Makalah Fase Mdinah
Makalah Fase Mdinah
FASE MADINAH:
(Pembentukan Sistem Sosial, Kemasyarakatan, Politik,
Militer, dan Dakwah)
Dosen pengampu:
Burhanuddin, MA
Disusun oleh:
Khairun Nisa
NIM : 202102017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami
semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan tepat waktu.
Tak ada gading yang tak retak, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari
pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya.
Pemakalah
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 11
B. Saran .. ............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awal mula Nabi Muhammad mendapatkan wahyu dari Allah SWT, yang isinya
menyeru manusia untuk beribadah kepadanya, mendapat tantangan yang besar dari berbagai
kalangan Quraisy. Hal ini terjadi karena pada masa itu kaum Quraisy mempunyai sesembahan
lain yaitu berhala-berhala yang dibuat oleh mereka sendiri. Karena keadaan yang demikian
itulah, dakwah pertama yang dilakukan di Makkah dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi,
terlebih karena jumlah orang yang masuk Islam sangat sedikit. Keadaan ini berubah ketika
jumlah orang yang memeluk Islam semakin hari semakin banyak, Allah pun memerintah Nabi-
Nya untuk melakukan dakwah secara terang-terangan.
Bertambahnya penganut agama baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad, membuat
kemapanan spiritual yang sudah lama mengakar di kaum Quraisy menjadi terancam. Karena
hal inilah mereka berusaha dengan semaksimal mungkin mengganggu dan menghentikan
dakwah tersebut. Dengan cara diplomasi dan kekerasa mereka lakukan. Merasa terancan, Allah
pin memerintahkan Nabi Muhammad untuk berhijrah ke kota Madinah. Disinilah babak baru
kemajuan Islam dimulai.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keadaan dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ketika Fase
Makkah?
2. Bagaimana pembentukan sitem kemasyarakatan, mileter, politik, dakwah, ekonomi,
dan sumber pendaatan Negara ketika fase Madinah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui keadaan dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ketika Fase
Makkah.
2. Untuk mengetahui pembentukan sitem kemasyarakatan, mileter, politik, dakwah,
ekonomi, dan sumber pendaatan Negara ketika fase Madinah
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahun ke-13 (sesudah Nabi Muhammad diutus,) 73 orang penduduk Madinah
berkunjung ke Makkah untuk mengunjungi Nabi dan meminta beliau agar pindah ke Madinah.
Melihat kondisi Masyarakat di Mekkah yang memandang Rasulullah sebagai buruan akhirnya
nabi memandang bahwa kota Makkah tidak dapat dijadikan lagi pusat dakwah. Karena itu,
Nabi pernah mengunjungi beberapa negeri seperti Thaif, untuk dijadikan sebagai tempat pusat
dakwah, namun ternyata tidak bisa, karena penduduk Thaif juga memusuhi Nabi. Oleh karena
itu, Nabi memilih kotaMadinah (Yastrib ) sebagai tempat hijrah kaum Muslimin.
1. Faktor – faktor Nabi memilih kota Madinah sebagai tempat hijrah kaum muslimin.
a) Madinah adalah tempat yang paling dekat dengan Makkah.
b) Sebelum jadi Nabi, Muhammad telah mempunyai hubungan yang baik dengan
penduduk madinah karena kakek nabi, Abdul Mutholib, mempunyai istri
orangMadinah.
c) Penduduk Madinah sudah dikenal Nabi bahwa mereka memiiki sifat yang lemah
lembut.
d) Nabi Muhammad SAW mempunyai kerabat di madinah yaitu bani Nadjar.
e) Bagi diri Nabi sendiri, hijrah ke Madinah karena perintah Allh SWT.
2. Dakwah Rasulullah Periode Madinah
Penduduk kota Madinah terb\diri dari 2 golongan yang berbeda jauh, yaitu:
a) Golongan Arab yang berasal dari selatan yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj.
b) Golongan yahudi, yaitu orang-orang Israel yang berasal dari utara (Palestina) Dengan
hijrahnya kaum muslimin, terbukalah kesempatan bagi Nabi saw untuk mengatur
strategi membentuk masyarakat Islam yang bebas dari ancaman musuh baik dari luar
maupun dari dalam.
3. Hikmah Sejarah Dakwah Rasululah saw Periode Madinah
2
a) Dengan persaudaraan yang telah dilakukan oleh kaum Muhajirin dan kaum Anshar
dapat memberikan rasa aman dan tentram.
b) Persatuan dan saling menghormati antar agama.
c) Menumbuh-kembangkan tolong-menolong antara yang kuat dan lemah, yang kaya dan
miskin.
d) Memahami bahwa umat Islam harus berpegang menurut aturan Allah swt memahami
dan menyadari bahwa kita wajib agar menjalin hubungan dengan Allah swt dan antara
manusia dengan manusia.
e) Kita mendapatkan warisan yang sangat menentukan keselamatan kita baik di dunia
maupun di akhirat.
f) Menjadikan inspirasi dan motivasi dalam menyiarkan agama Islam.
g) Terciptanya hubungan yang kondusif
Di samping itu, ada beberapa hal yang menjadi modal kesuksesan utama dalam
berdakwah sehingga mudah diterima oleh segala lapisan masyarakat yang mendambakan
kebenaran dan ketentraman, di antaranya:
Setelah dipelajari oleh para ulama ternyata rahasia keberhasilan dakwah Rasulullah
karena beliau istiqomah dan berkomitmen dengan isi pelantikan beliau sebagai Rasul. Isi
pelantikan beliau termuat di dalam surat Al-mudastssir surat ke 74 ayat 1 sampai 7.
Perjalanan Rasulullah saw. Dimulai sejak Rasulullah saw. Menerima wahyu yang
pertama, yaitu surah Al-Alaq ayat 1-5
3
• Langkah Kedua
• Langkah Ketiga
Hubungan antara agama dan politik pada zaman Nabi Muhammad terwujud dalam
masyarakat Madinah. Muhammad selama sepuluh tahun di kota hijrah itu telah tampil sebagai
penerima berita suci dan seorang pemimpin masyarakat politik. Dalam menjalankan peran
sebagai seorang nabi, beliau adalah seorang yang tidak boleh dibantah karena mengemban
mandat. Sedangkan dalam menjalankan peran sebagai kepala Negara, beliau melakukan
musyawarah sesuai dengan perintah Tuhan yang dalam musyawarah itu beliau tidak jarang
mengambil pendapat orang lain dan meninggalkan pendapatnya sendiri.
Sejarah mencatat bahwa kota hijrah nabi adalah sebuah lingkungan oase yang subur
dan dihuni oleh orang-orang pagan dari suku utama Aus dan Khazraj, dan juga orang-orang
yahudi dari suku-suku utama bani Nadzir, Bani Qoinuqo, Bani Quraizhah. Kota ini awalnya
adalah bernama Yatsrib lalu diubah oleh nabi menjadi Madinah. Madinah yang digunakan oleh
Nabi untuk menukar nama kota hijrah beliau itu kita menangkapnya sebagai isyarat langsung
bahwa ditempat baru itu hendak mewujudkan suatu masyarakat yang teratur sebagaimana
sebuah masyarakat. Maka sebuah konsep Madinah adalah pola kehidupan social yang sopan,
yang ditegakkan atas dasar kewajiban dan kesadaran umum untuk patuh pada peraturan atau
hukum yang berlaku.
Kalau menganalisis sejarah, system pemerintahan yang dibentuk oleh nabi Muhammad
adalah bercorak system Teodemokratis, disatu sisi tatanan masyarakat harus berdasarkan pada
hukum-hukum yang mana hukum tersebut berdasarkan pada wahyu yang diturunkan oleh
Tuhan dalam menyikapi setiap peristiwa waktu itu. Disisi lain bentuk pemerintahan dan tatanan
social dirumuskan lewat proses musyawarah yang dilakukan secara bersama suku-suku yang
ada dalam masyarakat Madinah. Bila dikontekskan dengan system pemerintahan sekarang,
bentuk struktur tatanan pemerintahan terdiri dari Eksekutiv, yudikatif dan legislative.
4
Eksekutiv dimana kepala pemerintahan dipegang oleh Nabi Muhammad, begitupun dalam
mahkamah konstitusi dan hukum semua ditentukan oleh Nabi sebagai pengambil kebijakan
selain dalam masalah menentukan bentuk tatanan masyarakat yang menyangkut pluralitas
warga Negara Madinah. Dalam ranah legislativ, setiap suku yang ada di Madinah mempunyai
persamaan hak dalam menyampaikan pendapat dalam menentukan tatanan social masyarakat
seperti dalam menciptakan konstitusi Piagam Madinah.
Dalam membiayai pemerintahan nabi mengambil zakat (zakat fitrah dan zakat maal)
untuk umat muslim, serta mengambil Jizyah dari non muslim yang ada dalam masyarakat
Madinah. Selain lewat militer, konsolidasi pemerintahan yang dilakukan oleh Nabi juga
menggunakan diplomasi dan lewat perkawinan politik. Sebagai pusat pemerintahan Nabi
menggunakan masjid sebagai ruang publik. Pada awalnya masjid adalah bangunan yang
mengekspresikan cita-cita awal Islam. Batang-batang pohon yang menyangga atap, sebiah batu
menandai kiblat dan Nabi berdiri di salah satu tiang penyangga untuk berkhotbah. Juga terdapat
sebuah halaman tempat umat Islam bertemu dan membicarakan semua persoalan ummat baik
dalam tataran politik, social, militer, dan agama. Muhammad dan istri-istrinya tinggal dibilik-
bilik kecil. Disekeliling halaman. Tidak seperti gereja Kristen yang terpisah dari aktivitas
keduniaan dan hanya digunakan untuk peribadatan, tidak ada kegiatan yang dikecualikan dari
masjid. Dalam visi Al Qur’an tidak ada dikotomi antara yang sacral dan yang profan, antara
agama, politik, seksualitas dan ibadah. Seluruh kehidupan berpotensi menjadi suci dan harus
dibawa kepada kesucian. Tujuannya adalah tauhid (mengesakan), integrasi seluruh kehidupan
dalam satu masyarakat yang akan memberikan perasaan dekat dengan yang satu, yaitu Tuhan.
5
D. Tatanan Ekonomi Dalam Masyarakat Tauhid
Islam lahir pada awal kelahirannya bukan hanya kritik terhadap relijiusitas masyarakat
arab yang menyembah berhala pada waktu itu tetapi merupakan gerakan ekonomi. Islam
dengan Al-Qur’an sangat menentang struktur sosial yang tidak adil dan menindas yang secara
umum melingkupi kota makkah sebagai tempat asal mula Islam. Bagi orang yang
memperhatikan Al-Qur’an secara teliti, keadilan untuk golongan masyarakat lemah merupakan
ajaran Islam yang sangat pokok. Al Quran mengajarkan pada umat Islam untuk berlaku adil
dan berbuat kebaikan dan dalam Al Quran keadilan merupakan bagian integral dari ketakwaan.
Takwa dalam Islam bukan Cuma dalam tataran ritualistic namun sangat terkait erat dengan
keadilan ekonomi dan social.
Al-Quran bukan saja menentang penimbunan harta (dalam arti tidak disumbangkan
untuk fakir miskin, janda-janda, dan anak yatim) namun juga menentang kemewahan dan
tindakan yang menghambur-hamburkan uang untuk kesenangan diri sementara banyak sekali
orang yang miskin dan membutuhkan. Kedua tindakan tersebut adalah kejahatan dan merusak
keseimbangan sosial. Maka keadilan didalam Al Quran bukan hanya berarti norma hukum
namun juga keadilan distribusi pendapatan. Keseimbangan social hanya dapat dijaga bila
kekayaan sosial dimanfaatkan secara merata untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Penumpukan kekayaan dan penggunaan yang tidak sebagaimana mestinya tidak akan dapat
menjaga keseimbangan tersebut dan akan berujung kehancuran. Jika orang mengkaji Al Quran
sebagai sumber ajaran Islam. Ia akan banyak sekali menjumpai ayat tentang konsep keadilan
distributive tersebut. Misalnya ada ayat yang berbunyi “dan manusia tidak akan mendapatkan
kecuali yang diusahakan” (Al Quran 23:84). Ungkapan ini adalah penentangan secara
langsung terhadap system kapitalisme karena yang menjadi pemilik sebenarnya adalah
produsen, bukan pemilik alat produksi.
Nabi sangat memperhatikan berbagai mal praktek dalam perdagangan dan perniagaan.
Satu penolakan yang tegas adalah penolakan terhadap spekulasi. Sebenarnya sangat banyak
masalah dalam masyarakat industrial atau niaga yang berasal dari praktek-praktek spekulasi
yang membuka jalan untuk meraih keuntungan dengan cepat. Semua praktek ini ditentang tegas
dalam Al-Quran. Dilarang menjual buah yang belum masak dan belum dipetik karena tidak
diketahui jumlahnya, juga tidak boleh menjual bayi hewan dalam kandungan, tidak boleh
mengurangi dan melebihkan takaran dalam jual beli, inilah prinsip-prinsip yang perdagangan
yang diatur dalam Islam.
6
Konsep tauhid dalam Islam bukan hanya berimplikasi pada tataran teologis tentang
pengesaan Tuhan dengan segala tata cara ritualnya, tetapi juga berimplikasi pada tatanan
masyarakat dan secara otomatis berpengaruh pada sistem ekonomi. Dalam Islam mengajarkan
bahwa manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa tujuannya adalah untuk saling
mengenal, dan tidak ada perbedaan stratifikasi sosial dalam Islam kecuali dalam hal ketakwaan.
Islam menginginkan bentuk system ekonomi sosialistis yang tidak ada kepemilikan alat
produksi mutlak oleh seseorang. Semua praktek yang mengarah pada eksploitasi sesama
manusia termasuk industri dan perniagaan yang tidak adil dianggap sebagai riba. Dakwah Nabi
padawaktu periode Makkah adalah merupakan kritik terhadap system merkantilisme dan
akumulasi kekayaan yang dilakukan oleh elit-elit Quraisy sehingga mengakibatkan hancurnya
kode etik kesukuan yang berasaskan solidaritas dan egalitarianism berganti menjadi system
untung rugi dan eksploitasi.
Peradaban atau kebudayaan pada masa Rasulullah SAW. Yang paling dahsyat adalah
perubahan sosial. Suatu perubahan mendasar dari masa kebobrokan moral menuju moralitas
yang beradab. Dalam tulisan Ahmad Al-Husairy, diuraikan bahwa peradaban pada masa Nabi
dilandasi dengan asas-asas yang diciptakan sendiri oleh Muhammad di bawah bimbingan
wahyu. Diantaranya sebagai berikut:
7
2) Persaudaraan antara Kaum Muhajirin dan Anshar.
Dalam Negara islam yang baru dibangun itu, Nabi meletakan dasar-dasarnya untuk
menata kehidupan sosial dan politik. Dikukuhkannya ikatan persaudaraan (Ukhwah
Islamiyah) antara golongan Anshar dan Muhajirin, dan mempersatukan suku Aus dan
Khazraj yang telah lama bermusuhan dan bersaing. (Supriyadi,2008:63).
3) Kesepakatan untuk Saling Membantu antara Kaum Muslimin dan non Muslimin
Di Madinah, ada tiga golongan manusia, yaitu kaum muslimin, orang-orang arab,
serta kaum non muslim, dan orang-orang yahudi (Bani Nadhir, Bani Quraizhah, dan Bani
Qainuqa’). Rasulullah melakukan satu kesepakatan dengan mereka untuk terjaminnya
sebuah keamanan dan kedamaian. Juga untuk melahirkan sebuah suasana saling membantu
dan toleransi diantara golongan tersebut.
Islam adalah agama dan sudah sepantasnya jika di dalam Negara diletakkan dasar-
dasar Islam maka turunlah ayat-ayat Al-Quran pada periode ini untuk membangun legalitas
dari sisi-sisi tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah dengan perkataan dan
tindakannya. Hiduplah kota Madinah dalam sebuah kehidupan yang mulia dan penuh
dengan nilai-nilai utama. Terjadi sebuah persaudaraan yang jujur dan kokoh, ada solidaritas
yang erat diantara anggota masyarakatnya. Dengan demikian berarti bahwa inilah
masyarakat Islam pertama yang dibangun Rasulullah dengan asas-asasnya yang abadi.
8
Secara sistematik proses peradaban yang dilakukan oleh Nabi pada masyarakat
Islam di Yatsrib menjadi Madinah (Madinat Ar-Rasul, Madinah An-Nabi, atau Madinah
Al-Munawwarah). Perubahan nama yang bukan terjadi secara kebetulan, tetapi perubahan
nama yang menggambarkan cita-cita Nabi Muhammad Saw, yaitu membentuk sebuah
masyarakat yang tertib dan maju, dan berperadaban; kedua, membangun masjid. Masjid
bukan hanya dijadikan pusat kegiatan ritual shalat saja, tetapi juga menjadi sarana penting
untuk mempersatukan kaum muslimin dengan musyawarah dalam merundingkan masalah-
masalah yang dihadapi. Disamping itu, masjid juga menjadi pusat kegiatan pemerintahan;
ketiga Nabi Muhammad Saw membentuk kegiatan Mu’akhat (persaudaraan), yaitu
mempersaudarakan kaum Muhajirin (orang-orang yang hijrah dari Makkah ke Yatsrib)
dengan Anshar (orang-orang yang menerima dan membantu kepindahan Muhajirin di
Yatsrib). Persaudaraan diharapkan dapat mengikat kaum muslimin dalam satu
persaudaraan dan kekeluargaan. Nabi Muhammad Saw membentuk persaudaraan yang
baru, yaitu persaudaraan seagama, disamping bentuk persaudaraan yang sudah ada
sebelumnya, yaitu bentuk persaudaraan berdasarkan darah; keempat, membentuk
persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam; dan kelima Nabi
Muhammad Saw membentuk pasukan tentara untuk mengantisipasi gangguna-gangguan
yang dilakukan oleh musuh. ( Supriyadi. 2008: 64).
Peperangan yang terjadi pada masa Rasul membawa akibat perkembangan Islam dan
kebudayaan Islam. Peperangan pada masa Rasul terdiri dari:
1. Ghazwah; yaitu peperangan yang dipimpin langsung oleh Rasul sendiri. Peperangan ini
terjadi dua puluh tujuh kali.
2. Syariah; yaitu peperangan yang dipimpin oleh para sahabat untuk memimpinnya,
peperangan ini terjadi tiga puluh delapan kali.
9
Peperangan yang dilakukan Rasul mempunyai nilai dan arti bagi pembinaan ummat.
Nilai dan arti yangterkandung antara lain:
1. Gazwatu furqan; yaitu peperangan yang menentukan mana yang hak dan bathil, seperti
Perang Badar. sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Anfal ayat 41.
“Dan ketahuilah, bahawa apa sahaja yang kamu dapati sebagai harta rampasan
perang, maka sesungguhnya satu perlimanya (dibahagikan) untuk (jalan) Allah dan untuk
RasulNya dan untuk kerabat (Rasulullah) dan anak-anak yatim dan orang-orang miskin,
serta ibnus-sabil (orang musafir yang keputusan), jika kamu beriman kepada Allah dan
kepada apa yang telah diturunkan oleh Kami (Allah) kepada hamba Kami (Muhammad)
pada Hari Al-Furqan, iaitu hari bertemunya dua angkatan tentera (Islam dan kafir, di
medan perang Badar) dan (ingatlah) Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu”.
2. Adabiyah al-Hujum; yaitu peperangan untuk membela diri seperti perang Khandak.
3. Untuk perdamaian; seperti perjanjian Hudaibiyah.
4. Kewaspadaan; seperti perang Mukt‘ah.
5. Taktik menakut-nakuti; seperti Fathu Makkah.
6. Penyiaran Agama Islam; seperti Perang Hunain.
7. Konsolidasi, agar Negara menjadi bersatu dan kuat seperti Thaif.
8. Pengabdian kepada Tuhan; seperti Perang Tabuk
Peperangan yang terjadi pada masa Nabi bertujuan untuk melindungi, mengamankan
dakwah Islam dari gangguan orang-orang kafir, melindungi dan mempertahankan
masyarakat/daulah Islamiyah, membentuk masyarakat yang Islami. (Subarman,2008: 37-38).
10
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Islam adalah agama yang natural dimana faktor kelahirannya sangat dipengaruhi oleh
kondisi sosial ekonomi pilitik yang ada. Nabi Muhammad tidak pernah menetapkan sistem
pemerintahan dalam Islam tetapi hal itu diserahkan pada ummat Islam itu sendiri. Di satu sisi
sistem masyarakat yang hendak dibangun oleh Islam mempunyai implikasi langsung terhadap
corak politik dan bentuk pemerintahan yang dibentuk. Di sisi lain hal yang ingin dibangun oleh
Islam adalah civil society yang mana setiap warga Negara berhak mendapat keadilan dalam
hukum, ekonomi, politik dan kesetaraan dalam hubungan sosial.
Di zaman nabi Muhammad sistem pemerintahan ketika merujuk pada piagam madinah
terdiri dari Eksekutif, Yudikatif, dan legislative, dimana bidang Eksekutif dan yudikatif
dipegang oleh Nabi secara langsung, sementara legislative diserahkan pada setiap suku dengan
konsep musyawarah. Sistem kesetaraan dalam Islam berimplikasi pada sistem Ekonomi yang
hendak dibangun oleh Nabi yaitu ekonomi yang tidak ada unsure eksploitatif dan akumulatif
yang nantinya melahirkan riba. Konsep ekonomi ini adalah kritik terhadap sistem merkantilis
yang dibentuk oleh elit Quraisy Makkah. Dalam sistem ekonomi Islam setiap manusia
mendapatkan dari hasil kerjanya dan setiap Muslim harus menafkahkan kelebihan hartanya
dari kebutuhan pokoknya.
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat kami harapkan, agar penulisan makalah kami untuk
kedepannya menjadi lebih baik dari ini. Mudah-mudahan para pembaca dapat memahami dan
mengambil manfaat dari makalah ini.
11
DAFTAR PUSTAKA
Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2009.
Arnold Toynbee, Sejarah Umat Manusia : Uraian Analitis, Kronologis, Naratif dan
Komparatif, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007.
John L. Esposito, Islam Warna Warni : Ragam Ekspresi Menuju Jalan Lurus, Jakarta :
Paramadina, 2004.
Mubarok, Jaih. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Niel Robinson, Pengantar Islam Koprehensif , Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2001
12