Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM ENERGI DAN ELEKTRIFIKASI

PERTANIAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Energi dan Elektrifikasi Pertanian

Kelompok 5

Oleh
Nama : Deffa Khoirulloh
NIM : 201710201017
Kelas : B
Acara : 1 (Energ Fosil)
Asisten : Jefryka Dwi Radana

LABORATORIUM ENERGI, OTOMATISASI DAN INSTRUMENTASI


PERTANIAN
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi merupakan salah satu komponen terpenting dan selalu dibutuhkan


dikehidupan manusia. Dalam semua aktivitas manusia selalu berkaitan dengan
yang namanya energi, energi juga berupa besaran yang sudah ditetapkan dan
sebanding dengan bunyi hukum ketetapan energi. Oleh karena itu energi
tidak bisa dihanckurkan dan hanya bisa dikonversi dari satu wujud ke wujud lain.
Bahan bakar fosil adalah termasuk bahan bakar yang tidak dapat
diperbaharui (non renewable). Energi fosil atau sering disebut bahan bakar
minyak sering digunakan dalam transportasi maupun industri yang melibatkan
pembakaran disetiap perubahan atau dikonversi menjadi suatu zat yang
menghasilkan panas. Energi fosil adalah bahan bakar minyak yang terbuat dari
sisa-sisa mahluk hidup berjuta-juta tahun yang lalu yang sifatnya tidak dapat
diperbaharui.
Menghadapi tantangan cadangan sumber daya fosil yang semakin menipis,
menghemat energi merupakan langkah cerdas. Bahan bakar fosil kerap digunakan
sebagai kebutuhan rumahtangga dengan mengkonversi energi minyak bumi
menjadi energi panas menggunakan metode pembakaran dengan memakai sebuah
kompor. Pada proses pembakaran memiliki tiga syarat antara lain yaitu tersaji
bahan bakar, adanya oksigen, dan terdapatnya suhu tinggi dalam menunjang
proses pembakaran agar berlangsung secara sempurna.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada praktikum energi fosil yaitu sebagai


berikut.

1. Bagaimana proses adanya konversi energi minyak menjadi


energi panas?
2. Bagaimana rancangan suatu sistem yang membutuhkan energi panas
berasal dari energi minyak?
1.3 Tujuan

Adapun tujuan pada praktikum energi fosil adalah sebagai berikut.

1. Mampu memahami adanya konversi energi minyak menjadi


energi panas.
2. Mampu merancang suatu sistem yang membutuhkan energi panas
berasal dari energi minyak.
1.4 Manfaat

Adapun manfaat pada praktikum energi fosil adalah sebagai berikut.

1. Agar mahasiswa memahami konsep konversi energi minyak menjadi


energi panas.
2. Agar mahasiswa mampu menghitung dan menaikkan efisiensi
thermal pada kompor bahan bakar minyak.
3. Agar mahasiswa memahami prinsip kerja lampu petromaks.
4. Agar mahasiswa mampu merancang sebuah sistem biogas yang dapat
dimanfaatkan sebagai energi alternatif.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Energi Fosil

Energi fosil merupakan sumber energi yang bersifat tak terbarukan ang
selama ini merupakan andalan untuk memenuhi kebutuhan energi di seluruh
sektor kegiatan (Kholiq, 2015). Energi fosil berasal dari fosil makhluk hidup yang
telah mati sejak jutaan tahun yang lalu dan tertimbun dalam yang kemudian
menghasilkan minyak melalui beberapa rangkaian proses. inyak merupakan
energi fosil yang potensinya paling kecil, yaitu masih dapat dimanfaatkan sekitar
12 tahun lagi, bila tidak ditemukan cadangan baru (Kholiq, 2015). Karakteristik
energi fosil bersifat tak terbarukan, dengan energi fosil yang memenuhi setiap
kebutuhan pada seluruh aspek kegiatan manusia, diperkirakan cepat habis jika
tidak memiliki energi alternatif lainnya. Beberapa jenis energi fosil yang menjadi
sumber energi uatama di Indonesia, antara lain batu bara, minyak bumi, dan gas.
Energi fosil masih banyak dipergunakan di Indonesia sebagai bahan bakar minyak
bumi dan batu bara (Jaelani, 2017).
2.2 Minyak Bumi

Minyak bumi merupakan senyawa hidrokarbon yang terdiri dari unsur


karbon, hydrogen, belerang, nitrogen, dan logam (Mu’in, 2010). Menurut Ma’arif
(2014) minyak bumi merupakan komoditas strategis yang menjadi sumber energi
bagi perputaran roda perekonomian semua negara. Minyak bumi masih
mendominasi pasokan energi di Indonesia. Minyak bumi ini terbentuk dari
penguraian senyawa organik dari hewan, tumbuhan, maupun jasad renik yang
mati pada jutaan tahun yang lalu. Proses penguraian ini berlangsung oleh proses
kimiawi, fisika, maupun penguraian oleh jasad renik melalui proses yang sangat
lama dan panjang. Proses ini terjadi pada suhu dan tekanan yang tinggi
menjadikan suatu perubahan reaksi hidrokarbon yang kompleks (Arditama, 2019).
2.3 Gas Bio

Menurut Tuti (2006) Biogas adalah sumber yang bisa diperbarui (renewal
energy) Biogas merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang dapat
menjawab kebutuhan energi alternatif. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari
proses penguraian bahan – bahan organik oleh mikroorganisme dalam keadaan
anaerob (Wahyuni, 2015). Sumber energi ini terbentuk dari bahan nonfossil,
secara umum adalah kotoran ternak atau limbah yang dihasilkan berkaitan dengan
ketersediaan rumputdan rumput tentu terus menerus tersedia, sehingga dengan
eksistensinya bisa tumbuh balik.
2.4 Rumus
Berdasarkan pembahasan, Rumus massa jenis dan kalor jenis diantaranya
sebagai berikut.
1. Rumus penghitungan kalor
Q = m . c . (t2 – t1)
Dimana :
Q = kalor yang dibutuhkan (J).
c = kalor jenis (J/kgoC).
m = massa benda (kg).
(t2 – t1) = perubahan suhu.
Untuk mengetahui massa benda, maka digunakan rumus:
ρ = m/V -> m = ρ . V Dimana :
ρ = massa jenis zat (kg/m3 )
m = massa benda (kg)
V = volume benda
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum acara 1 (Energi Fosil) dilakukan secara luring yang


dilaksanakan di Laboratorium Energi, Otomatisasi dan Instrumentasi Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember pada hari Rabu, 13 April 2022
pukul 11.05-13.00 WIB

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum acara 1 (Energi
Fosil) yaitu sebagai berikut.
1. Sebuah kompor masak
2. Tangki bahan bakar
3. Penggaris
4. Panci untuk menjerang air
5. Termometer
6. Pengukur Waktu
3.3 Prosedur Praktikum

Berikut merupakan prosedur kerja (Flowchart) pada praktikum acara 1


(Energi fosil) sebagai berikut.
3.3.1 Diagram alir

Mulai

Mempersiapkan
alat dan bahan

Mengisi air pada panci (1 liter) lalu letakkan


diatas kompor

Menyalakan kompor dengan letak tangki bahan


bakar pada ketinggian tertentu

Mengukur temperatur air dalam panci


menggunakanTermometer pada interval
waktu 1, 2, 3, 4, 5, 6 menit

Mengukur perubahan volume minyak dalam


tangki dan volume minyak yang terbakar tiap
interval waktu 1, 2, 3, 4, 5, 6 menit

Mengulangi poin 1 – 4 di atas dengan


ketinggian minyak dalam tangki bahan bakar
yang lebih rendah

Data pengamatan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir praktikum acara 1 (Energi Fosil)


3.3.2 Penjelasan diagram alir

Berikut merupakan penjelasan prosedur kerja pada praktikum acara 1


(Energi Fosil) yaitu sebagai berikut.

1. Langkah pertama yaitu menyiapkan alat dan bahan yang telah


ditentukan.
2. Mengisi air pada panci sebanyak 1 liter kemudian letakkan diatas
kompor.
3. Kemudian panaskan air tersebut selama 3 menit
4. Lakukan pengamatan pengukuran thermometer sebanyak 6 kali dengan
interval waktu 1, 2, 3, 4, 5, 6 menit
5. Lakukan pengamatan pengukuran perubahan volume minyak dalam
tangki dan volume minyak yang terbakar tiap interval waktu 1, 2, 3, 4,
5, 6 menit
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Berdasarkan praktikum acara 1 (Energi Fosil) dilakukan dua pengamatan.


Pada pengamatan pertama diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 4.1 Hasil pengamatan pada ketinggian 150 cm


Waktu Temperatur Volume minyak Volume minyak
Pengamatan
(menit) air dalam tangki yang terbakar (cm²)
1 1 37 931,5 0
2 2 44 931,5 8,1
3 3 50 923,4 0
4 4 56 923,4 0
5 5 64 923,4 0
6 6 68 923,4 8,1

Pada pengamatan ketinggian permukaan minyak dari kompor 150 cm


nilaivolume air awal adalah sebesar 1 liter. Pada proses pemanasan air nilai
volume airmenjadi 0,96 liter.
Tabel 4.2 Hasil pengamatan pada ketinggian 100 cm
Waktu Temperatur Volume minyak Volume minyak
Pengamatan
(menit) air dalam tangki yang terbakar (cm²)
1 1 35 913,3 6,1
2 2 41 907,2 4,05
3 3 47 903,15 4,05
4 4 53 899,1 0
5 5 61 899,1 4,05
6 6 63 895,05 8,1

Pada pengamatan ketinggian permukaan minyak dari kompor 100 cm


nilaivolume air awal adalah sebesar 1 liter. Pada proses pemanasan air nilai
volume airmenjadi 0,995 liter.

Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 dapat diketahui hubungan antara perlakuan
waktu yang diberikan terhadap temperatur dan volume minyak. Hubungan antara
volume bahan bakar dengan waktu pemanasan adalah berbanding terbalik, karena
semakin lama waktu pemasan maka semakin banyak pula volume bahan bakar
yang berkurang. Berkurangnya volume bahan bakar disebabkan oleh terbakarnya
minyak pada saat proses pemanasan. Menurut Adani dan Pujiastuti (2017) yaitu
sesuai dengan teori mengenai penguapan bahwa pemanasan terhadap zat cair
dapat meningkatkan volume ruang gerak dari zat cair tersebut sehingga ikatan
antar molekul dari zat cair menjadi renggang dan mengakibatkan molekul zat cair
mudah melepaskan diri dari kelompoknya. Berdasarkan tabel tersebut kemudian
dapat diperoleh grafik hubungan pada masing-masing pengamatan diantaranya
sebagai berikut.

Temperatur dan waktu


80
70
Temperature (C)

60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6
Waktu (menit)

Gambar 4.1 Garfik hubungan temperatur dengan waktu percobaan pertama

Temperatur dan waktu


70
60
Temperature (C)

50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5 6
Waktu (menit)

Gambar 4.2 Grafik hubungan temperatur dengan waktu percobaan kedua


Berdasarkan Gambar 4.1 dan 4.2 dapat diketahui hubungan antara
temperatur dan waktu adalah berbanding lurus. Semakin lama waktu pengamatan
maka temparatue air pada panci akan semakin tinggi.
Waktu dan volume
934
932
930
Volume (L) 928
926
924
922
920
918
1 2 3 4 5 6
Waktu (menit)

Gambar 4.3 Grafik hubungan volume dengan waktu pada percobaan pertama

Waktu dan volume


915

910

905
Volume (L)

900

895

890

885
1 2 3 4 5 6
Waktu (menit)

Gambar 4.4 Grafik hubungan volume dengan waktu pada percobaan kedua
Berdasarkan Gambar 4.3 dan 4.4 dapat diketahui hubungan antara volume
dan waktu adalah berbanding terbalik. Semakin lama waktu pengamatan maka
temparatue air pada panci akan semakin tinggi. Menurut (Maharani dan Rosyidin
2018) bahwa perpindahan panas dapatmengakibatkan suhu pada bahan akan
semakin naik jika waktu pemanasan semakin lama.
4.2 Permasalahan Pada Modul

4.2.1 Gambar kontruksi kompor dan perubahan energi fosil

Gambar 4.1 Konstruksi kompor

Praktikum pengamatan energi fosil menggunakan kompor minyak tanah


yangdisambungkan menggunakan selang dengan tangki bahan bakar
berupa minyaktanah. Tangki bahan bakar diletakkan pada ketinggian yang
telah ditentukan yaitu 100 cm dan 150 cm. Dapat disimpulkan bahwa
proses mengompor Enerfi matahari

Proses pembakaran diawali dengan reaksi fase gas, reaksi permukaan


maupunreaksi keduanya. Lalu diikuti dengan proses-proses lain selama peleburan,
penguapan dan pirolisis. Dalam reaksi pembakaran, fenomena yang kompleks
seperti penguapan, campuran, difusi, konfuksi, konduksi panas, radiasi, dan
lumenensi terjadi pada kecepatan yang sangat tinggi (Ridhuan et al., 2019).
4.2.2 Panas yang dihasilkan oleh pembakaran minyak antara pengamatan ke-2
sampai pengamatan ke-3
Besarnya panas yang dihasilkan dari pembakaran minyak dapat dihitung
menggunakan rumus
Q = m.c.ΔT
Keterangan :
Q = energi(kJ)
m = massa bahan(kg)
c = massa jenis bahan(kJ/kg°C)
ΔT = perbedaan suhu (°C)
Berikut merupakan hasil perhitungan panas yang dihasilkan oleh
pembakaran minyak antara pengamatan kedua dan ketiga, dengan tinggi
permukaan tangki minyak 150 cm.
Diket : ρ / Massa jenis minyak = 0,8 g/cm³
c / Kalor jenis minyak = 220 J/kg℃
ΔT = 50 - 44 = 6℃
Ditanya : Panas yang dihasilkan (Q)
Jawab : Massa minyak = (ρ x V) minyak terbakar 2-3
= 0,8 g/cm³ x (8 cm³ + 0 cm³)
= 0,8 g/cm³ x 8 cm³
= 6,4 gram
= 0,0064 kg
Q Minyak = m.c. ΔT
= 0,0064 kg x 220 J/kg℃ x 6℃
= 7,68 Joule
Sehingga dapat dikethaui besarnya panas yang dihasilkan oleh
pembakaran minyak dengan ketinggian 150 cm pada pengamatan yang kedua dan
ketiga adalah sebesar 7,68 Joule. Sementara itu pada pengamatan kedua
(ketinggian 100 cm) besar panas yang dihasilkan adalah sebagai berikut.
Diket :
ρ / Massa jenis minyak = 0,8 g/cm³
c / Kalor jenis minyak = 220 J/kg℃
ΔT = 50 - 44 = 6℃
Ditanya : Panas yang dihasilkan (Q)
Jawab : Massa minyak = (ρ x V) minyak terbakar 2-3
= 0,8 g/cm³ x (0 cm³ + 0 cm³)
= 0,8 g/cm³ x 0 cm³
= 0 gram
= 0 kg
Q Minyak = m.c. ΔT
= 0 kg x 220 J/kg℃ x 7℃
= 0 Joule
4.2.3 Berapa panas yang diserap air pada pengamatan ke-2 sampai pengamatan
ke-3
Pada pengamatan kedua yang menggunakan tangki bahan bakar di
ketinggian 150 cm menghasilkan perhitungan panas yang diserap air adalah
sebagai berikut:
Diketahui : ρ (massa jenis air) = 1 g/cm3
c (kalor jenis air) = 4200 J/kg°C
ΔT = 50 – 44 = 6°C
Ditanya : panas yang diserap (Q) air?
Jawab :
Massa air = ρ x Vair setelah dipanaskan
= 1 g/cm3 x (1000 ml-960 ml)
= 40 gram = 0,04 kg
Q = m x c x ΔT
= 0,210 kg x 4200 J/kg°C x 6°C
= 5.292 Joule
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui panas yang diserap air
ketika tangki minyak berada pada ketinggian 150 cm sebesar 5.292 Joule.
4.2.4 Efisiensi Termal Tungku
Penghitungan effisiensi thermal tungku total dengan tangki minyak pada
ketinggian 150 cm sebagai berikut. Suhu air awal yaitu 37°C dan suhu air akhir
yaitu 68°C, diketahui perubahan suhunya yaitu 31°C.
Volume total = 72,9 cm3
Massa minyak total = ρ x Vtotal
= 9,15 g/cm3 x 72,9 cm3
= 66,70gram
= 0.06670 kg
Qminyak total = m x c x ΔT
= 0.06670 kg x 220 J/kg°C x 31°C
= 454,894 J
Qairtotal = m × c × ΔT
= 0,21 kg × 4200 J/kg°C × 26°C
= 22.932 J
Panas tungku = Qair total / Qminyak total
= 22.932 / 454,894
= 50,41%
Jadi, efisiensi thermal tungku pada percobaan pertama dengan ketinggian
minyak 150 cm adalah 50,41%
4.2.5 Efesiensi Termal Kompor Percobaan Kedua dengan Ketinggian Tertentu

Penghitungan effisiensi thermal tungku total dengan tangki minyak pada


ketinggian 100 cm sebagai berikut. Suhu air awal yaitu 35°C dan suhu air akhir
yaitu 63°C, diketahui perubahan suhunya yaitu 28°C.
Volume total = 25 cm3
Massa minyak total = ρ x Vtotal
= 0,8 g/cm3 x 25 cm3
= 20 gram
= 0.02000 kg
Qminyak total = m x c x ΔT
= 0.02000 kg x 220 J/kg°C x 28°C
= 123,2 Joule
Qairtotal = m x c x ΔT
= 0,02000 kg x 4200 J/kg°C x 28°C
= 2.352 Joule
Panas tungku = 𝑄airtotal / Qminyak total
= 2.352 / 123,2
= 19,07 %
Jadi, efisiensi thermal tungku pada percobaan pertama dengan ketinggian
minyak 100 cm adalah 19,07 %
4.2.6 Menaikkan Efisiensi Tungku

Efisiensi kompor dinaikan agar bahan bakar yang dikeluarkan dapat


seminimal mungkin. Bahan konstruksi kompor yang baik digunakan adalah yang
bersifat konduktor dan kuat. Luas permukaan penghantar panas mempengaruhi
daya hantar panas, semakin luas permukaan penghantar panas maka daya
hantaryang dihasilkan semakin besar. Penggunaan bahan bakar yang memiliki
kandungangas metan yang tinggi digunakan agar pembakaran menjadi maksimal
dan untuk menghemat penggunaan bahan bakar fosil. Perawatan pada kompor
juga berpengaruh terhadap efisiensi, jika perawatannya baik maka umur
simpannya akan lebih lama dan tingkat efisiensinya akan meningkat.
Efisiensi tungku dapat naik karena pengaruh dari udara yang masuk ke
dalam ruang bakar tungku. Hal ini sesuai dengan pendapat Syahira (2016) bahwa
efisiensi dari sebuah tungku dapat dinaikkan menjadi nilai efisiensi yang
lebihtinggi dengan bertambahnya jumlah udara yang masuk ke dalam ruang bakar
tungku, sebaliknya nilai efisien tungku akan turun jika jumlah udara yang masuk
tidak meningkat
4.2.7 Pemanasan Awal Pada Kompor

Pemansan kompor dilakukan dengan tujuan untuk menyiapkan kompor


telebihdahulu sebelum melakukan pengamatan. Pemasan kompor ini dilakukan
dengan cara menyalakan api pada bagian bawah konstruksi sumbu kompor
sehingga mengakibatkan tekanan panas pada bagian tersebut. Panas
yangdihasilakan pada proses ini akan mendororong bahan bakar naik pada
permukaan sumbu kompor sehingga api pada bagian permukaan kompor menyala
dan kompor bisa digunakan. Pada saat permukaan sumbu kompor sudah menyala
maka pemanasan ini tidak perlu dilakukan lagi. perlunya memanaskan kompor
terlebih dahulu adalah untuk mempercepat pemanasaan air yang disebabkan oleh
panas dari panci atau penghantar lainnya dapat menyebar dengan merata sehingga
proses pemanasan menjadi cepat, efisien, dan hemat bahan bakar. Sesuai dengan
pernyataan Widodo (2016). Semakin tinggi temperatur ruang bakar akan memicu
proses pembakaran semakin lebih baik, karena panas sensible bahan bakar akan
meningkat mendekati titik nyala bahan bakar.
4.2.8 Proses Berubahnya Energi Minyak Menjadi Energi Cahaya pada Lampu
Petromaks

Lampu petromak merupakan peralatan yang digunakan dalam reaktor


biogas. Lampu petromax dilakukan modifikasi agar dapat menggunakan bahan
bakar biogas yang memiliki tekanan yang lebih kecil dibandingkan dengan bahan
bakar gas elpiji. Lampu petromak harus dibuat loss tidak ada penghalang dan
penampang saluran menuju ke kaos petromak juga harus dibuat loss.
Energi pembakaran kaos lampu berasal dari bahan bakar minyak tanah.
Agar dapat naik ke atas maka tangki bahan bakar harus diberi tekanan sekitar 2
bar atau 30 psi. Alat penguap dipanaskan sehingga merubah minyak tanah
menjadi gas sebelum menyalakan bahan atau kaos petromak. Preheating dapat
dicapai dengan membakar alkohol dalam cangkir preheating yang terletak di dasar
penguap atau dibawah kaus. Panas dari pijaran api biru (terbungkus dalam kaus)
digunakan untuk mengubah minyak tanah menjadi uap. Minyak tanah yang
menguap pada suhu sekitar 250°C melalui alat penguap yang melingka. Uap
minyak tanah akan mengalami peningkatan suhu, sampai keluar dari lubang kecil
di ujung alat penguap. Saat uap keluar minyak tanah mulai menyebar dan
bercampur dengan udara di ruang persegi kecil di sisi lampu petromak.
Bercampurnya uap minyaktanah dengan udara yang mengakibatkan bunyi
mendesis lampu Petromaks padasaat digunakan. Uap minyak tanah dan udara
bergerak ke dalam tabung dimana keduanya bercampur dalam satu aliran yang
berputar sehingga pembakaran akansempurna dan menghasilkan panas dan nyala
api dan membakar kaos petromak. Energi panas yang besar dapat dihasilkan
dengan cara mengalirkan jumlah bahan bakar yang besar dalam waktu yang
singkat sehingga bahan bakar lebih mudah terbakar, maka bahan bakar perlu
disemprotkan atau diuapkan agar ukuran partikelnya menjadi lebih kecil
(Burhanuddin, 2011).
4.2.9 Penyediaan Energi di Pedesaan Dengan Biogas

Biogas merupakan campuran gas metana (± 60%), karbon dioksida


(±38%),dan lainnya N2, O2, H2 & H2S (±2%) sehingga dapat dibakar seperti
layaknya gaselpiji sering dipakai untuk memasak dan penerangan. Bahan-bahan
sumber biogas dapat berasal dari kotoran ternak, limbah pertanian, dan sampah
limbah organik. Menurut Megawati (2015) biogas bahan bakar yang terbuat dari
proses fermentasi bahan- bahan organik dibantu bakteri anaerob dan biogas
mudah terbakar.
Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik
secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang
sebagian besar adalah berupa gas metan (gas yang memiliki sifat mudah terbakar)
dan karbondioksida, gas inilah yang disebut biogas. Proses dekomposisi dibantu
oleh sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri metan. Suhu yang baik untuk
proses fermentasi adalah 30-55ºC, dimana pada suhu tersebut mikroorganisme
mampu merombak bahan-bahan organik secara optimal. Bangunan utama dari
instalasi biogas adalah digester yang berfungsi untuk menampung gas metan hasil
perombakan bahan- bahan organik oleh bakteri. Contoh penyediaan biogas yang
berada dipedesaan adalah Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Kabupaten
Bantul, pemanfaat biogas digunakan sebagai konsumsi para pedagang makanan.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu


sebagai berikut.
1. Bahan bakar ketika dipanaskan akan mengalami reaksi kimia
dengan pengoksidasi (oksigen) yang terkandung di dalam udara sehing
ga dapat melepaskan panas atau energi.
2. Tinggi rendahnya tangki minyak dapat mempengaruhi konsumsi
bahan bakar.
3. Untuk menaikkan efisiensi dari sebuah tungku yaitu dapat
dilakukandengan menggunakan berbagai cara yaitu dengan
memperhitungkan bahan konstruksi tungku, bahan bakar (biomassa),
rasio pencampuran bahan bakar dengan udara, luas permukaan
penghantar panas (konduktor) dan perawatan.
4. Pemanfaatan gas bio sebagai energi alternatif merupakan salah satu
bahan bakar yang mampu menghasilkan gas metan dengan jumlah
besar sebagai pengganti bahan bakar fosil untuk kegiatan memasak,
penerangan, pompa dan sebagainya.
5.2 Saran

Berdasarkan pembahasan dapat diambil saran yaitu sebagai berikut.


Pada pelaksanaan praktikum ini perlu memperhatikan keselamtan
kerjakarena digunakan bahan-bahan yang mudah terbakar. Selain itu juga
diperlukan ketelitian agar data hasil pengamatan tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Adani, S. I., & Pujiastuti, Y. A. (2017). Pengaruh Suhu dan Waktu Operasi pada
Proses Destilasi untuk Pengolahan Aquades di Fakultas Teknik
Universitas Mulawarman. Jurnal Chemurgy, 1(1), 31-35.

Jaelani, A. 2017. Kebijakan energi baru terbarukan di Indonesia: isyarat ilmiahAl-


Qur’an dan implementasinya dalam ekonomi islam. Munich Personal
RePEc Archive. Paper No. 8314

Kholiq, I. 2015. Pemanfaatan energi alternatif sebagai energi terbarukan untuk


mendukung subtitusi BBM. Jurnal IPTEK. 19 (2): 75-91.

Ma’arif, S. 2014. Kebijakan perminyakan nasional: dari kendali negara


menujukapitalisme pasar. Jurnal Administrasi Negara. 3 (1): 46-55.

Megawati dan K. W. Aji. 2015. Pengaruh penambahan Em4 (Effective


microorganism-4) pada pembuatan biogas dari eceng gondok dan rumen
sapi. Jurnal Bahan Alam Terbarukan. 4 (2): 42-49.

Paramitha, S. B. U., & Ikhsan, D. (2012). Pembuatan Biogas dari Sampah


Sayuran. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 1(1), 103-108

Anda mungkin juga menyukai