Anda di halaman 1dari 10

PENGENDALIAN TEMPERATUR PENGERING

PADA BIJIAN BIJIAN

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh
Taufan Sugiarto
NIM 151710201121

Pembimbing:
Dosen Pembimbing Utama : Dr. Siswoyo Soekarno, S.TP., M.Eng.

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Taufan Suugiarto

NIM : 151710201121

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penelitian proposal yang


berjudul “PENGENDALIAN TEMPERATUR PENGERING PADA BIJI
BIJIAN” adalah benar-benar karya sendiri, kecuali kutipan yang sudah sebutkan
sumbernya,belum pernah diajukan pada institusi manapun, dan bukan karya
jiblakan,.saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya dengan
sekap ilmiah yang hars dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya, tanpa ada tekanan


dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapatkan sanksi akademik
dika kemudian hari pernyataan ini tidak benar

Jember, 22 April 2022

Yang menyatakan,

Taufan Sugiarto
NIM: 151710201121
PENGESAHAN

Judul Penelitian: Pengendalian Temperatur Pengering Pada Bijian Bijian

1. Pelaksana Kegiatan
a. Nama : Taufan Sugiarto
b. NIM : 151710201121
c. Jurusan : TEP
d. Alamat : Jl. Nusa Indah 3 No 59 Jember
e. No. HP : 085338755487
2. Waktu Peneitian:
3. Dosen Pembimbing: Dr. Siswoyo Soekarno, S.TP., M.Eng.

Jember, 22 April 2022


Yang menyatakan

Taufan Sugiarto
NIM. 151710201121
Menyetujui,

DPU

Dr. Siswoyo Soekarno, S.TP., M.Eng.

NIP. 196809231994031009
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengeringan adalah proses pemindahan atau pengeluaran kandungan air
bahan hingga mencapai kandungan air tertentu. Pengeringan makanan memiliki
dua tujuan utama yaitu sebagai sarana memperpanjang uur simpan dengan cara
mengurangi kadar air makanan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme
pembusuk dan meminimalkan biaya distribusi bahan makanan karena berat dan
ukuran makanan menjadi lebih rendah (Napitupulu dkk, 2012). Hasil pertanian
setelah dipanen merupakan bahan biologis yang masih memiliki kandungan air
yang tinggi. Oleh sebab itu, bahan tersebut masih akan melangsungkan proses
kehidupan yang jika tidak dikendalikan akan dapat menurunkan mutunya sendiri.
Kerusakan hasil pertanian dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor dalam
(internal) dan faktor luar (eksternal).
Kerusakan tersebut mengakibatkan penurunan mutu baik secara kuantitatif
maupun kualitatif yang berupa susut berat karena rusak, memar, cacat dan lain-
lain. Penanganan pasca panen secara garis besar dapat meningkatkan daya
gunanya sehingga lebih bermanfaat bagi kesejahteraan manusia. Hal ini dapat
ditempuh dengan cara mempertahankan kesegaran atau mengawetkannya dalam
bentuk asli maupun olahan sehingga dapat tersedia sepanjang waktu sampai ke
tangan konsumen dalam kondisi yang dikehendaki konsumen. Salah satu kegiatan
yang dapat memperpanjang daya simpan hasil pertanian adalah dengan
pengeringan. Pengeringan merupakan usaha untuk menurunkan kadar air sampai
batas tertentu sehingga reaksi biologis terhenti dan mikroorganisme serta serangga
tidak bisa hidup di dalamnya.
Pengeringan jagung dapat dibedakan menjadi dua tahapan yaitu pengeringan
dalam bentuk gelondong dan pengeringan butiran setelah jagung dipipil.
Fenomena yang terjadi pada kebanyakan masyarakat pedesaan melakukan
pengeringan biji-bijian hasil pertanian dengan menggunakan energi dari sinar
matahari dan dihamparkan di halaman atau penjemuran. Dengan mengingat
bahwa Indonesia mempunyai iklim tropis, maka matahari tidak selamanya
menampakkan sinarnya yang digunakan untuk pengeringan. Selain tergantung
cuaca, pengeringan dengan cara penjemuran mempunyai beberapa kelemahan
yang lain, diantaranya adalah mudah terkontaminasi, sukar dikontrol, memerlukan
tempat yang luas, dan memerlukan waktu yang lama. Sehingga tak jarang, para
petani sering mengeluh karena hasil panennya rusak gara-gara kurang dijemur.
Seiring dengan berkembangnya pemikiran manusia, maka bermunculan
pengeringan dengan menggunakan alat mekanis atau pengeringan buatan yang
menggunakan tambahan panas untuk mengatasi kekurangan-kekurangan
pengeringan dengan penjemuran. Pengeringan mekanis ini memerlukan energi
untuk memanaskan bahan, menguapkan air bahan serta menggerakkan udara.
Pada alat pengering mekanis ini terdapat berbagai tipe. Pada tugas akhir ini akan
diteliti alat pengering konvensional tipe rak dan alat pengering fluidized bed.
Selanjutnya salah satu faktor yang mempengaruhi pengeringan, yaitu temperatur
akan digunakan sebagai parameter yang divariasikan. Untuk itu perlu diketahui
pengaruh temperatur terhadap laju pengeringannya pada masing-masing alat
tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
2. Bagaimana

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penelitian ini meliputi

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui
2. Mengetahui

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mempermudah
2. Mengembangkan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prinsip Pengeringan


Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan,
yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang
dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengering yang
biasanya berupa panas. Hall (1975) menyatakan proses pengeringan adalah proses
pengambilan atau penurunan kadar air sampai batas tertentu sehingga dapat
memperlambat laju kerusakan biji-bijian akibat aktivitas biologi dan kimia
sebelum bahan diolah/ digunakan (Taib, G. et al., 1988).

Tujuan pengeringan adalah mengurangi kadar air bahan sampai batas di


mana perkembangan mikroorganisma dan kegiatan enzim yang dapat
menyebabkan pembusukan terhambat atau terhenti. Dengan demikian bahan yang
dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lama.

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada dua golongan yaitu
faktor yang berhubungan dengan udara pengering dan faktor yang berhubungan
dengan sifat bahan yang dikeringkan. Faktor-faktor yang termasuk golongan
pertama adalah suhu, kecepatan volumetrik aliran udara pengering dan
kelembaban udara. Faktor-faktor yang termasuk golongan kedua adalah ukuran
bahan, kadar air awal dan tekanan parsial di dalam bahan. Kelembaban udara
berpengaruh terhadap proses pemindahan uap air. Apabila kelembaban udara
tinggi, maka perbedaan tekanan uap air di dalam dan di luar bahan menjadi kecil
sehingga menghambat pemindahan uap air dari dalam bahan ke luar.

Pengontrolan suhu serta waktu pengeringan dilakukan dengan mengatur


kotak alat pengering dengan alat pemanas, seperti udara panas yang dialirkan
ataupun alat pemanas lainnya. Suhu pengeringan akan mempengaruhi kelembaban
udara di dalam alat pengering dan laju pengeringan untuk bahan tersebut. Pada
kelembaban udara yang tinggi, laju penguapan air bahan akan lebih lambat
dibandingkan dengan pengeringan pada kelembaban yang rendah.

2.3 Pengaruh Suhu Pengeringan Pada Proses Pengeringan


Laju penguapan air bahan dalam pengeringan sangat ditentukan oleh
kenaikan suhu. Semakin besar perbedaan antara suhu media pemanas dengan
bahan yang dikeringkan, semakin besar pula kecepatan pindah panas ke dalam
bahan pangan, sehingga penguapan air dari bahan akan lebih banyak dan cepat
(Taib, G. et al., 1988). Makin tinggi suhu dan kecepatan aliran udara pengering
makin cepat pula proses pengeringan berlangsung.

Makin tinggi suhu udara pengering makin besar energi panas yang dibawa
udara sehingga makin banyak jumlah massa cairan yang diuapkan dari permukaan
bahan yang dikeringkan. Jika kecepatan aliran udara pengering makin tinggi maka
makin cepat pula massa uap air yang dipindahkan dari bahan ke atmosfir (Taib, G.
et al., 1988). Semakin tinggi suhu yang digunakan untuk pengeringan, makin
tinggi energi yang disuplai dan makin cepat laju pengeringan. Akan tetapi
pengeringan yang terlalu cepat dapat merusak bahan, yakni permukaan bahan
terlalu cepat kering, sehingga tidak sebanding dengan kecepatan pergerakan air
bahan ke permukaan. Hal ini menyebabkan pengerasan permukaan bahan (case
hardenig). Selanjutnya air dalam bahan tidak dapat lagi menguap karena
terhalang. Disamping itu penggunaan suhu yang terlalu tinggi dapat merusak daya
fisiologik biji-bijian/ benih (Taib, G. et al., 1988).

Pengeringan jagung berbentuk tongkol berkelobot maupun tanpa kelobot


dapat dilakukan dengan cara hamparan/ digantung untuk menurunkan kadar air
dari 35% menjadi 12% hamparan jagung tanpa kelobot 87 jam dan jagung yang
sudah dipipil 57 jam (Effendi, S & Sulistiati, N, 1991).
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2022 sampai dengan Mei 2022,
di Laboratorium Instrumentasi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian


Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.3 Tahapan Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Tahap-tahap
penelitian ditampilkan dalam bentuk diagram alir penelitian pada gambar 3.1
sebagai berikut.

Mulai

Persiapan alat
dan bahan
A

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian


DAFTAR PUSTAKA

Fajriansyah, M. N. (2017). Skripsi pengaruh jumlah lubang udara primer kompor


kayu biomassa menggunakan metode rsm.
Setiawan I. (2011). Buku Ajar Sensor dan Tranduser. In Semarang, Universitas
Diponegoro.
Suhartono, Gasela, F., Khoirunnisa, A., Kimia, J. T., Teknik, F., Jenderal, U., &
Yani, A. (2018). Kajian Kinerja Kompor Limbah Biomassa Padat Skala
Industri Rumah Tangga. April, 1–7.

Anda mungkin juga menyukai