OLEH :
KELOMPOK VI
.2. Tujuan
Untuk mengetahui tentang penyakit lupus, penyebab penyakit lupus, gejala
penyakit lupus, mekanisme penyakit lupus, dan cara penyembuhan penyakit
lupus.
2.1 Pengertian
Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah penyakit autoimun multisystem
di mana organ, jaringan, dan sel mengalami kerusakan yang dimediasi oleh
autoantibodi pengikat jaringan dan kompleks imun. Gambaran klinis SLE dapat
berubah, baik dalam hal aktivitas penyakit maupun keterlibatan organ.
Imunopatogenesis SLE kompleks dan sejalan dengan gejala klinis yang beragam.
Tidak ada mekanisme aksi tunggal yang dapat menjelaskan seluruh kasus, dan
kejadian awal yang memicunya masih belum diketahui.
Sesuai dengan teori, pada kasus ini juga terdapat penglibatan multisystem
yaitu system mukokutan (malarrash), muskoloskeletan(arthritis),hematology
(anemia), neurology(serebri)danginjal (nefritis).
2.2 Penyebab
Penyebab penyakit ini belum diketahui pasti, tetapi diduga terdapat faktor
yang berperan terhadap terjadinya penyakit lupus yang antara lain terdiri dari
faktor endogen dan faktor eksogen.
Pengaruh Hormonal
Observasi klinis menunjukkan peran hormon seks steroid sebagai
penyebab Lupus. Observasi ini mencakup kejadian yang lebih tinggi pada wanita
usia produktif, peningkatan aktivitas Lupus selama kehamilan, dan risiko yang
sedikit lebih tinggi pada wanita pasca menopause yang menggunakan
suplementasi estrogen. Walaupun hormon seks steroid dipercaya sebagai
penyebab Lupus, namun studi yang dilakukan oleh Petri dkk menunjukkan bahwa
pemberian kontrasepsi hormonal oral tidak meningkatkan risiko terjadinya
peningkatan aktivitas penyakit pada wanita penderita Lupus yang penyakitnya
stabil.
2.2.2. Faktor Eksogen
Sinar Matahari
Paparan sinar matahari langsung merupakan salah satu faktor yang
memperburuk kondisi segala Lupus. Diperkirakan sinar matahari dapat
memancarkan sinar ultraviolet yang dapat merangsang peningkatan hormon
estrogen yang cukup banyak sehingga mempermudah terjadinya reaksi autoimun
dan juga dapat mengubah struktur dari DNA sehingga memicu inflamasi.
Kemudian diserap aliran darah dan terbawa ke bagian tubuh lainnya. Akibatnya
timbul inflamasi pada berbagai organ tubuh yang terserang Lupus.
Infeksi Virus
Partikel Ribonuclead Acid (RNA) virus telah ditemukan pada jaringan ikat
Odapus yang membut reaksi respon imun abnormal. Virus-virus yang terlibat
dalam penyebab Lupus diantaranya myxoviruz, reoviruz, measle, parainfluenza,
mump, Epstein-Barr, dan onco atau retrovirus jenis C. Hal ini bisa diketahui dari
adanya partikel-partikel virus dalam jaringan lupus, dan dari beberapa catatan
yang menunjukan bahwa mikroba bisa menyerupai zat-zat asing atau antigen yang
menyebabkan autoimun.
Obat-obatan
Obat-obatan darijenis klorpromazin, metilpoda, isoniazid, dilantin,
penisilamin, kuinidine, hydralazine (obat hipertensi) dan procainamide (untuk
mengobati detak jantung yang tidak terartur), jika terus dikonsumsi akan
membentuk antibodi penyebab lupus.
2.3 Gejala
Seseorang dikatakan menderita penyakit lupus, jika memenuhi 4 dari 11
kriteria lupus menurut American Reumatism Association (ARA,1992), yakni :
1. Artritis / nyeri sendi.
2. ANA diatas titer normal
3. Bercak merah / Butterfly Rash
4. Sensitif terhadap sinar matahari (timbul bercak setelah terkena sinar
ultraviolet Adan B)
5. Terjadi satu kelainan darah
a. Anemia hemolitik
b. Leukosit < 4.000/ mm3
c. Limfosit < 1.500/ mm3
d. Trombosit < 100.000/ mm3
6. Kelainan ginjal proteinuria > 0,5 g per 24 jam
7. Terjadi pleuritis ataupun perikarditis
8. Terjadi kelainan neurologi baik konvulsi maupun psikologis
9. Terjadi Ulser di rongga mulut
10. Adanya salah satu kelainan imunologi
a. Sel lupus erythematosus (LE) positif
b. Anti ds- Deoxyribonuclead Acid (DNA) diatas titer normal
c. Anti Sm (Smith) titer normal
d. Tes serologi sifilis positif palsu
Terapi Farmakologi
Tidak ada pengobatan yang permanen untuk Lupus. Tujuan dari terapi
adalah mengurangi gejala dan melindungi organ dengan mengurangi peradangan
dan atau tingkat aktifitas autoimun di tubuh. Banyak pasien dengan gejala yang
ringan tidak membutuhkan pengobatan atau hanya obat-obatan anti inflamasi yang
intermitten. Pasien dengan sakit yang lebih serius yang meliputi kerusakan organ
dalam membutuhkan kortikosteroid dosis tinggi yang dikombinasikan dengan
obat-obatan lain yang menekan sistem imunitas.
Jenis obat dan dosis yang diberikan kepada satu penderita lupus tidak sama
dengan penderita lupus yang lain, dan dapat berganti dari waktu ke waktu
tergantung dari gejala yang dirasakan dan tingkat keparahannya.
Berikut ini adalah obat-obatan yang mungkin dibutuhkan oleh penderita SLE:
Obat Imunosupresan. Cara kerja obat ini adalah dengan menekan sistem
kekebalan tubuh. Ada beberapa jenis imunosupresan yang biasanya
diberikan dokter, yaitu azathioprine, mycophenolate mofetil,
cyclophosphamide dan methotrexate. Imunosupresan akan meringankan
gejala SLE dengan menghambat kerusakan pada bagian-bagian tubuh yang
sehat akibat serangan sistem kekebalan tubuh. Obat ini dapat diberikan
bersamaan dengan kortikosteroid, sehingga dosis kortikosteroid dapat
diturunkan. Beberapa efek samping yang dapat ditimbulkan oleh obat
imunosupresan antara lain adalah:
Muntah.
Pembengkakan gusi.
Diare
Kejang-kejang.
Jerawat
Sakit kepala
Rituximab. Jika obat-obat lain tidak efektif bagi penderita SLE, dokter
akan menganjurkan rituximab. Obat ini awalnya dikembangkan untuk
menangani kanker, seperti limfoma. Tetapi rituximab terbukti efektif untuk
menangani penyakit autoimun, seperti SLE dan rheumatoid arthritis. Cara
kerja rituximab adalah dengan mengincar dan membunuh sel B, yaitu sel
yang memproduksi antibodi yang menjadi pemicu gejala SLE. Obat ini
akan diberikan melalui infus. Efek samping yang dapat muncul dari
penggunaan rituximab meliputi pusing, muntah, serta gejala yang mirip
flu, misalnya demam dan menggigil. Obat ini juga dapat menimbulkan
reaksi alergi, namun jarang terjadi.
Terapi Non-Farmakologi.
Utomo, Y.W., 2012. Tingkatkan Riset dasar Tentang Lupus. Available at:
www.health.kompas.com.