(RCM)
MAKALAH
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Mata
Kuliah Manajemen Perawatan Program Studi Teknik Mesin di Jurusan Teknik
Mesin
Oleh :
2020
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, karena nikmat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Reliability Centered
Maintenance (RCM)” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini disusun sebagai upaya untuk memahami lebih jauh tentang
materi dalam Mata Kuliah Manajemen Perawatan. Selain itu, makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat akademik kelulusan Mata Kuliah Manajemen
Perawatan yang mana sesuai dengan Program di Program Studi Teknik Mesin
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bandung.
Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan kepada Bapak Ir. Mokhamad
Munir Fahmi., M.T. selaku dosen terkait yang telah membantu penulis dalam
mempelajari topik ini.
Harapan penulis akan makalah ini semoga makalah ini dapat menjadi hal
baik dalam studi kami, dan dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena
itu, penulis sangat menghargai kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
I.3 Tujuan......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
ii
II.4.6 Analisis Logic Tree Analysis (LTA)................................................12
III.1 Kesimpulan............................................................................................29
III.2 Saran.......................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
Maintenance telah dikenal oleh manusia dimulai dari domain rekatif, yaitu
perbaikan ketika sesuatu telah rusak, kemudian memasuki yahun 1950-an mulai
berkembangnya doamin terencana yang melahirkan teknik-teknik pencegahan
sebelum terjadinya kerusakan dengan menerapkan time based maintenance
(perawatan berkala dengan menggati komponen-komponen secara berkala), dan
kemudian semenjak tahun 1970-an berkembang lagi menjadi domain proaktif
dengann menerapkan teknik-teknik maintenance dengan management yang lebih
kompleks. Termasuk didalamnya kemampuan design engineering, system
engineering, teknik-teknik condition monitoring, NDT, penemuan-penemuan
material khusus, kalibrasi/pengukuran yang tepat, perkembangan metodologi
maintenance seperti reliability centered maintenance serta filosofi maintenancce
seperti total productive maintenance yang didukung dengan perkembangan
software khusus untuk maintenance.
vi
peralatan akan mengalami kegagalan, hal ini sangatlah bermanfaat dalam sebuah
industri untuk mengurangi downtime yang kurang diperlukan akibat tindakan
perawatan yang kurang tepat sehingga dapat menghemat waktu dan biaya
perawatan. Dengan penerapam Reliability Centered Maintenance (RCM) pula,
sebuah industri dapat menentukan program maintenance yang tepat guna
mengurangi kegagalan pada suatu peralatan/komponen, melakukan deteksi dini
atau prediksi akan terjadinya kegagalan, atau memutuskan melakukan
penggantian terhadap komponen atau sub-sistem yang dikhawatirkan mengalami
kegagalan.
Hal itulah yang mendasari penulis untuk membahas lebih lanjut tentang
Reliability Centered Maintenance (RCM) dalam makalah ini dengan harapan
RCM dapat dibahas tuntas dan bermanfaat bagi para pembaca.
I.3 Tujuan
vii
viii
BAB II
PEMBAHASAN
Maintenance berasal dari kata “to maintain” yang berarti “merawat”, serta
memiliki padanan kata “to repair” yang berarti memperbaiki. Sehingga
maintenance merupakan sebuah kegiatan/aktifitas yang bertujuan untuk
memastikan suatu fasilitas secara fisik dapat bekerja secara terus menerus sesuai
dengan fungsi mesin fasilitas tersebut
ix
1. Memelihara fungsional sistem, bukan sekedar memelihara suatu peralatan
agar tetap beroperasi tetapi lebih dari itu juga harus sesuai dengan harapan.
2. Fokus kepada fungsi sistem daripada suatu komponen tunggal, yaitu
apakah sistem masih dapat menjalankan fungsi utamanya walaupun
terdapat komponen yang mengalami kerusakan/kegagalan.
3. Berbasiskan kepada kehandalan, yaitu kemampuan suatu peralatan untuk
selalu beroperasi sesuai dengan fungsi yang diharapkan.
4. Menjaga agar kehandalan fungsi dari suatu sistem tetap sesuai dengan
kemampuan yang didesain untuk sistem tersebut.
5. Mengutamakan keselamatan (safety) baru masalah ekonomi.
6. Mendefinisikan kegagalan (failure) sebagai kondisi yang tidak
memuaskan (unsatisfactory) atau tidak memenuhi harapan, sebagai
ukurannya adalah berjalannya fungsi sesuai performance standart yang
telah ditetapkan.
7. Harus memberikan hasil-hasil yang nyata/jelas, tugas yang dikerjakan
dapat menurunkan jumlah kegagalan (failure) atau tidak paling
menurunkan tingkat kerusakan akibat kegagalan.
Pendapat lain dikemukakan oleh (Razak, 2017) yaitu tujuan dari RCM
adalah :
x
3. Untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan perbaikan suatu
komonen dengan berdasarkan bukti keandalan yang tidak memuaskan.
4. Untuk mencapai ketiga tujuan diatas dengan menggunakan biaya yang
minimum.
xi
II.4.1 Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi
1. Pemilihan Sistem
2. Pengumpulan Informasi
Jumlah sistem dalam suatu fasilitas atau pabrik sangat luas tergantung dari
kekompleksitasan fasilitas, karena itu perlu dilakukan definisi batas sistem. Lebih
xii
jauh lagi pendefinisian batas sistem ini bertujuan untuk menghindari tumpang
tindih antara satu sistem dengan sistem lainnya.
1. Deskripsi sistem
Fungsi sistem merupakan kinerja yang diharapkan oleh sistem agar dapat
beroperasi sedangkan kegagalan fungsi merupakan suatu sistem yang berjalan
tidak sesuai dengan standar fungsi sistem tersebut.
xiii
dilakukan, dimulai dari peralatan yang mempunyai tingkat terendah dan
meneruskannya ke sistem yang merupakan tingkat yang lebih tinggi. Komponen
berbagai mode kegagalan berikut dampaknya pada sistem dituliskan pada sebuah
FMEA Worksheet.
2. Efek-efek dari kegagalan ini yang terjadi pada sistem dan bagaimana cara
untuk memperbaiki atau meminimalkan kegagalan-kegagalan atau efek-
efeknya pada sistem (Perbaikan dan minimalis yang dilakukan
berdasarkan pada sebuah ranking dari severity dan probability dari
kegagalan)
FMEA biasanya dilakukan selama tahap konseptual dan tahap awal desain
dari sistem dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa semua kemungkinan
kegagalan telah dipertimbangkan dan usaha yang tepat untuk mengatasinya telah
dibuat untuk mengurangi semua kegagalan-kegagalan. Kegiatan FMEA
melibatkan banyak hal seperti me-review berbagai komponen, rakitan, dan
subsistem untuk mengidentifikasi mode – mode kegagalannya, penyebab
kegagalannya, serta dampak kegagalan yang ditimbulkan.
Risk Priority Number (RPN) adalah sebuah pengukuran dari resiko yang
bersifat relatif. RPN diperoleh melalui hasil perkalian antara rating Severity,
Occurrence dan Detection. RPN ditentukan sebelum mengimplementasikan
xiv
rekomendasi dari tindakan perbaikan, dan ini digunakan untuk mengetahui bagian
manakah yang menjadi prioritas utama berdasarkan nilai RPN tertinggi.
RPN = S * O * D
1. Severity (S)
Severity adalah tingkat keparahan atau efek yang ditimbulkan oleh mode
kegagalan terhadap keseluruhan mesin. Nilai rating Severity antara 1 sampai 10.
Nilai 10 diberikan jika kegagalan yang terjadi memiliki dampak yang sangat besar
terhadap sistem.
xv
2. Occurance (O)
3. Detection (D)
xvi
kemungkinan “very remote” untuk
mampu mendeteksi penyebab
potensial atau mekanisme kegagalan
dan mode kegagalan.
Perawatan preventif memiliki
kemungkinan “remote” untuk mampu
8 Kecil mendeteksi penyebab potensial atau
mekanisme kegagalan dan mode
kegagalan.
Perawatan preventif memiliki
kemungkinan sangat rendah untuk
7 Sangat rendah mampu mendateksi penyebab
potensial kegagalan dan mode
kegagalan.
Perawatan preventif memiliki
kemungkinan rendah untuk mampu
6 Rendah mendeteksi penyebab potensial atau
mekanisme kegagalan dan mode
kegagalan.
Perawatan preventif memiliki
kemungkinan “moderate” untuk
5 Sedang mendeteksi penyebab potensial atau
mekanisme kegagalan dan mode
kegagalan.
Perawatan preventif memiliki
kemungkinan “moderately High”
4 Menengah keatas untuk mendeteksi penyebab potensial
atau mekanisme kegagalan dan mode
kegagalan.
Perawatan preventif memiliki
kemungkinan tinggi untuk mendeteksi
3 Tinggi penyebab potensial atau mekanisme
kegagalan dan mode kegagalan.
xvii
II.4.6 Analisis Logic Tree Analysis (LTA)
xviii
4. .Kategori D (Hidden failure) : Jika failure mode tergolong sebagai
hidden failure, yang kemudian digolongkan lagi kedalam kategori
D/A, kategori D/B dan kategori D/C.
Untuk struktur pertanyaan dari Logic Tree Analysis yang lebih jelas, dapat
dilihat pada gambar II.1 dibawah ini,
xix
yang dipilih dalam kegiatan preventive maintenance harus memenuhi syarat
berikut:
2. Jika tindakan pencegahan dilakukan, akan tetapi biaya proses total masih
lebih besar daripada jika tidak dilakukan, yang dapat menyebabkan
terjadinya konsekuensi operasional, maka keputusan awalnya adalah tidak
perlu dilakukan maintenance terjadwal (jika hal ini telah dilakukan dan
ternyata konsekuensi operasional yang terjadi masih terlalu besar, maka
sudah saatnya untuk dilakukan desain ulang terhadap sistem).
3. Jika dilakukan tindakan pencegahan, akan tetapi biaya proses total masih
lebih besar dari pada jika tidak dilakukan tindakan pencegahan, yang dapat
menyebabkan terjadinya konsekuensi non operasional, maka keputusan
awalnya adalah tidak perlu dilakukan maintenance terjadwal, akan tetapi
apabila biaya perbaikannya terlalu tinggi, maka sekali lagi sudah saatnya
dilakukan desain ulang terhadap sistem.
xx
Gambar II.2 Diagram Komponen RCM
(Sumber : Devana, 2015)
xxi
Tabel II.4 Reactive Maintenance Priority Classification
(Sumber : Susatya dan Wibowo, 2014)
Priorit
Priority Criteria based on System/Equipment Failure
y
Description Consequences
Level
Serious and an immediate impact on mission
Emergency I
Safety Of life/property is under thread
Serious and an impending impact on mission
Urgent II
Continuity of facility operation is threatened
Significant and adverse effect on project is imminent
Priority III
Degradation in quality of mission support
Insignificant impact on mission
Routine IV
Existence of redunancy
Discretionar Resource are avaiable
V
y Impact on mission is negligible
Unaibility of resources
Deferred VI
Negligible impact on mission
xxii
Menurut Smith and Hinchcliffe (2004) Terdapat empat kategori dalam
Preventive Maintenance. Keempat ketegori tersebut adalah sebagai berikut:
xxiii
II.5.4 Proactive Maintenance
xxiv
Gambar di atas menunjukkan delapan metode dasar yang digunakan
proactive maintenance untuk memperpanjang umur dari peralatan. Beberapa
metode diatas akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Reliability Engineering
2. Failed-Item Analysis
Pada metode ini pada dasrnya adalah menulis spesifikasi yang efektif,
mendokumentasikan permasalahan, dan menguji peralatan dari vendor yang
berbeda. Spesifikasi paling tidak terdiri dari data getaran, balancing criteria,
dan alignment. Dasar dari pendekatan proactive ini adalah untuk
mendokumentasikan data – data historical, jadi profesional yang terlibat
xxv
dapat menulis purchasing dan installation yang dapat diverifikasi secara
efektif untuk peralatan baru.
5. Age Exploration
6. Rebuild Certification/Verification
7. Recurrence Control
xxvi
Recurrence control melibatkan pengendalian dari repetitive failure.
Repetitive failure didefinisikan sebagai ketidakmampuan sebuah part diluar
fungsinya yang terjadi secara berulang – ulang. Keadaan berikut terjadi
dibawah kategori repetitive failure :
xxvii
Gambar II.4 Proses untuk Menghasilkan Repetitive Failure Analysis
(Sumber : Susatya dan Wibowo, 2014)
xxviii
II.6 Elemen-Elemen Keefektifan Program RCM
Pengaturan material.
xxix
permintaan pengerjaan, untuk mengontrol biaya maupun mengevaluasi
kinerja perawatan. Walaupun bentuk formulasi tiap-tiap aktivitas
perawatan berbeda, antara satu perusahaan dan lainnya, akan tetapi format
permintaan pengerjaan biasanya harus terdiri dari tanggal permintaan dan
penyelesaian aktivitas perawatan, gambaran pekerjaan dan alasannya,
biaya pekerja dan material, dan pengetahuan dari pihak yang berwenang.
xxx
pengadaan suku cadang, alat-alat, material, jadwal pengiriman barang
yang dibutuhkan untuk pelaksanaan perawatan, dan koordinasi dengan
departemen terkait.
1. Fungsi
Apakah fungsi dan hubungan performansi standar dari item dalam konteks
pada saat ini (system function)?
xxxi
dalam melakukan penggunaan dikategorikan dalam tiga fungsi
yaitu:
2. Kegagalan Fungsional
xxxii
Failure mode merupakan suatu keadaan yang dapat menyebabkan
functional failure. Dalam suatu item bisa terdapat puluhan failure mode.
Failure mode tersebut tidak hanya mencakup kegagalan-kegagalan yang
telah terjadi, akan tetapi mencakup juga semua kegagalan yang mungkin
terjadi.
4. Efek Kegagalan
5. Konsekuensi Kegagalan
xxxiii
Apakah yang dapat dilakukan untuk memprediksi atau mencegah masing –
masing kegagalan tersebut (proactive task and task interval)?
1. Scheduled On-Condition
2. Scheduled restoration
3. Scheduled Discard
7. Tindakan Default
xxxiv
Apakah yang harus dilakukan apabila kegiatan proaktif yang sesuai tidak
berhasil ditemukan?
Tindakan ini dilakukan ketika sudah berada dalam failed state, dan
dipilih ketika tindakan proactive task yang efektif tidak mungkin
dilakukan. Default Action meliputi :
xxxv
BAB III
III.1 Kesimpulan
xxxvi
pertanyaan tersebut.
III.2 Saran
xxxvii
DAFTAR PUSTAKA
Razak, Rikka. 2017. Usulan Perawatan Komponen pada Unit Off-Highway Truck
793C dengan Metode RCM (Studi Kasus : PT. Trakindo Utama, Batu
Hijau). Malang: UMM
xxxviii