Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KASUS

DIABETIC OF FOOT

Disusun oleh :

dr. Deddy Lesmana Mb

Pembimbing :

dr.Welly PatanaSalu, S.Ked., Sp.B

Pendamping :

dr. J. Maharani Tamma M.KM

dr. Paramita

PROGRAM DOKTER INTERNSIP INDONESIA


RSUD PASANGKAYU
SULAWESI BARAT
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit secara
epidemiologi dari penyakit menular yang cenderung menurun ke penyakit tidak menular
yang secara global meningkat di dunia dan secara nasional telah menduduki sepuluh besar
penyakit penyebab kematian dan kasus terbanyak, diantaranya penyakit diabetes melitus
(DM) dan penyakit metabolik (PM).1
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar
glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein
yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin secara relatif maupun absolut. Apabila
tidak terkendali menyebabkan komplikasi akut maupun kronik. Peningkatan penderita DM
berkaitan dengan populasi yang meningkat, life expectancy bertambah, urbanisasi yang
merubah pola hidup tradisional ke modern, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik
kurang. DM perlu diteliti dan diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif, jumlah
penderita meningkat dan dampak negatif baik dari segi sosial, ekonomi dan psikologis yang
ditimbulkan.2
Komplikasi menahun DM di Indonesia terdiri atas neuropati 60%, penyakit jantung
koroner 20,5%, kaki diabetik 15%, retinopati 10%, dan nefropati 7,1%. Kaki diabetik di
Indonesia merupakan permasalahan yang belum dapat terkelola dengan baik. Prevalensi
terjadinya kaki diabetik di Indonesia sebesar 15% dan sering kali berakhir dengan kecacatan
dan kematian. Menurut data di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Cipto Mangunkusomo tahun
2003 angka kematian dan angka amputasi masih tinggi, masing-masing sebesar 16% dan
28%. Pasien diabetes melitus dengan kaki diabetik pasca amputasi sebanyak 14,3% akan
meninggal dalam setahun pasca amputasi dan sebanyak 37% akan meninggal 3 tahun pasca
amputasi.2
Diabetes melitus memiliki berbagai macam komplikasi kronik dan yang paling sering
ditemui adalah kaki diabetik. Insiden ulkus diabetik setiap tahunnya adalah 2% di antara
semua pasien dengan diabetes dan 5 – 7,5% di antara pasien diabetes dengan neuropati
perifer. Meningkatnya prevalensi diabetes di dunia menyebabkan peningkatan kasus
amputasi kaki karena komplikasinya. Studi epidemiologi melaporkan lebih dari satu juta
amputasi dilakukan pada penyandang diabetes setiap tahunnya, yang berarti setiap 30 detik
ada kasus amputasi kaki karena diabetik di seluruh dunia. 3
Masalah pada kaki diabetik misalnya ulserasi, infeksi dan gangren, merupakan
penyebab umum perawatan di rumah sakit bagi para penderita diabetes. Perawatan rutin
ulkus, pengobatan infeksi, amputasi dan perawatan di rumah sakit membutuhkan biaya yang
sangat besar tiap tahun dan menjadi beban yang sangat besar dalam sistem pemeliharaan
kesehatan.4
BAB II
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien : (14-12-2020)


Nama : Ny.NH
Usia : 41 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Pasangkayu
Pekerjaan : IRT
Suku : Bugis
Pendidikan : SD

Anamnesis :
PBM dengan luka pada jempol kaki kanan sejak 1 bulan yang lalu, nyeri (+), demam (+), kuku
tercabut, keluar darah. Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala (+), mual (-), muntah (-), batuk
(-)dan keram pada kaki (+).

Riwayat DM (+) sejak 5 tahun yang lalu, berobat teratur dengan insulin

Riwayat dirawat bulan lalu dengan keluhan yang sama.

Pemeriksaan Fisik:
TD : 110/80 mmHg
N : 88 x/menit
R : 20x/menit
S : 36,2 OC
Saturasi : 98%

Kepala : normochepal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Paru-paru : Inspeksi : pergerakan simetris bilateral, tidak ada jejas
Palpasi : vocal fremitus sama bilateral
Perkusi : sonor +/+
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler +/+, Rh-/-, wh-/-
Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC V midclavicula sinistra
Perkusi : redup
Auskultasi : bunyi jantung S1/S2 reguler
Abdomen : Inspeksi : bentuk kesan cembung
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : timpani diseluruh kuadran abdomen
Palpasi : nyeri tekan (+) regio hypochondriac kanan dan regio
epigastrium, hepar dan lien tidak teraba.
Ekstremitas : ulkus (+) region digiti I pedis dextra, pus (-), nyeri (+), nekrosis (+), edema (-)

Laboratorium :
 DR:
 WBC : 11.100/ul
 RBC : 3.550.000/ul
 HGB : 9,8 g/dl
 HCT : 30,3%
 MCV : 85,4
 MCH : 27,6
 MCHC : 32,3
 PLT : 269.000 /ul

 CT : 8’30”
 BT : 2’00”

 GDS : 47 mg/dl (76-180 mg/dl)

 Ro Thorax PA : kesan normal


Resume :
Pasien perempuan umur 41 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan luka pada jempol kaki
kanan sejak 1 bulan yang lalu, nyeri (+), demam (+), kuku tercabut, keluar darah. Pasien juga
mengeluhkan nyeri kepala (+), mual (-), muntah (-), batuk (-) dan keram pada kaki (+).Riwayat
DM (+) sejak 5 tahun yang lalu, berobat teratur dengan insulin. Riwayat dirawat bulan lalu
dengan keluhan yang sama.

Pemeriksaan fisik didapatkan ulkus pada regio digiti I pedis dextra, nyeri dan nekrosis.

Pemeriksaan penunjang didapatkan 11.100, HB 9,8 dan GDS 47 mg/dl

Diagnosa : Diabetic Foot Dextra + DM tipe II + Hipoglikemia

Terapi :
 IVFD Dextrose 10% 20 tpm
 D40 % 50 cc/iv
 Inj.Ketororolac 30 mg/8 jam/iv
 Inj.Omeprazole 40 mg/12 jam/iv
 Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
 Inj. Parasetamol 1 gr/8 jam/iv (KP)

Rencana : Pro debridement


TANGGA PERJALANAN PENYAKIT PENATALAKSANAAN
L
S : Nyeri di luka operasi, - IVFD Nacl 0,9 % 28 tpm
O: KU: sakit sedang, compos - Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ i.v
mentis - Ketorolac 30 mg/ 8 jam i.v
TD 120/80 mmHg, N 88x/menit, - Omeprazole 40 mg/ 12 jam
15-12-2020
RR 20 x/menit, S 36.8◦ C i.v
Pedis dextra : Ulkus (+), darah (+), - Metronidazole 500 mg/8
Pus (+), Nyeri (+), ROM terbatas jam/iv
A:Post debridement diabetic of
foot

S : Nyeri di luka operasi, - IVFD Nacl 0,9 % 28 tpm


O: KU: sakit sedang, compos - Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ i.v
mentis - Ketorolac 30 mg/ 8 jam i.v
TD 110/80 mmHg, N 80x/menit, - Omeprazole 40 mg/ 12 jam
16-12-2020
RR 20 x/menit, S 36.5◦ C i.v
Pedis dextra : Ulkus (+), darah (+), - Metronidazole 500 mg/8
Pus (+), Nyeri (+), ROM terbatas jam/iv
A:Post debridement diabetic of -
foot

S : Nyeri di luka operasi, - IVFD Nacl 0,9 % 28 tpm


O: KU: sakit sedang, compos - Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ i.v
mentis - Ketorolac 30 mg/ 8 jam i.v
TD 120/70 mmHg, N 84x/menit, - Omeprazole 40 mg/ 12 jam
17-12-2020 RR 20 x/menit, S 36.5◦ C i.v
Pedis dextra : Ulkus (+), darah (-), -Metronidazole 500 mg/8
Pus (+), Nyeri (+), ROM terbatas jam/iv
A:Post debridement diabetic of
foot

S : Nyeri di luka operasi - IVFD Nacl 0,9 % 28 tpm


berkurang, - Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ i.v
O: KU: sakit sedang, compos - Ketorolac 30 mg/ 8 jam i.v
mentis - Omeprazole 40 mg/ 12 jam
TD 120/80 mmHg, N 80x/menit, i.v
18-12-2020
RR 20 x/menit, S 36.6◦ C Metronidazole 500 mg/8
Pedis dextra : Ulkus (+), darah (-), jam/iv
Pus (-) berkurang, Nyeri (+), ROM
BAB III

PEMBAHASAN

Ulkus kaki diabetic merupakan ulserasi pada kaki yang sering disertai dengan neuropati
dan atau penyakit arteri perifer ekstremitas bawah pada pasien diabetes. Trias klasik dari ulkus
kaki diabetic adalah neuropati, iskemik, dan infeksi. Menurunnya mekanisme metabolisme pada
pasien diabetes melitus meningkatkan risiko terjadinya infeksi dan buruknya penyembuhan luka.
Hal ini terjadi melalui mekanisme yang panjang yang mengakibatkan menurunnya respon sel dan
faktor pertumbuhan, menurunnya aliran darah ke perifer dan menurunnya angiogenesis lokal.
Oleh sebab itu, kaki mengalami kerusakan pada nervus perifer, penyakit vascular perifer,
ulserasi, deformitas dan gangrene.5
Penilaian dan klasifikasi ulkus diabetes sangat penting untuk membantu perencanaan
terapi dari berbagai pendekatan dan membantu memprediksi hasil. Beberapa sistem klasifikasi
ulkus telah dibuat yang didasarkan pada beberapa parameter yaitu luasnya infeksi, neuropati,
iskemia, kedalaman atau luasnya luka, dan lokasi. Sistem klasifikasi yang paling banyak
digunakan pada ulkus diabetes adalah Sistem Klasifikasi Ulkus Wagner-Meggit yang didasarkan
pada kedalaman luka dan terdiri dari 6 grade luka. 4

Tabel 2.1 Sistem Klasifikasi Ulkus Wagner-Meggit4

GRADE LESI
0 Tidak ada luka terbuka, mungkin terdapat deformitas atau selulitis
1 Ulkus diabetes superficial (partial atau full thickness)
Ulkus meluas sampai ligament, tendon, kaspsula sendi atau fasia
2
dalam tanpa abses atau osteomielitis
3 Ulkus dalam dengan abses, osteomielitis, atau sepsis sendi
4 Gangren yang terbatas pada kaki bagian depan atau tumit
5 Gangren yang meluas meliputi seluruh kaki

DM digolongkan atas DM tergantung insulin (DM tipe 1) dan DM tidak tergantung


insulin (DM tipe 2). DM tipe 2 yang tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan berbagai
komplikasi yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi kronis DM tipe 2 dapat
berupa komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular yang dapat menurunkan kualitas hidup
penderita. Penyebab utama kematian penyandang DM tipe 2 adalah komplikasi makrovaskular.
Komplikasi makrovaskular melibatkan pembuluh darah besar yaitu pembuluh darah koroner,
pembuluh darah otak dan pembuluh darah perifer. Mikrovaskular merupakan lesi spesifik
diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik), glomerulus ginjal
(nefropati diabetik) dan saraf-saraf perifer (neuropati diabetic). 6
Etiologi dari ulkus kaki diabetic adalah multifactor. Tidak ada satu pun faktor risiko yang
berdiri sendiri hingga menyebabkan terjadinya ulkus kaki. Beberapa komponen bersama-sama
menyebabkan terjadinya ulserasi.5Ada tiga faktor risiko terjadinya ulkus diabetic kaki yaitu
perifer vascular disease, neuropati dan deformitas pada kaki. 7
Merupakan perubahan pada mikrovaskular, meningkatnya permeabilitas,
ketidakseimbangan auto-regulasi aliran darah dan tonus vascular meningkatkan risiko terjadinya
ulkus kaki diabetic dan amputasi. Gangguan pada aliran darah umumnya paling sering terjadi
pada pasien dengan ulkus kaki diabetic. Pada penelitian yang dilakukan di Eropa, ditemukan
sekitar 50% pasien ulkus kaki diabetic mengalami perifer vascular disease. Laporan prevalensi
perifer vascular disease pada pasien diabetes dan pelaporan nasional tidak tercatat dengan baik.
Dari penelitian yang melibatkan pasien di pusat layanan primer, ditemukan satu dari tiga pasien
(melibatkan pasien berusia>50 tahun dengan diabetes atau riwayat merokok) mengalami perifer
artery disease.7
Neuropati perifer diabetic merupakan salah satu penyebabnya timbulnya onset ulkus kaki
diabetic. Meningkatnya risiko ulkus diabetic kaki tujuh kali lipat terjadi jika dibandingkan
dengan diabetes tanpa neuropati. Tanda-tanda neuropati (kehilangan sensasi sensorik, sensasi
geli, mati rasa, hiperestesia, kaki kering, dan kelemahan otot) terjadi pada 200 juta pasien di
seluruh dunia. Hal ini berarti 50% pasien diabetes diseluruh dunia mengalami neuropati.7
Timbulnya deformitas pada kaki bukan hanya muncul hammer toes dan hallux valgus
tetapi juga meliputi atrofi otot, terbatasnya mobilitas sendi, caput metatarsal tampak menonjol.
Secara nyata dapat terlihat pada Charcot artropati.7
Tujuan utama dalam penatalaksanaan ulkus diabetes adalah penutupan luka.
Penatalaksanaan ulkus diabetes secara garis besar ditentukan oleh derajat keparahan ulkus,
vaskularisasi dan adanya infeksi. Dasar dari perawatan ulkus diabetes meliputi 3 halyaitu
debridement, offloading dan kontrol infeksi. 4
Ulkus diabetes memungkinkan masuknya bakteri, serta menimbulkan infeksi pada luka.
Karena angka kejadian infeksi yang tinggi pada ulkus diabetes, maka diperlukan pendekatan
sistemik untuk penilaian yang lengkap. Diagnosis infeksi terutama berdasarkankeadaan klinis
seperti eritema, edema, nyeri, lunak, hangat dan keluarnya nanah dari luka. 4
Penggunaan balutan yang efeklif dan tepat menjadi bagian yang penting untukmemastikan
penanganan ulkus diabetes yang optimal. Pendapat mengenai lingkungansekitar luka yang bersih
dan lembab telah diterima luas. Keuntungan pendekatan ini yaitumencegah dehidrasi jaringan
dan kematian sel, akselerasi angiogenesis, danmemungkinkan interaksi antara faktor
pertumbuhan dengan sel target. Pendapat yangmenyatakan bahwa keadaan yang lembab dapat
meningkatkan kejadian infeksi tidak pernahditemukan. 4
Pada penderita diabetes, 1 diantara 20 penderita akan menderita ulkus pada kaki dan 1
diantara 100 penderita akan membutuhkan amputasi setiap tahun. Oleh karena itu, diabetes
merupakan faktor penyebab utama amputasi non trauma ekstremitas bawah di Amerika Serikat.
Amputasi kontralateral akan dilakukan pada 50 % penderita ini selama rentang 5 tahun ke
depan.4
Pencegahan dianggap sebagai elemen kunci dalam menghindari amputasi kaki. Pasien
diajarkan untuk memperhatikan kebersihan kaki, memeriksa kaki setiap hari, menggunakan alas
kaki yang tepat, mengobati segera jika terdapat luka, pemeriksaan rutin ke podiatri, termasuk
debridemen pada kapalan dan kuku kaki yang tumbuh ke dalam. Sepatu dengan sol yang mengu-
rangi tekanan kaki dan kotak yang melin-dungi kaki berisiko tinggi merupakan ele-men penting
dari program pencegahan.8
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan :

1. Penyakit diabetic foot masih cukup tinggi di Indonesia.Menurut data World Health
Organization (WHO), jumlah penyandang DM di Indonesia merupakan yang terbanyak
setelah India, China, dan Amerika Serikat. WHO memprediksi kenaikan jumlah
penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta
jiwa pada tahun 2030.
2. Tujuan utama dalam penatalaksanaan ulkus diabetes adalah penutupan luka.
Penatalaksanaan ulkus diabetes secara garis besar ditentukan oleh derajat keparahan
ulkus, vaskularisasi dan adanya infeksi. Dasar dari perawatan ulkus diabetes meliputi 3
halyaitu debridement, offloading dan kontrol infeksi.
3. Penegakan diagnosis dini dan penanganan tepat ulkus diabetes merupakan hal yang
penting untuk mencegah amputasi anggota gerak bawah dan menjaga kualitas hidup
penderita.
4. Pencegahan dianggap sebagai elemen kunci dalam menghindari amputasi kaki. Pasien
diajarkan untuk memperhatikan kebersihan kaki, memeriksa kaki setiap hari,
menggunakan alas kaki yang tepat, mengobati segera jika terdapat luka, pemeriksaan
rutin ke podiatri, termasuk debridemen pada kapalan dan kuku kaki yang tumbuh ke
dalam.
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia [DEPKES RI]. Pedoman pengendalian


diabetes melitus dan penyakit metabolik. Jakarta: Depkes RI, 2008
2. Purwanti, L.E dan Maghfirah.S. Faktor risiko komplikasi kronis (kaki diabetic) dalam
diabetes melitus tipe 2. The Indonesian journal of health science, 7(1), 2016
3. Istiqomah dan Efendi,A.A. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian ulkus kaki
diabetic pada pasien diabetes melitus di RSU Anutapura Palu. Media tadulako, jurnal
ilmiah kedokteran, 1(2), 2014
4. Hariani,L dan Perdanakusuma,D. Perawatan ulkus diabetes. Surabaya: divisi bedah
plastic FK Unair, 2008
5. Syafril, S. Pathophysiology diabetic foot ulcer. IOP conference series: earth and
environmental science, 2018
6. Edwina,D.A, Manaf,A dan Efrida. Pola komplikasi kronis penderita diabetes melius tipe
2 rawat inap di bagian penyakit dalam rs.dr.m.djamil padang januari 2011 – desember
2012. Jurnal kesehatan andalas, 4(1), 2015
7. Tang,U.H. The diabetic foot: assessment and assistive device, Gothenburg: Institute of
clinical science at Sahlgrenska academy, UoG, 2017
8. Langi,Y.A. Penatalaksanaan ulkus kaki diabetes secara terpadu. Jurnal biomedik, 3(2),
2011

Anda mungkin juga menyukai