Anda di halaman 1dari 2

KESIMPULAN TEORI MATERI 7

(SASTRA BANDINGAN DALAM SASTRA TULIS DAN INTERDISIPLINER)

1. Transformasi
Transformasi : sebuah proses perubahan secara berangsur-angsur sehingga sampai pada tahap
ultimate. Laseau 1980 yang dikutip oleh Sembiring 2006 memberikan kategori Transformasi sebagai
berikut.
1. Transformasi bersifat Tipologikal (geometri)
2. Transformasi bersifat gramatikal hiyasan (ornamental)/hiasan
3. Transformasi bersifat refersal (kebalikan)
4. Transformasi bersifat distortion (merancukan)

Habraken, 1976 yang dikutip oleh Pakilaran, 2006 (dalam http://www.ar. itb.ac.id/wdp/ diakses pada
tanggal 11 November 2013) menguraikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya transformasi
yaitu sebagai berikut.
1. Kebutuhan identitas diri (identification)
2. Perubahan gaya hidup (Life Style)
3. Pengaruh teknologi baru

2. Terjemahan
Dapat disimpullan bahwa penerjemahan sastra merupakan proses menulis ulang makna atau pesan
yang terkandung di dalam suatu naskah ke dalam naskah yang ditulis di dalam bahasa lain
dengan menghadirkan kembali (mempertahankan) keindahannya.
Misalnya, Trisno Sumardjo menerjemahkan Romeo and Juliet (1595) karya William Shakespeare
dengan Romeo dan Julia (Jakarta: Pembangunan, 1955; cetakan kedua diterbitkan Pustaka Jaya tahun
1976). Nama Julia digunakan tentu saja dimaksudkan agar nama itu lebih akrab dengan pembaca
Indonesia.

3. Peniruan
Peniruan (imitasi) mempunyai konotasi yang membawa implikasi yang kurang menyenangkan,
terutama bagi pengarang. Oleh karena itu, pengkaji hendaknya berhati-hati dalam menentukan suatu
karya sastra itu tercipta karena pengaruh atau peniruan. pendapat Prof. Dr. A. Teeuw: “Karya
sastra tercipta tidak dalam kekosongan.”

4. Interteks
intertekstual didefenisikan sebagai jaringan antara teks yang satu dengan teks yang lain.
Culler, menyimpulkan bahwa studi intertekstualitas akan membawa peneliti memandang teks-teks
pendahulu sebagai sumbangan pada suatu kode yang memungkinkan efek signification, yaitu
pemaknaan yang bermacam-macam.

5. Fokus Penelitian Interteks


Secara garis besar, penelitian intertekstual memiliki dua fokus:
1. Meminta perhatian kita tentang pentingnya teks terdahulu (prior teks).
2. Intertekstual akan membimbing peneliti untuk mempertimbangkan teks terdahulu sebagai
penyumbang kode yang memungkinkan lahirnya berbagai efek signifikasi (pengertian).

6. Dekontruksi
Istilah dekonstruksi dikemukakan oleh Jacques Derrida,
seorang filusuf Perancis yang lahir di Aljazair pada
tahun 1930.
 Dekonstruksi pada awalnya adalah cara atau metode membaca teks.
 Adapun yang khas dalam cara baca dekonstruktif, sehingga pada perjalanannya selanjutnya
dia sanga bermuatan filosofis adalah unsur-unsur yang dilacaknya untuk kemudian dibongkar,
pertama-tama bukanlah inkonsistensi (ketidak serasian) logis, argumen yang lemah, ataupun
presmis (asumsi) yang tidak akurat yang terdapat dalam teks, sebagaimana yang biasanya
dilakukan pemikiran modernisme, melainkan unsur yang secara filosofis menjadi penentu atau
unsur yang memungkinkan teks tersebut menjadi filosofis (Norris, 2003: 12).

7. Resepsi
Resepsi sastra merupakan aliran sastra yang meneliti teks sastra dengan mempertimbangkan
pembaca selaku pemberi sambutan atau tanggapan.

8. Penerapan Teori Resepsi Sastra


1. Penerapan Metode Resepsi Sinkronis (sezaman)
2. Penerapan Metode Resepsi Diakronis (beberapa periode)

Anda mungkin juga menyukai