Disusun Oleh :
Nama : NIM :
1. Mey Mega A ()
2. Selviana (195503933)
3. Yufita Kristyaningrum (195503967)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, saya dapat
menyelesaiakan dan menyusun makalah yang berjudul “ASPEK LINGKUNGAN HIDUP
PADA STUDI KAAYAK BISNIS” dengan tepat waktu.
Saya berharap makalah yang saya susun ini dapat memberikan pengetahuan dan
menambah informasi tentang “ASPEK LINGKUNGAN HIDUP PADA STUDI KAAYAK
BISNIS”. Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena
dari itu segala kekurangan yang ada didalam makalah ini baik penyusunan makalah, tata
bahasa, etika maupun isi, kami tim penulis sangat mengharapkan krtik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca sekalian untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi.
Demikian semoga makalah ini dapat diterima sebagai bahan pembelajaran dan
menambah intelektual bangsa.
Hormat kami,
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Studi aspek lingkungan hidup bertujuan untuk menentukan apakah secara lingkungan
hidup, misalnya dari sisi udara, dan air, rencana bisnis diperkirakan dapat dilaksanakan
secara layak atau sebaliknya. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah
kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan
tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini dibuat saat
perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap
lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek
fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat.
Mengingat bahwa kondisi yang akan datang dipenuhi dengan ketidakpastian, maka
diperlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu karena di dalam studi kelayakan terdapat
berbagai aspek yang harus dikaji dan diteliti kelayakannya sehingga hasil daripada studi
tersebut digunakan untuk memutuskan apakah sebaiknya proyek atau bisnis layak
dikerjakan atau ditunda atau bahkan dibatalkan. Hal tersebut diatas adalah menunjukan
bahwa dalam studi kelayakan akan melibatkan banyak tim dari berbagai ahli yang sesuai
dengan bidang atau aspek masing-masing seperti ekonom, hukum, psikolog, akuntan,
perekayasa teknologi dan lain sebagainya.
Studi kelayakan sangat diperlukan oleh banyak kalangan, khususnya terutama bagi
para investor yang selaku pemrakarsa, bank selaku pemberi kredit, dan pemerintah yang
memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan perundang-undangan, yang tentunya
kepentingan semuanya itu berbeda satu sama lainya. Investor berkepentingan dalam
rangka untuk mengetahui tingkat keuntungan dari investasi, bank berkepentingan untuk
mengetahui tingkat keamanan kredit yang diberikan dan kelancaran pengembaliannya,
pemerintah lebih menitik-beratkan manfaat dari investasi tersebut secara makro baik bagi
perekonomian, pemerataan kesempatan kerja, dll.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pentingnya Aspek Lingkungan Hidup pada Studi Kalayak Bisnis?
2. Apa Hubungan Studi Kalayak Bisnis dengan Aspek Lingkungan?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan Pentingnya Aspek Lingkungan Hidup pada Studi Kalayak Bisnis
2. Menjelaskan Hubungan Studi Kalayak Bisnis dengan Aspek Lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN
Lingkungan yang harus di Analisis dalam Aspek Lingkungan Hidup, antar lain :
A. Lingkungan Bisnis
B. Lingkungan Operasional
Lingkungan yang memiliki kaitan langsung dengan aktivitas operasional
perusahaan. Lingkungan operasional adalah lingkungan yang paling dekat dengan
semua aktivitas perusahaan. Lingkungan operasional meliputi:
1. Lingkungan pesaing
2. Lingkungan Pelanggan
3. Lingkungan Pemasok
4. Lingkungan Kreditor
5. Lingkungan Pegawai
C. Lingkungan Industri
1. Skala ekonomi
2. Diferensiasi produk
3. Persyaratan permodalan
4. Keunggulan biaya
5. Akses kesaluran distribusi
D. Lingkungan Jauh
1. Lingkungan ekonomi
Variabel-variabel ekonomi yang dapat mempengaruhi keberhasilan bisnis
diantaranya adalah ketersediaan kredit secara umum, tingkat penghasilan yang
dapat dibelanjakan, serta kecenderungan belanja masyarakat, suku bunga
primer, laju inflasi, tingkat pasar uang, deficit anggaran pemerintah, produk
domestik bruto, pola konsumsi, pengangguran, tingkat produktivitas pekerja,
nilai dollar di pasar dunia, kecenderungan pasar sah am, kondisiekonomi luar
negeri, faktor ekspor/impor, pergeseran permintaan barang dan jasa, perbedaan
pendapatan antarnegara, fluktuasi harga, kebijakan fiskal, kebijakan moneter,
serta kebijakanorganisasi-organisasi dunia seperti MEE (Masyarakat Ekonomi
Eropa), G20, OPEC, WTO,APEC. Indikator yang digunakan dalam pengukuran
lingkungan ekonomi adalah income per kapita, penyerapan tenaga kerja,
peningkatan upah rata-rata, serta dampak negatif bisnis bagi perekonomian di
wilayah tersebut. Contoh pembangunan jembatan Suramadu.
3. Lingkungan politik
Suatu negara yang kondisi politiknya tidak stabil memiliki resiko bisnis
yang tinggi. Faktor politik berkaitan dengan peraturan perundang-undangan
yang dikeluarkan pemerintah, seperti peraturan tentang perdagangan yang,
undang undang antitrust program perpajakan, UMR, kebijakan polusi, penetapan
harga, peraturan perlindungan bagi pekerja.
4. Lingkungan teknologi
Penemuan teknologi baru dalam bidang bisnis sering kali mempunyai
pengaruh yangdramatis terhadap perusahaan. Analisis terhadap
perubahan teknologi sangat penting untuk mengantisipasi peluang dan ancaman
bisnis kondisi yang akan datang. Contoh : teknologiinternet berdampak pada
peluang dan ancaman bisnis
5. Lingkungan ekologi
Lingkungan ekologi adalah hubungan antara manusia dan mahluk hidup
lainnya denganudara, tanah, dan air, yang mendukung kehidupan mereka
sebagai akibat adanya kegiatan produksi. Contoh : Bisnis pembuatan tahu
menghasilkan limbar cair yan g sangat bau danmencemari air sungai
6. Lingkungan global
Era globalisasi ditandai dengan batas-batas ekonomi antarnegara yang
semakin tidak jelas,arus informasi dan komunikasi sangat cepat sehingga
perubahan perekonomian suatu negara berdampak terhadap perekonomian
negara lain. Contoh : adanya krisis global berakibat menurunnya daya beli
masyarakat di negara-negara tujuan ekspor
1. Mengapa AMDAL
Analisis Dampak Lingkungan sudah dikembangkan oleh beberapa negara
maju sejak tahun 1970 dengan nama Environmental Impact Analysis atau
Environmental Impact Assesment yang keduanya disingkat EIA. AMDAL
diperlukan untuk melakukan suatu studi kelayakan dengan dua alasan pokok, yaitu :
a. Karena undang-undang dan peraturan pemerintah menghendaki demikian.
Jawaban ini cukup efektif untuk memaksa para pemilik proyek yang kurang
memperhatikan kualitas lingkungan dan hanya memikirkan keuntungan
proyeknya sebesar mungkin tanpa menghiraukan dampak samping yang timbul.
b. AMDAL harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan
beroperasinya proyek-proyek industri. Manusia dalam usahanya untuk memenuhi
kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan melakukan aktivitas yang makin lama
makin mengubah lingkungannya. Pada awalnya perubahan lingkungan itu belum
menjadi masalah, tapi setelah perubahan itu menjadi di luar ambang batas, maka
manusia tidak dapat mentolerir lagi perubahan yang merugikan itu.
Pemrakarsa proyek harus membuat AMDAL dengan konsekuensi ia harus
mengeluarkan biaya. Tanggung jawab penyelenggaraan Amdal ini bukan berarti
harus diemban pemrakarsa proyek itu sendiri. Ia dapat menyerahkan
penyelenggaraan ini kepada konsultan swasta atau pihak lain atas dasar saran dari
pemerintah. Namun, pemrakarsa proyek tetap sebagai pihak yang bertanggung
jawab, bukan pihak konsultan swasta pembuat AMDAL tersebut.
2. Kegunaan AMDAL
AMDAL bukanlah suatu proses yang berdiri sendiri melainkan bagian dari proses
AMDAL yang lebih besar dan lebih penting, menyeluruh dan utuh dari perusahaan
dan lingkungannya, sehingga AMDAL dapat dipakai untuk mengelola dan
memantau proyek dan lingkungannya dengan menggunakan dokumen yang benar.
4. Komponen AMDAL
Yang dimaksud dengan AMDAL adalah suatu hasil studi mengenai dampak
suatu kegiatan yang direncanakan dan diperkirakan mempunyai dampak penting
terhadap lingkungan hidup. Analisis ini meliputi keseluruhan kegiatan pembuatan 5
(lima) dokumen yang terdiri dari :
1. PIL (Penyajian Informasi Lingkungan)
2. KA (Kerangka Acuan)
3. ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan)
4. RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan)
5. RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan).
AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan) adalah telaahan secara cermat dan
mendalam tentang dampak penting suatu kegiatan yang direncanakan. Arti dampak
penting disini adalah perubahan lingkungan yang amat mendasar yang diakibatkan
oleh suatu kegiatan. Yang perlu digarisbawahi dari pengertian diatas adalah tidak
semua rencana kegiatan harus dilengkapi dengan ANDAL karena ia hanya
diterapkan pada kegiatan yang diperkirakan akan mempunyai dampak penting
terhadap lingkungan hidup.
1. Usulan Proyek
TOR disetujui
4. Membuat AMDAL
7. Proyek dapat
dilaksanakan
8. Aktivitas pengeloaan
lingkungan
Penjelasan :
1) Usulan proyek. Usulan proyek datang dari pemrakarsa, yaitu orang atau badan
yang mengajukan dan bertanggung jawab atas suatu rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan.
2) Penyajian Informasi Lingkungan. Usulan proyek kemudian mengalami
penyaringan yang bertujuan untuk menentukan perlu atau tidak perlu dilengkapi
dengan ANDAL. Penyaringan dilakukan dengan Penyajian Informasi Lingkungan
atau disebut PIL. PIL ini disusun oleh pemrakarsa sesuai dengan pedoman yang
ditetapkan. Penilaian terhadap PIL dikerjakan oleh sebuah komisi yang dibentuk
oleh instansi yang bertanggung jawab dan menentukan usulan proyek ke dalam 3
kemungkinan yaitu :
(1) Perlu dibuatkan ANDAL, karena dinilai proyek akan menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan. Langkah selanjutnya adalah membuat TOR
untuk menyusun ANDAL.
(2) Tidak perlu dibuatkan ANDAL, karena diperkirakan tidak akan menimbulkan
dampak penting. Pemrakarsa kemudian menyiapkan RPL dan RKL.
(3) PIL kurang lengkap dan dikembalikan ke pemrakarsa proyek untuk perbaikan
sebelum diajukan kembali.
Dalam pada itu, bila pemrakarsa sejak awal berpendapat bahwa usulan proyeknya
akan memiliki dampak penting, maka pemrakarsa bersama instansi yang
bertanggung jawab dapat langsung membuat ANDAL dengan terlebih dahulu
menyiapkan kerangka acuan. Jadi, dalam hal ini tidak diperlukan PIL. Pada PP
Nomor 51 ketentuan mengenai PIL tersebut ditiadakan.
3) Menyusun Kerangka Acuan. Bila instansi yang bersangkutan memutuskan perlu
membuat ANDAL, pemrakarsa bersama instansi tersebut menyusun kerangka
acuan TOR sesuai dengan pedoman yang telah diterapkan bagi analisis dampak
lingkungan.
4) Membuat AMDAL. Pemrakarsa membuat ANDAL sesuai dengan pedoman yang
diterapkan, kemudian mengajukannya kepada instansi yang bertanggung jawab
untuk dikaji lebih dulu sebelum mendapatkan keputusan. Kemungkinan hasil
penilaian ada tiga, yaitu :
(1) ANDAL disetujui, kemudian pemrakarsa melanjutkan pembuatan RKL dan
RPL.
(2) ANDAL ditolak karena dianggap kurang lengkap atau kurang sempurna.
Untuk itu perlu perbaikan dan diajukan kembali.
(3) ANDAL ditolak karena dampak negatifnya, karena tidak dapat ditanggulangi
oleh ilmu dan teknologi yang telah ada, diperkirakan lebih besar daripada
dampak positifnya. Dalam kondisi seperti ini pemrakarsa diberi kesempatan
untuk mengajukan keberatan kepada instansi yang berwenang.
5) Membuat RKL dan RPL. Bila ANDAL telah disetujui maka pemrakarsa dapat
melanjutkannya dengan membuat Rencana Pengelolaan Lingkungan (RPL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) untuk diajukan kepada instansi yang
berwenang. Demikian pula halnya dengan usulan atau rencana proyek yang tidak
memerlukan ANDAL karena tidak adanya dampak penting.
6) Impementasi Pembangunan Proyek dan Aktivitas Pengelolaan Lingkungan. Bila
RKL dan RPL telah disetujui, maka implementasi proyek dapat dimulai, lalu
dilanjutkan dengan pelaksanaan aktivitas pengelolaan lingkungan.
PENUTUP
Sebanyak 575 dari 719 perusahaan modal asing PMA dan perusahaan modal
dalam negeri PMDN di Pulau Batam tak memiliki Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan AMDAL seperti yang digariskan. Dari 274 industri penghasil limbah
bahan berbahaya dan beracun B3, hanya 54 perusahaan yang melakukan pengelolaan
pembuangan limbahnya secara baik. Sisanya membuang limbahnya ke laut lepas atau
dialirkan ke sejumlah dam penghasil air bersih. Tragisnya, jumlah libah B3 yang
dihasilkan oleh 274 perusahaan industri di Pulau Batam yang mencapai 3 juta ton per
tahun selama ini tak terkontrol. Salah satu industri berat dan terbesar di Pulau Batam
penghasil limbah B3 yang tak punya pengolahan limbah adalah McDermot, ungkap
Kepala Bagian Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah BAPEDALDA kota
Batam Zulfakkar di Batam. Menurut Zulfakkar, dari 24 kawasan industri, hanya
empat yang memiliki AMDAL dan hanya satu yang mempunyai unit pengolahan
limbah UPL secara terpadu, yaitu kawasan industri Muka Kuning, Batamindo,
Investment Cakrawala BIC. Selain BIC, yang memliki AMDAL adalah Panbil
Industrial Estate, Semblong Citra Nusa, dan Kawasan Industri Kabil. Semua terjadi
karena pembangunan di Pulau Batam yang dikelola otorita Batam selama 32 tahun,
tak pernah mempertimbangkan aspek lingkungan dan sosial kemasyarakatan. Seolah-
olah investasi dan pertumbuhan ekonomi menjadi tujuan segalanya. Sesuai Undang-
undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan hidup dan Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa mengenai Dampak Lingkungan
AMDAL, maka pengelolan sebuah kawasan industri tanpa mengindahkan aspek
lingkungan, jelas melanggar hukum. Semenjak Pemerintah Kota Batam dan
Bapedalda terbentuk tahun 2000, barulah diketahui bahwa Pulau Batam ternyata
kondisi lingkungan dan alamnya sudah rusak parah.
DAFTAR PUSTAKA
Umar, Dr. H. (2015). Studi Kelayakan Bisnis Edisi 3. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.