MAKALAH Askep Agregat Wanita Dewasa

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS AGREGAT WANITA DEWASA

DISUSUN OLEH:

1.GLORIA FLORIS TOPAKE


2.GABRIEL RISKY RAMADANI
3. MOH ZULKIFLI DAIYA

DOSEN PENGAMPUH :
Ns.Fauziah H.Tambuala.,M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


HUSADA MANDIRI POSO
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur, terima kasih kami ucapkan atas pimpinan serta berkatnya yang telah
mempermudahkan kami dalam menyusun makalah ini . sehingga akhirnya terselesaikan tepat
waktu. Tampa pimpinan Tuhan, kami bukanlah siapa-siapa, selain itu kami juga
mengucapkan banyak terima kasih untuk orang tua,keluarga serta teman-teman yang sudah
mendukung serta membantu kami,sehingga tugas kami ini boleh terselesaikan dengan baik.

Dalam makalah ini banyak yang akan kami sampaikan kepada teman-teman pembaca
sekalian. Dalam hal ini juga,kami ingin membahas tentang” ASUHAN KEPERAWATAN
KOMUNITAS AGREGAT WANITA DEWASA” . kiranya dengan adanya makalah ini
dapat menambah wawasan kita tentang managemen nyeri pada pasien terminal.

Dalam kami memyusun makalah ini kami menyadari banyak kekurangan bahkan kesalahan
kami dalam penulisan,serta penyampain informasi berbeda sehingga mungkin tidak sama
seperti pengetahuan teman-teman pembaca lainnya.kami mohon maaf yang sebesar-besarnya
jika dalam kalimat atau kata-kata kami yang kurang baik.tidak ada manusia yang sempurna
kecua Tuhan.

Poso,28 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman judul………………………………………………………………………………..
Kata pengantar ………………………………………………………………………………
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………
Bab I Pendahuluan………………………………………………………………………….
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………
1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………
Bab II Tinjauan Teori……………………………………………………………….......
Bab III Aplikasi Asuhan Keperawatan Komunitas ………………………………………
Bab IV Penutup ..............................................................................................................
2.1 kesimpulan ………………………………………………………………………
2.2 Saran ……………………………………………………………………………
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, serta
bertambahnya penduduk dan masyarakat maka, maka perlu adanya perawat
kesehatan
komunitasyangdapatmelayanimasyarakatdalamdalamhalpencegahan,pemeliharaan,
promosi kesehatan dan pemulihan penyakit, yang bukan saja ditujukan kepada
individu, keluarga, tetapi juga dengan masyarakat dan inilah yang disebut dengan
keperawatan komunitas.
KeperawatanKesehatanKomunitasadalahpelayanankeperawatanprofesionalyang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan. (Pradley, 1985;
Logan dan Dawkin, 1987).

1.2 Tujuan

- Untukmengetahuibagaiamana wanita dewasadalam komunitas


- Untukmengetahuimasalahkesehatanyangdihadapi wanita dewasadalamkomunitas
- Untukmengetahuiaskepmasalahkesehatanwanita dewasadalamkomunitas
Bab II
Tinjauan Teori

A. Konsep Keperawatan Komunitas

1) Definisi
Menurut WHO, keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang
merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan
bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan
guns meningkatkan kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan
fisik, rehabilitasi, pence-gahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan
kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi
masyarakat secara keseluruhan.
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagi mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (menurut CHN). Di
Indonesia dikenal dengan sebutan perawatan kesehatan masyarakat (PERKESMAS)
yang dimulai sejak permulaan konsep Puskesmas diperkenalkan sebagai institusi
pelayanan kesehatan profesional terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat secara komprehensif.

2) Paradigma Keperawatan Komunitas


Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok, yaitu
manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins, 1987). Sebagai
sasaran praktik keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan
masyarakat.
1. Individu Sebagai Klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari
aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu
sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencakup
kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan
fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan menuju
kemandirian pasien/klien.

2. Keluarga Sebagai Klien


Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat
secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri
atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi
dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman
dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri.
Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan salah satu fokus
pelayanan keperawatan yaitu :
a. Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga
yang menyangkut kehidupan masyarakat.
b. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan didalam
kelompoknya sendiri.
c. Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang
diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota
keluarga tersebut.

3. Masyarakat Sebagai Klien


Masyarakat memiliki cirri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur
oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki
identitas yang kuat mengikat semua warga.
Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan
sebagai kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif.
Kesehatan adalah proses yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas,
konstruktif dan produktif. Menurut Hendrik L. Blum ada empat faktor yang
mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan
dan keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air,
udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan. Contoh di suatu daerah
mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air bersih.
Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang
dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut
saling berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam
menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas dipandang
sebagai bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat kepada
individu, keluarga, dan kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah
kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative dengan
menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai
bagian integral pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan biologi,
psikologi, sosial dan spiritual secara komprehensif yang ditujukan kepada
individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus
hidup manusia.
Lingkungan dalam paradigm keperawatan berfokus pada lingkungan
masyarakat, dimana lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan
manusia. Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial dan
budaya dan lingkungan spiritual.
3) Sasaran Keperawatan Komunitas

Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu,


keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk di daerah
kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi,
balita dan ibu hamil. Menurut Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas terdiri
dari tiga tingkat yaitu
1. Tingkat Individu.
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang
mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil d1l) yang
dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan sasaran dan pusat perhatian pada
masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan individu
2. Tingkat Keluarga.
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga dengan
mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan,
memberikan perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungan
yang sehat dan memanfaatkan sumber daya dalam masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan keluarga.
Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat difokuskan pada
keluarga rawan yaitu :
a. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu
keluarga dengan: ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang
persalinannya ditolong oleh dukun dan neo¬natusnya, balita
tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh
program, penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular atau
keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
b. Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil
yang memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi be-rat (HB kurang
dari 8 gr%) ataupun Kurang Energi Kronis (KEK), keluarga
dengan ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan, infeksi,
hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga dengan
neonates BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga
dengan kasus percobaan bunuh diri.
c. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan
3. Tingkat Komunitas
Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien.
a. Pembinaan kelompok khusus
b. Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah.
4) Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan


kesehatan baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, maupun resosialitatif.
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan,
peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan
lingkungan, olahraga teratur, rekreasi dan pendidikan seks.
Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan
terhadap individu, keluarga kelompok dan masyarakat melalui kegiatan imunisasi,
pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan kunjungan rumah,
pemberian vitamin A, iodium, ataupun pemeriksaan dan peme¬liharaan kehamilan,
nifas dan menyusui.
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau
masalah kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit dirumah, perawatan orang
sakit sebagai tindaklanjut dari Pukesmas atau rumah sakit, perawatan ibu hamil
dengan kondisi patologis, perawatan buah dada, ataupun perawatan tali pusat bayi
baru lahir.
Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat dirumah atau
kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta dan cacat
fisik lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada penderita kusta, patch tulang dan lain
sebagai¬nya, kegiatan fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada penderita
TBC, dll.
Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan pen¬derita ke
masyarakat yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita
AIDS, kusta dan wanita tuna susila.
B. Pengertian Wanita Dewasa

1. Pengertian Wanita
Wanita adalah kata yang umum digunakan untuk menggambarkan perempuan
dewasa. Perempuan yang sudah menikah juga biasa dipanggil dengan sebutan ibu.
Untuk perempuan yang belum menikah atau berada antara umur 16 hingga 21 tahun
disebut juga dengan anak gadis.

2. Pengertian Dewasa
Istilah adult atau dewasa berasal dari kata kerja latin yang berarti tumbuh
menjadi dewasa. Oleh karena itu orang dewasa adalah seseorang yang telah
menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukannya di dalam
masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya (Elizabeth Hurlock,
Developmental Psychology, 1991). Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa
remaja. Hurlock (1986) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada usia 18 tahun
sampai kira-kira usia 40 tahun. Secara umum, mereka yang tergolong dewasa awal
ialah mereka yang berusia 20-40 tahun.
Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik secara fisik,
transisi secara intelektual serta transisi peran sosial. Perkembangan sosial masa
dewasa awal adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa
dewasa awal adalah masa beralihnya pandangan egosentris menjadi sikap
yang empati. Pada masa ini, penentuan relasi sangat memegang peranan penting.
Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin
hubungansecara intim dengan lawan jemisya. Hurlock (1986) mengemukakan
beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu initinya dikatakan bahwa
dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan
memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya.

3. Ciri-ciri Umum Masa Dewasa Awal

Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola


kehidupan yang baru dan harapan-harapan sosial yang baru. Masa dewasa awal
adalah kelanjutan dari masa remaja, sehingga ciri-ciri masa dewasa awal tidak
jauh berbeda dengan masa remaja. Ciri-ciri masa dewasa awal menurut Hurlock:

1) Masa dewasa awal sebagai usia reproduktif.

Masa dewasa awal adalah masa usia reproduktif. Masa ini ditandai
dengan membentuk rumah tangga. Pada masa ini khususnya wanita, sebelum
usia 30 tahun, merupakan masa reproduksi, dimana seorang wanita siap
menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu. Pada masa ini, alat-alat
reproduksi manusia telah mencapai kematangannya dan sudah siap untuk
melakukan reproduksi.

2) Masa dewasa awal sebagai masa bermasalah.


Setiap masa dalam kehidupan manusia, pasti mengalami perubahan,
sehingga seseorang harus melakukan penyesuaian diri kembali terhadap diri
maupun lingkungannya. Demikian pula pada masa dewasa awal ini, seseorang
harus banyak melakukan kegiatan penyesuaian diri dengan kehidupan
perkawinan, peran sebagai orang tua dan sebagai warga negara yang sudah
dianggap dewasa secara hukum.

3) Masa dewasa awal sebagai masa yang penuh dengan ketegangan emosional.
Ketegangan emosional seringkali ditampakkan
dalamketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran. Ketakutan atau
kekhawatiran yang timbul ini pada umumnya bergantung pada tercapainya
penyesuaian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi pada suatu saat
tertentu atau sejauh mana sukses atau kegagalan yang dialami dalam
penyelesaian persoalan.

4) Masa dewasa awal sebagai masa ketergantungan dan perubahan nilai.


Ketergantungan disini mungkin ketergantungan kepada orang tua,
lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa atau pada pemerintah karena
mereka memperoleh pinjaman untuk membiayai pendidikan mereka.
Sedangkan masa perubahan nilai masa dewasa awalterjadi karena beberapa
alasan seperti ingin diterima pada kelompok orang dewasa, kelompok-
kelompok sosial dan ekonomi orang dewasa.

4. Pengertian Wanita Dewasa

Secara etimologis (istilah) fiqih seorang wanita dianggap dewasa apabila


sudah memasuki masa haid, biasanya saat usia 13 – 14 tahun. Setelah
memasuki masa inilah berlaku kewajiban dan larangan agama seperti
kewajiban salat lima waktu dan larangan bergaul dengan pria yang bukan
muhrim.

Menurut hukum negara, wanita baru dianggap dewasa saat berusia 17


tahun saat di mana dia mulai memiliki hak dan kewajiban sebagai warga
negara penuh seperti hak untuk mengenyam pendidikan, berpartisipasi dalam
pemilu, hak untuk menikah, memiliki KTP atau SIM serta kewajiban untuk
menaati peraturan pemerintah yang berlaku.

Dewasa dalam pengertian di atas adalah definisi dewasa yang formal yang
terkait dengan hukum tertentu baik hukum islam maupun hukum negara.
Sedangkan dewasa dalam tinjauan umum, termasuk dalam tinjauan
psikologi, adalah sempurnanya pertumbuhan fisik dan mental seseorang.
Pertumbuhan fisik yang normal mudah diketahui karena dapat dilihat oleh
pancaindra. Akan tetapi pertumbuhan mental yang sempurna dan matang
merupakan hal yang berbeda.
5. Tugas PerkembanganMasa Dewasa Awal (21-40)
Memilih pasangan.
Belajar hidup dengan pasangan.
Memulai suatu kehidupan berkeluarga.
Memelihara anak.

Mengelola rumah tangga.


Memulai bekerja.
Mengambil tanggung jawab sebagai warganegara.
Menemukan suatu kelompokyang serasi.

C. Model Pengkajian Teori Community As Patner


Model pengkajian yang akan dikembangkan pada agregate usia remaja adalah aplikasi

dari community as partner yang dikembangkan oleh Anderson dan Mc Farlan dari teori

Betty Neuman (Anderson & Mc Farlan, 2011). Model ini lebih berfokus pada perawatan

kesehatan masyarakat adalah praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan masyarakat

untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatannya. Pada pengkajian model

ini mempunyai dua komponen utama yaitu core dan subsistem.

Pada model community as partner terdapat dua faktor utama yaitu fokus pada komunitas

sebagai mitra dan proses keperawatan (Anderson & Mc Farlan, 2011). Pada pengkajian

komunitas terdapat core dan 8 (delapan) subsistem dari masyarakat. Core yang terdiri

dari riwayat terbentuknya aggregat, demografi, suku, nilai, dan kepercayaan. Sedangkan

pada subsistem terdapat lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan social, ekonomi,
transportasi dan keamanan, politik dan pemerintahan, komunikasi, pendidikan, dan

rekreasi.

Empat konseptual yang merupakan pusat keperawatan dapat memberikan sebuah

kerangka kerja bagi model community as partner yang didefinisikan sebagai berikut:

1. Individu

Individu dalam model community as partner adalah sebuah populasi atau sebuah

agregat. Setiap orang dalam sebuah komunitas yang didefinisikan (populasi total)

atau agregat (lansia, dewasa, remaja, anak, perawat) mencerminkan individu.

2. Lingkungan

Lingkungan dapat diartikan sebagai komunitas seperti jaringan masyarakat dan

sekelilingnya. Hubungan antara masyarakat dalam komunitas dapat terjadi dimana

masyarakat tinggal, pekerjaan, suku bangsa dan ras, cara hidup, serta faktor lain

yang umumnya dimiliki masyarakat.

3. Kesehatan

Kesehatan dalam model ini dilihat sebagai sumber bagi kehidupan sehari-hari, bukan

tujuan hidup. Kesehatan merupakan sebuah konsep positif yang menekankan pada

sumber sosial dan personal sebagai kemampuan fisik.

4. Keperawatan

Keperawatan, berdasarkan definisi tiga konsep yang lain, merupakan upaya

pencegahan (prevention). Keperawatan terdiri dari pencegahan primer yang

bertujuan pada menurunkan kemungkinan yang berhadapan dengan stressor atau

memperkuat bentuk pertahanan, pencegahan sekunder yang dilakukan setelah


sebuah stressor memasuki garis pertahanan dan menyebabkan sebuah reaksi serta

tujuannya adalah pada deteksi dini dalam mencegah kerusakan lebih lanjut, dan

pencegahan tersier yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengembalikan status

kesehatan.

Delapan subsistem dibagi melalui garis putus-putus untuk menggambarkan bahwa

delapan subsistem tersebut tidaklah terpisah tetapi saling mempengaruhi dan dipengaruhi

oleh satu sama lain. Delapan divisi kedua-duanya menggambarkan subsistem yang utama

suatu masyarakat dan menyediakan perawat komunitas dengan suatu framework untuk

pengkajian.

Sumber: Anderson McFarlan, Community as Partner, 2011


Model community as partner digambarkan dalam gambaran yang jelas untuk membantu

pengguna model dalam memahami bagian-bagiannya yang akan menjadi pedoman dalam

praktik di komunitas. Anderson dan McFarlane (2011) mengatakan bahwa dengan

menggunakan model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda

pengkajian komunitas dan proses keperawatan.

Roda pengkajian komunitas dalam community as partner(Anderson & McFarlane, 2011)

terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan subsistem yang mengelilingi inti

yang merupakan bagian dari pengkajian keperawatan, sedangkan proses keperawatan

terdiri dari beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi,

dan evaluasi. Inti roda pengkajian adalah individu yang membentuk suatu komunitas. Inti

meliputi demografi, nilai, keyakinan, dan sejarah penduduk setempat. Sebagai anggota

masyarakat, penduduk setempat dipengaruhi oleh delapan subsistem komunitas, dan

sebaliknya. Delapan subsistem ini terdiri atas lingkungan, pendidikan, keamanan dan

transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi,

ekonomi, dan rekreasi.

Garis tebal yang mengelilingi komunitas menggambarkan garis pertahanan yang normal

atau tingkat kesehatan komunitas yang telah dicapai selama ini. Garis normal pertahanan

dapat berupa karakteristik seperti nilai imunitas yang tinggi, angka mortalitas infant yang

rendah, atau tingkat penghasilan yang sedang. Garis pertahann normal juga meliputi pola

koping yang digunakan, kemampuan memecahkan masalah yang mencerminkan

kesehatan komunitas. Fleksibilitas garis pertahanan digambarkan sebagai sebuah garis

putus-putus di sekitar komunitas dan garis pertahanan normal, merupakan daerah (zona)
penyangga (buffer) yang menggambarkan sebuah tingkat kesehatan yang dinamis yang

dihasilkan dari respon sementara terhadap stressor. Respon sementara tersebut mungkin

menjadi gerakan lingkungan melawan sebuah stressor lingkungan atau sebuah stressor

sosial. Kedelapan subsistem tersebut dibagi dalam garis terputus untuk mengingatkan

bahwa subsistem tersebut saling mempengaruhi (Anderson & McFarlane, 2011).


BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan keperawatan kesehatan komunitas yang dilaksanakan oleh mahasiswa melalui

aplikasih keperawatn komunitas di masyarakat berlangsung mulai dari tanggal 01 Juni 2022

sampai dengan 04 Mei 2022. Dalam hal ini kami mendapat tempat praktek di RT 07

Kelurahan Ranononcu Kecamatan Poso Kota Selatan Kota Poso.

A. Tahap Persiapan

Kegiatan praktek mahasiswa di awali dengan pertama dengan warga dalam rangka saling

mengenal dan membina hubungan saling percaya antara mahasiswa dengan warga RT

07Kelurahan Ranononcu Kecamatan poso kota selatan yang dilaksanakan pada tanggal

01Juni 2022. Pada saat pertemuan selain acara perkenalan juga disampaikan tentang

tujuan praktek dari mahasiswa Program Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Husada Mandiri Poso.

Pada saat ini juga disampaikan suat wadah kerja yang berasal dari masyarakat khususnya

ibu-ibu menyusui sehingga mandiri dalam memelihara atau menjaga kesehatan

reproduksi Asi. Setelah melakukan diskusi yang cukup lama anatra mahasiwa dan warga

RT 07 Kelurahan Ranononcu Kecamatan Poso Kota Selatan akhirnya tercapai kata

sepakat untuk mengadaan penyuluhan tentangProduktifitas Kelancaran Asi. Kemudian

mahasiwa menyusun rencana kerja. Untuk memvalidasi data maslah kesehatan

reproduksi pada remaja di RT 07 Kelurahan Ranononcu Kecamatan Poso Kota Selatan

maka diperlukan instrument yang disusun oleh mahasiswa untuk mendapattkan data yang

real tentang masah kesehatan reproduksi pada remaja, oleh karena itu mahasiswa
melakukan pendataan melalui angket atau kusioner yang dibagikan kepada ibu-ibu

Menyusui yang ada di RT 07 Kelurahan Ranononcu Kecamatan Poso Kota Selatan

Setelah pendataan di masyarakat RT 07 Kelurahan Ranononcu Kecamatan Poso Kota

Selatan dilakukan, maka dilakukan perhitungan dan analisa oleh mahasiswa. Data yang

telah di olah kemudian dipresentasikan pada pertemua kedua atau MMD II pada warga

(Kepala Lurah, ketua Rw 07 beserta ketua RT, Puskesmas, serta Kader) di RT 07

Kelurahan Ranononcu Kecamatan Poso Kota Selatan Kota Poso Sulawesi Tengah.

B. Tahap Pengkajian

Wilayah RT 07 Kelurahan Rannoncu Kecamatan Poso Kota Selatan Kota Poso memiliki

jumlah ibu hamil berdasarkan hasil pengkajian mahasiswa selama melakukan pendataan

adalah 118 orang yang dijadikan sampel sebanyak 10 orang. Secara umum gambaran

wilayah berdasarkan “Winshield Survey” sebagai berikut:

Batas Wilayah sebelah Utara : Kelurahan Kawua

Batas Wilayah sebelah Timur : Desa Maliwuko

Batas Wilayah sebelah Selatan : Kelurahan Bonelanto

Batas Wilayah sebelah Barat : Kelurahan Lembomawo

Fasilitas agama yang ada di RT 07 Kelurahan Ranononcu terdiri dari Mesjid Mujahidin

dan Gereja Ebenhaizer. Fasilitas pendidikan meliputi TK Ebenhaizer , SDN 12, SMPN 1

Poso Kota Selatan, SMA N 2 Poso. Pelayanan Kesehatan meliputi Puskesmas Kawia,

Klinik Syaniah , Polindes dan Posyandu. Di RT 7 juga terdapat mini market yang mudah

diakses masyarakat dan juga pasar tradisional untuk mencukupi kebutuhan sandang dan

pangan warga. Hasil observasi dilakukan di RT 07 Kelurahn Ranononcu didapatkan jalan

tertata rapih dan bersih, hanya terlihat sedikit sampah plastik bekas jajan anak-anak .

Terdapat tanaman hias di setiap rumah warga dengan jumlah beragam dan juga tempat
sampah. Jalan-jalan menuju rumah warga juga sudah di aspal dan dapat di lewati

kendaraan bermotor.

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan di RT 07 Ranononcu, mulai dari segi

pengetahuan, sikap, dan perilaku, pada ibu-ibu hamil masih kurang sehingga menjadi

perhatian dan butuh penanganan khusus, hasil wawancara dengan warga dan para kader

Posyandu didapatkan hasil bahwasannya memang belum ada program terkait dengan

kesehatan reproduksi Kelancaran Asi.Hal ini sejalan pula dengan hasil wawancara yang

dilakukan dengan petugas puskesmas yaitu sudah ada program terkait dengan

penyuluhan kesehatan reproduksi Kelancaran Asi,Dikarnakan Terhalang adanya Wabah

Global Covid-19.
C. HasilPengolahan Data

Data dibawahiniadalah data yang didapatkan oleh Mahasiswa S1 Keperawatan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Mandiri Poso.

Tabel 3.1
Distribusi Frekuensi ibu hamil berdasarkan Usia di Rw 07 Kelurahan Poso
Kecamatan poso kota selatan KotaTanggerang

KelompokUsia Frekuensi %
18 1 10,0
24 1 10,0
25 1 10,0
26 2 20,0
29 1 10,0
30 2 20,0
32 1 10,0
33 1 10,0
Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer 2022
Sumber : Data Primer Desember 2020
Berdasarkantabel 3.1 Distribusifrekuensi busuiberdasarkankelompokusiadidapatkan
data 10 orang, kelompokusia yang terbanyak adalahbusui usia 26denganjumlah 2
orang (20,0%), busui usia 33 dengan jumlah 2 orang (20,0%) dan yang terendah
adalah Busui Usia 18 dengan jumlah 1 orang(10,0%),Busui 24 dengan jumlah 1
orang 25 dengan jumlah 1 orang (10,0%),Busui usia 29 dengan jumlah 1 orang
(10,0%),Busui Usia 30dengan jumlah 1 orang (10,0%) dan Busui usia 33 dengan
jumlah 1 orang (10,0%)

Tabel 3.2
Distribusi Frekuensi ibu hamil berdasarkan jenis kelamin di Rw 07 Kelurahan
Poso Kecamatan poso kota selatan KotaTanggerang
JenisKelamin Frekuensi %

Perempuan 10 100,0
Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Mei 2022
Berdasarkantabel 3.2 DisribusifrekuensiBusui berdasarkanjeniskelamindidapatkan
data10 orang, terbanyak yaituperempuan dengan jumlah 10 orang (100,0%).

Tabel 3.3
Distribusi Frekuensi ibu hamil berdasarkan Pendidikan di Rw 07 Kelurahan
Poso Kecamatan poso kota selatan KotaTanggerang

Pendidikan Frekuensi %
SMP 2 20,0
SMA 3 30,0
S1 5 50,0

Jumlah 10 100

Sumber : Data Primer juni 2022


Berdasarkan tabel 3.3Distribusi frekuensi Busui berdasarkan pendidikan didapatkan
data tingkat pendidikan yang terbanyak adalah S1 dengan jumlah 5 orang(50,0%) dan
yang terendah adalah yang SMP dengan jumlah 2 orang(20,0%).

Tabel 3.4
Distribusi Frekuensi ibu hamil berdasarkan hubungan KK di Rw 07 Kelurahan
Poso Kecamatan poso kota selatan KotaTanggerang
Hubungan KK Frekuensi %

Ibu 10 100,0
Jumlah 10 100

Sumber : Data Primer Mei 2022


Berdasarkantabel 3.4 Disribusi frekuensi Busui berdasarkan Hubungan KK
didapatkan data10 orang, terbanyak yaitu ibu dengan jumlah 10 orang (100,0%).

Tabel 3.5
Distribusi Frekuensi ibu hamil berdasarkan Agama di Rw 07 Kelurahan Poso
Kecamatan poso kota selatan KotaTanggerang
Agama Frekuensi %
Kristen 10 100,0
Jumlah 10 100

Sumber : Data Primer Mei 2022


Berdasarkantabel 3.5 Disribusi frekuensi Busui berdasarkan agama didapatkan
data10 orang, terbanyak yaitu agama Kristen dengan jumlah 10 orang (100,0%).

Tabel 3.6
Distribusi Frekuensi ibu hamil berdasarkan Suku di Rw 07 Kelurahan Poso
Kecamatan poso kota selatan KotaTanggerang
Suku Frekuensi %
Pamona 5 10,0
Toraja 3 30,0
Mori 1 10,0
Bada 1 50,0

Jumlah 10 100

Sumber : Data Primer juni 2022


Berdasarkan tabel 3.6 Distribusi frekuensi Busui berdasarkan suku didapatkan data
tingkat Suku yang terbanyak adalah suku pamona dengan jumlah 5 orang(50,0%)
dan yang terendah adalah yangSuku mori dengan jumlah 1 orang(10,0%),suku Bada
dengan jumalah 1 orang (10,0%)

Tabel 3.7
DistribusiFrekuensi Busui berdasarkan Pekerjaan di RT 07 Ranononcu
Kecamatan poso kota selatan

Pekerjaan Frekuensi %
PNS 1 10,0
Honorer 4 40,0
IRT 5 50,0
Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Desember 2020
Berdasarkantabel 3.7 Distribusi frekunsi data pekerjaan yang terbanyak adalah IRT
dengan jumlah 5 orang(50,0%) dan yang terendah adalah yang PegawaiNegari sipil
dengan jumlah 1 orang(10,0%).

Tabel 3.8
DistribusiFrekuensi Busui berdasarkan kebersihan dalam rumhadi RT 07
Ranononcu Kecamatan poso kota selatan

Kebersihan dalam Frekuensi %


rumah
Bersih 10 100,0

Tidak bersih 0 0
Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Desember 2020
Berdasarkantabel 3.8 Distribusi frekunsi data kebersihan dalam rumah yang
terbanyak adalah bersih dengan jumlah 10 orang(100,0

Tabel 3.9
DistribusiFrekuensi Busui berdasarkan kebersihan halaman di RT 07
Ranononcu Kecamatan poso kota selatan

Kebersihan halaman Frekuensi %


Bersih 7 70,0

Tidak bersih 3 30,0


Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Juni 2022
Berdasarkantabel 3.9 Distribusi frekunsi data kebersihan halaman yang terbanyak
adalah bersih dengan jumlah 7 orang(70,0%),dan yang terendah adalah tidak bersih
dengan jumlah 3 orang(30,0%).

Tabel 3.10
DistribusiFrekuensi Busui berdasarkan luaVektor disekitar Rumah di RT 07
Ranononcu Kecamatan poso kota selatan

Luas rumah Frekuensi %


Anjing 5 50,0
Kucing 3 30,0
Lalat 2 20,0
Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Juni 2022
Berdasarkantabel 3.10 Distribusi frekunsi data vektor disekitar rumah yang
terbanyak adalah vektor Anjing dengan jumlah 5 orang(50,0%),dan yang terendah
adalah vektor lalat dengan jumlah 2 orang(20,0%).

Tabel 3.11
DistribusiFrekuensi Busui berdasarkan sumber air minum di RT 07 Ranononcu
Kecamatan poso kota selatan

Sumber air minum Frekuensi %


Galon 6 60,0

PAM 4 40,0
Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Juni 2022
Berdasarkantabel 3.11 Distribusi frekunsi data sumber air minum yang terbanyak
adalah galon dengan jumlah 6 orang(60,0%),dan yang terendah adalah PAM dengan
jumlah 4 orang(40,0%).

Tabel 3.12
DistribusiFrekuensi Busui berdasarkan sumber air memasak dan mencuci di
RT 07 Ranononcu Kecamatan poso kota selatan

Sumber air Frekuensi %


memesak/mencuci
PAM 8 80,0

Sungai 2 20,0
Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Juni 2022
Berdasarkantabel 3.12 Distribusi frekunsi data sumber air memasak/mencuci yang
terbanyak adalah PAM dengan jumlah 8 orang(80,0%),dan yang terendah adalah air
sungai dengan jumlah 2 orang(20,0%).
Tabel 3.13
DistribusiFrekuensi Busui berdasarkan data penempungan Air di RT 07
Ranononcu Kecamatan poso kota selatan

Penampungan Frekuensi %
Terbuka 6 60,0
Tertutup 4 40,0

Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Juni 2022
Berdasarkantabel 3.13 Distribusi frekunsi data penampungan air yang terbanyak
adalah terbuka dengan jumlah 6 orang(60,0%), dan yg terendah adalah tertutup
dengan jumlah 4 orang (40,0%)

Tabel 3.14
DistribusiFrekuensi Busui berdasarkan keadaan BAk mandi di RT 07
Ranononcu Kecamatan poso kota selatan

Jendela rumah Frekuensi %


Berlumut 7 70,0
Ada jentik nyamuk 3
30,0
Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Juni 2022
Berdasarkantabel 3.14 Distribusi frekunsi data keadaan BAk mandi yang terbanyak
adalah bak mandi berlumut dengan jumlah 7 orang(70,0%),dan yang terendah adalah
bak mandi ada jantik nyamuk dengan jumlah 3 orang(30,0%).

Tabel 3.15
DistribusiFrekuensi Busui berdasarkan Cara pembuangan Sampah di RT 07
Ranononcu Kecamatan poso kota selatan

Cara pembuagan Frekuensi %


sampah
Dikumpul/bakar 7 70,0
Selokan 1 10,0
Di sungai 2 20,0
Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Juni 2022
Berdasarkantabel 3.15 Distribusi frekunsi data status kepemilikan rumah yang
terbanyak adalah dikumpulkan/dibakar dengan jumlah 7 orang(70,0%),dan yang
terendah adalah di selokan dengan jumlah 1 orang(10,0%).

Tabel 3.16
DistribusiFrekuensi Busui berdasarkan keadaan tempat penampungan sampah
di RT 07 Ranononcu Kecamatan poso kota selatan

Penampungan sampah Frekuensi %


Banyak lalat 2 20,0
Bauh busuk 8 80,0

Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Juni 2022
Berdasarkantabel 3.16 Distribusi frekunsi data keadaan tempat penampungan
sampah yang terbanyak adalah bauh busuk dengan jumlah 8 orang(80,0%),dan yang
terendah adalah banyak lalat dengan jumlah 2 orang(20,0%).

Tabel 3.17
DistribusiFrekuensi Busui berdasarkan data kepemilikan jamban di RT 07
Ranononcu Kecamatan poso kota selatan

Kepemilikan jamban Frekuensi %

Milikbersama 2 20,0
Milik sendiri 8 80,0
Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Juni 2022
Berdasarkantabel 3.17 Distribusi frekunsi data kepemilikan jamban yang terbanyak
adalah milik sendiri dengan jumlah 8 orang(80,0%),dan yang terendah adalah milik
bersama dengan jumlah 2 orang(20,0%).
Tabel 3.18
DistribusiFrekuensi Busui berdasarkan penghasilan rata-rata perbulan di RT
07 Ranononcu Kecamatan poso kota selatan

Penghasilan Frekuensi %
Rp 200.000-300.000 2 20,0
Rp 300.000-500.000 3 30,0
>Rp 500.000 5 50,0
Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Juni 2022
Berdasarkantabel 3.18 Distribusi frekunsi data penghasilan rata-rata perbulan
terbanyak adalah > Rp 500.000 dengan jumlah 5 orang(50,0%),dan yang terendah
adalah Rp 200.000-300.000 dengan jumlah 2 orang(20,0%).

Tabel 3.19
DistribusiFrekuensi Busui berdasarkan Alakosi dana kesehatan di RT 07
Ranononcu Kecamatan poso kota selatan

Alokasi dana kesehatan Frekuensi %


Ya 7 70,0
Tidak 3 30,0

Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Juni 2022
Berdasarkantabel 3.19 Distribusi frekunsi data alokasi dana kesehatan yang
terbanyak adalah ya dengan jumlah 7 orang(70,0%),dan yang terendah adalah tidak
dengan jumlah 3 orang(30,0%).

Tabel 3.20
DistribusiFrekuensi Busui berdasarkan transportasi ke PKM di RT 07
Ranononcu Kecamatan poso kota selatan

Trasportasi ke PKM Frekuensi %


Naik motor 9 90,0

Naik mobil 1 10,,0


Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Juni 2022
Berdasarkantabel 3.20 Distribusi frekunsi data transportasi ke PKMyang terbanyak
adalah naik motor dengan jumlah 9 orang(90,0%),dan yang terendah adalah naik
mobil dengan jumlah 1 orang(10,0%).

Tabel 3.21
DistribusiFrekuensi Busui berdasarkan informasi tentang kesehatan di RT 07
Ranononcu Kecamatan poso kota selatan

Informasi tentang Frekuensi %


kesehatan
Penyuluhan puskesmas 9 90,0

Televisi 1 10,,0
Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Juni 2022
Berdasarkantabel 3.21 Distribusi frekunsi data informasi tentang kesehatan yang
terbanyak adalah dengan penyuluhan PKM/ posyandu dengan jumlah 9
orang(90,0%). Dan terendah adalah Dengan televisi dengan jumlah 1 orang (10,0%)

Tabel 3.22
DistribusiFrekuensi Busui berdasarkan tempat pemeriksaan Kesehatan di RT
07 Ranononcu Kecamatan poso kota selatan

Tempat pemeriksaan Frekuensi %


kesehatan
Puskesmas 9 90,0

Dokter praktek 1 10,,0


Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Juni 2022
Berdasarkantabel 3.22 Distribusi frekunsi data transportasi ke PKMyang terbanyak
adalah Puskesmas dengan jumlah 9 orang(90,0%),dan yang terendah adalah Dokter
prakter dengan jumlah 1 orang(10,0%).

Tabel 3.23
DistribusiFrekuensi Busui berdasarkan kunjungsn petugas kesehatan di RT 07
Ranononcu Kecamatan poso kota selatan
Kunjungan petugas kes Frekuensi %
Ya jika dipanggil 5 50,0

Tidak pernah 5 50,,0


Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Juni 2022
Berdasarkantabel 3.23 Distribusi frekunsi data kunjungan petugas kesehatan yang
terbanyak adalah ya jika dipanggil dengan jumlah 5 orang(50,0%),dan tidak pernah
dengan jumlah 5 orang(50,0%).

Tabel 3.24
DistribusiFrekuensi Busui berdasarkan Sarana komunikasi yang digunakan di
RT 07 Ranononcu Kecamatan poso kota selatan

Sarana komunikasi Frekuensi %


Telepon 10 100,0

Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Juni 2022
Berdasarkantabel 3.24 Distribusi frekunsi data sarana komunikasi yang digunakan
yang terbanyak adalah telepon dengan jumlah 10 orang(100,0%)

Tabel 3.25
DistribusiFrekuensi Busui berdasarkan data ibu menyusui di RT 07 Ranononcu
Kecamatan poso kota selatan

Ibu menyusui Frekuensi %


Ya 100 100,0

Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Juni 2022
Berdasarkantabel 3.25 Distribusi frekunsi data ibu menyusui yang terbanyak adalah
ya dengan jumlah 10 orang(100,0%)
Tabel 3.26
DistribusiFrekuensi Busui berdasarkan data sering membersihkan putingg di
RT 07 Ranononcu Kecamatan poso kota selatan

Pembersihan Putting Frekuensi %


Ya 5 50,0

Tidak 5 50,,0
Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Juni 2022
Berdasarkantabel 3.26 Distribusi frekunsi data pembersihan putting yang terbanyak
adalah ya dengan jumlah 5 orang(50,0%),dan tidak dengan jumlah 5 orang (50,0%)

Tabel 3.27
DistribusiFrekuensi Busui berdasarkan memperoleh Penkes di RT 07
Ranononcu Kecamatan poso kota selatan

Memperoleh Penkes Frekuensi %


Ya 10 100,0

Tidak 0 0
Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Juni 2022
Berdasarkantabel 3.27 Distribusi frekunsi data memperoleh Penkes yang terbanyak
adalah ya dengan jumlah 10 orang(100,0%)

Tabel 3.28
DistribusiFrekuensi Busui berdasarkan tempat memperoleh Penkes di RT 07
Ranononcu Kecamatan poso kota selatan

Tempat memperoleh Frekuensi %


penkes
Posyandu 9 90,0

Bidan desa 1 10,,0


Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Juni 2022
Berdasarkantabel 3.28 Distribusi frekunsi tempat memperoleh Penkes yang
terbanyak adalah posyandu dengan jumlah 9 orang(90,0%),dan yang terendah adalah
bidan desa dengan jumlah 1 orang(10,0%).

Tabel 3.29
DistribusiFrekuensi Busui berdasarkan Penkes yang diterima di RT 07
Ranononcu Kecamatan poso kota selatan

Penkes yang diterima Frekuensi %


Makan buteki 1 10,0
ASI 3 30,0
Makanan Bayi 6 60,,0
Jumlah 10 100
Sumber : Data Primer Juni 2022
Berdasarkantabel 3.29.Distribusi frekunsi data Penkes yang diperoleh yang
terbanyak adalah makanan Bayi dengan jumlah 6 orang(60,0%),dan yang terendah
adalah makanan buteki dengan jumlah 1 orang(10,0%).

SKORING PRIORITAS

U S G Total Prioritas
Masalah
(Urgency) (Seriousess) (Growth)
Resiko Ketidakefektifan 3 5 3 11 2
pemeliharaan kesehatan :
Kurangnya kesadaran
(perilaku) ibu menyusui untuk
memanfaatkan pelayanan
kesehatan untuk mencari
informasi saat ada masalah
menyusui
Menyusui tidak 5 4 5 14 1
efektif :ketidakadekuatan
Suplai Asi

Ket. Pembobotan
Sangat Rendah =1 Tinggi =4
Rendah =2 Sangat Tinggi =5
Cukup =3

RENCANA KERJA ( PLAN OF ACTION/POA

N Masalah Tujuan Kegiatan Sarana Wakt Strategi Tempat


o Keperawatan u
1 Menyusui tidak Meningkat 1.memberi Sumua ibu Sabtu 1.metode: Gedung
efektif :ketidaka kan kan menyusui 04 juni Serba guna
-ceramah
dekuatan Suplai supalai pendidika yang ada di 2020 Kelurahan
Asi atau n tentang RT 07 Jam -diskusi Ranononcu
produksi pijat kelurahan 15.00- kecamatan
-simulasi
ASI oksitosin Ranononcu selesai Poso Kota
2.mendem kecamatan 2.media Selatan
onstrasika poso kota
- infocus
n pijat selatan
okistoisin 3.Evaluasi :

-Busui
mampu
memahami
tentang pijat
oksitosin

-Busui
mampu
mepraktekan
dirumah Pijat
oksitosin

2 Resiko Peningkat 1.penyulu Sumua ibu Sabtu 1.Metode: Gedung


Ketidakefektifa an han menyusui 04 juni - ceramah Serba guna
n pemeliharaan pengetahu pentingny yang ada di 2020 - diskusi Kelurahan
kesehatan : an dan a RT 07 Jam 2.Media : Ranononcu
Kurangnya kesadaran pemanfaat kelurahan 15.00- - Infocus kecamatan
kesadaran ibu an Ranononcu selesai 3. Evaluasi Poso Kota
(perilaku) ibu menyusui pelayanan kecamatan -Busui Selatan
menyusui untuk tentang kesehatan poso kota memahami
memanfaatkan pentingny 2 selatan pentingnya
pelayanan a penyuluha memanfaatka
kesehatan pemanfaat n tentang n pelayanan
untuk mencari an pentingny untuk
informasi saat pelayanan a kesdaran meningkatkan
ada masalah kesehatan ibu hamil pemeliharaan
menyusui guna tentang kesehatan
memelihar kebersihan -Busui
a memahami
kesehatan dan mengerti
pentingnya
kesadaran ibu
hamil tentang
kebersihan
DAFTAR PUSTAKA

Doenges,MarilynnE,dkk.2000.PenerapanProsesKeperawatandanDiagnosa
Keperawatan.Jakarta: EGC.

Nurarif, AminHuda&Kusuma, Hardhi. 2013.AplikasiAsuhan Keperawatan


berdasarkan DiagnosisMedis&NANDA.Yogyakarta:MediAction Publishing.

Pearce,EvelyneC.2011.AnatomidanFisiologiuntukParamedis. Jakarta:PT
GramediaPustakaUtama.

Wijaya, AndraSaferi&Putri,YessieMariza.2013.KeperawatanMedikalBedah.
Bengkulu: NuhaMedika.

https://id.wikipedia.org/wiki/Wanita
https://www.fatihsyuhud.net/wanita-dewasa/
Hurlock, Elizabeth. (1980). PsikologiPerkembangan.Jakarta:Erlangga

Anda mungkin juga menyukai