Anda di halaman 1dari 5

Medan Juang Diri

“Bantu aku di medan juang ini agar bisa


menjaga mataku, hatiku, pikiranku, dan apa-apa
yang ada terhadap diriku agar tidak lalai
terhadapMu. Allaah kumohon, diriku, hanya
untukMu, karena aku, milikMu”

Pagi itu Arsy terbangun dari sebuah mimpi indah yang jika saja bisa ia memilih, tidak
ingin menyudahinya. Mimpi-mimpi akan masa depan yang cemerlang, sungguh gemilang,
hidup yang tenang tanpa riakan ombak yang datang, saaaangat menyengkan. Hingga pada
akhirnya Arsy terbangun dan tersadarkan bahwa itu hanyalah mimpi, pada kenyataannya hidup
di alam nyata ini akan selalu dihampiri banyak ombak, ataupun ranting dan duri disepanjang
perjalanan yang perlu untuk dihadapi, dengan gagah berani.

Kala itu Arsy mengaduh padanNya, dalam dialog imajinernya dengan Tuhan ada pertanyaan
yang masih mengambang di udara, menggelayuti pikirannya.

"Milik siapa aku? Kenapa aku harus ada?"

Pertanyaan itu kali ini semakin menghujam, berkelebat dikepala Arsyi, memekakkan telinganya
hari demi hari, ia pandang langitNya lagi burung-burung yang berkicau seakan-akan membantu
untuk menjawab semua keresahan dalam dada.

"Milik siapa aku? Bagaimana aku harus menjalani hidup?"

Gemuruh yang tiba-tiba datang bersama bayangan putih usai kumengeluh, karena tak jua
mendapat kepuasan akan jawaban. Gemuruh itu reda dan berkata dengan tenangnya

"Dengarkan aku Arsy sayang, semua kenyataan yang sedang maupun telah kau hadapi,
tentang keinginan-keinginan yang belum tercapai, kegagalan-kegagalan yang bertubi-tubi
datang, dan mimpi-mimpi yang kauharapkan itu, memang seakan-akan terlalu sulit untuk bisa
kau kau raih, padahal kau merasa bahwa ikhtiar penuh telah kulakukan bukan? Pun ribuan doa
tak luput kau rapalkan setiap harinya. Tapi mengapa semua tak sesuai harap? Karena kamu
masih sagsi Arsy!!!"
Arsy berteriak menepis bayangan putih yang semakin membuat roboh pertahanannya,

"Allaah, beginikah ujian diri? Aku menyerah dan ingin balik arah, aku limbung ya Allaah..."

Tapi ada gemuruh datang lagi dengan bisikan yang terdengar jelas di daun telinga.

"Arsyi, hidup ini adalah serangkaian ujian yang akan terus membersamai setiap langkahmu,
ada ujian yang menuntutmu untuk melangkah dengan kaki kesabaran, ada pula ujian yang
menuntutmu untuk terus melangkah dengan kaki syukurmu. Maka melangkahlah dengan
keduanya, karena syukur dan sabar adalah dua kaki yang diciptakan tuhan untuk menjalani
kehidupan di dunia ini, yang fana, sementara, fatamorgana. Yang semua itu tidak ada apa-
apanya jika harus disandingkan dengan syurgaNya."

Bisikan itu semakin memekik hingga masuk kedalam sukma... .

"Arsyi,  kamu tau bagaimana caranya agar bisa mencapai SyurgaNya itu? kamu perlu
melampaui ujian di dunia ini. Iya, aku paham betul semua itu tidaklah mudah, namun apakah
kamu hanya akan pasrah? Jangan ya sayang. Luaskan sabarmu, langitkan syukurmu, ku yakin
kamu bisa, berusahalah selalu untuk mengupayakannya. Medan juangmu masih panjang,
diperjalananmu itu pasti banyak kerikil menerjang,  bagaimana tidak?  Kamu akan naik level,
dan perlu untuk di uji. Percayalah, semua ujian itu adalah skenario terbaikNya,  dan akan selalu
indah pada waktunya. Kamu harus yakin, selalu yakin akan keajaiban-keajaiban kebaikan yang
selalu saja akan diberikan olehNya."

Setelah mendengar bisikan-bisikan itu, berbagai pikiran berkelebat dikepala Arsy.

"Dwarrr!!!" tiba-tiba sahabat Arsy datang membuyarkan semua lamunannya, ia adalah sahabat
seperjuangan yang saling kuat menguatkan dari awal masuk perkuliahan, keduanya
salingtumbuh-menumbuhkan agar terus fight mendapatkan beasiswa, yang akhirnya sampai
sekarang keduanya menjalani perkuliahan tingkat akhir dan mendapatkan beasiswa
peningkatan prestasi akademik, Diana kenal betul Arsy yang pantang menyerah dan akhir-akhir
ini ia mendapati sahabatnya sering murung, hingga akhirnya Diana bertanya perihal apa yang
sedang Arsy lamunkan, Arsy menceritakan semuanya, segala yang berkelindan menghantui
pikirannya, yang membuat kerasahan-keresahan itu terus menjalar bak ular dengan bisa
beracun yang mematikan. Yap, tepatnya mematikan semangat hidup Arsy hingga ia berjalan
bagaikan zombie dimuka bumi ini.

Lalu perlahan, dengan teduh Diana, sahabat dekat Arsy berucap "Arsy, kebayang ga sih,
ketika kita menginginkan sesuatu lalu langsung segalanya serba Allaah kasih dengan mudah,
tanpa perlu kita mengupayakannya, tanpa perlu kita berkorban dan berlelah-lelah untuk dapat
meraihnya, kira-kira apa feel yang akan kamu rasakan ketika telah mendapatkan semua
keinginanmu itu? Dengan tanpa perjuangan, pasti biasa saja kan? Ga ada greget-gregetnya"
Diana menjawab pertanyaannya sendiri, sembari menginginkan pembenaran dari Arsy.

Arsy menduduk, malu.


Lalu dengan refleks, Arsy memeluk sabatnya, Diana

"Kamu sahabat terhebatku, ah aku sangat bebal, kenapa aku sulit sekali mengerti. Akan
kehiduan yang keras,  ya...  Kehidupan yang keras pasti dihadapkan kepada setiap orang,
diberikan dengan bentuk yang berbeda-beda. sesuai kadar kemampuannya. Kenapa?  karena
Allaah maha tau segalanya, sedangkan manusia? Manusia terbatas pengetahuannya, takkan
pernah bisa menjangkauNya."

"Betul! Sesuatu yang terbatas tidak akan pernah mampu menjangkau yang tak terbatas. Maka
momentum terbaik adalah ketika kita bisa memahami, menerima, apapun ketetapan yang telah
diberikan olehNya. Akan hidup yang tak selalu berjalan sesuai dengan apa yang kita mau,
namun kita sama-sama tau dan yakin bahwa ketetapanNya adalah yang terbaik untuk kita."
Diana menimpali

Semangat Arsy kembali tumbuh mekar,  Allaah itu sungguh hebat, bagaimana tidak? Caranya
bukan dengan mencabut ujian yang sedang menerpa hambanya yang lemah,  tapi dengan
membuat hati hambanya berubah menjadi kuat, sekuat karang yang bisa menghalau berbagai
macam ombak yang seringkali tiba-tiba datang dengan dahsyat. Jika bukan Allaah yang
menguatkan, siapa lagi?

Diana yang senang berpuisi itu tiba-tiba mengalir deras kata-katanya

Aku datang kemari berjumpa denganmu bukan tanpa alasan, Arsy.

Ada kabar-kabar angin yang ingin kuceritakan padamu diumurku yang ke-21

Ini belum tentu benar

Tapi beritanya terdengar seperti niscaya

Mengambang di udara

Tentang riak manusia bak burung jatayu yang dibinisakan rahwana

Pandemi membuat penduduk bumi bergidik ngeri

Visualisasi sang maha kuasa membuka lebarkan mata

Obat dari semua penyakit yang terjadi adalah diri yang menyejukkan hati kanan dan kiri

Hidup secara kritis karena keputusan ada ditangan kita sendiri

Yang bertanggung jawab akan kita adalah kita sendiri


Embun keyakinan mengkolaborasikan akal yang rasional dengan intuisi yang melibatkan hati

Agar semakin mekar

Menjadi layu bukanlah pilihan

Lalu apalagi yang perlu aku dan kau risaukan dalam hidup ini jika sudah terpaut padaNya?
Tidak ada.

Maka berbahagialah dalam hidup.

Kebahagiaan itu milik semua orang

Tak peduli ia konglomerat atau pejabat, muda atau tua, kaya ataupun papa, semua berhak

Jangan senang berlama-lama menyelimuti kesedihan ketika mendapat ujian kesabaran,


kumohon untuk mengenyahkannya segera.

Karena kebahagian itu sayang, kitalah yang ciptakan.

Harus bahagia ya, sekali lagi, medan juangmu masih panjang.

Jangan pernah menyerah apalagi balik arah, jalan yang harus kau tempuh masih jauh

Berjalanlah dengan tenang

Kumohon

Tenangkanlah dirimu

Semua manusia sama

Yang terlihat baik-baik saja dan bahagia juga sama sedang berjuang

Dibalik kebahagiaan itu ada perjuangannya yang tidak kamu tahu

Harus bahagia ya dengan berjuang

Sekali lagi tenanglah


Kamu punya sepasang kaki yang diciptakan tuhan untuk perjalan inikan? Ingat selalu, syukur
dan sabarmu.

semuanya akan baik-baik saja :)

Percaya padaku

Anda mungkin juga menyukai