Skor Nilai :
Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
Nama/NIM Mahasiswa : Aldi Trenady (5213111003)
Deby Sagita Harahap (5212411001)
Juandri Rasmana Ginting (5213111002)
Sonia Christina Br. Sembiring (5212411009)
[1]
ABSTRAK
Kemajuan dari suatu bangsa sangat bergantung kepada kualitas dari sumber daya
manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. Kualitas sumber daya manusia dihasilkan oleh
pendidikan yang berkualitas. Pendidikan di Indonesia sampai saat ini masihmemprihatinkan
untuk penulis, terutama terkait dengan masih rendahnya mutu dan kinerja pendidikan. Masalah
tersebut di antaranya terkait dengan guru sebagai subjek utama kegiatan pendidikan. Untuk
menghasilkan pendidikan berkualitas, guru menjadi faktor kunci keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan. Membahas mengenai guru yang profesional, perlu melihat dan
memeriksa tempat penghasil guru/calon guru tersebut yaitu Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan. Namun dalam hal nya demikian , untuk menjadi seorang guru yang dikatakan
profesional ada 2 jalur yang pertama untuk lulusan yang non LPTK dan lulusan LPTK, dan
tentu saja tingkat ke profesionalannya atau jalur yang di tempuh sedemikian rupa berbeda pula.
Page | i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Ide ini pada mata kuliah
Profesi Kependidikan yang berjudul “Profesionalisasi Guru yang Profesional di LPTK”.
Kami berterima kasih kepada ibu Sani Susanti, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu
pada mata kuliah ini yang sudah memberikan bimbingan dan arahannya dalam menyusun
laporan penlitian rekayasa ide ini. Dalam menyelesaikan laporan rekayasa ide ini kami telah
berusaha untuk mencapai hasil yang maksimum, tetapi dengan keterbatasan wawasan,
pengetahuan, dan kemampuan yang kami miliki, kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh
dari sempurna.
Kami juga menyadari bahwa tugas ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami
minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan, serta kami juga mengharap kritik dan saran
yang membangun guna kesempurnaan tugas ini. Akhir kata kami dari kelompok 6 kelas
Pendidikan Teknik Bangunan Kelas C mengucapkan terima kasih, semoga dapat bermanfaat
dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.
Kelompok 6
PTB Reguler C
Page | ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4
1.1. Rasionalisasi Permasalahan/Isu yang dibahas............................................................. 4
1.2. Tujuan TRI .................................................................................................................. 4
1.3. Manfaat TRI ................................................................................................................ 4
BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN ....................................................................... 5
2.1. Permasalahan Umum Mengenai LPTK di Indonesia .................................................. 5
2.2. Identifikasi Permasalahan Mengenai LPTK di Indonesia ........................................... 6
BAB III PEMBAHASAN DAN SOLUSI PERMASALAHAN .......................................... 11
3.1. Mengembangkan dan Mewujudkan LPTK ............................................................... 11
3.2. Membentuk dan Mengembangkan Profil “Guru Ideal” di LPTK ............................. 13
3.3. Kurikulum LPTK harus disesuaikan dengan kurikulum KKNI ................................ 14
3.4. Sistem Pembelajaran Pendidikan Akademik ............................................................. 14
3.5. Pembekalan Mata Kuliah Dasar Kependidikan (MKDK) yang baik bagi para calon
guru/guru di LPTK ............................................................................................................... 15
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 17
4.1. Kesimpulan................................................................................................................ 17
4.2. Saran .......................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18
Page | iii
BAB I
PENDAHULUAN
Page | 4
BAB II
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
Adapun permasalahan yang ditemukan pada zaman ini adalah Lembaga Pencetak
Tenaga (LPTK) belum mampu dalam mempersiapkan mahasiswa calon guru yang
profesional. Berdasarkan data di atas, diperlukan sekali pemikiran dan sikap profesional
dari para penyelenggara LPTK untuk meningkatkan kualitas mutu lulusannya. Pada awal
reformasi, Guru Besar Universitas Negeri Jakarta H.A.R. Tilaar mengajukan beberapa
agenda reformasi di bidang pendidikan yang harus dilakukan bangsa Indoensia. Di antara
agenda yangdipandang sangat penting dan menentukan bagiupaya perbaikan sistem
pendidikan nasional bahkanakan menjadi penentu arah kemajuan bangsa dimasa depan
yakni reformasi terkait dengan guru danlembaga pendidikan pencetak calon guru di
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) (Tilaar, 1998). Dari sisi waktu,
pemikiran tersebut telah diajukan delapan belasan tahun yang lalu, namun dipastikan
masih sangat relevan untuk dibincangkan mengingat upaya mereformasi pendidikan
nasionalbelum dapat dikatakan berhasil setidaknya jikadilihat dari realitas problem yang
masih dihadapioleh bangsa Indonesia saat ini.
Page | 5
2.2. Identifikasi Permasalahan Mengenai LPTK di Indonesia
Dari sisi kualifikasi pendidikan, guru yang telah menempuh pendidikan sarjana (S1
atau D-IV) masih relatif kecil, yakni guru SD 24,64%, guru SMP 22,64%, dan guru SMA
78,96%. Meskipun data ini bersumber pada hasil olahan Litbang Kompas pada tahun
2012, dapat dijadikan potret bahwa masih terdapat sejumlah besar guru yang belum
berkualifikasi sarjana atau D-IV sebagai syarat mengikuti sertifikasi. Sebagai gambaran,
komposisi dan kualifikasi akademik guru disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi dan Kualifikasi Akademik Guru SD-SMA
Sumber: Litbang kompas, berbasis statistik SD, SMP, SMA dan badan
pengembangan Sumber Daya Manusia pendidikan dan penjaminan Mutu pendidikan,
kementerian pendidikan dan kebudayaan (6 Maret 2012).
Page | 6
2. Permasalahan Problem Distribusi, Ketidaksesuaian, dan Kekurangan Jam Mengajar
Berdasarkan data Ditjen PMPTK pada 2010 bahwa Indonesia masih kekurangan
200.000 tenaga guru. Kekurangan guru terbesar pada guru SD yang disusul kemudian
berturut-turut guru SMP, SMA dan SMK, TK, dan Pendidikan Khusus. Namun jika
dicermati pada berbagai kasus, sebenarnya fenomena yang terjadi bukan selalu
kekurangan guru, melainkan distribusi guru yang tidak efektif. Jumlah guru di daerah
perkotaan cenderung cukup memadai, bahkan berlebih pada beberapa sekolah.
Terkonsentrasinya guru di perkotaan menyebabkan sekolah di perdesaan, terutama
terpencil mengalami kekurangan guru. Kenyataannya sekarang rasio guru dan siswa di
Indonesia 1 : 14,berarti sudah ideal karena melampaui rasio guru dan murid di negara-
negara maju seperti Korea Selatan 1 : 30, Jepang 1 : 20, dan Malaysia 1 : 25. Namun,
karenapendistribusian guru yang tidak merata terjadi penumpukan guru di sekolah-
sekolah perkotaan, sedangkan sekolah-sekolah di perdesaan, daerah terpencil, pedalaman
masih kekurangan guru. Sekitar 76% sekolah di perkotaan mengalami kelebihan guru,
sementara 83% sekolah di pelosok dan perdesaankekurangan guru.
Persoalan distribusi guru merupakan persoalan nyata yang dialami oleh sekolah-
sekolah di seluruh Indonesia. Di daerah atau sekolah yang kekurangan guru, seorang guru
harus mengajarkan beberapa mata pelajaran atau harus mengajar lebih dari satu kelas.
Sebaliknya, di daerah yang kelebihan guru,pemberlakuan h jam mengajar 24 jam tatap
muka per minggu bagi guru bersertifikat pendidik tidak dapat terpenuhi.
Pemenuhan 24 jam tatap muka per minggu tersebut adalah terjadinya mismatched.
Menurut data yangdikeluarkan Ditjen PMPTK (2007) terdapat 16,22% guru mismatched.
Dari lima bidang studi yang diteliti saat itu terdapat mismatched pada PKn15,22%;
Pendidikan Agama 20,80%; Tata Niaga 27,88%; Fisika 15,53%; dan Seni 52,93%.
Secara nasional, persentase guru mismatched untuk semua jenjang pendidikan sebesar
36,43%. Dampak tidak terpenuhinya kewajiban mengajar minimal 24 jamtatap muka per
minggu adalah produktivitas gurumenjadi rendah. Selain itu, mismatched berdampak
pada rendahnya kualitas pembelajaran yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kualitas
pendidikan secara nasional.
Untuk menjamin adanya mutu pendidikan yang merata di seluruh tanah air
(termasuk ke dalam daerah pelosok), dibutuhkan mutu distribusi guru yang memadai.
Selama ini, masih dijumpai persoalan-persoalan nyata bagaimana guru harus diangkat,
ditempatkan, dan diberdayakan secara berkelanjutan. Pengangkatan guru oleh
pemerintah daerah yang tidak terealisasikan dengan baik di jajaran Pemerintah Pusat
sehingga sering menimbulkan informasi yang tidak akurat. Pengangkatan guru juga
sering disertai dengan tingginya jumlah guru yang tidak berkualifikasi, sehingga tidak
berfokus pada peningkatan prestasi anak didik. Perlu dipertimbangkan pemikiran untuk
mengembalikan pola sentralisasi(terpusat) dalam tata kelola guru, mengingat setelah
sekian lama tata kelola guru didesentralisasi ternyata menimbulkan disparitas baik dalam
Page | 7
aspek distribusi, pengembangan karir, kesejahteraan,sampai pada isu politisasi untuk
kepentingan pemilukada.
4. PermasalahanKompetensi
Saat ini instrumen yang dapat digunakanuntuk melihat tingkat kompetensi guru
adalahhasil uji kompetensi guru (UKG). Berdasarkan data yang disampaikan Direktur
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud,Sumarna Surapranata,
rata-rata nasional hasil UKG 2015 untuk kedua bidang kompetensi (pedagogic dan
profesional) adalah 53,02 di bawah standar kompetensi minimum (SKM) yang
ditargetkan secara nasional, yaitu rata-rata 55. Hanya ada tujuh provinsi yang
mendapatkan nilai rata-rata mencapai SKM. Selain tujuh provinsi yang mendapatkan
nilai sesuai standar kompetensi minimum (SKM), ada tiga provinsi yang mendapatkan
nilai di atas rata-rata nasional. Lebih lanjut disebutkan rincian untuk hasil UKG 2015
untuk kompetensi bidang pedagogik saja, ratarata nasionalnya hanya 48,94, yakni berada
di bawah standar kompetensi minimal (SKM), yaitu 55. Bahkan untuk bidang pedagogik
ini, hanya ada satu provinsi yang nilainya di atas rata-rata nasional sekaligus mencapai
SKM, yaitu DI Yogyakarta (56,91) (http://www.kemdikbud.go.id).
Page | 8
Menyimak apa yang di inginkan
6. siswa dalam belajar 5,77 7 7 0 9
7. Merangkum materi yang telah
dijelaskan 5,63 7 7 0 10
Menciptakan suasana yang
8. hangat dan antusias di dalam 5,54 7 0 0 9
maupun di luar kelas
Menjadi role model dalam
9. pengembangan karater siswa 5,42 7 7 0 9
10. Menciptakan pembelajaran yang
berpusat pada siswa 4,87 7 7 0 8
11. Menciptakan suasana belajar
yang efektif 5,23 7 7 0 9
Memberikan pertanyaan terbuka
dan tertutup bagi siswa dalam
12. mengungkap pemahaman siswa 5,25 7 7 0 9
dalam pembelajaran
13. Melakukan variasi metode
pembelajaran 5,17 7 7 0 9
6. Permasalahan “Kesejahteraan”
Pasca diundangkannya UU Guru dan Dosen pada tahun 2015, angin surga
berhembus bagipara guru untuk dapat menikmati pendapatan yang lebih tinggi. Saat ini
program sertifikasi telahberjalan sekitar sepuluh tahun yang berarti ribuanguru baik PNS
maupun Non PNS yang memenuhisyarat telah mendapatkan tunjangan profesi
guru.Namun demikian di lapangan masih dijumpaipara guru nonPNS (berstatus honorer)
yang masihmendapatkan penghasilan yang jauh dari layak.Tentu saja ini akan berdampak
pada kualitas hidupyang akan berakibat pada masalah kinerja para guru.
7. Permasalahan/Problematika LPTK
Page | 9
a. Permasalahan dalam perekrutan
Sistem perekrutan yang baik akan sangat menentukan luaran yang berkualitas.
Idealnya calon mahasiswa LPTK harus diseleksi tidak hanya kemampuan
akademisnya tetapi juga kemampuan non akademisnya. Sistem seleksi yang terjadi
selama ini kurang mampu mendeteksi calon mahasiswa yang benar-benar memiliki
motivasi dan kepribadian sebagai calon pendidik
b. Permasalahan dalam proses pendidikan
Tidak semua LPTK telah menunjukkan standar fasilitas yang memadai. Berbagai
sarana dan prasarana baik perangkat keras dan perangkat lunak harus cukup tersedia.
Secara umum LPTK belum memiliki labschool dan asrama yang memadai sebagai
tempat belajar dan meningkatkan kompetensi mahasiswa.
d. Permasalahan sumber daya manusia
Page | 10
BAB III
PEMBAHASAN DAN SOLUSI PERMASALAHAN
Bentuk kelembagaan LPTK harus fungsional, artinya harus sesuai dengan jenis
tenaga guru yangdisiapkan. Di samping harus ada lembaga pengelola(fakultas dan prodi)
dan layanan administrasi, idealnya harus ada beberapa unit kelembagaan yang menopang
sistem pendidikan yakni unit bidang studi/keilmuan bidang tertentu, unit ilmupendidikan
dan keguruan, unit psikologi danlayanan konseling, unit laboratoriumdengan prodi yang
ada perlu dipertimbangkanselain laboratorium micro teaching juga perlu ada
laboratorium IPA, laboratorium bahasa, laboratorium seni dan prakarya, laboratorium
pendidikan agama, laboratorium manajemen, dan sekolah laboratorium, dan unit
pengembangan soft skill. Kelembagaan tersebut harus didukung sumber daya manusia
dan fasilitas yang memadai serta interelasi multidisiplineryang saling terintegrasi.
2. Aspek Penyelenggaraan
Penyelenggaraan LPTK harus didukung oleh sistem tata kelola dan layanan yang
prima, dengan didukung sumber daya manusia (baik dosen maupun tenaga kependidikan)
yang dapat menjadi figur contoh atau model anutan baik keilmuan, skill, maupun sikap
dan tata lakunya. Mahasiswa kelak jika menjadi guru atau tenaga kependidikan akan
Page | 11
merefleksikan dan mempraktikkan model layanan dan figur “pelayan” yang dijumpainya
saat mereka kuliah. Ini akan menjadi hidden curriculum yang berpengaruh pada kualitas
lulusan LPTK. Di samping itu penyelenggaraan LPTK harus memungkinkan terjadinya
tradisi saling berjumpa antardisiplin ilmu (kependidikan dan non kependidikan)
setidaknya antar program studi, tidak dalam tradisi keterisolasian, sehingga
memungkinkan interaksi tanpa sekat. Dengan penyelenggaraan seperti ini
memungkinkan mahasiswa LPTK akan mendapat masukan dari berbagai tradisi
keilmuan, ada fleksibiltas pendidikan, mobilitas mahasiswa antar prodi dapat terjadi
dengan efisien.
3. Aspek Sumber Daya Manusia
Secara garis besar ada dua kategori SDM di LPTK yaitu tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan. Tenaga pendidik/dosen LPTK dapat dipetakan dalam lima kategori: (1)
ahli bidang studi, (2) ahli pendidikan bidang studi, (3) ahli ilmu pendidikan, (4) ahli
keguruan (pembelajaran), (5) ahli psikologi atau bimbingan konseling. Tentu saja
mungkin seorang dosen memiliki keahlian ganda. Pada sisi layanan administrasi,
diperlukan tenaga admistrasi yang memiliki etos melayani, dapat memberikan layanan
secara cepat, tepat, dan ramah sehingga harus memiliki ketrampilan teknis administratif
dan kemampuan komunikasi dan interaksi sosial, kemampuan hard dan soft. Di
sampingitu harus tersedia tenaga teknis, dan laboran yangmenjadi tenaga ahlipada setiap
jenis laboratorium yang dikembangkan. Dengan demikian kapasitas SDM LPTK berupa
dosen, tenaga kependidikan dan tenaga pendukung lainnya harus memadai.
4. Aspek Fasilitas
Kualitas peserta didik LPTK sangat dipengaruhi oleh tingkat peminat dan sistem
rekruitmen yang ada. Semakin kompetitif peminat, maka akan semakin terbuka untuk
mendapatkan calon peserta didik yang berkualitas. LPTK perlu berupaya sungguh-
sungguh membangun citra dan reputasinya sehingga menarik lulusan SLTA untuk
menekuni profesi guru, terutama siswa yang memiliki prestasi unggul. Di samping itu
diperlukan mekanisme seleksi yang dapat menemukan figur calon guru yang memenuhi
syarat baik secara akedemis, jasmani, rohani, dan psikologisnya. Sehingga seleksi yang
Page | 12
dilakukan tidak cukup hanya terkait dimensi akademis semata, tetapi hal yang tak kalah
pentingnya adalah kemampuan non akademis termasuk minat dan motivasinya.
6. Aspek Proses Pendidikan
Tiga hal tersebut di atas, jika ditarik dalam ranah pendidikan, maka guru yang
dibutuhkan adalah: Pertama, guru yang mampu menghasilkan SDM unggul terutama
SDM yang memiliki keunggulan partisipatoris. SDM yang dapat ikut serta secara aktif
dalam kompetisi sehat untuk menemukanyang terbaik bagi diri dan kemanusiaan.Kedua,
guru yang mendidik manusia untuk terus belajar sepanjang hayat. Guru yang dapat
menginspirasi peserta didiknya menjadi subjek belajar sepanjang hayat. Dengan terus
belajar manusiaakan dapat memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas diri secara
kontinu. SDM yang demikian akan memaknai kehidupannya sebagai ruang belajar untuk
meningkatkan kualitas diri dan kehidupannya. Ketiga, guru yang dapat mengkreasi dan
mentransformasikan nilai- nilai unggul budaya lokal di tengah-tengah budaya global
yang seringkali bertentangan dengan nilai-nilai luhur yang ada.
Untuk mewujudkan hal-hal tersebut di atas, guru harus “cerdas, kreatif, berhati,
dan sosok enterpreneur”. Guru “cerdas” adalah sosok guru yang memiliki kemampuan
untuk belajar dan bernalar, kemampuan mengatasi berbagai masalah dalam berbagai
situasi, kemampuan mentransformasikan pengalamannya dari satu situasi ke situasi
lainnya. Guru “kreatif” akan selalu menghadirkan sentuhan- sentuhan kreasi baru dalam
aktivitasnya, kreativitas akan selalu mewarnai tugas profesinya, berbagai terobosan
inovasi dalam pendidikan akan terus dilakukan. Guru yang “berhati” akan mendidik
dengan sepenuh jiwa dan raga, akan mendidik peserta didik dengan hati, kesungguhan,
komitmen, dan ketulusan melayani anak. Adapun guru yang berjiwa enterpreneur akan
Page | 13
tampil sebagai guru yang mengembangkan nilai-nilai dedikasi, jujur, inovatif, tekun, dan
ulet.
Pertama, sesuai dengan Permen No. 74 Tahun 2008 tentang Guru yang menyatakan
bahwa guru harus berkualifikasi S1/D IV, dan guru harus memiliki sertifikat profesi
pendidik. Jika dikaitkan dengan penjenjangan kualifkasi dalam KKNI, bahwa guru harus
berkualifikasi adalah jenjang 6 (enam), dan memiliki sertifikat profesi pendidik yang
diperoleh melalui pendidikan profesi adalah jenjang 7 (tujuh). Maka, guru harus
menyelesaikan level 6 (S-1) terlebih dahulu baru mengikuti pendidikan profesi (level 7),
dan dapat dilaksanakan secara terintegrasi antara pendidikan akademik dan pendidikan
profesi (bersamaan antara level 6 dan 7) namun tetap memposisikan kajian level 7 pada
semester akhir.
Kedua, terkait dengan capaian pembelajaran dalam pendidikan profesi guru, akan
berimplikasi pada sistem pembelajaran. Sistem pembelajaran dalam PPG tidak lagi
seperti perkuliahan pada pendidikan akademik, tetapi untuk menyiapkan calon guru
profesional dilaksanakan dengan sebanyak mungkin workshop pengembangan perangkat
pembelajaran dan praktik untuk mewujudkan kompetensi pedagogik,
profesional/penguasaan bidang studi, sosial, dan kepribadian yang disesuaikan deskripsi
generik jenjang 7 pada KKNI.
Page | 14
bermutu. Proses pendidikan calon pendidik di LPTK harus dirancang dan dikembangkan
berdasarkan prinsip active learning in higher education (ALIHE) atau student active
learning (SAL).
2. Higher Order Thinking
3.5. Pembekalan Mata Kuliah Dasar Kependidikan (MKDK) yang baik bagi para
calon guru/guru di LPTK
Dalam tataran universitas, mata kuliah dasar kependidikan (MKDK) perlu
mengakomodasi komponen-komponen yang terdiri atas 7 (tujuh) aspek, yaitu: (1)
menguasai karakteristik peserta didik, (2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik, (3) pengembangan kurikulum, (4) kegiatan pembelajaran
Page | 15
yang mendidik, (5) pengembangan potensi peserta didik, (6) komunikasi dengan peserta
didik, (7) penilaian dan evaluasi. Komponen tersebut dapat dituangkan ke dalam empat
mata kuliah dengan dengan bobot SKS dan deskprisi sebagai berikut:
1. Psikologi Pendidikan (2 SKS)
Mata kuliah ini mempelajari hakikat perkembangan peserta didik, belajar dan
pembelajaran yang mendidik, pengembangan potensi peserta didik, pembelajaran
sebagai proses komunikasi dan evaluasi program pembelajaran.
2. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran (2 SKS)
Page | 16
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam permasalahan umum serta pembahasan/solusi yang
ditawarkan para penulis jurnal yang telah melakukan beberapa penelitian maupun kajian
pustaka mengenai seluk-beluk profesionalisasi guru yang profesional di LPTK. LPTK
masa kini yaitu sebagai lembaga yang paling bertanggungjawab dalam
menghasilkan/mencetak para calon guru maupun guru yang profesional di bidangnya
untuk meningkatkan mutu dan kinerja pendidikan serta mendidik generasi penerus
bangsa di masa depan. Dari hasil papapran tersebut, dapat diambil hal penting bahwa
membangunpendidikan bagi masa depan bangsa dilakukandengan menyiapkan tenaga
pendidik yang bermutu dan unggul melalui LPTK yang berkualitas. MembangunLPTK
berkualitas dan kuat dalam aspek kelembagaan,penyelenggaraan, SDM, fasilitas, peserta
didik,proses pendidikannya, dan jaringan serta kerjasamamerupakan langkah mendasar
dan strategis bagiikhtiar mewujudkan masa depan pendidikan,sekaligus strategi yang
mendasar dalam menghadapi beberapa tantangan di masa kini maupun di masa
mendatang dalam mengatasi problem pendidikan nasional.
4.2. Saran
Kami merekomendasikan kelima jurnal yang menjadi bahan rujukan saya dalam
penulisan Tugas Rekayasa Ide ini, dikarenakan kelima jurnal berisi fakta-fakta yang
mendukung mengenai kondisi LPTK di Indonesia. Ketika membaca kelima jurnal ini,
maka akan disuguhkan beberapa opini dari penulis serta data yang didukung dari hasil
penelitian maupun kajian pustaka yang dilakukan oleh penulis jurnal. Kelima jurnal ini
memiliki kelebihannya masing-masing serta tak luput juga dari beberapa kekurangan,
kiranya dari kelima jurnal yang telah saya kaji ini dapat menjadi pedoman dan bahan
referensi dalam menambah wawasan kita dalam mengenal lebih dalam mengenaiperan,
tugas, kondisi serta strategi LPTK di Indonesia.
Page | 17
DAFTAR PUSTAKA
Azhar. (2009). Kondisi LPTK sebagai Pencetak Guru yang Profesional. Jurnal
Tabularasa PPS. 6(1), 1 – 13.
Bhakti, C.P. (2016). Strategi LPTK dalam Pengembangan Kompetensi Pedagogik Calon
Guru. Jurnal Pendidikan. 1(2), 98 – 106.
Chomariah, Umi. (2009). Peranan LPTK dalam Mewujudkan Guru yang Profesional:
Suatu Tantangan dan Harapan. Jurnal Ilmu Pendidikan. 1(1), 1 – 10.
Fauzi. (2016). Menggagas LPTK Masa Depan: Ikhtiar Mengatasi Problem Pendidikan di
Indonesia dari Hulu. Jurnal Ilmu Pendidikan. 30(1), 59 – 66.
Juangsih, J. (2014). Peran LPTK dalam Menghasilkan Guru yang Profesional. Jurnal
Wahana Didaktika. 12(2), 72 – 83.
Page | 18
Page | 1