Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

HERNIA INGUINALIS LATERALIS

Disusun Oleh:
Kartika Septyaningrum Sani

PEMBIMBING:
dr. Luluk Susaeny

RSUD CIBINONG
KABUPATEN BOGOR
2022

0
BAB I.
PENDAHULUAN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AG
No RM : 11295270
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 60 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pensiunan
Status Perkawinan : Menikah
Tgl / Jam Masuk RS : 7 Juli 2022
Ruang Rawat Inap : IGD / Bougenvil Atas

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan dengan metode autoanamnesis pada pasien serta DI IGD
RSUD Cibinong pada tanggal 7 Juli 2022

KELUHAN UTAMA
Inguinalis Kanan membesar sejak 7 jam sebelum masuk rumah sakit.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke IGD RSUD Cibinong dengan keluhan lipat paha kanan membesar
sejak 7 jam sebelum masuk rumah sakit, pembesaran menetap, tidak dapat masuk
kembali, terasa nyeri pada daerah kemaluan. Terdapat mual, namun tidak terdapat
muntah. Intake makanan sulit karena mual. Buang air kecil dirasakan lebih sulit dan
nyeri, tidak ada darah, tidak tersendat. Buang air besar tidak ada keluhan. Keluhan
demam, kejang, lemah anggota tubuh, penurunan kesadaran, gusi berdarah, BAK merah
disangkal.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

0
Pasien mengatakan riwayat lipat paha kanan membesar dirasakan sudah 6 bulan,
namun hilang timbul, sehingga pasien belum berobat. Riwayat hipertensi dan diabetes
melitus disangkal pasien.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Di keluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang serupa dengan pasien dan
Riwayat penyakit lain disangkal

RIWAYAT PENGOBATAN
Pasien belum mengobati pembesaran lipat paha sebelumnya, tidak sedang
meminum obat apapun.

RIWAYAT ALERGI
Tidak ada alergi obat, makanan, cuaca maupun debu.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis (E4V5M6)

Tanda Vital
Tekanan Darah : 140/930 mmHg
Nadi : 86 x/menit, Reguler, Kuat angkat, Isi Cukup
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 36,2 °C

Status Gizi
Berat Badan : 58 kg
Tinggi Badan : 166 cm
IMT : 21.04 kg/m2

0
Kesan : Normoweight

Status Generalisata
● Kepala : Normocephal
● Kulit : Ikterik diseluruh tubuh (-), pucat (-), warna sawo matang
● Mata : Konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Konjungtiva eritema +/+
● Telinga : Discharge (-/-)
● Hidung : Nafas cuping (-/-), discharge (-/-), deviasi septum (-)
● Mulut : bibir tampak pucat (-), bibir kering (-)
● Leher : Pembesaran kel. limfe (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
● Thoraks :
* Paru-paru
Inspeksi : Normochest (+), pergerakan dinding dada simetris (+/+)
Palpasi : Vocal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan (-/-)
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru (+/+)
Auskultasi : Vesikuler di kedua lapang paru
* Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : Kardiomegali (-)
Auskultasi : Suara jantung murni, bising (-), gallop (-)

*Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-) , terdapat scar bekas operasi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) dalam batas normal
Palpasi : Supel (+), nyeri tekan epigastrium (+), hepatomegaly (-),
defans muscular (-). teraba massa (-), splenomegaly (-).
Perkusi : Timpani di seluruh quadran abdomen
● Ekstremitas
o Superior : Akral Hangat, CRT < 2detik, edema (-/-), pucat (-/-)
o Inferior : Akral Hangat, CRT < 2 detik, edema (-/-), pucat (-/-)

0
Status Lokalis
Inspeksi : lipat paha asimetris, pembesaran pada bagian dextra, terdapat benjolan pada
lipat paha, kemerahan
Palpasi : nyeri (+)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN LABORATORIUM:
Tanggal Pemeriksaan : 7/7/2022
NILAI SATUAN
PEMERIKSAAN HASIL
RUJUKAN HASIL
HEMATOLOGI LENGKAP
Hemoglobin 14,3 13,7 – 17,5 g/dL

Hematokrit 45,5 40 – 48 %

Leukosit 9.220 5.000 – 10.000 /µL

Trombosit 209.000 150.000 – 450.000 /µL

Eritrosit 4,73 4,5 – 5,5 10^6/μL

Kimia klinik
Elektrolit
Natrium (Na) 133 135-148 mEq/L
Kalium (K) 3.9 3.50-5.30 mEq/L
Klorida 108 95-110 mEq/L
Rapid Test Covid 19 Non Reactive

V. ASSESSMENT
● Hernia Inguinalis Lateralis Reponible Dextra
● Nausea
● Hiponatremia ringan

VI. RESUME

0
Pasien datang ke IGD RSUD Cibinong dengan keluhan lipat paha kanan membesar
sejak 7 jam sebelum masuk rumah sakit, pembesaran menetap, tidak dapat masuk
kembali, terasa nyeri pada daerah kemaluan. Terdapat mual, namun tidak terdapat
muntah. Intake makanan sulit karena mual. Buang air kecil dirasakan lebih sulit dan
nyeri, tidak ada darah, tidak tersendat. Buang air besar tidak ada keluhan. Keluhan
demam, kejang, lemah anggota tubuh, penurunan kesadaran, gusi berdarah, BAK merah
disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran inguinalis lateralis dextra yang
tidak dapat masuk, benjolan dirasakan nyeri pada perabaan. Pada pemeriksaan elektrolit
didapatkan hasil hyponatremia ringan.

VII. DIAGNOSIS KERJA


● Hernia Inguinalis Lateratis Reponible Dextra
● Nausea ringan
● Imbalance Elektrolit ringan

VIII. TATA LAKSANA


Non Medikamentosa
● Pasang DC

● Rencana Hernioplasty dengan dr. Mudianto, Sp. B

Medikamentosa

● IVFD RL 500 cc 20 tpm


● Inj. Ketorolac 3 x 30 mg
● Inj. Omeprazole 1 x 40 mg
● Inj. Cefotaxim 3x1gr
● Inj. Ondancentron 3x4mg

IX. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia Ad Bonam
Ad sanationam : Dubia Ad Bonam

Ad Functionam : Dubia Ad Bonam

0
0
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Hernia adalah penonjolan viskus (organ) atau sebagian dari viskus melalui celah
yang abnormal pada selubungnya (Grace dan Borley, 2007). Sedangkan menurut
Tambayong (2000) hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi
abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus, atau kandung kemih) memasuki defek
tersebut sehingga timbul kantong berisikan materi abnormal. Berdasarkan terjadinya,
hernia dibagi atas hernia bawaan atau congenital dan hernia yang didapat atau akuisita.
Hernia diberi nama menurut letaknya, diantaranya yaitu diafragma, umbilical, femoral,
maupun inguinal.

Gambar 1. Hernia Inguinalis

Hernia inguinalis merupakan protrusi viscus (penonjolan organ) dari kavum


peritoneal ke dalam canalis inguinalis. Hernia inguinalis dimulai pada bagian atas dan
medial terhadap tuberkulum pubikum namun dapat turun lebih luas jika membesar,
biasanya mempertegas garis-garis lipatan paha (Grace dan Borley,2007). Hernia
inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Hernia Inguinalis Direk (Medialis)
Hernia ini timbul akibat lemahnya dinding posterior kanalis inguinalis. Hernia ini
tidak bisa dikendalikan dengan penekanan jari pada anulus profunda dan jarang
sekali sampai ke skrotum (Faiz dan Moffat, 2004). Hernia medialis disebut hernia
direk karena langsung menonjol melalui segitiga Hessebach.

0
2. Hernia Inguinalis Indirek (Lateralis)
Hernia ini timbul akibat menetapnya prosesus vaginalis (kantong hernia) saat
embrio. Isi perut menonjol melalui anulus inguinalis profunda, melalui kanalis
inguinalis, dan akhirnya menuju skrotum. Hernia ini bisa dikendalikan melaui
penekanan anulus profunda dengan jari. Hernia ini disebut latelaris karena menonjol
dari perut di lateral pembuluh epigastrika inferior dan disebut indirek karena keluar
melalui dua pintu dan saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis.

Gambar 2. Hernia inguinalis Direk/Medialis Gambar 3. Hernia inguinalis


Indirek/Lateralis

Menurut sifatnya, hernia dapat disebut :


1. Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel: bila isi kantong hernia tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum

0
kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan rasa nyeri
ataupun tanda sumbatan usus.
3. Hernia inkarserata dan strangulata
- Hernia Inkaserata: selalu terisi dan tidak dapat dikosongkan kembali
- Hernia strangulata: mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya
karena tidak mendapatkan darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit

B. ETIOLOGI
Faktor yang menyebabkan terjadinya hernia inguinalis, yaitu:
1. Peningkatan tekanan intra abdomen yang berulang
 Mengangkat barang yang terlalu berat
 Batuk menahun
 Akibat sering mengejan pada saat buang air besar
 Kehamilan
 Ascites
 Tumor abdomen
2. Adanya kelemahan jaringan atau otot
Kelemahan otot dinding perut dapat terjadi akibat kerusakan nervus ilionguinalis dan
nervus iliofemoralis
3. Adanya prosesus vaginalis (kantong hernia) yang terbuka

C. PATOFISIOLOGI
Menurut Grace dan Borley (2007), patofisiologi terjadinya hernia, yakni:
 Defek pada dinding abdomen dapat kongenital (misalnya hernia umbilikalis, kanalis
femoralis) atau didapat (misalnya akibat suatu insisi) dan dibatasi oleh peritoneum
(kantung)
 Peningkatan tekanan intraabdomen lebih lanjut membuat defek semakin lemah dan
menyebabkan beberapa isi intraabdomen (misalnya: omentum, lengkung usus halus),
keluar melalui celah tersebut

0
 Isi usus yang terjebak di dalam kantung menyebabkan inkarserasi (ketidakmampuan
untuk mengurangi isi) dan kemungkinan strangulasi (terhambatnya aliran darah ke
daerah yang mengalami inkarserasi)
Secara patofisiologi, hernia inguinalis terjadi karena peningkatan tekanan intra abdomen
yang akan mendorong anulus inguinalis internus terdesak. Hernia inguinalis dapat terjadi
karena anomali kongenital atau karena 3 faktor kausal, yakni adanya prosesus vaginalis
yang terbuka, peningkatan tekanan intra abdomen, dan kelemahan otot dinding perut
karena usia. Hernia inguinalis lebih banyak terjadi pada laki- laki dari pada perempuan.
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus
internus yang cukup besar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia melewati
pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
D. MANIFESTASI KLINIS
Pasien yang menderita hernia inguinalis biasanya datang dengan keluhan adanya
benjolan di lipat paha yang timbul pada waktu mengejan, batuk, atau mengangkat beban
berat, dan menghilang waktu istirahat baring. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru
timbul jika terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi.
 Pada kasus hernia inguinalis indirek, hernia ini dapat dimasukkan dengan tekanan
oleh jari-jari di sekitar cincin inguinalis interna dan banyak terjadi pada pria usia
muda (3% per tahun terjadi dengan komplikasi) serta seringkali turun ke dalam
skrotum.
 Pada kasus hernia inguinalis direk, hernia ini sulit dimasukkan dengan penekanan
jari-jari tangan (sulit dikontrol oleh penekanan pada cincin internal) dan lebih sering
pada pria tua (0,3% kasus per tahun mengalami strangulasi). Secara khas
menyebabkan benjolan ‘ke depan’ pada lipat paha, tidak turun ke dalam skrotum.
Secara klinis antara kedua jenis hernia ini dapat sulit dibedakan namun saat operasi, letak
leher hernia terhadap arteri epigastrika inferior menentukan tipe hernia, yaitu pada hernia
indirek leher kantung hernia terletak di sebelah lateral arteri sedangkan pada hernia direk
selalu terletak di sebelah medialnya (Faiz dan Moffat, 2004).

E. KOMPLIKASI
 Hernia inkarserata: hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang, tidak
dapat direposisi, adanya mual, muntah, dan gejala obstruksi usus (menyebabkan
gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa) jika terjadi komplikasi
hernia ini

0
 Hernia strangulata: gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik, adanya
gangguan sistemik pada usus. Dapat puladijumpai nyeri hebat di tempat hernia, tanda
peritonitis atau abses lokal

F. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: perhatikan  keadaan asimetri pada kedua lipat paha, skrotum, atau labia dalam
posisi berdiri dan berbaring .Pasien di minta mengedan atau batuk sehingga
adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Pada hernia inguinalis
direk biasanya akan terlihat simetris dengan tonjoloan yang sirkuler di cincin
eksterna. Tonjolan akan menghilang pada saat pasien berbaring. Sedangkan
pada hernia inguinalis indirek akan terlihat tonjolan yang berbentuk elip dan
susah menghilang pada saat berbaring.
Auskultasi: bila isi hernia berupa usus maka bising usus dapat terdengar
Palpasi : pemeriksaan dengan palpasi dapat menggunakan metode finger tip test.
Tujuan utamanya adalah untuk membedakan hernia inguinalis indirek dan
direk, di samping dapat menentukan diameter dan ketebalan cincin hernia.
Cara pemeriksaannya adalah dengan sebelumnya meminta pasien untuk
mendorong masuk hernianya, kemudian salah satu jari tangan pemeriksa
dimasukkan menelusuri jalan masuk hernia. Pasien kemudian diminta
mengejan. Jika hernia teraba atau menyentuh ujung jari berarti ini adalah
hernia indirek/lateralis. Jika hernia teraba atau menyentuh bagian samping
jari berarti merupakan hernia direk/medialis. Penekanan melalui cincin
interna ketika pasien mengejan juga dapat membedakan hernia inguinalis
indirek dan direk. Pada hernia inguinalis direk, benjolan akan terasa pada
bagian depan melewati Trigonum Hesselbach’s dan kebalikannya pada
hernia inguinalis indirek. Pada kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal tidak
dapat ditegakkan secara akurat sebelum dilakukan operasi.

Pemeriksaan Penunjang
 Labratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, dapat dilakukan pemeriksaan
laboratorium sebagai berikut:

0
- Hematologi: adanya leukositosis
- Elektrolit, BUN, kreatinin tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi dehidrasi
- Urinalisis: untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang
menyebabkan nyeri lipat paha
 Radiologis
- Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha
atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis
- CT Scan

G. PENATALAKSANAAN
Penanganan hernia dapat dilakukan secara konservatif maupun operasi.
1. Konservatif
a. Reposisi bimanual
Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan menetap
sampai terjadi reposisi
b. Bantalan penyangga
Penggunaan bantalan penyangga bertujuan untuk menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyenbuhkan sehingga harus dipakai seumur
hidup. Hal ini biasanya dipilih jika pasien menolak operasi. Namun cara ini
tidak sudah tidak dianjurkan.
2. Operasi
Penatalaksanaan hernia dapat dilakukan dengan pembedahan, yang biasa disebut
“herniotomi”. Perbaikan dengan bedah biasanya ditawarkan pada pasien-pasien
dengan:
a) hernia dengan risiko komplikasi apapun gejalanya
b) Hernia dengan adanya gejala-gejala obstruksi sebelumnya
c) Hernia dengan risiko komplikasi yang rendah namun dengan gejala yang
mengganggu gaya hidup, dan sebagainya

Prinsip Pembedahan:
 Herniotomi
Tindakan membuka kantong hernia, memasukkan kembali isi kantong
hernia ke rongga abdomen, serta mengikat dan memotong kantong hernia.
Teknik operasi Herniotomi:

0
- Penderita dalam posisi supine dalam anestesi umum, spinal atau lokal
anestesi
- Dilakukan aseptik dan antiseptik pada lapangan operasi
- Lapangan operasi ditutup dengan doek steril
- Dilakukan insisi oblique atau skin crease sejajar ligamentum inguinal
- Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis Muskulus Obliqus Externus
(MoE)
- Aponeurosis MOE dibuka secara tajam Funikulus spermatikus diluksir dan
kantong hemia diidentifikasi
- lsi hemia dimasukan ke dalam cavum abdomen, kantong hernia dipotong
secara transversal
- Kantong hemia diligasi setinggi lemak preperitonium
- Selanjuhrya dilakukan Hemiorafi
 Herniorafi
Operasi hernia yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti (tindakan
memperkecil anulis inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis). Tindakan hernioplasti dapat dilakukan dengan metode
Bassini atau McVay.
Metode Bassini adalah dengan memperkecil anulus inguinalis intemus dengan
jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa dan menjahitkan
pertemuan musculus transversus internus abdominis dan musculus oblikus
internus abdominis. Tindakan ini dikenal dengan narna conjoint tendon ke
ligamentum inguinale Poupart. Metode Mc Vay dilakukan dengan menjahitkan
fasia transversa, musculus transversus abdominis dan musculus oblikus internus
abdominis ke ligamentum Cooper.
Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik
herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot-otot yang
di jait. Untuk mengatasi masalah ini, terdapat model pendekatan operasi bebas
regangan. Pada teknik itu digunakan prostesis mesh untuk memperkuat fasia
transversalis yang membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-
otot ke inguinal. Tindakan pemasangan jaring (MESH) ini dapat dimasukkan
melalui bedah terbuka atau laparoskopik. Pada operasi hernia secara laparoskopi
diletakkan prostesis mesh di bawah peritoneum pada dnding perut.

Komplikasi operasi hernia:


Menurut Grace dan Borley (2007), komplikasi operasi hernia dapat menimbulkan:
- Hematoma (luka atau pada skrotum)
- Retensi urin akut
- Infeksi pada luka
- Nyeri kronis
- Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan strofi testis
- Rekurensi hernia (sekitar 2%)
Di samping itu, komplikasi dari operasi hernia dapat juga menyebabkan cedera vena
femoralis, nervus ilioinguinalis, nervus iliofemoralis, serta duktus defererens.

0
H. PENCEGAHAN
Kelainan kongenital yang menyebabkan hernia memang tidak dapat dicegah, namun
langkah-langkah berikut ini dapat mengurangi tekanan pada otot-otot dan jaringan
abdomen:
 Menjaga berat badan ideal
 Konsumsi makanan berserat tinggi
Buah, sayur, dan gandum baik untuk kesehatan dimana makanan tersebut kaya akan
serat tinggi yang dapat mencegah konstipasi
 Mengangkat benda berat dengan hati-hati atau menghindari dari mengangkat benda
berat
Jika harus mengangkat benda berat diusahakan tidak membungkus dengan bertumpu
pada pinggang
 Berhenti merokok
Selain meningkatkan risiko terhadap penyakit serius seperti kanker dan jantung,
merokok seringkali menyebabkan batuk kronis yang dapat menyebabkan hernia
inguinalis

0
DAFTAR PUSTAKA

1. Faiz, Omar dan David Moffat. 2004. At a Glance: Series Anatomi. Alih bahasa: Annisa
Rahmalia. Jakarta: Erlangga
2. Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. 2007. At a Glance: Ilmu Bedah Ed. 3. Alih
bahasa: Vidhia Umarni. Jakarta: Erlangga
3. Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
4. Aiolfi, A., et al. (2021). Treatment of Inguinal Hernia: Systematic Review and Updated
Network Meta-analysis of Randomized Controlled Trials. Annals of Surgery, 274(6),
pp. 954-61.
5. Jha, S. (2020). A Study to Assess the Prevalence and Risk Factors of Inguinal Hernia.
International Journal of Surgery, 4(3), pp. 330-2.
6. National Health Service UK (2021). Health A to Z. Inguinal Hernia Repair.
7. National Institute of Health (2019). National Institute of Diabetes and Digestive and
Kidney Diseases.
8. Johns Hopkins Medicine (2021). Conditions and Diseases. Inguinal Hernia.
9. Stanford Children's Health (2021). Inguinal Hernia. Cleveland Clinic (2022). Disease &
Conditions. Inguinal Hernia (Groin Hernia).
10. Mayo Clinic (2021). Diseases & Conditions. Inguinal Hernia.
11. Drugs (2022). Inguinal Hernia.
12. Higuera, V. Healthline (2021). Inguinal Hernia Overview.
13. Nazario, B. WebMD (2020). Inguinal Hernia.
14. Rather, A. Medscape (2021). Abdominal Hernias.

0
15. Whitlock, J. Verywell Health (2021). What is An Inguinal Hernia?

Anda mungkin juga menyukai