Anda di halaman 1dari 3

Nama : Badrul Hisyam

Nim : 01021381924112
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Mata Kuliah : Ekonomi Internasional 2
Kelas : Indralaya

Merkantilisme

Tahun 1600-an sampai 1800-an hampir semua negara di Eropa Barat sangat dipengaruhi oleh kebijakan
yang dikenal dengan istilah merkantilisme. Merkantilisme merupakan suatu teori ekonomi yang
menyatakan bahwa kesejahteraan suatu negara hanya ditentukan oleh banyaknya aset atau modal yang
disimpan oleh negara, hal ini berkaitan dengan besarnya volume perdagangan internasional negara
tersebut. Namun, negara A hanya memiliki 8 kuintal kapas dan membutuhkan 10 kuintal tembakau, maka
negara A tersebut harus menambahkan logam mulia dalam jumlah tertentu sebagai pengganti kekurangan
nilai tukar barang tersebut.

Sistem dan Kebijakan: Sistem merkantilisme disebut dengan sebutan “Mother Country”. Mother Country
bertujuan untuk mengontrol semua perdagangan setiap koloni yang mereka pegang. Koloni dilarang
untuk berdagang dengan koloni lain atau kerajaan lain, karena sistem perdagangan diatur oleh Mother
Country. Dengan diperbesarnya jumlah ekspor dan mencegah terjadinya impor, maka neraca perdagangan
suatu negara dengan negara lain akan selalu positif. Kerajaan-kerajaan Eropa yang terkenal dengan
kebijakan ini disebut dengan “The Big Three”, yang terdiri dari Spanyol, Inggris, dan Perancis. Adapun
kebijakan-kebijakan dalam merkantilisme, Mendorong ekspor sebesar-besarnya, kecuali logam mulia,
Melarang atau membatasi impor dengan ketat, kecuali logam mulia.

“Neo Merkantilisme”, yaitu kebijakan proteksi untuk melindungi dan mendorong tarif atau Tariff Barrier
(TB) dan Non-Tariff Barrier (NTB). Biasanya Tariff Barrier dilaksanakan dengan menggunakan :
1) Countervailling duty, yakni Bea masuk yang dikenakan dalam rangka melawan dampak negatif dari
subsidi impor untuk melindungi produsen dalam negeri disebut bea tandingan.
2) Bea anti-dumping, yakni pungutan terhadap barang impor dumping yang menyebabkan kerugian,
baik kerugian material maupun terhalangnya pengembangan industri di dalam negeri.
3) Surcharge, merupakan biaya tambahan pelayaran.
Politik merkantilisme pada masa itu dapat dibagi ke dalam empat bagian :

Lapangan Industri, Lapangan Perdagangan dan Keuangan (logam mulia atau emas), Perkapalan dan
Pelayaran, Politik Jajahan

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan apabila : Suatu negara akan disebut sejahtera dan kuat apabila
ekspor lebih besar daripada impor, Surplus positif yang diperoleh dari selisih ekspor dan impor (X – M)
atau ekspor neto yang positif tersebut diselesaikan dengan pemasukan logam mulia (LM), Pada waktu itu,
logam mulia digunakan sebagai alat pembayaran (uang), sehingga negara yang memiliki banyak logam
mulia akan disebut sejahtera dan kuat, Logam mulia bukan sebagai tolak ukur kesejahteraan saja, tetapi
juga digunakan untuk membiayai armada perang guna memperluas perdagangan luar negeri diikuti
dengan kolonisasi di Amerika Latin, Afrika, dan Asia.

Dampak merkantilisme

Dampak dari Merkantilisme sendiri telah menimbulkan banyak pembrontakan dan persaingan sengit
dikalangan negara bangsa di Eropa untuk menguasai perdagangan dunia. Setiap negara berlomba- lomba
membangun industri perkapalan dan persenjataan guna memperluas monopoli perdagangannya.

Dampak negative juga sangat mempengaruhi bagi kelangsungan masyarakat di tanah jajahan. Mereka
tidak dapat bebas bahkan di tanah mereka sendiri. Mereka juga harus melakukan pengerukan logam mulai
dan hasilnya bukan untuk kesejahteraan mereka. Namun keuntungan akan masuk pada kas negara
penjajah. Hal ini yang nantinya menyebabkan merkantilisme mulai ditinggalkan di saat Adam Smith
mengkritik negara- negra Eropa yang tidak menikmati hasil kekayaan dengan semua rakyat.

Perdagangan segitiga: Permintaan di Inggris untuk bahan mentah dan produk pertanian seperti beras, nila,
tembakau, dan kapas membantu mendorong perdagangan budak transatlantik antara Afrika dan Amerika

1. Kritik David Hume terhadap Merkantilisme: kesejahteraan/kemakmuran suatu negara identik


dengan jumlah logam mulia yang dimilikinya. Logam mulia pada waktu itu digunakan sebagai alat
pembayaran, sehingga LM banyak, ini berarti jumlah uang beredar Money supply (Ms) banyak. Bila
uang beredar banyak sedangkan produksi jumlahnya tetap, maka akan terjadi inflasi. Kenaikan harga
di dalam negeri tentu akan menaikkan harga barang-barang ekspor (Px) sehingga kuantitas ekspor
(Qx) akan menurun.Naiknya jumlah uang beredar yang diikuti dengan inflasi di dalam negeri akan
menyebabkan harga barang-barang impor (Pm) menjadi lebih rendah sehingga kuantitas impor (Qm)
meningkat. Hal ini akan menyebabkan ekspor lebih kecil dari impor (X < M) sehingga akibatnya
logam mulia akan menurun. Dengan menurunnya LM berarti suatu negara akan menjadi miskin
karena logam mulia identik dengan kesejahteraan/kemakmuran.
2. Kritik Adam Smith terhadap Merkantilisme: Ukuran kemakmuran suatu negara, bukanlah
ditentukan oleh banyaknya logam mulia yang dimiliki, Kemakmuran suatu negara ditentukan oleh
GDP dan sumbangan perdagangan luar negeri terhadap pembentukan GDP negara tersebut, Untuk
meningkatkan GDP dan perdagangan luar negeri, maka pemerintah harus mengurangi campur
tangannya sehingga tercipta perdagangan bebas atau free trade, Dengan adanya free trade maka akan
menimbulkan persaingan atau competition yang semakin ketat. Hal ini akan mendorong masing-
masing negara untuk melakukan spesialisasi dan pembagian kerja internasional berdasarkan kepada
keunggulan absolut yang dimiliki masing-masing negara, Spesialisasi dan pembagian kerja
internasional yang didasarkan kepada keunggulan absolut dan memacu peningkatan produktivitas dan
efisiensi sehingga terjadi peningkatan GDP dan perdagangan internasional, Peningkatan GDP dan
perdagangan internasional ini identik dengan peningkatan kemakmuran suatu negara.

Anda mungkin juga menyukai