Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa nifas alat alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat- alat genital sepenuhnya
disebut involusi. Selain involusi terjadi perubahan – perubahan seperti homokonsentrasi
dan timbulnya laktasi.
Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah
plasenta lahir, Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat. Uterus menyerupai buah advokat
gepeng berukuran panjang 15 cm, lebar 12 cm dan tebal 10 cm. Dinding uterus sendiri
kira – kira 5 cm, pada bekas implantasi plasenta lebih tipis daripada bagian –bagian
lainnya. Hari kelima post partum uterus kurang lebih 7 cm atas simfisis atau setengah
simfisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas simfisis atau setengah
simfisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas simfisis.
Pada ibu bersalin dengan sc mengalami beberapa tahapan dalam masa nifas
seperti pada ibu yang bersalin secara normal. Pada jaman ini persalinan dengan sc jauh
lebih aman daripada dulu, baik pada saat persalinan maupun masa nifas, semua ini berkat
adanya antibiotik, transfusi darah, anastesi dan teknik operasi yang lebih sempurna.
Seorang bidan harus mampu memberikan perawatan bagi ibu nifas dengan post sc dalam
meminimalkan komplikasi pada masa nifas.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Setelah mempelajari asuhan kebidanan pada wanita post partum dengan post sc
diharapkan mahasiswa kebidanan mampu memberikan asuhan kebidanan pada wanita
post sc.
1.2.2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari asuhan kebidanan pada wanita dengan post sc, diharapkan
mahasiswa mampu :
1.2.2.1. Melakukan pengkajian data untuk memperoleh data/ informasi yang
dibutuhkan pada wanita post sc.
1.2.2.2. Merumuskan identifikasi masalah/ diagnosa pada wanita dengan post sc
1.2.2.3. Merumuskan diagnosa dan masalah potensial pada wanita dengan post
sc.
1.2.2.4. Menilai adanya kebutuhan segera berdasarkan keadaan klien pada
wanita dengan post sc.

1
1.2.2.5. Melakukan perencanaan untuk tindakan yang komprehensif yang
dilakukan, didukung dengan penjelasan dan rasional pada wanita dengan
post sc.
1.2.2.6. Melakukan implementasi pada wanita dengan post sc.
1.2.2.7. Mengevaluasi keefektifan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada
wanita dengan post sc.
1.2.2.8. Mendokumentasikan asuhan kebidanan kesehatan reproduksi pada
wanita dengan post sc.
1.3. Metode Pembahasan
Makalah ini disusun dengan cara praktek kerja lapangan, studi kasus, konsultasi
dengan pembimbing ruangan, konsultasi dengan dosen pembimbing, studi pustaka dan
ceramah tanya jawab.

1.4. Ruang Lingkup


Laporan asuhan kebidanan wanita dengan post sc di Ruang bersalin RSUD Dr
Soegiri Lamongan.

1.5. Sistematika Penulisan


Dalam Penyusunan kebidanan ini dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, ruang
lingkup, metode pembahasan dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan teori tentang post sc
BAB III : Studi Kasus
BAB IV : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Seksio Sesarea

Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau seksio sesarea adalah suatu
histeritomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 2005: 133).
Sebelum keputusan untuk melakukan seksio sesarea diambil dipertimbangkan
secara teliti indikasi dengan resiko yang mungkin terjadi (perdarahan, cedera saluran
kemih, dan infeksi). Pertimbangan tersebut harus berdasarkan pertimbangan penilaian
pra-bedah secara lengkap, mengacu pada syarat-syarat pembedahan dan pembiusan.
2.2. Indikasi Seksio Sesarea
1. IBU :
 Disproporsi Kepala Panggul/CPD/FPD
 Disfungsi uterus
 Distosia jaringan lunak
 Plasenta previa
2. Anak
 Janin besar
 Gawat janin
 Letak lintang (Saifuddin,2005:536)
2.3. Tipe-tipe Operasi Seksio Sesarea
I. Abdomen (seksio sesarea Abdominalis)
a. Seksio sesarea transperitonealis
 Seksio sesarea klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada
korpus uteri.
 Seksio sesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada
segmen bawah rahim.
b. Seksio sesarea ekstraperitonealis
II. Vagina (SC vaginalis)
III. Menurut jurusan sayatan pada rahim seksio secarea dapat dilakukan
sebagai berikut :
a. Sayatan memanjang (longitidional) menurut kronig
b. Sayatan melintang (Transversal) menurut Kerr.
c. Sayatan huruf T (T-incision).

3
2.4. Komplikasi Seksio Sesarea
1. Infeksi Puerpural (nifas)
 Ringan dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
 Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut
sedikit gembung.
 Berat dengan peritonitis, sepsis, dan ileus paralitik. Hal ini sering dijumpai
pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal
karena ketuban yang telah pecah terlalu lama. Penanganannya adalah
dengan pemberian antibiotik secara teratur dan adekuat.
2. Perdarahan
 Banyak pembuluh darah terputus dan terbuka
 Atonia uteri
 Perdarahan pada plasental bed.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih
bila repetonialisasi terlalu tinggi
4. Ruptur uteri spontanea pada kehamilan mendatang
2.5. Nasehat-nasehat ibu post SC
a. Dianjurkan jangan hamil selama lebih kurang satu tahun, dengan memakai
kontrasepsi.
b. Kehamilan berikutnya hendaknya dengan antenatal yang baik.
c. Dianjurkan untuk bersalin di RS
d. Apakah persalinan berikutnya sc, semua tergantung dari indikasi SC dan keadaan
kehamilan berikutnya.

4
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian
No Register : 033977-2007
MKB : 12 agustus 2007 Pukul : 12.30 WIB
Tanggal Pengkajian : 14 agustus 2007 Pukul : 08.00 WIB

A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama Istri : Ny.” S” Nama Suami :Tn.”B”
Umur : 37 th Umur : 40 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ bangsa : Jawa Suku/bangsa : Jawa
Gravida/Para : P2032 Pendidikan : SMP
Pendidikan : SD Pekerjaan : Swasta
Pekerjaan : IRT Alamat :Payaman
Alamat : Mantup

2. Status Perkawinan
Perkawinan : ke-1 Usia saat kawin suami: 20 th
Usia saat kawin istri : 17 th Lama Perkawinan : 20 th

3. Riwayat kesehatan Kebidanan


Ibu mengatakan perutnya nyeri pada luka bekas operasi seksio secarea
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 th Bau : anyir

Siklus : 28 hari Dismenorhoe : hari pertama


Warna darah : merah kecoklatan HPHT : lupa
Lama : 5- 6 hari

5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Kehamilan Sekarang
 Trimester I : Hamil muda mengalami mual, pusing, dan nafsu makan
berkurang, ANC di bidan 1x mendapatkan obat cavilex.
 Trimester II : Keluhan pusing dan nyeri pada punggung, ANC di badan
mendapatkan obat cavilex dan TT ke-1.
 Trimester III : Hamil tua mengalami nyeri punggung, ANC di bidan 2x
mendapatkan obat cavilex dan TT ke-2.

b. Riwayat Kehamilan Yang Lalu

Ana UK Type Penolong Lama BB/PB L/ Umur Kead KB


k ke Pers Pers P skrg
1 abortus - - - - - - - -
2 abortus - - - - - - - -
3 abortus - - - - - - - -
5
4 abortus - - - - - - - -
5 9 bln Sc dokter - - P 2 th H Pill
6 9 bln sc dokter - 3500/50 P 2 Hari H -

c. Riwayat Persalinan Sekarang


 Kala I : Tanggal 12 agustus 2007 pukul 07.00 WIB ibu mulai merasakan
perutnya mules – mules dan ketuban pecah mekonium, palpasi TFU 36
cm. VT O 2 cm eff 75% ketuban – letak kepala puki HI, TD 120/70
mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,7 o c dirujuk oleh bidan Bidah ke RS
kesimpulan: GVIP1041 aterm/T/H/ intra uteri dengan KPD.

 Kala II
Tanggal 12 agustus 2007 jam 10.30 wib jenis persalinan SC dilakukan
oleh dokter SpOG. Bayi: BB = 3500 gram, PB = 50 cm, aterm tunggal
hidup, AS = 6-7, jenis kelamin perempuan, anus ada, tidak ada caput
succedaneum dan tidak ditemukan kelainan kongenital.

d. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


 Klien tidak pernah menderita dan tidak sedang menderita penyakit
menular (hepatitis dan TBC) dan penyakit menahun ( Diabetes millitus
dan hipertensi)
 Klien pernah operasi SC 2 tahun yang lalu.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga


 Keluarga klien tidak pernah menderita dan tidak sedang menderita
penyakit menular (hepatitis dan TBC) dan penyakit menahun ( Diabetes
millitus dan hipertensi)
 Keluarga Klien tidak mempunyai keturunan kembar

f. Pola Kebiasaan Sehari – hari


a. Pola Nutrisi
 Selama Hamil
Makan 3x/hari dengan porsi 1 piring sedang, komposisi nasi, sayur dan
lauk pauk bervariasi.
Minum 5-6 gelas/hari (1 gelas teh dan 5 gelas air putih)

 Di RS Hari 2 PP SC
Makan 3x /hari sesuai menu dan porsi yang disediakan di RS yaitu diit
bubur halus
Minum 5-6 gelas/hari (1 gelas teh dan 5 gelas air putih)

b. Pola Eliminasi
 Selama Hamil
BAK 5-6 x/ hari warna jernih, lancar dan tidak nyeri
BAB 1x/ hari warna kuning, konsistensi lunak dan tidak nyeri
 Di RS Hari 2 PP SC
Terpasang douwer cateter dengan urine tampung 1000cc, belum BAB.
Pasien sudah sering kentut.

c. Pola Aktivitas

6
 Selama Hamil
Ibu ikut arisan RT dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti
memasak, menyapu, dan mencuci.
 Di RS Hari 2 PP SC
Ibu mobilisasi tangan dan kaki digerakkan, miring ke kanan kekiri.

d. Pola Kebiasaan Yang Merugikan


 Selama Hamil
Ibu tidak mempunyai kebiasaan yang merugikan seperti merokok,
minum – minuman keras, minum obat – obatan terlarang dan minum
jamu.

 Di RS Hari 2 PP SC
Ibu tidak mempunyai kebiasaan yang merugikan seperti merokok,
minum – minuman keras, minum obat – obatan terlarang dan minum
jamu.

e. Pola Istirahat Tidur


Selama Hamil
Ibu tidur 6 – 7 jam/hari. 2 jam tidur siang dan 5 jam tidur malam

Di RS Hari 2 PP SC
Ibu tidur 7 – 8 jam/hari. 2 jam tidur siang dan 6 jam tidur malam

f. Pola Personal Hygiene


Selama Hamil
Mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, ganti baju dan celana dalam 2x/ hari
sesudah mandi.

Di RS Hari 2 PP SC
Diseka 2 kali/hari, ganti pembalut 2x/ hari. Ganti baju 2x/hari sesudah
diseka.

g. Riwayat Psikososial dan Budaya


 Non Verbal : Ibu sangat senang dengan kelahiran anaknya walaupun lewat
operasi dan merasa nyeri perut pada luka bekas operasi sc
Verbal :
o Persalinan ini sangat diharapkan mengingat ibu ingin punya 2 anak.
o Suami dan keluarga sangat senang dengan kehadiran si bayi,
mengingat suami dan keluarga sering menceritakan si kecil dan setia
menemani di rumah sakit.
o Ibu tinggal bersama suami, anak dan orang tuanya.
o Ibu berencana akan merawat bayinya sendiri, mengingat ibu tidak
bekerja.
o Ibu berencana akan menyusui bayinya selama 2 tahun
o Ibu sudah bisa memandikan bayi dan perawatan tali pusat mengingat
ibu sudah pernah punya anak.
o Ibu belum tahu tentang cara perawatan payudara dan cara menyusui
yang benar.
o Ibu belum tahu tentang personal hygiene, aktivitas, istirahat,
hubungan seksual dan perawatan luka bekas operasi..

7
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum : Cukup
 Kesadaran : Compos metis TD :110/70 mmHg
 Nadi : 80 x/ menit Suhu : 36,5 o C
 TFU 3 jari dibawah pusat,
 Kontraksi uterus baik dan mengeras
 Lochea rubra keluar darah berwarna merah
 Luka operasi tertutup kassa hepafix, douwer cateter terpasang dengan urine
tampung 1000 cc.

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Warna rambut hitam, lurus, panjang, distribusi merata, tidak ada luka, bersih dan
tidak berketombe.

Muka
Tidak ada oedema dan cloasma gravidarum
Mata
Tidak terlihat adanya ptosis,brill hematoma,warna sklera putih terdapat gambaran
tipis pembuluh darah, conjungtiva berwarna merah muda.

Hidung
Tidak ditemukan pernafasan cuping hidung, mukosa lembab, tidak ada polip.

Mulut
bibir lembab kecoklatan, tidak ditemukan cianosis. Gigi tidak ada caries, tidak ada
gigi palsu, lidah lembab, tidak berslag, tidak hiperemi dan tidak tremor.

Telinga
Tidak ada kelainan kulit, mukosa lembab,terdapat serumen, tidak ada benjolan
abnormal, tidak ada benda asing dan cairan.

Leher
Tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan lymfe

Payudara
Simetris, adanya hiperpigmentasi, puting susu menonjol, kolostrum belum keluar,
tidak ada dekil pada puting, tidak ada benjolan yang abnormal dan mencurigakan dan
konsistensinya padat

Perut
Ada bekas operasi sc tertutup kassa hepafix, ada strie albican dan linea nigra
kontraksi uterus baik konsistensi keras, TFU 2 jari dibawah pusat, dan perut
berbentuk datar tapi masih sedikit menonjol, ada bising usus.

8
Genitourinaria
Vulva dan vagina tidak ada oedema, tidak ditemukan varices, tidak ditemukan
benjolan abnormal, keluar lochea rubra, anus tidak ada hemorroid, terpasang douwer
cateter dengan urine tampung 1000 cc.

Ekstremitas
Tidak ada oedema dan varices, terpasang infus RL di tangan kanan atas.
3. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 9 gr %
Terapi : terpasang infus RL 1000 cc/24 jam
Injeksi cefotaxim 3 x 1 g/iv
II. Interpretasi Data Dasar
Dx : P2042 PP dengan Post SC Hari ke-2
DS : Ibu mengatakan perutnya nyeri pada luka bekas operasi seksio secarea
DO :
 Keadaan umum : Cukup
 Kesadaran : Compos metis TD :110/70 mmHg
 Nadi : 80 x/ menit Suhu : 36,5 o C
 HB : 9 gr %.
 TFU 3 jari dibawah pusat,
 Kontraksi uterus baik dan mengeras
 Lochea rubra keluar darah berwarna merah
 Luka operasi tertutup kassa hepafix, douwer cateter terpasang dengan urine
tampung 1000 cc

III. Antisipasi Masalah Potensial


Infeksi Febris Purpuralis

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


Tidak ada

V. Perencanaan Menyeluruh
Dx : P2042 PP dengan Post SC Hari ke-2
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan dalam waktu 3 x 24
jam masa nifas dapat berjalan normal dengan kriteria hasil :
 Keadaan umum: baik kontraksi uterus baik dan mengeras
 TD : 110-130/60-90 mmHg TFU 3 jari bawah pusat
 Nadi: 80-100 x/menit Lochea rubra
 RR : 16-24x/menit.
 Ibu mampu melakukan perawatan luka operasi dan tidak ada pus
(nanah)
 Nyeri perut luka bekas sc berkurang sampai hilang.

9
Intervensi :
1. Ciptakan suasana terapeutik
R/ pasien lebih kooperatif dan dapat bekerja sama dengan baik.
2. Anjurkan pada ibu mobilisasi miring kekanan kekiri
R/ mobilisasi melancarkan peredaran darah dalam mencegah adanya tromboli dan
trombosis.
3. Observasi luka operasi
R/ Mencegah perkembangan mikroorganisme penyebab infeksi.
4. Observasi nyeri luka post SC
R/ Luka bekas SC rawan terjadinya infeksi
5. Observasi involusi uteri tiap hari
R/ Involusi uteri merupakan pengembalian kembali otot – otot rahim.
6. Observasi intake output
R/ input dan output yang tidak seimbang dapat menyebabkan kekurangan cairan
tubuh.
7. Observasi TTV tiap 8 jam
R/ Suhu > 37,5 o c merupakan tanda dan gejala adanya infeksi.
8. Lanjutkan terapi dokter kandungan dalam pemberian terapi
R/ Inj Cefotaxim 1 gr/iv sebagai antibiotik untuk mencegah infeksi
Infus RL 1000 cc / 24 jam sebagai cairan tubuh untuk mencegah adanya
dehidrasi.
Douwer cateter sebagai tempat penampung urine sementara waktu.

9. Berikan diit TKTP secara bertahap


R/ TKTP merupakan sumber energi dan daya tahn tubuh terhadap bibit penyakit.

VI. Implementasi
Dx : P2042 PP dengan Post SC Hari ke-2
No Tanggal/jam Implementasi
14-08-2007
1 Menciptakan suasana terapeutik
pkl 08.00
14-08-2007
2 Menganjurkan pada ibu mobilisasi miring kekanan kekiri
pkl. 09.00
14-08-2007
3 Observasi luka operasi
pkl. 10.00
14-08-2007
4 Observasi nyeri luka post SC
pkl. 10.30
Observasi involusi uteri tiap hari
14-08-2007  TFU 3 jari bawah pusat
5
pkl. 11.00  kontraksi uters baik dan mengeras
 lochea rubra berwarna merah
Observasi intake output Infus RL 1000 cc/24 jam dan urin
14-08-2007 tampung pada douwer cateter 1000 cc
6
pkl. 11.20

10
Observasi TTV tiap 8 jam
14-08-2007  TD :110/70 mmHg
7
pkl. 11.30  Nadi : 80 x/ menit
 Suhu : 36,5 o C
Melanjutkan terapi dokter kandungan dalam pemberian terapi
14-08-2007 R/ Infus RL 1000 cc/24 jam
8
pkl.12.00 injeksi cefotaxim 1 g/ iv
Douwer cateter
14-08-2007 Memberikan diit TKTP secara bertahap
9
pkl. 13.00 (Bubur halus-bubur kasar dan nasi)

VII. Evaluasi
Tanggal 15 agustus 2007 Pukul : 08.00 WIB
S : Ibu mengatakan nyeri perut sudah berkurang dan sudah duduk.
O :
 Keadaan umum : Cukup TD :110/70 mmHg
 Kesadaran : Compos metis Nadi : 80 x/ menit

 Suhu : 36,5 o C HB : 9 gr %
 TFU 3 jari bawah pusat
 Kontraksi uters baik dan mengeras
 Lochea rubra berwarna merah
 Luka operasi tertutup kassa hepafix

A : P2042 PP dengan Post SC Hari ke-3


P :
Anjurkan pada ibu untuk mobilisasi jalan
Lakukan perawatan payudara
Motivasi menyusui bayinya sesering mungkin
Motivasi personal hygiene
Anjurkan pada ibu untuk banyak makan dan minum
Konsultasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi
 Lepaskan douwer cateter dan infus
 diit nasi
I :
Menganjurkan pada ibu untuk mobilisasi jalan
Melakukan perawatan payudara
Memotivasi menyusui bayinya sesering mungkin minimal setiap 2 jam sekali.
Memotivasi personal hygiene
Menganjurkan pada ibu untuk banyak makan dan minum
Konsultasi dengan dokter SpOG dalam pemberian terapi
 melepaskan douwer cateter dan infus jam 10.00 WIB
 memberikan diit nasi

Tanggal 16 agustus 2007 Pukul : 08.00 WIB


S : Ibu mengatakan sudah melakukan mobilisasi duduk, jalan dan ingin pulang
dengan membawa anaknya.
O :
 Keadaan umum : Cukup
 Kesadaran : Compos metis TD :110/70 mmHg
 Nadi : 80 x/menit Suhu : 36,5 o C
11
 HB : 9 gr %
 TFU 3 jari bawah pusat
 Kontraksi uters baik dan mengeras
 Lochea rubra berwarna merah
 Luka operasi tertutup kassa hepafix

A : P2042 PP dengan Post SC Hari ke-2


P :
 Perawatan luka operasi
 Ajarkan ibu mengenali tanda- tanda bahaya masa nifas
 Ajarkan ibu mengenali tanda-tanda bahaya masa bayi
 Ajarkan pada ibu cara menyusui yang benar
 Berikan health education :
o Nutrisi
o Perawatan payudara dan luka perineum.
o Personal hygine, istirahat, aktivitas dan hubungan seksual.
 Anjurkan segera ikut KB
 Pro-pulang
 Anjurkan pada ibu kontrol 1 minggu lagi dengan membawa bayinya atau bila ada
tanda – tanda bahaya.

I :
 Mengajarkan ibu mengenali tanda- tanda bahaya masa nifas (perdarahan, nyeri
punggung, demam, nyeri tangkai, dekompensasi, sesak nafas)
 Mengajarkan pada ibu mengenali tanda-tanda bahaya masa bayi
(kuning,diare,muntah, panas dan sesak nafas)
 Mengajarkan pada ibu cara menyusui yang benar
 Memberikan health education :
o Nutrisi (diit TKTP : nasi, lauk-pauk, sayur dan buah)
o Perawatan payudara (membersihkan dengan air hangat jangan dengan
sabun)
o Luka perineum (kassa steril yang diberi dengan betadine)
o Personal hygine (mandi 2x, ganti baju tiap hari, dan gosok gigi sesudah
makan dan sebelum tidur)
o Istirahat (tidur 6-7 jam/hari)
o Aktivitas (aktifitas yang ringan misal menyapu)
o Hubungan seksual (dilakukan setelah melewati masa nifas)
 Menganjurkan segera ikut KB (pill, suntik, implant, dan IUD)
 Menganjurkan pada ibu kontrol 1 minggu lagi dengan membawa bayinya atau
bila ada tanda – tanda bahaya.
 Ibu pulang jam 13.00 wib.

12
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau seksio sesarea adalah suatu
histeritomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
Indikasi Seksio Sesarea : ibu (disproporsi kepala panggul/CPD/FPD, disfungsi
uterus, distosia jaringan lunak, plasenta previa) dan anak (janin besar, gawat janin, letak
lintang). Tipe-tipe Operasi Seksio Sesarea : Abdomen dan vagina. Menurut jurusan
sayatan pada rahim seksio secarea dapat dilakukan sebagai berikut sayatan memanjang
(longitidional) menurut kronig, sayatan melintang (Transversal) menurut Kerr. Dan
sayatan huruf T (T-incision).
Komplikasi seksio sesarea antara lain : infeksi puerpural (nifas), perdarahan, luka
kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila repetonialisasi terlalu
tinggi dan ruptur uteri spontanea pada kehamilan mendatang
Nasehat-nasehat ibu post SC, antara lain dianjurkan jangan hamil selama lebih
kurang satu tahun, dengan memakai kontrasepsi, kehamilan berikutnya hendaknya
dengan antenatal yang baik, dianjurkan untuk bersalin di RS, persalinan berikutnya sc,
semua tergantung dari indikasi SC dan keadaan kehamilan berikutnya.

4.2. Saran
4.2.1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa hendaknya dapat mengaplikasikan antara ilmu pengetahuan logika
dan ilmu dalam melaksanakan dan menerapkan asuhan kebidanan yang baik dan benar.
4.2.2. Bagi latihan praktek
Dapat menyesuaikan antara teori dan praktek terutama dalam asuhan kebidanan
pada ibu post partum dengan sisa plasenta dapat meningkatkan pelayanan terutama dalam
mencegah kematian pada ibu.
4.2.3. Bagi institusi pendidikan
Dapat menambah wawasan tentang asuhan kebidanan dan dapat memperbanyak
dan menggandakan sebagian fasilitas perpustakaan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Gde M. I.B, 2005. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.
Mochtar R, 2003. Sinopsis Obstetri Jilid II; hal 133. EGC. Jakarta.
Saifuddin, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal. Departemen
Kesehatan Jakarta.
Sarwono P, 2005. Ilmu Kebidanan. EGC. Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai