Anda di halaman 1dari 3

Pendahuluan

Sulawesi termasuk kawasan perbatasan antara kebudayaan Indo nesia bagian timur dan bagian barat.
Oleh karena itu, di kawasan ini terdapat percampuran dari kedua kebudayaan tersebut.

Religi Suku Toraja

Suku Toraja terdiri dari beberapa suku, yaitu Toraja Sadang, yang berdiam di bagian barat daya dari
Sulawesi Tengah dan di jazirah barat laut Sulawesi, Toraja Bare'e yang berdiam di bagian timur dari
Sulawesi Tengah, dan suku Toraja Barat, yang berdiam di bagian barat Sulawesi Tengah.

Keyakinan terhadap dewa

Bagi suku Toraja Barat ada dua tokoh ilahi yang menonjol, yaitu Alatala dan Buriro. Alatala adalah
sebutan tokoh dewa yang tertinggi yang sudah dipengaruhi oleh agama Islam (Allah ta’ala).

 Pada umumnya, Alatala dipandang sebagai tokoh dewa, yaitu bapa segala sesuatu atau pencipta
segala sesuatu, yang hanya mem perhatikan kepentingan-kepentingan umum, umpamanya
suka-duka seluruh suku, perkara sumpah, dan sebagainya. Ia dipandang ber semayam di sorga
(langit). Namun ada juga suku yang meman dangnya sebagai tokoh dewi, yang dihubungkan
dengan bumi (Ibu Bumi).

 Pada umumnya, Buriro dipandang sebagai dewa kesuburan yang menghadiahkan padi
serta bersikap baik terhadap manusia. Hanya kadang-kadang Buriro juga dipandang
berbuat jahat terhadap manusia, umpamanya menangkap manusia untuk dijadikan
makanan buaya, atau jika orang berani membakar padi. Tempat kediamannya ada di
batu-batu, ladang ladang yang tak ditanami lagi, pohon kelapa, aren. Mungkin yang
dimaksud dengan Buriro ini adalah matahari, sebab ada kalanya juga ia dianggap
beristrikan bulan. Umpamanya, gerhana matahari di jelaskan sebagai terjadinya
percekcokan antara matahari dan bulan.

Masih ada roh-roh langit, di antaranya yang terpenting ialah tampilangi (langit yang berlapis lapis).
Tampilangi adalah roh-roh penghuni antariksa di antara langit dan bumi, yang kadang-kadang dipandang
berdiam di puncak gu nung. Mereka hidup berkelompok di perkampungan, di bawah se orang
pemimpin.
Di antara suku Toraja Tengah bagian timur, yaitu di tengah tengah suku Toraja Bare'e, ada 3 kelompok
tokoh ilahi juga, yaitu:

1. Dewa yang tertinggi

Jumlah dewa tertinggi hanya beberapa. Di antaranya yang terpenting adalah Lai (laki-laki), yang berdiam
di langit, dan nDara (anak dara), yang berdiam di bawah bumi. Lai disebut juga Bapa Langit, sedang
nDara disebut Ibu Bumi. Tokoh yang lain adalah Pue di Songi (Tuhan yang ada di kamar kecil, yang
tersembunyi). Ada kemungkinan tokoh ini sebenarnya sama dengan Lai. Ia hanya dikenal oleh para
imam yang sering me minta pertolongan untuk menyembuhkan orang sakit. Tokoh yang paling terkenal
di antara rakyat adalah Pue mPalaburu (Tuhan yang membentuk), yang dipandang sebagai pen cipta
segala sesuatu. Menurut para imam, tokoh ini adalah anak Lai dan nDara. Sementara Lai dan nDara
dipuja sebagai tokoh-tokoh ilahi yang berdiam di atas dan di bawah, Pue mPalaburu dipuja se bagai yang
berdiam di tempat matahari terbit dan tenggelam.

2.Dewa langit, dewa bumi dan dewa di alam bawah bumi

Jumlah mereka lebih banyak. Mereka hidup sebagai ma nusia, yang terkenal di antaranya adalah
Wurake. Mereka berdiam di awang-awang.

Wurake dianggap berdiam di lapisan ke-5 dari langit. Tempat kediaman itu digambarkan sebagai tempat
yang tergantung, yang melayang di antara langit dan bumi. Roh-roh ini sangat dekat dengan manusia.
Mereka memberikan kekuatan dan kesehatan kepada segala makhluk. Perwujudannya menyerupai
manusia, tetapi lebih bagus dan lebih sempurna.

3. Roh nenek moyang

Roh ini adalah roh yang sudah diadakan pesta kematian baginya se hingga sudah dipandang sejajar
dengan dewa. Nenek moyang menjaga adat dan menghukum mereka yang melanggar adat

b. Mite penjadian

Di antara suku Toraja Barat, ada pandangan bahwa bumi adalah suatu dataran besar yang bulat dan
rata, serta dilingkupi oleh langit sebagai suatu kubah. Langit disebut langi, sedang bumi disebut lino.
Ada juga suku yang memiliki cerita bahwa semula langit minta kepada bumi supaya membentangkan
diri, sehingga langit dapat me lingkupinya. Pada umumnya, di Toraja Barat orang berpendapat bahwa
awal nya langit dan bumi bertumpang tindih, sehingga jarak keduanya sangat dekat. Oleh karena itu,
manusia yang hidup di bumi tidak dapat berdiri tegak. Kemudian langit diangkat dari bumi. Ada cerita
yang bermacam-macam mengenai penyebab terjadinya langit di angkat dari bumi.

Gambaran umum terjadinya manusia di Toraja Barat adalah demikian, semula Alatala, sebagai Topeteru
(Sang Pengadun), men jadikan sepasang manusia dari tanah liatPandangan bahwa manusia dijadikan
dari tanah liat itu mung kin dijiwai oleh gagasan bahwa Bumi atau Ibu Bumilah yang me lahirkan
manusia sebagai anaknya. Ketika sepasang manusia tadi (laki-laki dan perempuan) sudah selesai
dijadikan, mereka lalu diberi rambut di kepala, di ketiak, di tempat alat kelamin dan sebagainya. Mula-
mula patung tanah liat itu tidak bergerak dan bisu karena belum diberi kehidupan. Alatala mengutus
seekor tabuhan untuk menyengat patung itu. Karena ter kejut, patung tadi mulai bergerak dan
berbicara. Tabuhan itu juga berjasa bagi berkembang biaknya manusia. Manusia yang sudah hidup itu
belum mengetahui bagaimana harus berkembang biak. Ke mudian tabuhan diutus oleh Alatala untuk
menyengat pantat ma nusia. Karena terkejut, kedua orang itu mengadakan gerak perse tubuhan (itulah
persetubuhan yang pertama).

Suku Toraja Bare’e biasanya tidak begitu tahu tentang siapa sebenarnya yang menjadikan manusia.
Cerita lebih tua menyebutkan Pue Lamoa (Tuhan Allah), sedang cerita yang lebih muda menyebut kan
Pue mPalaburu sebagai penciptanya.

Anda mungkin juga menyukai