Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pankreas merupakan gabungan antara dua organ yaitu jaringan pankreas
dan pulau-pulau langerhans.Pankreas masuk dalam bagian kelenjar-kelenjar
yang berhubungan atau bertalian dengan saluran pencernaan. Pankreas berada
di bagian abdomen dengan panjang 18-25cm dan memiliki bentuk menyerupai
ikan yang panjang. Pankreas memiliki fungsi endokrin dan eksokrin.Fungsi
endokrin dari pankreas yaitu mengeluarkan hormon insulin. Insulin akan
mengikat glukosa dari darah untuk dibawa ke beberapa jaringan di dalam
tubuh agar dapat digunakan sebagai energi. Dan juga penting untuk organ hati,
dimana hati membantu menyerap glukosa dan menyimpan glikogen.Dan
fungsi eksokrin dari pankreas yaitu pankreas menghasilkan enzim yang
berguna untuk memecah makanan sehingga dapat dicerna oleh tubuh.Misalnya
seperti lipase, kemotripsin, tripsin dan amilase.(Pankreas 2015)
Dalam pankreas terjadi pembentukan beberapa enzim yang berperan
dalam metabolism tubuh.Selain itu di bentuk juga hormone insulin yang
berperan dalam pengikatan glukosa. Dan ini terjadi pada pankreas yang
normal atau sehat. Namun jika memiliki gangguan, maka produksi enzim
pencernaan dan hormone tidak berjalan dengan baik. Selain itu, juga dapat
menyebabkan penyakit seperti diabetes tipe 1 dan 2, pankreatitis, fibrosis
kistik, kanker pankreas, dan pankreas pseudokista. Maka dari itu diperlukan
pemeriksaan pemeriksaan menunjang diagnosa dari suatau penyakit yang
disebabkan oleh adaanya gangguan fungsi pankreas selain itu di perlukan
penanganan dimulai dari pra analitik, analitik dan pasca analitik hal hal yang
dapat mempengaruhi hasil dari pemeriksaan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemeriksaan pemeriksaan gangguan fungsi pankreas dimulai
dari pra analitik, analitik dan pasca analitik.

1
C. Tujuan
Agar penulis atau mahasiswa mengetahui tentang pemeriksaan gangguan
fungsi pankreas dimulai dari pra analitik, analitik dan pasca analitik.
D.Manfaat
1. Menambah wawasan mahasiswa tentang pemeriksaan- pemeriksaan
gangguan pankreas
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagamana pra analitik, analitik dan pra
analitik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemeriksaan Gangguan Pankreas


Pankreas adalah organ kompleks yang mempunyai fungsi endokrin dan
eksokrin. Fungsi endokrin terkait dengan pengaturan metabolisme glukosa
yang dipengaruhi oleh insulin dan glukagon yang berasal dari pulau
Langerhans. Pankreas mempunyai fungsi eksokrin dengan menghasilkan zat
bersifat alkali yang mengandung enzim untuk pencernaan protein (protease),
karbohidrat (amilase) dan lemak (lipase).( Riadi, wirawan 1983)
Pemeriksaan Gangguan Pankreas adalah tes yang digunakan untuk melihat
ada tidaknya gangguan atau penyakit yang disebabkan oleh beberapa faktor
pada pankreas. Mendeteksi dan membantu diagnosis kanker pankreas,
memperkirakan prognosis dan mendeteksi dini kekambuhan kanker pankreas,
serta mengevaluasi respon pengobatan kanker pancreas dan penyakit lainya.
(Buerke and Schülke 2015)

B. Jenis – Jenis Pemeriksaan Gangguan Fungsi Pankreas


Adapun pemeriksaan - pemeriksaan yang dapat dilakukan guna untuk
menunjang diagnosa penyakit akibat gangguan- gangguan fungsi pankreas.
1.Pankreatitis
a. Pemeriksaan Amylase Pancreatic
Pemeriksaan Amylase pancreatic adalah untuk mendiagnosis
kondisi pankreatitis akut.Gejala Pancreatitis adalah abdominal pain,
epigastric tenderness,nausea, dan vomiting. Amilase digunakan untuk
membedakan diagnosis pankreatitis akut dan kronik, ada atau tidaknya
pada individu alkoholisme. (Kemenkes RI 2011)
1) Metode dan Prinsip
Standar WHO/IFCC
Metode : Reaksi Enzimatik, EPS-G7
Prinsip :

3
4,6 –Ethylidene(G1)- 4- nitrophenyl(G7)-α- (1->4)-D-
maltoheptaoside (subtrate) oleh amilase dihidrolisis menjadi 4,6 –
Ethylidene-GP [ GP: α- (1->4)-D- glucopyranosy]- Gx + 4-
Nitrophenyl- GP-G(7-x). Lalu 4-Nitrophenyl- GP-G(7-x) diubah
oleh α-glucosidase menjadi 4-Nitrophenyl kompleks berwarna dan
(7-x) glukose. Intesitas warna kompleks yang berbentuk sebanding
dengan aktivitas amilase, absorbansi larutan diukur pada λ 405 nm
secara fotometri.(Kemenkes RI 2011)

Yang banyak digunakan saat ini


Metode :Kolorimetrik enzimatik(CNPG 3 Blocked subtrate)
Prinsip :
Amilase akan menghidrolisis 2-Cholro-p-Nitropenil- α-D-
maltoheptase (CNPG7) menjadi 2- Cholro-nitrophenylmaltotetrase
(CNPG4) + P- nitrophenylmaltotriose (CNPG3) + Maltrotriose
(G3) kemudian p- nitrophenylmaltotriose oleh α-glucosidase
diubah menjadi p-nitrophenol berwana dan glukosa. Intensitas
warna kompleks berbentuk sebanding dengan aktivitas amilase,
absorbansi larutan kompleks diukur pada pada λ 405 nm secara
fotometri.(Kemenkes RI 2011)
2) Alat dan Bahan
Alat
1.Photometer
2.Tabung Reaksi dan rak
3.Mikropipet
4.Waterbath
5.Kuvet
Bahan
1.Aquades
2.Serum/Plasma
Tidak memerlukan persiapan khusus

4
Cara Penyimpanan
Pada suhu 20-25° C stabil selama 1 hari
Pada suhu 2-8 °C stabil selama 7 hari
Pada suhu -20 ° stabil selama 2 bulan sampai dengan 1 tahun
3) Cara kerja
Reaksi Enzimatik (EPS-G7)
a. Pra anaitik
1. Atur kondisi Assay (alat) :
Panjang gelombang : 405 nm
Cuvette : 1 cm jalan cahaya
Konstan suhu : 37ºC
2. Menyesuaikan instrumen nol dengan air suling.
3. Pipet ke dalam kuvet
b. Analitik

Serum atau Plasma Urin

Reagen (mL) 1,0 1,0

Sampel ( 20 10

Homogenkan, inkubasi selama 30 detik. 5. Baca absorbansi awal


(A) dari sampel, mulai stopwatch dan membaca absorbansi pada
1 menit interval sesudahnya selama 3 menit.
c.Pasca analitik
1.Pembacaan hasil
2.Nilai rujukan

Reaksi Kolorimetrik Enzimatik (CNPG 3 Blocked Substrate)


a.Pra anaitik

5
b. Analitik
1 Bawa reagen ke suhu kamar (15-30 ° C).
2 Pipet 1,0 ml pereaksi dalam tabung berlabel “kontrol”,
“pasien”, dll
3 Pre-inkubasi semua tabung pada suhu 37 ° C selama
setidaknya lima menit.
4 Nol kan spektrofotometer/fotomete dengan air pada 405 nm.
5 Tambah 0.025 ml (25ul) dari sampel dan dibaca setelah 60
detik.
6 Lanjutkan pembacaan setiap 60 detik selama dua menit.
7 Tentukan mean perbedaan absorbansi per menit ( Δ
Abs./min.)
8 Kalikan Δ Abs./min oleh 3178 untuk mendapatkan hasil di
U / L.(Use et al. 1960)
c.Pasca analitik
1.Pembacaan hasil
2.Nilai rujukan
4) Nilai Rujukan
Usia dan Konvesi Faktor Satuan
Metode Jenis onal Konvers Internasional
Kelamin (U/L) i (ᶣKat/L)
Bayi baru
Enzimatik lahir 5 – 65 0,017 0,09 -1,11
Dewasa 27 – 131 0,46 - 2,23
60 - 90 th 24 – 151 0,41 - 2,57

Tabel 1.1 Nilai Rujukan Pemeriksaan Amilase (Kemenkes


RI 2011)

6
5) Implikasi Klinis
Peningkatan
 Pankreatitis akut adalah salah satu penyebab paling umum
meningkatnya amylase. Penyebab lain kadar amilase yang
meningkat termasuk obstruksi duktuspankreas, penggunaan
alkohol, gondok, penyakit ginjal, dan tukak lambung.
 Tingkat amilase pada pankreatitis akut akan mulai naik 2-12
jam setelah onset nyeri perut yang parah.
 Kenaikan tingkat amilase bisa mencapai enam kali rentang
normal. Kenaikan tertinggi akan terjadi dalam rentang 12
sampai 72 jam, dan kembali normal dalam empat hari.
Penurunan
 Kadar  amilase yang lebih rendah dari normal mengindikasikan
kerusakan hati atau pankreatitis serta fibrosis kistik.

d. Pemeriksaan Lipase
Pemeriksaan Lipase adalah untuk memperkirakan kondisi
pancreatitis akut dan kronis. Lipase adalah Enzim ysng
meghidrolisis terutama estergliserol asam lemak rantai panjang
( pada C1 dan C3 dari ikatan ester), menghasilkan dua molekul
asam lemak dan satu molekul β-monogliserid, dihasilkan olah
kelenjar pankreas dan sebagaian kecil dari usus halus.
1)Metode dan Prinsip
Standar IFCC
Metode : Enzimatik Kolorimetri
Prinsip :
Senyawa s-acyl (subtrate) oleh lipase hidrolisis
menghasilkan grup sulfhidril. Lalu sulfhidril direaksikan
dengan sulfhidril kromogenik [5,5’-didhiobis(2-nitrobenzoic
acid)] menghasilkan senyawa kompleks berwarna, yang
absorbansi larutan kompleksnya diukur pada λ 340 nm secara

7
fotometri.(Kemenkes RI 2011)

Yang banyak digunakan saat ini


Metode : Kolorimetri Kinetik
Prinsip :
Lipase menghidrolisis subtrate [1,2-o-dilaury- rac-glycero
-3- glutaric acid-(6’-methylesorufin)-ester,DGGR] menjadi
1,2-o--dilaury-rac-glycero-3-glutaric acid-(6’-methylesorufin)-
ester. Kemudian glutaric acid-(6’-methylesorufin)-ester dalam
suasana basa mengalami dekomposisi spontan membentuk
glutaric acid dan methylresorufin. Warna kompleks ungu-
kebiruan absorbansi larutan kompleks tersebut diukur pada λ
580 nm secara fotometri.(Kemenkes RI 2011)
2) Alat dan Bahan
Alat
1) Photometer
2) Tabung Reaksi dan rak
3) Mikropipet
4) Waterbath
5) Kuvet
Bahan
1) Aquades
2) Serum / Plasma
Tidak memerlukan persiapan khusus
Cara Penyimpanan
 Pada suhu 20-25° C stabil selama 1 hari
 Pada suhu 2-8 °C stabil selama 7 hari
 Pada suhu -20 ° stabil selama 2 bulan sampai dengan 1
tahun
 Pada suhu -70°C stabil selama 3 tahun
3) Cara kerja

8
a. Enzimatik Kolorimetrik
b. Kolorimetrik Kinetik
1) Pra-analitik
1. Disiapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel
darah
2. Dilakukan pengambilan darah menggunakan tabung
vacum tutup merah
3. Darah yang diambil, didiamkan selama 15-20 menit
pada suhu kamar
4. Kemudian sampel tersebut disentrifuge selama 5 menit
dengan kecepatan 5000 rpm. Pastikan tidak ada bekuan.
5. Pisahkan serum ke wadah lain. Diambil dengan
menggunakan pipet tetes secara hati-hati agar tidak
tercampur dengan sel darah (Hurint, 2015)
6. Sampel tidak boleh hemolisis
2) Analitik
1. Tabung label “Kosong”, “Standar”, “Control”,
“Pasien”, dll
2. Pipet 300 ul dari dilarutkan Lipase Substrat reagen
untuk semua tabung.
3. Pipet 5ul air suling ke tabung kosong dan 5 ul sampel
sesuai dengan tabung berlabel “Standar”, “Control', dll
4. Campur masing-masing tabung dengan baik dan
inkubasi selama 3-5 menit pada 37 ° C
5. Setelah pre-inkubasi, tambahkan 100 ul dari Lipase
aktivator ke tabung kosong. Aduk rata dan inkubasi
selama 3 menit pada 37 ° C. Kemudian mengukur
tingkat kenaikan absorbansi permenit pada 550nm
(540-560nm).
6. Ulangi langkah 5 untuk semua tabung.
7. Lihat “Perhitungan” untuk mendapatkan hasil.(Use

9
n.d.)

3) Pasca analitik
1.Pembacaan Hasil
2.Nilai Rujukan
4) Nilai rujukan

Usia dan Konvesi Faktor Satuan


Metode Jenis onal Konvers Internasion
Kelamin (U/L) i al (ᶣKat/L)
Titrasi Dewasa < 160 0,017 < 2,72
Turbidrim
etri Dewasa 13- 141 0,22- 0,40
> 60 th 0,302 0,00- 5,13
Optimized 20- 60 th 31- 186 0,53- 3,16
Turbidimet
ri > 90 th 26- 269 0,44 - 4,45

Tabel 1.2 Nilai Rujukan Pemeriksaan Lipase (Kemenkes

10
RI 2011)

5) Implikasi Klinis
Peningkatan
Pankreas adalah satu-satunya organ dalam tubuh yang
mengeluarkan lipase. Itu sebab, peningkatan kadar lipase
menunjukkan adanya gangguan pankreas.
Lipase disimpan dalam jaringan pankreas dan dilepaskan ketika
terjadi kerusakan pada pankreas.
Tingkat tinggi lipase juga menunjukkan gagal ginjal, karena
ginjal menyekresikan lipase. Seperti amilase, banyak obat
yang dapat meningkatkan level lipase.(Herawati and
Surabaya 2011)

2 Diabetes Mellitus
Glukosa adalah karbohidrat dalam bentuk monosakarida. Glukosa
dalam darah jika tidak diperlukan akan disimpan di dalam hati dalam
bentuk glikogen melalui proses glikogenesis. Jika diperlukan glikogen ini
dapat diubah kembali menjadi glukosa melalui proses glikogenesis, dan
dilepaskan ke dalam darah.
a. Pemeriksaan Glukosa
1. Metode dan Prinsip
Standar IFCC
Metode : GOD
Prinsip :
Glukosa dioksidasi secara enzimatik menggunakan enzim
GOD (glukosa oksidase ), membentuk asam glukonik dan H 2O2
kemudian bereaksi dengan fenol 4-aminoantipirin dengan enzim
peroksidase (POD) sebagai katalisator membentuk quinomine.
Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan konsentrasi
glukosa dalam specimen dan diukur secara fotometri pada λ 340

11
nm.

Yang banyak digunakan saat ini


Metode : Heksokinase
Prinsip :
Heksokinase (HK) sebagai katalisator mengubah glukosa
menjadi glukosa-6-fosfet dehydrogenase (G-6-PDH)
mengoksigenase glukosa 6-fosfat menjadi glukosa-6-P dan NADP
menjadi NADPH. Banyak NADPH yang terbentuk sebanding
dengan konsentrasi glukosa dalam specimen dan diukur secara
fotometri pada panjang gelombang 340 nm.(Ii and Pustaka 2005)
2. Alat dan Bahan
Alat
1. Sentrifus
2. Pipet
3. Fotometer
4. POCT
Bahan
1.Aquades
2.Serum/ Plasma
Puasa : Pasien diminta berpuasa selama 10-12 jam
G2PP :
 Pasien diminta menghabiskan 75 gram glukosa
yang dilarutkan ke 200ml air dalam 5 menit.
Selanjutnya pasien istirahat tanpa melakukan
aktivitas berlebihan selama 2 jam. Kemudian
diperiksa kadar glukosanya.
 Menghindari obat-obatan sebelum mengambil
spesimen
Cara Penyimpanan
 Pada suhu 20-25° C stabil selama 1 hari

12
 Pada suhu 2-8 °C stabil selama 7 hari
 Pada suhu -20 ° stabil selama 2 bulan sampai dengan 1 tahun
 Pada suhu -70°C stabil selama 3 tahun
3. Cara kerja
GOD PAP
1.Sampel serum dipersiapkan terlebih dahulu. Kemudian sampel
dipipet menggunakan mikropipet dan dimasukkan ke dalam
kuvet yang telah disiapkan, dengan ketentuan sebagai berikut :

Blangko Sampel
Kuvet Standar (µl)
(µl) (µl)

Larutan serum - - 10

Larutan standar - 10 -

Aquadest 10 - -

Reagensia 1000 1000 1000

2. Masing-masing larutan dalam kuvet dicampurkan dan


diinkubasikan selama 20’ dalam suhu ruangan (37°C).
3. Setelah diinkubasi, kuvet yang berisi larutan-larutan di atas
dimasukkan ke dalam alat spektrofotometer dan dibaca
absorbansinya kemudian hasilnya dianalisis. Prosedur tersebut
dilakukan secara duplo.

13
4. Nilai Rujukan
Metode Usia dan Konvensional Faktor Satuan
jenis kelamin (mg/dL) konversi Internasional
(mmol/L)
Puasa Tali pusat 45 - 96 0,0555 2,5 – 5,3
Heksokinase, Premature 20 - 60 1,1 – 3,3
GOD PAP Neo natus 30 - 60 1,7 – 3,3
1 hr 40 - 60 2,2 – 3,3
>1 hr 50 – 80 2,8 – 4,4
Anak-anak 60 – 100 3,3 – 5.6
Dewasa 74 – 106 4,1 – 5,9
60 – 90 th 82 – 115 4,6 – 6,4
>90 th 75 – 121 4,2 – 6,7
2 jam post < 120 < 6,66
prandial

Tabel 1.3 Nilai Rujukan Pemeriksaan Glukosa


GOD PAP, 2 jam pp(Herawati and Surabaya 2011)

b. Pemeriksaan HbA1C
HbA1C adalah glikohemoglobin yang terbentuk dari reksi non-
enzimatik antara gukosa dengan N-terminal valin rantai b HbA dalam
eritrosit. Produk yang dihasilkan ini diubah melalui proses Amadori
menjadi ketoamin yang stabil dan irreversible, sehingga kadar HbA1C
dapat menggambarkan rerata konsentrasi glukosa dalam darah selama
3 bulan terakhir sesuai umur eritrosit. Berdasarkan hal tersebut kadar
HbA1C dalam darah dapat dipergunakan untuk mengetahui rerata
kadar glukosa dalam 3 bulan terakhir pada penderita diabetes mellitus.
1) Metode dan Prinsip
Standar WHO/IFCC

14
Metode :HPLC ( High Performance Liquid
Chromatography)
Prinsip :
Pemisahan berbagai komponen jenis Hb oleh karena perbedaan
muatan antar molekul Hb tersebut. Hemolisat yang mengandung
berbagai jenis molekul Hb yang berbeda akan diabsorbsi pada fase
padat yang bermuatan positif. Kecepatan elusi dar Hb yang berbeda
jenis ditentukan oleh ph dan kekuatan ionic larutan dapar
pengelusi.Fraksi yang dielusi dapat didetaksi dengan menggunakan
detector cahaya. Besarnya area di bawah puncak absorbs sesuai
dengan persentase fraksi yang bersangkutan.

Yang banyak digunakan saat ini


Metode : Imuno Turbidimetri
Prinsip :
HbA1C dalam darah akan bereaksi dengan antibody anti-
HbA1C membentuk kompleks antigen-antobodi yang larut,
antibody anti-HbA1C yang tidak terikat akan bereaksi dengan
polyhapten yang ditambahkan membentuk kompleks antibody-
polyhapten yang tidak larut yang dapat diukur secara
turbidimetri(Kemenkes RI 2011)
2) Alat dan Bahan
Alat
1.Tabung Reaksi dan rak
2.Mikropipet
3.Waterbath
4.Kuvet
5.HPLC
Bahan
1.Aquades
2.Serum / Plasma

15
Tidak memerlukan persiapan khusus
Cara penyimpanan
Pada 200 – 250 C stabil selama 3 hari
Suhu 20 – 80 Cstabil selama 7 hari
Suhu -200 Cstabil selama 6 bulan
3)Cara Kerja
4)Nilai Rujukan
2,5 – 6,0% : control DM baik
6,1 – 8,0% : control DM sedang
>8,0% : control DM buruk

HbA1C (DCCT) % HbA1C (IFCC) mmol/mol


4,0 20
5,0 31
6,0 42
6,5 48
7,0 53
7,5 59
8,0 64
9,0 75
10,0 86
11,0 97
12,0 108

Tabel 1.4 Nilai Rujukan PemeriksaanHbA1C (Kemenkes


RI 2011)

5) Implikasi Klinis
Peningkatan
 Peningkatan gula darah (hiperglikemia) atau intoleransi
glukosa (nilai puasa > 120 mg/dL) dapat menyertai penyakit

16
cushing (muka bulan), stress akut, feokromasitoma, penyakit
hati kronik, defi siensi kalium, penyakit yang kronik, dan
sepsis.
 Obat-obat golongan kortikosteroid dan anestetik dapat
meningkatkan kadar gula darah menjadi lebih dari 200 mg/dL.
Penurunan
 Kadar gula darah menurun (hipoglikemia) dapat disebabkan
oleh kadar insulin yang berlebihan atau penyakit Addison.
(Putri and Isfandiari 2013)

3.Fibrosis Sistik
a.Test kandungan chlorida keringat (sweat chloride test) :
1) Metode dan Prinsip
Metode : Iontophoresis pilocarpine.
Prinsip :
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengukur jumlah garam
di dalam keringat. Obat pilokarpin diberikan untuk
merangsang pembentukan keringat di daerah kulit dan sehelai
kertas saring ditempatkan di daerah tersebut untuk menyerap
keringat.Kemudian dilakukan pengukuran terhadap jumlah
garam dalam keringat. Konsentrasi garam di atas normal akan
memperkuat diagnosis pada seseorang yang memiliki gejala
dari penyakit ini
2) Alat dan Bahan
Alat
1.Electrode
2.Tissue/pad
Bahan
1. Lengan bawah pada orang dewasa
2. lengan atau paha bayi
Tidak ada persiapan khusus

17
3) Cara kerja
1. kulit dicuci dan dikeringkan, kemudian dua kain kassa
kecil ditempatkan pada kulit. Satu pad direndam dengan
obat yang membuat keringat kulit, yang disebut
pilocarpine. Pad lainnya direndam dengan air garam.
2. bantalan lainnya disebut elektroda ditempatkan di atas
kain kassa. Elektroda dihubungkan ke sebuah alat yang
menghasilkan arus listrik yang ringan, yang mendorong
obat ke dalam kulit.
3. Setelah 5 sampai 10 menit, bantalan kasa dan elektroda
dihapus, dan kulit dibersihkan dengan air dan kemudian
dikeringkan. kulit akan terlihat merah di daerah bawah pad
yang berisi obat.
4. Sebuah kasa pad kering, koleksi kertas pad, atau tubing
khusus ditempel patch merah kulit. pad ini ditutupi dengan
plastik atau lilin untuk mencegah kehilangan cairan
(penguapan).
5. Pad baru akan menyerap keringat selama 30 menit,
kemudian dihapus dan ditempatkan dalam botol tertutup.
Hal ini kemudian ditimbang untuk mengukur berapa
banyak keringat kulit yang dihasilkan, dan diperiksa untuk
mengetahui berapa banyak garam kimia (natrium dan /
atau klorida) keringat mengandung. metode pengujian lain
mengumpulkan keringat menjadi (teknik macroduct) coil.
6. Setelah pada koleksi dihapus, kulit dicuci dan dikeringkan
lagi. Situs tes mungkin terlihat merah dan terus
berkeringat selama beberapa jam setelah tes.
7. Tes keringat biasanya memakan waktu 45 menit sampai 1
jam

18
4) Nilai Rujukan

Usia Nilai Normal

bayi lebih muda dari 6


Kurang dari 30 mmol / L
bulan
 40 milimol per liter (mmol /
6 bulan dan lebih tua
L)

Tabel 1.5 Nilai Rujukan Pemeriksaan sweat chloride


test
5) Implikasi Klinis
Peningkatan
 Biasanya berarti bahwa seseorang memiliki cystic fibrosis.
Beberapa orang dengan fibrosis kistik memiliki kadar
keringat klorida batas atau bahkan normal.
 Mungkin disebabkan oleh kondisi lain. Tapi tes keringat
tidak digunakan untuk mendiagnosa kondisi ini, yang
meliputi:
 Kelenjar adrenal masalah, seperti insufisiensi adrenal
atau penyakit Addison ,Hypothyroidism ,Gagal ginjal .
 Infeksi kronis, seperti bronkitis, pneumonia, dan sinusitis.
 Pneumotoraks, yaitu penimbunan udara pada rongga
pleura (rongga yang memisahkan paru-paru dan dinding
dada).
 Bronkiektasis, yaitu kerusakan pada saluran pernapasan
yang mengakibatkan penderita lebih sulit lagi untuk
mengeluarkan dahak.

19
 Eksaserbasi akut, yaitu memburuknya gejala secara tiba-
tiba, yang ditandai dengan napas pendek atau batuk
selama beberapa hari atau beberapa minggu, dan
membutuhkan perawatan di rumah sakit.
 Hemoptisis atau batuk darah, akibat penipisan dinding
saluran pernapasan.
 Gagal napas akibat kondisi paru-paru yang memburuk.

4. Pseodokista Pankreas
Amilase di dalam serum yang tetap tinggi, kenaikan leukosit,
anemia, kenaikan bilirubin, dan kenaikan waktu protrombin dapat
merupakan salah satu tanda pseudokista pankreas.Pseudokista
pankreas sering disertai peningkatan kadar amylase, meskipuan bisa
juga normal dan jarang disertai peningkatan dari tumor marker
pancreas seperti CA 19.9 (Fosmark, 2005)
a.Pemeriksaan Bilirubin
1) Metode dan Prinsip
Standar IFCC
Metode : Metode Jendrassik & Grof
Prinsip :
Bilirubin total bereaksi dengan asam sulfanilat yang
diazotisasi dengan kafein menjadi zat warna azo. Bilirubin
direk dapat ditunjukkan dengan reaksi diazotisasi dalam
suasana asam, sedangkan bilirubin indirek tidak bereaksi
2) Alat dan Bahan
Alat
1.Tabung reaksi danrak tabung reaksi
2.Spuit
3.Torniquet
4.Kapas alkohol dan kapas kering
5.Handsaplast

20
6.Centrifuge
7.Mikropipet, blue tip, dan yellow tip
8.Fotometer
Bahan
1. Aquades
2. Serum/Plasma
3) Tahap pemeriksaan
1. Bilirubin total
a.Pra analitik
a) alat dan bahan untuk pengambilan sampel darah
b) Dilakukan pengambilan darah
c) Darah yang diambil, didiamkan selama 15-20
menit pada suhu kamar
d) Sampel disentrifuge selama 5 menit dengan
kecepatan 5.000 (pastikan tidak ada bekuan)
e) Pisahkan serum ke wadah lain (Hurint, 2015)
Hindari serum dari cahaya dan hemolisis (MenKes,
2010)
b.Analitk
Sampel Blank Sampel
T-Bil 1000 µl 1000 µl
T-Nit - 40 µl
Homogenkan, inkubasi 5 menit
Serum 100 µl 100 µl
Homogen, inkubasi pada suhu kamar 10 – 30 menit.
Baca absorbansi pada fotometer dengan λ 546 nm dan
faktor 13,0.
c. Pasca analitik
1.Pembacaan hasil
2.Nilai rujukan

21
2. Bilirubin Direk
a. Pra analitik
a) Siapkan alat dan bahan untuk pengambilan
sampel darah
b) Dilakukan pengambilan darah
c) Darah yang diambil, didiamkan selama 15-20
menit pada suhu kamar
d) Sampel disentrifuge selama 5 menit dengan
kecepatan 5.000 (pastikan tidak ada bekuan)
e) Pisahkan serum ke wadah lain (Hurint, 2015)
Hindari serum dari cahaya dan hemolisis
(MenKes, 2010)

b. Analitk
Sample Blank Sampel
D-Bil 1000 µl 1000 µl
D-Nit - 40 µl
Homogenkan, tambahkan sampel dalam 2 menit
Serum 100 µl 100 µl
Homogen, inkubasi pada suhu kamar 5 menit. Baca
absorbansi pada fotometer dengan λ 546 nm dan faktor
13,0.

d. Pasca analitik
1.Pembacaan hasil
2.Nilai rujukan

22
4) Nilai Rujukan
1) Bilirubin Total
Usia dan Jenis Konvensional Satuan Internasional
kelamin (mg/dL) (µmol/L)
Premat Matur Prematur Matur
ur
Tali pusat <2,0 <2,0 <34 <34
0 – 1 hr <8,0 1,4 – 8,7 <137 24 – 149
1 – 2 hr <12 3,4 – 11,5 <205 58 – 197
3 – 5 hr <126,0 1,5 – 12,0 <274 26 – 205
>5 hr – 60 th 0,3 – 1,2 5 – 21
60 – 90th 0,2 – 1,1 3 – 19
>90 th 0,2 – 0,9 3 – 15

Tabel 1.6 Nilai Rujukan Pemeriksaan Bilirubin Total


(Kemenkes RI 2011)

2) Bilirubin Direk
Usia dan jenis Konvensional Satuan Internasional
kelamin (mg/dL) (µmol/L)

Dewasa <0,2 <3,4

Tabel 1.7 Nilai Rujukan Pemeriksaan Bilirubin Direk


(Kemenkes RI 2011)

5) Implikasi Klinis
1. Bilirubin Total, Direk
Peningkatan Kadar

23
 Ikterik obstruktif karena batu atau neoplasma, hepatitis,
sirosis hati, mononucleosis infeksiosa, metastasis (kanker)
hati, penyakit Wilson
 Pengaruh obat : antibiotic (amfoterisin B, klindamisin,
eritromisin, gentamisin, linkomisin, oksasilin, tetrasiklin),
sulfonamide, obat antituberkulosis (asam para-
aminosalisilat, isoniazid), alopurinol, diuretic
(asetazolamid, asam etakrinat), mitramisin, dekstran,
diazepam (valium), barbiturate, narkotik (kodein, morfin,
meperidin), flurazepam, indometasin, metotreksat,
metildopa, papaverin, prokainamid, steroid, kontrasepsi
oral, tolbutamid, vitamin A, C, K.
Penurunan Kadar 
 Anemia defisiensi besi. Pengaruh obat : barbiturate,
salisilat (aspirin), penisilin, kafein dalam dosis tinggi.
2. Bilirubin indirek
Peningkatan Kadar 
 Eritroblastosis fetalis, anemia sel sabit, reaksi transfuse,
malaria, anemiapernisiosa, septicemia, anemia hemolitik,
talasemia, CHF, sirosis terdekompensasi, hepatitis.
 Pengaruh obat : aspirin, rifampin, fenotiazin (lihat biliribin
total, direk).
Penurunan Kadar :
 Pengaruh obat (lihat bilirubin total, direk).

24
5.Kanker Pankreas
a.Pemeriksaaan Amylase
b.Pemeriksaan Faal hati
Tes fungsi hati adalah tes yang menggambarkan
kemampuan hati untuk mensintesa protein (albumin, globulin,
faktor koagulasi) dan memetabolisme zat yang terdapat di dalam
darah.
1. Albumin
Albumin di sintesa oleh hati dan mempertahankan
keseimbangan distribusi air dalam tubuh (tekanan onkotik
koloid). Albumin membantu transport beberapa komponen
darah, seperti: ion, bilirubin, hormon, enzim, obat.
1) Metode dab Prinsip
Metode : Bromcresol green dye
Prinsip :
Pada Ph 4.1, albumin menunjukan sifat kation yang
akan berikatan dengan bromcresol green (BCG) suatu
perwarna anion sehingga berbentuk kompleks berwarna
hijau- biru sesuai dengan konsentrasi albumin yang
diukur dengan fotometer. Albumin + BCG
Albumin BCG kompleks (Kemenkes RI 2011)
2) Alat dan Bahan :
Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Spuit
4. Tourniquet
5. Kapas alkohol dan kapas kering
6. Mikropipet 1000µl dan 100µl
7. Yellow dan blue tip
8. Pipet ukur dan bola hisap

25
Bahan
1. Serum/Plasma
3)Tahap Pemeriksaan
a. Pra analitik
1. Atur kondisi Assay (Alat) :
Panjang gelombang : 630 nm (600-650)
Cuvette : 1 cm jalan cahaya
Suhu : 15-25 Hai C
2. Menyesuaikan instrumen ke nol dengan air suling.
3. Pipet ke dalam kuvet :
b. Analitik
Tabung Blanko Sampel Standard
Reagen 1,0 mL 1,0 mL 1,0 mL
Sampel - 5µL -
Reagen - - 5µL

Campur dan inkubasi selama 10 menit pada ruang Suhu (15-25


0 C). Baca absorbansi (A) dari sampel dan standar, melawan
kosong. Warnanya stabil selama 60 menit pada suhu kamar.
(Values and Characteristics n.d.)
c. Pasca analitik
1.Pembacaan hasil
2.Nilai Rujukan\
4) Nilai Rujukan :
Dewasa 3,8 – 5,1 gr/dl
Anak 4,0 – 5,8 gr?dl
Bayi 4,4 – 5,4 gr/dl

26
Bayi baru lahir 2,9-5,4 gr/dl

Tabel 1.8 Nilai Rujukan Pemeriksaan Albumin (Kemenkes RI 2011)

5) Implikasi klinis
Nilai meningkat pada keadaan dehidrasi
Nilai menurun pada keadaan: malnutrisi, sindroma
absorpsi, hipertiroid, kehamilan, gangguan fungsi hati
infeksi kronik, luka bakar, edema, asites, sirosis,
nefrotik sindrom, SIADH, dan perdarahan.
2. Alanin Aminotransferase (ALT)/ SGPT
Konsentrasi enzim ALT yang tinggi terdapat pada
hati.ALT juga terdapat pada jantung, otot dan ginjal.ALT lebih
banyak terdapat dalam hati dibandingkan jaringan otot jantung
dan lebih spesifi k menunjukkan fungsi hati daripada
AST.ALT berguna untuk diagnosa penyakit hati dan
memantau lamanya pengobatan penyakit hepatik, sirosis
postneurotik dan efek hepatotoksik obat.
1) Metode dan Prinsip
Metode : Tes UV optimasi
Prinsip :
Alat mengkatalisis ntrasfer gugus amino dari L- alanine
ke 2- Oxoglutarate menjadi L-Glutamate dan Pyruvat.
Pyruvat selanjutnya mengalami reduksi dan terjadi oksidasi
NADH menjadi NAD + dengan bantuan enzim Lactase
Dehidrogenase. Hasil penurunan serapan absorbanse pada λ
340 nm sesuai dengan aktivitas alat.
2)Alat dan Bahan :
Alat
1.Tabung reaksi

27
2.Rak tabung reaksi
3.Spuit
4.Tourniquet
5.Kapas alkohol dan kapas kering
6.Mikropipet 1000µl dan 100µl
7.Yellow dan blue tip
8.Pipet ukur dan bola hisap
Bahan
1. Aquades
2. Serum
3. Plasma EDTA/heparin
Cara Penyimpanan :
Pada suhu 4° 8°C stabil selama 7 hari
Pada suhu 20°-25°C stabil selama 7 hari
Pada suhu -20°C stabil selama 7 hari
1)Tahap Pemeriksaan
a.Pra analitik
1. Siapkan alat dan bahan untuk pengambilan sampel
darah
2. Dilakukan pengambilan darah
3. Darah yang diambil, didiamkan selama 15-20 menit
pada suhu kamar
4. Sampel disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan
5.000 (pastikan tidak ada bekuan)
5. Pisahkan serum ke wadah lain (Hurint, 2015)
6. Hindari serum dari cahaya dan hemolisis (MenKes,
2010)
a. Analitik
a.Pembuatan monoreagen
Campurkan 4 bagian R1 + 1 bagian R2
b.Pengukuran sampel

28
Kontrol Sampel
Monoreagen 1000 µl 1000 µl
Serum control 100 µl -
Sampel - 100 µl
Campurkan, baca absorbansi setelah 1 menit dan
nyalakan stopwatch. Baca kembali absorbansinya setelah
1, 2, dan 3 menit pada λ 340 nm.
N/B : Faktor pengukuran 1745

29
3) Nilai Rujukan :

Usia dan Faktor Satuan


Metod Jenis Konvesional
Jenis Konvers Internasional
e Kelamin (U/L)
Kelamin i (ᶣKat/L)
Bayi
baru
L
lahir -12
IFCC,
bln 13- 45 0.017 0,22-0,77
dengan
P-5'- P 13- 45 0,22-0,77

P,37° C 12 bln-
L
60 th  10- 40 0,17-0,68
60 - 90
P
th  7 – 35 0,12-0,60
L  13 -40 0,22-0,68
P  10 -28 0,17- 0,48
> 90 th L  6 – 38 0,10-0,65
P  5 – 24 0,09 -0,41
SCE,
37° C 5 -30 0,09- 0,51

Tabel 1.5 NilTabel 1.9 Nilai Rujukan Pemeriksaan


Alanin Aminotransferase (ALT) / SGPT(Kemenkes RI
2011)

30
4) Imlplikasi Klinis
 Peningkatan kadar ALT dapat terjadi pada penyakit
hepatoseluler, sirosis aktif, obstruksi bilier dan hepatitis.
 Banyak obat dapat meningkatkan kadar ALT.
 Nilai peningkatan yang signifikan adalah dua kali lipat dari nilai
normal. Nilai juga meningkat pada keadaan: obesitas,
preeklamsi berat, acute lymphoblastic leukemia (ALL)
3. Aspartat Aminotransferase (AST) / SGOT
AST adalah enzim yang memiliki aktivitas metabolisme yang
tinggi, ditemukan di jantung, hati, otot rangka, ginjal, otak, limfa,
pankreas dan paru-paru. Penyakit yang menyebabkan perubahan,
kerusakan atau kematian sel pada jaringan tersebut akan
mengakibatkan terlepasnya enzim ini ke sirkulasi.(Kemenkes RI
2011)
1)Metode dan Prinsip
Metode : IFCC (International Federation of Clinical
Chemistry and Laboratory Medicine)
Prinsip :
ASAT mengkatalisis tranfer gugus amino dari L- Aspartat
ke 2-0ksoglutarat menjadi L-Glutamat dan Oksaloasetat.
Oksaloasetat selanjutnya mengalami reduksi dan terjadi
oksidasi NADH menjadi NAD+ dengan bantuan enzim Malat
Dehidrogenase. Hasil penurunan serapan (absorbans) pada
panjang gelombang 340nm sesuai dengan aktifitas ASAT.
2)Alat dan Bahan :
Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Spuit
4. Tourniquet

31
5. Kapas alkohol dan kapas kering
6. Mikropipet 1000µl dan 100µl
7. Yellow dan blue tip
8. Pipet ukur dan bola hisap
Bahan
1.Aquades4,
2.Serum/ Plasma
Tidak ada persiapan khusus
3)Tahap Pemeriksaan
a. Pra analitik
b.Analitik
1.Pembuatan monoreagen
Campurkan 4 bagian R1 + 1 bagian R2
2.Pengukuran sampel
Kontrol Sampel
Monoreagen 1000 µl 1000 µl
Serum 100 µl -
control
Sampel - 100 µl
Campurkan, baca absorbansi setelah 1 menit dan
nyalakan stopwatch. Baca kembali absorbansinya
setelah 1, 2, dan 3 menit pada λ 340 nm.
N/B : Faktor pengukuran 1745
c. Pasca Analitik
2.Pembacaan hasil
3.Nilai rujukan

32
d.Nilai Rujukan :
Satuan
Konvensional
Usia dan jenis kelamin Internasional
(U/L)
(µkat/L)
0 – 10 hr 47 – 150 0,80 – 2,55
10 hr – 24 bln 9 – 80 0,15 – 1,36
Lk 15 – 40 0,26 – 0,68
24 bln – 60 th
Pr 13 – 35 0,22 – 0,60
Lk 19 – 48 0,32 – 0,82
60 – 90 th
Pr 9 – 36 0,15 – 0,61
Lk 11 – 38 0,19 – 0,65
> 90 th
Pr 18 – 30 0,31 – 0,51

Tabel 2.0 Nilai Rujukan Pemeriksaan Aspartat


Aminotransferase AST/SGOT(Kemenkes RI 2011)
e.Implikasi Klinis
 Peningkatan kadar AST dapat terjadi pada MI, penyakit hati,
pankreatitis akut, trauma, anemia hemolitik akut, penyakit
ginjal akut, luka bakar parah dan penggunaan berbagai obat,
misalnya: isoniazid, eritromisin, kontrasepsi oral
 Penurunan kadar AST dapat terjadi pada pasien asidosis
dengan diabetes mellitus.
 Obat-obat yang meningkatkan serum transaminase : –
Asetominofen – Co-amoksiklav – HMGCoA reductase
inhibitors – INH – Antiinfl amasi nonsteroid – Fenitoin –
Valproat(Herawati and Surabaya 2011)
c Pemeriksaan Glukosa Darah
Kelainan laboratorium pada pasien kanker pankreas biasanya tidak
spesifik. Pada pasien kanker pankreas terdapat kenaikan serum lipase,
amilase, dan glukosa. Anemia dan hipoalbuminemia yang timbul sering

33
disebabkan karena penyakit kankernya dan nutrisi yang kurang. Pasien
dengan ikterus obstruktif terdapat kenaikan bilirubin serum terutama
terkonjugasi (direk), alkali fosfatase, g-GT, waktu protrombin memanjang,
tinja akholik, dan bilirubinuria positif. Kelainan laboratorium lain adalah
berhubungan dengan komplikasi kanker pankreas, antara lain : kenaikan
transaminase akibat metastasis hati yang luas, tinja berwarna hitam akibat
perdarahan saluran cerna atas, steatorea akibat malabsorbsi lemak, dan
sebagainya.

34
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pankreas terjadi pembentukan beberapa enzim yang berperan
dalam metabolism tubuh.Selain itu di bentuk juga hormone insulin yang
berperan dalam pengikatan glukosa. Dan ini terjadi pada pankreas yang
normal atau sehat. Namun jika memiliki gangguan, maka produksi enzim
pencernaan dan hormone tidak berjalan dengan baik.Selain itu, juga dapat
menyebabkan penyakit seperti diabetes tipe 1 dan 2, pankreatitis, fibrosis
kistik, kanker pankreas, dan pankreas pseudokista. Maka dari itu diperlukan
pemeriksaan pemeriksaan menunjang diagnosa dari suatau penyakit yang
disebabkan oleh adaanya gangguan fungsi pankreas selain itu di perlukan
penanganan dimulai dari pra analitik, analitik dan pasca analitik hal hal yang
dapat mempengaruhi hasil dari pemeriksaan.
B. Saran
Saran kami kepada pembaca yaitu untuk membaca lebih banyak referensi
lain karena kami menyadari makalah kami masih jauh dari kata sempurna.

35
Daftar Pustaka

Buerke, B., and C. Schülke. 2015. “Zystische Tumoren Des Pankreas.” Radiologe
55(2): 145–58.
Herawati, Fauna, and Universitas Surabaya. 2011. “Pedoman Interpretasi Data
Klinik.” (January).
Ii, B A B, and Tinjauan Pustaka. 2005. “No Title.” : 7–43.
Kemenkes RI. 2011. “Pedoman Pemeriksaan Kimia Klinik.” : 147–57.
Pankreas, Anatomi. 2015. “Gambar 2.1 . Anatomi Pankreas Dan Saluran-
Salurannya (Sumber: Tortora & Derrickson, 2012: Principles of Anatomy &
Physiology, 13.” : 6–47.
Putri, Nurlaili Haida Kurnia, and Muhammad Atoillah Isfandiari. 2013.
“Hubungan Empat Pilar Pengendalian DM Tipe 2 Dengan Rerata Kadar Gula
Darah.” Berkala Epidemiologi 1(2): 234–43.
Use, Intended et al. 1960. “Liquid Amylase Liquid Amylase.” : 3–4.
“Lipase ( Colorimetric ) Reagent Set Lipase ( Colorimetric ) Reagent Set.”
Values, Reference, and Performance Characteristics. “No Title.” 2: 2–3.

36

Anda mungkin juga menyukai