Anda di halaman 1dari 4

Memahami ukuran kulitas : Total Quality Management, ISO 9000 dan ISO 14000

Total Quality Management (TQM)


TQM muncul pada tertengahan tahun 1980-an sebagai respon atas serangan Jepang terhadap
pasar AS dengan produk elektronik dan otomotif yang berkualitas tinggi dan murah. TQM dapat
didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan performa secara terus menerus (countinous
performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari
suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia
(Faritsy, 2014).
TQM adalah filosofi manajemen yang mempunyai tujuan utama bagi kepuasan pelanggan
terhadap barang dan jasa. Tujuan ini hanya dapat dicapai melalui keterlibatan manajemen dalam
seluruh tingkatan, perbaikan yang berkelanjutan (continuous improvement) dari produk jasa dan
proses, pendidikan dan latihan bagi karyawan dan partisipasi dari seluruh karyawan dalam
pemecahan masalah.
TQM merupakan suatu penerapan metode kuantitatif dan sumber daya manusia untuk
memperbaiki produk, baik dalam penyediaan bahan baku maupun pelayanan bagi perusahaan, yang
meliputi semua proses dalam perusahaan pada tingkatan tertentu di mana kebutuhan pelanggan
terpenuhi sekarang dan dimasa yang akan datang. TQM lebih merupakan sikap dan perilaku
berdasarkan kepuasan atas pekerjaannya dan kerja tim atau kelompoknya. Menurut Akhyar (2014),
TQM menghendaki komitmen total dari manajemen sebagai pemimpin perusahaan di mana
komitmen ini harus disebarluaskan pada seluruh karyawan dan pada semua level atau departemen
dalam organisasi.
TQM merupakan konsep yang menekankan pada peningkatan proses pemanufakturan secara
berkelanjutan dengan mengeliminasi pemborosan, meningkatkan kualitas, mengembangkan
ketrampilan dan mengurangi biaya produksi (Lubis, 2008). Dalam Lubis (2008), menunjukkan
aspek tersebut sebagai proses pengawasan, suatu pendekatan dimana kualitas produk ditentukan
oleh karyawan yang bekerja di pabrik. Kerangka kerja TQM perlu ditopang oleh tujuh hal yaitu:
kepemimpinan dan budaya kualitas, penggunaan informasi dan analisis, perencanaan strategik,
pengembangan sumber daya manusia dan manajemen sumber daya manusia, manajemen kualitas
proses, kualitas dan hasil operasi, serta fokus pada pelanggan dan kepuasan pelanggan. Tujuan
TQM ialah untuk memberikan produk dan jasa berkualitas yang memenuhi kebutuhan dan
kepuasan pasar konsumen berkelanjutan yang pada gilirannya akan menimbulkan pembelian
berkesinambungan sehingga dapat meningkatkan produktivitas produsen mencapai skala ekonomis
yang mengakibatkan penurunan biaya produksi.
Implikasi dari hal tersebut adalah bahwa penerapan TQM harus mempunyai visi, misi dan
kemampuan untuk mengembangkan pasar yang sudah ada, maupun dapat mengantisipasi kebutuhan
produk atau jasa yang akan datang. Kreativitas dan kemampuan manajemen menciptakan pasar
yang akan datang inilah yang dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan sebagai pemimpin
dalam pasar tersebut. Dalam melaksanakan filosofi TQM selain harus memperhatikan masalah
perubahan budaya yang akan terjadi dengan penerapan TQM tersebut, perusahaan harus juga
memperhatikan elemen-elemen penting dalam penerapan atau pelaksanaan TQM. Elemen-elemen
penting dalam penerapan TQM adalah: kepimpinan dan komitmen (leadership and commitment),
keterlibatan penuh seluruh karyawan (full employee involvement), perencanaan yang baik (good
planning), strategi pelaksanaan (implementation strategy), pengukuran dan evaluasi (measurement
and evaluation), pengendalian dan perbaikan (control and improvement), mencapai dan
mempertahankan standar kesempurnaan (achieving and maintaining standard of excellence) (Lubis,
2008).
Menurut Lubis (2008), penerapan manajemen kualitas di Indonesia masih bersifat partial.
Hasil ini ditunjukkan dengan tidak seluruh dimensi infrastuktur pendukung penerapan TQM
berpengaruh terhadap praktik penerapan TQM. Selain itu, penerapan praktek TQM dalam arus
proses produksi hanya statistical control/feedback saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia mungkin saja hanya
mengandalkan teknik pengawasan secara statistik, sedangkan manajemen arus proses produksi dan
proses desain produk belum begitu diperhatikan. Keadaan ini menunjukkan penerapan TQM baru
terbatas pada bagian tertentu, belum ke seluruh sistem produksi.

ISO 9000
ISO 9000 adalah seperangkat standar internasional yang mengatur mutu dan kualitas
suatu produk atau jasa yang dihasilkan dan akan dikembangkan oleh perusahaan-
perusahaan di berbagai negara.Pengertian dari manajemen/sistem mutu sendiri adalah
tindakan mengawasi semua aktivitas produksi untuk mempertahankan tingkat keunggulan
yang diinginkan. Sistem ini juga disebut sebagai manajemen kualitas total atau biasa
disingkat TQM.

Secara umum, TQM berfokus pada tujuan jangka panjang perusahaan melalui
implementasi jangka pendek. Kontrol kualitas (QC) juga menjadi bagian penting dari
TQM, yang membuat perusahaan harus mempertahankan atau meningkatkan mutu tanpa
membuat kesalahan.Pertama kali diterbitkan pada Maret 1987, ISO 9000 telah menjadi
standar tersukses dalam sejarah Organisasi Standarisasi Internasional di sektor jasa,
pendidikan, dan pemerintahan. ISO 9000 pertama kali mendapatkan popularitas di Eropa,
dan kemudian menyebar ke AS pada tahun 1990-an.

Seiring dengan berkembangnya, pandangan dunia tentang jaminan kualitas mulai


berubah, dan popularitas dari seri ISO 9000 membuka jalan bagi standar sistem manajemen
lainnya termasuk:

 ISO 14000: sistem manajemen lingkungan.


 ISO 26000: panduan tentang tanggung jawab sosial.
 ISO 31000: prinsip dan pedoman manajemen risiko.
Standar ini tidak spesifik untuk satu industri dan dapat diterapkan pada organisasi
dalam berbagai ukuran. Secara umum, tujuan perusahaan menggunakan standar ISO 9000
adalah:

 Membantu perusahaan memuaskan pelanggan.


 Memenuhi persyaratan peraturan internasional.
 Meningkatkan produksi yang berkelanjutan.
Singkatnya, ISO 9000 adalah standar sistem mutu, bukan standar produk teknis. Seri
dari ISO 9000 sendiri berisi empat standar, yaitu ISO 9001, ISO 9002, ISO 9003, dan ISO
9004. Setiap perusahaan bisa memilih salah satu dari empat standar ini yang dianggap
paling relevan dengan aktivitas bisnis yang dijalankan.

ISO 14000

ISO 14000 pertama kali diperkenalkan pada tahun 1996 oleh Organisasi Standarisasi
Internasional dan terakhir direvisi pada 2015. Pengertian dari ISO 14000 adalah
seperangkat aturan dan standar yang dibuat untuk membantu perusahaan mengurangi
limbah industri dan dampak buruk terhadap lingkungan.Meskipun sangat bagus untuk
lingkungan, namun sertifikasi ini bersifat opsional untuk perusahaan alias tidak wajib. ISO
14000 mencakup beberapa standar yang mencakup:
- Memperhatikan fasilitas atau alat yang digunakan untuk mengolah atau membuat
suatu produk.
- Memperhatikan lingkungan sekitar pabrik.
- Memperhatikan siklus hidup produk (seperti memahami dampak bahan mentah
yang digunakan dalam produk dan dampak pembuangan produk tak terpakai atau
limbah).
Jenis sertifikasi ini dapat digunakan sebagai alat pemasaran untuk menjual produk ke
konsumen yang lebih suka produk ramah lingkungan dan dapat membantu perusahaan
menjual produk ke perusahaan lain/supplier yang juga menggunakan ISO 14000.
Manfaat lainnya adalah dapat membantu mengurangi biaya produksi, karena
mendorong perusahaan menggunakan sumber daya secara efisien alias tidak boros. Hal ini
juga dapat mengarah pada pencarian cara untuk mendaur ulang kemasan produk yang
sudah tidak lagi digunakan.

Perbedaan ISO 9000 dan ISO 14000

Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat jelas bahwa standar ISO 9000 dan 14000
memiliki perspektif yang berbeda. Singkatnya, ISO 9000 menangani Persyaratan Sistem
Manajemen Mutu (QMS), sedangkan ISO 14000 menangani Persyaratan Sistem
Manajemen Lingkungan (EMS).
QMS sendiri didasarkan pada tanggung jawab perusahaan yang berorientasi pada
pelanggan dan memiliki tujuan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan. Sedangkan
EMS didasarkan pada tanggung jawab perusahaan untuk menjaga lingkungan dan
membantu masyarakat terhindar dari pencemaran lingkungan.
Namun seperti semua standar ISO, penggunaan ISO 9000 dan 14000 bersifat sukarela,
kecuali jika sektor bisnis menjadikannya persyaratan pasar atau pemerintah mengeluarkan
peraturan yang mewajibkan penggunaannya.
Meski perbedaannya cukup signifikan, namun ISO 9000 dan 14000 sama-sama
merupakan alat untuk membantu bisnis dan pemerintah dalam memastikan kualitas produk
dan layanan yang dihasilkan, serta untuk mengelola dampak aktivitas mereka terhadap
lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai