JMP Online
Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) Vol 2, No. 1, 148-159.
© 2018 Kresna BIP.
URL : http://e-jurnalmit rapendidikan.co m ISSN 2550-0481
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia
Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan bahwa matematika merupakan
ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern. Matematika
mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Senada dengan hal tersebut, Suminarsih (2007: 01) menyataka n bahwa matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan kontribusi positif tercapainya
masyarakat yang cerdas dan bermartabat melalui sikap kritis dan berpikir logis. Akan
tetapi masalah yang terjadi adalah pembelajaran matematika masih sering menjadi
momok bagi siswa.
Susanto (2013: 186) menyatakan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu
proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir
siswa yang dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai
peningkatan penguasaan yang baik terhadap materi matematika. Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 menyebutkan bahwa pembelajaran
matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan memahami konsep
matematika, menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mengkomunikasikan
gagasan, dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika.
Pada kenyataannya sebagian besar siswa mengeluh bahwa pelajaran
matematika sulit, susah dipahami, monoton, banyak rumus dan guru yang dikenal
galak. Pendapat siswa berdasarkan pengalaman tersebut terbukti sangat berpengaruh
terhadap rendahnya hasil belajar matematika, padahal pelajaran matematika
merupakan salah satu pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional dan menjadi
patokan dalam penentuan standard kelulusan yang berdasarkan peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2010.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas
VII SMP Negeri 3Getasan pada tanggal 25 Juli 2017, menyatakan rendahnya
kemampuan matematika siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata Ulangan
Kenaikan Kelas (UKK) masih di bawah standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yaitu 70. Guru sudah melakukan motivasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa,
salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran cooperative script, namun
belum mendapatkan hasil yang memuaskan. Siswa saat masih di bangku Sekolah dasar
lebih terbiasa dengan metode pembelajaran ceramah. Ketika diterapkan model
cooperative tersebut, tidak semua siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.
Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran kembali menggunakan metode ceramah.
Pembelajaran akan berhasil ketika guru dan siswa saling berperan aktif. Guru
harus mengetahui karakter masing- masing siswa agar dapat menyajikan pembelajaran
yang sesuai. Karakter siswa, menurut Piaget (Permendiknas, 2006: 8), periode yang
dimulai pada usia 12 tahun, yaitu yang lebih kurang sama dengan usia siswa SMP,
merupakan ‘period of formal operation’. Pada usia ini yang berkembang pada siswa
adalah kemampuan berpikir secara simbolis dan bisa memahami sesuatu secara
bermakna (meaningfully) tanpa memerlukan objek yang kongkrit atau bahkan objek
yang visual. Siswa telah memahami hal- hal yang bersifat imajinatif.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan dan model yang tepat dilihat
dari karakteristik siswa di atas, peneliti akan menerapkan model Quantum Teaching.
Model ini dipilih karena di dalam pembelajaran model ini,siswa akan diajak belajar
dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih
bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam pembelajaran.
Pembelajaran Quantum Teaching merupakan model pembelajaran yang ideal, karena
menekankan kerja sama antara siswa dan guru untuk mencapai tujuan bersama. Model
pembelajaran ini juga efektif karena memungkinkan siswa dapat belajar secara optimal
yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan.
Oleh karena itu model ini perlu diterapkan di sekolah-sekolah.
Menurut Bobbi DePorter (2004: 10) menyatakan, model Quantum Teaching
memiliki 6 tahap dalam pembelajaran yang dikenal dengan istilah TANDUR yaitu: (1)
tumbuhkan, yaitu menumbuhkan minat siswa dalam kegiatan belajar; (2) alami, yaitu
mendatangkan pengalaman umum siswa dengan menginformasikan pengeta huan
mereka; (3) namai, yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan
identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan suatu konsep dengan pengetahuan yang
dimiliki; (4) demontrasikan, yaitu siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan
pengetahuan mereka dalam proses pembelajaran; (5) ulangi, yaitu siswa diberi
kesempatan bertanya tentang pembelajaran yang belum dimengerti, kemudian
membuat sebuah kesimpulan; (6) rayakan, yaitu memberikan sebuah penghargaan atau
motivasi kepada siswa terhadap hasil belajar yang mereka peroleh.
Kelebihan Quantum Teaching: a) dapat membimbing peserta didik kearah
berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama; b) selalu berpusat pada apa
yang masuk akal bagi siswa; c) menumbuhkan dan menimbulkan antusiasme siswa; d)
adanya kerjasama; e) menawarkan ide dan proses cemerlang dalam bentuk yang enak
yang dipahami siswa; f) menciptakan tingkah laku dan kepercayaan dalam diri sendiri;
g) belajar terasa menyenangkan; h) motivasi dari dalam diri; i) adanya kebebasan
dalam berekspresi; j) menumbuhkan idealisme, gairah dan cinta mengajar oleh guru.
Kekurangan Quantum Teaching: a) memerlukan persiapan yang matang bagi guru dan
lingkungan yang mendukung; b) memerlukan fasilitas yang memadai; c) model ini
banyak dilakukan diluar negeri sehinggga kurang beradapatasi dengan kehidupan di
Indonesia; d) kurang dapat mengontrol siswa. Berdasarkan uraian di atas, diharapkan
penerapan model Quantum Teaching diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran
matematika.
Begitu juga jika dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Delaika
Pramata Sari (2014) dengan menerapkan model Quantum Teaching, kemampuan
komunikasi matematis dan hasil belajar siswa menunjukan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung di kelas XI SMA
Negeri Banjarmasin tahun pelajaran 2013-2014. Hasil yang dicapai siswa memperoleh
rata-rata nilai pada kualifikasi sangat baik yaitu 86,55.
Hal ini menjadi salah satu motivasi untuk menerapkan model pembelajaran
Quantum Teaching melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Quantum Teaching untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Materi Bilangan Pecahan Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Getasan Semarang”.
Oleh sebab itu, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika
siswa SMP Negeri 3 Getasan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas maka rumusan
masalahnya adalah: Apakah melalui penerapan Model Quantum Teaching terdapat
peningkatan Hasil Belajar Matematika pada Materi Pecahan bagi Siswa Kelas VII
SMP Negeri 3 Getasan Semarang?.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan Hasil Belajar Matematika
pada Materi Pecahan melalui Penerapan Model Quantum Teaching bagi Siswa Kelas
VII SMP Negeri 3 Getasan Semarang.
KAJIAN PUSTAKA
Hasil Belajar Matematika
Sudjana (2009) mengemukakan bahwa hasil belajar matematika adalah
pengalaman belajar dibidang ilmu matematika yang dapat me nghasilkan kemampuan
masing- masing orang untuk memahaminya. Hasil belajar matematika dipengaruhi oleh
tingkat kecerdasan dan penguasaan seseorang terhadap materi matematika yang
dipelajarinya (Abdurrahman, 1999). Hasil belajar matematika merupakan suatu
indikator untuk mengukur keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran matematika.
Menurut Kingsley (1998), hasil belajar matematika merupakan pengetahuan yang
didapat dari pola kebiasaan mempelajari ilmu matematika. Berbeda dari pendapat
Kingsley, Haling (2004) menyatakan bahwa hasil belajar matematika justru merupakan
hasil yang dapat diukur dari suatu usaha untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
belajar dalam penguasaan kompetensi di bidang matematika. Berdasarkan definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah hasil yang dapat
diukur dari suatu pengetahuan dan kemampuan masing- masing orang berdasarkan
kecerdasan dan penguasaan terhadap materi matematika. Menurut Slameto (2003),
faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada d ua yaitu : faktor yang ada pada
diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu (intern) dan faktor yang ada pada
luar individu (ekstern).
memberikan makna tentang belajar. Bahasa tubuh yang ada pada seseorang
sesungguhnya mengirimi pesan tentang belajar; 2) segalanya bertujuan, semua yang
terjadi dalam pengubahan, semuanya mempunyai tujuan; 3) pe ngalaman sebelum
pemberian nama, otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks
yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik
terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama
untuk apa mereka pelajari;4) akui setiap usaha, pada saat siswa mengambil langkah
mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka; 5)
jika layak dipelajari layak pula dirayakan, perayaan memberikan umpan balik
mengenai kemajuan dan meningkatkan asposiasi emosi positif dalam belajar.
Model Quantum Teaching memiliki kelebihan dan kekurangan sebagaimana
berikut: Menurut Sunandar (2012) menyatakan kelebihan dan kekurangan model
Quantum Teaching sebagai berikut. Kelebihan Quantum Teaching: 1) selalu berpusat
pada apa yang masuk akal bagi siswa; 2) menumbuhkan dan menimbulkan antusiasme
siswa; 3) adanya kerjasama; 4) menawarkan ide dan proses cemerlang dalam bentuk
yang enak dipahami siswa; 5) menciptakan tingkah laku dan sikap kepercayaan dalam
diri sendiri; 6) belajar terasa menyenangkan; 7) ketenangan psikologi; 8) adanya
kebebasan dalam berekspresi. Kekurangan Quantum Teaching: 1) memerlukan
persiapan yang matang bagi guru dan lingkungan yang mendukung; 2) memerlukan
fasilitas yang memadai; 3) model ini banyak dilakukan di luar negeri sehingga kurang
beradaptasi dengan kehidupan di Indonesia; 4) kurang dapat mengontrol siswa.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan PTK yang menggunakan model Hopkins, dengan satu
siklus yang terdiri dari 4 komponen (perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi).
Burns (Madya, 2009: 9) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan merupakan penerapan
penemuan fakta pada pemecahan masalah dalam situasi sosial dengan pandangan
untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan di dalamnya, yang melibatkan
kolaborasi dan kerjasama para peneliti, praktisi dan orang awam. Penelitian ini
merupakan PTK karena penelitian ini berupaya meningkatkan hasil belajar siswa SMP
Negeri 3Getasan VIIAdengan menggunakan model Quantum Teaching.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIA SMP Negeri 3 Getasan tahun
pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 22 siswa, yang terdiri dari 8 siswi perempuan dan
14 siswa laki- laki. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli–September 2017 dengan
kerjasama bersama guru kelas VIIA sebagai observer. Penelitian dilaksanakan di SMP
Negeri 3 Getasan, berada di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
Prosedur Penelitian
Prosedur yang akan ditempuh dalam pengadaan tes hasil belajar pada materi
pecahan adalah: 1) menentukan alokasi waktu; 2) menentukan bentuk tes; 3) membuat
kisi-kisi soal dengan mencantumkan ruang lingkup bahan pelajaran dan tujuan
pelajaran; 4) membuat perangkat tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat; 5)
mengujicobakan instrument tes pada kelas VIIA; 6) menganalisis hasil uji coba
instrument tes untuk mengetahui taraf kesukaran, daya beda, reliabilitas, dan validitas
instrument; 7) validitas isi; 8) taraf kesukaran.
xi
x
N
Keterangan:
xi : rata-rata hasil belajar
x : jumlah seluruh hasil belajar
N : jumlah siswa
Sedangkan deskripsi kualitatif diperoleh dari lembar observasi meliputi
kehadiran, keaktifan dikelas, kerjasama kelompok, mengajukan pertanyaan, dan
membuat kesimpulan pembelajaran.
Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan meliputi: 1) hasil belajar siswa kelas VIIA SMP Negeri
3 Getasan setelah diterapkannya model pembelajaran Quantum Teaching pada
pelajaran matematika diharapkan nilai rata-ratanya 75 dan 75% dari jumlah seluruh
siswa kelas tersebut dapat mencapai ketuntasan belajar; 2) keaktifan dan kerja sama
dalam mengikuti proses belajar mengajar lebih dari 60% dari jumlah seluruh kelas
mencapai hasil yang baik; 3) guru dikatakan berhasil menerapkan model pembelajaran
jika pelaksanaan pembelajaran minimal dalam kategori baik yaitu mencapai nilai min
75% dari ketuntasan belajar siswa.
14
12
10 Sangat Baik
8 Baik
6 Cukup
4 Kurang
2 Sangat Kurang
0
86-100 71-85 56-70 41-55 ≤ 40
evaluasi siklus I, maka dapat diperoleh perbandingan hasil belajar pada tahap pra
tindakan dengan siklus I disajikan pada tabel 4 dan diagram 2.
Tabel 4. Perbandingan Nilai Rata-rata Pra Tindakan dengan Siklus I
Nilai rata-rata
Subjek penelitian
Pra tindakan Siklus I
Siswa kelas VIIA SMP Negeri 3
32,59 79,86
Getasan
Sumber : Data Primer, (2017)
Pra tindakan
32.59
Siklus I
79.86
Pembahasan
Hasil yang telah dipaparkan diatas dapat dilihat bahwa pemahaman konsep
siswa mengenai materi pecahan sudah meningkat. Faktor yang mempengaruhi
peningkatan jumlah siswa yang tuntas yaitu siswa memahami konsep bilangan pecahan
yang telah dipelajari pada kelas VIIA dan pembelajaran dilaksanakan menggunakan
model pembelajaran Quantum Teaching. Pada dasarnya model pembelajaran Quantum
Teaching menggunakan pendekatan sugestology yang pada prinsipnya sugesti dapat
dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar (Sagala, 2008). Quantum Teaching
mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik yaitu bagaimana otak
mengatur informasi yang diperoleh dalam belajar, artinya dalam belajar sis wa dan
guru dapat meningkatkan motivasi, meningkatkan nilai belajar memperbesar
keyakinan diri, mempertahankan sikap positif dan melanjutkan keberhasilan dengan
memanfaatkan keterampilan yang diperoleh (Deporter, 2010).
Penelitian tindakan yang telah dilaksanakan peneliti menggunakan model
Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIIA
SMP N 3 Getasan, akan tetapi masih terdapat beberapa keterbatasan yang dialami
peneliti yaitu:
a. Keterbatasan waktu dalam pembelajaran.
Pelaksanaan model pembelajaran Quantum Teaching membutuhkan aktu yang
lebih lama dapat diatasi peneliti dengan memberikan tugas rumah untuk
pemberian soal latihan yang tidak terlalu banyak tertapi cukup bervariatif.
b. Siswa yang belum terbiasa menggunakan model Quantum Teaching.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat
menyimpulkan saran untuk meningkatkan hasil belajar siswa diantaranya: Diharapkan
siswa dapat meningkatkan intensitas dan kualitas belajar dengan mengalami atau
mencari tahu terlebih dahulu materi matematika yang akan dipelajari, sehingga mampu
menanamkan konsep matematika berdasarkan temuan yang diperoleh. Siswa mampu
menerapkan berbagai keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari, supaya
memperkuat koneksi saraf dalam pemahaman konsep matematika. Kemudian guru
dapat lebih kreatif dalam menginovasi pembelajaran serta dapat memahami dan
mencoba terlebih dahulu dalam mengunakan model Quantum Teaching maupun model
pembelajaran yang lain sebelum menerapkan model tersebut dalam pembelajaran,
memberikan sebuah pengalaman terlebih dahulu kepada siswa, sebelum menjelaskan
materi pelajaran, memberikan perayaan sebagai feedback positif terhadap usaha siswa
selama proses pembelajaran. Selanjutnya, sekolah dapat mengembangkan model
Quantum Teaching sebagai inovasi dalam pembelajaran sehingga dapat diterapkan
oleh guru pada semua mata pelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Agni Danaryanti & Delsika Pramata Sari. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran
Quantum Teaching Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis dan Hasil
Belajar Siswa Kelas XI Sma. Fkip Universitas Lambung Mangkurat.
http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/edumat/article/view/589. Diakses
pada tanggal 17 februari 2017 08:36.
Beny Yosefa & Elis Nurjana. 2013.Pengaruh Metode Pembelajaran Quantum
Teaching dengan Menggunakan mind Mapping Terhadap Kemampuan
Penalaran Matematis Pada Siswa Smp Kelas VIII. Universitas Pasundan
Bandung. http://fpmipa.upi.edu/journal/v1/index.php/jpmipa/article/view/2.
Diakses pada tanggal 10 maret 2017 pukul 16:43
BSNP. 2006. Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003,
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas.
DePorter, Bobbi, dkk. 2005. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Teachimg
di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Kaifa.
Depdiknas. 2006. Kurikulum 2006 standar kompetensi Sekolah Menengah Pertama
dan Madrasah Sanawiyah: pedoman khusus mata pelajaran Sains Jakarta:
Dharma Bhakti.
Estu Hari Prabawanti. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching
Dengan Metode Diskusi Berbantuan Lembar Kerja Siswa (Lks) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Materi Bentuk Pangkat Dan Akar Pada Siswa
Kelas X.6 Semester I Sma Negeri 2 Magetan Tahun Pelajaran 2013/2014.
Magetan. http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP/article/view/2456.
Akses pada tanggal 10 Maret 2017 pukul 10:08.
Haling, Abdullah. 2004. Belajar Pcmbelajaran Suatu Ringkasan. Makassar: Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Makassar.
http://matematikakuadrat.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-bilangan-pecahan-dan-
jenis_25.html. Akses pada tanggal 20 Agustus 2017 pukul 08:38
Kingsley, Howard, The Nature and Conditions of Learning, NewJersey : Prentice Hall
Ings Engliwood Clifts, 1999
Nana Sudjana.2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Purnamasari Noviana, dkk. 2015. Penerapan Model Quantum Teacing Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika. Universitas Lampung
Bandar Lampung.
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/pgsd/article/view/8516. Akses pada
tanggal 17 februari 2017 pukul 08:28
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sri Isnawati. 2014. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Bilangan Bulat Menggunakan
Model Pembelajaran Quantum Teaching Siswa Kelas Vb Sd Jomblangan
Banguntapan. Universitas Negeri Yogyakarta.
http://eprints.uny.ac.id/13805/1/Skripsi%20Sri%20Isnawati%20%2810108247
064%29%20111.pdf.Akses pada tanggal 10 April 2017 pukul 20:04
Sudjana, Nana 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosydakarya.