PENDAHULUAN
Masa nifas alat alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat- alat genital sepenuhnya
disebut involusi. Selain involusi terjadi perubahan – perubahan seperti homokonsentrasi
dan timbulnya laktasi.
Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah
plasenta lahir, Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat. Uterus menyerupai buah advokat
gepeng berukuran panjang 15 cm, lebar 12 cm dan tebal 10 cm. Dinding uterus sendiri
kira – kira 5 cm, pada bekas implantasi plasenta lebih tipis daripada bagian –bagian
lainnya. Hari kelima post partum uterus kurang lebih 7 cm atas simfisis atau setengah
simfisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas simfisis atau setengah
simfisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas simfisis.
Pada ibu bersalin dengan sc mengalami beberapa tahapan dalam masa nifas
seperti pada ibu yang bersalin secara normal. Pada jaman ini persalinan dengan sc jauh
lebih aman daripada dulu, baik pada saat persalinan maupun masa nifas, semua ini berkat
adanya antibiotik, transfusi darah, anastesi dan teknik operasi yang lebih sempurna.
Seorang bidan harus mampu memberikan perawatan bagi ibu nifas dengan post sc dalam
meminimalkan komplikasi pada masa nifas.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Setelah mempelajari asuhan kebidanan pada wanita post partum dengan post sc
diharapkan mahasiswa kebidanan mampu memberikan asuhan kebidanan pada wanita
post sc.
1.2.2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari asuhan kebidanan pada wanita dengan post sc, diharapkan
mahasiswa mampu :
1.2.2.1. Melakukan pengkajian data untuk memperoleh data/ informasi yang
dibutuhkan pada wanita post sc.
1.2.2.2. Merumuskan identifikasi masalah/ diagnosa pada wanita dengan post sc
1.2.2.3. Merumuskan diagnosa dan masalah potensial pada wanita dengan post
sc.
1.2.2.4. Menilai adanya kebutuhan segera berdasarkan keadaan klien pada
wanita dengan post sc.
1
1.2.2.5. Melakukan perencanaan untuk tindakan yang komprehensif yang
dilakukan, didukung dengan penjelasan dan rasional pada wanita dengan
post sc.
1.2.2.6. Melakukan implementasi pada wanita dengan post sc.
1.2.2.7. Mengevaluasi keefektifan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada
wanita dengan post sc.
1.2.2.8. Mendokumentasikan asuhan kebidanan kesehatan reproduksi pada
wanita dengan post sc.
1.3. Metode Pembahasan
Makalah ini disusun dengan cara praktek kerja lapangan, studi kasus, konsultasi
dengan pembimbing ruangan, konsultasi dengan dosen pembimbing, studi pustaka dan
ceramah tanya jawab.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau seksio sesarea adalah suatu
histeritomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 2005: 133).
Sebelum keputusan untuk melakukan seksio sesarea diambil dipertimbangkan
secara teliti indikasi dengan resiko yang mungkin terjadi (perdarahan, cedera saluran
kemih, dan infeksi). Pertimbangan tersebut harus berdasarkan pertimbangan penilaian
pra-bedah secara lengkap, mengacu pada syarat-syarat pembedahan dan pembiusan.
2.2. Indikasi Seksio Sesarea
1. IBU :
Disproporsi Kepala Panggul/CPD/FPD
Disfungsi uterus
Distosia jaringan lunak
Plasenta previa
2. Anak
Janin besar
Gawat janin
Letak lintang (Saifuddin,2005:536)
2.3. Tipe-tipe Operasi Seksio Sesarea
I. Abdomen (seksio sesarea Abdominalis)
a. Seksio sesarea transperitonealis
Seksio sesarea klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada
korpus uteri.
Seksio sesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada
segmen bawah rahim.
b. Seksio sesarea ekstraperitonealis
II. Vagina (SC vaginalis)
III. Menurut jurusan sayatan pada rahim seksio secarea dapat dilakukan
sebagai berikut :
a. Sayatan memanjang (longitidional) menurut kronig
b. Sayatan melintang (Transversal) menurut Kerr.
c. Sayatan huruf T (T-incision).
3
2.4. Komplikasi Seksio Sesarea
1. Infeksi Puerpural (nifas)
Ringan dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan perut
sedikit gembung.
Berat dengan peritonitis, sepsis, dan ileus paralitik. Hal ini sering dijumpai
pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal
karena ketuban yang telah pecah terlalu lama. Penanganannya adalah
dengan pemberian antibiotik secara teratur dan adekuat.
2. Perdarahan
Banyak pembuluh darah terputus dan terbuka
Atonia uteri
Perdarahan pada plasental bed.
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih
bila repetonialisasi terlalu tinggi
4. Ruptur uteri spontanea pada kehamilan mendatang
2.5. Nasehat-nasehat ibu post SC
a. Dianjurkan jangan hamil selama lebih kurang satu tahun, dengan memakai
kontrasepsi.
b. Kehamilan berikutnya hendaknya dengan antenatal yang baik.
c. Dianjurkan untuk bersalin di RS
d. Apakah persalinan berikutnya sc, semua tergantung dari indikasi SC dan keadaan
kehamilan berikutnya.
4
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian
No Register : 033977-2007
MKB : 12 agustus 2007 Pukul : 12.30 WIB
Tanggal Pengkajian : 14 agustus 2007 Pukul : 08.00 WIB
A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama Istri : Ny.” S” Nama Suami :Tn.”B”
Umur : 37 th Umur : 40 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ bangsa : Jawa Suku/bangsa : Jawa
Gravida/Para : P2032 Pendidikan : SMP
Pendidikan : SD Pekerjaan : Swasta
Pekerjaan : IRT Alamat :Payaman
Alamat : Mantup
2. Status Perkawinan
Perkawinan : ke-1 Usia saat kawin suami: 20 th
Usia saat kawin istri : 17 th Lama Perkawinan : 20 th
5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Kehamilan Sekarang
Trimester I : Hamil muda mengalami mual, pusing, dan nafsu makan
berkurang, ANC di bidan 1x mendapatkan obat cavilex.
Trimester II : Keluhan pusing dan nyeri pada punggung, ANC di badan
mendapatkan obat cavilex dan TT ke-1.
Trimester III : Hamil tua mengalami nyeri punggung, ANC di bidan 2x
mendapatkan obat cavilex dan TT ke-2.
Kala II
Tanggal 12 agustus 2007 jam 10.30 wib jenis persalinan SC dilakukan
oleh dokter SpOG. Bayi: BB = 3500 gram, PB = 50 cm, aterm tunggal
hidup, AS = 6-7, jenis kelamin perempuan, anus ada, tidak ada caput
succedaneum dan tidak ditemukan kelainan kongenital.
Di RS Hari 2 PP SC
Makan 3x /hari sesuai menu dan porsi yang disediakan di RS yaitu diit
bubur halus
Minum 5-6 gelas/hari (1 gelas teh dan 5 gelas air putih)
b. Pola Eliminasi
Selama Hamil
BAK 5-6 x/ hari warna jernih, lancar dan tidak nyeri
BAB 1x/ hari warna kuning, konsistensi lunak dan tidak nyeri
Di RS Hari 2 PP SC
Terpasang douwer cateter dengan urine tampung 1000cc, belum BAB.
Pasien sudah sering kentut.
c. Pola Aktivitas
6
Selama Hamil
Ibu ikut arisan RT dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti
memasak, menyapu, dan mencuci.
Di RS Hari 2 PP SC
Ibu mobilisasi tangan dan kaki digerakkan, miring ke kanan kekiri.
Di RS Hari 2 PP SC
Ibu tidak mempunyai kebiasaan yang merugikan seperti merokok,
minum – minuman keras, minum obat – obatan terlarang dan minum
jamu.
Di RS Hari 2 PP SC
Ibu tidur 7 – 8 jam/hari. 2 jam tidur siang dan 6 jam tidur malam
Di RS Hari 2 PP SC
Diseka 2 kali/hari, ganti pembalut 2x/ hari. Ganti baju 2x/hari sesudah
diseka.
7
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Compos metis TD :110/70 mmHg
Nadi : 80 x/ menit Suhu : 36,5 o C
TFU 3 jari dibawah pusat,
Kontraksi uterus baik dan mengeras
Lochea rubra keluar darah berwarna merah
Luka operasi tertutup kassa hepafix, douwer cateter terpasang dengan urine
tampung 1000 cc.
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Warna rambut hitam, lurus, panjang, distribusi merata, tidak ada luka, bersih dan
tidak berketombe.
Muka
Tidak ada oedema dan cloasma gravidarum
Mata
Tidak terlihat adanya ptosis,brill hematoma,warna sklera putih terdapat gambaran
tipis pembuluh darah, conjungtiva berwarna merah muda.
Hidung
Tidak ditemukan pernafasan cuping hidung, mukosa lembab, tidak ada polip.
Mulut
bibir lembab kecoklatan, tidak ditemukan cianosis. Gigi tidak ada caries, tidak ada
gigi palsu, lidah lembab, tidak berslag, tidak hiperemi dan tidak tremor.
Telinga
Tidak ada kelainan kulit, mukosa lembab,terdapat serumen, tidak ada benjolan
abnormal, tidak ada benda asing dan cairan.
Leher
Tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan lymfe
Payudara
Simetris, adanya hiperpigmentasi, puting susu menonjol, kolostrum belum keluar,
tidak ada dekil pada puting, tidak ada benjolan yang abnormal dan mencurigakan dan
konsistensinya padat
Perut
Ada bekas operasi sc tertutup kassa hepafix, ada strie albican dan linea nigra
kontraksi uterus baik konsistensi keras, TFU 2 jari dibawah pusat, dan perut
berbentuk datar tapi masih sedikit menonjol, ada bising usus.
8
Genitourinaria
Vulva dan vagina tidak ada oedema, tidak ditemukan varices, tidak ditemukan
benjolan abnormal, keluar lochea rubra, anus tidak ada hemorroid, terpasang douwer
cateter dengan urine tampung 1000 cc.
Ekstremitas
Tidak ada oedema dan varices, terpasang infus RL di tangan kanan atas.
3. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 9 gr %
Terapi : terpasang infus RL 1000 cc/24 jam
Injeksi cefotaxim 3 x 1 g/iv
II. Interpretasi Data Dasar
Dx : P2042 PP dengan Post SC Hari ke-2
DS : Ibu mengatakan perutnya nyeri pada luka bekas operasi seksio secarea
DO :
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Compos metis TD :110/70 mmHg
Nadi : 80 x/ menit Suhu : 36,5 o C
HB : 9 gr %.
TFU 3 jari dibawah pusat,
Kontraksi uterus baik dan mengeras
Lochea rubra keluar darah berwarna merah
Luka operasi tertutup kassa hepafix, douwer cateter terpasang dengan urine
tampung 1000 cc
V. Perencanaan Menyeluruh
Dx : P2042 PP dengan Post SC Hari ke-2
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan dalam waktu 3 x 24
jam masa nifas dapat berjalan normal dengan kriteria hasil :
Keadaan umum: baik kontraksi uterus baik dan mengeras
TD : 110-130/60-90 mmHg TFU 3 jari bawah pusat
Nadi: 80-100 x/menit Lochea rubra
RR : 16-24x/menit.
Ibu mampu melakukan perawatan luka operasi dan tidak ada pus
(nanah)
Nyeri perut luka bekas sc berkurang sampai hilang.
9
Intervensi :
1. Ciptakan suasana terapeutik
R/ pasien lebih kooperatif dan dapat bekerja sama dengan baik.
2. Anjurkan pada ibu mobilisasi miring kekanan kekiri
R/ mobilisasi melancarkan peredaran darah dalam mencegah adanya tromboli dan
trombosis.
3. Observasi luka operasi
R/ Mencegah perkembangan mikroorganisme penyebab infeksi.
4. Observasi nyeri luka post SC
R/ Luka bekas SC rawan terjadinya infeksi
5. Observasi involusi uteri tiap hari
R/ Involusi uteri merupakan pengembalian kembali otot – otot rahim.
6. Observasi intake output
R/ input dan output yang tidak seimbang dapat menyebabkan kekurangan cairan
tubuh.
7. Observasi TTV tiap 8 jam
R/ Suhu > 37,5 o c merupakan tanda dan gejala adanya infeksi.
8. Lanjutkan terapi dokter kandungan dalam pemberian terapi
R/ Inj Cefotaxim 1 gr/iv sebagai antibiotik untuk mencegah infeksi
Infus RL 1000 cc / 24 jam sebagai cairan tubuh untuk mencegah adanya
dehidrasi.
Douwer cateter sebagai tempat penampung urine sementara waktu.
VI. Implementasi
Dx : P2042 PP dengan Post SC Hari ke-2
No Tanggal/jam Implementasi
14-08-2007
1 Menciptakan suasana terapeutik
pkl 08.00
14-08-2007
2 Menganjurkan pada ibu mobilisasi miring kekanan kekiri
pkl. 09.00
14-08-2007
3 Observasi luka operasi
pkl. 10.00
14-08-2007
4 Observasi nyeri luka post SC
pkl. 10.30
Observasi involusi uteri tiap hari
14-08-2007 TFU 3 jari bawah pusat
5
pkl. 11.00 kontraksi uters baik dan mengeras
lochea rubra berwarna merah
Observasi intake output Infus RL 1000 cc/24 jam dan urin
14-08-2007 tampung pada douwer cateter 1000 cc
6
pkl. 11.20
10
Observasi TTV tiap 8 jam
14-08-2007 TD :110/70 mmHg
7
pkl. 11.30 Nadi : 80 x/ menit
Suhu : 36,5 o C
Melanjutkan terapi dokter kandungan dalam pemberian terapi
14-08-2007 R/ Infus RL 1000 cc/24 jam
8
pkl.12.00 injeksi cefotaxim 1 g/ iv
Douwer cateter
14-08-2007 Memberikan diit TKTP secara bertahap
9
pkl. 13.00 (Bubur halus-bubur kasar dan nasi)
VII. Evaluasi
Tanggal 15 agustus 2007 Pukul : 08.00 WIB
S : Ibu mengatakan nyeri perut sudah berkurang dan sudah duduk.
O :
Keadaan umum : Cukup TD :110/70 mmHg
Kesadaran : Compos metis Nadi : 80 x/ menit
Suhu : 36,5 o C HB : 9 gr %
TFU 3 jari bawah pusat
Kontraksi uters baik dan mengeras
Lochea rubra berwarna merah
Luka operasi tertutup kassa hepafix
I :
Mengajarkan ibu mengenali tanda- tanda bahaya masa nifas (perdarahan, nyeri
punggung, demam, nyeri tangkai, dekompensasi, sesak nafas)
Mengajarkan pada ibu mengenali tanda-tanda bahaya masa bayi
(kuning,diare,muntah, panas dan sesak nafas)
Mengajarkan pada ibu cara menyusui yang benar
Memberikan health education :
o Nutrisi (diit TKTP : nasi, lauk-pauk, sayur dan buah)
o Perawatan payudara (membersihkan dengan air hangat jangan dengan
sabun)
o Luka perineum (kassa steril yang diberi dengan betadine)
o Personal hygine (mandi 2x, ganti baju tiap hari, dan gosok gigi sesudah
makan dan sebelum tidur)
o Istirahat (tidur 6-7 jam/hari)
o Aktivitas (aktifitas yang ringan misal menyapu)
o Hubungan seksual (dilakukan setelah melewati masa nifas)
Menganjurkan segera ikut KB (pill, suntik, implant, dan IUD)
Menganjurkan pada ibu kontrol 1 minggu lagi dengan membawa bayinya atau
bila ada tanda – tanda bahaya.
Ibu pulang jam 13.00 wib.
12
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau seksio sesarea adalah suatu
histeritomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
Indikasi Seksio Sesarea : ibu (disproporsi kepala panggul/CPD/FPD, disfungsi
uterus, distosia jaringan lunak, plasenta previa) dan anak (janin besar, gawat janin, letak
lintang). Tipe-tipe Operasi Seksio Sesarea : Abdomen dan vagina. Menurut jurusan
sayatan pada rahim seksio secarea dapat dilakukan sebagai berikut sayatan memanjang
(longitidional) menurut kronig, sayatan melintang (Transversal) menurut Kerr. Dan
sayatan huruf T (T-incision).
Komplikasi seksio sesarea antara lain : infeksi puerpural (nifas), perdarahan, luka
kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila repetonialisasi terlalu
tinggi dan ruptur uteri spontanea pada kehamilan mendatang
Nasehat-nasehat ibu post SC, antara lain dianjurkan jangan hamil selama lebih
kurang satu tahun, dengan memakai kontrasepsi, kehamilan berikutnya hendaknya
dengan antenatal yang baik, dianjurkan untuk bersalin di RS, persalinan berikutnya sc,
semua tergantung dari indikasi SC dan keadaan kehamilan berikutnya.
4.2. Saran
4.2.1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa hendaknya dapat mengaplikasikan antara ilmu pengetahuan logika
dan ilmu dalam melaksanakan dan menerapkan asuhan kebidanan yang baik dan benar.
4.2.2. Bagi latihan praktek
Dapat menyesuaikan antara teori dan praktek terutama dalam asuhan kebidanan
pada ibu post partum dengan sisa plasenta dapat meningkatkan pelayanan terutama dalam
mencegah kematian pada ibu.
4.2.3. Bagi institusi pendidikan
Dapat menambah wawasan tentang asuhan kebidanan dan dapat memperbanyak
dan menggandakan sebagian fasilitas perpustakaan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Gde M. I.B, 2005. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.
Mochtar R, 2003. Sinopsis Obstetri Jilid II; hal 133. EGC. Jakarta.
Saifuddin, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal. Departemen
Kesehatan Jakarta.
Sarwono P, 2005. Ilmu Kebidanan. EGC. Jakarta.
14