OLEH :
IRA YUNIARISTI
NIM. 202106109
NIM : 202106109
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Pendidikan Profesi Ners
Departemen Keperawatan Dasar Profesi (KDP), yang dilaksanakan pada tanggal
21-26 Maret 2022.
Mengetahui,
Ira Yuniaristi
Dr. Ns. Moch. Maftuchul Huda, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom.
NIM. 202106109
NIDN. 0731068901
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
1.3.10 Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan karena penyakit asma menurut (Wahid
& Suprapto, 2013) yaitu:
1) Status Asmatikus: suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang
bersifat refrator terhadap pengobatan yang lazimdipakai.
2) Atelektasis: ketidakmampuan paru berkembang dan mengempis
3) Hipoksemia
4) Pneumothorax
5) Emfisema
6) Deformitas thorax
7) Gagal jantung
BAB 2
2.1 PENGKAJIAN
a) Anamnesis
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pada pengkajian
semua data dikumpulkan secara sistematis, untuk menentukan status kesehatan
pasien saat ini. Pengkajian harus dilakukan secara komperhensif terkait dengan
aspek biologis, psikologis, sosial maupun spiritual pasien (Asmad, 2018).
Sebelum dilakukan operasi maka klien perlu dipersiapkan secara fisik maupun
psikis, disamping itu klien juga perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa
yang akan dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik
(pernafasan dalam) untuk digunakan dalam periode post operasi. hal tersebut
penting dikarenakan banyak klien merasa cemas bila akan dioperasi dan juga
terhadap pemberian anastesi. Untuk melengkapi hal tersebut maka perawat perlu
melengkapi data subjektif maupun objektif. Pengumpulan data subjektif dan
objektif pada klien dengan apendisitis meliputi anamnesis riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial.
1. Identitas pasien
Penyakit ini sering ditemukan pada semua usia dari bayi di atas satu tahun
hingga dewasa. Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa
yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan
darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pada klien penderita Asma keluhan utama yang akan muncul berupa sesak
nafas, batuk, lesu, tidak bergairah, pucat, nyeri pada bagian dada dan jalan
nafas. Keluhan utama yang muncul pada pasien Asma adalah sesak napas.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pada kasus yang khas, Keluhan pasien yaitu sesak nafas, batuk, lesu, tidak
bergairah, pucat, nyeri pada bagian dada dan jalan nafas
c. Riwayat kesehatan lalu
Apakah pasien pernah menderita penyakit asma dan penyakit berat seperti
serangan jantung, dan penyakit lainnya yang berbahaya
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang mengalami sakit yang sama atau keturunan.
e. Riwayat nutrisi, saat sakit biasanya akan mengalami penurunan nafsu
makan
b) Pola Kesehatan Sehari-hari
1. Nutrition
Gejala : Nafsu makan berkurang dan ketidakmampuan untuk makan karena
distress pernapasan
Tanda : Penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat
2. Elimination and Change
Apakah ada perubahan pola berkemih pada pasien (polyuria, nokturia,
anuria), diare
3. Activity/Rest
Gejala : Pada klien dengan asma gejala yang dapat ditimbulkan antara lain
keletihan, kelelahan, malaise, dispnea pada saat melakukan aktivitas yang
berat, tidur dalam posisi semi-fowler/fowler, dispnea pada saat istirahat
atau respon terhadap aktivatas/latihan
Tanda : Keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan umum
4. Sirkulasi
Gejala : Adanya peningkatan frekuensi jantung dan berkeringat
Tanda: Tekanan dara bisa naik / turun/ normal, nadi dapat normal, tidak kuat
atau lemah / kuat kualitasnya, apeningakatan frekuensi jantung/takikardi
berat, tidak berhubungan dangan penyakit jantung, warna kulit/membran
mukosa normal/abu-abu (sianosis), kaku tubuh, sianosis perifer, pucat dapat
menunjukkan anemia
5. Respirasi
Gejala : Nafas pendek, dada terasa tertekan dan kesulitan untuk melakukan
bernapas, bunyi nafas mengi, dan batuk di sertai dengan adanya sputum,
terpajan polusi atau debu/asap, faktor keluarga/keturunan
Tanda : Pernafasan cepat/lambat, nafas bibir, gerakan diafragma minimal,
bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi, crackles atau ronchi, hiperesonan
atau pekak pada paru, sianosis pada dasar kuku
6. Keamanan
Gejala :Riwayat reaksi alergi/sensitif terhadap zat
7. Seksualitas
Penurunan libido (Andra & Yessie 2013, h. 194)
c) Pemeriksaan fisik
1. TTV : Tekanan darah pada penderita akan mengalami peningkatan atau tidak
karna pasien asma akan mengalami sesak nafas, nadi akan normal/tidak
2. Pemeriksaan kepala : Inspeksi untuk melihat bentuk simetris, tidak terdapat
lesi. Palpasi untuk mengetahui tidak ada nyeri tekan
3. Pemeriksaan mata : Inspeksi untuk mengetahui konjungtiva anemis, sklera
putih, konjungtiva merah muda, dan reflek pupil mengecil ketika terkena
sinar. Palpasi, tidak ada nyeri tekan
4. Pemeriksaan hidung : Inspeksi, terdapat pernapasan cuping hidung. Palpasi,
tidak ada nyeri tekan
5. Leher : tidak adanya distensi vena jugularis
6. Pemeriksaan Dada/paru
Inspeksi : respirasi rate mengalami peningkatan, terdapat penggunaan otot
bantu pernapasan
Palpasi: tidak adanya nyeri tekan, simetris/tidak saat ekspirasi
Perkusi : paru sonor, hipersonor atau pekak
Auskultasi: suara abnormal (wheezing atau ronchi)
7. Pemeriksaan jantung
Inspeksi: ictus cordis tidak nampak, tidak adanya pembesaran
Palpasi: biasanya ditemukan tekanan darah menurun atau meningkat karna
sesak
Perkusi: suara jantung pekak
Auskultasi: suara jantung BJ 1”LUB” dan BJ 2”DUB” terdengar normal,
tidak terdapat suara tambahan
8. Ektremitas : pergerakan baik antara kiri dan kanan
Ambarwati, Fitri Respati. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Dua Satria
Offset.
Atoilah, Elang M. Kusnadi, Engkus. 2013. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut : In Media.
Global Initiatif for Asthma (GINA). 2017. Global strategy for asthma management and
Prevention.
Heriana, P. 2014. Buku ajar kebutuhan dasar manusia. Tangerang : Binarupa Aksara.
Nanda. 2015. Buku Diagnosa Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi. Jakarta : EGC
Potter, A & Perry, A 2012, Buku ajar fundamental keperawatan; konsep, proses, dan praktik,
vol.2, edisi keempat. EGC, Jakarta.
Saputra, Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa Aksara
Setiadi. 2013. Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta.
Salemba Medika.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Edisi
1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi 1.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi
1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Tehnik Relaksasi Otot Progresif
Pengertian Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam
yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan atau sugesti. Terapi
relaksasi progresif yaitu terapi dengan cara peregangan otot
kemudian dilakukan relaksasi otot
Tujuan 1. Teknik ini untuk mengurangi ketegangan otot didasarkan pada
kontraksi otot
2. Efek dari teknik relaksasi progresif yang berkaitan dengan
manajemen stres mempunyai peran penting dalam menurunkan
denyut nadi dan tekanan darah sehingga bisa rileks dan mengatasi
kesulitan tidur
3. Terapi otot progresif efektif dalam meningkatkan kualitas tidur
pasien penderita asma bronchial
Manfaat Relaksasi otot progresif memberikan hasil yang memuaskan dalam
program terapi terhadap ketegangan otot, menurunkan ansietas,
memfasilitasi tidur, depresi, mengurangi kelelahan, kram otot, nyeri
pada leher dan punggung, menurunkan tekanan darah tinggi, fobia
ringan serta meningkatkan konsentrasi
Hal-hal yang perlu 1. Selalu latihan di tempat yang tenang, sendirian, tanpa atau
diperhatikan menggunakan audio untuk membantu konsentrasi pada kelompok
2. Melepaskan sepatu dan pakaian yang tebal
3. Hindari makanan, merokok dan minum yang terbaik melakukan
latihan sebelum makan
4. Tidak boleh latihan setelah minum minuman keras
5. Latihan dilakukan dengan posisi duduk, tetapi dapat juga
dilakukan dalam posisi tidur
6. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai
diri sendiri
7. Latihan membutuhkan waktu 15-20 menit.
Pelaksanaan Persiapan
1. Posisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring dengan mata
tertutup menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau
duduk di kursi dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri
2. Lepaskan aksesoris yang digunakan seperti kaca mata, jam, dan
sepatu
3. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya
mengikat
Prosedur
Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan
1) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan
2) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan
yang terjadi
3) Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama 10 detik
4) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan
relaks yang di alami
5) Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan