Laporan Praktik Kerja Lapangan
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Disusun Oleh:
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. Yang maha pengasih lagi
maha penyayang, serta tidak lupa shalawat dan salam kita panjatkan kepada Nabi besar
kita yakni Nabi Muhammad SAW. Karena atas izin dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan di Apotek Kenanga serta laporan hasil Praktik
Kerja Lapangan ini dengan lancar.
Dengan ini penulis berterima kasih kepada semua pihak dari Apotek Kenanga
maupun dari pihak sekolah SMKN 1 LEMAHSUGIH yang selama kurang lebih 3 bulan ini
telah memberikan kesempatan untuk kami melaksanakan Praktik Kerja Lapangan
Tujuan akhir dari Praktik Kerja Lapangan ini adalah untuk mengasah dan
menambah pelajaran serta wawasan kita tentang bekerja di lapangan yang
sesungguhnya untuk mengasah kompetensi dan profesionalisme bagi kami siswa/siswi di
SMKN 1 LEMAHSUGIH serta untuk mempersiapkan diri lebih baik untuk terjun langsung
ke lapangan kerja kelak di kemudian hari.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapatkan perhatian
bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Drs.H.Wahyudin, M.Pd. kepala SMK Negeri 1 LEMAHSUGIH.
2. Bapak Akhmad Saepudin, S.Pd selaku Kaprog Farmasi.
3. Bapak Dudi Hendrayana, S.Kom selaku Ketua PKL.
4. Susilawati,S.Pd. selaku pembimbing Internal PKL.
5. Siti sutiyah, S.Si,Apt selaku pembimbing Eksternal di Apotek selama penulis
dalam masa Praktik Kerja Lapangan
6. Bapak Dr. Egga Bramasta Akidapi, MMRS. selaku Pemilik Sarana Apotek dan
Penanggung Jawab Klinik.
7. Seluruh Guru beserta Staf SMK Negeri 1 LEMAHSUGIH khususnya program
studi Farmasi.
8. Seluruh karyawan dan karyawati Apotek Kenanga atas kerjasama dan
bantuannya selama melaksanakan prakerin di lapangan.
9. Kedua Orang Tua kami yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik
moral maupun material kepada kami.
1
Lemahsugih, Maret 2017
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................................. 2
1.3 Manfaat.............................................................................................................. 2
1.4 Waktu dan Tempat..............................................................................................3
BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK
2.1 Sejarah Apotek di Indonesia...............................................................................4
2.2 Pengertian Apotek.............................................................................................. 6
2.3 Peran Apoteker di Apotek...................................................................................7
2.4 Perijinan Apotek................................................................................................ 10
2.5 Pengelolaan Apotek.......................................................................................... 19
2.6 Susunan Organisasi Apotek.............................................................................26
2.7 Pencabutan Surat Izin Apotek..........................................................................26
BAB III TINJAUAN KHUSUS APOTEK KENANGA
3.1 Sejarah Apotek Kenanga..................................................................................28
3.2 Lokasi dan Tata Letak Apotek Kenanga............................................................28
3.3 Perizinan Apotek Kenanga...............................................................................28
3.4 Struktur Organisasi........................................................................................... 29
3.5 Peranan Apoteker di Apotek Kenanga..............................................................29
3.6 Pengelolaan Apotek.......................................................................................... 31
3.7 Pembukuan dan Pengelolaan Keuangan.........................................................37
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan....................................................................................................... 47
5.2 Saran................................................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
DAFTAR GAMBAR
4
DAFTAR LAMPIRAN
5
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari Praktik Kerja Lapangan di Apotek, yaitu:
1. Diperoleh tamatan yang memiliki profil kemampuan yang sesuai dengan bidang
keahlian masing-masing.
2. Lulusan mempunyai keahlian profesional sesuai dengan tuntutan kerja.
3. Lulusan tidak ragu lagi dengan kemampuan yang dimilikinya karena telah
membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai.
4. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dunia kerja yang sesungguhnya.
5. Memiliki tingkat kompetensi standar sesuai yang dipersyaratkan oleh dunia kerja.
6. Menjadi tenaga kerja yang berwawasan mutu, ekonomi, bisnis, kewirausahaan,
dan produktif.
7. Dapat menyerap perkembangan teknologi dan budaya kerja untuk kepentingan
pengembangan diri.
8. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang
berkualitas.
9. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai
bagian dari proses pendidikan.
10. Tumbuhnya kemandirian bagi para tamatan sehingga mampu berwiraswasta
yang dapat menyediakan lapangan kerja bagi dirinya dan masyarakat
sekelilingnya.
1.3 Manfaat
1.3.1 Secara Umum
Sebagai bahan pertimbangan untuk menetukan langkah kebijaksanaan dimasa yang
akan datang terutama dalam bidang kefarmasian.
Bagi siswa
1. menanamkan sikap agar peserta didik memiliki standar sesuai yang dipersyaratkan
oleh dunia kerja da mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sesungguhnya.
2. Untuk meningkatkan, memperluas dan memantapkan keterampilan yang membentuk
kemampuan peserta didik sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja yang sesuai
dengan kebutuhan program pendidikan yang di tetapkan.
Bagi Sekolah
1. Agar mengetahui seberapa jauh seorang siswa memahami peraktik kerja industri
2. Agar mengetahui bagaimana implementasi teori yang diberikan di sekolah dengan
keadaan di lapangan kerja.
3
4
5
juga mengalami peningkatan, baik yang berasal dari pendidikan di luar negeri
maupun lulusan dari dalam negeri.
3. Periode tahun1958 sampai dengan 1967
Pada periode ini meskipun untuk memproduksi obat telah banyak dirintis, dalam
kenyataanya industri-industri farmasi menghadapi hambatan dan kesulitan yang
cukup berat, antara lain kekurangan devisa dan terjadinya sistem penjatahan
bahan baku obat sehingga industri yang dapat bertahan hanyalah industri yang
memperoleh bagian jatah atau mereka yang mempunyai relasi dengan luar
negeri.
Pada periode ini, terutama antara tahun 1960-1965, karena kesulitan devisa dan
ekonomi yang suram, industri farmasi dalam negeri hanya dapat berproduksi sekitar 30%
dari kapasitas produksinya. Oleh karena itu, penyediaan obat menjadi sangat terbatas
dan sebagian besar berasal dari impor.
Sementara itu karena pengawasan belum dapat dilakukan dengan baik banyak
terjadi kasus bahan baku maupun obat jadi yang tidak memenuhi persyaratan standar.
Sekitar tahun 1960-1965, beberapa peraturan perundang-undangan yang penting dan
berkaitan dengan kefarmasian yang dikeluarkan oleh pemerintah antara lain:
1) Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan
2) Undang-undang Nomor 10 tahun 1961 tentang Barang
3) Undang-undang Nomor 7 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan, dan
4) Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek.
Sedangkan berakhirnya apotek darurat ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan No.770/Ph/63/b tanggal 29 Oktober 1963 yang isinya antara lain:
1. Tidak dikeluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek darurat,
2. Semua izin apotek darurat ibukota daerah tingkat I dinyatakan tidak berlaku lagi
sejak tanggal 1 Pebruari 1964, dan
3. Semua izin apotek darurat di ibokota daerah tingkat II dan kota-kota lainnya
dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 Mei 1964.
Pada tahun 1963, sebagai realisasi Undang-Undang Pokok Kesehatan telah
dibentuk Lembaga Farmasi Nasional (Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
39521/Kab/199 tanggal 11 Juli 1963).
Pada periode ini pula ada hal penting yang patut dicatat dalam sejarah kefarmasian
di Indonesia, yakni berakhirnya Apotek Dokter dan Apotek Darurat. Dengan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan No.33148/Kab/176 tanggal 8 Juni 1962, antara lain
ditetapkan:
6
Apoteker Pengelola Apotek (APA) turut berperan serta dalam proyek penelitian,
mulai dari membuat rencana, pengawasan penggunaan obat hingga
menganalisa efektivitas dan reaksi yang tidak diinginkan dari suatu obat.
e. Menangani Keluhan Penyakit Ringan (Swamedikasi)
Apoteker Pengelola Apotek (APA) bertugas memberikan informasi obat atau
konsultasi serta pengobatan untuk kasus-kasus penyakit ringan.
3. Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti,
akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-
kurangnya, meliputi:
- Dosis
- Efek farmakologi
- Cara pemakaian obat
- Cara penyimpanan obat
- Jangka waktu pengobatan
- Aktivitas
- Serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.
4. Promosi dan Edukasi
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus memberikan edukasi
apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan
dengan memilihkan obat yang sesuai dan Apoteker harus berpartisipasi secara aktif
dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara
lain dengan penyebaran leaflet atau brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lainnya.
a. Memberikan informasi obat kepada profesi kesehatan dan masyarakat
(komunikasi, informasi, dan edukasi)
b. Apoteker Pengelola Apotek (APA) bertugas memberikan informasi mengenai
perkembangan penemuan obat-obat baru baik kepada profesi kesehatan lain
maupun dalam penggunaanya kepada masyarakat sehingga diharpakan
pemberian dan penggunaan obat secara rasional dapat dilakukan secara
sempurna.
c. Peningkatan kesehatan masyarakat (Health Promotion)
Apotker Pengelola Apotek (APA) diharapkan turut berperan serta secara aktif
dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pola hidup sehat dan
pengetahuan tentang kesehatan maupun obat-obatan. Juga turut serta dalam
pencegahan penyakit melalui kegiatan pemeriksaan pendahuluan seperti
pengukuran tekanan darah, kadar gula darah dan sebagainya.
9
3. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat -lambatnya
6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan
contoh Formulir model APT-3.
4. Dalam hal pemeriksaan tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat
surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan
menggunakan contoh Formulir model APT-4.
Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan
sebagaiman dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek (SIA) dengan
menggunakan contoh Formulir model APT-5.
5. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala
Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja
mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir model APT-
6.
6. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), Apoteker diberi
kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-
lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan.
7. Apabila Apoteker menggunakan saran pihak lain, maka penggunaan sarana
dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara Apoteker dan pemilik
sarana.
8. Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat
dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat sebagaimana
dinyatakan dalam Surat Pernyataan yang bersangkutan.
9. Terhadap permohonan izin Apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan
Apoteker Pengelola Apotek dan atau persyaratan apotek, atau lokasi apotek tidak
sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat dalam waktu selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib
mengeluarkan Surat Penolakan disertai dengan alasan-alasannya dengan
menggunakan contoh Formulir model APT-7.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan tentang Ketentuan dan Tata Cara
12
Pemberian Izin Apotek, hal-hal yang harus dipenuhi agar surat izin Apotek dapat
dikeluarkan, yaitu:
1. Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang bekerja sama dengan Pemilik Sarana
Apotek (PSA) yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat,
perlengkapan Apotek, tenaga Asisten Apoteker, termasuk sediaan farmasi serta
perbekalan lainnya.
2. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan
farmasi.
3. Sarana Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.
Selain itu, sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, persyaratan yang harus dipenuhi untuk
mendirikan suatu Apotek meliputi:
2.4.1 Lokasi Apotek
Dengan adanya deregulasi di bidang Apotek, maka permohonan pendirian Apotek
bebas memilih lokasi yang diinginkan untuk mendirikan Apotek tanpa perlu
persetujuan lokasi terlebih dahulu. Pemilihan lokasi sebuah Apotek sangat penting
karena mempengaruhi kelangsungan hidup Apotek tersebut. Oleh karena itu, perlu
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut dalam pemilihan lokasi suatu Apotek:
a. Dekat dengan rumah sakit/klinik/sarana kesehatan yang lain.
b. Sekitar Apotek ada beberapa Dokter yang Praktik.
c. Mudah dijangkau.
d. Cukup padat penduduknya.
e. Keadaan sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
f. Terjamin keamanannya.
2.4.2 Sarana Apotek
Yang dimaksud dengan sarana Apotek adalah bangunan atau gedung yang dapat
dipergunakan untuk menjalankan tugas pelayanan kefarmasian. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek, syarat tempat dan perlengkapan Apotek yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
1. Sarana Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan komoditas lainnya di luar sediaan farmasi.
13
yang mempunyai teknis sesuai dengan FI atau buku resmi lain yang
ditetapkan pemerintah.
2. Obat Paten, yaitu obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama
si pembuat yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik
yang memproduksinya.
3. Obat Baru, yaitu obat yang terdiri atas atau berisi zat yang berkhasiat
ataupun tidak berkhasiat, misalnya lapisan, pengisi, pelarut, pembantu
atau komponen lain, yang belum dikenal sehingga tidak diketahui khasiat
dan kegunaannya.
4. Obat Asli, yaitu obat yang di dapat langsung dari bahan-bahan alami
Indonesia, terolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan
digunakan dalam pengobatan tradisional.
5. Obat Tradisional, yaitu obat yang di dapat dari bahan alam (mineral,
tumbuhan atau hewan), terolah secara sederhana atas dasar pengalaman
dan digunakan dalam pengobatan tradisional.
6. Obat Esensial, yaitu obat yang paling dibutuhkan untuk pelayanan
kesehatan masyarakat terbanyak dan tercantum dalam daftar obat
esensial (DOEN) yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI.
7. Obat Generik, yaitu obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam FI
untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
Penggolongan Obat menurut Undang-undang
a. Narkotik (obat bius atau daftar O = opium) merupakan obat yang
diperlukan dalam bidang pengobatan dan IPTEK dan dapat menimbulkan
ketergantungan dan ketagihan (adiksi) yang sangat merugikan masyarakat
dan individu jika dipergunakan tanpa pembatasan dan pengawasan dokter.
Misalnya: candu/opium, morfin, petidin, metadon, kodein dll.
b. Psikotropika (obat berbahaya) merupakan merupakan obat yang
mempengaruhi proses mental, merangsang atau menenangkan,
mengubah pikiran, perasaan atau kelakuan orang. Misalnya: golongan
ekstasi, diazepam, barbital/luminal.
c. Obat Keras (daftar G = gevaarlijk = berbahaya), adalah semua obat yang:
1) Mempunyai takaran/dosis maksimum (DM) atau yang tercantum
dalam daftar obat keras yang ditetapkan pemerintah.
2) Diberi tanda khusus lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi
hitam dan huruf "K" yang menyentuh garis tepinya.
17
D. Administrasi
Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di Apotek, perlu dilaksanakan
kegiatan administrasi yang meliputi:
Administrasi Umum
24
memprediksi dan membentuk Struktur Organisasi Apotek, disertai dengan uraian fungsi
dan tugas, wewenang dan tanggung jawabnya (job description), agar dapat mengetahui
kegiatan apa saja yang akan dilakukan (job description), dan tipe orang yang bagaimana
(job qualification) yang dapat melaksanakan fungsi kegiatan tersebut, sehingga Apotek
dapat beroperasional sesuai rencana.
APA
APOTEKE
R
Asisten
Apoteker Juru Resep
Apoteker, tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker
Pengelola di apotek lain.
2. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam menyediakan, menyimpan dan
menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan terjamin keabsahannya
serta tidak memenuhi kewajiban dalam memusnahkan perbekalan farmasi yang
tidak dapat digunakan lagi atau dilarang digunakan dan mengganti obat generik
yang ditulis dalam resep dengan obat paten.
3. Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun
secara terus-menerus.
4. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan Perundang-undangan
mengenai narkotika, obat keras, psikotropika serta ketentuan Peraturan
Perundang-undangan lainnya.
5. Surat izin kerja apoteker pengelola apotek dicabut apabila pemilik sarana apotek
terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang obat.
6. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek.
Pelaksanaan pencabutan izin apotek dapat dilaksanakan setelah dikeluarkannya:
peringatan tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA) sebanyak 3 (tiga)
kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan, serta
dilakukan pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam)
bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek
BAB III
TINJAUAN KHUSUS APOTEK KENANGA
28
29
7. Penyiapan obat
a. Resep racikan: perhitungan dosis, penyiapan obat dan pencatatan
jumlah obat yang diambil pada kartu stok obat, pemeriksaan ulang
peracikan obat.
b. Rese obat jadi: penyiapan obat dan pencatatan jumlah obat yang
diambil pada kartu stok obat, pemeriksaan ulang.
8. Penulisan etiket.
9. Penyerahan obat.
B. Pelayanan Non Resep (Swamedikasi)
Tahapan yang dilakukan dalam melakukan pelayanan kefarmasian untuk
pasien swamedikasi, diantaranya:
1. Mendengarkan keluhan penyakit pasien.
2. Menggali informasi dari pasien, meliputi:
a. Data pasien, misal umur pasien.
b. Gejala dan lokasi penyakit.
c. Lamanya gejala penyakit yang dirasakan.
d. Awal timbulnya gejala.
e. Pengobatan yang telah dilakukan.
3. Pemilihan obat yang rasional dan sesuai dengan kemampuan ekonomi
pasien.
4. Informasikan harga kepada pelanggan, jika pelanggan setuju, disiapkan
obatnya oleh petugas.
5. Pelayanan informasi oabat.
3.6.7 Pelayanan Narkotika dan Psikotropika
Menurut undang-undang No. 35 tahun 2009 Narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Menurut undang-undang No. 5 tahun 1997 Psikotropika yaitu zat atau obat baik
ilmiah maupun sintetis dan bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada perilaku.
Penyerahan narkotika dan psikotropika oleh Apotek hanya dapat dilakukan kepada
Apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan kepada pengguna
atau pasien yang tentunya memiliki resep dokter.
Di Apotek Kenanga penyerahan obat golongan psikotropika hanya dilakukan
berdasarkan resep dokter. Resep yang mengandung obat golongan psikotropika nama
obatnya dituliskan di dalam laporan pemakaian psikotropika, dicatat nomor resep, tanggal
penyerahan, nama dan alamat pasien, nama dan alamat dokter serta jumlah obat yang
diminta.
36
Apotek tidak boleh melayani permintaan psikotropika atas dasar salinan resep dari
Apotek lain, salinan resep berisi psikotropika hanya boleh dilayani oleh Apotek yang
menyimpan resep aslinya.
3.6.8 Pemusnahan Narkotika dan Psikotropika
Apabila narkotika dan psikotropika tersebut rusak, yaitu:
a. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau
tidak dapat digunakan dalam proses produksi.
b. Kadaluwarsa.
c. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau
berkaitan untuk pengembangan ilmu pengetahuan atau, berkaitan dengan tindak
pidana.
Maka narkotika dan psikotropika tersebut perlu dilakukan pemusnahan.
Pemusnahan narkotika dilakukan oleh pihak Apotek dengan disaksikan oleh petugas
Dinas Kesehatan tingkat II/Kota.
Pemusnahan dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurang-kurangnya,
memuat:
a. Nama, jenis, sifat, dan jumlah.
b. Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun dilakukan pemusnahan.
c. Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang menyaksikan
pemusnahan.
Berita acara pemusnahan tersebut kemudian dikirimkan kepada Badan POM dan Dinas
Kesehatan Kota, dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan tingkat provinsi Jawa
Barat dan Balai Besar POM tingkat provinsi Jawa Barat.
nama barang, satuan, jenis, nomor tanggal dokumen, relasi, harga, awal masuk,
keluar, saldo dan expire date.
Pencatatan ini dilakukan terhadap barang yang masuk dari pembelian dan barang
yang keluar dari hasil penjualan sehingga pengawasan terhadap persediaan barang
dan kebutuhan masing-masing obat lebih mudah.
3. Pencatatan Permintaan Barang
4. Pencatatan Surat Pesanan
Pencatatan surat pesanan, meliputi: nomor surat pesanan, tanggal, jenis
pembayaran, nama supplier, kode obat, nama obat, satuan, kemasan, jumlah,
harga, biaya dan jumlah pesanan.
5. Rekap Pesanan Obat dan Alkes
Rekap pesanan obat dan alkes, meliputi: nama supplier, nomor surat pesanan,
tanggal pesanan dan biaya.
6. Catatan/Rekap Penjualan Obat
Catatan/rekap penjualan obat, meliputi: nama obat, jenis (tablet, kapsul, salep, krim,
sirup, supossitoria), kemasan, jumlah box, rata-rata.
7. Pencatatan Rencana Pembelian Obat
Pencatatan rencana pembelian obat, meliputi: nama obat, nama supplier, harga,
jumlah dan discount.
8. Catatan Pembelian Obat
Catatan pembelian obat, meliputi: bukti barang masuk, tanggal, status pembelian
(kredit/tunai, nomor surat pesanan), nomor faktur, jatuh tempo, nama dan alamat
supplier, nama obat, satuan, kemasan, jumlah, harga, % discount, discount, harga,
expire date, jumlah.
9. Daftar Histori Pembelian
Daftar histori pembelian, meliputi: nomor faktur, tanggal, kode, nama supplier, %
discount, discount, jumlah obat.
10. Bukti Returan Barang
Bukti returan barang, meliputi: tanggal, nomor surat pesanan, tanggal beli,
dikembalikan kepada, nomor, nama barang, quantity, kemasan, harga, retur
discount, jumlah harga, retur pajak, jumlah retur.
11. Pembayaran Pembelian Kredit
Pembayaran pembelian kredit, meliputi: ID pembayar, tanggal, supplier, ID beli,
nomor surat pesanan, nomor faktur (nomor bukti faktur pembelian), tanggal faktur
(tanggal transaksi pembelian), tanggal tempo (tanggal batas akhir pembayaran
faktur), total faktur (total hutang/faktur), retur (jumlah barang yang dikembalikan),
pembayaran (pembayaran per faktur), sisa (sisa pembayaran dikurangi pembayaran
jika suatu faktur pembayarannya dicicil), jumlah pembayaran.
12. Laporan Pembelian Tunai
Laporan pembelian tunai, meliputi: nomor ID beli, nomor faktur, nama obat, tanggal,
satuan (biji, strip, botol, tube, pot), nomor surat pesanan, kemasan, distributor,
jumlah.
38
dan stempel Apotek yang kemudian ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, dengan tembusan kepada:
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
2. Kepala Balai Besar POM Provinsi Jawa Barat
3. Arsip Apotek
3.7.2 Pengelolaan Keuangan
Laporan keuangan atau laporan akuntansi keuangan berfungsi sebagai pemberi
informasi kepada Pengelola atau Pemilik Apotek mengenai perubahan-perubahan yang
terjadi pada unsur-unsur kekayaan (neraca) yang dimiliki Apotek pada awal dan akhir
kegoatan Apotek, karena adanya transaksi jual beli barang dan jasa selama kurun waktu
tertentu. Bentuk-bentuk laporan akuntansi keuangan:
a. Laporan Neraca (Balance Sheet)
Mengembangkan kondisi harta (aktiva), hutang (passiva) dan modal sendiri yang
dimiliki Apotek pada tanggal tertentu.
Unsur-unsur yang terdapat dalam neraca meliputi:
Aktiva (harta) terdiri dari : aktiva lancar seperti uang (kas), surat berharga
(cek, giro, saham), piutang dan persediaan. Aktiva tetap seperti gedung,
tanah.
Passiva (hutang) terdiri dari : hutang jangka pendek, yaitu kurang dari 1
tahun seperti hutang ke supplier, dan hutang jangka panjang, lebih dari 1
tahun seperti pinjaman dari bank.
Modal sendiri : berasal dari pemilik modal sendiri, sebagai hutang Apotek.
Neraca adalah suatu konstanta yang artinya bahwa jumlah aktiva selau =
jumlah hutang + modal pemilik.
4. Saldo akhir.
BAB IV
PEMBAHASAN
41
42
baik. Desain eksterior maupun desain interior telah memenuhi standar, adanya papan
nama yang cukup jelas yang bisa di lihat jelas serta halaman parkir, ruang tunggu yang
sejuk, nyaman dan bersih.
Penataan obat-obat bebas di ruang counter disusun berdasarkan golongan obat,
efek farmakologi obat dan bentuk sediaanya yang disusun sedemikian rupa sehingga
menarik perhatian dan menjadi nilai tambah tersendiri dalam segi estetikanya. Penataan
obat-obat bebas diletakkan dalam display sehingga dapat menarik perhatian konsumen
untuk mengetahui produk tersebut sehingga akhirnya tertarik untuk membelinya,
disamping perlengkapan lain seperti brosur-brosur.
Tata letak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pelayanan obat
kepada pasien karena dengan adanya tata letak yang baik dapat dilakukan pelayanan
kefarmasian yang tepat dan cepat. Penataan ruang di Apotek Kenanga cukup baik
dimana dapat mendukung pelaksanaan kegiatan dengan efisien.
Kondisi sehari-hari yang terjadi di Apotek Kenanga umumnya adalah penjualan
atas resep asli dari dokter yang praktik di Apotek Kenanga dan dokter lain di luar Apotek
Kenanga juga pelayanan swamedikasi. Untuk meningkatkan pelayanan dan kenyamana
pasien, Apotek Kenanga dilengkapi dengan fasilitas ruang tunggu yang cukup luas dan
terdapat alat timbangan dan alat pengukur tinggi badan yang berfungsi untuk
mengalihkan perhatian pasien akibat menunggu obat racikan, ditambah dengan adanya
fasilitas toilet.
Di bagian depan ruang utama terdapat 1 meja yang dilengkapi 1 komputer untuk
proses komputerisasi seperti pendaftaran pasien dan penerimaan resep. Di ruang praktik
dokter terdapat 1 komputer untuk proses komputerisasi dan penyerahan resep melalui
sistem online di komputer kepada Asisten Apoteker. Sedangkan pada ruang peracikan
terdapat alat meracik seperti mortir, stamper, gelas ukur, erlenmeyer, cawan penguap,
termometer, batang pengaduk, sendok spatel, kertas perkamen, lap, kapsul kosong, dan
sebagainya.
Untuk penyiapan obat-obat jadi, pemberian etiket dan pengemasan disatukan
dengan meja untuk meracik, dilengkapi juga dengan alat tulis, etiket, pot salep, gunting,
kuitansi, salinan resep, sendok spatel, plastik klip, kantong plastik, dan buku defekta.
Sebagai sumber informasi selama proses pelayanan, di Apotek disediakan buku-buku
seperti FI, ISO, MIMS, dan buku-buku farmakologi.
Sistem pelayanan resep di Apotek Kenanga, yaitu penerimaan resep dokter
secara online. Ketika pasien datang ke Apotek, pasien mendaftarkan dirinya kemudian
oleh Asisten Apoteker data pasien tersebut dimasukkan ke dalam komputer, secara
43
online data pasien tersebut di terima oleh komputer yang berada di ruang dokter,
kemudian pasien di panggil masuk ke ruang dokter. Setelah itu dokter menanyakan
keluhan apa yang di derita oleh pasien dan memeriksa penyakit pasien tersebut.
Selanjutnya, resep di kirimkan melalui sistem online di komputer sehingga Asisten dapat
meracik dan menyiapkan obat untuk diserahkan kepada pasien. Obat yang telah di ambil
di kemas dan di beri cara pakai berdasarkan resep di periksa kembali apakah sudah
sesuai dengan resep tersebut, jika sesuai Asisten Apoteker menyerahkan obat dengan
memberikan informasi seperti jumlah obat dan cara pemakaiannya.
Dengan sistem ini waktu penerimaan resep dan penyerahan resep diketahui
secara komputerisasi. Semua data yang masuk di dokumentasikan dengan baik.
Sedangkan untuk resep dari luar dan pembelian obat tanpa resep pelayanannya
dilakukan secara tunai/langsung secara efisien, ketika resep dari pasien diterima oleh
Asisten Apoteker yang bertugas kemudian resep diperiksa ada atau tidak persediaan
obat yang diminta dalam resep tersebut. Selanjutnya resep diberi harga dan
dikonfirmasikan kepada pasien. Setelah pasien setuju maka resep dapat disediakan atau
diracik, di beri etiket, diperiksa dan kemudian diserahkan kepada pasien.
Jika resep masuk dan terjadi kekurangan persediaan maka pengadaanya harus
segera dilakukan dengan mengecek persediaan barang untuk langsung memesan ke
distributor (PBF) yang dapat menyediakannya dalam waktu cepat. Alternatif yang lain
yaitu menawarkan kepada konsumen, dengan mengganti obat tersebut misalnya dengan
obat generik atau obat lain dengan komposisi yang sama yang tentunya atas persetujuan
dokter yang menulis resep tersebut. Selain itu juga bisa dilakukan penyerahan obat
sesuai dengan jumlah yang ada dan dibuat salinan resep.
Pemesanan dan pembelian perbekalan farmasi di Apotek Kenanga dilakukan
melalui sumber yang resmi untuk menjamin mutu dan keabsahan barang dengan cara
pembelian kredit dan cara konsinyasi yang dilakukan untuk obat-obat baru guna
menghindari penumpukan barang dan kerugian bila obat baru tersebut ternyata kurang
laku.
Apotek Kenanga tidak mempunyai gudang, dikarenakan setiap barang-barang
yang masuk langsung di data dimasukkan ke dalam komputer dan diberi label harga.
Selanjutnya barang-barang tersebut dimasukkan ke dalam rak-rak obat dan dicatat oleh
Asisten Apoteker. Pengadaan obat-obatan di Apotek Kenanga berdasarkan kebutuhan,
obat-obat fast moving dan resep dokter karena diinginkan obat baru masuk langsung
keluar sehingga tidak memerlukan gudang. Sistem pengeluaran obat di Apotek Kenanga
berdasarkan FIFO (First In First Out) artinya obat yang terlebih dahulu masuk akan
44
optimal, karena untuk melakukan pelayanan ini, Apoteker Pengelola Apotek harus selalu
berada ditempat pada waktu Apotek buka, selama ini pemberian informasi obat hanya
diberikan oleh Asisten Apoteker pada waktu penyerahan obat dan hanya bersifat umum.
Sebagai sarana pelayanan maka Apotek Kenanga harus selalu memperlihatkan
kualitas pelayanan sehingga tercapai kepuasan pelanggan. Apotek harus tahu apa yang
dibutuhkan dan diinginkan pelanggan. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan
timbulnya ketidakpuasan pelanggan misalnya, layanan selama proses mendapatkan jasa
tidak memuaskan, perilaku personal kurang memuaskan, suasana dan kondisi fisik
lingkungan tidak menunjang, harga terlalu tingga atau harga tidak sesuai. Dengan
banyaknya faktor yang dapat menyebabkan ketidakpuasan pelanggan tersebut, maka
perlu dilakukan antisipasi terhadap hal yang bisa menyebabkan pelanggan serta
perbaikan secara kontinyu, dalam segala kegiatan Apotek, sehingga muncul kualitas
yang semakin baik yang tentunya harus dapat dirasakan oleh pelanggan. Perbaikan
kualitas ini harus pula dipahami oleh seluruh karyawan Apotek, agar mereka tampil dalam
kinerja yang prima dan kualitas yang tinggi.
Pengelolaan Apotek yang baik membawa pada kemajuan Apotek. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan untuk kemajuan Apotek yang berkaitan dengan pengelolaannya
yaitu administrasi yang teratur, pengelolaan sumber daya manusia dan pelayanan yang
memuaskan kepada masyarakat. Administrasi yang teratur dalam pengelolaan Apotek
mempermudah pengontrolan terhadap barang Apotek dan keuangannya. Pengontrolan
terhadap barang Apotek bertujuan menghindarkan adanya kekosongan barang,
kehilangan atau kelebihan stok barang dan adanya barang yang kadaluwarsa. Pelayanan
kefarmasian meliputi perencanaan kebutuhan obat, pengadaan obat bertujuan
menyediakan obat yang tepat dalam hal jumlah dan jenis serta dosis yang tepat,
menyediakan obat yang bermutu, mengelola obat dalam hal penyimpanan dan
pendistribusian obat dengan cara yang tepat dan cepat untuk diserahkan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Apotek Kenanga telah mendapat izin resmi sesuai dengan Permenkes RI No.
922/Menkes/Per/X/1993 yang ditujukan kepada Apoteker Pengelola Apotek.
2. Apotek Kenanga telah memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, perlengkapan
Apotek, perbekalan farmasi, pengelolaan, administrasi dan ketenaga kerjaan baik
farmasi maupun non farmasi Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002.
3. Sistem pengadaan barang dilaksanakan seminggu sekali oleh pemiliknya
langsung yang pemesanannya sesuai kebutuhan dan resep dokter, sehingga
tidak memerlukan gudang yang mengakibatkan tidak terjadinya penumpukan
barang. Namun hal ini kurang efektif karena sering terjadi kekosongan barang,
sehingga menyebabkan terjadinya penolakan resep dan pindahnya pelanggan ke
Apotek lain.
4. Pembelian barang dilakukan secara kredit dan konsinyasi, dimana pembayaran
dilakukan secara jatuh tempo.
5. Penerimaan resep dan penyerahan resep dilaksanakan secara komputerisasi.
6. Sistem pengeluaran obat di Apotek Kenanga berdasarkan FIFO (First In First
Out).
7. Apotek Kenanga melakukan kegiatan pengelolaan Apotek, meliputi pemesanan,
penyimpanan, dan pemberian obat kepada pasien disertai informasi mengenai
penggunaan obat dan membuat laporan penggunaan obat.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan di
Apotek Kenanga dapat disarankan:
1. Diperlukan adanya pembagian tugas dan tanggung jawab yang lebih jelas
terhadap masing-masing karyawan di Apotek Kenanga.
2. Penggunaan kartu stok harus lebih ditingkatkan lagi.
3. Sistem pengadaan barangnya lebih diperinci lagi dan diperlukan adanya
persediaan pengaman sehingga tidak terjadi kekosongan barang serta
meminimalkan obat-obat slow moving.
46
47
48
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
SURAT PESANAN PREKURSOR
50
LAMPIRAN 2
SURAT PESANAN
51
LAMPIRAN 3
SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA
52
LAMPIRAN 4
LAPORAN PENGGUNAAN PSIKOTROPIKA
53
LAMPIRAN 5
FAKTUR
54
LAMPIRAN 6
SALINAN RESEP
55
LAMPIRAN 7
KARTU STOK
56
LAMPIRAN 8
ETIKET
57
LAMPIRAN 9
CONTOH RESEP UMUM
58
LAMPIRAN 10
CONTOH RESEP BPJS
59
LAMPIRAN 11
KLIP PLASTIK
60
LAMPIRAN 12
LOKASI APOTEK KENANGA
61
LAMPIRAN 13
DENAH TEMPAT PKL
62
LAMPIRAN 14
KWITANSI
63
LAMPIRAN 15
NOTA PEMBELIAN
64