Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Pengambilan Keputusan Dalam Usaha Tani

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Usaha Tani

Dosen Pembimbing : Syamsul Hadi, S.P., M.P.

Disusun Oleh :
1. Dhiaz Ari Priyandana :2110311012

2. Rio Wahyu Saputro :2110311013

AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat
serta karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul Pengambilan Keputusan Dalam
Usaha Tani

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas semester 2 Selain itu,
penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang
pengambilan keputusan dalam usahatni

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan


banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan
ketaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap
adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah
ini.

Jember, 22 Mei 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................4

1.2. Tujuan Penulisan.................................................................................................................4

BAB 2 ISI ......................................................................................................................................5

2.1 Pengertian Pengambilan Keputusan Dalam Usaha Tani.................................................5

2.2 Proses Pengambilan Keputusan..........................................................................................5

1. Perumusan Masalah......................................................................................................5

2. Pengembangan Alternatif-alternatif............................................................................6

3. Evaluasi Alternatif-alternatif.........................................................................................6

4. Pemilihan Alternatif Terbaik........................................................................................6

1. Implementasi Keputusan.........................................................................................6

2. Evaluasi Hasil-hasil..................................................................................................7

3. Strategi Pengembangan Usaha Tani.....................................................................7

BAB 3 PENUTUP...........................................................................................................................7

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................8

3.2 Saran......................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................8

3
BAB 1
PENDAHULUAN

Kebijakan otonomi daerah perlu diantisipasi oleh aparat pemerintah daerah, khususnya
di kabupaten/kota yang menja- di ujung tombak pembangunan, sehingga dapat berbenah
diri dalam menggali segala potensi baik potensi sumber daya alam maupun potensi sumber
daya manusia. Dengan demikian po- tensi daerah tersebut dapat dimanfaatkan seoptimal
mungkin untuk kepentingan pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat.
Sistem pertanian terpadu diarahkan pada upaya mem- perpanjang siklus biologis
dengan mengoptimalkan pe- manfaatan hasil samping pertanian dan peternakan. Setiap
mata rantai siklus menghasilkan produk baru yang memiliki nilai ekonomis tinggi, sehingga
dengan sistem ini diharapkan pemberdayaan dan pemanfaatan lahan marginal di seluruh
daerah dapat lebih dioptimalkan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendukung kebijakan
pemerintah dalam kecukupan pangan dengan cara mengembangkan sistem pertanian yang
terintegrasi misalnya tanaman pangan, pakan dan ternak, juga dapat memanfaatkan hasil
samping peternakan seperti kompos (manure), yang dapat digunakan sebagai bahan baku
pupuk organik dan limbah pertanian dipakai sebagai pakan ternak yang dikelola secara
terpadu dalam satu kawasan.

1.2. Tujuan Penulisan


1. Agar dapat mengetahui tata cara pengambilan keputusan yang baik dan benar di
dalam dunia pertanian
2. Supaya dapat mengasah kemampuan dalam pengambilan keputusan

4
BAB 2
ISI

2.1 Pengertian Pengambilan Keputusan Dalam Usaha Tani

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses yang berlangsung dalam suatu


sistem. Hal tersebut perlu kita sa- dari agar kita dapat berhasil didalam upaya
mengembang- kan kemampuan kita untuk mengambil keputusan dari kita. Makin kita
mampu mengenali masalah-masalah yang selalu akan kita jumpai di dalam perjalanan
menuju ke kemajuan dalam hidup, makin mampu kita mengatasi atau memecahkan
masalah-masalah tersebut. Sistem dimana proses pengambil- an keputusan itu
berlangsung terdiri atas berbagai unsur atau elemen dan masing-masing merupakan suatu
faktor yang ikut menentukan segala apa yang terjadi atau akan terjadi. Unsur utama dan
mungkin yang terpenting di dalam proses pengam bilan keputusan adalah
masalah/problem.

2.2 Proses Pengambilan Keputusan


Menurut Dunn dalam Syamsi (2000), langkah-langkah yang perlu dilakukan
dalam proses pengambilan keputusan yaitu:

a. perumusan masalah,

b. pengembangan alternatif- alternatif,

c. evaluasi alternatif-alternatif,

d. pemilihan alternatif terbaik,


e. implementasi keputusan, dan
f. evaluasi hasil-hasil.

1. Perumusan Masalah
Permasalahan yang ada di Desa Kemiri Kabupaten Jember adalah masih
adanya petani yang menjual dalam bentuk kopi gelondong. Petani menjual kopi
gelondong karena tuntutan kebutuhan yang mendesak, sehingga petani tidak mau
repot untuk melakukan pengolahan terhadap hasil panen kopinya. Sebenarnya
apabila petani mau melakukan pengolahan terhadap hasil panen kopinya, petani
akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada hanya menjual kopi dalam
bentuk kopi gelondong.

5
2. Pengembangan Alternatif-alternatif
Berdasarkan alternatif diversifikasi pengolahan kopi di Desa Kemiri
Kabupaten Jember seharusnya petani tidak lagi menjual kopi dalam bentuk kopi
gelondong. Petani bisa melakukan pengolahan kopi dengan cara olah basah atau olah
kering.
3. Evaluasi Alternatif-alternatif
Pada tahap ini kelebihan serta kekurangan dari tiap alternatif cara
pengolahan kopi perlu dipertimbangkan. Diperlukan adanya usaha untuk mencari
informasi yang dapat dipercaya dan mencari fakta-fakta dari berbagai sumber yang
berkaitan dengan akibat-akibat dari alternatif yang perlu dipertimbangkan.
Bagi petani kopi yang melakukan pengolahan kopi dengan cara olah basah
memiliki beberapa alasan yaitu:
1. Harga kopi olahan basah lebih tinggi
2. Keuntungan yang diperoleh lebih tinggi daripada menjual kopi dalam
bentuk kopi gelondong.
3. Proses pengolahan yang cepat.

Sedangkan bagi petani kopi yang melakukan pengolahan kopi dengan


cara olah kering memiliki beberapa alasan yaitu:
1. Harga olah kering semakin tinggi
2. Tenaga kerja yang dibutuhkan sedikit
3. Biaya pengolahan sedikit

4. Evaluasi Alternatif Terbaik


Alternatif pengolahan yang dapat dilakukan adalah pengolahan kopi basah dan
pengolahan kopi kering. Pengolahan kopi dengan metode olah basah dapat dilakukan
pada minggu pertama dan minggu kedua. Pada minggu tersebut hasil dari kopi
petik merah hasilnya tinggi. Sisa panen pada minggu berikutnya dapat dipanen
semua karena gelondong merah sudah mulai sedikit. Untuk menyiasati hal tersebut,
hasil panen kopi diolah dengan metode olah kering. Jadi, alternatif terbaiknya
adalah petani seharusnya melakukan dua metode pengolahan, yakni pengolahan
dengan metode olah basah dan metode olah kering.

6
1. Implementasi Keputusan
Setelah memiliki alternatif keputusan terbaik dari alternatif yang ada, tiba saatnya
petani kopi di Desa Kemiri Kabupaten Jember mengimplementasikan keputusan yang
telah dibuat. Keputusan yang harus dilakukan yaitu, mengolah kopi dengan dua metode
yang sudah diketahui yakni metode olah basah dan metode olah kering. Dengan
melakukan kombinasi dua metode pengolahan tersebut, petani tidak lagi menjual hasil
panen kopi dalam bentuk kopi gelondong.
2. Evaluasi Hasil-hasil

Berdasarkan harga kopi di pasaran diketahui bahwa, harga pasar untuk kopi
gelondong sebesar Rp. 4000,- dan kopi gelondong merah harganya sebesar Rp. 4200,-
per kilogram. Sedangkan harga kopi olah kering sebesar Rp. 17.500 – Rp. 18.000,- per
kilogram tergantung dari kualitas kopi, dan harga kopi olah basah sebesar Rp. 22.000
– Rp. 24.000,- per kilogram tergantung dari kualitas kopi. Dengan adanya perkiraan
harga tersebut, petani kopi di Desa Kemiri Kabupaten Jember mempunyai kesempatan
untuk memperoleh keuntungan sebanyak 5 kali lipat dari penjualan kopi yang melalui
proses pengolahan baik olah basah atau pun olah kering.
3. Strategi Pengembangan Usaha Tani

Penanganan pasca panen yang dilakukan oleh petani kopi di Desa Kemiri
Kabupaten Jember menggunakan sistem pengolahan kering dan system pengolahan basah
yang dikarenakan penjualan kopi yang melalui proses pengolahan, baik pengolahan basah
ataupun pengolahan kering harga jual dan keuntungannya yang didapatkan oleh petani
lebih tinggi daripada menjual kopi masih berupa kopi gelondong. Menurut petani kopi
di Desa Kemiri Kabupaten Jember biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
pengolahan kopi sebanding dengan hasil atau keuntungan yang mereka terima dari
penjualan kopi olahan.

Strategi fokus yang diperoleh berdasarkan FKK pendorong dan FKK penghambat yang
dapat dilakukan adalah dengan cara membentuk lembaga keuangan pada kelompok
tani yang dapat membantu petani dengan memberikan pinjaman yang tidak
memberatkan petani saat melakukan pinjaman. Selain itu memberikan pelatihan
pembentukan usaha mandiri bagi kelompok, serta memberikan pelatihan, pembinaan,
dan pendampingan tentang pengolahan kopi primer yang dilakukan petani.

7
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Disimpulkan bahwa uraian di atas untuk dapat berpikiri ulang dalam pengambilan
keputusan dalam usahatani dan solusi nya agar menimilasir kerugian atau hal-hal yang tidak di
inginkan agar tidak terjadi secara terus menerus

3.2 Saran
Dari penulis tersebut sebaiknya para petani harus memikirkan dua sampai tiga kali setiap
akan menanam tumbuhan atau mau membuka usahatani agar meminimalisir kerugian

8
DAFTAR PUSTAKA

https://journal.ugm.ac.id/agritech/article/view/9707
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/69205

Anda mungkin juga menyukai