Anda di halaman 1dari 8

NAMA : Basit Badri Akbar

NPM : CF181120134
MATA KULIAH : Global Supply Chain (Tugas 4)
Dosen ; Erwin Raza, SE, MM

Soal.
1. Jelaskan faktor yang mendorong perusahaan terlibat dalam supply chain
internasional.
2. Apa tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan memasuki Supply Chain
Internasional?
3. Jelaskan mengapa strategi konfigurasi dan koordinasi berperan penting dalam
mengelola international supply chain?
4. Simchi-Levi (2000), membedakan sistem international supply chain, berdasarkan
konfigurasi dan 3 ativitas utama,
sebutkan dan jelaskan.
5. Schary & Skjott-Larsen, menyatakan terdapat 3 cara menata sistem produksi dalam
global suppy chain, yaitu berorientasi
(1) proses, (2) produk, atau (3) regional. Jelaskan!
6. Terdapat beberapa cara/model perusahaan memasuki pasar luar negeri. Sebutkan
cara/model tersebut, dan jelaskan
secara ringkas.
7. Terdapat beberapa model yang dilakukan perusahaan dalam mengkoordinasinkan
kegiatan internasional mereka.
Sebutkan model koordinasi tersebut dan jelaskan secara ringkas.
8. Terdapat berbagai tantangan yang dihadapi perusahaan dalam mengelola Rantai
Pasok Internasional. Apa saja tantangan
tersebut dan jelaskan

Jawab.
1. a. Biaya global :
• Biaya produksi bervariasi antar negara, sehingga kepentingan menjadi faktor
utama dalam
menentukan lokasi.
• Standar upah unskills labour di suatu negara menjadi faktor pendorong utama
perusahaan mendirikan
fasilitas produksi.
• Biaya-biaya penting lainnya: biaya mendapatkan skill labour, fixed cost dan
biaya logistik.
• Insentif pajak, kemudahan berbisnis, infrastruktur, dll

b. Pasar global:
• Kelebihan kapasitas di negara-negara maju, pasar berkembang seperti Cina,
dll.
• Kesempatan yang ditimbulkan oleh pelanggan luar negeri.
• Keberadaan pasar luar negeri yang menjanjikan pertumbuhan

c. Teknologi:
• Pengembangan telekomunikasi dan teknologi informasi, ketersediaan teknologi
di negara atau
wilayah tertentu (mis. Lembah Silikon di AS, peralatan mesin di Jerman), menjadi
pertimbangan bagi
perusahaan untuk meletakkan fasilitas penelitian, perancangan produksi di
negara tsb.

d. Politik dan Ekonomi:


• Perjanjian perdagangan bilateral, regional, dan multilateral.
• Penghapusan hambatan (proteksi) perdagangan, munculnya pasar 'domestik'
yang besar.
• Penghapusan tarif dan kuota impor.
• Penentuan persyaratan local content.

2.
 Menurunkan biaya:
Perusahaan memiliki lebih banyak sumber bahan baku, tenaga kerja,
outsourcing, dan lokasi produksi yang potensial, sehingga dapat memilih
sumber-sumber yang memberikan biaya termurah. Contohnya: Nike, melakukan
proses produksi Thailand, Indonesia, China dan Vietnam.

 Memperoleh akses pasar:


Memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk menjangkau pasar luar negeri.
 Meningkatkan skala ekonomi, penjualan, dan profit. Contoh: China, semenjak
membuka pintu perdagangannya untuk asing, produk asing membanjiri pasarnya
dan banyak perusahaan yang membuka usaha di sana.
 Gerakan mencegah kompetitor (Pre-emption of competition):
Mendirikan basis manufaktur di negara berkembang dengan pasar yang belum
dikembangkan. Tujuan: untuk menguasai pasar dan kepercayaan konsumen,
dapat membangun hambatan masuk untuk perusahaan lain.

 Mencari asset strategis:


Perusahaan memperluas jaringan supply chain ke seluruh dunia untuk mencari
aset strategis, seperti: technology, pusat penelitian supplier yang kompeten,
bahan baku atau sub komponen untuk memproduksi produknya. Misalnya:
perusahaan mendirikan fasilitas di Silicon Valey, Jepang, atau negara-negara
maju di Eropa.

 Rasionalisasi untuk meningkatkan efisiensi:


Dengan memiliki banyak alternatif sumber bahan baku, pemasok, fasilitas
produksi, dan distribusi, perusahaan dapat
memperoleh keuntungan dari economies of scale and scope serta diversifikasi
risiko.

3. 1. Dimensi Konfigurasi dari aktivitas perusahaan di dunia internasional:


Mengacu pada lokasi kegiatan di mana nilai tambah dilakukan, dan sebaran
lokasi.
• Pilihan konfigurasi terdiri dari:
Terpusat (concentrated), melakukan seluruh aktivitas pada satu lokasi dan
melayani
seluruh dunia dari tempat tersebut.
Tersebar (dispersed), melakukan aktivitas di setiap negara. Setiap negara akan
memiliki value chain yang komplet.

2. Dimensi Koordinasi, Bagaimana koordinasi dilakukan di negara yang berbeda


• Bervariasi, mulai dari tidak terkoordinasi hingga sangat terkoordinasi;
• Bagaimana kegiatan yang dilakukan di lokasi berbeda di dunia dihubungkan
dan dikelola;
• Melibatkan keputusan sehari-hari seperti perencanaan, penjadwalan, dan
kontrol jaringan
pabrik internasional;
4. Simchi-Levi (2000), membedakan sistem international supply chain, berdasarkan
konfigurasi dan 3 ativitas utama, yaitu (1) pengadaan, (2) manufaktur, dan (3)
pemasaran &distribusi
1. International distribution systems: manufaktur dilakukan secara domestik,
tetapi distribusi dan beberapa kegiatan pemasaran dilakukan di luar negeri
2. International suppliers: bahan baku dan komponen bersumber dari
pemasok luar negeri, tetapi perakitan akhir dilakukan di dalam negeri
3. Offshore manufacturing: produk dibeli dan diproduksi dari wilayah tertentu
di luar negeri, dikirim kembali ke gudang domestik untuk penjualan dan
distribusi
4. Fully integrated global supply chain: produk dipasok, diproduksi, dan
didistribusikan dari berbagai fasilitas yang tersebar di seluruh dunia

5. Schary & Skjott-Larsen (1995), 3 cara menata sistem produksi dalam global
suppy chain, yaitu berorientasi (1) proses, (2) produk, atau (3) regional

Process-oriented global supply chain


- Pabrik-pabrik diorganisasikan berdasarkan tahapan, seperti layaknya produk
diproduksi di satu pabrik,
tetapi satu tahapan dengan tahapan lainnya dilakukan pada lokasi geografis
yang berbeda.
- memberikan fleksibilitas struktural, memanfaatkan skala ekonomis di sebuah
lokasi.
- Pabrik-pabrik di dalam sistem ini saling tergantung, diperlukan koordinasi yang
ketat dan sistem
transportasi yang terkontrol dengan tepat.
- Contoh: Pabrik sepatu kulit Eropa.

Product-oriented global supply chain


 Memberikan tanggung jawab penuh pada suatu fasilitas untuk memproduksi
satu atau kelompok produk.
 Sistem ini diterapkan pada divisi-divisi yang bertanggung jawab terhadap
sebuah produk di seluruh dunia.
 Tingkat ketergantungan antar fasilitas cenderung lebih rendah. Contoh:
Philips.

Regional-oriented global supply chain


 Pengaturan berdasarkan produk atau proses dalam suatu wilayah tertentu.
Contoh: Nestle, Toyota, Ford, General Motors dll.
 Setiap jaringan merupakan unit swadaya yang beroperasi tanpa interaksi yang
signifikan, kecuali masalah desain standar.

6. Mode (Saluran) Masuk ke Pasar Internasional


• Exporting;
• Licensing and Francising;
• Partnering and Strategic Alliances;
• Acquisition • Greenfield Ventures (wholly owned subsidiary);
 Ekspor
• Merupakan cara termudah untuk memasuki pasar internasional, dan karenanya
sebagian besar
perusahaan memulai ekspansi internasional menggunakan model ekspor.
• Ekspor adalah proses pengangkutan barang atau komoditas dari suatu negara
ke negara lain.
Proses ini seringkali digunakan oleh perusahaan dengan skala bisnis kecil
sampai menengah
sebagai strategi utama untuk bersaing di tingkat internasional. Strategi ekspor
digunakan karena
risiko lebih rendah, modal lebih kecil dan lebih mudah bila dibandingkan dengan
strategi lainnya.
• Ekspor langsung: menjual barang atau jasa melalui perantara/eksportir yang
bertempat di negara
lain atau negara tujuan ekspor. Penjualan dilakukan melalui distributor dan
perwakilan penjualan
perusahaan. Keuntungannya, produksi terpusat di negara asal dan kontrol
terhadap distribusi lebih
baik. Kelemahannya, biaya transportasi lebih tinggi untuk produk dalam skala
besar dan adanya
hambatan perdagangan serta proteksionisme.
• Ekspor tidak langsung: barang dijual melalui perantara/eksportir negara asal
kemudian dijual oleh
perantara tersebut melalui, perusahaan manajemen ekspor (export management
companies) dan
perusahaan pengekspor (export trading companies). Kelebihannya, sumber daya
produksi
terkonsentrasi dan tidak perlu menangani ekspor secara langsung.
Kelemahannya, kontrol terhadap
distribusi kurang dan pengetahuan terhadap operasi di negara lain kurang.

 Licensing dan Franchising


• Licensing adalah izin resmi (otorisasi) yang diberikan oleh salah satu pihak
kepada pihak lain untuk melakukan, menggunakan, atau memiliki teknologi,
merek, dan/atau keahlian serta membebankan biaya dan/atau royalti atas
penggunaannya.
• Pemberi lisensi dapat memberikan lisensi berdasarkan hak kekayaan
intelektual untuk mengotorisasi penggunaan (seperti menyalin perangkat lunak
atau menggunakan penemuan yang dipatenkan) kepada pemegang lisensi.
• Franchising (waralaba) melibatkan organisasi (pemilik waralaba) yang
menyediakan branding, konsep, keahlian, dan bahkan sebagian besar aspek
yang diperlukan untuk beroperasi di pasar luar negeri, kepada pewaralaba.
Manajemen cenderung dikendalikan oleh pemilik waralaba. Contohnya: Domino
Pizza, Coffee Republic, dan Restoran McDonald.

 Partnerships and Strategic Alliances


Aliansi Strategis (Kemitraan Strategis) adalah kesepakatan antara dua atau lebih
pihak untuk
mengejar serangkaian tujuan yang disepakati yang diperlukan, sambil tetap
menjadi organisasi
independen.
• Aliansi strategis dapat berkembang dalam hubungan outsourcing di mana para
pihak ingin mencapai
manfaat dan inovasi jangka panjang yang saling menguntungkan berdasarkan
hasil yang diinginkan
bersama.
• Sebagai contoh, Cisco membentuk aliansi strategis dengan Fujitsu untuk
mengembangkan router
untuk Jepang. Cisco memutuskan untuk melakukan co-brand dengan nama
Fujitsu, sehingga dapat
meningkatkan reputasi Fujitsu di Jepang untuk peralatan dan solusi IT sambil
tetap mempertahankan
nama Cisco untuk mendapatkan keuntungan dari reputasi global Cisco untuk
sakelar dan router.
• Mitra dapat menyediakan aliansi strategis dengan sumber daya seperti produk,
saluran distribusi,
kemampuan manufaktur, pendanaan proyek, peralatan modal, pengetahuan,
keahlian, atau
kekayaan intelektual.
• Aliansi adalah kerja sama atau kolaborasi yang bertujuan untuk sinergi di mana
masing-masing mitra
mendapat manfaat yang lebih besar daripada dari upaya individu. Aliansi ini
sering melibatkan
transfer teknologi (akses ke pengetahuan dan keahlian), spesialisasi ekonomi,
pengeluaran bersama
dan risiko bersama.

 Acquisitions
Akuisisi adalah situasi di mana satu perusahaan membeli sebagian
besar atau seluruh saham perusahaan lain untuk mengambil kendali.
• Akuisisi terjadi ketika perusahaan pembeli memperoleh lebih dari 50%
kepemilikan di perusahaan target. Sebagai bagian dari pertukaran,
perusahaan yang mengakuisisi sering membeli saham perusahaan
target dan aset lainnya, yang memungkinkan perusahaan yang
mengakuisisi untuk membuat keputusan mengenai aset yang baru
diperoleh tanpa persetujuan pemegang saham perusahaan target.
• Akuisisi sering menjadi bagian dari strategi pertumbuhan
perusahaan
ketika lebih menguntungkan untuk memperoleh operasi perusahaan
yang sudah ada daripada memperluas sendiri.

Wholly Owned Subsidiary (Anak Perusahaan yang dimiliki sepenuhnya)


• Proses pendirian anak perusahaan yang baru dimiliki sepenuhnya
(disebut
juga greenfield venture) seringkali kompleks dan berpotensi mahal, tetapi
memberi kontrol maksimum perusahaan dan paling berpotensi
memberikan pengembalian di atas rata-rata.
• Biaya dan risikonya tinggi mengingat biaya untuk mendirikan operasi
bisnis
baru di negara baru.
• Perusahaan harus memperoleh pengetahuan dan keahlian pasar yang
ada
dengan mempekerjakan baik warga negara tuan rumah, bisa saja dari
perusahaan pesaing - atau konsultan yang mahal.
• Keuntungannya adalah bahwa perusahaan tetap memegang kendali
atas
semua operasinya.

7. Market-based mechanism
• Tidak memiliki sumber daya asing, hanya ‘ekspor’ atau mensubkontrakkan
beberapa kegiatan ke pihak ketiga.  Misal: Nike mensubkontrakkan produksi
sepatu mereka kepada kontraktor di Timur Jauh. Perusahaan pertambangan yg
hanya menjual bijih besi ke pelanggan luar negeri.

Vertical integration
• Menjadi perusahaan multinasional yang memiliki dan mengendalikan seluruh
kegiatan - hulu dan hilir - dalam Global supply chai. Misal: Procter & Gamble
(P&G), Ford.

Strategic network
• Beroperasi seperti perusahaan multinasional sejati, tetapi bergantung pada
jaringan organisasi eksternal, mis. McDonald, Coca-cola & Benetton.
• Perusahaan-perusahaan ini memiliki merek dagang yang bersifat global,
namun
aktivitas yang mendukung keberadaan mereka seantoro dunia dilakukan unit-unit
yang tidak mereka miliki sendiri (subcontractor atau franchise)

8. 1. International business barrier:


• Hambatan Tarif mempengaruhi biaya dan keuntungan yang diperoleh dari
penjualan internasional • Hambatan non-tarif seperti kuota dan persyaratan
konten lokal memengaruhi jenis dan aliran produk di seluruh global pipeline
2. Risiko dalam bisnis internasional:
• fluktuasi nilai tukar mata uang, memengaruhi nilai tukar aset dan liabilitas
(Operating exposure). Risiko muncul dari perbedaan relative dalam harga,
biaya operasi, dan keuntungan dari perusahaan-perusahaan yang bersaing
3. Understanding Local Market
• Kepekaan terhadap kondisi dan selera pasar, Misalnya: Masyarakat Brazil tidak
menyukai Shusi; • Sistem perpajakan suatu negara; • Standarisasi peralatan dan
alat transportasi yang digunakan

Anda mungkin juga menyukai