Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU KMB

DISUSUN OLEH :

FIONA REZFEMY

F0H020042

DOSEN PENGAMPUH :

Ns. ESTI SORENA, S.Kep, SKM, M.Kes

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

2022
KASUS :

Seorang laki-laki berumur 35Thn, Dirawat diruang bedah orthopedic dengan keluhan
nyeri pada kaki kiri karena kecelakaan mobil. Saat pengkajian Pasien mengeluh nyeri
pada tungkai kiri yang terpasang skin traksi. Extremitas bawah kanan lebih panjang 3
cm dari ektreimitas bawah kiri. Tungkai terpasang fiksasi internal yang terbalut kasa
pada tibia 1/3 proximal. Nyeri dirasakan seperti disayat-sayat. Nyeri bertambah bila
sedang dilakukan perawatan luka. Skala nyeri 8 pada rentang 0-10. Nyeri berkurang
bila sedang diistirahatkan. Selain itu, akibat nyeri pasien malas untuk bergerak. Hasil
pengkajian fisik : RR 22 x/I, N:110x/I, TD 130/80 mmhg, S: 37,9°C. CRT kuku kaki
3 detik. Data lab: HB, 10,3 g/dl, hematokrit 36%, leukosit 13.000/mm3. Trombosit
450.000 mm/gr dl, protein total 6,8 g/dl. Pasien mendapatkan terapi metronidazol 2 x
500 mg drips, vit b dan vit c 3 x1, IVFD RL 15/m gtt, Calc 3x1, diet TKTP.

1. Istilah Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk dan
kontraksi otot ekstrem. Saat tulang patah, jaringan disekitar akan terpengaruh, yang
dapat mengakibatkan edema pada jaringan lunak, dislokasi sendi, kerusakan saraf.
Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau
akibat fragmen tulang (Brunner & Suddart, 2013). Fraktur menurut Smeltzer (2013)
adalah terputusnya kontiunitas tulang dan ditentukan sesuai jenis nya.
2. Penyebabnya
Penyebabnya klien mengatakan kecelakan dari mobil, dan mengeluh nyeri
pada tungkai kiri yang terpasang skin traksi. Extremitas bawah kanan lebih panjang 3
cm dari ektreimitas bawah kiri. Tungkai terpasang fiksasi internal yang terbalut kasa
pada tibia 1/3 proximal. Nyeri dirasakan seperti disayat-sayat. Nyeri bertambah bila
sedang dilakukan perawatan luka. Skala nyeri 8 pada rentang 0-10. Nyeri berkurang
bila sedang diistirahatkan. Selain itu, akibat nyeri pasien malas untuk bergerak.
Penyebab fraktur secara umum adalah trauma, yang dibagi atas trauma
langsung, trauma tidak langsung, dan trauma ringan. Trauma langsung yaitu benturan
pada tulang, biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring dimana daerah
trokhater mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan). Trauma tak
langsung yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya jatuh terpeleset
di kamar mandi. Trauma ringan yaitu keadaan yang dapat menyebabkan fraktur bila
tulang itu sendiri sudah rapuh atau underlying eases atau fraktur patologis
(Sjamsuhidayat, 2010). Menurut Wahid (2013), penyebab fraktur meliputi :
a. Kekerasan Langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan
garis patah melintang atau miring.
b. Kekerasan Tidak Langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang
jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat
berupa pemuntiran, penekukan, dan penekanan, kombinasi dari
ketiganya dan penarikan.

3. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan radiologi

Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah


“pencitraan” menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk
mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan
tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau
PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi
tambahan (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan
patologi yang dicari karena adanya super posisi. Hal yang
harus dibaca pada X-ray:

 Bayangan jarinagan lunak

 Tips tebalnya korteks sebagai akibat reaksi


periosteum atau biomekanik atau juga rotasi.

 Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.


 Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.Selain
foto polos X-ray (plane X-ray).
2) Pemeriksaan Laboratrium
 Kalsium serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahapan
penyembuhan tulang.
 Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan
kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
 Enzim otot seperti kreatinin kinase, laktat dehidrogenase (LDH-5),
aspartat Amino transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada
tahap penyembuhan tulang (Wahid, 2013).
3) Pemeriksaan Lain-lain
 Pemeriksaan mikroorganisme kultur testsensitivitas: Didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi.
 Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih di indikasikan bila terjdi infeksi.
 Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang
dikibatkan faktor.
 Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena
trauma yang berlebihan.
 Indium imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi
pada tulang.
 MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur (wahid,
2013).
 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hasil Batas Normal

HB 10,3 g/dl 13-18 mg/dl

Hemotokrit 36% 37-47 %

Leukosit 13.000/mm3 4000-10.000 mm3

Trombosit 450.000 mm/gr dl 150.000-450.000 mm/gr


dl
Protein total 6,8 g/dl 61-82 g/dl

 Terapi yang diberikan

Nama Obat Cara Pemberian Frekuensi

Metronidazol Oral 2 x 500 mg

Vit b dan Vit e Inj IV 3x1

IVFD RL Inj IV 15/m gtt

Calc Oral 3x1

4. Analisi Pengkajian
A. IDENTITAS PASIEN

a. Nama : Tn. A
b. Jenis kelamin : laki-laki
c. Umur : 35 tahun
d. Agama : Islam
e. Status perkawinan : Kawin
f. Pekerjaan : Wiraswasta
g. Alamat : Jl. Kuningan
h. No.CM : 52643
i. Tanggal masuk : Jum’at, 26 Februari 2022
B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri pada kaki kiri karena kecelakaan mobil
b. Riawayat kesehatan sekarang
Klien mengatakn nyeri di pada tungkai kiri yang trpasang skin traksi
c. Riwayat kesehatan dahulu
Tidak ada
d. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada
C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda-tanda vital meliputi :
- TD : 130/80 mmHG
-N : 110x/menit
- RR : 22x/menit
-S : 37,9 C
b. Pemeriksaan kepala
- Inspeksi kepala : bentuk simetris, bersih
- Palpasi Kepala : tidak ada benjolan/lesi
c. Pemeriksaan Mata
Ikterik, conjungtiva anemis
d. Telinga
simetris, tidak ada massa
e. Hidung
Simetris kiri dan kanan, membran mukosa tidak ada secret
f. Mulut dan tenggorokan
Mulut lembab,tidak kesulitan dalam menelan
g. Sitem pernapasaan
CRT> 3 detik
h. Leher
- Inpeksi : nomal, tidak ada pembengkaan kelejar tiroid
- Palpasi : tidak ada kelaian arteri carotis dan vena jungularis
i. Thorak/paru
- Inspeksi : normal, warna kuning langasat, pola napas efektif
- Palpasi : normal ada getaran
- Perkusi : normal
- Auskultasi : normal
j. Kardiovaskuler
- Inspeksi : tidak ada kelainan
- Palpasi : normal
- Perkusi :normal
- Auskultasi : normal
i. Abdomen
- Inspeksi : normal
D. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDEN

No Keterangan Dirumah Dirumah Sakit

Nutrisi
Makan :
-Frekuensi 3xsehari 3x sehari
-jenis Nasi dan lauk Nasi, lauk dan
-banyak 3 porsi buah
-minum 3 porsi
-Frekuensi 8x sehari
-Jenis Air putih 8x sehari
-Banyak 2 liter Air putih
2 liter

Istirahat :
-Tidur Cukup Tidak cukup
-Waktu 8jam 5jam
-Gangguan Tidak ada Nyeri pada luka
post oprasi, sering
terjaga dimalam
hari

Eliminasi :
BAB
-konsistensi Padat Padat
-frekuensi 2xsehari 2xsehari
BAK
-frekuensi 4xsehari 4xsehari
-terpasang alat Tidak ada Terrpasang alat
-jumlah urine 1800cc kateter
1800cc

Aktivitas
-mandi 0 2
-Berpakaian 0 2
-Mobilisasi ditempat tidur 0 0

Personal Hygine
-mandi 2xsehari 2xsehari
-gosok gigi 3xsehari 3xsehari
-pakaian 2xsehari 2xsehari

5. Pathway Fraktur
Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015)
6. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akur b.d agen pencedera fisik
b. Gangguan mobilitas fisik b.d ketidaknyamanan, kerusakan muskoloskletal
7. Asuhan Keperawatan
a. Analisa Data

Data Senjang Etiologi Problem

DS : Agen Pencedera fisik Nyeri Akut


- Mengeluh Nyeri
DO :
- Tampak meringis
- Frekunsi nadi
meningkat
- Sulit tidur

DS : Kerusakan muskoloskletal Gangguan mobilitas


- Mengeluh sulit fisk
menggerakan
ekstremitas
DO :
- Kekuatan otot
menurun
- Rentang gerak Rom
menurun
- Fisik lemah

b. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi


Hasil

Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Menejemen Nyeri


agen pencedera keperawatan selam 3x24 O:
fisk jam diharapakan tingkat  Identifikasilokasi,
nyeri menurun dengan karakteristik, durasi,
kriteria hasil : frekuen si, kualitas,
 Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun  Indentifikasi skala nyeri
 Meringis menurun  Indentifikasi respon nyeri
 Kesulitan tidur nonverbal
menurun  Identifikasi faktor yang
 Frekunsi nadi memperberat dan
membaik memperingan nyeri
 dentifikasi pengaruh budaya
 Diaforeis menurun terhadap respon nyeri
 Nafsu makan  Identifikasi pengaruh nyeri
membaik pada kualitas hidup
 Tekanan darah  Monitor keberhasilan terapu
membaik komplementer yang sudah
 Pola napas diberikan
membaik  Monitor efek samping
penggunaan analgetik
T:
 Berikantehnik
nonfarmakologisuntuk
mengurangi rasa nyeri,
misalnya TENS, terapi
music, terapi pijat,
aromaterapi, dan lain-lain
E:
 Jelaskan penyebab periode,
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkanmenggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan tehnik
nonfarmakologisuntuk
mengurangi rasa nyeri
K:
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan Ambulasi


mobilitas fisik b.d keperawatan selam 3x24 O:
ketidaknyamanan, jam diharapakan mobilitas  Identifikasi adanya nyeri
kerusakan fisik meningkat dengan atau keluhan fisik lainya
muskoloskletal kriteria hasil :  Identifikasi toleransi fisik
 Pergerakan melakukan ambulasi
ekstrimitas  Monitor frekwensi jantung
meningkat dan tekanan darah sebelum
 Kekuatanotot memulai ambulasi
meniingkat  Monitor kondisi umum
 Rentang gerak selama melakukan ambulasi
ROM meningkat T:
 Nyeri menurun  Fasilitasi aktifias ambulasi
 Kecemasan dengan alat banu (mis,
menurun tongkaat,kruk)
 Kaku sendi  Fasilitasimelakukan
menurun mobilitasi fisik jika perlu
 Gerakantidaak  Libatkan keluarga untuk
terkoordinasi membantu psien dalam
menurun meningkatkan ambulsi
 Gerakanterbatas E:
menurun  Jelaskan tujuan dan
 Kelemahanfisik prosedur ambulasi
menurun  Anjurkanmelakukan
ambulasi dini
 Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus di lakukan ( mis,
berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda , berjalan dari
tempat tidur ke kamar
mandi, berjalan sesuai
toleransi.
DFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart ( 2013). Pengertian Fraktur


Smeltzer (2013). Pengertian Fraktur
Sjamsuhidayat & Wahid (20130. Penyebab Fraktur ri & Hardhi (2015)
Wahid (2013). Pemeriksaan Penunjang
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
(1sted.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta:Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi danKriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PersatuanPerawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai