Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Sejin ( sejarah Indonesia)

Judul:

Sumpah pemuda dan upaya upaya menggalang persatuan

KELOMPOK 7

1. Advent (04)
2. indriasa falia (15)
3. M. Septa
4. Pramudya
5. Sarah Amelia (32)

XI MIPA 2
SMAN 1 CILEGON
i
Kata pengantar

Puji dan syukur kami kepada Allah SWT yang melimpahkan rahmat serta hidayah - Nya , sehingga
penyusunan dengan baik tanpa kendala dalam penyusunan " Makalah Sumpah Pemuda dan upaya
upaya mengalang persatuan ini sangat diharapkan demi kesempurnaan . berdasarkan data - data
yang diperoleh selama melakukan pembelajaran menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan
laporan masih banyak kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, untuk kritik
dan saran yang membangun dari Makalah " ini dapat terselesaikan Sumpah Pemuda dan upaya
upaya menggalang persatuan " ini kata pengantar ini kami buat , semoga dapat bermanfaat ,
khususnya bagi diri pribadi kami Makalah Sumpah Pemuda dan upaya menggalang persatuan " ini .
Demikian

Sarah, 8 Agustus 2022

Penulis

Daftar isi
Kata pengantar.................................................................................................................. i

Daftar isi.............................................................................................................................. ii

Bab I pendahuluan
1. Latar belakang.............................................................................................................. 1
2. Tujuan penulis.............................................................................................................. 2
3. Manfaat penulis..........................................................................................................................
3
Bab II pembahasan
A. Ikrar sumpah pemuda................................................................................................. 5
B. Sejarah sumpah pemuda............................................................................................ 5
C. Makna sumpah pemuda.............................................................................................5
D. Upaya upaya menggalang persatuan........................................................................ 6
Bab III penutup
A. Kesimpulan................................................................................................................. 7
B. Saran........................................................................................................................... 8
Daftar pustaka

BAB I

Pendahuluan

A. Latar belakang
Sumpah Pemuda adalah salah satu tonggak sejarah penting Bangsa Indonesia pada jaman
memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia. Sumpah Pemuda hingga saat ini dijadikan sebagai
dasar pemersatu bangsa walaupun terdiri dari berbagai macam suku bangsa.

Hari Sumpah Pemuda diperingati setiap tanggal 28 Oktober yang berguna untuk mengingatkan betapa
pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa terutamanya bagi pemuda-pemudi untuk membangun
bangsa dan negara ke arah yang lebih baik lagi. Bagaimana sebenarnya latar belakang hingga
tercetusnya Sumpah Pemuda?

Pada zaman perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan penjajah sering sekali mengalami kegagalan.
Perjuangan menghalau bangsa penjajah gagal karena sifat perjuangannya saat itu masih bersifat
kedaerahan sehingga mudah untuk dihancurkan. Hal ini menjadi salah satu faktor yang mendorong para
pemuda untuk bisa berjuang dengan lebih kuat lagi dengan mempersatukan kekuatan-kekuatan pemuda
yang ada di masing-masing daerah. Selain itu ada beberapa hal yang mendorong pemuda untuk bersatu
yaitu:

Politik Etis yang diterapkan oleh Belanda karena adanya pemberontakan petani di sejumlah daerah
akibat Belanda tidak membayar upah dari para petani ini. Politik etis ini adalah kebijakan balas budi
pemerintah Belanda untuk menyejahterakan rakyat;
Surat kabar yang ada sudah mulai berkembang dan membantu mempercepat berkembangnya rasa
nasionalisme pada rakyat Indonesia;

Mulai munculnya beberapa organisasi kepemudaan yang dipelopori oleh Sarekat Dagang Islam yang
didirikan oleh Hj Samanhudi pada tahun 1905 di Solo. Organisasi ini tidak hanya berkembang di Solo
namun sudah bermunculan di berbagai daerah. Organisasi lain juga mulai bermunculan salah satunya
adalah Organisasi Budi Utomo pada tahun 1908.

B. Tujuan penulis

Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut

1. Tujuan umum

Memperoleh agar siswa dapat memperoleh gambaran tentang makna dan sejarah yang
terkandung dalam sumpah pemuda dan upaya upaya menggalang persatuan dan dapat
mengambil motivasi pelajaran dari makna yang di kandung.

C. Manfaat penulisan.

Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Agar para pembaca mengetahui makna yang sebenarnya dari pemuda


2. Mengetahui arti penting peristiwa 28 Oktober 1928 bagi bangsa Indonesia,
3. Dapat mengambil hikmah dari peristiwa 28 Oktober 1928 bagi masa yang akan datang.
4. Menambah wawasan kita terhadap sejarah perjuangan bangsa
5. Dapat mengetahui upaya upaya menggalang persatuan
BAB II

Pembahasan
A. Ikrar sumpah pemuda

Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928 menjadi momen bersejarah lahirnya ikrar Sumpah Pemuda.

Bunyi Sumpah Pemuda yang masih diingat hingga kini adalah:

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia

B. Sejarah sumpah pemuda

Melansir laman Museum Sumpah Pemuda Kemendikbud, lahirnya ikrar bersejarah ini tak lepas
dari rangkaian rapat Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) pada Kongres Pemuda II di
tiga gedung berbeda.

Rapat pertama, berlangsung pada Sabtu, 27 Oktober 1928 di Gedung Katholieke Jongenlingen
Bond (KJB) yang berlokasi di kawasan Lapangan Banteng
Soegondo membuka rapat ini dengan memberi sambutan berisi harapan agar kongres ini bisa
memperkuat semangat persatuan para pemuda.

Moehammad Jamin juga memberikan uraian tentang arti dan hubungan persatuan dengan
pemuda yang dipengaruhi lima faktor yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan
kemauan.

Di hari berikutnya pada Minggu, 28 Oktober 1928, diselenggarakan rapat kedua di Gedung
Oost-Java Bioscoop. Pada rapat ini pemuda membahas masalah pendidikan dengan pembicara
Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro. Mereka sependapat bahwa anak harus
mendapat pendidikan kebangsaan yang seimbang antara pendidikan di sekolah dan di rumah,
serta dididik secara demokratis. Rapat Ketiga dilakukan pada hari yang sama di Gedung
Indonesische Clubhuis Kramat.

Pada kesempatan ini, Soenario menjabarkan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain
gerakan kepanduan (Pramuka). Ada juga penjelasan dari Ramelan yang beranggapan bahwa
gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Ia menjelaskan pentingnya
gerakan kepanduan dimulai sejak dini untuk mendidik anak-anak disiplin dan mandiri karena
berguna dalam perjuangan.

Selain menghasilkan Sumpah Pemuda, Kongres Pemuda II ini juga menjadi penampilan pertama
Lagu Indonesia Raya ciptaan WR Supratman dengan instrumen biola

C. Makna sumpah pemuda

Melansir laman Gramedia.com, berikut adalah makna dari Sumpah Pemuda bagi bangsa
Indonesia:

1. ebagai titik awal perjuangan pemuda dalam menyatukan bangsa Indonesia.


2. Menekankan fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa.
3. Memberi pesan untuk selalu menjaga keutuhan bangsa

A. Upaya upaya menggalang persatuan

Ilustrasi proses pelaksanaan kongres pemuda, dan perumusan sumpah pemuda


Gedung pelaksanaan kongres pemuda

Para peserta kongres pemuda II

A. PEMBENTUKAN PERMUFAKATAN PERHIMPUNAN-PERHIMPUNAN POLITIK KEBANGSAAN


INDONESIA (PPPKI)
Di kalangan pemimpin pergerakan nasional akhirnya mulai muncul gagasan untuk membentuk
gabungan (fusi) dari partai-partai politik yang ada. Tujuannya untuk memperkuat dan
mempersatukan tindakan-tindakan dalam menghadapi pemerintah kolonial. Usaha itu dirintis
oleh Sarekat Islam, Muhammadiyah, Jong Islamiten Bond, Pasundan, Persatuan Minahasa,
Sarekat Ambon, dan Sarekat Madura. Pada bulan September 1926 berhasil dibentuk suatu
Komite Persatuan Indonesia. Akan tetapi, malangnya nasib, usaha tersebut tidak berhasil
dengan baik sehingga tidak satu pun organisasi gabungan (fusi) yang dihasilkan. Kegagalan di
dalam membentuk fusi tidak mengendurkan semangat partai-partai politik untuk bersatu.
Setahun kemudian, upaya tersebut dilakukan kembali. Kali ini diprakarsai oleh PNI.Upaya PNI
itu ternyata membuahkan sebuah hasil. Pada tanggal 17-18 Desember 1927 diadakan sebuah
sidang di Bandung yang dihadiri oleh wakil-wakil dari PNI, Algemeene Studieclub, PSI (Partai
Sarekat Islam), Boedi Oetomo, Pasundan, Sarekat Sumatra, Kaum Betawi, dan Indinesische
Studieclub. Sidang tersebut memutuskan untuk membentuk Permufakatan Perhimpunan-
Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) dengan tujuan sebagai berikut.

a. Menyamakan arah aksi kebangsaan dan memperkuatnya dengan cara memperbaiki


organisasi dan dengan bekerja sama antara anggota-anggotanya.
b. b. Menghindarkan perselisihan antara sesama anggotanya yang hanya bisa melemahkan
aksi kebangsaan.

Sebagai suatu alat organisasi yang tetap dari federasi itu, dibentuklah dewan pertimbangan
yang terdiri atas seorang ketua, sekretaris, bendahara, dan wakil partai-partai yang tergabung.
Pengurus hariannya dipegang oleh Dr. Soetomo dari Studieclub sebagai Ketua Majelis
Pertimbangan dan Ir. Anwari dari PNI sebagai Sekretaris.

Ide persatuan yang diwujudkan dalam bentuk PPPKI sejak awal telah mengandung benih-benih
kelemahan dan keretakan. Hal itu disebabkan adanya perbedaan gaya perjuangan antara
organisasi yang tergabung dalam PPPKI sehingga lambat laun menciptakan suatu kesenjangan.
Perjuangan PNI yang bersifat agitatif, yakni politik perlawanan terhadap kebijakan pemerintah
kolonial yang dilakukan dengan memobilisasi dan memancing emosi massa secara besar-
besaran, sehingga semakin memperuncing pertentangan dengan penguasa kolonial sehingga
menciptakan ketegangan yang mengarah pada konfrontasi. Sementara itu, golongan Soetomo
lebih memusatkan perhatian pada masalah-masalah sosial-ekonomi, khususnya pada perbaikan
nasib kaum buruh.
Keretakan itu semakin meluas dan menjadi pertentangan antara golongan nasionalis dan
golongan Islam, serta golongan radikal non-kooperatif dengan golongan moderat-kooperatif.
Pada akhir tahun 1931, PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia) mengundurkan dirinya dari PPPKI.
Pengunduran dirinya PSII menjadikan kekuatan PPPKI menurun. Soekarno dan M.H. Thamrin
pada tahun 1932 pernah berupaya memulihkan keadaan di PPPKI, akan tetapi tidak berhasil.
PNI baru tidak bersedia dudul dalam kepengurusan PPPKI.

B. GERAKAN PEMUDA
I. Gerakan Pemuda Kedaerahan

Trikoro Dharmo merupakan sebuah organisasi pemuda kedaerahan yang muncul pertama kali
di Indonesia. Trikoro Dharmo didirikan di Gedung Stovia pada tanggal 7 Maret 1915 oleh para
pemuda Jawa, seperti Satiman, Kadarman, Sumardi, Jaksodipuro (Wongsonegoro), Sarwono,
dan Muwardi. Trikoro Dharmo berarti Tiga Tujuan Mulia, yaitu Sakti, Budi, dan Bhakti.
Keanggotaan Trikoro Dharmo pada mulanya hanya terbatas pada kalangan pemuda dari Jawa
dan Madura. Akan tetapi, kemudian diperluas dengan semboyannya Jawa Raya yang meliputi
Jawa, Sunda, Bali, dan Lombok.

Berdirinya Trikoro Dharmo berpengaruh besar terhadap berdirinya organisasi kedaerahan


sejenis di wilayah-wilayah lain di luar Jawa. Pada tanggal 9 Desember 1917 di Jakarta berdiri
organisasi Jong Sumatranen Bond. Tokoh-tokoh nasional yang pernah menjadi anggota Jong
Sumatranen Bond, antara lain Moh. Hatta, Moh. Yamin, M. Tamsil, Bahder Djohan, dan Abu
Hanifah. Jong Minahasa berdiri juga pada tanggal 5 Januari 1918 di Manado dengan tokohnya
A.J.H.W. Kawilarang dan V. Adam. Jong Celebes dengan tokoh-tokohnya Arnold Monomutu,
Waworuntu, dan Magdalena Mokoginata. Jong Ambon berdiri pula pada tanggal 1 Juni 1923 di
Jakarta.

Semenjak saat itu, semangat kedaerahan semakin mendominasi. Dengan semangat


kedaerahannya itu, pada kongres Trikoro Dharmo di Solo yang pada tanggal 12 Juni 1918 nama
Trikoro Dharmo berganti nama menjadi Jong Java. Kegiatan Jong Java masih tetap bergerak di
bidang sosial dan budaya. Pada kongres ke-5 di bulan Mei 1922 di Solo dan kongres luar biasa
pada bulan Desember 1922 ditetapkan bahwa Jong Java tidak akan mencampuri masalah
politik. Diskusi-diskusi mengenai masalah sosial dan politik dilakukan untuk menambah
pengetahuan para anggotanya. Anggota Jong Java hanya diperbolehkan terjun dalam dunia
politik setelah mereka tamat belajar.
Dalam perkembangannya, Jong Java tidak mampu bertahan sebagai organisasi yang
berpandangan kesukuan. Hal itu disebabkan semakin meluasnya paham Indonesia Raya. Pada
kongres Jong Java tanggal 27-31 Desember 1926 di Solo, dengan suara bulat tujuan Jong Java
berubah menjadi “Memajukan rasa persatuan para anggota dengan semua golongan bangsa
Indonesia dan bekerja sama dengan perkumpulan-perkumpulan pemuda Indonesia lainnya ikut
serta dalam menyebarkan dan memperkuat paham Indonesia bersatu”. Semangat satu tanah
air, satu bangsa, dan satu bahasa yang menyala di berbagai tempat semakin mendorong Jong
Java untuk melakukan suatu penggabungan (fusi). Secara prinsip, Jong Java menyatakan bahwa
sudah saatnya membuktikan dengan suatu tindakan nyata bahwa “Perkumpulannya dapat
mengorbankan dirinya” demi persatuan bangsa.

II. Kongres Pemuda Indonesia


a. ) Kongres Pemuda I

Keinginan untuk bersatu seperti yang didengung-dengungkan oleh Perhimpunan Indonesia (PI)
dan PerhimpunanPelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) telah lama tertanam di dalam hati dan
sanubari pemuda-pemuda Indonesia. Untuk itu, pada tanggal 30 April-2 Mei 1926 di Jakarta
diadakan Kongres Pemuda Indonesia yang pertama. Kongres itu diikuti oleh semua
perkumpulan pemuda yang bersifat kedaerahan.

Dalam kongres tersebut dilakukan beberapa kali pidato tentang pentingnya Indonesia bersatu.
Disampaikan pula tentang upaya-upaya memperkuat rasa persatuan yang harus tumbuh di atas
kepentingan golongan, bahasa, dan agama. Selanjutnya juga dibicarakan tentang kemungkinan
bahasa dan kesusastraan Indonesia kelak di kemudian hari. Para mahasiswa Jakarta dalam
kongres tersebut juga membicarakan tentang upaya mempersatukan perkumpulan-
perkumpulan pemuda menjadi satu badan gabungan (fusi). Walaupun pembicaraan mengenai
fusi ini tidak membuahkan suatu hasil yang memuaskan, kongres itu telah memperkuat cita-cita
Indonesia bersatu.

b. ) Kongres Pemuda II

Kongres Pemuda II diadakan dua tahun setelah Kongres Pemuda I, tepatnya pada tanggal 27-28
Oktober 1928. Kongres tersebut dihadiri oleh wakil-wakil dari perkumpulan pemuda ketika itu,
antara lain Pemuda Sumatera, Pemuda Indonesia, Jong Bataksche Bond, Sekar Rukun, Pemuda
Kaum Betawi, Jong Islamiten Bond, Jong Java, Jong Ambon, dan Jong Celebes. PPPI yang
memimpin kongres ini sengaja mengarahkan kongres pada terjadinya fusi organisasi-organisasi
pemuda. Sedangkan, untuk susunan panitia Kongres Pemuda II yang sudah terbentuk sejak
bulan Juni 1928 adalah sebagai berikut.

Ketua : Sugondo Joyopuspito dari PPPI

Wakil Ketua : Joko Marsaid dari Jong Java

Sekretaris : Moh. Yamin dari Jong Sumatranen Bond

Bendahara : Amir Syarifuddin dari Jong Bataksche Bond

Pembantu I : Johan Moh. Cai dari Jong Islaminten Bond

Pembantu II : Koco Sungkono dari Pemuda Indonesia

Pembantu III : Senduk dari Jong Celebes

Pembantu IV : J. Leimena dari Jong Ambon

Pembantu V : Rohyani dari Pemuda Kaum Betawi

Kongres Pemuda II ini dilaksanakan selama dua hari, pada tanggal 27-28 Oktober 1928.
Persidangan yang dilaksanakan sebanyak tiga kali di antaranya membahas persatuan dan
kebangsaan Indonesia, pendidikan, serta pergerakan kepanduan. Kongres tersebut berhasil
mengambil suatu keputusan yang hingga saat ini dikenal dengan Sumpah Pemuda sebagai
berikut.

Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah
Indonesia.

Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.

Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa
Indonesia.
Rumusan tersebut dibuat oleh sekretaris panitia, Moh. Yamin, dan dibacakan oleh ketua
kongres, Sugondo Joyopuspito, secara hikmat di depan kongres. Selanjutnya diperdengarkan
lagu Indonesia Raya yang diciptakan dan dibawakan oleh Wage Rudolf Supratman dengan
gesekan biola. Peristiwa bersejarah itu merupakan hasil kerja keras para pemuda pelajar
Indonesia. Walaupun organisasi peserta kongres masih merupakan organisasi pemuda
kedaerahan, mereka secara ikhlas hati melepaskan sifat kedaerahannya masing-masing.
Dengan tiga butir Sumpah Pemuda itu, setiap organisasi pemuda kedaerahan secara konsekuen
dan konsisten meleburkan diri ke dalam satu wadah yang telah disepakati secara bersama,
yakni Indonesia Muda.

Anda mungkin juga menyukai