Bab 4
Enzim
4.1 Enzim
Sel dapat berfungsi sebagai mesin kimia, karena adanya enzim, katalisator yang
mampu meningkatkan kecepatan reaksi-reaksi kimia spesifik tanpa ikut bereaksi.
Enzim merupakan molekul protein yang sangat spesifik, dibentuk oleh sel dari
unit-unit sederhana asam amino. Tiap jenis enzim umumnya hanya dapat
mengkatalisis satu jenis reaksi kimia spesifik; jadi diperlukan ratusan jenis enzim
yang berbeda untuk metabolisme tiap jenis sel. Enzim bersifat jauh lebih efisien
dibandingkan dengan katalisator reaksi kimia biasa, karena molekul enzim lebih
spesifik, daya katalisatornya jauh lebih efisien, dan dapat berfungsi pada kondisi
suhu dan konsentrasi ion hidrogen (pH) normal. Enzim dapat mengkatalisis dalam
waktu beberapa detik untuk urutan reaksi kompleks yang memerlukan beberapa
hari, minggu bahkan bulan, bila dikerjakan di laboratorium kimia. Reaksi-reaksi
yang dikatalisis oleh enzim berlangsung sempurna, dengan produk 100%, tanpa
produk samping. Sedangkan pada penggunaan katalisator reaksi kimia biasa,
hampir selalu terbentuk satu atau lebih produk samping. Oleh karena itu, sel hidup
dapat melangsungkan berbagai reaksi kimia secara serentak tanpa terhambat oleh
adanya produk samping yang tidak diinginkan.
Ratusan reaksi kimia enzimatis di dalam sel diatur menjadi banyak urutan
reaksi-reaksi bertahap yang berbeda. Urutan ini dapat terdiri dari 2 sampai 20
atau lebih tahapan reaksi. Beberapa diantara urutan reaksi enzimatis menguraikan
nutrisi organik menjadi produk akhir yang lebih sederhana untuk memperoleh
energi kimia. Proses lain yang membutuhkan energi adalah pembentukan
makromolekul kompleks secara bertahap dari molekul-molekul pemulanya yang
lebih kecil. Jalur-jalur enzimatis ini, yang mendasari metabolisme sel, dan bersifat
saling berhubungan.
Pada beberapa penyakit, terutama gangguan genetik yang menurun, mungkin
terdapat kekurangan atau bahkan kehilangan satu atau lebih enzim pada jaringan;
Pada keadaan abnormal lainnya, aktivitas yang berlebihan dari suatu enzim
tertentu, kadang-kadang dapat dikontrol oleh obat yang dibuat untuk menghambat
aktivitas katalitiknya; Selanjutnya, pengukuran aktivitas enzim tertentu pada
plasma darah, sel darah merah, atau contoh jaringan, penting bagi diagnosa
penyakit
Enzim telah menjadi alat praktis yang penting, bukan hanya dalam dunia
kesehatan, tetapi juga dalam industri kimia, dalam pengolahan pangan, dan
pertanian, bahkan pada aktivitas sehari-hari enzimpun memainkan peranannya
Materi Kuliah Biokimia – Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung – Yeni Wahyuni – Feb 2021
Enzim 2
Materi Kuliah Biokimia – Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung – Yeni Wahyuni – Feb 2021
Enzim 3
1.4 Enzim yang bekerja pada gugus CH-NH2 sebagai elektron, misalnya:
1.4.1.3 L-Glutamat : NAD(P) oksidoreduktase (deaminasi) [glutamat
dehidrogenase dari hati binatang]. NAD(P) berarti bahwa baik NAD
maupun NADP bekerja sebagai akseptor elektron.
Enzim
L-Glutamat + H2O + NAD(P) -Ketoglutarat + NH4+ + NAD(P)H + H+
COOH COOH
CH NH2 C O
Enzim + +
CH2 + H2O + NAD(P) CH2 + NH4 + NAD(P)H + H
CH2 CH2
COOH COOH
L-Glutamat -Ketoglutarat
1.9 Enzim yang bekerja pada hem dari donor elektron, misalnya:
1.9.3.1 Sitokrom c : O2 oksidoreduktase [Sitokrom oksidase]
+ Enzim
4 Sitokrom c reduksi + O2 + 4 H 4 Sitokrom c teroksidasi + 2 H2O
1.11 Enzim yang bekerja pada H2O2 sebagai akseptor elektron, misalnya
1.11.1.6 H2O2 oksidoreduktase [katalase]
Enzim
H2O2 + H2O2 O2 + 2 H2O
2. Kelas Transferase
Enzim-enzim yang mengkatalisis pemindahan gugus G (bukan hidrogen) antara
sepasang substrat S dan S’.
S-G + S’ S’-G + S
Yang termasuk ke dalam kelas ini, adalah enzim-enzim yang mengkatalisis
pemindahan gugus satu karbon, residu aldehida atau keton, dan gugus yang
mengandung asil, alkil, glikosil, fosfor atau sulfur; Beberapa sub-kelas yang
penting, adalah:
2.3 Asiltransferase
2.3.1.6 Asetil Ko-A : Kolin O-asetiltransferase (kolin asiltransferase)
Enzim
Asetil-Ko-A + Kolin Ko-A + Asetilkolin
2.4 Glikosiltransferase
2.4.1.1 -1,4-glukan : ortofosfat glikosil transferase (fosforilase)
Enzim
( -1,4 -glukosil)n + ortofosfat ( -1,4 -glukosil)n-1 + -D-glukosa-1-fosfat
Materi Kuliah Biokimia – Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung – Yeni Wahyuni – Feb 2021
Enzim 4
3. Kelas Hidrolase
Enzim-enzim yang mengkatalisis hidrolisis ikatan-ikatan ester, eter, peptida,
glikosil, anhidrida asam, C-C, C-halida, atau P-N, misalnya:
3.1 Enzim-enzim yang bekerja pada ikatan ester, misalnya:
3.1.1.8 Asilkolin asil-hidrolase (pseudokolinesterase)
Enzim
Asilkolin + H2O Kolin + Asam
3.4 Enzim-enzim yang bekerja pada ikatan peptida. Nama-nama klasik (pepsin,
plasmin, rennin, kimotripsin) masih banyak dipakai. Karena overlapping
dan kespesifikan yang tidak menentu, membuat tata nama menurut sistem
tersebut tidak praktis pada dewasa ini.
4. Kelas Liase
Enzim-enzim yang mengkatalisis pembuangan gugus dari substrat dengan
mekanisme yang lain daripada hidrolisis, dan meninggalkan ikatan rangkap;
Yang termasuk golongan ini, adalah enzim yang bekerja pada ikatan C-C, C-O, C-
N, C-S, dan C-halida. Yang termasuk sub-kelasnya adalah:
4.1 Aldehida-liase, misalnya:
4.1.2.7 Ketosa-1-fosfat aldehidaliase (aldolase)
Materi Kuliah Biokimia – Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung – Yeni Wahyuni – Feb 2021
Enzim 5
Aldolase
Ketoheksosa-1-fosfat Dihidroksi aseton fosfat + Aldehida
CH2OPO 3H2
C O
CH2OPO 3H2 CHO
HC OH Enzim
C O + CHOH
HC OH
CH2OH CH2OH
HC OH
Dihidroksi Gliseraldehida
CH2OH aseton fosfat
Fruktosa-1-fosfat
COOH COOH
CH-OH CH
Fumarase
+ H2 O
CH2 CH
COOH COOH
L-Malat Asam Fumarat
Gambar 4.6 Mekanisme Reaksi L-Malat hidroliase (Fumarase)
5. Kelas Isomerase
Enzim-enzim yang mengkatalisis interkonversi isomer-isomer optik,
geometrik, atau posisi; beberapa sub-kelasnya, adalah:
5.1 Rasemase dan epimerase
5.1.1.1 Alanin rasemase
Enzim
L-Alanin D-Alanin
O O
OHC C OH
Alanin rasemase
H2N CH CH NH2
CH3 CH3
L-Alanin D-Alanin
Gambar 4.7 Mekanisme Reaksi Alanin rasemase
5.2 Sis-trans isomerase
5.2.1.3 11-sis-trans-isomerase [retinen isomerase] (semua trans retinen)
Retinen isomerase
Semua trans retinen 11-sis-retinen
5.3 Enzim-enzim yang mengkatalisis interkonversi aldosa dan ketosa
5.3.1.1 D-Gliseraldehida-3-fosfat ketoisomerase (triosafosfat isomerase)
Materi Kuliah Biokimia – Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung – Yeni Wahyuni – Feb 2021
Enzim 6
Triosafosfat
isomerase
D-Gliseraldehida-3-fosfat dihidroksiaseton-fosfat
CHO Triosafosfat CH2OH
isomerase
CH-OH C O
6. Kelas Ligase
Enzim-enzim yang mengkatalisis penggabungan dua senyawa diikuti oleh
pemecahan ikatan pirofosfat pada ATP atau senyawa yang sejenis. Yang
termasuk dalam golongan ini, adalah enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi
pembentukan ikatan C-O, C-S, C-N, dan C-C. Sub-kelasnya diwakili oleh:
6.2 Enzim-enzim yang mengkatalisis pembentukan ikatan G-S, misalnya:
6.2.1.4 Suksinat : Ko-A Ligase (GDP) [suksinat tiokinase]
Suksinat
tiokinase
Suksinat + Ko-A Suksinil Ko-A
GTP GDP + Pi
COOH Suksinat COOH
tiokinase
CH2 + Ko-A-SH CH2 + H2O
CH2 CH2
GTP GDP + Pi
COOH CO S Ko-A
Suksinat Suksinil Ko-A
Gambar 4.9 Mekanisme Reaksi Suksinat : Ko-A Ligase (GDP)
[suksinat tiokinase]
Materi Kuliah Biokimia – Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung – Yeni Wahyuni – Feb 2021
Enzim 7
Glutamin
sintetase
L-Glutamat + NH4+ L-Glutamin
ATP ADP + Pi
O O
H2N CH C OH H2N CH C OH
CH2 Glutamin CH2
sintetase
CH2 + NH4+ CH2 + H2O
C O C O
OH ATP ADP + Pi NH2
L-Glutamat L-Glutamin
Gambar 4.10 Mekanisme Reaksi L-Glutamat : Amonia ligase (ADP)
[glutamin sintetase]
ATP ADP + Pi
4.1.2 Enzim memperlihatkan semua Sifat-sifat Protein
Semua enzim murni yang telah diamati sampai saat ini adalah protein; dan
aktivitas katalitiknya bergantung kepada integritas strukturnya sebagai protein.
Sebagai contoh, jika enzim dididihkan dengan asam kuat atau diinkubasi dengan
tripsin, yaitu perlakuan yang memotong rantai polipeptida, aktivitas katalitiknya
biasanya akan hancur; hal ini memperlihatkan bahwa struktur kerangka primer
protein enzim dibutuhkan untuk aktivitas katalitiknya. Selanjutnya, jika kita
mengubah perlipatan rantai protein yang khas dari suatu protein enzim utuh; oleh
panas, oleh perlakuan pH yang jauh menyimpang dari keadaan normal, atau oleh
perlakuan dengan senyawa perusak lainnya, aktivitas katalitik enzim akan hilang.
Jadi struktur primer, sekunder, dan tersier protein enzim, penting bagi aktivitas
katalitiknya.
Enzim, seperti protein lain, mempunyai berat molekul yang berkisar antara
12.000 sampai lebih dari satu juta. Oleh karena itu, enzim berukuran amat besar
bila dibandingkan dengan substrat atau gugus fungsional targetnya. Beberapa
enzim hanya terdiri dari polipeptida dan tidak mengandung gugus kimiawi selain
residu asam amino, seperti ribonuklease pankreas. Akan tetapi, enzim lain,
memerlukan tambahan komponen kimia bagi aktivitasnya; komponen ini disebut
ko-faktor. Ko-faktor bisa merupakan suatu molekul anorganik seperti ion Fe2+,
Mn2+, Mg2+, atau Zn2+; atau suatu molekul organik kompleks yang disebut ko-
enzim. Beberapa enzim membutuhkan baik ko-enzim maupun satu atau lebih ion
logam bagi aktivitasnya. Pada beberapa enzim, ko-enzim atau ion logam hanya
Materi Kuliah Biokimia – Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung – Yeni Wahyuni – Feb 2021
Enzim 8
terikat secara lemah atau dalam waktu sementara pada protein enzim; akan tetapi,
pada enzim lain, ko-enzim dan ion logam terikat kuat, atau terikat secara
permanen; ko-faktor ini disebut dengan gugus prostetik. Enzim yang strukturnya
sempurna dan aktif mengkatalisis, bersama-sama dengan ko-enzim atau gugus
logamnya, disebut holoenzim. Ko-enzim dan ion logam bersifat stabil sewaktu
pemanasan, sedangkan bagian protein enzim, yang disebut apoenzim,
terdenaturasi oleh pemanasan.
2. Situs aktif
Adalah suatu kesatuan tiga dimensi yang terbentuk oleh berbagai gugus yang
berasal dari berbagai bagian dari urutan asam amino. Berbagai residu asam
amino yang cukup jauh terpisah satu sama lain dalam urutan asam amino
mungkin berinteraksi lebih kuat dibandingkan dengan yang bersebelahan,
seperti dalam lisosom, gugus-gugus yang berperan dalam situs aktif berasal
dari residu 35, 52, 62, 63, 101 dan 106 (gambar 4.12)
Molekul substrat tidak bersentuhan dengan seluruh residu asam amino dalam
molekul enzim, tetapi hanya dengan sebagian kecil residu asam amino pada
permukaan suatu molekul enzim.
Molekul
Molekul
air
Substrat
Molekul Enzim
7 nm
Materi Kuliah Biokimia – Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung – Yeni Wahyuni – Feb 2021
Enzim 9
NH2 COO-
1 35 52 62, 63 101 106 129
Gambar 4.12 Situs Aktif dalam molekul Lisosom
(Sumber: Stryer, 2000; hal 190)
N O H N
HC C
C Rantai samping
HC N Treonin dari enzim
C H O C
O H
H
O Rantai samping
Serin dari enzim
CH2
Materi Kuliah Biokimia – Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung – Yeni Wahyuni – Feb 2021
Enzim 10
4. Situs aktif berupa celah atau retakan. Dalam semua enzim yang dikenal
strukturnya, molekul substrat terikat ke suatu celah atau retakan. Biasanya air
tidak ada di situs tersebut, kecuali bila molekul air berfungsi sebagai reaktan.
Sifat non polar sebagian celah meningkatkan pengikatan substrat. Akan tetapi,
celah tersebut mungkin juga mengandung residu polar. Dengan demikian
terbentuklah suatu lingkungan mikroyang menyebabkan residu-residu tertentu
mempunyai sifat khusus yang mutlak untuk katalisis. Kedudukan residu polar
di bagian dalam molekul protein enzim, merupakan kekecualian yang penting
terhadap asas umum, yaitu residu polar terpapar terhadap air.
Substrat
+ c
a b
Enzim
c Kompleks Enzim-Substrat
a b
Enzim
Gambar 4.14 Model interaksi Substrat-Enzim yang berupa kunci dan anak
kunci
Situs aktif enzim bebas sejodoh dengan bentuk substrat
Materi Kuliah Biokimia – Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung – Yeni Wahyuni – Feb 2021
Enzim 11
Substrat
+ c
a b
a
Enzim
c
Kompleks Enzim-Substrat
b
Enzim
Konsentrasi Enzim
2. Konsentrasi Subsrat
Pada konsentrasi substrat yang amat rendah, kecepatan reaksi (V) pun amat
rendah, tetapi, kecepatan akan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi
substrat. Bila kecepatan reaksi terus diukur pada setiap penambahan
konsentrasi substrat, maka akan ditemukan bahwa kecepatan meningkat
dengan nilai yang semakin kecil. Pada akhirnya, akan tercapai titik batas, dan
setelah titik ini dilampaui, kecepatan reaksi hanya akan meningkat sedemikian
kecil dengan bertambahnya konsentrasi substrat. Bagaimana pun tingginya
konsentrasi substrat setelah titik ini tercapai, kecepatan reaksi akan
mendekati, tetapi tidak akan pernah mencapai garis maksimum, batas ini
Materi Kuliah Biokimia – Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung – Yeni Wahyuni – Feb 2021
Enzim 12
V maks
Kecepatan reaksi
Konsentrasi Substrat
3. pH
Enzim memiliki pH optimum yang khas, yaitu pH yang menyebabkan aktivitas
maksimal. Profil aktivitas enzim menggambarkan pH pada saat gugus pemberi
atau penerima proton pada sisi katalitik enzim berada dalam tingkat ionisasi
yang diinginkan.
Materi Kuliah Biokimia – Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung – Yeni Wahyuni – Feb 2021
Enzim 13
Kecepatan reaksi
pH
optimum
pH
4. Temperatur
Dalam batas-batas temperatur tertentu, kecepatan reaksi yang dikatalisis
enzim naik bila temperatur naik.
Bila kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim diukur pada beberapa temperatur,
hasilnya diperlihatkan pada gambar 4.20 adalah khas. Terlihat suatu
temperatur optimal, dimana reaksi adalah paling cepat. Di atas temperatur itu,
kecepatan reaksi menurun secara tajam, karena terjadi denaturasi enzim oleh
pemanasan. Untuk kebanyakan enzim, temperatur optimal adalah temperatur
sel, atau di atas temperatur sel dimana enzim-enzim berada.
Kenaikan kecepatan di bawah temperatur optimal disebabkan oleh kenaikan
energi kinetika molekul-molekul yang bereaksi. Akan tetapi bila temperatur
dinaikkan terus, maka energi kinetika molekul-molekul enzim menjadi lebih
besar. Energi kinetika yang lebih besar dapat memecahkan ikatan-ikatan
sekunder, dan sebagai akibatnya; struktur sekunder dan tersier hilang, disertai
dengan hilangnya aktivitas katalitik enzim.
Kecepatan reaksi
temperatur
optimum
Temperatur
Materi Kuliah Biokimia – Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung – Yeni Wahyuni – Feb 2021
Enzim 14
Hampir semua enzim dapat diracuni atau dihambat oleh senyawa kimiawi
tertentu. Senyawa penghambat enzimn juga amat berguna dalam menjelaskan
lintas metabolik di dalam sel. Lebih lanjut, beberapa obat yang bermanfaat dalam
dunia kedokteran dapat menghambat enzim-enzim tertentu yang mengganggu
kerja sel.
Terdapat dua jenis utama penghambat enzim, yaitu yang bekerja secara tak
dapat balik (irreversible) dan dapat balik (reversible).
1. Penghambat tak dapat balik (irreversible) adalah golongan yang bereaksi
dengan, atau merusak suatu gugus fungsional pada molekul enzim yang
penting bagi aktivitas katalitiknya. Suatu contoh senyawa penghambat tak
dapat balik adalah diisoprofil fluorofosfat (DFP), yang menghambat enzim
asetilkolinesterse. Penghambat DFP tak dapat balik amat reaktif dan bereaksi
dengan gugus hidroksil dari residu serin esensial pada situs aktif
asetilkolinesterase, membentuk turunan yang tidak aktif mengkatalisa (gambar
4.21). Sekali turunan ini terbentuk, molekul enzim tidak lagi dapat berfungsi.
DFP telah ditemukan menghambat semua jenis enzim, banyak diantaranya
yang mampu mengkatalisa hidrolisis ikatan peptida atau ester. Senyawa ini
tidak hanya menghambat asetilkolinesterase, tetapi juga tripsin, khimotripsin,
elastase, fosfoglukomutase, dan kokoonase. Semua enzim yang dihambat oleh
DFP memiliki residu serin esensial pada situs aktifnya, yang berpartisipasi
dalam aktivitas katalitiknya. Senyawa penghambat tak dapat balik lainnya, dari
beberapa enzim, adalah Iodoasetamida, yang dapat bereaksi dengan gugus
sulfidril (-SH) dari residu sistein esensial atau dengan gugus imidazol dari
residu histidin esensial. Gugus tiol sistein dan gugus imidazol histidin, telah
diidentifikasi sebagai gugus yang berpartisipasi di dalam aktivitas katalitik
berbagai golongan enzim (gambar 4.22)
Molekul Molekul
asetil- asetil-
kolinesterase kolinesterase
H2C CH2
OH H3C O CH3
+ + HF
F HC O P O CH
H3C CH3
H3C O CH3
HC O P O CH
H3C O CH3
Materi Kuliah Biokimia – Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung – Yeni Wahyuni – Feb 2021
Enzim 15
Enzim Enzim
CH2 CH2
SH S
+ + HI
CH2
I
C O
CH2
NH2
C O
NH2
Gambar 4.22 Penghambatan tak dapat balik suatu enzim yang
mengandung –SH oleh Iodoasetamida
Enzim Enzim
Enzim
Enzim
Materi Kuliah Biokimia – Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung – Yeni Wahyuni – Feb 2021
Enzim 16
CH2 2H CH
C O C O
O -
O- -
Suksinat Fumarat O
M
- - - C O
O O O o E
H2 C l n
C O C O Situs
C O e z
H2 C Aktif
k i
CH2 CH2 u m
C O
CH2 l
CH2 C O -
O
C O C O C O
O- O- O-
Suksinat Malonat Oksaloasetat
Penghambat kompetitif
Materi Kuliah Biokimia – Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung – Yeni Wahyuni – Feb 2021
Enzim 17
4.2 Ko-enzim
Banyak enzim yang mengkatalisis proses pemindahan gugus dan reaksi lainnya
memerlukan molekul organik sekunder yang dikenal dengan nama ko-enzim.
Untuk membedakan ko-enzim dengan aktivator ion logan dan dengan enzimnya
sendiri, ko-enzim diartikan sebagai senyawa organik yang berbobot molekul
rendah, stabil terhadap panas, dan dibutuhkan bagi aktivitas enzim. Sebagian besar
ko-enzim berikatan dengan enzim secara non kovalen. Jenis-jenis enzim yang
membutuhkan ko-enzim mencakup enzim yang mengkatalisis reaksi oksidasi-
reduksi, pemindahan gugus, isomerasi, serta reaksi yang membentuk ikatan
kovalen. Reaksi lisis termasuk hidrolisis, tidak memerlukan ko-enzim.
Materi Kuliah Biokimia – Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung – Yeni Wahyuni – Feb 2021
Enzim 18
D CoE-G A
Gambar 4.26 Mekanisme pemindahan gugus fungsi G dari molekul donor ke
molekul akseptor
4.2.3Klasifikasi Ko-Enzim
1. Ko-enzim untuk pemindahan gugus bukan hidrogen (H)
a. Gula fosfat
b. Ko-A. SH
c. Tiamin pirofosfat
d. Piridoksal fosfat
e. Ko-enzim folat
f. Biotin
g. Ko-enzim kobamida
h. Asam lipoat
Materi Kuliah Biokimia – Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Bandung – Yeni Wahyuni – Feb 2021