hari besar keagamaan dan hari besar nasional
b. Tujuan Pengalokasian Biaya Pendidikan
Melalui kegiatan pengelolaan keuangan maka kebutuhan pendanaan
kegiatan sekolah dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan
secara transparan, dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program
sekolah secara efektif dan efisien. Tujuan pengalokasian biaya pendidikan :
1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah.
2. Menjamin agar dana yang tersedia dipergunakan untuk harian sekolah
dan menggunakan kelebihan dana untuk diinvestasikan kembali.
3. Meningkatkan akuntanbilitas dan transparasi keuangan sekolah.
4. Memelihara barang- barang (aset) sekolah.
5. Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.
6. Menjaga agar peraturan-peraturan serta praktik penerimaan, pencatatan,
dan pengeluaran uang yang diketahui dan dilaksanakan.
c. Distribusi Pembiayaan Pendidikan
1. Pengertian Distribusi
Distribusi adalah kegiatan penyaluran hasil produksi berupa
barang dan jasa dari produsen ke konsumen guna memenuhi
kebutuhan manusia.Pihak yang melakukan kegiatan distribusi disebut
sebagai distributor.
Manajemen Pembiayaan Pendidikan merupakan sebuah
proses dalam mengoptimalkan sumber dana yang ada,
mengalokasikan dana yang tersedia dan mendistribusikannya sebagai
fasilitas atau sarana pendukung proses pembelajaran sehingga tercipta
proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, fokus
manajemen pembiayaan pendidikan pada bagaimana sumber dana
yang ada mampu dikelola secara profesional sehingga memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan.
Dalam definisi ini ada tiga kata kunci dalam manajemen
pembiayaan pendidikan, yaitu optimalisasi sumber dana, alokasi dan
distribusi. Tiga kata kunci inilah yang pada akhirnya menjadi fungsi
dari pembiayaan pendidikan itu sendiri.
a) Optimalisasi sumber dana Fungsi manajemen pembiayaan
adalah bagaimana lembaga pendidikan mampu
mengoptimalkan sumber-sumber pembiayaan pendidikan yang
diperoleh.
b) Alokasi, Alokasi dalam manajemen pembiayaan pendidikan
merupakan proses financial decision. Di sinilah kebijakan
alokasi pembiayaan pendidikan ditentukan. Kebijakan dalam
menentukan alokasi ini harus mengedepankan program
prioritas dalam sebuah proses pendidikan.
c) Distribusi, Distribusi merupakan proses penyaluran dana
sesuai dengan alokasi yang telah ditentukan (Syarbini, 2013).
d. Penerapan Distribusi dalam Pendidikan
Fokus dari penerapan pemasaran ini adalah bagaimana mendekatkan
pelayanan sesuai dengan keinginan dan kepuasan siswa, yang tentunya hal
tersebut harus didukung dengan peran para tenaga ahli di bidangnya, sumber
daya dan fasilitas yang memadai, serta selalu meningkatkan mutu lulusan.
1. Planning (Perencanaan)
Planning menurut Wibowo (2006:12) merupakan langkah
pertama yang harus dilakukan seorang manajer. Fungsi planning
mencakup mendefinisikan tujuan organisasi, mengembangkan strategi
menyeluruh untuk mencapai tujuan dan mengembangkan dan
mengordinasikan kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Perencanaan dalam pemasaran pendidikan bertujuan untuk mengurangi
atau mengimbangi ketidakpastian dan perubahan yang akan datang,
memusatkan perhatian kepada sasaran, menjamin atau mendapatkan
proses pencapaian tujuan terlaksana secara efisien dan efektif, serta
memudahkan pengendalian. Langkahlangkah yang harus dilakukan
dalam proses perencanaan pemasaran pendidikan ialah sebagai berikut:
2. Identifikasi Pasar
(Pesaing) Menurut Sri Minarti (2012:395) tahapan pertama
dalam pemasaran pendidikan adalah mengidentifikasi dan menganalisis
pasar. Dalam tahapan ini, perlu dilakukan suatu penelitian/riset pasar
untuk mengetahui kondisi dan ekspektasi pasar termasuk atribut-atribut
pendidikan yang menjadi kepentingan konsumen pendidikan, termasuk
dalam tahapan ini adalah pemetaan dari sekolah lain.
Keberhasilan bisnis salah satunya ditentukan oleh kemampuan
memahami pesaing. Output dari kemampuan tersebut menopang
manajemen dalam memutuskan dimana akan bersaing dan bagaimana
posisi di antara pesaing. Analisis dilakukan dengan cara identifikasi
industri dan karakteristiknya, identifikasi bisnis di dalam industri,
kemudian masing-masing bisnis pun dievaluasi, prediksi aktifitas
pesaing termasuk identifikasi pesaing baru yang mungkin menerobos
pasar maupun segmen pasar.
Analisa persaingan merupakan sebuah usaha untuk
mengidentifikasi ancaman, kesempatan, atau permasalahan strategis
yang terjadi sebagai akibat dari perubahan persaingan potensial, serta
kekuatan dan kelemahan pesaing. Analisis persaingan bersifat dinamis.
Analisis persaingan merupakan aktifitas yang terus menerus dan
memerlukan koordinasi informasi. Bisnis dan unit bisnis menganalisis
pesaing dapat dengan cara menggunakan sistem intelejen pesaing.
3. Segmentasi Pasar dan Positioning (pemosisian)
Segmentasi pasar adalah membagi pasar menjadi kelompok
pembeli yang dibedakan berdasarkan kebutuhan, karakteristik, atau
tingkah laku, yang mungkin membutuhkan produk yang berbeda.
Sedangkan positioning adalah karakteristik dan pembedaan
(diferensiasi) produk yang nyata dan memudahkan konsumen untuk
membedakan produk jasa antara satu lembaga dengan lembaga lainnya.
Penentuan target pasar yang dikemukakan Sri Minarti
(2012:395) merupakan langkah penting dalam pengelolaan lembaga
pendidikan. Dalam pasar yang sangat beragam karakternya, perlu
ditentukan atribut-atribut apa yang menjadi kepentingan utama bagi
pengguna pendidikan. Secara umum, pasar dapat dipilah berdasarkan
karakteristik demografi, geografi, psikografi, maupun perilaku. Dengan
demikian, sekolah akan lebih mudah menentukan strategi pemasaran
sehubungan dengan karakteristik dan kebutuhan pasar. Setelah
diketahui karakter pasar, maka akan menentukan bagian pasar mana
yang akan dilayani.
4. Diferensiasi produk
Melakukan diferensiasi merupakan cara yang efektif dalam
mencari perhatian pasar. Dari banyaknya lembaga pendidikan yang ada,
orang tua siswa akan kesulitan untuk memilih sekolah anaknya
dikarenakan atribut-atribut kepentingan antar lembaga pendidikan
semakin standar. Lembaga pendidikan hendaknya dapat memberikan
tekanan yang berbeda dari sekolah lainnya dalam bentuk kemasan yang
menarik, seperti logo dan slogan. Fasilitas internet mungkin akan
menjadi standar, namun jaminan internet yang aman dan bersih, akan
menarik perhatian orang tua.
Melakukan pembedaan secara mudah dapat pula dilakukan
melalui bentukbentuk tampilan fisik yang tertangkap oleh panca indra
yang memberikan kesan baik, seperti pemakaian seragam yang menarik
dan gedung sekolah yang bersih. Strategi diferensiasi akan
menempatkan organisasi secara unik untuk memenuhi kebutuhan
khusus pelanggan. Menurut Hooley dan Sauders, ada empat cara
diferensiasi, yaitu: diferensiasi harga, diferensiasi promosi, diferensiasi
distribusi. Sedangkan Kotler membedakan diferensiasi sebagai berikut:
a) Deferensiasi produk, yaitu membedakan penawaran produk
dalam hal bentuk, ukuran, warna, daya tahan, kinerja,
kemudahan dalam perawatannya, desain, dan sejenisnya.
b) Deferensiasi layanan, yaitu membedakan penawaran dengan
memebrikan layanan yang unggul dalam hal pengantaran,
kemudahan melakukan pesanan, pemasangan atau instalasi,
perawatan pasca pemasangan, dan sejenisnya.
c) Deferensiasi karyawan, yaitu membedakan penawaran dengan
memiliki karyawan yang memiliki kemampuan atau kompetensi
yang unggul dalam sikap yang ramah, sopan, gesit, selalu siap
membantu, dan komunikatif.
d) Deferensiasi citra, yaitu membedakan penawaran dengan
memiliki citra produk dan citra perusahaan yang tinggi, yang
bisa diwujudkan melalui simbol, penggunaan media
komunikasi, atau peristiwa yang didukungnya. (Ni Wayan,
2010:47)
5. Organizing (Pengorganisasian)
Menurut Wibowo (2006:12) organizing merupakan tanggung
jawab manajer untuk mendesain struktur organisasi dan mengatur
pembagian pekerjaan. Termasuk mempertimbangkan tugas apa yang
harus dilakukan, siapa melakukan, bagaimana tugas dikelompokkan,
siapa melapor kepada siapa dan dimana keputusan dibuat. Jadi, disini
diperlukan suatu struktur yang jelas, sehingga tidak terjadi saling
lempar tanggung jawab seandainya terjadi penyimpangan dalam
pekerjaan. Pengorganisasian ini sebagai proses membagi kerja ke
dalam tugastugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu
kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya dan mengalokasikan
sumber daya, serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas
pencapaian tujuan organisasi. (Nanang, 2008:71)
6. Actuating (Penggerakan)
Actuating berkenaan dengan fungsi manajer untuk menjalankan
tindakan dan melaksanakan pekerjaan yang diperlakukan untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi. Actuating
merupakan implementasi dari apa yang direncanakan dalam fungsi
planning dengan memanfaatkan persiapan yang sudah dilakukan dalam
organizing. (Wibowo, 2006:13)
Mengenai implementasi pemasaran, dalam merencanakan
strategi yang baik hanyalah sebuah langkah awal menuju pemasaran
sukses. Strategi pemasaran yang brilian kurang berarti apabila
perusahaan gagal mengimplementasikannya dengan tepat.
Implementasi pemasaran adalah proses yang mengubah strategi dan
rencana menjadi tindakan pemasaran dalam rangka mencapai tujuan
pemasaran stratejik.
7. Controlling (Pengendalian)
Menurut Wibowo (2006:14) controlling merupakan suatu
aktivitas untuk menyakinkan bahwa semua hal berjalan seperti
seharusnya dan memonitor kinerja organisasi. Kontrol harus dilakukan
sedini mungkin agar tidak terjadi kesalahan yang berlarut-larut.
Pengawasan dalam ajaran Islam paling tidak terbagi menjadi dua hal.
Pertama, kontrol yang berasal dari diri sendiri yang bersumber dari
tauhid dan keimanan kepada Allah. Seseorang yang yakin bahwa Allah
pasti mengawasi hambaNya, maka ia akan bertindak hati-hati. Ketika
sendiri, ia yakin bahwa Allah yang kedua, dan ketika berdua, ia yakin
Allah yang ketiga.
Kedua, sebuah pengawasan akan lebih efektif jika sistem
pengawasan tersebut juga dilakukan dari luar. Sistem pengawasan
dapat terdiri atas mekanisme pengawasan dari pemimpin yang
berkaitan dengan penyelesaian tugas yang telah didelegasikan.
Kesesuaian antara penyelesaian tugas dengan perencanaan tugas.
Pengawasan yang baik adalah pengawasan yang telah built in ketika
menyusun sebuah program. Dalam menyusun program, harus sudah ada
unsur kontrol didalamnya. Tujuannya adalah agar seseorang yang
melakukan sebuah pekerjaan merasa bahwa pekerjaannya itu
diperhatikan oleh atasan, bukan pekerjaan yang tidak diacuhkan atau
yang dianggap enteng. Oleh karena itu, pengawasan terbaik adalah
pengawasan yang dibangun dari dalam diri orang yang diawasi dan dari
sistem pengawasan yang baik. (Muhaimin, 2011:109)
Untuk mencapai kontrol yang baik, madrasah membutuhkan
informasi yang cukup akurat dan memadai. Informasi yang telah
didapat, digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kontrol dan
evaluasi. Ada tiga jenis kontrol pemasaran yang dapat digunakan oleh
madrasah, yakni:
a) Rencana kontrol tahunan, yang meliputi monitoring pada
kinerja pemasaran yang berlangsung untuk menyakinkan
bahwa volume penjualan tahunan dan keuntungan yang
ditargetkan tercapai.
b) Kontrol profitabilitas, terdiri dari determinasi profitabilitas
yang aktual dari pemasaran yang telah dilakukan, misal
kesesuaian layanan yang telah ada dengan kebutuhan yang ada
di masyarakat, segmen pasar, saluran promosi dan sebagainya.
c) Audit pemasaran, yang bertujuan untuk menganalisis tujuan
pemasaran, strategi dan sistem yang diadaptasi secara
optimum dan lingkungan tujuan pemasaran yang telah
diramalkan. (Didin, 2003:158)
Adanya pelaksanaan sistem kontrol ini merupakan tindakan
koreksi yang dapat digunakan baik untuk jangka pendek maupun
jangka panjang. Meskipun begitu, kontrol dan evaluasi secara rutin
harus dilaksanakan agar kesalahan yang telah dilakukan oleh madrasah
dapat cepat diperbaiki dan antisipasi selanjutnya dapat dilakukan
dengan cepat untuk perkembangan madrasah.
F. Model Siklus Pembiayaan Pendidikan
a. Siklus Akuntansi Pendidikan
Siklus akuntansi menurut Bastian (2006) dapat dikelompokkan dalam
tiga tahap, yaitu (1) Tahap pencatatan, kegiatan pengidentifikasian dan
pengukuran bukti transaksi, pencatatan bukti transaksi ke dalam buku harian
atau jurnal. (2) Tahap pengikhtisaran, penyusunan neraca saldo, pembuatan
ayat jurnal, penyusunan kertas kerja, pembuatan ayat jurnal penutup,
pembuatan ayat jurnal pembalik. (3) Tahap pelaporan, laporan surplus/defisit,
laporan arus kas, neraca, dan catatan atas laporan keuangan.
Proses pencatatan transaksi ke dalam jurnal disebut penjurnalan.
Sedangkan buku besar adalah buku yang berisi semua akun-akun yang ada
dalam laporan keuangan. Buku ini mencatat perubahan akun dalam akhir
periode. Laporan Keuangan dalam Akuntansi Pendidikan Menurut Bastian
(2006) adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang menyajikan informasi
yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang
berkepentingan. Bentuk laporan keuangan dalam akuntansi sektor pendidikan
adalah 1. Laporan neraca 2. Laporan surplus/defisit 3. Laporan ekuitas 4.
Laporan arus kas.
b. Jenis Dan Komponen Laporan Keuangan
Menurut Anwar dan Idochi, 1991. Jenis Biaya Pendidikan Beberapa
jenis dan golongan biaya pendidikan yang dikaji sebagai berikut. Pertama,
biaya langsung (direct cost) diartikan sebagai pengeluaran uang yang secara
langsung membiayai penyelenggaraan pendidikan, pengajaran, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Biaya langsung juga diartikan sebagai biaya
yang secara langsung menyentuh aspek dan proses pendidikan. Sebagai
contoh biaya untuk gaji guru dan pengadaan fasilitas belajar-mengajar
(Gaffar, 1991). Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan
pengajaran dan kegiatan belajar peserta didik berupa pembelian alat-alat
pelajaran, sarana belajar, biaya transportasi, dan gaji guru, baik yang
dikeluarkan oleh Pemerintah, orang tua, maupun peserta didik sendiri (Fattah,
2000). 41
Selanjutnya, berikut ini jenis-jenis biaya-biaya yang merupakan bagian
dari biaya langsung (direct cost), yaitu: 1) Biaya rutin (recurrent cost),
merupakan biaya yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional
pendidikan selama satu tahun anggaran. Biaya ini digunakan untuk
menunjang pelaksanan program pengajaran, pembayaran gaji guru, dan
personil sekolah, administrasi kantor, pemeliharaan dan perawatan sarana dan
prasarana. Menurut Gaffar (1987) biaya rutin dihitung berdasarkan “per
41
Ferdi w.p, puslitjang, balitbang “Pembiayaan Pendidikan: suatu kajian teoritis financing of
education: a theorical study” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 4, 570 – 571.
student enrolled”. Menurutnya, biaya rutin dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor
utama, yaitu: 1) rata-rata gaji guru per tahun; 2) ratio guru, murid dan proporsi
gaji guru terhadap keseluruhan biaya rutin; dan 3) biaya pembangunan
(capital cost), merupakan biaya yang digunakan untuk pembelian tanah,
pembangunan ruang kelas, perpustakaan, lapangan olah raga, konstruksi
bangunan, pengadaan perlengkapan mobelair, biaya penggantian dan
perbaikan.
Menurut Gaffar (1987) menyatakan bahwa biaya pembangunan
dihitung atas dasar “per student place”. Menurutnya, dalam menghitung biaya
pembangunan ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu
1. Pertama : tempat yang menyenangkan untuk murid belajar, biaya lokasi
atau tapak (site) , dan biaya perabot dan peralatan.
2. Kedua: biaya tidak langsung (indirect cos t) dapat dimaknai sebagai
biaya yang umumnya meliputi hilangnya pendapatan peserta didik
karena sedang mengikuti pendidikan (earning foregone by students),
bebasnya beban pajak karena sifat sekolah yang tidak mencari laba
(cost of tax exemption), bebasnya sewa perangkat sekolah yang tidak
dipakai secara langsung dalam proses pendidikan serta penyusutan
sebagai cermin pemakaian perangkat sekolah yang sudah lama
dipergunakan (implicit rent and depreciation) Fattah (2000).
Selanjutnya, berikut ini jenis-jenis biaya yang merupakan bagian dari
biaya tidak langsung (indirect cost), yaitu: 1) biaya pribadi (private
cost), adalah biaya yang dikeluarkan keluarga untuk membiayai
sekolah anaknya dan termasuk di dalamnya forgone opportunities.
Dalam kaitan ini, Jones (1985) mengatakan “In the context of education
these include tuitions, fees and other expenses paid for by individuals”.
Dengan kata lain, biaya pribadi adalah biaya sekolah yang dibayar oleh
keluarga atau individu; 2) biaya masyarakat (social cost), adalah biaya
yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk membiayai sekolah (di
dalamnya termasuk biaya pribadi). Dalam kaitan ini, Thomas, H. Jones
(1985) mengatakan “Sometimes called public cost, the include cost of
educations financed through taxation. Most public school expenses are
examples of sosial costs”. Dengan kata lain, biaya masyarakat adalah
biaya sekolah yang dibayar oleh masyarakat.
3. Ketiga, monetary cost adalah semua bentuk pengeluaran dalam bentuk
uang, baik langsung maupun tidak langsung yang dikeluarkan untuk
kegiatan pendidikan.
4. Keempat. non monetary Cost adalah semua bentuk pengeluaran yang
tidak dalam bentuk uang, meskipun dapat dinilai ke dalam bentuk uang,
baik langsung maupun tidak langsung yang dikeluarkan untuk kegiatan
pendidikan, misalnya materi, waktu, tenaga, dan lain-lain. Dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP) Pasal 62 disebutkan bahwa pembiayaan pendidikan
terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal
(Depdiknas, 2005). Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya
penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya
manusia, dan modal kerja tetap. Biaya operasi satuan pendidikan
meliputi: gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta 571 Ferdi W. P,
Pembiayaan Pendidikan: Suatu Kajian Teoritis segala tunjangan yang
melekat pada gaji; bahan atau peralatan habis pakai; dan biaya operasi
pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, uang
lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
Adapun biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengukuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan (Depdiknas, 2005).
Sementara itu, Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang
Pendanaan Pendidikan (Pasal 7 sampai dengan Pasal 30), pendanaan
pendidikan menjadi tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah daerah
yang terdiri atas 5 (lima) jenis, yaitu: 1) biaya investasi satuan
pendidikan ,meliputi: a) biaya inve stasi lahan pendidikan dan b) biaya
investasi selain lahan pendidikan; 2) biaya investasi penyelenggaraan
dan/atau pengelolaan pendidikan, meliputi: a) biaya investasi lahan dan
b) biaya investasi selain lahan; 3) biaya operasi satuan pendidikan,
meliputi: a) biaya personalia dan b) biaya nonpersonalia; 4) biaya
operasi penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan,yang
meliputi: a) biaya personalia dan b) biaya nonpersonalia; serta 5)
bantuan biaya pendidikan dan beapeserta didik (Depdiknas, 2008).
Dalam perkembangannya, kebutuhan pendanaan pendidikan merupakan
salah satu permasalahan yang cukup pelik untuk dikelola secara efektif
dan efisien. Permasalahan pendanaan pendidikan erat kaitannya dengan
keperluan operasionalisasi penyelenggaraan pendidikan. Biaya tersebut,
antara lain: 1) biaya operasional pendidik dan tenaga kependidikan
(gaji dan honor/insentif/tunjangan); 2) proses pembelajaran dan
penilaian; 3) pengadaan, perawatan, dan perbaikan/perawatan
saranaprasarana pendidikan; dan 4) manajemen. Fungsi pembiayaan
tidak dapat terpisahkan dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Oleh karena itu, pembiayaan menjadi masalah sentral dalam
pengelolaan penyelenggaraan pendidikan yang harus disikapi dan
dicarikan berbagai alternatif solusinya. Ketidakmampuan lembaga
penyelenggara pendidikan untuk menyediakan pendanaan pendidikan
akan menghambat proses operasionalisasi penyelenggaraan pendidikan
itu sendiri. Namun demikian, bukan jaminan manakala tersedia biaya
pendidikan yang memadai akan menjamin penyelenggaraan pendidikan
berhasil lebih baik. Dalam memahami permasalahan pembiayaan
pendidikan di Indone sia, perlu memahami permasalahan apa saja yang
timbul serta alternatif penyelesaiannya (Depdiknas, 2005). Berdasarkan
uraian klasifikasi biaya pendidikan, maka jelaslah bahwa biaya
pendidikan memiliki pengertian yang luas. Hal ini sebagaimana
dipertegas oleh Anwar (1991) bahwa hampir segala pengeluaran yang
bersangkutan dengan penyelenggaraan pendidikan dianggap sebagai
biaya. Oleh karena itu, diperlukan kebijaksanaan dalam melakukan
klasifikasi biaya pendidikan untuk mencapai tujuan yang dituju semua
pihak yaitu kesuksesan pelaksanaan pendidikan.
c. Aktivitas Pengelolaan Keuangan
Menurut Devas pengelolaan keuangan berarti mengurus dan mengatur
keuangan dengan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan sebagai berikut:
1. Tanggung Jawab (accountability)
Organisasi harus mempertanggung jawabkan keuangan kepada
lembaga atau orang yang berkepentingan yang sah, lembaga atau orang
dan masyarakat umum.Adapun unsur-unsur penting dalam tanggung
jawab adalah mencakup keabsahan yaitu setiap transaksi keuangan
harus berpangkal pada wewenang hokum tertentu dan pengawasan
yaitu tata cara yang efektif untuk menjaga kekayaan uang dan barang
serta mencegah terjadinya penghamburan dan penyelewengan dan
memastikan semua pendapatan yang sah benar-benar terpungut jelas
sumbernya dan tepat penggunaannya.
2. Mampu memenuhi kewajiban keuangan
Pengelolaan keuangan harus ditata dan dikelola sedemikian
sehingga mampu melunasi semua kewajiban atau ikatan keuangan baik
jangka pendek, jangka panjang maupun pinjaman jangka panjang pada
waktu yang telah ditentukan.
3. Kejujuran
Hal-hal yang menyangkut pengelolaan keuangan pada
prinsipnya harus diserahkan kepada pegawai yang betul-betul jujur dan
dapat dipercaya.
4. Hasil guna (effectiveness) dan daya guna (efficiency)
Merupakan tata cara mengurus keuangan harus sedemikian
rupa sehingga memungkinkan program dapat direncanakan dan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan dengan biaya yang serendah-
rendahnya dan dalam waktu yang secepat-cepatnya.
5. Pengendalian
Para aparat pengelola keuangan dan petugas pengawasan harus
melakukan pengendalian agar semua tujuan tersebut dapat tercapai.
Pada dasarnya pengelolaan (manajemen) keuangan adalah sebuah
proses memperoleh, mengelola serta menggunakan dana yang ada
dalam suatu organisasi/ perusahaan. Sardjito mengartikan “Manajemen
keuangan atau dalam literature lain disebut pembelanjaan adalah
sebagai aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan memperoleh
dana, menggunakan dana, dan mengelola assets sesuai tujuan
perusahaan secara meneluruh”.42 Manajemen keuangan berhubungan
dengan tiga aktivitas (fungsi) utama:
a) Allocation of funds (aktivitas penggunaan dana) yaitu aktivitas
untuk menginvestasikan dana pada berbagai aktiva. Alokasi
dana berbentuk: Financial assets (aktiva finansial) yaitu
selembar kertas berharga yang mempunyai nilai pasar karena
mempunyai hak memperoleh penghasilan, misalnya: saham,
sertifikat deposito, atau obligasi, real assets (aktiva riil) yaitu
aktiva nyata: tanah, bangunan, peralatan.
b) Raising of funds (aktivitas perolehan dana) yaitu aktivitas untuk
mendapatkan sumber dana baik dari sumber internal perusahaan
42
Yunita Hasrina. “Analisis Pengelolaan Keuangan Rural Infrastructure Support Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (RIS-PNPM) Di Organisasi Masyarakat Setempat (OMS)
Kecamatan Tuah Negeri Kabupaten Musi Rawas”. (Jurnal Manajemen & Bisnia Sriwijaya, Desember
2015). Vol. 13, No. 4
maupun sumber eksternal perusahaan, termasuk juga politik
dividen.
c) Manajemen assets (aktivitas pengelolaan aktiva) yaitu setelah
dana diperoleh dan dialokasikan dalam bentuk aktiva-aktiva
harus dikelola se-efisien mungkin.43
d. Sistem Dan Prosedur Pengeluaran Dan Penerimaan Keuangan
1. Definisi Sistem
Suatu sistem pada dasarnya merupakan sekelompok unsur yang
erti berhubungan satu dengan yang lainnya, yang mana berfungsi bersama
– sama untuk mencapai tujuan tertentu. ( Mulyadi 2016:2) Sedangkan
Mulyadi ( 2016:4) mempunyai pendapat lain bahwa sistem adalah suatu
jaringan prosedur yang di buat sesuai dengan pola yang terpadu untuk
melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. Jadi dapat di simpulkan
penjelasan dari sistem adalah sekelompok unsur yang sangat erat
hubungannya satu dengan yang lainnya, yang mempunyai fungsi bersama
– sama untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Definisi Prosedur
Menurtu Mulyadi ( 2016: 4) Prosedur adalah suatu urutan
kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu
departemen atau lebih, yang di buat untuk menjamin penanganan secara
seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang – ulang. Maka dapat
di simpulkan dari pengertian prosedur di atas bahwa suatu sistem terdiri
dari jaringan prosedur, sedangkan prosedur merupakan urutan kegiatan
klerikal( clerical operation) yang mana terdiri dari kegiatan mencatat
informasi dalam formulir, buku jurnal dan buku besar yakni dengan
menulis, menggandakan, menghitung, memberi kode, mendaftar, memilih
( menyortasi), memindahkan, atau membandingkan. Mulyadi 2016:5
43
Dety Mulyani. “Manajemen Keuangan Perusahaan”. (Universitas Bale Bandung: Jurnal
Ilmiah Akuntansi, Mei-Agustus 2017). Vol. 8, No. 2, Hlm. 2
3. Sistem dan prosedur pengeluaran
Secara garis besar dalam pengeluaran Keuangan baik dalam
perusahaan di lakukan melalui dua sistem, yaitu sistem pengeluaran
dengan cek dan pengeluaran dengan uang tunai melalui dana kecil. Karena
pada pengeluaran yang di lakukan dengan tunai biasanya karena
jumlahnya relatif kecil. Sedangkan pengeluaran dengan cek di nilai lebih
aman di banding dengan pengeluaran secara tunai. Adapun kebaikan
pengeluaran cek maupun tunai menurut Mulyadi, 2002:509 yaitu sebagai
berikut :
a) Dengan menggunakan cek atas nama, pengeluaran cek akan di
terima oleh pihak yang namanya tertulis dalam formulir cek.
b) Dengan menggunakan cek, pencatatan transaksi pengeluaran kas
juga akan di rekam oleh pihak bank.
c) Jika sistem perbankan mengembalikan cancelled chek kepada cek
issuer, makan pengeluaran cek memberi manfaat tambahan bagi
perusahaan dengan dapat dk gunakan cancelled cek sebagai tanda
terima dari pihak yang menerima pembayaran.
44
Indardjo, Sihombing, Umberto. 2003. Pembiayaan pendidikan. Yogjakarta:UPP AMP YKPN
c. Proses Budgeting Keuangan Pendidikan
Dalam penyusunan anggaran, tentu saja setiap organisasi akan
menempuh prosedur atau langkah-langkah dari tahap persiapan hingga
pengesahan. Prosedur antar organisasi tentu tidak akan persis sama, atau
bahkan berbeda secara signifikan. Di lembaga pendidikan seperti sekolah,
penyusunan anggaran juga melalui prosedur yang tidak sebentar, karena
urusan penganggaran menggunakan dana yang beberapa di antaranya dari
iuran orang tua siswa dan memerlukan persiapan dan tanggung jawab yang
besar.
Proses penyusunan anggaran memerlukan data yang akurat dan
lengkap sehingga semua perencanaan kebutuhan untuk masa yang akan
datang dapat diantisipasi dalam rencana anggaran, (Mulyono, 2010:163).
Pada organisasi manapun, baik organisasi laba maupun nirlaba, secara
kelembagaan dan tanggung jawab, penganggaran menjadi tahap yang paling
krusial bagi operasional organisasi, termasuk pengaruhnya pada
keberlanjutan program lama atau pelaksanaan program baru. Hal ini tidak
terlepas dari adanya anggapan umum bahwa sebaik-baik program suatu
organisasi, akan lebih baik bilamana sesuai dengan kemampuan mencari dan
mengelola dana yang tersedia. Dengan kata lain, penganggaran menjadi
sangat amat krusial karena pada tahap ini, kebutuhan dan keinginan
organisasi akan bersinggungan, dan penentuan program mana saja yang
diprioritaskan, menjadi dinamika tersendiri pada tahap ini.
Blocher dalam Anwar (2013:215), mengemukakan bahwa proses
anggaran dapat meliputi hal yang sederhana yang bersifat informal pada
lembaga kecil yang hanya membutuhkan beberapa hari sampai dengan proses
yang sangat rumit dan panjang pada perusahaan atau lembaga besar seperti
dalam suatu pemerintahan yang membutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan
lebih dari satu tahun. Proses penganggaran biasanya meliputi:
a) komite anggaran yaitu berfungsi untuk mengawasi anggaran secara
keseluruhan yang beranggotakan unsur pimpinan pada suatu lembaga,
komite anggaran merupakan otoritas tertinggi dalam organisasi untuk
segala hal yang berkaitan dengan anggaran;
b) penentuan periode anggaran, yaitu disusun untuk periode satu tahun
dan sejalan dengan tahun fiskal organisasi;
c) spesifikasi pedoman anggaran, yaitu untuk menentukan pedoman
anggaran serta arah anggaran dan itu merupakan tanggung jawab
komite anggaran;
d) penyusunan usulan anggaran didasarkan atas pedoman anggaran yang
dikaitkan dengan faktor eksternal dan internal lembaga;
e) negosiasi anggaran ini dilakukan antara setiap unit dengan atasannya,
jika ada perubahan dalam usulan anggaran, maka dilakukan negosiasi
pada semua level organisasi dan umumnya menyita sebagian besar
waktu penyusunan anggaran;
f) review, di mana komite anggaran memeriksa anggaran yang berkaitan
dengan konsistensinya dengan pedoman anggaran, pencapaian tujuan
jangka pendek dan pemenuhan terhadap rencana strategik, pimpinan
memberikan persetujuan anggaran secara keseluruhan dan mengajukan
anggaran tersebut kepada dewan direksi atau kepala daerah pada
pemerintahan;
g) revisi anggaran dilakukan hanya pada keadaan khusus, persetujuan
untuk memodifikasi anggaran agak sulit dilaksanakan walaupun
sebenarnya hal itu dapat terjadi, sebab tidak semua peristiwa dapat
diperkirakan ke dalam anggaran. Mekanisme ini umumnya dijalankan
di organisasi lebih besar semisal di instansi pemerintah, dan umumnya
di sekolah lebih sederhana dan tidak begitu rumit.45
45
Anwar, Idochi. (2013). Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan. Jakarta:
Rajawali Pers
Adapun, dalam proses penyusunan anggaran, sekurang-kurangnya
harus melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Merencanakan anggaran
2) Mempersiapkan anggaran
3) Mengelola pelaksanaan anggaran
4) Menilai pelaksanaan anggaran
J. AUDITING (PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN KEUANGAN
PENDIDIKAN)
a. Pengertian Audit Keuangan Pendidikan
Audit keuangan pendidikan merupakan bagian pengawasan yang
dimana suatu pemeriksaannya dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh
pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya. Dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan dalam pendidikan tersebut. Audit keuangan
pendidikan adalah kegiatan melihat dengan teliti, menyelidiki, mempelajari,
menelaah dan mengusut penggunaan anggaran pendidikan, termasuk
mengusut tata cara pembukuan.
b. Tujuan audit secara umum dan audit keuangan pendidikan
Secara rinci tujuan umum dari audit yaitu :
1. Untuk memperoleh prioritas permasalahan yang tengah dihadapi
organisasi
2. Untuk merencanakan pengembangan usaha untuk memenuhi
persyaratan suatu system manajemen yang digunakan sebagai acuan
3. Untuk memenuhi persyaratan regulasi ataupun persyaratan kontrak
dengan pelanggan misalnya
4. Untuk mengevaluasi terhadap pemasok
5. Untuk menemukan adanya potensi resiko kegiatan organisasi
Sedangkan tujuan audit secara khusus adalah untuk memberikan
umpan balik tentang kinerja organisasi yang diuraikan sebagai berikut :
Thomas, Jones H. Introduction to school finance: Technique and social policy. New
York: MacMillan Publishing Company, 1985.
Tjandra, W.R. Hukum Keuangan Negara. Grasindo, 2016. “UU No. 20 Tahun 2003
Tentang SISDIKNAS,” t.t.
Gimin dan Sri Kartikowati. (2017). Sistem Pencatatan Keuangan Pendidikan (Studi
Empirik Di “Smk Labor” Fkip Universitas Riau). Pekanbaru: Universitas Riau.
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/snpe/article/download/10658/8335
Dosen Pendidikan 2. (2022). Bidang-Bidang Akuntansi. Diakses pada
https://www.dosenpendidikan.co.id/15-bidang-bidang-akuntansi/ pada 26 April
2022 pukul 12:30
Efendi Sianturi, Din Oloan Sihotang, Asa’aro Laila, Azhar Aziz, Babby Hasmayni,
Johanes Lumbanbatu, Rismahara Lubis, “Ekonomi dan Pembiayaan
pendidikan”, Februari 2020, 118, 120, 122.