Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

Pada 16 April 2015 yang lalu, Jemaat Pniel, Oebobo, Klasis Kota Kupang memasuki
usianya yang ke-52.1 Hal ini berarti bahwa Jemaat ini telah lama dan jauh berjalan. Ada banyak
suka dan duka yang telah dilampaui oleh Jemaat ini. Dalam perjalanan sejarah Jemaat Pniel
Oebobo kita dapat melihat dengan jelas akan jejak-jejak kaki Tuhan Allah yang berjalan
bersama-sama dengan dan di dalam Jemaat ini.

Jemaat ini dimulai dengan sekelompok kecil orang Kristen Rote dan Sabu yang
merantau ke Kupang sejak masa penjajahan Belanda yaitu sebelas kepala keluarga namun
sekarang ini anggota jemaatnya telah terdiri atas yaitu sekitar enam-ribuan dan bersifat sangat
heterogen. Anggota jemaatnya kini terdiri atas orang Rote, Sabu, Timor, Alor, Helong, Jawa,
Maluku, Sumba, Flores, Batak dan sebagainya. Dari rahim Jemaat ini telah lahir dua buah
jemaat yang mandiri yaitu Jemaat Petra, Oepoi dan Jemaat Karmel, Fatululi. Majelis Jemaat
Pniel, Oebobo telah merawatnya yang dimulai dengan pembentukan Pos Pelayanan hingga
menjadi jemaat yang mandiri. Kedua jemaat ini telah keluar dari rahim Jemaat Pniel Oebobo
tanpa konflik seperti yang pada umumnya terjadi dalam pendirian sebuah jemaat baru di
lingkungan Gereja Masehi Injili di Timor. Jemaat Pniel Oebobo telah mengikuti pentahapan-
pentahapan seperti yang diatur dalam tata aturan pemekaran dan pendewasaan jemaat di GMIT

Jemaat Pniel Oebobo mulai beribadah dengan meminjam rumah Sekolah Dasar Negeri
Oebobo , sebuah rumah yang beratapkan daun lontar, berdinding bebak dan berlantai tanah
namun kini anggota jemaatnya telah beribadah pada sebuah gedung yang megah. Dahulu
anggota jemaatnya datang beribadah dengan berjalan kaki tanpa alas kaki (sendal, sepatu) namun
sekarang anggota jemaatnya datang beribadah dengan berkendaraan roda dua ataupun roda
empat. Halaman gereja dipenuhi dengan kendaaan bermotor. Jemaat ini telah dilayani oleh
seorang Penanggungjawa (awam) dan 14 orang pendeta. Di antaranya terdapat 4 orang pendeta
laki-laki dan 10 orang pendeta perempuan. (Lihat Lampiran 1).

Jemaat Pniel Oebobo telah bertumbuh dari masa ke masa dengan melewati bukit dan
lembah di bawah dan di dalam penyertaan Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja dan Tiang Induk
Rumah Allah. Sepanjang perjalanan ini, Jemaat ini telah menoreh sejarah yang panjang dan
menemukan jejak-jejak kaki Tuhan Allah.

Dalam buku ini akan digambarkan Sejarah Jemaat Pniel Oebobo sejak sekelompok kecil
umat Kristen di Oebobo hingga tumbuh dan berkembang menjadi sebuah Jemaat yang besar dan
bernama Jemaat Pniel Oebobo seperti yang ada sekarang ini. Pada mulanya umat Kristen dalam
wilayah ini beribadah di Jemaat Koanino namun kemudian beribadah di Jemaaat Oeba.

1
Terdapat beberapa versi tentang berdirinya jemaat ini. Sabuna menyebut dua masa yang berbeda yaitu 16 April
1964 dan 20 September 1964. Hiskia menyebut 9 April 1967 dan 14 Aprll 1964. Mana yang benar??

1
Kemudian Jemaat Oeba membentuk sebuah Pos Pelayanan di Oebobo karena jauhnya
perjalanan untuk beribadah di Jemaat induk. Mereka beribadah di rumah Sekolah Dasar Negeri
Oebobo seperti yang telah disebutkan di atas, Sekarang anggota jemaat telah menjadi besar
seperti yang disebutkan di atas sehingga dibangun gedung ibadah yang besar untuk menampung
seluruh anggota Jemaat yang datang beribadah.

Usaha penulisan sejarah Jemaat ini bukanlah merupakan suatu usaha yang baru sama
sekali. Pdt. Ruth B. Sabuna, almarhum, pendeta perdana pada jemaat ini, telah menulis sejarah
jemaat ini atas inisiatif pribadi namun beliau hanya menulis sejarah jemaat ini sejak tahun 1963
hingga tahun 1999. Buku sejarah yang almarhum tulis berjudul: “Tumbuh Dari Karang dan
Duri, Sejarah Gereja Jemaat Oebobo (1963-1999). Buku ini tidak diterbitkan.

Majelis Jemaat melihat pentingnya penulisan sejarah Jemaat ini. Mengapa? Oleh karena
dengan mengetahui sejarah jemaat maka anggota jemaat akan mengetahui perjalanan pelayanan
jemaat ini yang telah dilewati dengan suka dan duka. Sementara itu kita harus ingat akan sebuah
slogan yang berbunyi: “Jangan sekali-kali melupakan sejarah”. Mengapa? Hal itu disebabkan
oleh karena dari sejarah kita belajar akan hal-hal yang positip dan yang negatip. Hal-hal yang
positip dan konstruktif kita pertahankan dan perkembangkan sedangkan hal-hal yang negatip dan
destruktif kita hindari dan jauhi. Dengan belajar dari sejarah masa lampau, kita menjalani
pelayanan masa kini dan memprogramkan pelayanan masa depan dengan lebih baik.

Penulisan sejarah Jemaat ini bukanlah perkara yang mudah dan berjalan dengan mulus.
Ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh Penulis. Kesulitan-kesulitan itu adalah pertama, tidak
lengkapnya dokumen-dokumen tertulis yang ada pada Majelis Jemaat. Kesulitan kedua adalah
para nara sumber sangat terbatas terutama generasi pertama dan jikalaupun masih ada maka
mereka telah lanjut usia dan telah banyak melupakan peristiwa-periswa masa lampau2. Sekalipun
demikian Penulis berusaha untuk menulis buku sejarah ini dengan bersandar kepada dokumen-
dokumen tertulis yang ada dan mengadakan wawancara dengan pelaku dan saksi sejarah yang
masih hidup.

Buku ini diberi judul TUMBUH DARI KARANG DAN DURI. Sejarah Tumbuh dan
Kembangnya Jemaat Pniel Oebobo, Klasis Kota Kupang, Sinode Gereja Masehi Injili di Timor
(1954-2015). Pemilihan judul ini mempunyai latarbelakang non teologis maupun teologis yang
berkaitan erat dengan keadaan lingkungan dan dengan sejarah tumbuh dan berkembangnya
Jemaat ini. Lingkungan yang berbatu karang dan dipenuhi dengan pohon dan duri berduri kom
merupakan keadaan faktual Oebobo pada masa lampau. Kini batu karang, duri kom dan lorong-
lorong gelap tidak nampak lagi. Sekarang telah diganti dengan gedung yang megah dan terang
benderang diterangi oleh cahaya lampu.

Buku ini terdiri atas sembilan Bab dan disertai dengan sejumlah lampiran. Bab I
merupakan sebuah pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang penulisan buku ini,

2
tujuan penulisan buku ini, dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi Penulis dalam penulisan buku
ini. Sesudah Pendahuluan maka digambarkan tentang Profil Jemaat Pniel Oebobo sekarang
(2014-2015). Sebelum digambarkan tentang Jemaat Pniel Oebobo sekarang akan didahului
dengan menggambarkan keadaan lingkungan Jemaat ini yaitu Kelurahan Oebobo. Sekalipun
anggota jemaat ini ada yang berdomisili di Kelurahan-Keluarhan lain namun oleh karena basis
anggota jemaat ini kebanyakan berdiam di Kelurahan Oebobo maka Penulis membatasi diri pada
Kelurahan Oebobo saja. Gambaran tersebut dapat diikuti dalam Bab II.

Setelah kita mengenal keadaan Jemaat Pniel Oebobo sekarang ini maka kita membahas
tentang darimana asal usul Jemaat ini. Kita menoleh ke belakang sejarah Jemaat ini. Hal ini
dapat dibaca dalam Bab III yang diberi judul Dari mana asal usul Jemaat Pniel Oebobo. Bab ini
akan membahas sejak awal hingga Jemaat Pniel Oebobo menjadi jemaat yang dewasa pada tahun
1964.

Bab IV diberi judul: Jemaat Pniel Oebobo yang Mandiri dan Melayani (1964-2014). Bab
ini dibagi dalam dua bagian besar yaitu Masa Peletakkan Dasar yang Kokoh (1964-1999) dan
Masa Perkembangan yang Mengherankan (1999-2014). Bab V diberi judul Jemasat Pniel
Oebobo dan Pembangunan Fisik. Dalam Bab ini digambarkan usaha-usaha Jemaat ini dalam
membangun gedung ibadahnya dan Pastori yang dimulai dengan sederhana hingga dapat
membangun sebuah gedung ibadah yang sekali atas swadayanya sendiri.

Jemat ini melakukan tugas panggilannya dalam aksi pemberitaan Injil sehingga Jemaat
ini menghasilkan dua jemaat yang mandiri. Hal ini diuraikan dalam Bab VI yang diberi judul
Jemaat-Jemaat Mandiri dari Rahim Jemaat Pniel Oebobo. Dalam Bab ini diuraikan tentang
lahirnya dua jemaat mandiri yang baru yaitu Jemaat Petra dan Jemaat Karmel. Pada Bab VII
pembaca dapat mengikuti tugas dan panggilan pelayanan Jemaat Pniel Oebobo dalam bidang
Pendidikan, khusus dalam pengelolaan Taman Kanak-Kanak. Bab ini diberi judul Jemaat Pniel
Oebob dan Usaha Pendidikan. Bab VIII diberi judul Jemaat Pniel Oebobo Menyongsong Masa
Depan. Pada Bab ini dimuat sejumlah estimasi tentang perkembangan Jemaat ini dan masyarakat
Oebobo dan daerah sekitarnya dan apa kiranya yang harus dibuat oleh Majelis Jemaat dalam
menyongsong masa depan itu. Bab IX merupakan Bab Kesimpulan dan Penutup. Pada buku ini
akan dimuat pula dengan sejumlah lampiran, biografi pendeta-pendeta yang pernah dan sedang
melayani dalam jemaat ini dan foto-foto kenangan masa lalu.

Dengan demikian Penulis mengharapkan kiranya para Pembaca dapat mengikuti uraian
dalam buku dengan baik dan mempunyai pemahaman tentang lika-liku perjalanan Jemaat Kristus
ini..

Terpujilah nama Yesus Kristus, Sang Kepala Gereja.

Kupang, 2015

Penulis

3
4
BAB II

POTRET JEMAAT PNIEL OEBOBO SEKARANG INI


2014-2015

Bab ini akan membahas tentang lingkungan pelayanan Jemaat Pniel Oebobo. Disadari bahwa
lingkungan di mana sebuah jemaat berada dan melayani turut mempengaruhi dan memberi warna
kepada gerak pelayanannya maka di bawah ini dibahas tentang Kelurahan Oebobo. Penulis
menyadari bahwa anggota Jemaat Pniel Oebobo bukan saja berdomisili di Kelurahan Oebobo
tetapi juga di kelurahan lainnya seperti di Kelurahan Koanino, Oetete, Nefonaek, Fatululi,
dsbnya namun oleh karena mayoritas anggota jemaat berdiam di Kelurahan Oeboo maka
kelurhan ini yang mendapat perhatian di sini.

• Gambaran Umun Kelurahan Oebobo


• Pendahuluan
Kelurahan Oebobo dibentuk pada Tahun 2000 berdasarkan Peraturan Pemerintah
Daerah Nusa Tenggara Timur No. 17 Tahun 2000 tentang Pembentukan Kecamatan
dan Kelurahan.
• Letak dan Luas Wilayah
Kelurahan Oebobo merupakan sebuah kelurahan dalam wilayah Kota Kupang dengan
luas wilayahnya 1.86 Km2. Batas-batasnya adalah sebagai berikut:
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Oebufu
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Oetete
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Nefonaek
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurhan Kuanino dan Naikoten II
• Penduduk
Berdasarkan laporan Bulan Februari 2015 adapun jumlah penduduk Keluraan Oebobo
sejumlah 13.827 jiwa yang terdiri atas 2.872 KK dengan rincian laki-laki 6. 713 jiwa
dan perempuan 7. 114 jiwa. Statistik ini memperlihatkan jumlah perempuan lebih
tinggi dari jumlah leki-laki.
• Mata Pencaharian
Penduduk Kelurahan Oebobo mempunyai mata pencaharian yang bermacam-macam
seperti yang nampak pada Tabel di bawah ini:
Tabel 1
Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Oebobo

Pekerjaa n Laki-Laki Peremouan Jumlah


PNS 339 341 680
TNI 38 0 38
POLRI 57 33 90
PNS TNI/POLRI 100 55 155
Guru 96 128 224
Dosen 27 17 44
Mantri/Bidan 9 57 66
Petani/Nelayan 963 243 1206
Pengemudi 72 6 78
Montir/Tukang Servis 16 4 20
Pedagang 610 961 1571
Pensiunan PNS 251 102 353
Pensiunan POLRI 18 20 38
Pengusaha/Lain-lain 4111 5140 9251
Dokter 6 7 13
Total 6713 7144 13827

Sumber: Kelurahan Oebobo


Tabel di atas memperlihatkan bahwa penduduk Kelurahan Oebobo terbanyak adalah
pengusaha sehingga memberikan sumbangan positip terhadap kehidupan
masyarakatnya dan gereja.
• Pendidikan
Dari jumlah penduduk di atas pada table berikut dutarakan tingkat dan jenis
pendidikan Kelurahan Oebobo seperti yang nampak pada Tabel di bawah ini.

Tabel 2
Jenjang dan Jenis Pendidikan Penduduk Kelurahan Oebobo

Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah


Belum sekolah 797 904 1701
TK 565 680 1245
SD 1024 1041 2065
SLTP 1473 1476 2949
SLTA 1508 1520 3028
Diploma 250 409 659
Strata Satu 162 154 316
Strata Dua 26 22 48
Starata Tiga 3 6 9
Buta Huruf 268 355 623
Lain-Lain 737 547 1184
Total 6.713 7114 13827
Sumber: Kelurahan Oebobo
Berdasarkan Tabel di atas memperlihatlan penduduk Oebobo mempunyai tingkat
pendidikan yang baik dan orangtua mempunyai kesadaran yang tinggi untuk
menyekolahkan anak-anaknya.

• Agama dan Kepecayaan


Jumlah penduduk Keluraan Oebobo menurut agama dan kepercayaan dapat di;ihat
pada table di bawah ini

Tabel 3
Komposisi penduduk Kelurahan Oebobo menurut agama dan kepercayaan

Golongan Agama Laki-laki Perempuan Jumlah


Protestan 4530 4631 9161
Katolik 1411 1700 3111
Islam 595 616 1211
Hindu 157 146 303
Budha 20 21 41
\
Jumlah 6713 7114 13827

Sumber: Kelurahan Oebobo


Dari Tabel di atas memperlihatkan bahwa penduduk Kelurahan Oebobo menganut
semua agama yang diakui di Indonesia. Penganut yang terbanyak adalah Protestan
dan yang terkecil adalah Agama Budha. Sekalipun terdapat keanekaragaman umat
beragama dalam Keluraga ini namun kerukunan idup beragama dalam Kelurahan
Oebobo sangat terjamin. Tidak pernah terjadi gesekan-gesekan di antara umat
beragama di sini.
• Fasiliatas umum dalam Kelurahan
Di Kelurahan ini terdapat berbagai macam fasilitas umum yang dibangun oleh
pemeritah ataupun ihak swasta. Fasilitas umum dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 4
Fasilitas Umum di Kelurahan Oeobo

No Nama Fasilitas Jumlah Ket


1 PAUD 3
2 TK 3
3 SMP 1
4 SMK/SMA 3
5 SD 1
6 Lapangan 12
7 Tempat Ibadah 19
8 Bank 1
9 Kantor Pos 1
10 Tempat Kursus 3
Sumber: Kelurahan Oebobo
Tabel di atas memperlihatkan cukup tersedianya fasilitas umum bagi kepenringan
penduduk Keluragan ini.

• Kelurahan Oebono belum terlepad dari masalah-masalah sosial seperti yang terlihat
di bawah ini.
Tanel 5
Masalah-masalah Sosial

No Jenis Masalah Bentuk Masalah Ket1


1 Kesehatan 1.Masih terdapat bayi Balita yang
kurang gizi.
2. warga kurang sadar akan gizi bagi
bayi/balita.Ibu hamil

2 Kebersihan 1.warga kurang sadar menjaga


kebersihan lingkungan
2. Sampah dibuang tidak pada
tempatnya
3. kurang semangat gotong royong
membersihkan lingkungan

3 Sosial/Bimas 1.Kenakalan remaja masih tinggi.


2.kesediaan lapangan kerja masih
terbatas

Sumber; Kelurahan Oebobo


Melihat Tabel di atas memperlihatkan diperlukannya usaha pemerintah Kelurahan
bekerja sama dengan unusr-unsur dalam masyarakat untuk menanggulangi maalah-
masalah sosial seperti yang disebutkan di atas. Partisipasi gereja sangat dibutuhkan
terutama oleh karena penduduk Kelurahan ini mayoritas adalah anggota gereja.

• Gambaran Umum Tentang Jemaat Pniel Oebobo

• Letak dan wilayah pelayanan

Secara teritorial Jemaat Pniel Oebobo berada di dalam wilayah Kelurahan Oebobo
dan sebagian wilayah kelurahan Fatululi dan diapit oleh beberapa jemaat lain baik Jemaat
GMIT (Jemaat Horep Perumnas, Ebenhaezer Oeba, Anugrah Eltari, Koinonia Koanino,
Petra, Karmel, Kefas Kampung Baru maupun jemaat dari denominasi lainnya (GPDI
Ebenhaezer, GKIN Revival, GPDI Agape, GSJA, GKPB Masa Depan Cerah). Jemaat Pniel
dibagi dalam 16 rayon, tiap-tiap rayon dibagi lagi dalam 5-10 gugus. Setiap rayon dipimpin
oleh seorang ketua rayon dan sekretaris rayon.

Batas- batas wilayah pelayanan Jemaat Pniel Oebobo adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Jemaat Horeb Perumnas dan Jemaat Ebenhaezer Oeba.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jemaat Anugrah Eltari dan Jemaat Koinonia
Kuanino.
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Jemaat Petra dan Jemaat Karmel
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Jemaat Ebenhaezer Oeba dan Jemaat Kefas Kampung
Baru.

• Keanggotaan Jemaat

Jemaat Pniel Oebobo merupakan salah satu jemaat besar dalam linkungan pelayanan Gereja
Masehi Injili di Timor. Berdasarkan catatan statistic Tahun 2014, Jemaat ini beranggotakan
5.619 orang yang terduri atas 2716 laki-laki dan 2858 perepuan. Jumlah KK 1252 KK.
Anggota jemaat ini tersebar dalam 16 wilayah pelayanan jemaat (Lih. Tabel 6).

3.Pendidikan dan Anggota Jemaat

Anggita Jemaat Pniel Oebobo mempunyai tingkatpendidikan yang berbeda-beda. Ada belum
sekolah maupunsudah menempuh pendidikan. Jenjang pendidikan anggota jemaat dapat
dilihat pada Tabel.6 di bawah ini.

. Tabel 6

Jumlah Jemaat dan Tingkat Pendidikan Anggota Jemaat


• Organisasi Jemaat

Pekerjaan pelayanan dalam Jemaat ini berada di bawah pimpinan dan tanggungjawab sebuah
badan yang disebut Majelis Jemaat. Adapun jumlah majelis jemaat untuk periode pelayanan
Tahun 2011-2015 berjumlah 314 orang (Lih. Lampiran 2). Majelis Jemaat ini tersebar dalam
16 wilayaj pelayanan jemaat (WPJ). Pekerjaan pelayanan dalam Jemaat ini dilayani oleh 9
komisi. Adapun komisi-komisi itu adalah Komisi Anak, Remaja, Pemuda, Perempuan, Kaum
Bapak. Lansia, Kesaksian dan Pengaharan, Diakonia, Liturgi dan Oikonomia.

Pelayanan sehari-hari dipimpin oleh sebuah badan yang disebut Majelis Jemaat Harian.
Adapun susunan personalia Majelis Jemaat Harian Periode Pelaynan 2011-2015 adalah sebaai
berikut:.

Tabel 7 ….
Susunan Majelis Jemaat Harian Jemaat Pniel Oebobo
Tahun Pelayanan 2011-2015

No Nama Jab. Pelayanan Jab. Organisasi


1 S. Ruku-Maak, S.Th Pendeta Ketua MJ/Komisi Liturgi
2 M.A.M.Modokh-Mboeik, SmTh Pendeta Wak.Ket.MJ/Kom. Diako
3 M.. Adang, S.Th Pendeta\ Waket/II/Kom. Oikonom
4 E. Radjah-Gah Djara Pendeta Wakte. III/Kom Marturia
5 Drs. S.L Lasiko Pentua Sekretaris
6 Drs. P Ipaubla Penatua Wak. Sekretaros
7 Frans Saetban, SE Penatua Bendahra
8 M. Ndoen-Bessy, SPt Penatua Wak. Bendahara
9 N. Amnifu-Dere Penatua Anggota/Kom ANak
10 Drs. B. Hatu, Msi Penatua Anggota/Kom Remaja
11 B. Mbau, SH Penatua Anggota/Pemuda
12 H. Tumbuan-Kartiono Penatua Anggota/Kom. Perempua
13 Drs. M. Ndolu Eoh Penatua Anggota/Kom.Bpk-Lansi

Sumber; SekretaristMajelis Jemaat Pniel Oebobo

• Kegiatan Pelayanan Jemaat

• Ibadah Utama

Pada Jemaat Pniel Oebobo Ibadah utama dilaksanakan sebanyak 52 kali dan
dilaksanakan sebanyak tiga kali Kebaktian Utama yaitu ibadah Pertama pukul 06;00,
Kedua pukul 08;00, dan Ketiga pukul 16;00. Dalam kebaktian pertama, kedua dan ketiga
dipimpin oleh Pendeta yang bertugas. Sejauh ini yang diketahui para Penatua dan Diaken
tidak diberi kesempatan untuk mengambil bagian dalam memimpin kebaktian utama. Pada
setiap kali kebaktian sering ada Paduan suara dan Vokal Group serta Solo dan sumbangan
lagu dari berbagai pihak dalam mengisi liturgi kebaktian utama setiap Minggu. Tentang
kehadiran Jemaat pada setiap kali kebaktian utama dapat dilihat pada tabel berikut
terhitung dari bulan Januari 2015 hingga Maret 2015.

Tabel 8

Kehadiran pada Ibadah Minggu

JUMLAH KEHADIRAN JEMAAT PADA TIGA BULAN TERAKHIR

Jam Kebaktian Jumlah Jiwa


Hari/Tanggal 06;00 08;00 16;00
L P L P L P L P TOTAL
Minggu/4/1/2015 103 147 183 281 129 213 415 641 1.056
Minggu/11/1/2015 172 249 182 274 121 185 475 708 1.183
Minggu/18/1/2015 185 375 204 292 143 271 532 938 1.470
Minggu/25/1/2015 194 252 219 377 128 219 541 848 1.389
Minggu/1/2/2015 217 285 222 309 128 218 567 812 1.379
Minggu/8/2/2015 255 359 253 278 134 178 642 815 1.457
Minggu/15/2/2015 203 288 141 114 141 208 485 610 1.095
Minggu/22/2/2015 224 423 181 382 145 210 550 1015 1.565
Minggu/1/3/2015 126 173 227 304 141 260 494 737 1.231
Minggu/8/3/2015 238 371 193 248 125 259 556 878 1.434
Minggu/15/3/2015 239 414 233 394 108 183 580 991 1.571
Minggu/22/3/2015 212 404 402 613 188 200 802 1217 2.019
Minggu/29/3/2015 225 455 227 376 103 157 555 988 1.543
Sumber: Warta Jemaat Januari s/d Maret 20215

Dengan melihat tabel di atas, presentase kehadiran Jemaat Pniel Oebobo dalam
kebaktian mingguan pada tiga bulan terakhir kebanyakan adalah kaum Perempuan.
Pengunjung ibadah pada setiap minggu berkisar rata-rata 1.500 orang. Jumlah anggota
jemaat yang berumur 0 tahun hingga 16 tahun ke atas adalah 1.661 orang. Itu berarti
jumlah anggota jemaat yang berumur 16 tahun ke atas adalah 3.958 orang. Jika peserta
inadah setiap minggu sekitar 1.500 orang maka berarti peserta inadah minggu adalah
berkisar 40% hingga 50 % suatu jumlah peserta ibadah yang dapat dikatakan cukup baik.

. Kehadiran Majelis jemaat dalam ibadah mingguan disesuaikan dengan yang


bertugas pada tiap jam kebaktian. Dalam kebaktian baik itu jam pertama, kedua hingga
ketiga, suasananya baik karena partisipasi jemaat serta kesadaran jemaat dalam mengikuti
kebaktian itu cukup serius.

• Ibadah Rumah Tangga

Ibadat Rumah Tangga dalam se minggu diadakan sebanyak 2 kali yaitu pada hari
Selasa dan hari Kamis, sedangkan untuk hari-hari yang lain digunakan untuk ibadat komisi
misalnya pada hari Senin ibadat kom Bapak, Rabu ibadat Kom Anak dan Remaja, kamis
ibadat kom Pemuda, jumat ibadat kom kom Ibu dan Sabtu ibadat kom lansia. Pemimpin
ibadat dikoordinasi oleh MJH dan dilibatkan semua anggota Pokja, Magang dan para
Pendeta. Persiapan untuk secara rutin tidak ada, tapi misalnya PA dilaksanakan pada
ibadah tersebut.

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam ibadah RT yaitu kerinduan orang untuk


datang beribadah itu rendah, kemampuan Majelis Jemaat untuk membritakan firman secara
baik perlu ditingkatkan.
Cara mengatasinya:

• menyiapkan buku panduan (santapan harian) yang dipesan oleh Gereja 1


edisi untuk 2 bulan, jadi dalam 1 tahun ada 6 edisi.

• program pembinaan untuk Berkhotbah/ peningkatan kemampuan untuk


memahami Firman Allah.

• dilaksanakan program BGA bagi jemaat dan juga bagi MJ untuk


meningkatkan pemahaman tentang firman Tuhan.

• Pelayanan PAR

• Komisi anak

Untuk badan pengurus dari kolompok anak tidak ada, tapi dalam komisi ada
pokja (kelompok kerja) di tiap rayon. Jumlah pelayan Anak ada 52 orang dan di bagi
dalam 16 rayon. Ada 20 tempat sekolah minggu (rayon 1, 2, 3, 4, 5, 6a&6b, 7a&7b,
8a&8b, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16a&16b). Tempat kegiatan untuk satu bulan (3
mnggu di rayon dan 1 minggu di gereja yaitu ibadat gabungan). Persiapan mengajar
dari guru-guru di tiap minggu ke dua setiap bulan. Ada insentif yang diberikan dari
gereja kepada setiap pelayan anak yaitu Rp25.000/bulan. Guru2 juga dilengkapi
dengan jurnal dan absen bagi anak dan bagi guru. Anggaran ada dalam APBJ.

Hambatan:

• karena kesibukan dan pendidikan dari para pelayan Anak.

• ada banyak inter denominasi dalam jemaat sehingga mengganggu


kepribadian Anak.

• Komisi Remaja3

Komisi Remaja Jemaat Pniel Oebobo tidak memiliki struktur organisasi karena
Remaja bernaung langsung dibawah komisi pemuda dan diatur oleh Ketua pokja.
Jumlah remaja yang ada dalam lingkup Jemaat Pniel Oebobo adalah 351 orang. Ada
berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh komisi remaja Pniel Oebobo diantaranya
yaitu:

• Ibadah gabungan remaja

• Kebaktian hari doa sedunia remaja dan HUT RI


• Kebaktian HUT anak GMIT tingkat JPO

• Kebaktian paskah

• Kebaktian natal

• Ikut serta dalam lomba yang diadakan GMIT dan lainnya

• Ibadah gabungan pelayan remaja

• Ibadah Rumah Tangga remaja

• Sekolah minggu remaja

• Pengadaan bahan ajar

• Pelatihan ketrampilan mengajar bagi pelayan remaja

• Rapat evaluasi

• Biaya operasional komisi

Dalam menggalang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh komisi remaja maka


gereja juga telah mempersiapkan dana yang telah disepakati dalam sidang tahunan Jemaat
Pniel Oebobo sebesar Rp. 24.860.000.

Adapun masalah-masalah yang sering ditemukan dalam komisi remaja yaitu:

• Semua ibadah gabungan belum diikuti oleh remaja dan pelayan secara
aktif

• Ada rayon yang pokja remajanya tidak aktif

• Belum memiliki alat bantu dalam membuat laporan

• Kesibukan pekerjaan pelayan dll

• Pelayanan Pemuda

Komisi Pemuda Jemaat Pniel Oebobo tidak memiliki struktur organisasi karena
pemuda bernaung langsung dibawah komisi pemuda dan diatur oleh Ketua pokja. Jumlah
pemuda jemaat Pniel Oebobo saat ini adalah 1014 orang. Ada berbagai kegiatan yang
dilaksanakan oleh pemuda diantaranya yaitu:

• Perkunjungan dan pertukaran pelayan antar rayon bersama Komisi


Pemuda

• Pekan Pemuda 2015 (seminar, KPI, pelatihan dll)


• Perlombaan Rayon

• Perayaan Natal

• Perayaan Paskah (malam puji-pujian, pawai obor, dll)

• Ibadah gabungan

• Retreat / kamp Pemuda

• Pembinaan kreatifitas Pemuda untuk peningkatan ekonomi

• Kegiatan-kegiatan bersama jemaat lain se-GMIT (lomba/pertandingan,


pertemuan-pertemuan Klasis dan Sinode)

• Pawai Paskah Sinode

• Kegiatan-kegiatan bersama antar denominasi dan Agama lain

• Membentuk kelompok PA

• Pelaksanaan PA Pemuda

• Pelatihan membuat dan membawakan khotbah/Renungan bagi Pemuda

Dalam Jemaat Pniel Oebobo, ada kebaktian Pemuda yang didalamnya tergabung
Pemuda dari semua Rayon. Pada kebaktian pemuda biasanya dipimpin oleh Pendeta, ada
juga pelayan dari persekutuan doa dan para Majelis yang diminta kesediaannya untuk
memimpin kebaktian tersebut. Dalam kebaktian biasanya diadakan persiapan sebelumnya.
Persiapan dilakukan oleh yang bertugas, karena petugas ibadah biasanya bergiliran per-
rayon. Dalam Komisi Pemuda ada berbagai pembinaan diantaranya pelatihan MSI bagi
para pemuda, pelatihan untuk menyusun Khotbah bagi Pemuda, dan pelatihan konseling
bagi Pemuda. Untuk Komisi Pemuda, dari Gereja telah mempersiapkan anggarannya
sesuai dengan hasil keputusan Sidang Majelis sebesar Rp. 57.550.000.

Adapun masalah atau kendala yang sering ditemui dalam komisi Pemuda yaitu:

• Ada beberapa rayon yang kurang aktif dalam ibadah Pemuda di tingkat
rayon

• Kurangnya komunikasi dengan ketua pokja karena yang bersangkutan


sudah berkeluarga dan sibuk dengan pekerjaan.

• Kurangnya partisipasi pemuda dalam ibadah gabungan dan kegiatan-


kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemuda
• Ibadah Kaum Bapak

Untuk kegiatan dari kaum Bapak di tingkat komisi tidak ada, dan hanya dilaksanakan
di tiap-tiap rayon. Tidak ada pembinaan. Untuk ibadah ditiap Rayon yang memimpin
adalah Majelis rayon setempat sedangkan untuk ibadah gabungan di Gereja dipimpin oleh
Pendeta. Tidak ada paduan suara. Hambatan yang dihadapi adalah kehadiran para Bapak-
bapak dalam setiap ibadah sehingga berdampak juga pada kegiatan komisi yang tidak
berjalan. Untuk hubungan dengan MJH baik.

• Ibadah Kaum Perempuan

Organisasi ada dalam komisi.

Kegiatan yang dilakuakan:

1. ibadah gabungan setiap bulan minggu ke 2.

2. Paskah bulan April

3. HUT Perempuan bulan Mei

4. perkunjungan antar klasis bulan Agustus.

5. Natal bulan Desember

6. perkunjungan ke pokja-pokja, Minggu pertama dan ketiga.

Dalam semua kegiatan yang dirancangkan melibatkan semua Perempuan dalam jemaat dan
semua aktif mengiukutinya.

Pembinaan yang dibuat dalam bentuk ceramah, kesehatan perempuan, ketrampilan dan
BGA (semua topik tentang Perempuan).

Yang memimpin ibadah adalah Ketua Pokja, Komisi, Pendeta baik dalam maupun Pendeta
luar.

Paduan suara dibentuk tahun 2014, bersamaan dengan kelompok kulintang..

Hambatan yang dihadapai hanya kehadiran yang rendah.

Anggaran untuk semua kegiatan disiapkan oleh APBJ.

• Pelayan Lansia
Sama seperti komisi lainnya yang ada dalam jemaat Pniel Oebobo, komisi lansia juga
tidak memiliki organisasi. Ada berbagai kegiatan yang dilakukan oleh komisi lansia
diantaranya yaitu:

• Perkunjungan komisi kerayon-rayon

• Rekreasi

• Penyuluhan dan olahraga lansia

• Pembinaan Paduan suara/ musik gereja

• Ibadah gabungan lansia digereja dan pemeriksaan kesehatan dll

Dalam menunjang semua kegiatan yang dilakukan oleh komisi lansia maka gereja
juga telah mempersiapkan dana sesuai dengan hasil keputusan dalam sidang tahunan
sebesar Rp. 25.000.000.

Adapun masalah yang sering ditemuka dalam komisi lansia adalah:

• Partisipasi yang kurang dalam setiap ibadah atau kegiatan yang dibuat oleh
komisi

• Kurangnya partisipasi dalam paduan suara lansia karena sudah terlibat


dalam paduan suara yang ada

• Tidak ada koordinasi untuk setiap anggota yang tidak hadir dll

• Pelayanan Katekisasi

Dalam kegiatan pelayanan Katekasasi ada 2 kategori yaitu kategori umum dan
kategori khusus. Untuk kategori umum ada 3 kelas dan khusus 1 kelas. Dalam setahun
dibuka 1 kali untuk kelas umum, kalau kelas khusus sesuai program 2 kali dalam setahun
per 3 bulan. Tapi ada juga yang emergensi (menikah) dilakukan selama 1 bulan. Pengajar
ada 3 orang dan dilaksanakan di Gereja JPO. Guru-guru menyiapkan buku pedoman dari
Sinode dan dibuat dalam bentuk RPP/silabus.

Materi yang diajarkan ada 4 pokok:

1. Alkitab

2. Pengakuan dan Pengajaran

3. Etika
4. Sejarah

Untuk proses KBM untuk umum 2 kali dalam 1 minggu, sedangkan untuk khusus 3
kali dalam seminggu. Untuk yang emergensi dilaksanakan setiap hari dalam sebulan selain
hari Minggu dan senin.

• Pelayan Paduan Suara / Vokal Group

Untuk badan pengurus PS/VG tingkat gereja tidak ada, yang ada di paduan suara/VG
masing-masing dalam rayon. Kegiatan yang dilakukan adalah mengisi pujian dalam
kebaktian Minggu sesuai jadwal yang disipakan dari gereja, Ibadah PS/VG di setiap
kelompok di rayon. Jumlah PS sebanyak 11, dan VG sebanyak 9. Yang memimpin ibadat
adalah MJ,Pdt,. Untuk pembinaan PS/VG dalam tahun terakhir ini tidak ada.

Masalah-masalah yang dihadapi:

• kehadiran anggota yang tidak stabil

• Mengisi liturgi dalam kebaktian utama tidak sesuai dengan jadwal yg


disipakan.

• Ada beberapa kelompok yang kesulitan pelatih.

• Pelayanan Kelompok Doa

Badan pengurus PD:

Ketua: Bapa Y Letmau

Sekretaris: Bapa Ismael Boluadu

Bendahara: Bapa R. S Sunbanu. Aplugi

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah:

• Ibadat gabungan tiap Bulan di gereja (Minggu ke 2)

• KPI biasa (1-3 kali setahun)

• KPI Holistik (Doa kesembuhan ilahi, pengobatan gratis, sumbangan dana


bagi Gereja yg kurang mampu)

• Pembinaan (Sinode, Pdt setempat) dan perkunjungan PD


• BGA.

• Pelayanan Pastoral

• Perkunjungan ke LP (1 bulan sekali)

Jumlah PD dalam jemaat Pniel ada 20 PD. Yang memimpin ada Pdt, Penginjil
GMIT, anggota PD.

Sebelum Ibadat gabungan ada persiapan2 yang dilakukan dan diberi tugas kepada 2-
3 PD untuk mengaturnya. Untuk semua kegiatan ada dana yang telah disiapkan dalam
APBJ.

Masalah-masalah:

• Kekurangan Pdt Penginjil

• Dana Penginjilan terbatas

• Wawasan Penginjil yang terbatas

• kesulitan menghimpun semua PD untuk kegiatan di Gereja karena semua


PD mempunyai kegiatan masing2.

• Pelayanan Diakonia

Sebagai kewajiban yang harus dilakukan dalam setiap unsur Panca Pelayanan GMIT
yang telah ditetapkan oleh Sinode, maka dalam lingkup Jemaat Pniel Oebobo ada Pelayan
Diakonia yang adalah salah satu dari Panca Pelayanan. Sesuai hasil keputusan Sidang
Majelis tahun 2015 dalam lingkup Jemaat Pniel Oebobo maka pelayan Diakonia pada
Jemaat Pniel Oebobo ada terdiri dari tiga macam dengan bentukpelayanannya masing-
masing yaitu:

• Pelayanan Diakonia Karikatif yang dilakukan dalam bentuk

• Perkunjungan dan pelayanan orang sakit

• Bantuan bagi keluarga duka

• Bantuan bagi Jemaat Pniel Oebobo yang kurang mampu menurut


kategori

• Bantuan Pendidikan

• Bantuan bagi Jemaat Pedesaan


• Bantuan bagi Pengembangan Fisik

• Pelayanan Diakonia Reformatif yang dilakukan dalam bentuk

• Menjalin peluang kerjasama dengan pemerintah untuk


mendapatkan pelatihan menjahit.

• Pelayanan Diakonia Transformatif yang dilakukan dalam bentuk

• Memfasilitasi Jemaat mendapatkan akses bantuan (hukum,


kesehatan dan politik, ekonomi, dll).

• Mengarahkan jemaat untuk menjadi anggota KSP Galilea.

• Menghubungi Dosen Fakultas Sains & Teknik Undana untuk


memberikan les tambahan (matematika, biologi, fisika dan kimia)
bagi pelajar SMA kelas XII dalam persiapan Ujian Nasional.

Sesuai hasil kesepakatan dalam sidang majelis jemaat tahun 2015, anggaran yang
disiapkan dalam rangka pelayanan diakonia sebesar Rp. 190.880.000 yang dibagi dalam
tiga macam serta bentuk pelayanannya masing-masing dan disesuaikan dengan
kebutuhan masising-masing.

Dalam pelayanan diakonia, adapun masalah yang sering dihadapai yaitu kurang
konfirmasi yang jelas antara pelayan diakonia dan penerima diakonia. Kurangnya
partisipasi para pelayan diakonia dalam tugas pelayanan.

5. Keuangan dan Harta milik


Keuangan Jemaat Pniel Oebobo bersumber dari pemberian jemaat berupa berbagai
macam bentuk persembahan. kesadaranmemberi dalam jemaat Pniel Oebobo sudah
cukup baik. Selain keuangan Jemaat Pniel Oebobo, ada juga inventaris harta milik JPO.
Persembahan serta harta milik Jemaat Pniel Oebobo tersebut dapat kita lihat pada tabel
berikut.

6. Faktor-faktor pendorong/pendukung dan penghambat Pelayanan dalam Jemaat


• Ekonomi
• Faktor pendorong
• Ada kesadaran jemaat untuk memberi persembahan
• Adanya kesediaan jemaat untuk memfasilitasi kegiatan jemaat misalnya
memberikan rumah untuk ditempati dan kendaraan untuk dipakai.
• Faktor penghambat
• Tingkat penghasilan jemaat yang relatif rendah
• Jemaat lebih cenderung mendahulukan untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangganya dari pada persembahan (Perpuluhan)
• Jemaat disibukan dengan pekerjaan mencari hidup/nafkah
• Sosial
• Faktor pendorong
• Jemaat memiliki kesadran untuk hidup saling memperhatikan diantara jemaat
(kedukaan)
• Adanya toleransi dalam menghargai antar suku dalam jemaat dan digunakan oleh
gereja dalam perayaan bulan keluarga
• Ada toleransi dalam kehidupan antar Agama.
• Faktor penghambat
• Mulai ada gejala individualisme dan ini muncul karena kesibukan mencari
nafkah, sehingga terkadang ada rumah tangga yang saat ibadat hanya keluarga
dalam rumah tangga itu sendiri.
• Politik
• Faktor pendorong
• Adanya kesadaran jemaat untuk hidup sebagai warga jemaat yang memiliki
ikatan dasar negara sehingga perbedaan2 suku, ras kurang menonjol
• Faktor penghambat
• Adanya kecendrungan fanatisme terhadap aliran2 politik tertentu
• Pendidikan
• Faktor pendorong
• Adanya faktor lingkungan untuk menyekolahkan anak misalnya situasi kota yang
mengharuskan orang tua untuk menyekolahkan anak
• Faktor penghambat
• Kemampuan intelektual jemaat yg rendah
• Kemampuan ekonomi orang tua yang rendah untuk menyekolahkan anak.

Demikianlah gambaran keadaan Jemaat Pniel Oebobo sekarang ini Nampaklah kemajuan
dalam Jemaat ini dan dengan gambaran ini Jemaat ini akan terus melayani dengan
bersungguh-sungguh..
BAB III

DARI MANA JEMAAT PNIEL OEBOBO


Pra 1964

Pada Bab ini akan dibahas asal usul Jemaat Pniel Oebobo ini hingga Jemaat ini berdiri sendiri
pada tahun 1964. Pertama-tama kita akan membahas tentang keadaan Desa Oebobo,
penduduknya, matapencahariannya, pendidikannya, dan kehidupan keagamaannya. Kemudian
akan dibahas tentang permulaan adanya orang Kristen di Oebobo, di mana mereka pada mulanya
beribadah, Oebobo sebagai sebuah Pos Pelayanan Jemaat Oeba, Oebobo menjadi sebuah Jemaat
Cabang dari Jemaat Oeba dan Jemaat Oebobo menjadi jemaat yang dewasa (mandiri)..

A. Gambaran Umum tentang Desa Oebobo:


Kita tidak mengetahui lagi bilamana orang mulai berdiam di Oebobo ini. Hanya
dikatakan bahwa sudah ada penduduk yang berdiam di Oebobo ini sejak masa penjajahan
Belanda. Memang sudah sejak zaman Vereenigde Oost Compagnie (VOC=Kompeni)
pada permulaan abad ke-17 telah banyak sukubangsa Rote dan sukubangsa lainnya yang
berdiam di Kupang dan bahkan sejumlah orang Rote dipindahkan ke Kupang dan
dijadikam bumfer (pelindung) kedudukan VOC di Kupang. Mereka ditempatka di
sekeliling Kupang. Pada awal abad ke-19 ketika J.A. Hazaart menjadi residen di Timor
mengtransmigrasikan banyak suku bangsa Rote ke Timor. Sukubangsa ini mendiami
daerah sepanjang Teluk Kupang: Oeba, Pasir Panjang, Kelapa Lima, Oesapa, Babau,
Tarus, Bipolo, Barate, Sulamu, Oeteta, dsbnya. Hazaart menempatkan mereka (orang
Rote) di daerah Teluk Kupang berdasarkan nusak mereka di Rote sehingga terdapat
wilayah orang Dengka, Thie, Oenale, dsbnya. Penduduk aslinya (Orang Helong) tergeser
ke daerah pedalaman Timor.1
Penduduk asli Oebobo pastilah orang Timor. Orang Timor (Helong) ini
mengungsi ke pedalaman ketika terjadinya Perang Dunia Ke-II sehingga di sekitar
Kupang terdapat tempat yang tidak berpenduduk. Kemudian banyak sukubangsa Rote
yang berpindah dari Rote dan menempati daeah-daerah yang tidak berpenduduk itu,
termasuk di Oebobo 2
Hampir dipastikan bahwa penduduk Oebobo bukanlah hasil migrasi yang
diadakan oleh Hazaart, residen Timor itu. Sukubangsa Rote yang mendiami Oebobo
adalah orang-orang Rote yang berpindah dengan spontan saja dengan berbagai macam
alasan. Penduduk Desa Oebobo pada umumnya terdiri atas orang Rote Dengka. Bilamana
mereka mendiami Oebobo tidak diketahui lagi dengan pasti. Mereka mendiami daerah ini
mulai dari Kantor Pos (sekarang) hingga Hotel Charvita (sekarang). Pada waktu itu
belum ada jalan raya (Jln. W.J. Lalamentik sekarang). Di samping orang Rote Dengka
terdapat juga kelompok kecil orang-orang Sabu. Mereka berdiam di daerah yang terdapat
banyak pohon tuaknya. Mereka juga membeli tanah di mana ada pohon tuaknya dari
penduduk setempat. Mereka menyadap nira sebagai sumber utama bagi kehidupan
mereka di samping menjadi nelayan. Nira itu dimasak menjadi gula, sopi dan juga dibuat
minuman keras (laru). Oleh karena itu di Oebobo pada masa lalu terdapat banyak lopo
yang menjual laru dan sopi. Adanya lopo laru yang menjual sopi dan laru ini

1
. J. Fox, Harvest of the Palm, hal. 136-138.
2
. Catatan dari Bapak Jacob. M. Lopo

19
menyebabkan penduduk Oebobo suka minum mabuk. Tentang hal ini Bpk. Lot Kadja
menulis sebagai berikut: “Hasil iris tuak itu ada yang dijual, ada yang dimasak menjadi
gula, ada yang dibuat jadi laru dan sopi sehingga di sepanjang jalan berjejer pak laru
maka masyarakat Oebobo tiap hari hidup dengan mabuk sopi dan karu, judi dan lain-
lainnya. 3 Menurut catatan Pdt. Sabuna, mereka (orang Sabu) menyadap nira sambil
menyanyi dan berteriak keras-keras sehingga seringkali menganggu jemaat yang sedang
beribadah.
Di samping kedua sukubangsa yang disebutkan di atas kemudian datang
sukubangsa Timor, Alor, Helong dan sukubangsa lainnya sehingga penduduk Oebobo
menjadi sangat heterogen dan kelak menjadi anggota Jemaat Pniel Oebobo.
Matapencaharian penduduk Oebobo pada umumnya adalah bertani, nelayan dan
mengiris tuak. Semua pekerjaan ini telah biasa mereka kerjakan pada waktu mereka
berada di kampung halaman mereka di Rote dan di Sabu yang kemudian mereka
wariskan kepada anak cucu mereka.
Berapa jumlah penduduknya, kita tidak mempunyai data. Demikian juga dengan
pendidikan dan agama mereka namun kita dapat menduga bahwa mereka memiliki
pendidikan yang rendah saja dan bahkan ada yang tidak berpendidikan sama sekali.
Pendidikan yang tinggi adalah tamatan Sekolah Rakyat Tiga Tahun (Volkschool). Mereka
yang berpendidikan umumnya menjadi tokoh dan pemimpin dalam masyarakat.
Perumahan penduduk Oebobo masih sangat sederhana. Rumah mereka
beratapkan daun tuak, dindingnya terbuat dari bebak, tiang-tiangnya ditanam di dalam
tanah dan lantainya dari tanah. Demikianlah keadaan semua rumah pada masa itu.
Penerangan pada malam hari mempergunakan lampu yang terbuat dari botol dan
diisi dengan minyak tanah (ti’oek) ataupun dengan membakar biji damar. Hanya dua atau
tiga keluarga yang mempunyai lampu gas (stroomking). Lampu gas tidak dinyalakan
setiap malam. Pemilik lampu gas hanya menyalakannya jika ada acara tertentu.
Mengenai agama dan kepercayaan dikatakan bahwa penduduk Desa Oebobo pada
umumnya telah menjadi Kristen namun masih terdapat juga yang menganut Agama
Suku (Kafir). Pdt. Sabuna menyatakan bahwa orang Kristen masih sangat dipengaruhi
oleh unsur-unsur kepercayaan lama mereka.
Mengenai struktur pemerintahan desa dikatakan bahwa sejak tahun 1928 Oebobo
telah berupa sebuah desa. Pemimpin desanya disebut Temukung pada masa itu.
Temukung pertama adalah Bapak Ismael Sadukh. Sesudah beliau diganti oleh Welem
Masuresi. Kemudian pemerintah desa diganti dengan sebutan kepala desa dan Arnolus
Ndoen merupakan kepala desa Oebobo yang pertama. Bapak Arnolus diganti oleh
kemudian dianti oleh Bapak Daud Ndoloe Eoh, Selanjutnya Bapak Daud digantikan oleh
Bapak Alex Adoe, Simon Hailitik, (pensiunan Polisi), Nimrod Tallo (seorang Polisi).
Pada pemerintah Nimrod Tallo status desa diubah menjadi kelurahan. Nimrod Tallo
digantikan oleh Amos Tobo dan kemudian Markus Ndoloe Eoh. Setelah Markus, seorang
lurah tidak lagi dipilih oleh masyarakat melainkan ditempatkan oleh pemerintah. 4
Pdt. R. Sabuna memberikan informasi yang sedikit berbeda kepada kita yaitu
bahwa pada Tahun 1930-1940 yang menjadi temukung di Oebobo adalah Soleman Dea,
Hanok Adu dan Ismael Saduk. Kemudian pada tahun 1945 hingga 1960 yang berturut-
turut menjadi temukung adalah Welem Musuresi, Thobias D. Manu dan Arnolus Ndoen.

3
Lot Kadja, Awal Berdirinya Gereja/Jemaat Pniel Oebobo, tulisan tangan. 2015
4
Ibid,.

20
Tahun 1960-1971 Daud Eoh Ndolu menjadi kepala desa dengan wakilnya Morits Hotty.
Tahun 1971-1975 yang menjadi kepala desa adalah Alex Adu dan kemudiamn S.P.
Hailitik. Markus Ndolu Eoh menjadi Lurah Oebobo tahun 1975-1985 dan Anton Lesi
Angi (1985-1990).5
Kita juga tidak mengetahui lagi apa nama wilayah ini sebelum bernama Oebobo.
Mungkin saja sebelumnya wilayah ini tidak mempunyai nama. Menurut cerita yang
beredar dalam masyarakat Oebobo bahwa Oebobo terdiri atas dua kata yaitu Oe, artinya
air. Bobo berasal dari kata berbau Asal muasal nama ini dikatakan bahwa ketika orang
menggali sumur (dekat jembatan Oebobo sekarang) yang ada pohonnya mereka
mendapatkan air yang berbau. Air itu berbau disebabkan oleh akar-akar pohon tersebut.
Oleh karena itu wilayah ini disebut Oebobo.6
Demikian gambaran selintas tentang Desa Oebobo pada masa lampau di mana
Jemaat Pniel Oebobo akan berdiri.

B. Gambaran Umum tentang Orang Kristen di Oebobo

1. Dari Jemaat Koanino ke Jemaat Oeba:


Menurut cerita, di Desa Oebobo terdapat delapan keluarga Kristen saja dan
selebihnya masih menganut Agama Suku. Orang Rote menganut agama suku Rote
dan orang Sabu menganut Agama Suku Sabu. Pada masa itu mereka yang tidak
menganut agama Kristen disebut dengan nama Khalaik atau Kafir.7
Mereka yang beragama Kristen tetap menjalankan panggilan imannya yaitu
beribadah kepada Tuhan pada setiap Hari Minggu. Kelompok komunitas Kristen
yang kecil ini harus berjalan jauh, melalui jalan setapak untuk beribadah di Jemaat
Koanino. Bpk. L. Kadja mencatat bahwa pendeta yang melayani di Jemaat Koanino
pada masa itu adalah Pdt. Huandao.8
Pada 19 April 1943 pesawat-pesawat Sekutu menjatuhkan bom-bomnya atas kota
Kupang. Serangan Sekutu kepada Jepang di Kupang semakin seru dan mengerikan.
Pada Juli 1944 duapuluh satu pesawat Sekutu menjatuhkan bomnya di Kupang dan
Penfui. Banyak yang menjadi korban. Keadaan sudah tidak menjadi aman. Pada
akhurnya Jepang menyerah kepada Sekutu pada 29 April 1945. Pembesar Angkatan
Laut Jepang di Kupag menyerahkan bendera Merah Putih kepada I.H. Doko dan H.A.
Koroh.9 Oleh karena keadaan yang tidak aman dan menakutkan itu maka orang

5
R.B. Sabunam Tumbuh dari Karang dan Duri, Hal. 10. Agama Khalaik disebutkan demikian karena penganutnya
percaya kepada alam (Natural Religion). Kafir berarti orang yang tidak percaya kepada Allah orang Kristen.
6
. Informasi antara lain dari Bapak Jacob. M. Lopo
7
Sumber lain mengatakan 11 kepala keluarga
8
Pdt. Huandao, nama lengkapnya PieterHuandao. Ia dilahirkan di Termanu, Rote pada 12 Mei 1900. Ia
menamatkan pendidikan teologinya pada Stovil pada tahun 1919. Ia mulai melayani sebagai guru sekolah dan guru
jemaat pada tahun 1919 di Oekode dan kemudian berpindah dari satu tempat ke tempat laminnya di Timor. Ia
pernah bekerja di Riumata, Airnona dan Koanino. Pada waktu Jepang menduduki Kupang (1942) dan selama masa
Pendudukan Jepang , Pdt. Huandao menjadi pendeta Koanino. Sesudah masa Jepang Pdt. Huandao menjadi
pendeta di Jemaat Rehoboth, Bakunase hingga pensiun pada tahun 1968. Huandao merupakan salah seorang
tokoh Kristen yang disegani bersama-sama dengan Pdt. J.J. Arnoldus, pendeta Jemaat Kupang pada masa itu. Salah
seorng anaknya yaitu Ny. M. Huandao-Adoe merupakan anggota Jemaat Pniel Oebobo.
9
. F.D. Wellem, Sejarah Gereja Masehi Injili di Timor, Jilid 1, hal. 133.

21
Kristen Oebobo tidak dapat beribadah di Jemaat Koanino. Bpk. R.B.Nalle, seorang
guru sekolah yang berdiam di Kampung Oetete, bersama-sama dengan Bpk. Hanok
Adoe seorang pensiunan KNIL menghimpunkan orang Kristen d Oebobo untuk
beribadah pada setiap hari Mnggu di rumah Hanol Adoe. Ibadah Minggu dipimpin
oleh R.B. Nalle dan dibantu oleh dua orang lainnya yaitu Bpk. Y. Foes dan Bpk.
Tomas Ballo/ Anggota jemaat terus bertambah sehingga rumah Bpk. Hanok Adoe
tidak dapat lagi menampung jemaat yang datang beribadah. Tidak ada catatan berapa
lama mereka beribadah di rumah Bpk. Hanok Adoe. Kemudian mereka pindah
beribadah di Pak Laru, milik Bpk. Wellem Musuresik, seorang Temukung Oebobo
pada masa itu.10 Sama seperti pada waktu masih beribadah di rumah Bpk. Hanok
Adoe maka jumlah anggota jemaat terus bertambah terlebih-lebih ketika keadaan
telah aman. Pak Laru Bpk Wellem Musuresik tidak dapat menampung jemaat yang
datang beribadah. Oleh karena itu R.B. Nalle dan tokoh-tooh jemaat lainnya
mengorganisir jemaat untuk membangun sebuah rumah ibadah yang dapat menampng
semua anggota jemaat. Mereka membangun sebuah rumah ibadah darurat di atas
tanah milik Jusuf Ndoen Foes. Ketika kelompok Kristen Oebobo ini beribadah di sini
maka muncul seorang tokoh jemaat baru yaitu Bpk. Thobias Manu. Ia seorang
pegawai sipil pada AURI Penfui. Untuk pemeliharaan rumah gereja maka diangkatlah
Elias Ballo, anak Bpk. Thobias Ballo namun Elias tidak lama menjadi koster karena
ia kemudian minta berhenti. Dengan demikian Elias Ballo merupakan koster
pertama..
Kemudian kelompok kecil ini bergabung kembali dengan Jemaat Koanino agar
mereka mendapat pelayanan sakramen. Pendeta yang melayani di Koanino adalah
adalah Pdt. Rissi. 11 Nampaknya kelompok kecil Kristen ini tidak lama beribadah di
Koanino karena terjadinya kesalahpahaman antara Pdt. Rissi dengan tokoh-tokoh
Kristen Oebobo.12
Dalam perkembangannya, mereka yang beribadah di Jemaat Koanino beralih ke
Jemaat Oeba. Hal ini disebabkan oleh karena mereka kemudian merasakan letak
Jemaat Koanino lebih jauh letaknya ketimbang Jemaat Oeba selain terjadinya
kesalahpahaman yang sudah disebutkan di atas. R. Sabuna menambahkan sebab
lainnya adalah oleh karena komunitas Kristen ini kurang mendapat pelayanan yang
cukup memadai dari Jemaat Koanino.13
Di samping alasan di atas harus disebutkan pula tentang adanya penataan
pelayanan di Klasis Kupang. Ketika Jemaat-Jemaat Gereja Protestan di Timor
membentuk sinodenya pada 31 Oktober 1947 dengan nama Gereja Masehi Injili di
Timor (GMIT) maka jemaat-jemaat di Kupang dan Amarasi menjadi sebuah klasis
dengan nama Klasis Kupang. Adapun ketua Klasisnya yang pertama yaitu Pdt. J.J.
Arnoldus, pendeta Jemaat Kupang pada masa itu. Ketua Klasis Kupang segera
10
Pak Laru dan rumah Bpk. Wellem Musuresik terletak di pinggir jalan, dekat Jemabatan Oebobo yan dibuat pada
jaman Belanda. Di ujung jembatan itu terdapat sebuah sumur alam yang airnya tidak pernah kering. Pada musim
hujan airnya meluap.. Penduduk di sekitar ini datang mencuci, mandi
11
. Nama lengkapnya ialah Christian Bernadus Rissi. Ia dilahirkan pada 27 Januari 1909 di Ringgow, Rote. Ia pernah
melayani di Jemaat Oesao, Alor, Camplong, Noetaus, Oebelo, Semau, Amfoang, Oenesu, Babau, Koanino (1954-
1969) dan di Talita Kumi, Pasir Panjang (1970-1980). Ia diemerituskan pada tahun 1980. F.D. Wellem, Mengenag
Leluhur Kami, Hal. 191.
12
L. Kadja
13
. Ibid., hal. 12.

22
mengadakan penataan jemaat-jemaat di Kupang. Dari penataan tersebut maka
keluarga Kristen yang berdomisili di Oebobo menjadi anggota Jemaat Oeba.
Pertimbangannya adalah wilayah Oebobo merupakan wilayah yang terdekat dengan
Oeba sehingga pelayanan jemaat mudah dilaksanakan bagi keluarga Kristen dalam
wilayah ini. Oleh karena itu orang Kristen di Oebobo menjadi anggota Jemaat Oeba
dan mereka beribadah di sana. Pdt. R.B. Sabuna mengatakan bahwa ke-11 kepala
keluarga itu adalah “modal dasar berdirinya Jemaat Pniel Oebobo”.14
Jemaat Oeba mengangkat dua orang penatua untuk mengkoordinir dan
melaksanakan pelayanan di Oebobo. Kedua orang itu adalah Ruben B. Nalle dan
Zakarias Taku Bessi. Dengan demikian wilayah Oebob menjadi wilayah pelayanan
Jemaat Oeba.
Pdt. Sabuna memberi penilaian terhadap iman orang Kristen di Oebobo pada
masa itu sebagai berikut:

“Iman marga masih dangkal. Pemahaman tentang firman, doa dan pujian tidak
berakar sehingga selalu dicampur-adukan dengan pandangan dan kebiasaan tradisi
dengan adat yang dipahami dari nenek moyang dan pandagnan animisme.
Beberapa contoh seperti pesta-pesta memperingati hari kematian hari ke-3, 7, 9,
40 100 dan 7 tahun. Hari-hari itu dperingati dan dimeriahkan dengan pesta,
kabalai, dan pukul gong, siram rampe di makam dari keluarga yang sudah
meninggal.”15

2. Oebobo sebagai Pos Pelayanan Jemaat Oeba:


Orang Kristen di Oebobo ingin mengadakan ibadah sendiri dalam wilayahnya
karena mereka harus berjalan kaki yang cukup jauh untuk mencapai Jemaat Oeba.
Terlebih lagi mereka harus mendaki bukit yang cukup tinggi ketika hendak kembali
ke Oebobo. Makin banyaknya orang tua telah turut mendorong untuk mengadakan
ibadah sendiri di Oebobo. Keinginan ini mendapat dukungan juga dari Temukung
Desa Oebobo. Untuk maksud tersebut maka tokoh jemaat dari wilayah ini seperti
R.B. Nalle dan Zakarias Taku Bessi mengadakan pendekatan dengan Pdt. Jan
Marthinus Karels, pendeta Jemaat Oeba pada waktu itu.16 Permintaan tokoh Jemaat di
wilayah Oebobo dipenuhi namun tidak seluruhnya. Anggota Jemaat di wilayah ini
hanya diijinkan untuk mengadakan ibadah sendiri di wilayah Oebobo pada minggu
ke-4 sedangkan minggu-minggu lainnya (Minggu 1 s/d 3) tetap beribadah di Jemaat
Oeba. Pelayanan Sakramen (Baptisan dan Perjamuan Kudus), Pemberkatan Nikah,
Sidi tetap dilaksanakan di Jemaat Oeba.
Ibadah Minggu dilaksanakan di rumah Sekolah Rakyat Negeri Oebobo. Gedung
sekolah ini berukuran 6 x 14 meter, atapnya terbuat dari daun lontar dan berdinding
bebak. Ibadah dipimpin oleh pendeta dari Oeba dan kadang-kadang oleh Ruben B.

14
. Ibid., hal. 13
15
Sabuna, Tumbuh dari Karang dan Duri, hal. 17
16
Pdt. Jan Marthinus Kareks dilahirkan di Rote pada 12 Agustus 1886. Ia melayani dalam banyak jemaat di Timor
dan dipensiunkan pada tahun 1939. Ia tinggal di Oeba dan ia tetap melayani di Jemaat Oeba hingga meninggalnya
pada 28 Maret 1956 sekalipun sudah pensiun, F.D. Wellem, Mengenang Leluhur Kami, Hal. 56-57.

23
Nalle, Ismael Saduk dan Thobias Danial Manu. Menurut Sabuna, Ibadah
dilaksanakan di tempat ini hingga tahun 1970. 17

3. Oebobo sebagai Cabang Jemaat Oeba: 1954-1964


Oebobo menjadi tempat yang menarik untuk didiami sehingga banyak orang
berdiam di wilayah ini. Pertambahan penduduk Desa Oebobo mempunyai dampak
pertambahan keluarga Kristen di wilayah ini. Oleh karena dengan bertambahnya
jumlah anggota jemaat dalam wilayah Oebobo maka status Oebobo dari Pos
Pelayanan ditingkatkan menjadi sebuah Jemaat Cabang. Pdt. B. Merukh, pendeta
Jemaat Oeba menetapkan Pos Pelayanan Oebobo menjadi Jemaat Cabang dari Jemaat
Oeba pada tahun 1954.
Keputusan Ketua Majelis Jemaat Oeba tersebut disambut dengan rasa optimis
oleh sebagian anggota Jemaat Oebobo namun ada pula sebagian yang menyambutnya
dengan pessimis. Mereka yang optimis bergembira karena mereka dapat
mengembangkan Jemaat Cabang untuk menjadi jemaat yang mandiri. Kemudian
Majelis Jemaat Oeba menambahkan jumlah majelis jemaat yang melayani di Oeba.
Mereka itu adalah Penatua Zakarias Taku Bessi, Penatua Saul Pah, Penatua Daud
Robo, Diaken Markus Loak sehingga majelis jemaat di Jemaat Cabang Oebobo
berjumlah lima orang. Mereka bekerja keras membina Jemaat Cabang ini dengan
baik. Mereka yang pessimis mengatakan bahwa mustahil Jemaat Oebobo yang kecil
dan miskin ini dapat menjadi Jemaat yang berdiri sendiri. Sekalipun demikian
langkah menuju kepada kemandirian terus diusahakan dengan bersandar kepada
Tuhan.
Pada waktu Oebobo telah dijadikan jemaat Cabang, Majelis Sinode GMIT belum
menempatkan seorang pendeta yang definitif. Hal ini disebabkan oleh karena Jemaat
Cabang Oebobo belum memenuhi syarat untuk memperoleh seorang pendeta. Mereka
belum mempunyai gedung ibadah sendiri dan belum mampu untuk membiayai
seorang pendeta. Oleh karena itu Oebobo masih merupakan Jemat Cabang dari
Jemaat Oeba. Jemaat Oeba berkewajiban untuk membina Jemaat Cabang ini sehingga
memenuhi syarat untuk menjadi sebuah jemaat yang mandiri. Itulah sebabnya maka
hanya ibadah Minggu dilaksanakan di Oebobo sedangkan pelayanan sakramen baik
sakramen Baptisan dan Sakramen Perjamuan Kudus, Pemberkatan Nikah, Peneguhan
Sidi masih dilaksanakan di Jemaat Oeba.
Jemaat Cabang Oebobo masih mempergunakan Gedung Sekolah Dasar Negeri
Oebobo seperti sudah disebutkan di atas. Sebagai Penanggungjawab ditunjuk Bpk.
Ruben R. Nalle dan dibantu oleh beberapa Majelis Jemaat dari wilayah Oebobo yang
sudah disebutkan di atas. Kelompok jemaat kecil ini beruntung mendapat pelayanan
dari seorang pendeta. Pada tahun 1957 datang seorang pendeta yang bernama Pdt.
Abraham Manu dan berdiam di Oebobo. Ia melayani kelompok jemaat ini hingga
ditempatkannya Pdt. R.B. Sabuna pada tahun 1963 tanpa penempatan resmi oleh
GMIT dan tanpa memperoleh gaji. Pdt. Manu dibantu oleh istrinya yang bernama
Ruth Manu-Napu. Pdt. Abraham Manu datang dari Lelogama, Amfoang dan berdiam
di Oebobo. Ny. Maria Manu-Napu, istri Pdt. Abraham Manu turut membantu
pelayanan di kalangan ibu-ibu jemaat. Pdt. R.B. Sabuna menyebutkan jumlah Majelis

17
Sabuna, Memori, hal. 6

24
Jemaat di Jemaat Cabang Oebobo pada tahun 1963 terdiri atas tujuh orang dan Ruben
B. Nalle bertindak sebagai Penanggungjawab dan merangkap sebagai Bendahara.

Tabel 9
SUSUNAN MAJE;IS JEMAAT PNIEL OEBOBO
PERIODE PELAYANAN : 1963

No N a m a Jabatan Pelayanan Jabatan Organisasi


1 Ruben R. Nalle Penatua Penanggungjawab dan Bendahara
2 Abraham Manu Penatua Pembantu Penanggungjawab
3 L. Djenmakani Penatua Sekretaris Majelis
4 Daud Robo Penatua Anggota
5 Markus Loak Penatua Anggota
6 A.Piring Penaua Anggota
7 Naomi Loak Diaken Anggota
Catatan: Mereka adalah Anggota Majelis Jemaat Oeba di Wilayah Oebobo
Sumber: Memori R.B. Sabuna,

Majelis Sinode menempatkan seorang pendeta pada 1 November 1963. Pendeta


itu adalah Pdt. Ruth B. Sabuna. Tugas pendeta ini adalah mempersiapkan Jemaat
Cabang Oebobo untuk menjadi jemaat yang mandiri lepas dari jemaat induknya.
Namun tak lama kemudian Majelis Sinode GMIT akan memindahkan Pdt. Sabuna ke
Jemaat Nunhila karena alasan yang tidak jelas. Majelis Jemaat tidak rela melepaskan
pendetanya sehingga Ruben B. Nalle, Abraham Ndolu, Andereas Luinenak dan
Pilipus Lazarus Eoh meminta kepada Pdt. B. Merukh agar Pdt. Sabuna tetap melayani
di Jemaat Cabang Oebobo. Rupanya permintaan tersebut dikabulkan sehingga Pdt.
Sabuna terus melayani di Oebobo.18
Pdt. Ruth B. Sabuna bekerja keras dalam mempersiapkan Jemaat Cabang ini
sehingga dapat dimandirikan pada 14 April 1964.
Mengenang masa pelayanan menuju kepada kemandirian Jemaat Oebobo, yang
sukar sulit itu Pdt. R.B. Sabuna menulis:
“Tentu saja di antara mereka banyak yang telah kembali ke rumah Bapa di surga namun
demikian jejak kaki mereka masih berbekas di Jemaat Pniel Oebobo. Pada saat itu
mereka menjelajahi kampung-kampung Desa Oebobo dengan kaki tanpa kasut tetapi
mau berjalan naik dan turun di cela-cela batu tajam dan di cela pohon-pohon kom
berduri, di musim hujan, banjir, di jalan lumpur becek mengerikan . Tetapi Tuhan telah
membuat semuanya baru sehingga kondisi baru terus disukai dan dinikmati banyak
orang. Oleh sebab itu segenap warga Jemaat Pniel Oebobo patut terus menerus
memuliakan Tuhan dan segala perbuatan tangan-Nya yang agung karena Tuhan
mengasihi Milik-Nya. Tuhanlah yang memulai dan Ia juga memimpin sejarah
pelayanan-Nya di masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang ”19.

4. Jemaat Cabang Oebobo Menuju Jemaat yang mandiri: 1964

18
Hawu Haba, Tapak Injil, hal. 21.
19
Sabuna, Tumbuh dari Karang, hal. 15

25
Anggota Jemaat Cabang Oebobo meminta kepada Ketua Majelis Jemaat Oeba, Pdt. B.
Merukh agar jemaat ini dijadikan sebagai jemaat yang mandiri karena mereka telah
mempunyai pendeta sendiri yaitu Pdt. R.B. Sabna. Permintaan tersebut tidak dipenuhi
oleh Pdt. Merukh. Menurut Pdt. Merukh masih banyak hal yang harus dipersiapkan
untuk menuju kepada sebuah jemaat yang mandiri. Hal-hal itu adalah sebagai berikut:
a. Harus ada gedung ibadah sendiri
b. Pastori untuk pendeta harus dibangun
c. Kantor Gereja harus dibangun untuk menata pelayanan dan administrasi jemaat
d. Harus dibangun konsistori untuk majelis jemaat melakukan kegiatan persiapan
kebaktian.
e. Harus ada dana yang cukup untuk membayar jaminan hidu pendeta definitive.
f. Kondisi lingkungan Desa Oebobo masih hutan dan gelap serta tidak pas bagi
pendeta wanita.
g. Jumlah jemaat masih sedikit dan belum memenuhi syarat untuk menjadi jemaat
mandiri sesuai dengan peraturan GMIT
h. Belum ada sarana transportasi untuk mengunjungi jemaat di kampong-kampung’
i. Belum ada sumber daya manusia yang dapat membantu pelayanan pendeta
j. Belum memiliki buku-buku register untuk kebutuhan administrasi jemaat yaitu
Daftar Jiwa Jemaat, Daftar Baptisan, Daftar Anggota Sidi, Perjamua, Daftar
Nikah, buku-buku ekspedisi, agenda, serta Daftar untuk Pelayanan Majelis Jemaat
dan sebagainya.20
Pdt. Merukh meminta agar bersabar, jangan tergesa-gesa untuk mandiri. Rupanya
anggota jemaar, Majelsi Jemaat dan tokoh-tokoh Jemaat tidak dapat bersabar lagi.
Mereka menuntut agar Jemaat Cabang Oebobo segera didewasakan. Hal-hal yang harus
dipenuhi dapat diusahakan apabila jemaat telah mandiri. Jemaat Cabang Oebobo harus
berdiri sendiri. Itulah tekad mereka. Sebab itu jemaat mengutus dua orang Majelis Jemaat
dan dua orang pemuda Jemaat menghadap Ketua Klasis Kupang, Pdt. T.T. Ngefak dan
Ketua Majelis Sinode GMIT, Pdt. L. Radjahaba. Mereka meminta agar Jemaat Cabang
Oebobo didewasakan. Nampaknya, keinginan jemaat itu dipenuhi dan persiapan kea rah
jemaat mandiri harus dipersiapkan dengan baik.
Sementara jemaat sedang berusaha untuk berdiri sendiri, Majelis Sinode GMIT
menarik kembali surat keputusan Majelis Sinode tanggal 1 November 1963 yang
menempatkan Pdt. Sabuna di Jemaat Cabang Oebobo. Pdt. Sabuna dimutasikan ke
Jemaat Bait’el, Nunhila. Jemaat memprotes perpindahan ini dan Majelis Sinode
membatalkan perpindah tersebut sehingga Sabuna tetap menjadi pendeta di Oebobo.
Sekalipun Pdt. Sabuna telah ditempatkan pada 1 November 1963, Pdt. Sabuna
belum diangkat menjadi Ketua Majelis Jemaat. Penatua R.B. Nalle tetap memegang
tanggungjawab atas pelayanan di Jemaat Cabang Oebobo. Mengapa Pdt. Sabuna tidak
diangkat menjadi Penanggungjawab atau Ketua Majelis menggantikan R.B. Nalle?
Apakah seorang pendeta tidak bisa menjadi Penanggungjawab? Apakah seorang pendeta
hanya bisa menjadi Ketua Majelis Jemaat pada sebuah jemaat yang sudah berdiri sendiri?
Kita harus memeriksa Peraturan Jemaat yang berlaku pada masa itu. Sekalipun Sabuna
tidak menjadi Ketua Majelis Jemaat ataupun Penanggungjawab Pdt. R. Sabuna tetap
bekerja dengan rajin dan setia dalam pelayanan dalam jemaat ini karena bukan jabatan
yang dicarinya melainkan pelayanan kepada Tuhan melalui jemaat Tuhan.
20
Ibid., hal. 19

26
Penatua Ruben B. Nalle mempersiapkan dengan baik acara pemandirian Jemaajt Cabang
Oebobo. Acara pemandirian Jemaat Cabang Oebobo ditetapkan oleh Ketua Klasis
Kupang, Pdt. T.T. Ngefak yang akan diselenggarakan pada 16 April 1964. Kebaktian
pelepasan dan pemandirian Jemaat Cabang Oebobo dipimpin oleh Ketua Klasis Kupang,
Pdt. T.T. Ngefak. Kebaktian diadakan di Gedung Sekolah Rakyat Negeri Oebobo pada
pukul 09.30. Pdt. B. Merukh tidak hadir oleh karena beliau sedang memimpin kebaktian
di Jemaat Oeba.
Dengan demikian maka lahirlah sebuah jemaat baru yang mandiri dalam
lingkungan GMIT, Klasis Kupang. Jemaat ini mempunyai majelis jemaat sendiri yang
terdiri atas 11 orang. Pdt. R.B. Sabuna berkedudukan sebagai Ketua Majelis Jemaat,
Ruben B. Nalle sebagai Wakil Ketua dan merangkap sebagai Bendahara. Bpk. L.S.
Abolla sebagai Sekretaris 1 dan Bpk. N. Molena sebagai Sekretaris 2 dan dilengkapi
dengan tujuh orang anggota. Periode pelayanan Majelis Jemaat ini hanya dua tahun saja
(1964-1966).

Tabel 10
SUSUNAN MAJELIS JEMAAT PNIEL OEBOBO
PERIODE PELAYANAN : 1964 -1966

No N a m a Jabatan Pelayanan Jabatan Organisasi


1 R.B. Sabuna Pendeta Ketua Majelis Jemaat
2 R.B. Nalle Penatua Wakil Ketua dan Bendahara
3 L.S. Abolla Penatua Sekretaris 1
4 N. Molena Diaken Sekretaris 2
5 Z. Taku Bessi Penatua Anggota
6 M. Loak Penatua Anggota
7 D. Roboh Penatua Anggota
8 Naomi Loak Diaken Anggota
9 L. Pirimg Penatua Anggota
10 L. Djenmakani Penatua Anggota
11 P. Pahnael Penatua Anggota

Sumber: R. B. Sabuna, Tumbuh dari Karang dan Duri hal. 36.

27
BAB IV

JEMAAT PNIEL YANG MANDIRI DAN MELAYANI


1964-2015

Periode ini merupakan periode yang cukup panjang yaitu berlangsung selama 51 tahun
lamanya atau lebih dari setengah abad. Periode yang panjang ini, Penulis membaginya
dalam dua periode. Periode yang pertama dimulai dengan masa berdirinya Jemaat Pniel
Oebono dan diakhiri dengan masa emeritusnya Pdt. R.B. Sabuna (1964-1999). Pada
tahun 1987 Majelis Sinode GMIT menempatkan Pdt. Mathelda J. Nalle-Karels pada
jemaat ini dan memutasikannya pada tahun 1998 setahun sebelum dipensiunkannya dt.
R.B. Sabuna. Pada tahun 1996 Majelis Sinode menempatkan dua pendeta sekaligus yaitu
Pdt. Jacob. J. Ingutali, Sm.Th dan Pdt. A.A.F. Nitti-Loe, M.Th. Dengan demikian di
Jemaat Pniel Oebobo pada tahun 1987-1996 terdapat dua orang pendeta yaitu Pdt. Dra.
R.B. Sabuna dan Pdt. Th.P.S. Beeh-Hiskia, Sm.Th dan pada tahun 1996-1998 terdapat
empat orang pendeta yaitu Pdt. Dra. R.B. Sabuna, Pdt. Th.P.S. Beeh-Hiskoia, Sm.Th,
Pdt. Jacob J. Ingutali, Sm.Th dan Pdt. A.A.F. Nitti-Loe, M.Th. Tahun 1998 Pdt. Karels
dimutasikan sehingga tinggalah Pdt. Sabuna, Inguali dan Loe melayani di PNiel Oebobo
dan tahun 1999 Pdt. Sabuna dipensiunka dan Pdt. Ingutali dimutasikan ke jemaat lain
sehingga tinggallah Pdt. Loe seorang diri melayani jemaat ini. Pada tahun 2000 Majelis
Sinode GMIT menempatkan Pdt. Achim Lulan, S.Th di jemaat ini.
Dari uraian di atas nampaklah bahwa Pdt. R.B. Sabuna memainkan peranan yang
sangat penting dalam pelayanan dalam Jemaat Pniel Oebobo. Ia menjadi pendeta jemaat
dan Ketua Majelis Jemaat selama 35 tahun. Dengan latar belakang di atas maka Penulis
memberi judul untuk periode ini adalah Masa Peletakkan Dasar yang Kokoh.
Periode Kedua adalah dimulai dengan masa emeritusnya Pdt. R.B. Sabuna (1999)
hingga dengan masa sekarang ini (2015). Penulis memberi judul pada periode ini adalah
Maju Terus Melayani Bersama Yesus Kristus (1999-2015)

A. MASA PELETAKKA DASAR YANG KOKOH : 1964-1999

Di bawah ini diuraikan tentang tumbuh dan berkembangnya Jemaat Pniel Oebobo
sejak tahun 1964 hingga tahun 1999. Periode ini merupakan periode yangcukup panjang
aitu selama 35 tahun. Selama masa ini terdapat tiga orang pendeta yang melayani dalam
jemaat ini yaitu Pdt. Dra. Ruth B. Sabuna (1964-1999), Pdt. Mathelda J. Nalle-Karels,
Sm. Th (197-1998) dan Pdt. Jacob J. Ingutali, Sm. Th (1996-1999) Masa ini dapat
dipandang sebagai masa peletakkan dasar yang kokoh bagi perjalanan pelayanan Jemaat
Pniel Oeobo selanjutnya. Tahun 1999 merupakan tahun yang penting dalam sejarah
Jemaat Pniel Oebobo oleh arena pada tahu tersebut dua orang pendeta eninggalkan
Jemaat Pniel yaitu Pdt. Dra. Ruth B. Sabuna memauki masa emeritusnya dan Pdt.
Mathelda J. Nalle-Karels dimutasikan ke jemaat lain sedangkan Pdt. Jaco J. Ingutali telah
dimutasikan setahun sebelumnya yaitu tahun 1998. Pada tahun 1999 Sinode GMIT
menempatkan seorang pendeta baru yaitu Pdt. A.A.F. Nitti-LoE, M.Th.
Tongkatkepemimpinan atas jemaat dialhkan kepada pendeta yang baru ini.

28
Di bawah ini kita akan membahas pokok-pokok pelayanan dalam Jemaat Pniel yang
mandiri sebagai berikut:

1. Organisasi Jemaat
Pada Bab II telah disebutkan bahwa pada 16 April 1964 Jemaat Cabang Oebobo
diresmikan menjadi jemaat yang mandiri namun penyerahan kepemimpinan atas
jemaat Jemaat baru ini berjalan agak lambat. .Penatua R.B. Nalle baru mengadakan
rapat lengkap Majelis Jemaat enam bulan kemudian yaitu pada 20 September 1964.
Pada rapat ini diputuskan nama Jemaat yang baru ini adalah Pniel. Di samping itu
dibentuklah sebuah Majelis Jemaat yang baru dengan periode pelayanan 1964-1966
yang beranggotakan 11 orang. Pdt. R.B. Sabuna berkedudukan sebagai Ketua Majelis
Jemaat, Ruben B. Nalle sebagai Wakil Ketua dan merangkap sebagai Bendahara.
Bpk. L.S. Abolla sebagai Sekretaris 1 dan Bpk. N. Molena sebagai Sekretaris 2 dan
dilengkapi dengan tujuh orang anggota.

Tabel 11

SUSUNAN MAJELIS JEMAAT PNIEL OEBOBO


PERIODE PELAYANAN : 1964 -1966

No N a m a Jabatan Pelayanan Jabatan Organisasi


1 R.B. Sabuna Pendeta Ketua Majelis Jemaat
2 R.B. Nalle Penatua Wakil Ketua dan Bendahara
3 L.S. Abolla Penatua Sekretaris 1
4 N. Molena Diaken Sekretaris 2
5 Z. Taku Bessi Penatua Anggota
6 M. Loak Penatua Anggota
7 D. Roboh Penatua Anggota
8 Naomi Loak Diaken Anggota
9 L. Pirimg Penatua Anggota
10 L. Djenmakani Penatua Anggota
11 P. Pahnael Penatua Anggota

Sumber: R. B. Sabuna, Tumbuh dari Karang dan Duri hal. 36.

Periode pelayanan Majelis Jemaat ini hanya dua tahun saja (1964-1966). Dengan
demikian maka sekarang pimpinan Majelis Jemaat dialihkan dari Penatua R.B. Nalle
kepada Pdt. R.B. Sabuna sekalipun Sabuna sudah ditempatkan pada Jemaat ini pada
tahun 1963. Terdapat sikap yang menarik dari Pdt. R.B. Sabuna yaitu ia tidak menuntut
agar ia menjadi ketua majelis jemaat. Ia menyadari bahwa ia ditempatkan pada jemaat ini
bukan untuk menjadi seorang pejabat tetapi seorang pelayan.
Sesudah periode pelayanan majelis jemaat 1964-1966 berakhir maka dibentuklah
sebuah majelis jemaat yang baru Periode Pelayanan 1966-1969. Periode pelayanan
berubah menjadi tiga tahun. Susunan majelis jemaat yang baru diadakan perubahan guna
mendukung pelayanan dalam jemaat. Majelis Jemaat menjadi 13 orang. Pdt. R.B. Sabuna

29
berkedudukan sebagai Ketua Majelis Jemaat, Bpk. Zakarias Taku Bessie sebgai Wakil
Ketua, Bpk.R.S. Abola sebagai Sekretaris dan Bpk. R.B. Nalle sebagai Bendahara.
Majelis ini dilengkapi dengan Sembilan orang anggota. Di samping itu diatur pula bahwa
setiap Resort Pelayanan Jemaat (RPJ) diangkat seorang penatua sebagai
penanggungjawab dan seorang Pembantu Majelis Jemaat dan dua orang Koster. Pada
masa ini wilayah pelayanan Jemaat Pniel Oebobo terdiri atas 10 resort wilayah
pelayanan.

Tabel 12

Susunan Majelis Jemaat masa bakti 1966-1969 sebagai berikut;

No Nama Jabatan Pelayanan Jabatan Organisasi


1 R. B. Sabuna Pendeta Ketua Majelis Jemaat
2 Zakarias Taku Bessi Penatua Wakil Ketua Majelis Jemaat
3 R.S. Abola Penaua Sekretaris Majelis Jemaat
4 R.B. Nalle Penatua Bendahara Majelis Jemaat
5 Pahnael Penatua Anggota
6 M. Manu-Napu Penatua Anggota
7 Saul Pah Penatua Anggota
8 L. Piring Penatua Anggota
9 Ruben Hotty Penatua Anggota
10 S. Sulabessy Penatua Anggota
11 Daud Robo Penatua Anggota
12 Markus Loak Diakn Anggota
13 Amos Manisa Diaken Anggota

Pembantu Majelis Jemaat: Naomi Loak-Foes

Tabel 13
Susunan Ketua/Penanggungjawab Resort Pelayanan Jemaat (RPJ):

No Nama Jab. Pelayanan Jabatan Organisasi


1 Saul Pah Penatua Ketua RPJ. Tuafui
2 Ruben Hotty Penatua Ketua RPJ Atas 1
3 Z. Taku Bessy Penatua Ketua RPJ Kampung Sabu 1
4 Daud Robo Penatua Ketua RPJ Kampung Sabu 2
5 Maria Manu-Napu Penatua Ketua RPJ Kampung Tengah 1
6 L. Piring Penatua Ketua RPJ Kampung Tengah 2 dan
Kampung Bawah 2
7 P. Pahnael Penatua Ketua RPJ. Kampung Timor 1
8 S. Sulabessy Penatua Ketua RPJ Kampung Timor 2
9 L.S. Abola Penatua Ketua RPJ. Kampung Bawah 2
10 Markus Loak Diaken\\\\\ Ketua RPJ Atas 2

30
Koster:
Laasar Bulu
Nehemia Nenotek

Jumlah anggota majelis jemaat pada setiap periode pelayanan terus bertambah
yang sejajar dengan luasnya wilayah pelayanan dan pertambahan anggota jemaat. Pada
Periode Pelayanan Tahun 1969-1971 jumlah anggota majelis jemaat menjadi 15 orang
yang terdiri atas seorang pendeta, 11 penatua dan 3 diaken

Tabel 14

Susunan Majelis Jemaat Pniel Oebobo


Periode Pelayanan 1969-1971

1..R. B. Sabuna Pendeta


2 M Haning-Foeh Penatua
3 E. Nawa sda
4 J. Maukari sda
5 P.J. Malelak, BA sda
6 S.J. Sijoen sda
7 M. Koa sda
8 Abr Adu sda
9 D. Robo sda
10 Z. Taku Bessi sda
11 R. Hotty sda
12 M. Ndapamerang sda
13 M. Loak Diaken
14 M. Tafetin sda
15 E. Son sda

Pada Periode Pelayanan. 1971-1974 majelis jemaat menjadi 30 orang yang


terdiri atas seorang pendeta (Pdt. R.B. Sabuna), 23 orang penatua. enam orag diaken.
Adapun susunan selenkapnya adalah sebagai berikut
:

31
Tabel 15

Susunan Majelis Jemaat Pniel Oebbo


Periode Pelayanan 1971 - 1974

No N a m a Jabatan

1 R.B. Sabuna Pendeta


2 M Haning-Foeh Penatua
3 E. Nawa sda
4 J. Maukari sda
5 P.J. Malelak, BA sda
6 S.J. Sijoen sda
7 M. Koa sda
8 Abr Adu sda
9 D. Robo sda
10 Z. Taku Bessi sda
11 R. Hotty sda
12 M. Ndapamerang sda
13 J.B. Malle sda
14 Soleman Sdoe sda
15 C. Lakumeha sda
16 Don Meno sda
17 J. Leto, BA Diaken
18 Saul Adoe sda
19 L. Awang sda
20 S. Pah sda
21 A. Bana Lao sda
22 P. PaknaEl Penatua
23 M.L. Adoe, BA sda
24 E. Aome sda
25 F. Rangga Diaken
26 P. Kafalamau sda
27 J. Waki sda
28 M. Loak sda
29 M. Tafetin sda
30 E. Son sda

Pada Periode Pelayanan 1974-1976 majelis jemaat terdiri atas 29 orang. Mereka
itu adalah sebagai berikut:

32
Tabel 16

Susunan Majelis Jemaat Pniel Oebobo


Periode Pelayanan 1974-1976

No N a m a
1 R.B. Sabuna
2 Drs. M.L. Adoe
3 Chr Ndoen
4 J. Tadudjaka
5 R.J. Bukang
6 ABr Adoe
7 M. Ndolu Eoh
8 S.J. Syoen
9 M. Haning-Foeh
10 Ibrahim Amabi
11 Chr. Boimau
12 L. Manafe
13 E. Aome
14 Soleman Adoe
15 Drs. S.P. Mella
16 P.A. Manafe
17 S. Tafetin
18 D. Tangwal
19 Lot Kadja
20 N. L. Molana
21 Jac Letto, BA
22 E. San
23 F. Batlaka
24 P. Palnael, BA
25 Z. Taku Besi
26 M. Maitang
27 E. Nawa
28 J.B. Nalle
29 P.J. Malelak, BA

Kita tidak menemukan data tentag majelis jemaat Periode Pelayanan 1976-1978.
Kita baru menemukan lagi susunan majelis jemaat periode pelayanan 1979-1983/ Pada
periode ini jumlah anggota majelis jemaat bertambah menjadi 72 orang yang terdiri atas
seorang pendeta, penatua 38 orang, diaken 13 orang dan Pembantu Majelis Jemaat 20
orang. Adapun susunan selengkapnya Lihat Lampiran 3.
Kita tidak menemukan data tentang majelis jemaat Periode Pelayanan 1984-1988
Kita baru menemukan susunan majelis jemaat periode pelayanan 1989-1991 yang

33
berjumlah 87 orang. Dalam jemaat terdapat 10 komisi dan satu kelompok.. Adapun
komisi-komisi itu adalah Komisi Perlengkapan Jemaat, Kesaksian dan Keesaan, Pastoral,
Diakonia, Wanita, Pemuda/Penyanyi, Kebaktian Anak dan Kebaktian Remaja,
Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan, KUHA dan Kelompok Sekretariat.
Masing-masing dipimpinin oleh seorang Ketua Komisi dan beranggotakan sekitar enam
hingga tujuh orang. Adapun susunan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4
Majelis Jemaat Periode Pelayanan 1991-1995 berjumlah 126 orang yang terdiri
atas dua orang pendeta, 90 orang penatua dan 35 diaken. Susunan Majelis Jemaat
seluruhnya dapat dilihat pada Lampiran 5 sedangkan susunan Majelis Jemaat Hariannya
adalah sebagai berikut:
Tabel 17

SUSUNAN MAJELIS JEMAAT HARIAN PNIEL OEBOBO


PERIODE PELAYANAN : 1991-1995

No N a m a Jab. Pelayanan Jabatan Organisasi


1. R. Sabuna Pendeta Ketua Majelis Jemaat
2 M.J. Nalle-Karels Pendeta Wakil Ketua
3 Drs. S.L. Lasiko Penatua Sekretaris
4 M. Sir Penatua Wakil Sekretaris
5 E. Tafetin Penatua Bendahara
6 Drs. S. Saetban Penatua Wakil Bendahara
7 Ir. M. Littik, M.S. Penatua Anggota
8 Drs. Z. Takubessi Penatua Anggota
9 Drs. M.L. Adoe Penatua Anggota
10 Drs. J. Bessy Penatua Anggoa
11 A.Adoe, BSc Penatua Anggota
12 Drs. M. Ndolu Eoh Penatua Anggota

Sumber: Hasil Keputusan Sidang Lengkap Majelis Jemaat Tahun 1992, hal. 7

Jumlah anggota Majelis Jemaat pada peiode pelayanan 1995-1999 berjumlah …. orang.
Susunan selengkapnya majelis jemaat dapat dilihat pada Lampiran 6 sedangkan susunan
Majelis Jemaat Hariannya adalah sebagai berikut

34
Tabel 18

SUSUNAN MAJELIS JEMAAT HARIAN PNIEL OEBOBO


PERIODE PELAYANAN : 1995 - 1999

No N a m a Jabatan Pelayanan Jabatan Organisasi


1. R. Sabuna Pendeta Ketua Majelis Jemaat
2 M.J. Nalle-Karels Pendeta Wakil Ketua 1
3 J.J. Ingutali Pendeta Wakil Ketua 2
4 M. Sine Penatua Sekretaris 1
5 E. Nawa Penatua Sekretaris 2
6 E. Tafetin Penatua Bendahara 1
7 S. Saitbana Penatua Bendahara 2
8 Ir. M, Littik, MS Penatua Anggota/Komisi Koinonia
9 Drs. Z. Takubessi Penatua Anggota/Komisi Marturia
10 Drs. S.L. Lasiko Penatua Anggota/Komisi Diakonia
11 Drs. M.L. Adoe Penatua Anggota/Liturgi

Sumber: R.B. Sabuna, Tumbuh dari Karang dan Duri, hal. 36-37

2. Anggota Jemaat dan wilayah Pelayanan


Kita tidak mempunyai catatan berapa banyak anggota jemaat di Oebobo ketika
mereka beribadah di Jemaat Koanino. Demikian juga ketika Oebobo menjadi Pos
Pelayanan Jemaat Oeba. Kita mempunyai catatan tentang jumlah jemaat ketika
Oebobo menjadi Jemaat Cabang, Jemaat Oeba. Pdt. R.B. Sabuna mengatakan bahwa
pada tahun 1954-1963 anggota jemaat hanya berjumlah 11 KK namun pada 1
November 1963 jumlah anggota jemaat terdiri atas 67 KK dengan jumlah anggota
baptisan 201 orang. Jumlah anggota jemaat terus bertambah. Menurut catatan Pdt.
Th.P.S. Beeh-Hiskia bahwa pada April 1964 anggota jemaat telah menjadi 92 KK
dengan jumlah anggota baptisan 261 orang. Jumlah anggota sidi berjumlah 65 orang
dan 32 pasang nikah Kristen. Pertumbuhan anggota jemaat seperti di atas adalah
karena Jemaat Cabang ini telah dilayani oleh seorang pendeta.1
Hingga tahun 1966 anggota jemaat Oebobo berjumlah 129 KK, atau 368 jiwa.
Wilayah pelayanan terdiri atas 11 Kampung dan dilayani oleh 11 orang anggota
majelis jemaat. Adapun ke-11 kampung-kampung tersebut adalah Kampung Tuafui,
Kampung Atas 1, Kampung Atas 2, Kampung Sabu 1, Kampung Sabu 2, Kampung
Tengah 1, Kampung Tengah 2, Kampung Bawah 1, Kampung Bawah 2, Kampung
Timor 1 dan Kampung Timor 2. (Sabuna, hal. 34).
Pada Agustus 1971 nama kampung diganti dengan nama resort. Terdapat 14
resort. Adapun resort-resort itu adalah (1). Resort Bawah 1, (2). Resort Bawah 2, (3).
Resort Tengah 1 (4). Resort Tengah 2 (5). Resort Tengah 3 (6). Resort Atas 1 (7).

1
. Pdt. Th. P.S. Beeh-Hiskia, Memori Pelayanan Ketua MajelisJemaat Pniel Oebobo Periode 2004-2006, hal.5. R.B.
Sabuna, Tumbuh dari Karang dan Duri, hal. 84.

35
Resort Atas 2 (8). Resort Atas 3 (9). Resort Sabu 1 (10). Resosrt Sabu 2 (11). Resort
Kompleks 1 (12). Resosrt Kompleks 2 (13). Resort Timor 1 dan (14). Resort Timor 2.

3. Pelayanan Ibadah

a. Ibadah Utama

Dalam lingkungan gereja-gereja di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada


khususnya dikenal beberapa macam ibadah. Ibadah-ibadah itu bukan saja dilaksanakan
pada Hari Minggu tetapi juga pada hari-hari biasa. Ibadah pada Hari Minggu dikenal
dengan sebutan ibadah utama sedangkan ibadah pada hari-hari lainnya disebut ibadah
biasa. Penyebutan ini tidak berarti ibadah yang terpenting adalah ibadah pada Hari
Minggu dan ibadah pada hari biasa tidaklah penting. Bukan dalam pengertian seperti
tersebut. Ia disebut ibadah utama mungkin disebabkan suasana ibadahnya lebih formal
dan dilakukan dengan mengikuti tatacara (liturgi) yang baku. Oleh karena itu maka
yang dimaksudkan dengan Ibadah Utama di sini adalah Ibadah Jemaat yang
dilaksanakan pada setiap Minggu.
Sejak tahun 1963 Ibadah Utama pertama dilaksanakan di Gedung Sekolah SD
Negeri Oebobo. Gedung Sekolah ini masih bersifat darurat yaitu beratapkan daun lontar
dan berdinding bebak serta berlantai tanah. Kebaktian pertama berlangsung pada
tanggal 16 April 1964 yang dipimpin oleh Pdt. T.T. Ngefak, pendeta Jemaat Kupang
dan Ketua Klasis Kupang Jemaat Oeba. Kebaktian dimulai pukul 9.30 pagi. Kebaktian
ini merupakan kebaktian (perdana) peresmian berdirinya Jemaat Pniel Oebobo.
Setelah Kebaktian Peresmian maka kebaktian seterusnya dipimpin oleh Pdt. R.
Sabuna dan bergantian dengan R.B. Nalle dan Majelis Jemaat lainnya. Kebaktian hanya
diadakan sekali pada Hari Minggu, pukul 09.00 pagi. Hal ini berlangsung sejak Tahun
1964-1967. Pada tahun 1967 ibadah dimajukan yaitu pada pukul 08.00 Ibadah pada
jam ini berlangsung hingga tahun 1975.
Mengenai peserta ibadah pada Hari Minggu dapat dilaporkan bahwa menurut
Catatan Warta Mimbar pada 26 Desember 1965 berjumlah 158 orang sedangkan pada
ibadah minggu-minggu sebelumnya lebih sedikit lagi (Ibadah pada 22 Agustus 1965
hanya 103 orang). Gerakan 30 September 1965 tidak memberikan dampak bagi
bertambahnya jumlah pengunjung ibadah Minggu pada Jemaat Pniel Oebobo.
Jumlah anggota Jemaat Pniel Oebobo makin hari makin bertambah. Hal itu
terlihat dari bertambahnya jumlah anggota jemaat yang datang beribadah pada Hari
Minggu. Warta Mimbar pada tahun 1967 mencatat jumlah pegunjung ibadah pada
setiap minggunya berkisar sekitar 300-an orang.
Pada tahun 1970 ibadah jemaat mulai diadakan dua kali yaitu pada pukul 08.00
pagi dan pada pukul 18.00. Ibadah yang kedua ini dimaksudkan untuk pemuda jemaat.
Peserta ibadah kedua ini peminatnya tidak terlalu banyak namun makin lama jumlah
pesertanya bertambah banyak misalnya ibadah pada 5 April 1970 dihadiri oleh 100
orang. Praktek ibadah ini berlangsung hingga tahun 1987.
Pada tahun 1987 frekuensi ibadah ditingkatkan menjadi tiga kali yaitu pada pukul
07.00, 09.00 dan 18.00 Wita. Praktek ibadah seperti ini berlangsung hingga tahun
1990. Dikatakan bahwa semua jam ibadah ini terbuka untuk umum. Ibadah tiga kali
pada hari Minggu berlangsung hingga tahun 1999 namun dengan pukul yang berbeda.

36
Sejak tahun 1990 hingga 1997 ibadah diadakan pada pukul 06.00, 08.00 dan 17.00
sedangkan sejak tahun 1997 hingga 1999 ibadah berlaku pada pukul 06.00, 08.00 dan
16.00 Wita. Jumlah dan jam ibadah utama masih berlaku hingga sekarang ini.
Pada mulanya pemimpin ibadah bukan saja dipimpin oleh pendeta tetapi juga
dengan melibatkan beberapa orang majelis jemaat yang mampu untuk berkhotbah
terutama ketika hanya Pdt. R.B. Sabuna pendeta dalam jemaat ini. Majelis Jemaat yang
diberi kesempatan untuk berkhotbah adalah Penatua R.B. Nalle, Z. Taku Bessi, P.J.
Malelak, J. Joseph, M. Haning-Foeh, M. Littik, N.L.Molana, M.L. Adoe, P. Pahnael
dan J.B. Nalle namun sejak Pdt. Mathelda melayani di Jemaat ini maka ibadah utama
lebih banyak dipimpin oleh pendeta. Penatua Z. Taku Bessi, P.J. Malelak, M. Haning-
Foeh dan M.Littik juga dipercayakan untuk memimpin Kebaktian Pemakaman Orang
Mati, Pengucapan Syukur Orang Mati, Pengucapan Syukur Ulang Tahun,
Penggembalaan Nikah, Penggembalaan Sidi, Penggembalaan Baptisan, Ujian
Katekasasi Sidi dsbnya,
Sayang di dalam tulisan ini tidak dapat dilaporkan tentang jumlah pengunjung
pada setiap ibadah disebabkan karena kita tidak mempunyai data.

b. Ibadah Rumah Tangga


Ibadah Rumah Tangga merupakan hal biasa dilaksanakan dalam lingkungan
gereja gereja di Indonesia. Di lingkungan Gereja di Timor, ibadah rumah tagga sudah
dilaksanakan sejak zaman VOC di Timor dan kebiasaan ini terus dilaksanakan ingga
sekarang ini. Pada masa lampau ibadah rumah tangga disebut dengan nama ibadah
kampong. Demikianlah juga di Oebobo dikenal adanya ibadah kampung.
Jadua Ibadah Rumah Tangga diatur oleh Majelis Jemaat LPJ dan diumumkan
pada setiap ibadah Minggu. Ibadah Rumah Tangga dipimpiin oleh Majelis Jemaat
LPJ dan kadang-kadang oleh seorag pendeta.Ibadah Rumah Tangga diatur sdemikian
rupa sehingga menimal sebuah pada rumah tangga diadakan iabdah rumah tangga
sekali setahun. Pada mulanya Ibadah Rumah Tangga diadakan pada sore hari namun
kemudian pada malam hari.

c. Ibadah Baptisan Kudus


Baptisan Kudus sudah dilaksanakan sejak Jemaat Pniel Oebobo berdiri sendiri.
Baptisan Kudus dilayankan kepada anak-anak yang masih bayi. Orangtua sudak
membawa anaknya untuk dibaptis pada sekurang-kurangnya satu minggu namun
kemudian orangtua sering menunda anaknya untuk dibaptis karena berbagai macam
alasan. Pada mulanya tidak ditetapkan berapa kali baptisan anak pada setiap tahun
namun kemudian diputuskan baptisan anak diadakan empat sekali setahun. Pada
umumnya baptisan anak diadakan pada Hari Raya Paskah dan Pentakosta. Pada
umumnya juga baptisan anak diadakan pada ibadah umum pada hari Minggu.

d. Ibadah Perjamuan Kudus


Perjamuan Kudus merupakan salah sebuah sakramen dalam gereja baik Gereja
Protestan maupun Gereja Katolik. Dalam Jemaat Pniel Oebobo, Perjamuan Kudus
diadakan lima kali setahun yaitu pada Hari Paskah (April), Perjamuan Oikumene
(Mei), Juli, Perjamuan Se Dunia (Oktober) dan Perjamuan Kunci Tahun (Desember).

37
Perayaan Perjamuan Kudus di Jemaat Pniel Oeobo sejak tahun 1964 hingga 1968
memakai symbol salib. Pendeta mengundang anggota jemaat duduk di sekitar meja
yang telah disediakan. Pendeta menahbiskan roti dan anggur dan kemudian dibagikan
kepada anggota jemaat roti dan anggur oleh Penatua dengan mempergunakan satu
cawan saja. Sesudah mereka makan dan minum maka mereka kembali ke tempat
semula sambil mempersembahkan persembahan mereka pada tempat yang telah
disediakan. Kemudian kelompok kedua maju dan demikian seterusnya sehingga
semua anggota jemaat mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus itu.
Pada tahun 1969 cara Perjamuan Kudus berubah yaitu dengan mempergunakan
huruf U. Anggota Jemaat duduk membentuk huruf U. Pada tahun 1970-an cara
Perjamuan Kudus berubah. Anggota Jemaat tidak lagi duduk membentuk tanda salib
datau huru U tetapi duduk seperti biasa. Mereka tidak lagi minum dari satu cawan
yang sama tetapi minum dari sloki (gelas kecil).

e. Pemberkatan Nikah
Pada Jemaat Pinel Oebobo dikenal dua jenis pemberkatan nikah yaitu
pemberkatan nikah per pasang dan pernikahan massal.

3, Pelayanan Anak dan Remaja (PAR)


Pada masa lampau tidak dikenal nama Pelayanan Anak dan Remaja. Demikian
dengan nama Kebaktian Anak dan Kebaktian Remaja (KA/KR). Sebutan yang
dipergunakan adalah Sekolah Minggu. Menurut R,B. Sabuna hingga tahun 1990-an
masih dipergunakan sebutan Sekolah Minggu. Sebutan Sekolah Minggu sudah
dipergunakan ketika Injil diberitakan di Timorm dan diteruskan o;eh GMIT.
Di Jemaat Pniel Oebobo Sekolah Minggu sudah dikenal sejak sebelum berdirinya
Jemaat ini namun Sekolah Minggu belum diorganisir dengan baik seperti sekarang ini.
Pada mulanya Sekolah Minggu diadakan di gedung sekolah di mana pada tempat itu
ibadah jemaat dilangsungka. Sejak tahun 1963 hingga tahun 1966 kegiatan Sekolah
Minggu digabung saja dalam satu kelas. Peserta Sekolah Minggu adalah berumur 4
tahun ingga 14 tahun. Sesudah Jemaat ini mempunyai gedung sendiri maka Sekolah
Minggu dipindahkan ke gedung gereja.
Sekolah Minggu terus berkembang. Jumlah anak Sekolah Minggu bertambah.
Sejak tahun 1966 hingga tahun 1975 murid Sekolah Mimggu diagi dalam dua
kelompok yaitu kelompok yang berumur 4 taun hingga 10 tahun satu kelas (Anak
Tanggung) dan yang berumur 11 tahun hingga 14 tahun kelompok kedua (Anak
Remaja). Sekolah Minggu diadakan di gedung gereja hingga tahun 1975 dan sejak
tahun 1975 Sekolah Minggu dilaksanakan di Resort Pelayanan Jemaat (RPJ).
Beberapa RPJ digabung menjadi satu larena murid Sekolah Minggunya hanya sedikit.
Namun dikatakan pada awalnya tidak ada guru Sekolah Minggu yang tetap. Para
guru Sekolah Minggu adalah majelis jemaat yang berprofesi sebagai guru sekolah dan
pemuda jemaat yang terpanggil untuk mengajarkan anak-anak dengan Injil Yesus
Kristus. Dengan demikian tenaga pengajar masih bersifat panggilan dan sukarela.
Guru Sekolah MInggu tidak dieri honorarium. Belum ada pembagian kelas
berdasarkan umur. Mereka yang berumur empat tahun hingga umur 14 tahun digabung
dalam satu kelas saja. Sekolah Minggu diadakan setelah ibadah utama selesai.

38
Sejak Tahun 1979 Sekolah Minggu digantikan dengan Kebaktian Anak dan
Kebaktian Remaja (KA/KR). Penyelenggaraan KA/KR sudah mulai berlangsung
dengan baik. Pada tahun 1983 dibentuk sebuah komisi yang bernama Komisi KA/KR
sebuah komisi yang khusus menengani pelayanan KA/KR dalam jemaat. Kegiatan
komisi ini nampak dalam guru-Guru KA/KR sudah dilengakapi dengan Buku
Pedoman yang dipesan dari Dewan Gereja-Gereja di Indonesia (DGI).
Sekolah Minggu mengadakan kegiatan-kegiatan antara lain sebagai berikut:
Ibadah Sekolah Minggu, bercerita dari Alkitab, lomba membaca puisi, Cerdas Cermat
Alkitab, lomba menyanyi solo, paduan suara, kebaktian gabungan pada awal setiap
bulan, piknik ke tempat wisata, dsbnya.
Hingga berakhirnya masa kepemimpinan Pdt. R.B. Sabuna PAR terdapat pada ke-
20 LPJ dan sebuah di Gedung Gereja sehingga terdapat 21 kelompok KA/KR atau
PAR. Pdt. Sabuna smelihat sangat pentingnya member perhatin kepada PAR karena
anak-anak ini merupakan harapan masa depan gereja. Ia melihat masalah yang
dihadapi oleh KAKR aatau PAR adalah masalah tenaga pengajar, saranap-
prasarana,materi, metode mengajar dan pembinaan anak-anak.Ia mengusulkN agar
menyelenggarakan penataran guru-guru, penyediaan materi dan alat peraga KA/KR,
dsbnya.
Pada tahun 1998 (ketika) Pdt. Loe ditempatkan di jemaat ini) terdapat perhatian
teterhadap KA/KR. Majelis Jemaat memberikan honorarium kepada Pengajar KA/KR
dan memperlengkaoi pengajar KA/KR dengan buku Sabda Bina Umat yang
dikeluarkan oleh GPIB. Diputuskan juga akan diadakan persiapan mengajar bagi
pengajar KA/KR yang dipimpin oleh pendeta-pendeta namun ternyata tidak berjalan
sebagaimana mestinya kaena pendeta-pendeta sibuk dengan pelayanan rutin lainnya. .
4. Pelayanan Pemuda
Pemuda adalah salah satu komponen jemaat yang jikalau diberikan peranan sesuai
fungsinya akan menunjang pelayanan dalam jemaat tetapi jikalau salah dalam
pembinaan atau keliru dalam memperhatikan aspirasi mereka akan menjadi
penghambat dalam mewujudkan program pelayanan kepada Jemaat. Oleh karena
peyanan terhadap pemuda sangat sentral mereka kelak merupakan harapan gereja
masa depan. Mereka diberikan pembinaan, pembimbingan dan pengarahan agar
mereka kelak akan menjadi warga jemaat yang bertanggungawab.
Pada Tahun 1963-1968 pemuda belum diorganisir dengan baik. Paling-paling
mereka dilibatkan dalam kerja gotongroyong membangun gedung ibadah. Hal ini
turut disebabkan oleh karena dalam jemaat belum dibentuk komisi-komisi. Pada
periode 1968-1979 keberadaan Pemuda mulai ditata dengan baik. Untuk mengurus
Pemuda maka dibentuk sebuah Komisi yang bernama Komisi Pemda dan Penyanyi.
Penyanyi dimasukkan dalam Komisi Pemuda mungkin karena para penyanyi pada
umumnya berasall dari para pemuda jemaat juga. Oleh karena itu dibentuk Badan
Pengurus Komisi Pemuda tingkat Jemaat dan juga ada Badan Pengurus Pemuda pada
tingkat rayon-rayon. Pada tahun 1987 Pemuda memunyai komisi tersendiri dalam
jemaat. Pada tahun 1996 dan berlaku hingga sekarang pemuda dijadikan bidang
tersendiri di bawah koordinasi Komisi Koinonia (Persekutuan).
Periode 1991-1999 Pemuda mendapat perhatian dari Majelis Jemaat sehingga
Pemuda dapat melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Hal ini nampak dari
tercantumnya anggaran untuk Pemuda dalam RABP Jemaat. Adapun kegiatan

39
Pemuda adalah Kebaktin\an rumah tangga khusus untuk Pemuda, Kebaktian
Gabungan Pemuda, pertandingan Volley antar Jemaat, perkunjungan Pemuda ke
Klasis-Klasis, kerja bakti, ikut dalam perayaan Hari Raya Gerejawi, CCA, Olah raga
dan lain-lain.

5. Pelayanan Perempuan GMIT


Nama Perempuan GMIT barulah dipakai pada tahun …….Pada mulanya dipakai
nama Kaum Ibu Kristen. Di Jemaat Pniel Oebobo dipakai nama Kaum Ibu Kristen
Jemaat Pniel Oebobo. Sejak Jemaat ini berdiri perempuan mempunyai organisasi dan
gerak pelayanannya sendiri. Ibu W. Nalle-Adoe memimpin Kaum Ibu Kristen Jemaat
Pniel Oebobo sejak tahun 1964 hingga tahun 1969.
Pada tahun 1969 nama Kaum Ibu Kristen Oebobo diganti dengan nama Wanita
GMIT Jemaat Oebobo. Pemakaian nama ini berlangsung hingga tahun 1990-an. Sejak
tahun 1969 terjadi juga pergantian pimpinannya. Ibu Taka Bessi-Buraen memimpin
Wanita GMIT Jemaat Pniel sejak tahun 1969 hingga tahun 1971. Ibu M. Haning-Foeh
memimpin sejak tahun 1971 hingga tahun 1989. Pada tahun 1989 hingga 1999
Wanita (Perempuan) GMIT Jemaat Pniel Oebobo dipimpin oleh Ibu W. Adoe-
Huandao. Sejak tahun 1999 nama Wanita GMIT diganti dengan nama Perempuan
GMIT. Nama ini dipergunakan hingga sekarang. Perubahan nama disebabkan oleh
karena kata perempuan dipandang lenih mulai dan terhormay jika dibandingkan
dengan kata wanita.
Kategorial Wanita/Perempuan GMIT Jemaat Pniel Oebobo memainkan peranan
yang penting dalam pelayanan jemaat. Kegiatan pelayanan mereka dapat disebutkan
antara lain seperti mengadakan ibadah perempuan pada setiap RWJ/LPJ, kebaktian
gabungan di gedung gereja, mengadakan perkunjungan ke jemaat-jemaat GMIT
lainnya, mengadakan perlombaan paduan suara antar RPJ/LPJ, melayani akomodasi
dan konsumsi dalam acara-acara jemaat, mengunjungi anggota jemaat yang sakit baik
di rumah sakit maupn di rumah-rumah, perkunjngan ke Lembaga Pemasyarakatan,
mengumpulkan dan menyealurkan dana diakonia dan sebagainya. Wanita/Perempuan
GMIT Jemaat Pniel Oebobo mempunyai Paduan Suara sendiri yang sering mengisi
ibadah utama.

6. Pelayanan Paduan Suara dan Vocal Group


Pada awalnya belum ada paduan suara dan vocal group yang diorganisir dengan
baik. Pada ibadah utama memang kadang-kadang ada Paduan Suara namun belum
berlangsung secara rutin, Vocal Group juga belum dikenal. Kadang-kadang dalam
ibadah utama terdapat solo, duet, dan trio tetapi belum teratur. Sebelum tahun 1979
dalam jemaat ini telah terdapat beberapa paduan suara. Mereka bernyanyi dalam
ibadah utama pada Hari Minggu sesuai dengan jadual yang sudah ditentukan. Paduan-
paduan Suara itu adalah Ephata (kemudian bernama Eklesia), Baitania (kemudian
bernama Ebenhaezer), Bait El, Imanuael dan Maranatha.
Kemudaian diputuskan bahwa setiap LPJ mempunyai paduan suara sendiri namun
tidak setiap LPJ memiliki paduan suara. Hanya terdapat 14 paduan suara dari 20 LPJ.
Paduan suara ini hanya sekali-kali menyanyi dalam ibadah jemaat sesuai dengan
kesempatan yang ada pada mereka.

40
7. Pelayanan Diakonia
Pelayanan Diakonoa dilaksanakan oleh Komisi Diakonia. Komisi ini membidangi
tiga bidang yaitu bidang Karitatif, Pendidfkan dan Bantuan Antar Jemaat. Pelayanan
Diakonia telah dilaksanakan dalam jemaat ini sejak jemaat ini berdiri semdiri pada
tahun 1963 (1964 atau sudah sebelumnya????).
Pelayanan diakonia sejak tahun 1963 – 1968 pelayanan diakonia masih sangat
terbatas karena keadaan kekuangan jemaat yang juga masih terbatas. Pelayanan
diakonia hanya dilaksanakan sekali atau dua kali setahun. Pelayanan diakonia masih
terbatas pada pelayanan diakonia karitatif yaitu hanya dengan memberikan sejimlah
uang atau beras kepada orang-orang miskin, lansia, anak yatim piatu. Tidak semua
dapat dilayani dengan diakonia kariatif ini karena jumlah mereka banyak tetapi
keuangan jemaat terbatas. Pada awal penerima diakonia hanya sekitar 30 oran. Dana
diakonia bukan saja berasal dari Kas Jemaat tetapi merupakan usaha dana yang dibuat
oleh Komisi Wanita (Perempuan) dan sumbangan pendonor. Salah seorang donotur
tetap adalah Keluarga Misa Henuk (CV. Cemara Indah Oebobo). Cemara Indah
biasanya menyumbangkan beras saton ton dan barang lainya pada setiap Natal yang
dibagikan kepada anak yatim piatu, para janda dan orang-orang miskin.
Pelayanan diakonia terutama diadakan pada sekitar Hari Raya Paskah dan Natal.
Pada kegiatan dibagikan bingkisan natal erupa makanan, uang, pakaian dsnya yang
dikordinir Komisi Wanita. Dalam perkembangan pelayanan diakonia majelis jemaat
makin menyadari panggilan jemaat terhadap pelayanan diakonia. Hal itu nampak
dalam bentuk majelis jemaat mengalokasikan sejimlah dana untuk pelayanan
diakonia dalam jemaat. Dalam lingkungan Jemaat Pniel Oebobo dikenal akan adanya
Meja Nata.. Aksi Meja Natal ini diselenggarakan oleh Wanita GMIT. Pada acara ini
Kaum Wanita membagi-bagokan diakonia kepada jemaat yang membutuhkannya.
Sabuna menyebutkan bahwa pada tahun 1999 warga jemaat yang patut mendapat
pelayanan diakonia adalah berjumah 160 orang
8. Pelayanan Kaum Bapak
GMIT lama sekali tidak memperhatikan pelayanan kepada kaum bapak dalam
artian GMIT tidak membentuk sebuah komisi untuk pelayanan bagi kaum bapak. Hal
ini tidak berarti kaum bapa tidak mendapat pelayanan dalam jemaat. Pada tahun 1996
GMIT menetapkan untuk pelayanan kepada kaum bapak dibenetuk sebuah bidang
Kaum Bapak di bawah koordinasi Komisi Koinonia.
Pada Jemaat Pniel Oebobo juga dibentuk Bidang Kaum Bapak. Terdapat usaha
juga untuk membnetuk Kelompok Kerja hingga pada tingkat Lingkungan Pelayanan
Jemaat (LPJ). Pdt. Sabuna menyatakan bahwa Kaum Bapak kurang berkembang
dalam Jemaat Pniel Oebobo dank arena itu Kaum Bapak harus diperkembangkan
dengan baik.

9. Pelayanan Katekisasi
Sejak berdiri sendiri jemaat ini telah menyelenggarakan pelayanan Katekisasi.
Katekisasi dibuka untuk pemuda/pemudi berumur 15 tahun dan juga orang dewasa
yang belun sidi. Menurut Sabuna peserta katekisasi dari tahun ke tahun terus

41
bertambah. Sejak tahun 1970-an hingga tahun 1998 setiap angkatan berkisar 50
hingga 75 orang.
Di Jemaat Pniel Oebobo, kelas katekisasi dikenal dengan dua jenis yaitu Kelas
Katekisasi Umum dan Khusus. Kelas Katekisasi Umum adalah sebuah kelas yang
terbuka bagi mereka yang masih muda sedangkan Kelas Khusus dibuka untuk mereka
ynag telah dewasa atau lanjut usia.
Tentang lamanya belajar katekisasi berbeda antara Kelas Umum dengan Kelas
Khusus. Ke;as Umum harus belajar katekisasi sekitar satu setengah tahun sedangkan
Kelas Khsus hanya belajar sekitar tiga hingga enam bulan saja.
Bahan yang diajarkan (untuk Kelas Umum) adalah tentang Alkitab (PL dan PB),
Sejarah Gereja Umum, Sejarah Gereja Indonesia, Sejarah GMIT dan Sejarah Jemaat
Pniel Oebobo. Hubungan GMIT dengan gereja-gereja lain, Gereja Katolik. Di
samping itu juga diajarkan tentan Sakramen (Baptisan dan Perjamuan Kudus), Nikah
Kristen, Tata GMIT dan Peraturan-peraturannya sedangkan untuk Kelas Khusus
disederhanakan.
Proses katekisasi akan diakhiri dengan ujian, dan penahbisan.

10. Keuangan dan Harta Milik


Majelis Jemaat berupaya untuk memperlengapi Jemaat ini dari euangan dan harta
milik. Selama periode cakupan bahasan ini, Majelis Jemaat telah membangun gedung
ibadah, pstori, Taman Kanak-Kanak, Pos Pelayanan (Karmel dan Petra).Keuagan
jemaat diperoleh dari persembahan je,aai mea.ui kolekte pada setiap ali ibadah dan
nazar jemaat. Semua kegiatan jemaat dapat dibiayai dengan baik dengan
persembahan dari anggoa Jemaat sendiri. Jemaat ini ttida pernah mengalami
kekuarangan penerimaan. Setiap tahun Jemaat ini selalu mempunyai saldo. Di bawah
ini kami mengutip Laporan Pdt. R.B.Sabuna tentang keadaan keuangan jemaat pada
masa pelayanannya
Tabel 19
Keadaan Keuangan Jemaat Pniel Oebobo
1995-1999-2000

Tahun Anggaran Penerimaan Pengeluaran Saldo


1995/1996 73.360.557 72.346.500 1.013.957
1996/1997 107.098 99.238 7.859.925
1998/1999 379.265.909 343.593.675 34.672.234
1999/2000 223.537.183 214.650.907 8.886.096

. Sumber: R.B. Sabuna, Memori Ketua Majelis Jemaat Pniel Oebobo Masa Bakti
1963-1999, hal. 10-21.
Dari Tabl di atas memperlihatkan adanya kesadaran member bagi pekerjaan Tuhan yang
tinggi dalam Jemaat Pniel Oebobo ini.

42
B. Maju Terus Melayani Bersama Yesus Kristus (2000 -2015)
Pada bagian ini kita akan membahas tentang perkembangan dan pelayanan
Jemaat Pniel Oebobo pada masa pelayanan 2000-2014. Ada yang mencirikan masa ini
yaitu Jemaat Pniel Oebobo bukan saja dilayani oleh seorang pendeta saja tetapi oleh
beberapa pendeta sekaligus bahkan pernah jemaat ini dilayani oleh empat orang pendeta,
Kurun waktu ini berlangsung selama 14 tahun dan dalam kurun waktu ini Jemaat Pniel
Oebobo telah dilayani oleh 11 oang pendeta. Pendeta-pendeta yang melayani jemaat ini
pada kurun waktu ini mempunyai pendidikan teologi yang baik yaitu dua orang bergelar
sarjana muda teologi, delapan orang bergelar sarjana teologi dan satu orang bergelar
magister teologi. Mengenai pendeta-pendeta ini dapat diikuti pada Bab. Pelayan-pelayan
perintis dan peletak dasar Jemaat Pniel telah berakhur Bpk. Ruben B. Nallle dan Pdt. Dra.
R.B. Sabuna dan mulai tahun 2000 Jemaat Pniel Oebobo dilayani oleh pelayan-pelayan
baru. Di bawah ini diuraikan mengenai kegiatan-kegiatan pelayanan dalam Jemaat ini
sebagai berikut:

1. Organisasi jemaat
Pada 12 Desember 1999 Pdt. R.B. Sabuna memasuki masa emeritasinya dan dengan
demikian masa pelayanan periode 1995-1999 berakhir pula. Oleh karena itu diangkatlah
majelis jemaat yang baru periode 1999-2003 yang beranggotan 209 orang. (Lih.
Lampiran 7). Kepemimpinan Majelis Jemaat diserahkan kepada Pdt. A.A.Nitti-Loeh
yang sebelumnya merupakan wakil ketua. Diadakan pula pembentukan Majelis Jemaat
Harian yang baru di bawah pimpinan Pdt. A.A. F. Nitti-LoE, M.Th untuk Periode
Pelayanan 2000-2002. Susunannya Majelis Jemaat Harian adalah sebagai berikut:

Tabel 20

Susunan Majelis Jemaat Harian


Periode 2000-2002

No N a m a Jabatan Pelayanan Jabatan organisasi


1. A.A.F. Nitti-LoE, M.Th Pendeta Ketua
2 Achim M. Lulan, STh Pendeta Wakil Ketua 1
3 J.J. Ingutali, Sm. Th Pendeta Wakil Ketua 2
4 Th. F. Beeh-Hiskia, Sm. Th Pendeta Wakil Ketua 3
5 Drs. S.L. Lasiko Penatua Wakil Ketua 4
6 Drs. M. Littik, MS Penatua Wakil Ketua 5
7 Drs. Bernard Haning Penatua Sekretaris
8 E. San, BA Penatua Wakil Sekretaris
9 E. Tafetin Diaken Bendahara
10 S. Kalendonu, BA Penatua Wakil Bendahara
11 Drs. K. Donuata Penatua Anggota/Komisi Pel. Anak
12 Drs. J. Nenbais Penatua Anggota/Komisi Pel. Remaja
13 Drs. P. Iptubla Penatua Anggota/Komisi Pel. Pemuda
14 S.A. Mella-M Penatua Anggota/Komisi Pel. Wanita

43
15 Drs. Z. Takubesi Penatua Anggota/Komisi Pel. Umum

Majelis Jemaat Harian terdiri atas 15 orang yang dapat dirinci sebagai berikut:
Seorang Ketua, lima orang wakil ketua. Masing-masing wakil ketua membina dan
mengawasi komisi-komisi tertentu. Terdapat seorang sekretaris dan wakil sekretaris,
seorang bendahara, seorang wakil bendahara dan lima orang anggota. Setiap anggota
memimpin salah satu Komisi.
Pdt. A.A.F. Nitti-Loe, M.Th memulai kepemimpinannya dengan mulai
memberlakukan Tata Gereja yang baru yaitu Tata Gereja GMIT 1999. Dalam Tata Gereja
ini ditetapkan terdapat lima tugas panggilan GMIT yaitu Bidang Persekutuan, Kesaksian,
Diakonia, Ibadah dan Liturgia dan Oikonomia. Tugas panggilan ini dikenal dengan nama
Panca Pelayanan GMIT yang berlaku hingga sekarang ini. Panca Pelayanan ini
dilaksanakan oleh setiap komisi dalam jemaat. Dalam setiap jemaat terdapat beberapa
komisi yaitu Komisi Anak, Komisi Remaja, Komisi Pemuda, Komisi Perempuan, Komisi
Kaum Bapak.
Administrasi Jemaat juga mendapat perhatuan yairu dengan mengangkat Kepala
Kantor Jemaat, Tata Usaha Umum, Kepala Bagian Dokumentasi Informasi dan Humas,
Kepala Bagian Kerumahtanggaan, Kepala Bagian Harta Milik, Kepala Bagian Tata
Usaha Keuangan. Dengan demikian organisasi Jemaat Pniel Oebobo mulai Tahun 2000
hingga tahun 2011.
Pada Tahun 2010, GMIT menetapkan tata gereja baru yang tentunya membawa
perubahan-perubahan dalam struktur organisasi dalam jemaat.
Pdt. A.A.F. Nitti-LoE, M.Th dalam Memori Pelayananannya mengeluhkan
kurangnya persekutuan di kalangan anggota jemaat dan bahkan di kalangan anggota
majelis jemaat sendiri. Beliau menulis dermikian:
“Persekutuan yang konkrit terwujud dalam sebuah komunita kecil di
mana para warga/anggota dapat saling mengenal sehingga dapat saling
menolong dan mendukung. Pada jumlah anggota JPO begitu banyak
sehingga warga tidak saling (mengenal) demikian juga di antara para
Penatua dan Diaken ada yang tidak saling mengenal. Dalam lingkungan
yang lebih kecil yaitu Wilayah Pelayanan Jemaat belum terciptanya
persekutuan antara Penatua dan Diaken WPJ dengan warga jemaat yang
dilayani”. 2
Pada periode Pelayanan ini maka dibentuk sebuah Badan Pertimbangan dan
Pengawasan Pelayanan Jemaat (BP3J Pniel Oebobo untuk Periode 2000-2004. Susunan
Personalianya adalah sebagai berikut:
Ketua: Drs. M. Ndolu Eoh
Sekretaris: P. Nalle
Anggota:
1. Ir. U.J. Napu
2. Pdt. Emr. Dra. R. Sabuna
3. A. Tobing, SH

2
Pdt. A.A.F. Nitti-LoE, M.Th, Memori KEtua Majelis Jemaay Pniel Oebobo, Hl.1

44
Pada Tahun 2004 Pdt. A. A.F. Loe mengakhiri masa pelayanannya sebagai Ketua Majelis
Jemaat namun Pdt. Loe masih melayani Jemaat ini hingga tahun 2006. Pdt. Loe
digantikan oleh Pdt. Achim M. Lulan, S.Th. Pdt. Lulan mulai melayani dalam Jemaat ini
pada tahun 2000 hingga tahun 2006. Jemaat Pniel Oebobo dilayani oleh empat orang
pendeta yang terdiri atas seorang pendeta laki-laki dan tiga orang pendeta perempuan.
Sm.Th. Adapun jumlah anggota majelis pada periode Pelayananan 2003-2007 adalah
259 orang. (Lih. Lampiran 8).
Majelis Jemaat Harian kini berjumlah 17 orang yang susunannya adalah sebagai
berikut”
Tabel 21

SUSUNAN MAJELIS JEMAAT HARIAN OEBOBO


Periode 2002-2004

No N a m a Jabatan Pelayanan Jabatan organisasi


1. Achim M. Lulan S.Th Pendeta Ketua
2 Th. P.S. Beeh-Hiskia, Sm.Th Pendeta Wakil Ketua
3 Y.A. Nayoan-Naiola. STh Pendeta Wakil Ketua
4 A.A.F. Nitti-Loe, M.Th Pendeta Wakil Ketua
5 Drs. M.L. Adoe Penatua Wakil Ketua
6 Ir. M. Littik, MS Penatua Wakil Ketua
7 Drs. B. Haning Penatua Sekretaris
8 F. Saetban Diaken Wakil Sekretaris
9 E. Tafetin, BA Diaken Bendahara
10 S. Kelendonu, BA Penatua Wakil Bendahara
11 Dra. Taty Ly-Koroh Penatua Anggota/Komisi Pel. Anak
12 Drs. Beny Hattu Penatua Anggota/Komisi Pel. Remaja
13 Semuael C. Eoh Ndolu Penatua Anggota/Komisi Pel. Pemuda
14 Rosa Y. Langgar Penatua Anggota/Komisi Pel.
15 Maklon O. Taku Bessi, S.Pd Penatua Perempuan
16 Missa O. Henuk Penatua Anggota/Komisi Pel. Bapa
17 Drs. S.L. Laksiki Penatua Anggota/Komisi Pel. Lansia.
Anngota/Komisi Pel. Umum
Sumber: Memori Pelayanan Masa Bhakti 2002-2004 : Achim M. Lulan STh, hal. 8

Kepemimpinan Majelsi Jemaat Harian dari Pdt. A.M.Lulan, S.Th dialihkan kepada Pdt.
Th.P.S. Beeh-Hiskia. Pdt. Hiskia mulai melayani Jemaat ini sejak tahun 2000 hingga
2006. Pdt. Hiskia menjadi Ketua Majelis Jemaat Harian untuk Periode Pelayanan2004-
2006. Adapun susunan pesoanalianya adalah sebagai berikut:

45
Tabel 22

SUSUNAN MAJELIS JEMAAT HARIAN OEBOBO


Periode 2004-2006

No N a m a Jabatan Pelayanan Jabatan organisasi


1. Th. P.Y. S. Beeh-Hiskia, Pendeta Ketua
2 Sm.Th Pendeta Wakil Ketua
3 Achim M. Lulan, STh Pendeta Wakil Ketua
4 Y.A. Nayoan-Naiola, STh Pendeta Wakil Ketua
5 A.A.F.Nitti –Loe, M.Th Penatua Wakil Ketua
6 Drs. M.L. Adoe Penatua Wakil Ketua
7 Ir. M. Littik, MS Penatua Sekretaris
8 Drs. B. Haning Diaken Wakil Sekretaris
9 F. Saetban, SE Diaken Bendahara
10 E. Tafetin, BA Penatua Wakil Bendahara
11 S. Kelendonu, BA Penatua Anggota/Komisi Pel. Anak
12 Dra. Taty Ly-Koroh Penatua Anggota/Komisi Pel. Remaja
13 Drs. Beny Hattu, M.Si Penatua Anggota/Komisi Pel. Pemuda
14 Samuel C. Eoh Ndolu. SH Penatua Anggota/Kom. Pel. Perempun
15 Rosa Y. Langgar-Manafe Penatua Anggota/Kom Pel. Kaum Bapa
16 Maklon O. Taku Bessy Penatua Anggota/Komisi Pel. Lansia
17 Missa O. Henuk Penatua Anggota/Komisi Pel. Umum
Drs. S.L. Lasiko

Sumber: Pdt. Th.P.S. Beeh-Hiskia, Memory Pelayanan Ketua Majelis Jemaat Pniel
Peropde 2004-2006, hal. 39.

Pelaksanaan pelayanan dan pengawasannya dilaksanakan oleh sebuah badan


Pertimbangan dan Pengawasan untuk Periode 2004-2007 susunanan personalianya
adalah sebagai berikut:

Ketua: Drs. M. Ndolu Eoh


Sekretatris: Pdt. Emr. R. B. Sabuna
Anggota
1. O.S. Eoh, SH, MS
2. Dra. S. O. Mbatu-Koroh
3. Drs. O. Sine
.
Pdt. Hiskia digantikan oleh Pdt. J.M. Banunaek, S.Th. pada tahun 2006. Pdt. Banuanek
mulai melayani dalam Jemaat ini pada tahun 2005 hingga tahun 2010. Pdt. Banunaek
menjadi Ketua Majelis Jemaat Harian untuk Periode Pelayanan 2006-2008.

46
Pada tahun 2006 terjadi pergantian tenaga pelayan dalam jemaat ini. Pdt. Y.A.
Nayoan-Naiola, S.Th dimutasikan ke Jemaat Syalom Air Nona dan Pdt. A.A.F. Nitti-Loe,
M.Th memasuki masa purnalayannya. Jemaat ini mendapat seorang pendeta baru yaitu
Pdt. N.N. Ludji Ga, S.Th.
Adapun susunan personalia Majelis Jemaat Hariannya adalah sebagai berikt:

Tabel 23

SUSUNAN MAJELIS JEMAAT HARIAN


PERIODE PELAYANAN 2006-2008

No Nama Jabatan Pelayanan Jabatan Keorganisasian


1 J.M. Banuaneik, S.Th Pendeta Ketua MJ
2. Th. P.S. Beeh-Hiskia, Sm.Th Pendeta Wakil Ketua
3. N.N. Ludji-Ga, S.Th Pendeta Wakil Ketua
4. M.L. Adoe Penatua Wakil Ketua
5. M. Littik Penatua Wakil Ketua
6. Drs. B. Haning Penatua Sekretaris MJ
7. Frans Saetban, se Diaken Wakil Sekretaris
8. E. Tafetin Penatua Bendahaa
9. S. Kelendonu Penatua Wakil Bendahara
10. Nelci Dere Diaken Ketua Komisi Pel. Anak
11. Drs. Benny Hattu Penatua Ketua Kom. Pel. Ramaja
12. Semuel C. Eoh Ndolu Penatua Ketua Komisi Pel. Pemuda
13, Rosa Y. Langgar-Manafe Penatua Ketua Komisi Pel. Perempu
14 Maklon O. Taku Bessy Penatua Ketua Komisi Pel. Kaum
15. Missa O. Henuk Pentua Bapak
16. Drs. S.L. Lasiko Penatua Ketua Komisi Pel. Lansia
Ketua Komisi Pel. Umum
Sumber: Hasil-Hasil Keputusan Persidangan MJ JPO, 15-17 Februari 2007

Kepemimpinan Pdt. J.M. Banunaek, S.Th digantikan oleh Pdt..N. Ludji-Ga, S.Th. Pdt. Ludji-Ga
mulai melayani Jemaat ini pada tahun 2006 dan meninggalkan jemaat ini pada tahun 2011. Ia
menjadi Ketua Majelis Jemaat Harian pada periode 2009-2011. Adapun susunan personalisanya
adalah sebagai berikut:

47
Tabel 24

SUSUNAN MAJELIS JEMAAT HARIAN


PERIODE PELAYANAN 2009-2011

No Nama Jabatan Pelayanan Jabatan Keorganisasian


1. N.N. Ludji-Ga, S.Th Pendeta Ketua MJ
Koor. Kom Ibadat dan Liturgi
2. Efraim P. Nalle, S.Th Pendeta Wakil Ketua/ Kom. Pemuda

3. Sumarlisye Ruku-Maakh,S.Th Pendeta Wakil Ketua/Kor. Kom. PAR


4. M. Litik Penatua Wakil Ketua
Koor.Kom. Badan, Pan, Yaya
5. Drs. B. Haning Penatua Sekretaris
6 Frans Saetban Penatua Wakil Sekretaris
7. E. Tafetin Penatua Bendahara
8. S. Kelendonu Penatua Wakil Bendahara
9. Drs. S. L. Lasiko Penatua Ang. Ko. Kom. Kes dan Peng.
10. Drs M.L. Adoe Penatua Anggt/Koord. Kom.Bapak
11. E.M. Tallo-F Diaken Angg/Kood. Kom. Perempua
12. M. O. Henuk Penatua Anggota/Koord. Kom. Lansia

Berkenaan dengan dimulainya pimpinan Pdt. Ludji-Ga sebagai Ketua Majelis Jemaat
Harian maka terbentuklah Majelis Jemaat Periode Pelayanan: 2007-2011 (Lih. Lampiran
9). Pdt. N.N. Ludji-Ga digantikan oleh Pdt. E.P. Nalle, S.Th sebagai Ketua Majelis Jemaat
Harian untuk Periode Pelayanan 2011-2013. Adapun susunan personalianya adalah
sebagai berikut:

48
Tabel 25

SUSUNAN MAJELIS JEMAAT HARIAN OEBOBO


Periode 2011-2013

No N a m a Jabatan Pelayanan Jabatan organisasi


1. E.P. Nalle, STh Pendeta Ketua
2 S. Ruku-Maak, STh Pendeta Wakil Ketua 1
3 M.A.M. Modokh-Mboeik, Pendeta Wakil Ketua 2
4 STh Pendeta Wakil Ketua 3
5 N.N. Ludji-Ga, S.Th Penatua Wakil Ketua 4
6 Ir. M. Littik, MS Penatua Sekretars
7 Drs. B. Haning Diaken Wakil Sekretaris
8 Frans Saetban, SE Penatua Bendahara
9 E. Tafetin Penatua Wakil Bendahara
10 S. Kelendonu Penatua Anggota
11 Drs. S.L. Lasiko Penatua Anggota
12 Drs. M.L. Adoe Penatua Anggota
13 Drs. J. Bessy Penatua Anggota
14 E.M. Tallo-F Penatua Anggota
15 M.O. Henuk Penatua Anggota
Drs. M. Ndolu Eoh

Setelah berakhirnya periode kepemimpinan Pdt. E.P. Nalle maka ia digantikan oleh Pdt.
S. Ruku -Maakh sebagai ketua Majelis Jemaat Harian untuk Periode 2013-2015.3

2. Anggota Jemaat dan wilayah Pelayanan


Pada 12 Desember 1999 anggota Jemaat Pniel Oebobo telah menjadi 1.305 KK dan 6.704
jiwa. yang tersebar dalam 20 Lingkungan Pelayanan Jemaat. (LPJ). Pada tahun 2003
anggota jemaat Pniel Oebobo berjumlah 6.639 (laki-laki: 3.443 dan perempuan: 3.196)
dan 1.309 KK. 4 Pada tahun 2005 Majelis Jemaat mengadakan sensus jemaat namun tidak
berhasil oleh karena masih terdapat WPJ-WPJ yang belum berhasil mensensus marganya.
Pada tahun 2006 Majeis Jemaat berhasil mengadaan Sensus Berdasarkan hasil
sensus tersebut mencatat jumlah anggota jemaat Pniel Oebo adalah 4.998 orang (Laki-
laki: 2.451 dan perempuan:2.547) dan 991 KK. 5 Jika dibandingkan dengan jumlah
sebelumnya maka jumlah anggota jemaat menjadi berkurang. Hal ini disebabkan oleh
karena dialihkannya sejumlah anggota jemaat menjadi anggota Jemaat Karmel dan
Jemaat Petra. Kita menemukan lagi data jumlah Jemaat Pniel Oebo pada Tahun 2013
sebagai beriut: 5.110 yang terdiri atas 1.024 KK yang tersebar dalam 16 Rayon. Pada

3
Susunan Majelis Jemaat Pniel Periode 2011-2015, Lihat Lampiran 2.
4
Hasil-Jasil Keputusan Persidangan Majelis Jemaat Pniel Oebobotanggal 27-30 Januari 2004, hal. 17
5
. Hasil-Hasil Keputusan Persidangan Majelis Jemaat Pniel Oebobo, 15-17 Februari 2007, hal. 12-13.
6
Hasil Keputusan Persidangan Majelis Jemaat Pniel Oebobo,5-7 Februari 2013, hal. 27.

49
tahun 2014 jumlah anggota Jemaat Pniel Oebobo adalah 5.619 (Laki-laki: 2761 dan
perempuan: 2858) dan terdiri atas 1252 KK. Anggota jemaat ini tersebar dalam 16 rayon.

3. Pelayanan Ibadah

a. Ibadah Utama
Ibadah Utama tetap menjadi kegiatan utama dalam Jemaat ini. Ibadah Utama pada setiap
hari Minggu tetap diadakan tiga kali namun jam ibadah telah mengalami perubahan.
Ibaah utma diadakan pada pukul 06.00, 08.00 dan 17.00. Jam idan frekuaensi ibadah ini
berlangsung hingga tahun 2006. Seja tahun 2006 jam ibadah berubah namun dengan
frekuensi ibadah yang tetap. Ibadah dilangsungkan pada pukul 06.00, 08.00 dan 16.00.
Jam dan frekuaensi ibadah utama berlangung hingga sekarang ini.
Pemimpin ibadah semuanya dipimpin oleh pendeta. Jikalau bukan oleh pendeta
jemaat maka ibadah dipmpin juga oleh pendeta tamu. Hal ini disebabkan oleh karena
sejak tahun 2000 hingga tahun 2005 terdapat empat orang pendeta yang melayani dalam
Jemaat ini. Adapun mereka itu adalah Pdt. A.A.F. Nitti-LoE, M.Th, Pdt. A.M. Lulan,
S.Th,, Pdt.Th. P.S. Beeh-Hiskia, Sm. Th dan Pdt. Y.A.Nayoan-Naiola, S.Th. Dominasi
pendeta sebagai pemimpin ibadah utama berlangsung hingga searang ini.
Ibadah utama dilangsungkan seluruhnya dalam Gedung Ibadah di Jalan W.J.
Lalamentik dan hal ini berlangsung hingga sekarang ini. Jemaat sudah dapat beribadah
dengan tenang dan nyaman karena telah tersedianya gedung ibadah yang bai.
Kegairahan warga jemaat untuk beribadah pada Hari Minggu memperlhatan
statisti yang menggembiarakan. Penulis menyajikan statistik kehadiran jemaat beribadah
pada Juni 2002 sebagai berikut:

Tabel 26

Statistik Kehadiran Jemaat pada Ibadah Utama


Bulan Juni 2002

Tanggal Jam Ibadah Laki-Laki Perempuan Jumlah Seluruhnya


2 06.00 267 444 711
08.00 192 244 436 1.459
17.00 162 350 312
9 06.00 227 368 595
08.00 176 241 417 1.423
17.00 178 233 411
16 06.00 278 456 734
08.00 147 336 527 1.592
17.00 80 251 331
23 06.00 233 432 665
08.00 172 218 390 1.388
17.00 143 196 333
30 06.00 225 422 637 1.388
08.00 188 231 415
17.00 147 189 336

50
Sumber: Warta Mimbar Juni 2002
Tabel di atas memperlihatkan bahwa jumlah kehadiran Jemaat yang beribadah
pada setiap minggu pada umumnya stabil dan kehadiran perempuan dalam ibadah sangat
menonjol. Kita coba membandingkan dengan jumlah pengunjung ibadah pada November
2011. Adakah perubahan yang signifikan berhubung telah sekitar Sembilan yahun
berlalu. Hal ini dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 27

Statistk pengunjung ibadah pada November 2011 adalah sebagai berikut:

Tanggal Jam Ibadah Laki-Laki Perempuan Jumlah Seluruhnya


6 06.00 320 456 796
08.00 242 266 529 1.781
16.00 137 306 456
13 06.00 180 406 586
08.00 318 258 576 1.527
16.00 107 258 365
20 06.00 272 450 732
08.00 188 275 474 1.543
17.00 103 217 337
27 06.00 241 491 732
08.00 139 230 369 1.424
16.00 139 184 323

Sumber: Warta Mimbar November 2011

Jika kita membandingkan statistik pengunjung ibadah sekitar sembilan tahun yang
lalu maka tidak ada lonjakan pengunjung ibadah yang signifikan mengingat telah
terjadinya pertambahan jumlah anggota jemaat.

b. Ibadah Rumah Tangga

Ibadah Rumah Tangga tetap dijalankan seperti pada masa-masa sebelumnya. Jadual
Ibadah Rumah Tangga diatur oleh Majelis Jemaat WPJ dan diumumkan pada setiap
ibadah Minggu. Ibadah Rumah Tangga dipimpiin oleh Majelis Jemaat WPJ. Para
pendeta.juga memimpin Ibadah Rumah Tangga. Pada kesempatan ini pendeta
mengadakan percakapan pastoral dengan keluarga. Jikalau pendeta yang memimpin
ibadah rumah tangga maka disebut Perkunjungan Rumah Tangga Pendeta. Pada
umumnya pendeta memimpin ibadah rumah tangga dua kali seminggu pada WPJ yang
berbeda. Dengan demikian paling tidak seorang pendeta dalam setahun pelayanan pernah
memimpin ibadah rumah tangga pada setiap WPJ.
Pada kesempatan ibadah rumah tangga ini, peserta ibadah memberikan
persembahan dan Majelis WPJ akan menyetornya bendahara Majelis Jemat.

51
c. Ibadah Baptisan Kudus
Baptisan Kudus dilayankan kepada anak-anak yang masih bayi dan kadang-kadang
kepada orang dewasa. Baptsan anak dilaksanakan sekali sebulan pada ibadah hari
Minggu. Oleh karena itu, Baptusan Anak pada umumnya 12 kali setahun. Majelis Jemaat
akan mengumumkan rencana dilaksanaannya Baptisan Anak dan meminta kepada
orangtua yang hemdak membaptis anaknya mendaftarkan diri pada Majelis Jemaat. .
Baptisan anak juga diadakan pada Hari Raya Paskah, Pentakosta dan Natal (biasanya
pada tanggal 26 Desember).. Sebelum anak-anak dibaptis maka diadakan penggembalaan
terhadap orangtua dan saksi baptusan.Jumlah anak yang dibaptis berbeda dari tahun ke
tahunnya, misalnya pada tahun 2002 terdapat 12 kali baptisan anak dengan jumlah anak
yang dibaptis: 187 orang;

d. Ibadah Perjamuan Kudus


Perjamuan Kudus dilaksanakan empat ataupunn lima kali setahunnya. Pada tahun 2002
Perjamua Kudus diadakan empat kali. Sebelum Perjamuan Kudus dilaksanakan akan
didahului oleh Ibadah Persiapan Perjamuan Kudus (Mnggu Sedia). Diharapkan semua
anggota sidi dapat menghadiri Ibadat Persiaan Perjamuan Kudus ini namun dalam
kenyataannya tidak semua anggota sidi menghadirinya. Ada kecenderungan prosentasi
menurun kehadiran anggota jemaat. Misalnya statistic kehadiran anggota sidi pada
Ibadah Persiapan Perjamuan Kudus pada Tahun 2012 hanya 18%. Juga dilaporkan
tentang kehadiran anggota sidi dalam Perjamuan Kudus hanya 26 % saja.

e. Pemberkatan Nikah
Telah dikatakan di atas bahwa pada Jemaat Piel Oebobo dikenal dua jenis pemberkatan
nikah yaitu pemberkatan nikah per pasang dan pernikahan massal. Yang menarik pada
Pemberkatan Nikah Massal dalam Jemaat ini adalah Majelis Jemaat memberikan
sumbangan diakonia guna lancarnya acara pernikahan massal ini. Pada tahun 2002
terdapat 47 pasang nikah dan 20 pasang nikah massal.

4. Pelayanan Anak
Majelis Jemaat Pniel Oebobo sejak awal sangat memperhatiak kegiatan pelayanan
terhadap anak. Majelis Jemaat menyadari bahwa anak merupakan masa depam je,aat ini.
Jikalau anak dibentuk dengan baik maka Jemaat Pniel akan tumbu dan berkembang
dengan baik. Menurut data statistic Tahun 2012 jumlah anak dalam Jemaat Pniel Oebobo
berjumlah 1.075 orang.6
Kegiatan pelayanan anak adalah sebagai berikut:
a. Ibadah Anak pada setiap hari Minggu di setiap WPJ
b. Ibadah Gabungan Anak yang dilaksanakan di Gedung Kebaktian.
c. Kebaktian dan Perayaan Paskah, Natal dan Pentakosta anak.
d. Merayakan Hari Anak GMIT
e. Paduan Suara Anak dan mengisi pada ibadah baik di jemaat sendiri maupun
ke jemaat lainnya.’
f. Kebaktian Hari Doa Sedunia Anak GMIT
Perhatian Majelis Jemaat adalah dalam bentuk antara lain:
a. Penyiapan guru-guru yaitu dengan mengadakan pembinaan dan pelatihan’
6
Hasil Keputusan Persidangan Majelis Jemaat Pniel Oebobo,5-7 Februari 2013, hal. 27.

52
b. Mempersiapkan bahan ajar bagi guru-guru.
c. Memberikan dana kegiatan pelayanan bagi anak dalam Anggaran Belanja
Jemaat.
d. Memberikan insentif kepada guru-guru.
e. Memberikan bantuan beasiswa bagi anak yang tidak mampu dan bagi guru-
guru yang menderita akit
f. Majelis Jemaat memberikan isnsntif kepada pelayan Anak. Pada Tahun 2012
seorang pelayan Anak diberi insentif sebesar Rp. 25.000 setiap bulan. Pada
tahun tersebut terdapat 53 orang pelayan Anak. 7

5. Pelayanan Remaja
Pelayanan terhadap remaja dilaksanakan oleh Komisi Remaja. Kebaktian Remaja
berjalan dengan teratur dan baik. Menurut data statistic Tahun 2012 jumlah
Remaja dalam Jemaat Pniel Oebobo berjumlah 283 orang. 8
Kegiatan pelayanan remaja adalah sebagai berikut:
a. Ibadah Remaja pada setiap hari Minggu di setiap WPJ
b. Ibadah Gabungan Remaja yang dilaksanakan di Gedung Kebaktian.
c. Kebaktian dan Perayaan Paskah, Natal dan Pentakosta Remaja
d. Merayakan Hari Remaja GMIT
e. Paduan Suara Remaja dan mengisi pada ibadah baik di jemaat sendiri
maupun ke jemaat lainnya.’
f. Kebaktian Hari Doa Sedunia Remaja GMIT

Perhatian Majelis Jemaat adalah dalam bentuk antara lain:


g. Penyiapan pemimpin ibadah remaja yaitu dengan mengadakan pembinaan dan
pelatihan’
h. Mempersiapkan bahan ajar bagi guru-guru.
i. Memberikan dana kegiatan pelayanan bagi remaja dalam Anggaran Belanja
Jemaat.
j. Memberikan insentif kepada guru-guru. Pada Tahun 2002/2003 insentif
diberikan kepada 39 remaja dan Tahun 2003 diberikan kepada 47 remaja.
k. Memberikan bantuan beasiswa bagi remaja yang tidak mampu. Seperti:
1.Tahun 2000/2001 diberikan 14 beasiswa;
2.Tahun 2002/2003: 4 beasiswa
3. Tahun 2003: 17 beasiswa.: .
k. Majelis Jemaat memberikan isnsntif kepada pelayan Remaja. Pada Tahun 2012
seorang pelayan Remaja diberi insentif sebesar Tp. 3.500 setiap bulan. Pada
tahun tersebut terdapat 35 orang pelayan Remaja. 9

6. Pelayanan Pemuda
Pemuda merupakan sebuah komisi tersendiri dalam jemaat ini. Kegiatan-kegiatan
Pemuda adalah: Kebaktian Gabungan Pemuda, Merayakan Hari-Hari Raya
gerejawi (Natal, Paskah, Pentakosta); mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan

7
Hasil Keputusan Persidanga Majelis Jemaat Pniel Oebobo, 5-& Februari 2013, Hal. 27
8
Hasil Keputusan Persidangan Majelis Jemaat Pniel Oebobo,5-7 Februari 2013, hal. 27.
9
Ibid, Koc, Cit.

53
sinodal, klasis dan antar jemaat-jemaat GMIT; Kebaktian Khusus untuk pelajar
dan mahasiswa, pembinaan Pasuan Suara/Vocal group, perkunjungan-
perkunjungan pemuda ke WPI-WPJ. Hambatan yang dihadapi Pemuda adalah
tidak semua pemuda jemaat aktif dalam kegiatan-kegiatan pemuda dan kurangnya
tersedianya dana untuk membiayai kegiatan Pemuda.
Majelis Jemaat ini juga memberikan pelayanan diakonia kepada pemuda
yang tidak mampu seperti memberikan beasiswa. Hasil Evaluasi Pelyanan Tahun
2003 dilaporkan Tahun 2001 beasisw diberikan kepada 13 orang; Tahun 2002: 17
rang dan Tahun 2003: 19 beasiswa. Tentu saja jumlah pemuda yang menerima
bantuan diakonia pendidikan semakin tahun semakin bertambah.

7. Pelayanan Perempuan GMIT


Komisi Perempuan melaksanakan kegiatan-kegiatannya seperti pada tahun-tahun
sebelumnya. Adapun kegiatan Komisi Perempuan adalah:
1. Kebaktian Gabungan Perempuan yang diadakan sekali sebulan.
2. Merayakan Hari-Hari Raya Gerejawi: Natal, Paskah dan Pentakosta.
3. Merayakan Hari Perempuan GMIT dengan ibadah dan lomba-lomba.
4. Merayakan HUT Perempuan GMIT
5. Latihan Paduan Suara Perempuan GMIT Jemaat Pniel Oebobo.
6. Memgadakan perkunjungan-perkunjungan pelayanan antar sesame jemaat
GMIT, WPI-WPJ, berpartisipasi dalam kegiatan sinodal dan klasis
7. Mengadakan latohan-latihan ketrampilan perempuan.
8. Melaksanakan kegiatan pelayanan diakonia, khususnya pada menjelang
Perayaan Natal.

8. Pelayanan Paduan Suara dan Vocal Group

Pada Jemaat Pniel Oebobo Paduan Suara terdapat pada masing-masing


rayon. Kegiatan yang dilakukan adalah mengisi pujian dalam kebaktian Minggu.
Ibadah PS/VG di setiap kelompok di rayon.
Majelis Jemaat memberikan perhatian kepada pelayanan ini misalnya dengan
mengadakan pembinaan kepada Paduan Suara dan Vocal Group.

9. Pelayanan Kelompok Doa

PersekutuN Doa juga mendapat tempatnya dalam Jemaat Pniel Oebobo.


Dalam Jemaat ini terdapat banyak {ersekutuan Doa. Pada tahun 2012 terdapat 6
Persekutuan Doa. Adapun Persekutuan Doa itu adalah:

1. Persekutuan Doa Sangkakala


2. Persekutuan Doa Imanuel
3. Persekutuan Doa Firdaus
4. Persekutuan Doa Elim
5. Persekutuan Doa Air Hidup

54
6. Persekutuan Doa Anugerah. 10
Untuk semua kegiatan ada dana yang telah disiapkan dalam APBJ oleh Majelis
Jemaat..

10. Pelayanan Lansia


Kegiatan Komisi Lansia adalah Kebaktian Gabungan Lansia. Kebatian Gabungan
ini diadakan setiap tiga bulan. Komisi juga mengadakan perkunjungan-
perkunjungan kepada lansia yang sait baik di rumah maupun di ruma-rumah sakit.
Majelis Jemaat juga memberikan pelayanan kasih (diakonia) kepada para
lansia yang miskin dan tidak mampu. Pada Tahun 2013 Majelis Jemaat melayani
208 orang lansia dalam Jemaat ini.

11. Pelayanan Diakonia


Pelayanan Diakonia dilaksanakan sama seperti sebelumnya. Pelayanan
Diakonia dikoordinir oleh Komisi Diakonia. Pelayanan Diakonia dilasanakan
dalam tiga bentuk yaitu Diakonia Karitatif, Reformatif dan Transfomatif.
Kegiatan pelayanan diakonia karitatif dilaksanakan dengan:

1. mengadakan perkunjungan kepada mereka yang sakit baik di rumah-


rumah sakit ataupu yang dirawat di rumah-rumah. Biasanya Komisi
Diakonia mengadakan perkunjungan kepada mereka yang sakit pada
setiap sore pada Hari MInggu di WPJ-WPJ dan juga pada hari-hari
lainnya.
2. Bantuan diakonia tetap: Misalnya Tahun 2002/2003: 38 orang.
3. Bantuan diakonia instidenti: seperti
Tahun 2000/2001: 630 orang;
Tahun 2001/2002: 176 orang;
Tahun 2002/2003; 203 orang;
Tahun 2003: 199 orang.
4. Bantuan bagi keluarga duka. Pada Tahun 2012 memberikan bantuan duka
kepada 59 keluarga dengan jumlah Rp. 13.650.000.
5. Bantuan diakonia bagi anggota jemaat yang sakit baik yang dirawat di
runah maupun di rumah sakit. Misalnya pada Tahun 2012 terdapat 217
orang yang sakit dan Majelis Jemaat mengucurkan dana sebesar Rp.
49.000.000. Pada Tahun 2013 Majelis Jemaat membantu 309 orang
anggota jemaat yang sakit dengan kucuran dana Rp. 76.700.000.11
6. Bantuan bagi Jemaat Pniel Oebobo yang kurang mampu menurut kategori
7. Bantuan Pendidikan (Beasiswa). Pada tahun 2002 JPO memberikan
bantuan beasiswa bagi 51 orang. Tahun 2012: 64 orang (SD: 16 orang,
SMP: 16 orang, SMA: 16 orang dan mahasiswa: 16 orang) dan Tahun

10
Hasil Keputusan Majelis Jemaat Pniel Oebob 5-7 Februari 2013.
11
Hasil Keputusan Persidangan Majelis Jemaat Pniel Oebobo, 11 sd 13 Februari 2014, hal. 35

55
2013 beasiswa bagi 128 orang (SD: 32 orang, SMP: 32 orang, SMA: 32
orang dan PT : 32 orang.12
8. Bantuan bagi Jemaat Pedesaan. Pada Tahun 2012 Jemaat Pniel Oebobo
mengucurkan dana diakonia kepada 13 Jemaat Pedesaan sebesar Rp.
4.500.000. Adapun jemaat-jemaat itu adalah
1. Jemaat Tunbesa (TTS)
2. Jemaat Syalom Mokdale, Rote.
3. Jemaat GKS Waikabubak (Sumba Barat)
4. Jemaat Bethel Amarasi Timur
5. Jemaat Gideon Grup
6. Jemaat Ebenhaezer Boti
7. Jemaat Ebenhaezer Borong
8.Jemaat Getsemani Oelpuah, Kupang Tengah
9. Pertemuan Raton di PAR di Aamfoang Selatan 1
10. Jemaat Betlehem Nudale, Rote
11. Pos Pelayanan Soba, Alor Barat Laut
12. Jemaat GMIT Syalom, Dompu
13. Jemaat Syalom Oeboa, Kupang Timur.
Pada Tahun 2013 Majelis Jemaat membantu 14 jemaat dengan kucuran dana
sebesar Rp. 5.250.000. Adapun jemaat-jemaat itu adalah:
1. Jemaa Ayofanu, Klasis Amanuban Timu
2. Jemaat Ebenhaezer, Buataun, Amanuban Barat
3. Jemaat Bukit Sion, Manutapen
4. Jemaat Ebenfaezer, Ruas Naen, Amarasi Barat
5. Jemaat Oebela Timur, Amarasi Barat
6. Jemaat Eklesia Tamalabang, Pantar Timur
7. Jemaat Syalom Nifuliu, Amanuban Timur
8. Jemaat Ebenhaezer Borong, Flores
9. Jemaat Moria, Kota Nyonya, Kupang
10. Jemaat Oinlasi Barat, TTS
11. Jemaat Maranatha, Oenoah, Molo Timur
12. Jemaat Saron Lapas Wanita KLas III, Kupang
13. Jemaat Ebenhaezer Borong, Flores
14. Jemaat Oeboboa, Kupang Timur.13
Pada Tahun 2013 Jemaat Pniel Oebobo juga membantu jemaat-jemaat tempat
pelaksanaan KPI Holistik. Majelis Jemaat mengucurkan dana sebesar Rp. 40.000.000
untuk empat jemaat. Adapun keempat jemaat itu adalaj Hemaat Meoain, Rote Barat
Daya, Jemaat Betania Longgo, Rote Barat Laut, Jemaat Lembur Timur, Alor Tengah

12
Ibid, loc cit.
13
Ibid, hal. 36..

56
Utara dan Jemaat Manetwati, Alor Tengah Utara. Masing-masing mendapat bantuan
dana sebesar Rp. 10.000.000.14

Pelayanan Diakonia Reformatif yang dilakukan dalam bentuk: modal untuk


pengembagangan ekonomi produktif. Dana ini merupakan dana bergulir. Pada Tahun
2003 terdapat 9 Kelompok Usaha (WPJ) dengan dana Rp. 21.500.000. Dana ini
dikembalikan tanpa buna. Masa pengembaliannya berkisar 10 hingga 12 bulan. Pada
Tahun 2013 diadakan pelatihan menjahit. Mereka membentuk sebuah kelompok yang
bernama Kekompok Lidia. Kepada kelompok ini diberi sembilan mesin jahit dan sebuah
mesin obras. Kelompok Usaha ini telah berjalan dengan baik.

Jemaat Pniel Oebobo juga memberikan dana diakonia untuk kelompok kategorial. Pada
Tahun 2012 mengucurkan dana sebesar Rp. 12. 800.000 untuk 160 orang dan Tahun
2013 diberikan kepada 192 orang dengan kucuran dana sebesar Rp. 33.600.000.

Dengan mencermati informasi di atas maka Jemaat Pniel Oebobo telah melakukan
banyak kegiatan diakonia baik dalam jemaat maupun bagi luar Jemaat.

12.Pelayanan Kaum Bapak

Jemaat Pniel Oebobo member perhatian juga kepada pelayanan untuk Kaum Bapak.
Kegiatan Komisi Kaum Bapa adalah Ibadah Kaum Bapa pada WPI-WPJ, mengadakan
perunjungan kepada bapak-bapak yang sakit, mengadakan latihan Paduan Suara Kaum
Bapak.

13. Pelayanan Katekisasi


Pelayanan Katekisasi pada periode ini masih meneruskan pola yan lama. Kelas katekisasi
dikenal dengan dua jenis yaitu Kelas Katekisasi Umum dan Khusus. Untuk lancarnya
pelaksanaan pelayanan katekesasi maka Majelis Jemaat mengangkat petugas khusus
(Tahun 2006 Sdr. L. Koamesah dan Filpun Mbuik). Pengajar katekesasi diberikan
isnsentif oleh Majelis Jemaat.
Kelas Katekesasi Umum dibuka untuk mereka yang muda atau pelajar. Mereka
mengiuti Pelajaran Katekesasi selam satu tahun. Pelajaan Katekesasi sejak Tahun 2012
diadakan dua kali se minggu. Pelajaran diadalkan di Gedung Gereja pda Hari Minggu dan
Hari Rabu.Pada Tahun 2012 diikuti oleh 126 orang.
Kelas Katekesasi khusus disedikan untuk mereka yang sudah dewasa dan ada
kasus khusus. Mereka mengikuti pelajaran selama sekitar tiga bulan saja. Pada Tahun
2012 terdapat 29 orang yang dibaptis.
..
14. Keuangan dan Harta Milik Jemaat
Di atas telah diperlihatan tentang keadaan keuangan dan harta milik jemaat
ini. Nampaknya edudukan keuangan Jemaat ini semakin tahun baik dan

14
Ibid. Loc. Cit

57
meningkat. Kesadaran member dari anggota jemaat semakin lebih baik. Hal
ini dapat dilihat meningkatnya pendapatan jemaat setiap tahunnya. Penulis
mengangkat pendapatan Jemaat pada tahun 2009 hingga 2013 sebagai beriut:

Tabel 28
Anggran Belanja Jemaat Pniel Tahun 2009-2013

Tahun Anggaran Penerimaan Pengeluaran Saldo


2009 1.192.705.265 1.111.100.162 81.605.153
2010 1.312.115.437 1.184.795.705 128.419.732
2011 1.680.245.858 1.435.751.400 255.494.458
2012 1.968.127.752. 1.684.932. 284.225.820
2013 2.134.679.858 1.976.037.153 158.642.715
. Sumber: Hasil-Hasil eputusan Persidangan Majelis Jemaat Pniel Tahun
2010-2014

Pendapatan Jemaat tersebut diperoleh dari Kolete Persembahan, pada setiap


kegiatan ibadah baik ibadah utama maupun ibadah-ibadah lainnya. Pendapaan
ini diperleh juga dari persembahan hulu hasil, Nazar, Perpuluhan dan bentuk-
bentuk persembahan lainnya.

58
BAB V

PEMBANGUNAN FISIK

Pada bagian akan digambarkan tentang usaha Jemaat ini dalam membangun Gedung Ibadah dan
Gedung Rumah Pendeta (Pastori) serta pembangunan sarana-prasarana lainya guna menjamin
terselenggaranya pelayanan dalam dan bagi anggota Jemaat dengan lancar dan berjalan dengan
baik. Pertama-tama akan digambarkan usaha pembangunan gedung ibadah, pembangunan
Pastori dan sarana lainnya.

A. Pembangunan Gedung Ibadah


Ketika Jemaat Pniel Oebobo berdiri sendiri pada 14 April 1964, 1 Jemaat ini belum
mempunyai gedung ibadah sendiri. Ibadah Jemaat masih memimjam Gedung SD Negeri
Oebobo yang berukuran 6 x 14 M, berdinding bebak, beratapkan daun lontar milik Dinas
P dan K Kabupaten Kupang.2 Jemaat Pniel Oebobo beribadah pada Gedung SD ini
hingga tahun 1970. Majelis Jemaat tidak tinggal diam dan puas dengan beribadah dalam
gedung pinjaman ini. Majelis Jemaat mengusahakan untuk membangun gedung ibadah
sendiri sehingga ibadah dan kegiatan-kegiatan jemaat lainnya dapat berlangsung dengan
leluasa dan baik.
Pada Oktober 1963 Majelis Jemaat dan tua-tua Desa Oebobo sepakat untuk
membangun sebuah gedung kebaktian semi permanen di halaman bagian Timur gedung
SDN Oebobo. Ukuran gedung yang akan dibangun adalah 8 x 20 M namun sementara
gedung dibangun anggota jemaat protes. Mereka menyatakan bahwa anggota jemaat yang
hanya terdiri dari 50 KK tidak mampu membangun gedung sebesar itu. Mereka hanyalah
bekerja sebagai nelayan, iris tuak dan jual laru. Oleh karena itu tembok yang sudah
dibangun diruntuhkan kembali. 3
Sesudah dicapai persetujuan bersama maka pembangunan gedung ibadah
diteruskan. Ada perubahan tentang bentuk dan luas bangunan gedung ibadah yaitu
gedung yang akan dibangun adalah sebuah gedung permanen dan luasnya menjado 10 x
27 M. Pertimbangannya adalah ada kemungkinan akan terjadi pertambahan jumlah
penduduk karena Kupang menjadi ibukota provinsi NTT dan pastilah kota ini akan
menarik banyak orang untuk bermukim di kota ini termasuk di Desa Oebobo. Bangunan
ini hanya ruang ibadah saja. Ruang konsistori dan kantor akan dibangun
kemudian.Peletakan batu pertama dilakukan oleh Pdt. R.B. Sabuna pada Hari Minggu, 10
November 1963, jam 11.00 siang setelah Ibadah Utama atas permintaan
Penanggungjawab, R.B. Nalle dan Kepala Desa Oebobo, Daud Eoh Ndolu. Gedung
gereja ini dibangun mengelilingi gedung SDN Oebobo.

1
Jemaat telah mempergunakan rumah sekolah ini sejak tahun 1954.
2
Tanah ini dipinjamkan oleh Keluarga Besar Eoh, Eoh Ndolu, Ndolu Eoh
3
Sabuna, hal. 69

59
Pembangunan gedng itu dibagi atas tiga bagian yaitu 10 x 23 M untuk ruangan
kebaktian dan 10 x 4 untuk ruangan konsistori. Ruangan konsistori dibagi tiga yang akan
dipergunakan sebagai Ruangan Majelis Jemaat, Kantor Jemaat dan Taman Kanak-Kanak
Gedung ibadah yang baru ini dibangun mengelilingi Gedung SD Negeri Oebobo
sehingga gedung sekolah masih dapat dipergunakan sebagai tempat ibadah. Barulah
setelah pembangunan tembok telah selesai dan hendak pemasangan kap maka gedung
sekolah dirobohkan. Gedung sekolah dipindahkan ke tempat lain 4 Gedung ini selesai
dibangun tahun 1970.
Gedung ibadah ini dibangun di atas tanah yang dihibahkan oleh Keluarga Eoh,
Eoh Ndolu, Ndolu Eoh untuk dimanfaatkan guna pembangunan Rumah Tuhan. Setelah
gedung ibadah selesai dibangun maka jemaat mulai beribadah di gedung yang baru
sekalipun pinti-pintu, jendela-jendela belum dipasang. Gedung ini beratapkan seng.
Majelis dan Jemaat nampaknya terus berusaha untuk membangun gedung ibadah
yang lebih luas dan indah.. Usaha ini telah didorong oleh Keputusan Sidang Sinode
GMIT ke XXIII yang menunjuk Jemaat Pniel Oebobo sebagai tempat dilangsungkannya
Persidangan Raya Sinode GMIT ke XXIV Tahun 1979. Majelis Jemaat menggerakkan
semua potensi dalam Jemaat demi terealisasinya pembangunan gedung ibadah yang
permanen ini. Di bawah pimpinan dan berkat dari Tuhan, Majelis Jemaat dan Jemaat
berhasil membangun sebuah gedung ibadah yang permanen yang berukuran 10 x 27 M.
Gedung baru ini ditahbiskan oleh Ketua Sinode GMIT bertepatan dengan Pembukaan
Sidang Raya Sinode GMIT ke-XXIV pada 20 September 1979. Dengan demikian
persidangan raya Sinode dapat berjalan dengan baik, tertib dan lancer.
Majelis Jemaat memandang bahwa gedung ibadah ini harus dilengkapi dengan
sebuah ruangan tempat Majelis Jemaat berkumpul sebelum ibadah dimulai, tempat untuk
rapat (Konsistori) dan tempat Tata Usaha Jemaat. Oleh karena itu Majelis Jemaat
membangun sebuah ruangan berukuran 8 x 12 M pada tahun 1979 hingga Tahun 1983
Oleh karena pertambahan anggota jemaat yang pesat maka gedung ibadah tidak
lagi dapat menampung anggota jemaat yang datang beribadah kendatipun ibadah utama
telah dilaksanakan tiga kali. Di samping itu, gedung ibadah yang diresmikan pada tahun
1979 sudah mulai keropos dan rusak sekalipun sudah diperbaiki di sana sini. Majelis
Jemaat membentuk Panitia Pembangunan yang diketuai oleh Drs. J.K. Putrayasa. Panitia
ini dibentuk pada tahun 1992.Peletakkan batu pertama dilakukan oleh Bupati Kupang,
Drs. Paul Lawa Rihi pada September 1992. Putrayasa tidak lama menjadi Ketua Panitia
karena pada tahun 1993 ia diganti oleh Drs. J. Leto karena sesuatu hal yang tidak
disebutkan. Bendahara Panitia Pembangunan dipercayakan kepada Nyonya Orpa Leto-
Giri. Biaya pembangunan berasal dari Kas Jemaat Pniel Oebobo dan sumbangan oara
donatur dan dikerjakan secara gotong royong oleh anggota jemaat.
4
Pada mulanya sekolah ini dipindahkan ke pinggir Bengkel PU kemudian dipindahkan ke tanahnya Usu Ndoen
Foes, di depan Kantor PU Provinsi NTT. Kemudian dipindahkan lagi ke Kampung Oebobo Atas, di atas tanahnya
Keluarga Bandi. Terakhir dipindahkan ke tempatnya yang sekarang. SD Negeri ini kemudian dialihkan menjadi SD
GMIT Oebobo.

60
Bangunan gereja yang baru ini berukuran 14 x 30 meter dan dibangun mengelili
gedung gereja lama. Oleh karena itu selama pembangunan gedung yang baru, jemaat
tetap beribdah pada gedung yang lama. Anggota jemaat sangat bersemangat membangun
rumah Allah yang baru ini.
Drs. J. Leto tidak memimpin pembangunan ini hingga selesai. Kemudian ia
digantikan oleh Drs. Soehartono. Ketua Panitia dibantu oleh beberapa orang teknisi
antara lain Ir. U. Napu dan Drs. B. Ndaumanu. Pembangunan gedung ini selesai pada Juli
1997. Kemudian Majelis Jemaat memperlengkapi gedung ibadah ini dengan segala
sesuatu yang dibutuhkan sehingga gedung ini menjadi nyaman untuk beribadah kepada
Tuhan.
Majelis Jemaat juga memperluas Ruangan Konsistori dan Kantor. Majelis Jemaat
membangunnya sejak tahun 1998 . Gedung ini berlantai dua dengan ukuran 7.5 x 24 M.
Pengerjaannya selesai pada Januari 1999. Gedung Ibadah yang baru ini ditahbiskan oleh
Ketua Sinode GMIT dalam sebuah ibadah jemaat dan diresmikan oleh Gubernur NTT
pada 31 Oktober 1999 bertepatan dengan Hari Ulang GMIT yang ke-52 dan Hari
Reformasi yang ke-482. Dalam gedung ibadah inilah sekarang anggota Jemaat Pniel
Oebobo bersekutu dengan Allah Pencipta, dengan Yesus Kristus, Sang Juru Selamat dan
dengan Roh Kudus, Sang Penyuci dan Penghibur mereka.
Majelis Jemaat tidak hanya memperhatikan pembangunan Gedung Ibadah Jemaat
Induk tetapi juga memperhatikan pembangunan gedung ibadah Pos Pelayanan di Jalan
Bajawa. Memang menurut peraturan yang ada bahwa Majelis Jemaat Induk berkewajiban
untuk membina Pos Pelayanan itu hingga ia menjadi sebuah jemaat yang mandiri.
Majelis Jemaat Pniel Oebobo memenuhi kewajiban tersebut. Oleh karena itu Majelis
Jemaat membangun sebuah gedung semi permanen yang berukuran 8 x 20 M di Jln.
Bajawa, Oepoi dan juga gedung ibadah di Pos Pelayanan di Jln Shoping Centre, Fatululi. 5

B. Pembangunan Rumah Pendeta (Pastori)


Sudah menjadi sebuah tradisi dalam gereja bahwa bagi seorang imam, pastor atau
pendeta harus disediakan tempat tinggal baginya. Biasanya pastori itu dibangun di
samping gereja atau dekat dengan gereja untuk menjaga mobilitas pelayanan. Itulah
sebabnya maka hingga sekarang pastori itu dibangun di samping atau dekat dengan
gedung gereja.
Majelis Jemaat Pniel Oebobo ikut mengawetkan tradisi ini, namun oleh karena
masih harus nmembangun pastori untuk pendeta maka Majelis Jemaat menyewa rumah
Bapak Misa Henukh di Oetete/Kampung Baru.
Kemudian Majelis Jemaat membangun sebuah pastori untuk pendeta dekat
dengan gedung gereja. Pastori yang pertama dibangun secara darurat. Pada mulanya
pastori itu hanya berukuran 5 x 6 M. Atapnya terbuat dari daun tuak, dinding dari bebak,
tiang-tiangnya di tanam dalam tanah dan berlantai tanah. Rumah pendeta ini dibangun

5
. Lih. Juga Pos Pelayanan, halaman ……..

61
pada tahun 1964. Rumah pendeta ini tanpa dapur, kamar mandi dan WC.Pada tahun 1969
pastori ini direhabilitasi. Bangunan pastori diperluas menjadi 7 x 9 M. Gedung dibangun
semi permanen. Dari bawah dipasang dua batu dan di atasnya disambung dengan bebak
namun Bagian kuarbya dilaoisi denga tripleks. Atapnya masih terbuat dari daun tuak.
Pastori ini dilenkapi dengan daopur dan WC. Pdt. R. Sabuna tinggal di pastori ini hingga
tahun 1983.
Majelis Jemaat terus menyediakan fasilitas yang memadai untuk pendetanya
sehingga pendeta dapat melayani jemaat dengan baik. Oleh karena itu maka pada Tahun
1983 Majelis Jemaat membangun gedung permanen dengan ukuran x 12 M. Gedung ini
dilengkapi dengan semua sarana kebutuhan seperti dapur, kamar mandi (di dalam dan di
luar) dan terdapat dua teras yaitu satu di depan dan satu lagi di samping barat berhadapan
dengan Gereja. Gedung Pastori ini diresmikan oleh Ketua Majelis Sinode GMIT pada
tahun 1985. Dengan demikian Pendeta dapat mempersiapkan dirinya dengan baik dalam
menjalankan karya pelayanannya dalam Jemaat.
Berhubung dengan ditempatkannya seorang pendeta baru maka Majelis Jemaat
membangun lagi sebuah Pastori baru pada tahun 1997-1998 yang disebut dengan Pastori
II yang terletak sebelah Timur Gedung Gereja, Jln. Lalamentik, Oebobo. Pastori ini
berukuran 7 x 9 M.

C. Pembangunan Gedung Taman Kanak-Kanak


Majelis Jemaat Pniel Oebobo tidak melupakan panggilannya dalam pendidikan,
khususnya pendidikan bagi anak-anak yang belum memasuki Sekolah Dasar. Oleh karena
Yupenkris tidak menyelenggarakan Taman Kanak-Kanak, jemaat mengisi kekosongan
ini. Majelis Jemaat membuka sebuah Taman Kanak-Kanak (TKK).
Taman Kanak-Kanak ini dibuka pada tahun 1970. Pada mulanya TKK ini belum
mempunyai ruangan belajar sendiri. TKK mempergunakan kamar konsistori yang
berukuran 3 x4 m. Kamar ini dipergunakan hingga taun 1974. Jumlah anak pada masa ini
16 orang. Oleh karena pertambahan siswa maka pada tahun 1974 majelis jemaat mebuat
sekat pada ruang konsistori yang diperoleh sebauh ruangan yang berukuran 4 x 5 m.
Ruangan ini dipergunakan hingga tahun 1979. Jumlah muridnya telah menjadi 21 orang.
Ketika Majelis Jemaat hendak memperluas konsistori dan Kantor maka TKK
mempergunakan ruangan ibadah sebagai tempat belajar dan jikalau ruangan ibadah
dipergunakan maka terpaksa TKK diliburkan. Kemudian TK dilaksanakan di Pastori 2
namun tidak lama ketika Pdt. J.J. Ingutali ditempatkan di jemaat ini pada tahun 1997
maka TKK kembali mempergunakan gedung ibadah. Pada tahun 2000 hingga …… TKK
kembali mempergunakan Pastori 2. Hingga 2010 TKK ini belum mempunyai gedung
sendiri.
Majelis Jemaat Pniel Oeboo mengangkat tenaga guru bagi sekolah ini namun di
samping terdapat guru-guru yang ditempatkan oleh pemerintah (Dinas P dan K
Kabupaten Kupang). Mereka itu adalah Ibu Talahatu, Ibu Ledo dan Ibu Neta Ndolu

62
sedang guru honor tetap adalah Ibu Wati Adoe-Rasjid. Guru honor tetap ini honornya
dibayar oleh Majelis jemaat. Ada pula guru-guru honor tidak tetap. Mereka ini mengajar
sukare bla saja. Mereka itu adalah Ibu Maria Unenor,-Robo, Ibi Idsa Dul-Adang, Ibu
Naomi Kono dan Ibu Bertha Kono.
Majelis Jemaat terus memberikan perhatian yang penuh kepada penyelenggaraan
Taman Kanak-Kanak ini sehingga yeyap dimintai oleh anggota jemaat untuk
menyekolahkan anak-anaknya pada TKK ini.

63
BAB IX

KESIMPULAN DAN PENUTUP

A. Kesimpulan.
1. Jemaat Pniel Oebobo dari bertumbuh dari sekelompok kecil umat Tuhan pendatang di
daerah Oebobo yaitu 11 KK saja. Pada mulanya mereka beribadah berpindah-pindah
tempat beribadah. Pada mulanya mereka beribadah di Jemaat Koanino namun
kemudian berpindah beribadah di Jemaat Oeba. Jemaat Oeba telah membina dan
menggembalakan komunitas Kristen yang kecil ini dengan baik sekali. Di bawah asuhan
dan binaan Jemaat Oeba maka Jemaat Pniel Oebobo berdiri sendiri pada tahun 1964.
Pada mulanya Jemaat ini dipimpin oleh seorang Penanggungjawab, seorang yang tidak
pernah mengecap pendidikan teologi tetapi ia dipakai Tuhan untuk memimpin Jemaat
ini. Ia adalah seorang guru sekolah. Kemudian Jemaat ini dipimpin oleh seorang pendeta
perempuan dan sejak tahun 1987 dilayani oleh dua orang pendeta perempuan. Pada
periode-periode nerikutnya Jemaat Pniel Oebobo dilayani leh tiga bahkan empat orang
pendeta yang kesemuanya berpendidikan teologi yang baik.
Kini Jemaat Pniel Oebobo telah menjadi sebuah Jemaat yang besar yang
bersekutu, bersaksi dan melayani. Dari rahimnya telah lahir dua jemaat yang mandiri
yaitu Jemaat Petra dan Jemaat Karmel. Jemaat ini akan terus berkembang dan
melahirkan jemaat-jemaat baru pada masa depan.
Dalam pertumbuhan Jemaat ini telah nampak akan jejak kaki Tuhan Allah. Tuhan
Allah berjalan bersama Jemaat ini dalam mengaktualisasikan tugas pelayanannya.
Jemaat Pniel Oebobo telah keluar dari kegelapan dan menuju ke dalam terang.
2. Dalam pertumbuhannya Jemaat Pniel Oebobo mempunyai anggota jemat yang berasal
dari pelbagai macam suku, budaya adat-istiadat, bahasa, agama, tingkat sosial, ekonomi,
tingkat pendidikan, dan aspirasi politik yang berbeda. Kepelbagaian tersebut kadangkala
menimbulkan hubungan yang tidak serasi namun hubungan-hubungan itu dapat diatasi
oleh semangat kristiani.

76
3. Jemaat Pniel Oebobo mempunyai tugas dan panggilan untuk melayani dunia dan Tuhan
Allah dalam sebuah masyarakat yang berubah dengan cepat. Pengharapan, bimbingan
dan campur tangan Allah dalam perjalananan pelayanan Jemaat tidak boleh dilupakan.

B. Penutup
Jemaat Pniel Oebobo telah lama dan jauh berjalan. Jemaat ini telah berjalan bersama-
sama dengan Tuhan Allah, Yesus Kristus. Dalam perjalanan sejarah yang pandang itu
telah nampak bahwa Tuhan Allah berkenan memakai manusia untuk pekerjaan-Nya di
atas dunia ini. Soli Deo Gloria.

77
78

Anda mungkin juga menyukai